• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL

TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU

Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Andriyani NIM : 041334033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

(5)

v

MOTTO

Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri.

( Benyamin Franklin )

Bahagialah orang yang diberi Tuhan dengan kesibukan-kesibukan yang padat, karena keberadaan kesibukan itu membuat hari-hari kita menjadi penuh makna.

(Anto Satriyo Nugroho)

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.

(6)
(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Prestasi PPL dan Aspek Sosial terhadap Minat mahasiswa FKIP Menjadi Guru”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, kritik, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato. S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(9)

ix

6. Ibu Cornelio Purwantini. S.pd., M.SA selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Semua karyawan di Sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris dan Pak

Wawik) terimakasih atas segala pelayanan dan bantuannya selama penulis kuliah di USD.

9. Semua Kaprodi di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10.Bapak dan Ibu Staf Karyawan di sekretariat Dekanat dan Prodi FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis.

11.Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2005 yang telah membantu penulis dalam melengkapi data. Terimakasih atas kerjasamanya.

12.Bapak Widodo dan Ibu Samiyem tercinta, terimakasih untuk segala kasih sayang, kesabaran, dan doa-doanya serta pengorbanannya baik moral maupun materiil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

(10)

x

14.Mas Hari tersayang makasih ya atas doa, motivasi dan kasih sayangnya, Mas, ternyata bener yang kamu bilang “Kamu pasti bisa!!” terbukti juga aku bisa lulus nich…I Love You…..”maafin yaach sering buat jengekel???”

15.Sartini (Nis, my best friend… thank’s ya buat dukungannya… Sukses buat kamu!!!.). Tutik PBI (Tut thank’s ya untuk dukungan dan translate-annya…). 16.Lia, Florie, Rika, Rina, Dian, Tety (teman2 seperjuanganku, terimakasih

untuk semua dukungannya, kalian memang teman terbaikku, kapan nich bisa kumpul-kumpul lagi..buat Dian, Yan ayo mulai kuliah lagiii...?!).

17.Kakek dan Nenek Patmo, Nenek Wongso dan Alm. Kakek Wongso, terimakasih atas doanya.

18.Tante Sut, Om Tri, Tante Supar, Om Maxi, Tante Menik, Om Aris, dan Tante Tari, Om Paino dan Istri, Om Qomar dan Istri, dan semua keponakan-keponakanku tercinta, terimakasih atas doa dan dukungannya (maaf aku sering merepotkan kalian, Om Tri aku nitip Wasito di Kalimantan Yaaa...?). 19.Bapak Adi, Ibu Sum, Mba’ Harni, Mas Bung, Mas Hariyono, Mba’ Andri, Ifa,

Arif, dan Aldo, terimakasih kalian sudah menjadi inspirasi dalam hidupku. 20.Garet, Tanti, Via, Dwi Utami, Vina, Tutik, Nining, Endah, Sinta, Sari, Rika,

Anna, Arista, terima kasih kalian sudah menjadi teman terbaikku.

21.Untuk teman-teman seperjuangan di PAK 2004 kelas A dan B, sukses buat semuanya ya……….

(11)

xi

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.

Yogyakarta, 12 Oktober 2009 Penulis

(12)

xii

ABSTRAK

PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU

Studi Kasus: Pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Andriyani

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh yang positif dan signifikan antara nilai PPL dari guru pamong terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru, (2) pengaruh yang positif dan signifikan antara aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma sebanyak 403 mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 mahasiswa, teknik pengambilan sampel dengan sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh yang positif dan signifikan nilai PPL dari guru pamong terhadap minat mahasiswa menjadi guru (t hitung = 4,207 > t tabel = 1,6526); (2) ada pengaruh yang positif dan

(13)

xiii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TEACHING PRACTICE STUDENTS’ ACHIEVEMENT AND SOCIAL ASPECT

TOWARD THE INTEREST OF STUDENTS OF FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION TO BECOME TEACHERS

A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University Yogyakarta

Andriyani

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

This research aims to find out: (1) positive and significant influence of the grade given by the supervisor of teaching practice students’ achievement towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to become teachers, (2) positive and significant influence of social aspect towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to be come teachers.

This research is a case study and conducted in Sanata Dharma University from June 2009 up to August 2009. The population of this research were 403 students of the Faculty of Teachers Trainning and Education Sanata Dharma University. The participants of this research were 200 students. These participants were chosen by applying proportional random sampling method. The data were collected by using questionnaire and documentation. The technique of data analysis to answer the first and second problem was the simple linier regression analysis.

The result shows that: (1) there is positive and significant influence of teaching practice students’ achivement towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to become teachers (

t

count = 4,207 >

t

table =

1,6526), (2) positive and significant influence of social aspect towards students interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to become teachers(

t

count

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(15)

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Pengalaman Lapangan ... 7

B. Faktor Sosial ... 20

C. Minat, Profesi Guru dan Kompetensi Keguruan ... 25

D. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh PPL terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Guru .. 43

2. Pengaruh Aspek Sosial terhadap Minat mahasiswa menjadi guru ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 47

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 48

E. Operasionalisasi Variabel ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah USD ... 64

B. Visi, Misi USD dan Tujuan Pendidikan USD ... 66

C. Nama-Nama Rektor USD ... 68

(16)

xvi

E. Jurusan dan Program Studi ... 72

F. Peraturan Akademik ... 72

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 76

B. Analisis Data ... 80

1. Pengujian Prasarat Analisis Data ... 80

2. Pengujian Hipotesis ... 82

C. Pembahasan ... 85

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan Penelitian ... 92

C. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Penentuan Jumlah Sampel ... 50

Tabel III.2 Rentang Nilai PPL ... 51

Tabel III.3 Faktor Sosial ... 52

Tabel III.4 Variabel Minat Mahasiswa FKIP Menjadi Guru ... 53

Tabel III.5 Skor Pernyataan Kuesioner ... 53

Tabel III.6 Hasil Perhitungan Validitas Faktor Sosial ... 56

Tabel III.7 Hasil Perhitungan Validitas Minat Mahasiswa Menjadi Guru ... 57

Tabel III.8 Interpretasi Koefisien Secara Konservatif ... 59

Tabel III.9 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ... 59

Tabel IV.1 Jurusan dan Program Studi ... 72

Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Belajar ... 73

Tabel IV.3 Beban Studi Maksimal ... 75

Tabel V. 1 Interprestasi Data Nilai PPL... 77

Tabel V. 2 Interprestasi Data Faktor Sosial ... 79

Tabel V. 3 Interprestasi Data Minat Mahasiswa Menjadi Guru .... 79

Tabel V. 4 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas ... 79

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Ijin Penelitian ... 95

Lampiran Kuesioner ... 98

Lampiran Data Penelitian ... 101

Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 103

Lampiran Data Penelitian ... 105

Lampiran Output Uji Normalitas ... 126

Lampiran Output Linieritas ... 127

Lampiran Output Uji Hipotesis ... 131

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan penting. Menjadi

penting karena pada kenyataannya keberadaan guru di berbagai jenjang

pendidikan, dari Taman Kanak-kanak sampai pada Sekolah Menengah Atas

oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan.

