• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI BENIH KEDELAI DI LAHAN KERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI BENIH KEDELAI DI LAHAN KERING"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering

ISBN: 978-602-14345-4-3

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PRODUKSI BENIH KEDELAI

DI LAHAN KERING

CHRIS SUGIHONO YAYAT HIDAYAT

YOPI SALEH

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP)

MALUKU UTARA

(3)

ii

SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering

PRAKATA

Sebagai sumber protein nabati, kedelai berperan penting dalam peningkatan gizi masyarakat. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Permasalahannya adalah permintaan kedelai tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, hampir 70% harus di impor dari negara produsen kedelai dunia seperti Amerika, Brazil, Argentina maupun China. Untuk meningkatkan produksi kedelai maka langkah yang utama adalah perluasan areal yang salah satunya adalah di lahan kering. Salah satu keberhasilan pengembangan kedelai dilahan kering ditentukan oleh ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul yang cocok.

Standard Operating Procedure (SOP) produksi benih kedelai

merupakan prosedur dalam menghasilkan benih yang bermutu tinggi. SOP ini merujuk pada publikasi ilmiah yang dihasilkan dari Balitkabi maupun perguruan tinggi kemudian disusun secara partisipatif bersama petani dan penyuluh pertanian di lahan kering Kecamatan Malifut, Kab. Halmahera Utara pada kegiatan kerjasama penelitian litbang pertanian dengan IPB (KKP3T). Diharapkan dengan adanya SOP tentang produksi benih kedelai, bisa menjadi acuan bagi penangkar benih maupun petugas teknis lainnya dalam memproduksi benih kedelai.

Penyusunan SOP ini merupakan salah satu kontribusi BPTP Maluku Utara dan IPB untuk pengembangan kedelai di Maluku Utara, oleh karena itu jika ada hal-hal yang kiranya perlu dikoreksi, maka saran dan sumbangan pemikiran akan sangat kami harapkan. Demikian semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan kedelai.

Sofifi, Februari 2013 Kepala balai,

(4)

iii

SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering

DAFTAR ISI

I. Pendahuluan --- 1

II. Target --- 3

III. Agroekologi Kedelai --- 3

IV. Pemilihan Varietas Kedelai --- 5

V. Identifikasi Sejarah Lahan --- 9

VI. Isolasi Tanaman --- 9

VII. Benih Sumber --- 11

VIII. Persiapan Lahan Dan Pengolahan Tanah --- 13

IX. Perlakuan Benih (Seed Treatment) Dan Penanaman --- 14

X. Pemupukan --- 15

XI. Pengairan Dan Penyiangan --- 17

XII. Roguing (Seleksi) --- 18

XIII. Pengendalian Hama Penyakit Kedelai --- 20

XIV. Panen --- 25

XV. Pascapanen Benih Kedelai --- 25

XVI. Standar Mutu Benih Kedelai Bersertifikat --- 28

DAFTAR PUSTAKA --- 30

(5)

I. PENDAHULUAN

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan strategis di Indonesia setelah kedelai dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman dan murah. Kebutuhan kedelai terus meningkat tetapi produksinya belum mencukupi, hanya sekitar 43% dari total kebutuhan kedelai dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga dilakukan impor (Badan Litbang Pertanian, 2007). Produksi kedelai nasional tahun 2010 mencapai 905.015 ton dengan luas panen 672.242 ha dan produktivitas 1,346 ton/ha. Produksi kedelai ini mengalami penurunan dibanding tahun 2009 sebesar 7,13% yang disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 6,99% dan produktivitas menurun sebesar 0,15%. (BPS, 2011).

Senjang produktivitas kedelai di tingkat petani dengan potensi genetik tanaman kedelai masih cukup tinggi (>2 t/ha) disebabkan sebagian besar petani belum menggunakan benih bermutu dari varietas unggul dan teknik pengelolaan tanaman masih belum optimal (Adisarwanto, 2005). Arah pengembangan kedelai ke depan adalah pencapaian swasembada pada tahun 2014 dengan target produksi sebesar 2,7 juta ton, luas areal tanam 1,8 juta ha dan produktivitas sebesar 1,48 t/ha (Kementan, 2009). Jika dibandingkan dengan target produksi per tahunnya, maka produksi kedelai tahun 2010 hanya memenuhi 69,62%.

Untuk mencapai target-target tersebut diperlukan upaya-upaya intensif melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Program peningkatan produktivitas diprioritaskan di wilayah-wilayah sentra produksi yang produktivitasnya masih tergolong rendah, di mana tingkat penerapan teknologi oleh petani masih kurang. Sedangkan program perluasan areal panen untuk wilayah-wilayah yang memiliki potensi sumberdaya lahan yang cukup luas dan memiliki tingkat kesesuaian yang

(6)

pengembangan kedelai perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu kendala produksi yang minimal (tanah dan iklim sesuai-cukup sesuai), peluang keberhasilan yang cukup tinggi, prasarana pendukung cukup baik, dan ketersediaan SDM (petani) yang terampil

Selama ini pertanaman kedelai banyak dilakukan di lahan sawah. Pengembangan dan perluasan areal tanam kedelai harus diarahkan ke lahan kering karena banyaknya konversi lahan sawah dan persaingan komoditas selain kedelai seperti kedelai, jagung, sayuran dalam pertanaman di lahan sawah (Abdurachman dkk., 2008). Salah sayu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya lahan kering yang potensial adalah di pulau Halmahera, Maluku Utara.