Keluhan bahwa banyak guru lulusan FKIP kurang profesional, yaitu

kurang menguasai bahan dan kurang kompeten dalam pembelajaran cukup

marak. Mutu guru yang kurang tinggi inilah yang mengakibatkan salah

satunya mutu pendidikan di Indonesia kurang baik. Maka untuk meningkatkan

mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang

profesional dalam mendidik siswa-siswinya di sekolah. Untuk mewujudkan

guru yang profesional maka pemerintah mulai ingin menata profesi guru

dengan kode etik dan sertifikasi.

Salah satu penyebab guru kurang profesional adalah minat dan motivasi

calon guru yang masuk FKIP kurang tinggi. Hal ini dapat terlihat dari

kebanyakan yang masuk FKIP bukan calon mahasiswa yang berintelegensi

tinggi dan bukan pilihan pertama. Lulusan SMA kurang berminat menjadi

guru karena kesejahteraan guru relatif kecil dibandingkan profesi lain yang

setingkat dan ada indikasi banyak orang tua yang menjadi guru, tidak ingin

(20)

Lain dulu lain pula sekarang, banyak sekali sarjana-sarjana jurusan

murni (non kependidikan) yang berburu akta IV atau mengajar agar menjadi

bagian dari profesi guru dan diterima di lembaga pendidikan tertentu. Hal ini

menyebabkan adanya guru-guru instan yang mengajar di lembaga-lembaga

pendidikan. Mengapa mereka sekarang ingin dan minat menjadi guru, padahal

mereka tidak bercita-cita menjadi guru. Hal ini terbukti karena mereka tidak

serius dalam menempuh pendidikan kesarjanaan yang mereka tempuh.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat pemilihan profesi guru,

antara lain: (1) profesi guru saat ini mendapat perhatian istimewa dari

pemerintah, (2) profesi guru merupakan jenis pekerjaan yang santai dan

mudah, (3) profesi guru tidak banyak menyita waktu dalam bekerja, (4)

profesi guru menjadi pelabuhan terakhir ketika tidak ada lowongan pekerjaan

sesuai ijazah sarjana mereka, ataukah (5) gaji profesi guru mulai terangkat dan

subsidinya akan dinaikkan oleh pemerintah. Jika kelima faktor ini yang

banyak mempengaruhi minat mahasiswa saat ini untuk memilih profesi guru,

maka tidak heran jika kualitas guru saat ini banyak dipertanyakan.

Sejauh diamati, persoalan minimnya guru berkualitas itu berpangkal dari

lemahnya pembinaan guru saat ini. Menurut Prof. HAR Tilaar (2006),

kelemahan itu hanya bisa diatasi bila LPTK / Universitas ex. IKIP mengalami

reorganisasi dan restrukturisasi, harus ditunjang ilmu pendidikan terbaru.

Akibatnya ketika guru mengajar suasana yang dibangun di kelas cenderung

pasif dan kaku (KR.Selasa 25 Nopember 2008). Selama ini pengajaran di

(21)

reflektif. Padahal para siswa itu sangat membutuhkan inspirasi pada saat

gurunya di kelas, sayangnya guru itu tidak menguasai ilmu substansi dan cara

penyampaian kepada siswa. Sehingga sekolah hanya menjadi transfer ilmu

pengetahuan semata dan bukan sebagai lembaga pendidikan, akibatnya para

lulusanpun tidak bisa banyak diharapkan menjadi agen perubahan sosial dan

(jika menjadi guru) justru malah melestarikan pola pengajaran impulsif

(coba-coba).

Masalah-masalah yang tersebut di atas, maka FKIP mempunyai

tantangan yang cukup besar. Tantangan tersebut yaitu bagaimana membantu

calon guru dengan pendidikan guru yang ada dapat mengembangkan minat

dan profesionalitas mereka.

Guru yang bermutu, bukan hanya berotak pintar, tapi idealnya juga

mempunyai minat yang cukup besar. Minat tidak hanya muncul, ketika

ditanya, apakah anda mau menjadi guru? Tetapi, dimulai dari proses ketika

mengenyam proses pendidikan.

Pihak FKIP, sudah mencoba meningkatkan minat dan profesionalitas

calon guru dengan bermacam cara seperti membuat kurikulum keguruan yang

menekankan pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya,

pengembangan pembelajaran dan sikap.

Dalam proses pendidikan di LPTK/IKIP mahasiswa dibina untuk

semakin memupuk kecintaanya terhadap profesi guru. Salah satu cara yang

ditempuh FKIP adalah dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL). PPL

(22)

mahasiswa terjun langsung di sekolah-sekolah untuk mempraktekan langsung

teori yang mereka dapat di perkuliahan. Program ini membuat para mahasiswa

mengenal secara langsung lingkungan sekolah, menerapkan kecakapan

keguruan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam situasi nyata. Supaya

mahasiswa calon guru benar-benar merasakan manfaat PPL maka PPL harus

dijalankan seefektif mungkin. Aspek yang dinilai adalah sesuai dengan tujuan

dari program PPL itu sendiri, yaitu: kemampuan mengenal lingkungan

sekolah, kemampuan menerapkan kecakapan keguruan secara menyeluruh dan

terintegrasi, dan kemampuan mengambil manfaat dari pengalaman ber-PPL.

Pengalaman nyata di sekolah inilah yang sedikit banyak mempengaruhi minat

mahasiswa FKIP memilih profesi guru.

Faktor lain yang diduga berpengaruh pada minat seseorang menjadi guru

adalah pengakuan (penghargaan) masyarakat terhadap profesi guru semakin

menurun (S.Widanarto P,dkk:2008). Dewasa ini martabat guru semakin

merosot, bahkan dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Guru

idealnya, di samping dapat mentransfer pengetahuan, guru juga mendidik

nilai-nilai universal. Dengan demikian, seorang guru hendaknya memiliki

moral, iman dan akhlak yang baik yang dapat ditanamkan pada diri siswa.

Namun berita-berita di media massa menunjukkan bahwa perilaku guru jauh

dari ideal. Perilaku-perilaku negatif menjadikan masyarakat berpandangan

negatif terhadap profesi guru.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan

(23)

TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU” dengan studi

kasus pada mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa

untuk menjadi guru, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Fokus

penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Prestasi Program Pengalaman

Lapangan (PPL) dan aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP USD untuk

menjadi guru.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara prestasi PPL

terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru?

2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara aspek sosial

terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara prestasi PPL terhadap minat mahasiswa FKIP USD untuk menjadi

guru.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP USD untuk menjadi

(24)

E. Manfaat Penelitian

1. Menjadi bahan evaluasi bagi FKIP USD tentang PPL apakah sudah sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa atau tidak.