Pada tahun 2009, produksi kedelai di Maluku Utara mencapai 1.821 ton dengan tingkat produktivitas yang rendah yaitu 1,2 t/ha dan masih dibawah produktivitas kedelai nasional (BPS Maluku Utara, 2010). Dengan potensi sumberdaya lahan kering untuk tanaman pangan yang mencapai 2.669 ha dan potensi pasar yang cukup besar yaitu pada tahun 2007 harus mengimpor sebesar 10.117 ton kedelai dari luar daerah (BPTP Malut, 2008) sehingga cukup prospek untuk pengembangan kedelai dengan target sasaran memenuhi pangsa pasar lokal.

Usaha perbenihan kedelai di Maluku Utara masih relatif tertinggal dibanding kedelai dan jagung. Petani lebih banyak memakai benih asalan atau turunan dari pertanaman sebelumnya. Pemakaian benih unggul bersertifikat pada tanaman kedelai di Maluku Utara kurang dari 10%. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan (pasokan) benih bermutu dari varietas unggul di lapangan masih kurang dalam hal jumlah (kuantitas), maupun kesesuaian varietasnya. Tulisan ini akan diuraikan tentang standar operating procedure (SOP) produksi benih kedelai di lahan kering dengan harapan bisa digunakan penangkar benih untuk memproduksi benih kedelai yang tepat mutunya.

(7)

II. TARGET

Dalam memproduksi benih kedelai, diharapkan benih yang dihasilkan dapat mencapai potensi produktivitas. Berikut ini adalah target memproduksi benih kedelai di lahan kering:

a. Produksi benih kedelai per hektar: min 1 t/ha

b. Daya berkecambah : min 80%

c. Kadar air : maks 13%

d. Kemurnian: min 97%

e. Produktifitas benih kedelai yang dihasilkan: min 1,5 t/ha

III. AGROEKOLOGI KEDELAI

3.1. Definisi

3.3.1. Agroekologi kedelai.

Adalah lingkungan tumbuh yang sesuai untuk tanaman kedelai berproduksi secara optimum yang mencakup biofisik lahan maupun iklim.

3.2. Tujuan

- Menentukan agroekologi untuk kedelai sesuai dengan kelas S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), dan N (kurang sesuai).

3.3. Alat dan Bahan

- Alat yang digunakan adalah perangkat stasiun iklim, dan

perangkat uji tanah kering (PUTK).

- Bahan yang diperlukan adalah data iklim (suhu dan curah hujan),

data biofisik lahan (tekstur tanah, drainase, kedalam lapisan olah, bahan organik tanah, pH tanah, N tanah, P tersedia, K

(8)

3.4.Fungsi

- Perangkat stasiun iklim digunakan untuk mengetahui curah hujan

dan suhu udara di lokasi produksi benih.

- Perangkat uji tanah kering (PUTK) digunakan untuk uji cepat

(quick assessment) kandungan N, P, K, dan pH tanah.

3.5.Prosedur pelaksanaan

- Ambil sampel tanah secara acak pada kedalaman lapisan olah

(0-20 cm), kemudian ukur dengan PUTK.

- Pengukur curah hujan yang digunakan bisa berupa ombrometer

maupun AWS (automatic weather station). 3.6.Kesesuaian agroekologi tanaman kedelai

Peubah Sangat

sesuai (S1) Sesuai (S2) Agak sesuai (S3) sesuai (N) Kurang

Suhu rata-rata (0C) 25-28 29-35 36-38 >38

Curah hujan (mm/thn) 1500-2500 1000-1500 2500-3500,

700-1000 >3500, <700

Curah hujan selama

tanam kedelai (mm/3 bln) 300-400 250-300, 400-500 200-250, 500-700 <200 >700 Ketersediaan irigasi pada

musim kemarau 5-6 kali 4 kali 2-3 kali 1 kali Tekstur tanah Lempung.

lempung liat berdebu Lempung berpasir, Liat berpasir Pasir

berlempung Pasir, liat padat

Drainase tanah Baik Sedang Agak lambat Sangat cepat, Sangat lambat Kedalaman lapisan olah

(cm) >50 30-49 15-29 <15 Bahan organik tanah

Tinggi-sedang Sedang Agak rendah Rendah Kemasaman tanah (pH) 5,8 – 6,9 5 – 5,8 4,5 - 5 <4,5

(9)

Peubah Sangat

sesuai (S1) Sesuai (S2) Agak sesuai (S3) sesuai (N) Kurang

N tanah

Tinggi-sedang Sedang Rendah Rendah P tersedia Tinggi Sedang Rendah Rendah K tersedia

Tinggi-sedang Sedang Rendah Rendah Ca, Mg Tinggi Sedang Rendah Rendah Kejenuhan Al (%) <5 5-10 10-15 >15 Topografi Datar <10% 10-20% >20% Naungan Tanpa <10 % 10-20% >20% Elevasi (m dpl) 100-800 800-1200 1200-1500 >1500

IV. PEMILIHAN VARIETAS KEDELAI

4.1. Definisi

- Varietas kedelai adalah bagian dari suatu jenis tanaman kedelai yang ditandai oleh warna bulu tanaman, tipe pertumbuhan, bentuk daun, warna bunga, warna hilum, ukuran biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan diantara sesama tanaman kedelai.

- Pemuliaan tanaman kedelai adalah rangkaian kegiatan untuk

mempertahankan kemurnian jenis dan/atau varietas kedelai yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas kedelai baru yang lebih baik.

- Pelepasan varietas kedelai adalah prosedur baku agar varietas tertentu bisa diproduksi dan diperdagangkan.

4.2. Tujuan

(10)

- Mengetahui karakteristik dan keunggulan varietas kedelai yang sudah dilepas.

4.3. Bahan Yang Digunakan

- Contoh-contoh varietas kedelai.

- Deskripsi varietas kedelai yang diterbitkan Balitkabi – Malang.

4.4. Prosedur Pelaksanaan

- Tentukan agroekosistem calon lokasi produksi benih.

- Tentukan permintaan pengguna misalnya ukuran biji

(sedang-besar), umur (genjah-sedang), dan kegunaan (bahan baku tahu, tempe, kecap, susu kedelai atau taoge).

Gambar 1a. Deskripsi varietas kedelai yang sudah dilepas Balitkabi dari tahun 2000-2008

SHR/W60 Panderman Grobogan

Kaba Gepak Ijo Tanggamu s

(11)

Gambar 1b. Deskripsi varietas kedelai yang sudah dilepas Balitkabi dari tahun 2000-2008

Burangrang Anjasmoro Bromo

(12)

4.5 . Ka ra kt er variet as k ede lai ya n g di le pas Ba lit kabi M alang Sumb er: 1 Ba litk ab i ( 2010) , 2 Anta rli na e t al. (2002)

(13)

V. IDENTIFIKASI SEJARAH LAHAN

5.1. Definisi

- Sejarah lahan adalah mengidentifikasi bekas tanaman pada calon

lokasi produksi benih. 5.2. Tujuan

- Mengetahui sejarah lahan.

- mengetahui bekas pertanaman sebelumnya.

5.3. Alat dan Bahan

- blanko isian sejarah lahan.

5.4. Prosedur Pelaksanaan

a. Identifikasi pertanaman sebelumnya (digunakan untuk tanaman

apa).

b. Jika bekas tanaman lain atau bera, maka langsung dilanjutkan pengolahan tanah.

c. Jika lahan bekas tanaman kedelai varietas yang sama maka bisa

langsung dilakukan pengolahan tanah.

d. Jika bekas kedelai varietas lain maka lahan harus diberakan terlebih dahulu selama 3 bulan.

VI. ISOLASI TANAMAN

6.1. Definisi

- Isolasi tanaman merupakan usaha untuk melindungi tanaman

kedelai dari penyerbukan yang tidak dikehendaki oleh tanaman/varietas lain.

(14)

- Isolasi jarak adalah teknik isolasi dengan memisahkan tanaman kedelai pada blok yang berbeda dengan jarak 15 m untuk menghindari kontaminasi.

- Isolasi waktu adalah teknik isolasi dengan memberikan selang waktu tanam yang berbeda minimal 15 hari antar dua varietas kedelai yang berbeda dengan areal yang berdampingan sehingga fase pembungaannya juga berbeda (dengan catatan harus diperhatikan waktu pembungaan).

6.2. Tujuan

- Menghindari kontaminasi/penyerbukan oleh varietas lain yang

tidak dikehendaki sehingga mengurangi kemurnian genetik. 6.3. Alat dan Bahan

- Meteran, deskripsi tanaman, tanaman barier.

6.4. Fungsi

- Meteran digunakan jika menggunakan isolasi jarak.

- Deskripsi varietas digunakan untuk mengidentifikasi periode

pembungaan pada tanaman (jika menggunakan isolasi waktu).

- Tanaman barier seperti jagung, sorgum sebagai penghalang

antara 2 varietas kedelai. 6.5. Prosedur Pelaksanaan 6.5.1. Isolasi Jarak

a. Tanaman kedelai hampir sepenuhnya merupakan penyerbukan

sendiri sehingga peluang terjadinya penyerbukan silang kurang dari 1%.

b. Meskipun demikian sesuai prosedur sertifikasi, dibuat blok untuk

produksi benih kedelai yang jaraknya minimal 8 m dari pertanaman kedelai lainnya.