2. Menjadi bahan evaluasi bagi dosen FKIP USD untuk dapat membantu

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Pengalaman Lapangan (PPL)

1. Hakikat, Tujuan dan Status PPL

Menurut M. Entang (1980:1) Praktek Kependidikan calon guru

dinamakan “Pengalaman Lapangan” dan bukan “praktek mengajar”,

karena program ini tidak hanya mencakup latihan mengajar, akan tetapi

juga termasuk di dalamnya tugas-tugas keguruan lain di luar mengajar.

Program Pengalaman Lapangan (PPL) dalam kurikulum Pendidikan

Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK) termasuk komponen Proses

Belajar Mengajar (PBM). Pelaksanaan kegiatannya digolongkan atas

tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda walaupun secara keseluruhan

diarahkan kepada satu tujuan yaitu pembentukan profesional keguruan. Di

dalam PPL ini dilaksanakan latihan-latihan mengajar yang sepenuhnya

diawasi, sebagian diawasi sampai pada latihan yang sepenuhnya berdiri

sendiri, di samping latihan pelaksanaan tugas-tugas non-teaching. Latihan

keterampilan yang lebih terbatas dilakukan dalam bentuk kegiatan praktek

mata-mata kuliah kelompok Proses Belajar Mengajar (PBM) lainnya,

antara lain dengan mempergunakan fasilitas micro teaching.

Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Pengalaman Lapangan

(2007:7), PPL dirancang untuk melatih para calon guru agar memiliki

(26)

latihan pembelajaran dan latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan

selain pembelajaran. PPL merupakan muara dari seluruh program

pendidikan pra-jabatan guru. Oleh karena itu, pelaksanaan PPL dilakukan

sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang memadai dalam berbagai

bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru, seperti penguasaan

landasan kependidikan, penguasaan mata pelajaran dan pengelolaan proses

pembelajaran. Kecakapan keguruan mempunyai banyak aspek yang

berkaitan, yang harus dilatihkan secara bertahap dan terintregrasi.

Keseluruhan kecakapan keguruan di atas perlu dilandasi dengan nilai serta

sikap keguruan yang positif.

Tujuan PPL (Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman

Lapangan.2007:7) agar praktikan memiliki kompetensi berikut:

a. Mengenal lingkungan sosial sekolah secara cermat dan menyeluruh,

meliputi aspek fisik, tata administratif, serta tata kurikuler dan kegiatan

kependidikan.

b. Menerapkan berbagai kecakapan keguruan secara menyeluruh dan

terintegrasi dalam situasi nyata di bawah bimbingan Guru Pamong dan

dosen Pembimbing PPL.

c. Mengambil manfaat dari pengalaman ber-PPL agar semakin memiliki

kecakapan keguruan secara profesional.

Status PPL di FKIP USD merupakan matakuliah wajib lulus (WL)

(27)

Menurut Entang (1980:4), tingkatan kegiatan dalam Pengalaman

Lapangan seperti yang dituntut program pendidikan guru berdasarkan

kompetensi hendaknya meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Observasi-orientasi (field familiarization)

Kegiatan ini bermaksud untuk memperkenalkan para mahasiswa

kepada kehidupan sekolah (school life).

b. Latihan terbatas (isolated skill development)

Pada fase ini para mahasiswa dilatih secara elementer mengenal dan

mempergunakan berbagai metode mengajar, cara analistis situasi kelas

dan melaksanakan evaluasi hasil belajar.

c. Latihan lengkap (real teaching)

Pada fase ini mahasiswa secara berangsur-angsur diberi tanggung

jawab melaksanakan tugas guru dengan bimbingan sampai dapat

berdiri sendiri dan bertanggung jawab penuh (mulai dari supervised

teaching sampai dengan full responsibility teaching).

2. Persiapan Program Kegiatan PPL (Pedoman Pelaksanaan

PPL.2007:8-11)

a. Prasyarat

Mahasiswa yang diperkenankan melaksanakan PPL adalah mahasiswa

yang memenuhi prasyarat sebagai berikut:

1) Telah mengikuti mata kuliah di Koordinasi MKDK berikut ini

dengan nilai minimal C:

(28)

b) Psikologi Belajar dan Pembelajaran

c) Dasar-dasar Bimbimngan dan Konseling

d) Psikologi Remaja

e) Manajemen Sekolah

2) Sudah mengikuti mata kuliah PBM berikut ini dengan nilai

minimal C:

a) Perencanaan Pengajaran

b) Metodologi Pengajaran

c) Evaluasi Pengajaran

d) Pengajaran Mikro

3) Telah mengikuti mata kuliah mata pelajaran yang ditentukan oleh

program studi yang bersangkutan.

Selain telah menempuh mata kuliah yang telah ditentukan,

praktikan juga diberi pembekalan PPL. Pembekalan yang telah diikuti

praktikan sebelum melaksanakan PPL dilakukan dua kali, yaitu:

Pembekalan tingkat Program Studi dan Pembekalan tingkat Fakultas.

b. Kegiatan

1) Membuat rencana kegiatan

2) Mengenal sekolah tempat melaksanakan PPL (observasi sekolah)

a) Pengenalan lapangan (sekolah tempat praktikan melaksanakan

PPL)

b) Aspek-aspek kehidupan sekolah (keadaan fisik sekolah,

(29)

sumber belajar, perangkat administrasi kelas dan sekolah,

jenis-jenis program kokurikuler dan ekstrakurikuler yang tersedia di

sekolah, struktur organisasi dan personalia/kepegawaian

sekolah, kehidupan social dalam waktu belajar dan waktu

istirahat, dan membuat peta kerawanan kelas).

3) Mengenal proses pembelajaran dan aktivitas siswa

a) Untuk menemukan model pembelajaran, praktikan wajib

mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan guru

pamong minimal 3 kali, sedapat mungkin pada kelas yang

berbeda.

b) Untuk menambah pengalaman mengajar, praktikan wajib

mengobservasi pembelajaran oleh sesama praktikan minimal 3

kali, sedapat mungkin pada praktikan yang berbeda.

4) Melaksanakan pembelajaran

a) Praktikan wajib melaksanakan pembelajaran minimal 8 kali.

Untuk itu praktikan wajib menyusun silabus dan/atau Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b) Silabus dan/atau RPP wajib dikonsultasikan kepada Guru

Pamong dan Dosen Pembimbing PPL.

c) Penilaian pembelajaran praktikan dilakukan oleh Guru Pamong

dan Dosen Pembimbing PPL.

5) Membuat alat peraga untuk kepentingan pengajaran

(30)

Dengan bimbingan wali kelas dan kepala sekolah atau petugas lain

yang mewakilinya, praktikan berlatih/berpartisipasi dalam

penyelenggaraan administrasi kepegawaian, administrasi

kesiswaan, dan administrasi sekolah.

7) Berlatih dalam pemeliharaan dan pendayagunaan sarana

pengajaran

Kegiatan ini dilakukan antara lain dalam hal pengelolaan

perpustakaan dan laboratorium.