(15)

6.5.2. Isolasi Waktu

a. Tentukan periode pembungaan dari masing-masing varietas yang

akan ditanam.

b. Atur waktu tanam sehingga perbedaan waktu berbunga antara

tanaman pada areal produksi benih dengan varietas lainnya minimal 15 hari.

6.5.3. Isolasi dengan penghalang (barier)

a. Buat desain blok untuk pertanaman tanaman penghalang.

b. Tanaman penghalang sekitar petak produksi benih kedelai, paling

sedikit harus mempunyai lebar 3-4 m, bergantung kepada tipe tanaman.

c. Sesbania rostrata atau tanaman jagung, sorgum atau millet yang

tinggi dan sehat merupakan barrier yang dapat mencegah kontaminasi dengan baik.

VII. BENIH SUMBER

7.1. Definisi

- Benih kedelai adalah bagian tanaman yang digunakan untuk

memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman kedelai. Saat ini kedelai lebih banyak diperbanyak menggunakan biji.

- Benih sumber adalah benih yang digunakan untuk memproduksi

benih kedelai yang berasal dari kelas yang lebih tinggi. 7.2. Tujuan

- Menentukan kebutuhan benih kedelai per hektar.

- Menentukan kelas benih yang digunakan.

7.3. Prosedur Pelaksanaan

(16)

b. Untuk memproduksi benih sebar (ES), maka benih yang digunakan harus berasal dari kelas benih pokok (SS), benih dasar (FS), atau benih penjenis (BS).

c. Untuk memproduksi benih pokok (SS) maka benih yang

digunakan harus berasal dari kelas benih dasar (FS) atau benih penjenis (BS).

d. Sedangkan untuk memproduksi benih dasar (FS) maka harus

menggunakan kelas benih penjenis (BS).

e. Kebutuhan benih kedelai per hektar rata-rata sebanyak 40-50 kg

(tergantung ukuran biji). Jika kedelai berbiji besar maka kebutuhan benihnya juga lebih tinggi dibandingkan kedelai yang berbiji kecil.

Gambar 2. Pengkelasan benih kedelai Breeder Seed (BS) Foundation Seed (FS) Stock Seed (SS) Extention Seed (ES)

(17)

VIII. PERSIAPAN LAHAN DAN PENGOLAHAN

TANAH

8.1. Definisi

- Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan

lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam serta untuk mematikan gulma.

- Penyemprotan pra tumbuh: upaya mengendalikan gulma yang

biasanya terdapat di lahan kering dengan herbisida. 8.2. Tujuan

- Memanipulasi sifat fisik tanah sehingga cocok untuk pertanaman

kedelai. 8.3. Alat dan Bahan

- Traktor, bajak singkal, bajak piringan, bahan bakar, herbisida.

8.4. Fungsi

- Traktor digunakan sebagai tenaga penggerak.

- Bajak singkal digunakan untuk memotong dan membalik tanah.

- Bajak piringan digunakan untuk membuat larikan.

- Bahan bakar solar digunakan untuk sebagai input energi untuk menggerakkan traktor.

- Herbisida digunakan untuk menekan pertumbuhan gulma yang

ada.

8.5. Prosedur Pelaksanaan

a. Pengolahan tanah hendaknya dengan menggunakan traktor yang

dilengkapi bajak singkal.

b. Sebelum pengolahan tanah, sebaiknya lahan disemprot dengan

herbisida Basmilang / polaris / gramoxone / gempur / paraquat / Roundup dengan dosis 2 liter/ha, atau dosisnya disesuaikan

(18)

c. Penyemprotan herbisida dilakukan diawal, karena setelah tanaman kedelai tumbuh maka tidak diperkenankan disemprot kecuali menggunakan varietas transgenik yang memiliki sifat herbicide tolerant.

d. Kemudian selang 3-4 hari, tanah dibajak larikan sesuai dengan ukuran jarak tanam.

e. Pembuatan drainase dibutuhkan jika ditanam pada musim hujan

dengan lebar drainase 4-5 m.

IX. PERLAKUAN BENIH (

Seed Treatment

) DAN

PENANAMAN

9.1. Definisi

- Perlakuan benih adalah mencampur benih kedelai dengan

inokulan mikroba sebelum benih ditanam yang bertujuan untuk meningkatkan vigor benih dan keserempakan tumbuh.

- Penanaman merupakan menanam benih dengan jarak tanam

yang teratur.

- Jarak tanam adalah jarak antar barisan dan jarak tanaman dalam

barisan yang akan menentukan populasi tanaman. 9.2. Tujuan

- Memberikan pertumbuhan yang seragam.

- Memberikan kesegaran tanaman yang optimum sehingga

diperoleh hasil yang maksimum.

- Mempermudah penyiangan, pemupukan, pengendalian hama,

dan roguing. 9.3. Alat dan Bahan

- Inokulan mikroba (Bradyrhizobium sp, bacillus sp, Pseudomonas sp, bakteri endofitik/Ochrobactrum pseudogrignonense).

(19)

- Tali ajir.

9.4. Fungsi

- Inokulan mikroba sebagai bahan seed treatment.

- Ajir digunakan untuk mengukur jarak antar barisan dan jarak dalam barisan.

- Tugal digunakan untuk membuat lubang tanam.

9.5. Prosedur Pelaksanaan

a. Perlakuan benih dilakukan sebelum tanam.

b. Benih kedelai sebanyak masing-masing 8kg terlebih dahulu

dilembabkan dengan air kemudian dicampur secara merata dengan inokulan mikroba sebanyak 50 g.

c. Kemudian benih langsung ditanam dan diusahakan terhindar dari

sinar matahari langsung.

d. Untuk menghindari serangan lalat kacang (Ophimia phaseoli), maka pada lubang tanam dapat ditambahkan insektisida karbosulfan atau thiodicarp.

e. Jarak antar Jarak tanam yang digunakan untuk produksi benih kedelai adalah 30x15 cm atau 30x20 cm.

f. Jumlah benih yang ditanam sebanyak 2 benih/lubang.

X. PEMUPUKAN

10.1. Definisi

- Pemupukan merupakan usaha untuk memberikan unsur hara

makro (N, P, dan K) yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk tumbuh normal dan berproduksi optimal.

10.2. Tujuan

(20)

10.3. Alat dan Bahan

- Ember, pupuk urea, pupuk KCl, dan TSP, NPK, pupuk organik, Dolomit.

10.4. Fungsi

- Ember digunakan sebagai wadah pupuk.

- Pupuk urea digunakan untuk mensuplai kebutuhan unsur

Nitrogen.

- Pupuk KCl digunakan untuk memasok kebutuhan unsur Kalium.

- Pupuk SP 18 digunakan untuk memasok kebutuhan unsur

Phospor.

- Pupuk NPK digunakan untuk mensubstitusi jika ketiga pupuk

tunggal tidak tersedia dilapangan.

- Pupuk organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah.

- Dolomit digunakan jika lahan kering yang digunakan memiliki pH

rendah.

10.5. Prosedur Pelaksanaan

a. Jika menggunakan pupuk tunggal, maka dosis pupuk yang

digunakan adalah 50 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl dengan waktu pemberian pada saat tanam. Jika pupuk majemuk dengan dosis 150 kg NPK.

b. Pupuk kandang diberikan dengan dosis 1,5 ton/ha.

c. Pemupukan dilakukan pada barisan tanaman.

d. Jika lahan masam dengan pH antara 4,8 – 5 maka dosis

dolomit/kapur yang digunakan 1-1,5 ton/ha.

e. Dolomit disebar rata bersamaan dengan pengolahan tanah kedua

atau paling lambat 2-7 hari sebelum tanam.

f. Jika diaplikasikan dengan cara disebar sepanjang alur baris tanaman, maka takaran dolomit dapat dikurangi menjadi 1/3 takaran semula.

(21)

XI. PENGAIRAN DAN PENYIANGAN

11.1. Definisi

- Pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman sesuai dengan stadia pertumbuhan. Kebutuhan air bagi tanaman kedelai berbeda-beda setiap fase.

- Penyiangan adalah membersihkan gulma yang tumbuh diantara

pertanaman kedelai. 11.2. Tujuan

- Menyediakan air sesuai stadia pertumbuhan kedelai.

- Memberikan pertanaman kedelai yang tumbuh optimum.

- Mengurangi persaingan dengan gulma dalam penyerapan unsur

hara.

11.3. Alat dan Bahan

- Alat yang digunakan adalah cangkul dan pompa air.

11.4. Fungsi

- Cangkul digunakan untuk membersihkan gulma.

- Pompa air digunakan untuk pengairan.

11.5. Prosedur Pelaksanaan 11.5.1. Pengairan

- Identifikasi curah hujan dan kelembaban tanah saat pertanaman.

- Jika kelembaban tanah berkurang maka dapat dilakukan

pengairan pada stadia vegetatif, masa pembungaan, masa pembentukan polong, dan masa pengisian benih.

11.5.2. Penyiangan

(22)

- Jika lahan tersebut tidak tersedia maka penyiangan perlu dilakukan minimal 2x yaitu pada awal pertumbuhan terutama saat umur tanaman 15 hari setelah tanam (HST) dan 45 hari setelah tanam (HST).

XII.

ROGUING

(SELEKSI)

12.1. Definisi

- Roguing adalah membuang tanaman kedelai yang tidak di

inginkan pada petak produksi.

- Tanaman yang tidak diinginkan adalah tanaman selain varietas yang diproduksi yang mungkin bisa berupa type simpang maupun tanaman volunteer (tanaman lain yang tumbuh).

12.2. Tujuan

- Membuang tanaman off type (tipe simpang), Campuran Varietas

Lain (CVL), dan volunteer.

- Mencegah terjadinya penyerbukan silang antara off type dengan

varietas yang diproduksi.