8) Berlatih/berpartisipasi dalam pembinaan kegiatan kokurikuler dan

ekstrakurikuler (misalnya: pengelolaan OSIS dan Kepramukaan)

9) Menyelenggarakan kegiatan lain

Praktikan dianjurkan melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti

hal-hal berikut:

a) membimbing pengisian majalah dinding

b) mengikuti upacara-upacara sekolah

c) mengikuti pertemuan atau rapat-rapat sekolah

d) melaksanakan tugas piket

10)Menghadiri pertemuan dengan Dosen Pembimbing dan membina

hubungan dengan sekolah

a) Kegiatan ini dilakukan dalam rangka persiapan dan

pembekalan PPL di kampus, dan berbagai pengalaman dalam

kelompok di sekolah tempat praktik; minimal dilaksanakan 4

(31)

b) Selama melaksanakan PPL, praktikan berusaha membina

hubungan dengan personil sekolah.

11)Membuat laporan

Praktikan wajib membuat laporan (individual)

a) Buku Pribadi yang terdiri dari Buku Harian

b) Laporan akhir dibuat 3 eksemplar, untuk praktikan yang

bersangkutan, pihak sekolah terkait, dan Dosen Pembimbing.

12)Menempuh ujian lisan pertanggungjawaban PPL pada Dosen

Pembimbing

Dalam rangka menentukan nilai final, praktikan wajib mengikuti

ujian lisan pertanggung-jawaban laporan PPL.

c. Penilaian

1) Pengertian dan Tujuan

Penilaian merupakan salah satu komponen dalam

keseluruhan PPL. Penilaian mengandung dua aspek, yaitu

penilaian terhadap pencapaian mahasiswa calon guru dalam setiap

tahap latihan, serta penilaian terhadap keefektifan program yang

dirancang bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan

profesional mahasiswa calon guru (Anah dkk:101).

Secara lebih rinci, pengukuran tingkat kinerja mahasiswa

calon guru meliputi kinerja dalam hal-hal berikut (Anah dkk:102):

a) Melakukan observasi lapangan, baik yang bersiat lingkungan

(32)

b) Melakukan latihan keterampilan mengajar terbatas, yang

meliputi: kinerja dalam keterampilan bertanya, memberi

penguatan, menjelaskan, mengadakan variasi, membuka dan

menutup pelajaran, mengelola kelas, memimpin diskusi

kelompok kecil, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

c) Melakukan latihan terbimbing yang meliputi: kinerja dalam

mengelola kegiatan belajar mengajar, memberi bimbingan

belajar, mengerjakan tugas administrasi, serta melakukan tugas

ko dan ekstra kurikuler.

d) Melakukan latihan mandiri yang meliputi kinerja dalam

melaksanakan tugas sebagai guru kelas (termasuk membimbing

murid dan mengerjakan administrasi kelas), mengerjakan tugas

administrasi sekolah dan mengerjakan tugas ko an ekstra

kurikuler.

Tujuan penilaian keefektifan PPL meliputi penilaian

keefektifan dalam hal-hal berikut:

a) perencanaan dan pelaksanaan latihan pengalaman lapangan

b) mekanisme pelaksanaan latihan keterampilan mengajar terbatas

c) perencanaan dan pelaksanaan latihan terbimbing

d) mekanisme bimbingan secara keseluruhan.

2) Prinsip-prinsip Penilaian (Pedoman Pelaksanaan PPL:2007:18)

(33)

Butir-butir yang akan dinilai dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan penilaian diketahui juga oleh praktikan.

b) Berkesinambungan

Penilaian dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir.

c) Membimbing

Penilaian merupakan bagian dari pembimbingan, yaitu untuk

memperbaiki kekurangan yang ada.

3) Komponen yang dinilai, Penilai dan Rentang Nilai (Pedoman

Pelaksanaan PPL.2007:18-19)

a) Proses Pembelajaran

a1) Kemampuan menyusun rencana pembelajaran

•kemampuan menyusun tujuan pembelajaran dan indicator

•kemampuan menganalisis materi pembelajaran

•kemampuan merancang pengalaman belajar yang

mengaktifkan siswa

•kemampuan menyusun alokasi waktu, media dan sumber

belajar yang relevan

•kemampuan menyusun alat evaluasi formatif

a2) Kemampuan melakukan proses pembelajaran

•kemampuan melakukan kegiatan pra pembelajaran

•kemampuan membuka pelajaran

•kemampuan melaksanakan kegiatan inti pembelajaran

(34)

a3) Kemampuan Personal dan Sosial

•Komponen yang dinilai:

•Kedisiplinan

•Rasa tanggung jawab

•Kesungguhan melakukan tugas yang diberikan di sekolah

•Keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sekolah

•Ketepatan waktu (kehadiran, penyelesaian tugas)

•Kemampuan bekerja sama dengan guru-guru/dosen

pembimbing, staf administrasi sekolah, siswa, dan sesama

praktikan

•Kerapian berpakaian

•Kesungguhan memperbaiki kesalahan/kekurangan selama

melaksanakan PPL

a4) Laporan Akhir

•kelengkapan isi

•sistematika

•penggunaan bahasa yang baik dan benar

b) Penilai

b1) Guru Pamong: menilai komponen pembelajaran, komponen

tugas-tugas lain, serta penilaian penampilan personal dan

sosial.

b2) Dosen Pembimbing: menilai komponen praktik

(35)

laporan akhir/pertanggungjawaban, dan menguji serta

menentukan nilai final.

c) Rentang Nilai

Rentang nilai yang dipakai adalah 0-10 dengan predikat sebagai

berikut:

Rentang Nilai Huruf Predikat

8,00 – 10,00 A Sangat baik

6,6 – 7,9 B Baik

5,5 – 6,5 C Cukup

5.0 – 5,5 D Kurang

0,00 – 4,9 E Sangat Kurang

d. Perangkat kemampuan yang diharapkan dikuasai lulusan

program pendidikan prajabatan guru (Dirjen

Dikti,1991/1992:Buku 1:15-17)

1) Kesadaran dan kemampuan mengembangkan diri sebagai individu

warganegara berpendidikan tinggi dan sebagai pekerja professional

a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.

b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa

Pancasila.

c) Mampu berpikir mandiri, termasuk pemanfaatan cara-cara

memperoleh dan mengolah informasi serta mengemukakan

proses dan hasilnya secara efektif dan efisien dalam bahasa

baku, baik secara lisan maupun tertulis.

d) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi

(36)

e) Mengetahui kemampuan dan keterbatasan diri di dalam

pelaksanaan tugas-tugas profesional di samping kemampuan

menemukan rujukan bagi keperluan pelaksanaan tugas-tugas

tersebut.

f) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan

profesional.

g) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi

pendidikan.

2) Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar

a) Memahami ruang lingkup, landasan, serta keterbatasan ilmu

sumber bahan ajarnya.

b) Menggunakan metodologi dan/atau peralatan yang diperlukan

untuk pemahaman ilmunya.

c) Memahami kaitan antara berbagai konsep di dalam ilmunya

dan kaitan antara konsep-konsep tersebut dengan

bidang-bidang ilmu lain yang relevan.

d) Memahami implikasi sosial bidang ilmunya.

e) Mampu belajar secara mandiri untuk memuthakirkan

penguasaan bidang ilmunya.

f) Memahami kaitan antara berbagai konsep bidang ilmunya

dengan konsep-konsep bidang ilmu lain yang relevan bagi

(37)

g) Memilih dan menata konsep-konsep bidang ilmu yang telah

ditetapkan sebagai isi program pengajaran dalam bentuk yang

meyakinkan dengan derajat ketercermatan yang maksimal.

3) Menguasai prinsip-prinsip dasar kependidikan dan memahami

hakikat subjek didik

a) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.

b) Mengenal karakteristik, potensi dan kebutuhan peserta didik

sasaran layanan (TK, SD, SM) yang digunakan sebagai acuan

di dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.

c) Memahami prinsip-prinsip ilmu-ilmu yang relevan untuk

dimanfaatkan di dalam mengelola proses belajar-mengajar.

d) Mengenal prinsip dan prosedur pembelajaran.

e) Memahami kaitan tujuan pendidikan (TK, SD, SM)

4) Kemampuan menyusun dan menyelenggarakan program

pengajaran dan tugas-tugas keguruan-kependidikan lainnya

a) Menerapkan pengetahuan tentang bidang ilmu sumber bahan

ajar, wawasan kependidikan, dan karakteristik, potensi, serta

kebutuhan sasaran layanan (TK, SD, SM) untuk:

a.1) menetapkan tujuan pengajaran

a.2) memilih dan mengembangkan bahan pengajaran

a.3) memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar

a.4) memilih dan memanfaatkan media pengjaran

(38)

a.6) mengatur ruangan belajar

a.7) mengelola interaksi belajar mengajar

a.8) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

a.9) menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

a.10) membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar

a.11) membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat

khusus

a.12) membina wawasan siswa untuk menghargai berbagai

pekerjaan di masyarakat

b) Mengenal dan memecahkan masalah-masalah nyata yang

dihadapi di dalam penyelenggaraan pengajaran melalui

kegiatan penelitian.

c) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah

d) Membina kegiatan-kegiatan ko- dan ekstrakurikuler.

B. Faktor Sosial

Fungsi sosial adalah pengaruh khas yang diberikan seseorang atau

lembaga sosial terhadap seluruh masyarakat. Apabila rasa pengertian peranan

sosial itu hendak ditekankan unsur kewajiaban dan tangung jawab peranan

sosial itu disebut dengan istilah lain, yakni jabatan atau tugas. Maka jabatan

atau tugas sosial ialah suatu peranan sosial yang diserahkan kepada seseorang

atau institusi sosial oleh instansi yang berwenang untuk memenuhi kebutuhan

(39)

Aspek sosial ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan

kemampuan seseorang pada masyarakat, atau dengan kata lain nilai seseorang

dari sudut pandang orang-orang lain lingkungannya (Endang Wijayanti,

2001:367). Aspek sosial ini, juga dipertimbangkan dalam memilih karir dalam

hal ini adalah guru. Yang termasuk aspek sosial ini adalah prestis, kepuasan

pribadi, kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk

berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya serta kesempatan

menjalankan hobi di lingkungan masyarakat misalnya dengan membuka

privat.

Kehidupan status sosial guru sangat mempengaruhi prestis guru, karena

dalam kehidupan sosial guru dapat dinilai dan dicontoh oleh masyarakat jika

dapat menunjukan martabat dan budi pekerti yang baik. Masyarakat yang

nantinya akan menghormati dan menyegani keberadaan guru karena memiliki

status sosial tinggi.

Menurut Edman dalam Rini Yuniyanti (2005 ; 12) menggambarkan

peranan guru dalam kontek antara budaya mencakup 2 hal yaitu:

1. Peranannya ialah melakasanakan apa yang diamanatkan masyarakat

melalui sekolah agar dapat mempersiapkan anak didik sesuai tujuan yang

diharapkan masyarakat.

2. Peranannya ialah melaksanakan tujuan yang diserahkan kepadanya baik di

dalam kelas sehari-hari maupun dalam hubungannya dengan tuntutan

(40)

Sedangkan menurut Waten B dalam Rini Yuniyanti (2005 : 13) peran guru

antara lain :

1. Sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat, sebab ia nampak sebagai

seseorang yang punya wibawa.

2. Sebagai penilai, ia memberi penilaian

3. Sebagai orang sumber (nara sumber)

4. Sebagai pembantu

5. Sebagai wasit

6. Sebagai detektif

7. Sebagai objek identifikasi

8. Sebagai penyangga rasa takut

9. Sebaagi orang yang menolong memahami diri (super ego)

10.Sebagai pemimpin kelompok

11.Sebagai orang tua/wali (parent/surrogates)

12.Sebagai orang yang membina dan memberikan layanan

13.Sebagai pembawa rasa kasih sayang.

Seorang guru dipandang oleh masyarakat mempunyai peranan, adapun

peranan guru dalam suatu masyarakat terdapat beberapa unsur, yaitu :

1. Guru bergaul dengan masyarakatnya, dengan tetap memelihara statusnya

bahwa ia adalah orang yang digugu dan ditiru dimana saja ia berada.

2. Guru menjauhkan diri untuk memasuki kegiatan-kegiatan masyarakat

(41)

3. Guru menerima peranan secara tidak bertentangan dengan kenyataan yang

dihadapi.

4. Guru memegang suatu kode tingkah laku tertentu.

5. Guru menyayangi semua golongan sebab kehidupan guru dan keahliannya,

dicontoh, dan diteladani oleh seluruh masyarakat.

6. Guru merupakan perintis pembangunan pada segala bidang kehidupan

dalam masyarakat.

Seorang guru dalam melaksanakan tugas berdasarkan kasih sayang, adil,

dan dapat menumbuhkan perasaan-perasaan itu dengan rasa penuh tanggung

jawab, selain itu guru harus dapat mempertahankan status dan jarak dengan

peserta didik. Tugas guru sebagai orang tua di sekolah juga harus bisa bekerja

sama dengan orang tua peserta didik dalam memecahkan suatu masalah

pribadi peserta didik disekolah Indah dan Prem (34 :2005)

Selain guru memiliki satus sosial di masyarakat dalam Peraturan Menteri

Nomer 16 tahun 2007 seorang guru juga harus mempunyai kompetensi sosial

yang perlu dimiliki, kompetensi tersebut antara lain :

1. Bersikap komunikatif dengan teman sejawat dan komunitas lainya secara

santun, empatik dan efektif.

2. Berkomunikasi dengan orang tua murid dan masyarakat secara santun,

empatik dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan tentang

anak didiknya.

3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program

(42)

4. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, orang tua siswa,

teman sejawat dan lingkungan sekolah karena perbedaaan suku, ras agama,

jenis kelamin, latar belakang keluarga dan status soisal ekonomi.

5. Mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka

meningkatkan efektivitas sebagai pendidik termasuk memahami bahasa

daerah setempat.

6. Melaksanakan berbagai macam program dalam lingkungan kerja dalam

mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah

setempat.

7. Mampu berkomunikasi dengan teman seprofesi maupun profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Status sosial guru berkaitan dengan profesi guru itu sendiri dan

penghargaan masyarakat terhadap wibawa guru. Menurut (Supriyadi, 1999:68)

makin tinggi sekolah tempat guru mengajar, semakin baik status sosial

keluarganya. Secara umum status sosial keluarga guru SMA jauh lebih baik

dari status sosial keluarga guru SMP dan SD. Hal ini dapat dipahami untuk

menjadi guru pada jenjang yang lebih tinggi dibutuhkan pendidikan yang lebih

tinggi pula yang terkait dengan status sosial keluarga dan juga status ekonomi.

Tetapi sekarang ini tuntutan untuk menjadi seorang guru SD harus

berpendidikan S1.

Hal-hal yang telah disebutkan di atas mempengaruhi kewibawaan guru

di mata masyarakat. Profesi guru harus dihargai dan dipandang oleh

(43)

dibicarakan oleh masyarakat tidak akan mengubah guru dan profesi atau tidak

mengubah status dan nasib mereka.

C. Minat, Profesi Guru dan Kompetensi Keguruan

1. Minat

Minat merupakan salah satu faktor psikologi yang penting untuk

kemajuan dan keberhasilan seseorang, selain itu minat juga merupakan

faktor psikologi yang menentukan suatu pilihan seseorang. Seseorang jika

melakukan suatu pekerjaan disertai dengan minat pada umumnya hasil

yang akan diperoleh akan lebih baik jika dibanding tidak disertai dengan

minat.

Menurut Bimo Walgito minat merupakan keadaan dimana seseorang

menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya

kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut

(Bimo Walgito, 1977: 65).

Sedangkan menurut Purwodarminto minat merupakan perhatian,

kesukaan dan keinginan (Purwodarminto, 1987: 65). Sementara itu minat

menurut Winkel adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek

untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel W.S,1983 :

30). Jika kita berminat terhadap sesuatu sudah pasti kita ikuti dengan

perhatian pada objek tersebut.

Berkaitan dengan definisi di atas, minat mempunyai peranan penting

(44)

seseorang. Keberhasilan individu dalam lingkungan pendidikan maupun

pekerjaan sangat tergantung pada motivasi, kesungguhan, disiplin, dan

keterampilan. Motivasi, disiplin dan keterampilan merupakan hasil usaha

dan pengembangan diri yang terus menerus di lingkungan pekerjaan.

Motivasi, disiplin, dan keterampilan yang dimiliki seseorang dibentuk dan

diarahkan oleh minat individu tersebut akan objek/jenjang pekerjaan

tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat seseorang

berperan penting dalam pemilihan karir seseorang.

Giatama 1990;6 (dalam penelitian bersama dosen dan

mahasiswa;2008) menggolongkan minat menjadi dua, yaitu :

a. Minat secara intrinsik

Merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa

pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh

sikap, presepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensia.

1) Sikap

Menurut Thrustone, sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang

bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan

obyek-obyek psikologis, afeksi yang positif yaitu afeksi senang,

sedangkan afeksi negatif adalah yang tidak menyenangkan.

Dengan demikian obyek dapat menimbulkan berbagai macam

(45)

2) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap

rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang

sehingga individu mengerti rangsang yang di inderanya.

Ada tiga komponen dalam persepsi yaitu: seleksi, interpretasi, dan

reaksi. Makna informasi bagi individu yang satu dengan yang lain

berbeda-beda. Hal ini tergantung dari ketiga komponen persepsi.

Dengan adanya perbedaan seleksi dapat menimbulkan interpretasi

yang berbeda pula, sehingga reaksi yang timbul tergantung dari

interpretasi yang ada.

3) Prestasi belajar

Seorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan

biasanya menunjukan ketidaksenangan. Hal ini dapat di lihat dalam

kejadian-kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja dibawah

kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam

melaksanakan pekerjaan yang tidak di sukai. Besarnya minat

seseorang terhadap pendidikan dapat dipengaruhi oleh minat pada

pekerjaan. Jika seseorang mengharapkan pekerjaan yang menuntut

pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu

(46)

4) Bakat

Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum

kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat

pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.

5) Jenis kelamin

Laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan

dibandingkan dengan perempuan yang kebanyakan memandang

pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.

Laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan

menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut

oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh

pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat

tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai

kegiatan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak laki-laki dari

keluarga yang statusnya rendah, berharap mancapai status sosial

yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya perempuan

memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak

banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, biasanya

perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti

(47)

6) Intelegensi

Dalam buku pengantar Psikologi Umum, Intelegensi adalah daya

menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan

alat-alat berpikir menurut tujuannya (kamus pedagogik, 1953)

Intelegensi masing-masing individu berbeda-beda, karena

perbedaan tersebut maka individu satu dengan yang lain tidak sama

kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang

dihadapi.

b. Minat secara ekstrinsik

Merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu.

Minat secara ekstrinsik timbul antara lain timbul karena latar belakang

ekonomi, minat, orang tua dan teman sebaya.

1) Latar belakang ekonomi

Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat

mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu

mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau

kurang baik karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang

kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat

mereka.

2) Minat orang tua

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan

(48)

orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama

(Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).

3) Minat teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja

dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan

dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya.

Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri

kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki

pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian

remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama

dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,

penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth

B. Hurlock, 1997:235).

Menurut Andi Mappiare (1980 : 64), minat dipengaruhi oleh latar

belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh

unsur lingkungan yang ada di sekitar anak akan menjadi faktor yang

mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru.

Menurut Drs. Andi Mappiare (1982 : 62), minat adalah suatu

perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,

pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain

yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Perkembangan

(49)

1) Perkembangan minat/cita-cita remaja awal

Minat/cita-cita remaja terhadap sekolah dan jabatan remaja awal

banyak dipengaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jabatan seseorang

cukup banyak antara lain tingkat status ekonomi/sosial, tingkat

pendidikan, jenis kelamin, kebutuhan-kebutuhan dan lain-lain. Dalam

masa remaja awal, minat/cita-cita sekolah atau jabatan seseorang

masih berubah-ubah.

2) Perkembangan minat/cita-cita remaja akhir

Minat/cita-cita pendidikan/ jabatan pekerjaan dalam masa remaja

akhir, pada umumnya telah mantap dalam pilihan, terutama dalam

parohan akhir masa remaja akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan jabatan remaja adalah pengaruh citra diri, lingkungan

keluarga/orang tua, lingkungan sosial kultural, dan sebagainya. Setelah

mendekati masa remaja akhir, minat/cita-cita tersebut dapat lebih jelas,

dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat

dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaan. Jadi, dapat dikatakan

bahwa jenis sekolah, jenis pekerjaan/jabatan yang dipilih seorang

remaja akhir, dipengaruhi minat dan aspirasinya sendiri, minat dan

aspirasi orang tuanya, kesan-kesan (menyangkut gengsi) dari

(50)

Minat merupakan salah satu unsur pokok yang sangat penting untuk

meraih sukses dalam melakukan kegiatan. Arti penting minat menurut The

Liang Gie (1994:28) ialah :

1) Minat melahirkan perhatian yang serta merta.