- Mengusahakan kemurnian varietas yang tinggi.

12.3. Alat dan Bahan

- Pelaksanaan roguing cukup menggunakan tangan dan mata

sebagai alat utama untuk membedakan tanaman sebenarnya dengan type simpang.

(23)

12.4. Prosedur Pelaksanaan

No Jenis seleksi Waktu Prosedur

I Seleksi fase vegetatif

7-15 HST - Membuang tanaman yang berbeda warna

hipokotilnya (pangkal batang)

- Warna hipokotil tanaman kedelai biasanya

hanya ada 2 yaitu hijau dan ungu II Seleksi fase generatif a Seleksi warna bunga Antara 4-10 hari (tergantung varietas)

- Membuang tanaman yang berbeda warna

bunganya

- Warna bunga pada tanaman kedelai ada 3 yaitu

putih, ungu muda, dan ungu tua

b Seleksi warna bulu Antara 1-3 hari menjelang warna bulu sudah jelas (biasanya menjelang panen)

- Membuang tanaman yang berbeda warna dan

tipe bulunya.

Tipe bulu pada kedelai: berbulu dan tidak berbulu, kelebatan bulu (jarang, agak jarang, normal, lebat), warna bulu (putih, abu-abu, coklat, agak coklat), tipe bulu (tegak, agak tegak, miring, keriting, dan rebah kebelakang)

c Seleksi bentuk daun

Selama pertumbuhan tanaman

- Membuang tanaman yang berbeda warna dan

bentuk daunnya

- Bentuk daun kedelai: runcing, agak runcing,

bulat d Seleksi tipe tanaman Selama pertumbuhan tanaman diutamakan menjelang masak fisiologis 90%

- Membuang tanaman yang berbeda tipenya - Tipe tanaman kedelai: determinate,

indeterminate, semi determinate

- Tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga

- Tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga

- Tipe semi determinate memiliki ciri yang mirip dengan kedua tipe tersebut

e Seleksi warna polong

Menjelang panen

- Membuang tanaman yang berbeda warna

polong matangnya

- Warna polong matang kedelai: kuning jerami,

(24)

No Jenis seleksi Waktu Prosedur

f Seleksi biji Saat sortasi biji

- Membuang biji-biji yang menyimpang

(berbeda)

- Warna biji kedelai: kuning muda (agak

keputih-putihan), kuning, hijau, kuning tua.

- Warna hilum: kuning, kuning tua, coklat, hijau,

abu-abu, hitam kekuning-kuningan, hitam

- Permukaan biji: licin terang, terang, buram,

kusam sekali

XIII. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT KEDELAI

13.1. Definisi

- Pengendalian hama penyakit adalah Tindakan yang dilaksanakan

untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama, patogen, dan gulma) dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.

- Pengendalian kultur teknis adalah suatu usaha memanipulasi

agroekosistem untuk membuat lingkungan pertanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembang-biakan hama, serta menyediakan habitat bagi organisme menguntungkan.

- Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami

(parasitoid, predator, dan patogen serangga) untuk

mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang merugikan tanaman.

- Pengendalian mekanis dan fisik merupakan teknik pengendalian yang bertujuan mengurangi populasi hama dengan cara mengganggu fisiologi serangga atau mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai bagi hama.

- Insektisida kimia merupakan pilihan terakhir dalam usaha

mengendalikan hama dan harus digunakan sesuai kebutuhan agar tidak berdampak negatif.

(25)

13.2. Tujuan

- Mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk

menghindari tingkat kerugian ekonomi (TKE) berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk kedelai. 13.3. Alat dan Bahan

- Musuh alami, insektisida, pestisida nabati, ember, sprayer, alat/sarana pelindung, sedangkan bahan yang digunakan adalah air.

13.4. Fungsi

- Musuh alami untuk mengganggu populasi hama yang ada dan

akan bekerja dengan baik jika ekosistemnya tidak terganggu.

- Pestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit

yang tidak bisa ditangani dengan musuh alami atau pencegahan.

- Ember digunakan untuk mencampur pestisida dengan air.

- Sprayer digunakan sebagai alat semprot untuk menanggulangi

hama penyakit.

- Alat / sarana pelindung terdiri dari sepatu boot, masker, sarung

tangan, baju lengan panjang, dan topi digunakan untuk menjaga keamanan petugas penyemprot.

13.5. Prosedur Pelaksanaan Hama Kedelai

Utama Ambang Ekonomi Strategi Pengendalian Aplikasi Waktu

Lalat bibit: - Ophiomyia phaseoli, - Melanagromyz a sojae, - M. dolichostigma 1 imago per 5 m baris atau 1 imago per 50 rumpun

a. Kultur teknis: pergiliran tanaman, tanam serempak dengan selisih waktu <10 hari, menutup lubang dengan tugal, seed treatment dengan insektisida

b. Pengendalian mekanis:

Cabut tanaman terserang c. Insektisida: Karbosulfan Pra tanam pada saat perlakuan benih atau saat tanam

(26)

Hama Kedelai

Utama Ambang Ekonomi Strategi Pengendalian Aplikasi Waktu

(20 g/kg benih), Populasi mencapai ambang kendali pada umur 7–10 hari disemprot insektisida untuk lalat bibit. Populasi lalat kacang mencapai ambang kendali pada umur 10–50 hari disemprot insektisida

Pengisap daun: - Bemisia sp (kutu kebul) - Thrips - Aphis sp - Populasi Aphis,

Bemisia dan Thrip cukup tinggi

a. Kultur teknis: tanam serempak selisih waktu <10 hari,

b. Pengendalian mekanis:

pemantauan rutin

c. Insektisida:

Penyemprotan insektisida seperti Decis, thiodan dengan dosis 0,5-1 liter/ha

populasi ≥5 ekor/rumpun pada 7-35 hst Pemakan daun: - Chrysodeixis chalcites, - Lamprosema indicata, - Spodoptera litura

- Pada fase vegetatif,

10 ekor instar 3 per 10 rumpun

- Pada fase

pembungaan 13 ekor instar-3 per 10 rumpun tanaman - Pada fase pembentukan polong: 13 ekor instar-3 per 10 rumpun tanaman

- Pada fase pengisian

polong 26 ekor instar 3 per 10 tanaman

a. Kultur teknis: tanam serempak selisih waktu <10 hari,

b. Pengendalian mekanis:

pemantauan rutin dan pemusnahan ulat&telur

c. Pengendalian hayati:

ulat grayak dengan feromonoid seks 6 perangkap/ha

d. Pestisida nabati:

penyemprotan NPV (dari 25 ulat sakit dilarutkan dalam 500 liter air/ha)

e. Insektisida:

Penyemprotan insektisida seperti Decis, atabron dengan dosis 0,5-1 liter/ha

Saat terdapat 2-4 ulat daun pada 12 rumpun yang berdekatan, atau pada saat daun memutih (transparan) dan terdapat larva Pengisap polong: - Kepik coklat, Riptortus linearis (F.) (Heteroptera: Alydidae) - Intensitas kerusakan daun mencapai lebih dari 2 %

- 1 pasang imago per

20 rumpun

a. Kultur teknis: pergiliran tanaman, penanaman tanaman perangkap yakni kacang hijau varietas Merak&Sesbania rostrata b. Pengendalian hayati:

parasitoid telur Gyron

Pada umur tanaman 42 - 70 hst

(27)

Hama Kedelai

Utama Ambang Ekonomi Strategi Pengendalian Aplikasi Waktu

- Nezara viridula - Piezodorus sp.

nigricome, predator telur Dolichoderus, jamur patogen serangga seperti Beauveria bassiana

c. Pengendalian mekanis:

menjumputi kelompok telur serta menangkap nimfa dan imago, pemantauan pada umur 42-70 hst

d. Insektisida: deltametrin dan klorpirifos, Azodrin atau dimilin dengan dosis 0,5-1 liter/ha Pemakan polong: - Helicoverpa armigera - Intensitas kerusakan daun mencapai lebih dari 2%

a. Kultur teknis: tanam serempak selisih waktu <10 hari, pergiliran tanaman

b. Pengendalian hayati:

tanaman perangkap jagung 3 umur (genjah, sedang, dalam), Lepas parasitoid Trichograma spp c. Pestisida nabati:

penyemprotan NPV (dari 25 ulat sakit dilarutkan dalam 500 liter air/ha)

d. Insektisida:

Penyemprotan insektisida seperti Decis dengan dosis 0,5-1 liter/ha

Pada umur tanaman > 45 HST terdapat 2 ekor ulat per rumpun

(28)

Prosedur pengendalian penyakit kedelai:

No Penyakit Utama Penyebab Pengendalian Upaya Gambar

1 Karat daun Cendawan Phakopsora pachyrhizi Fungisida dengan bahan aktif mancozeb (seperti Dithane M45) 2 Antraknosa Colletotrichum truncatum - Pergiliran tanam, - Jamur antagonis Trichoderma harzianum, - Penyemprotan Dithane M45, Antracol 70 WP 3 Akar Schlerotium rolfsii - Jamur antagonis Trichoderma harzianum - Penyemprotan Dithane M 45 dengan dosis 2 gr/liter air

4 Layu bakteri Pseudomonas solanacearum

Varietas tahan layu dan pergiliran tanaman

6 Virus Soybean mosaic virus

Mengendalikan vektor penyebab virus (kutu) dengan insektisida deltametrin (seperti Decis 2,5 EC) dosis 1 ml/liter air dan nitroguaridin (seperti confidor) dosis 1 ml/liter air.

(29)

XIV. PANEN

14.1. Definisi

- Panen pada produksi benih kedelai adalah memanen biji kedelai

pada saat tanaman masak fisiologis. 13.2. Tujuan

- Mengumpulkan hasil calon benih dari varietas yang diproduksi.