2) Minat memudahkan terciptanya konsentrasi.

3) Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.

4) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.

5) Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi

guru adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari

perasaan, harapan, pendirian, prasangka, harapan, rasa takut, atau

kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih menjadi

guru.

2. Profesi Guru

Menurut Hornby (dalam Intan Desy Cahyani,2006:10), profesi dapat

diartikan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lanjut dan

latihan khusus, seperti ahli hukum, arsitek, dokter, guru, teolog dan

lain-lain. Sementara profesi menurut Arikunto (1990:231) diartikan sebagai

suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan nafkah. Dedi

Supriadi (1999:95) berpendapat bahwa profesi menunjuk pada suatu

pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan

(51)

dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk

itu.

Ciri-ciri profesi (Dedi Supriadi,1999:96):

a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena

diperlukan mengabdi kepada masyarakat.

b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat

pendidikan yang “lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga

tertentu secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (accountable)

c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan hanya sekedar serpihan atau hanya common sense.

d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta

sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik.

e. Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat,

maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok

memperoleh imbalan finansial atau materiil.

Sementara itu, guru dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya

mengajar (McLeod,1989), sedangkan Soelaeman (1985:7), mendefinisikan

guru sebagai komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam

menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Sementara itu, UU RI No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5

mendefinisikan guru sebagai tenaga profesional yang mempunyai dedikasi

dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi pendidik yang

(52)

didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas yang

mengaktualisasikan potensi kemanusiaanya secara optimum, pada jalur

pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk

pendidikan anak usia dini formal.

Dalam jurnal Educational Leadership edisi Maret 1993 menyebutkan

bahwa, untuk menjadi profesional guru dituntut memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa

sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan

belajar dari pengalamannya.

e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

lingkungan profesinya.

Di Indonesia sesungguhnya sudah ada wahana untuk meningkatkan

profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat kegiatan Guru) dan KKG

(Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi

pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi

dalam kegiatan mengajarnya. Hal ini tentunya belum cukup, satu hal lagi

(53)

menguasai prinsip-prinsip pedagogi secara umum maupun

didaktik-metodik secara khusus yang berlaku pada setiap mata pelajaran.

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.

Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam-jabatan

termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja,

penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik

profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan dan lain-lain

secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme

seseorang, termasuk guru (Dedi Supriadi.1999:99).

Jika demikian, maka usaha peningkatan profesionalisme guru

merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru,

instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdikbud atau yayasan

swasta), PGRI, dan masyarakat.

Berkenaan dengan tugas dan fungsinya yang sangat strategis, maka

untuk menjadi guru, seseorang perlu mendapatkan pendidikan atau latihan

khusus di bidang keguruan. Keputusan Menteri pendidikan Nasional No.

045/U/2002 tentang standar pendidikan nasional, mensyaratkan bahwa

untuk menjadi guru, maka seseorang untuk menjadi guru seseorang perlu

memiliki kualifikasi akademik guru dan memenuhi standar kompetensi

guru yang mencakup kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial dan

profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru.

Bila kompetensi guru dibangun berdasarkan keahlian bidang studi

(54)

apa yang mereka ajarkan dan di jenjang mana mereka mengajar. Profesi

guru adalah jenis pekerjaan yang selama ini diabaikan orang dan terus

menerus menjadi perdebatan, sehingga guru kita tidak disiapkan secara

profesional. Agar guru dapat disiapkan secara profesional, maka

penyelenggaraan pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan yang

lebih cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru.

Jabatan guru sebagai suatu profesion, adalah suatu jabatan atau

pekerjaan yang membutuhkan keahlian (pendidikan atau latihan) khusus di

bidang keguruan, perlu memiliki syarat-syarat tertentu untuk menjunjung

martabat guru dan menjamin mutu pendidikan dan pengajaran yang

diberikan oleh guru. Maka dibutuhkan syarat mutlak yang harus dimiliki

oleh seorang guru, yaitu (Amatembun, 1973 : 4-10) :

a. Syarat Profesional

Adalah syarat yang menyangkut bidang keahlian guru, meliputi :

1) Pengetahuan di bidang keguruan dan pendidikan, baik bersifat

umum maupun khusus.

2) Ketrampilan dalam mengajar pada khususnya, dan mendidik pada

umumnya yang pada hakekatnya memiliki kesanggupan dalam

memimpin kelasnya.

b. Syarat Personal

Syarat-syarat ini yang menyangkut diri pribadi orang yang menjadi

guru, adapun syarat-syaratnya adalah :

(55)

Seorang guru harus sehat secara jasmani atau physik tidak

sakit-sakitan apalagi mengidap penyakit menular seperti Tbc. Mengenai

jasmani yang cacat seperti buta dan sebagainya dewasa ini

bukanlah menjadi hambatan utama bagi seorang yang merasa

dipanggil menjadi guru. Dewasa ini Indonesia telah mempunyai

beberapa Sarjana Muda bahkan Sarjana Pendidikan lulusan IKIP

yang tuna netra.

2) Kesehatan Psikis

Bahwa seseorang guru hendaklah sehat jiwanya, sehat mental atau

rohaninya. Orang yang menderita penyakit jiwa atau

penyakit-penyakit jiwa atau gangguan-gangguan syaraf (misalnya gangguan

syaraf otak, kejiwaan), janganlah diangkat menjadi guru.

3) Kesehatan Psycho-somatic

Seorang guru bukan hanya sehat jasmaniah dan rohaniahnya saja

tetapi haruslah sehat jasmani dan rohaninya, ia harus memiliki

kesehatan psycho-somatis yang baik karena gangguan-gangguan pada badan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi jiwa tertentu dan

sebaliknya.

4) Integritas Pribadi

Syarat personal ini menyangkut kepribadian seoarang guru sebagai

suatu totalitas. Kita membutuhkan guru-guru yang telah

(56)

pendagogis yaitu sanggup mengambil keputusan sendiri atas

tanggung jawab sendiri.

c. Syarat Moralitas

Faktor ini lebih menyangkut watak pribadi seseorang, atau suatu

pertanda kemampuan seseorang bertindak susila. Seseorang guru

bukan hanya dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk, tapi

juga sanggup berbuat menurut norma kesusilaan.

d. Syarat religiousity

Syarat beragama adalah syarat mutlak bagi orang-orang yang bertindak

sebagai guru di bumi Indonesia ini sebagai perwujudan falsafah

Pancasila secara konsekwen.

e. Syarat Formality

Syarat ini mencakup keempat syarat yang telah disebutkan di atas

(profesional, personal, moralitas, religiousity) merupakan syarat

formal yang harus dimiliki seseorang sebelum menjadi guru.

Dalam UUGD syarat-syarat menjadi guru adalah sebagai berikut :

1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, melalui pendidikan sarjana

atau diploma empat

2) Memiliki kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi

3) Sertifikat pendidik diberikan pada guru yang telah memenuhi

(57)

4) Sehat jasmani dan rohani,

5) Serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

3. Kompetensi Keguruan

Kompetensi pada dasarnya merupakan kebulatan penguasaan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk

kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu

program pendidikan. Sementara itu, menurut keputusan menteri

Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai

seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki

seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Berkaitan dengan kompetensi keguruan yang harus dikuasai oleh

guru, kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan

penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku

jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru dijelaskan

sebagai berikut:

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

(58)

b. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan

dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang

mendidik dan dialogis. Kompetensi ini mencakup kemampuan

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara

rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat

dijabarkan menjadi subkompetensi sebagai berikut:

1) Memahami peserta didik. Subkompetensi ini mempunyai indikator

esensial memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi

bekal-ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan

pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan

(59)

3) Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indicator

esensial; menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan

pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial; melaksanakan

evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil

penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat

ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil

penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program

pembelajaran secara umum.

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai

potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi non akademik.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan

dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan

mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum

mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

(60)

guru. Secara rinci, masing-masing elemen kompetensi tersebut

memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur,

konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan

materi ajar; memahami hubungan konsep antar matapelajaran

terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/bidang studi.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik

sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul

secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial

sebagai berikut:

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama

(61)

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang

tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

D. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh PPL terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Guru

PPL adalah serangkaian kegiatan yang bagi siswa LPTK, yang

meliputi, baik latihan mengajar maupun latihan di luar mengajar (Oemar

Hamalik.2002:171). Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan

membina kompetensi-kompetensi profesional yang dipersyaratkan oleh

profesi guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran yang ingin

dicapai adalah pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta pola tingkah laku yang

diperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya di

dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah

maupun di luar sekolah.

PPL merupakan salah satu program yang diterapkan FKIP USD

untuk membekali mahasiswanya dengan kecakapan keguruan secara

lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi latihan pembelajaran dan

latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan selain pembelajaran.

Di FKIP USD, PPL dilaksanakan di SMA/SMK yang telah

bekerjasama. Dalam praktiknya biasanya praktikan diberi tugas mengajar

mata pelajaran sesuai dengan program keahlian masing-masing. Dalam

(62)

pamong. Sehingga dalam tugasnya, praktikan tidak bekerja sendirian tetapi

berada dalam pengawasan dosen dan guru pamong. Dengan demikian

praktikan akan merasa dimudahkan dalam melaksanakan latihan mengajar

di sekolah.

Dengan PPL praktikan dihadapkan pada kondisi nyata di sekolah.

Selain praktikan bisa menerapkan teori-teori yang didapat saat kuliah,

praktikan bisa secara langsung berlatih mengasah skill keguruan.

Mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi-kompetensi

keguruan. Karena seorang guru yang profesional harus memiliki keempat

kompetensi keguruan, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Selain

praktikan dituntut untuk berlatih menjadi pendidik, praktikan juga harus

mengenal lingkungan sekolah. Dengan demikian sedikit banyak akan

membuat praktikan terbiasa dengan lingkungan sekolah.

Untuk menilai kompetensi yang dicapai mahasiswa/praktikan selama

PPL dapat dilihat dari nilai yang diberikan guru pamong. Guru pamong

yang mendampingi praktikan selama praktek, sehingga guru lah yang

benar-benar mengerti kemampuan praktikan dalam penguasaan

keterampilan yang dilatihkan. Aspek yang dinilai oleh guru pamong disini

adalah hasil observasi, kemampuan pembelajaran, kemampuan

mendiagnosis kesulitan belajar, dan penampilan personal dan sosial.

Semakin tinggi nilai PPL dari guru pamong maka mahasiswa tersebut

(63)

Begitupula sebaliknya, jika nilai yang diperoleh rendah maka mahasiswa

tersebut kurang menguasai kompetensi keguruan yang dilatihkan di

sekolah selama PPL.

Kompetensi yang dikuasai mahasiswa/praktikan tersebut dapat

mempengaruhi minat mahasiswa untuk memilih profesi guru. Hal ini

karena minat menjadi guru tidak langsung muncul ketika seseorang

ditanya apakah dia berminat untuk menjadi guru, melainkan minat bisa

tumbuh saat menjalani praktek nyata. Dengan pengalaman nyata tersebut

sedikit banyak bisa meningkatkan minat mahasiswa/praktikan untuk

menjadi guru khususnya pada bidang keahliannya.

Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti menurunkan hipotesis

sebagai berikut:

Ha = Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara PPL terhadap minat

mahasiswa FKIP USD untuk menjadi guru.

2. Pengaruh Aspek Sosial terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Guru

Meskipun banyak kalangan masyarakat memandang profesi guru

jauh dari performa yang diharapkan. Akan tetapi sampai saat ini masih

banyak masyarakat yang menghormati profesi guru, karena guru

dipandang sebagai tokoh perubahan sosial. Hal ini karena selain sebagai

pentransfer ilmu, peran guru juga penting dalam hal

(64)

Guru dalam menjalankan profesinya selalu berinteraksi dengan

masyarakat tempat ia tinggal selain di sekolah tempat ia bekerja. Prestis

guru sangat penting karena hal ini berpengaruh terhadap profesinya.

Seorang guru yang memiliki prestis yang tinggi di lingkungan tempat ia

tinggal maka akan dihormati dan disegani. Seorang guru akan lebih

disegani dan dihormati oleh lingkungannya jika bersama-sama dengan

masyarakat bekerjasama dan bergotong royong dalam suatu kegiatan

(Margaretha Novita K:2008). Status sosial juga berpengaruh terhadap

prestis dan wibawa guru, sejauh mana masyarakat menghargai dan

menghormati guru (Supriadi, 1999:34).

Berdasar kerangka berfikir di atas diturunkan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor sosial dengan

Gambar

tabel berikut ini :
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Sehubungan dengan pelaksanaan Seleksi Umum pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga di Kota Samarinda , Tahun Anggaran 2017, yang

kekayaan debitur baik yang pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama. kepailitan berlangsung untuk kepentingan semua kreditur yang pada

Penentuan nilai beban gempa yang bekerja pada dinding penahan tanah dalam kajian ini dilakukan dengan mengadopsi prosedur disain spektra yang sering dilakukan untuk

Sistiserkosis dapat terjadi pada berbagai organ dan gejala yang timbul tergantung. dari lokasi sistiserkus

[r]

(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan

Wilayah penyangga (Buffer Zone) Pelabuhan atau Bandar Udara a dalah wilayah yang mengelilingi at au berdampingan dengan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Pelabuhan