14.3. Alat dan Bahan

- Alat yang digunakan berupa sabit bergerigi.

14.4. Prosedur Pelaksanaan

- Panen dilakukan pada saat cuaca cerah (baik) dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

- Waktu panen adalah saat masak fisiologis dengan ciri-ciri daun kedelai telah rontok dan polong berwarna coklat dan dalam keadaan kering.

- Memotong bagian pangkal batang bawah dengan sabit bergerigi.

- Brangkasan tanaman hasil panen dibawa dan dikumpulkan

ditempat penjemuran (pengeringan) dengan diberi alas terpal.

- Dalam memanen, dihindari dengan cara tanaman dicabut agar

kotoran tanah tidak ikut terbawa.

XV. PASCAPANEN BENIH KEDELAI

15.1. Definisi

- Pascapanen adalah kegiatan penanganan benih setelah dipanen agar diperoleh benih kedelai yang bermutu tinggi.

(30)

- Perontokan adalah melepaskan bulir gabah (calon benih) dari malainya.

- Pengeringan biji kedelai adalah usaha menurunkan kadar air benih kedelai hingga mencapai ≤10% agar memiliki daya simpan yang lama.

- Pembersihan dan sortasi biji adalah kegiatan membuang kotoran

benih, biji keriput, biji diluar ukuran (terlalu besar / terlalu kecil) sehingga diperolah benih kedelai dengan ukuran yang seragam dan kemurnian yang tinggi.

- Pengemasan benih adalah upaya untuk melindungi benih dari

deraan lingkungan baik biotik (hama gudang) maupun abiotik (suhu dan kelembaban yang tinggi).

15.2. Tujuan

- Meningkatkan mutu fisik, fisiologis, dan kesehatan benih kedelai

sesuai dengan standar yang berlaku. 15.3. Alat dan Bahan

- Alat yang digunakan karung, terpal, lantai jemur, thresser, ayakan.

15.4. Prosedur Pelaksanaan

No Kegiatan waktu Prosedur

1 Pengeringan brangkasan

Langsung setelah panen

- Brangkasan kedelai diikat dalam satu

kelompok

- Pengeringan brangkasan dilakukan diatas

terpal untuk menghindari kehilangan benih dan jika malam hari maka terpal ditutup

- Penjemuran dilakukan hingga kadar air

benih turun hingga 13-15%

- Hindari pemeraman brangkasan karena

(31)

No Kegiatan waktu Prosedur

2 Perontokan Saat brangkasan mudah dipatahkan

- Perontokan bisa menggunakan tongkat

kayu/bambu dengan cara memukul brangkasan berulang-ulang sampai biji terpisah

- Perontokan juga bisa menggunakan mesin

perontok (thresser) padi dengan memodifikasi gigi perontoknya

- Biji yang sudah dirontokkan dipisahkan

dari brangkasannya kemudian disimpan ditempat yang terlindungi dan bisa langsung dijemur 3 Pengeringan biji Secepatnya setelah perontokan biji dan cuaca baik

- Benih kedelai ditaruh di atas terpal

dengan ketebalan 2-3 cm

- Dilakukan pembalikan setiap 2-3 jam - Waktu penjemuran dilakukan saat cuaca

cerah antara pukul 08.00-16.00

- Lama penjemuran sekitar 4-5 hari hingga

kadar air biji kedelai mencapai ≤10% 4 Sortasi biji Secepatnya

setelah pengeringan

- Benih diayak untuk memisahkan kotoran,

biji kecil maupun biji keriput

- Benih yang bernas (seragam)

dikumpulkan dan dimasukkan kedalam karung diberi identitas: Nama dan alamat, produsen, Nama varietas kedelai, Lokasi kebun, produksi benih, dan Musim tanam

- Jika karung yang baru tidak tersedia,

dapat digunakan karung bekas namun bersih, tidak ada atau tercampur biji-bijian kedelai lainnya dengan benih hibrida 5 Pengujian

mutu benih kedelai

- Benih yang sudah bersih kemudian dibawa

ke laboratorium untuk dilakukan pengujian mutu benih

- Mutu benih yang diuji adalah kadar air,

kemurnian benih, dan daya berkecambah

- Instansi yang berwenang dalam pengujian

(32)

No Kegiatan waktu Prosedur 6 Pengemasan dan pelabelan Secepatnya selesai proses sortasi

- Benih yang sudah bersih dimasukkan

kedalam plastik ukuran 0,2-0,25 mm sebanyak 40-50 kg kemudian dimasukkan kedalam karung goni.

- Kadar air benih siap simpan berkisar

8-10% agar memiliki daya simpan yang lama

- Kemudian karung ditutup hingga rapat

udara (ikat), karung dijahit/diikat kuat sambil menunggu proses pemasaran

- Karung kemasan diberi label sertifikasi

sebagai identitas benih 7 Penyimpanan Setelah

proses pengemasan

- Karung kemasan benih ditumpuk dengan

baik dan teratur diatas kayu/rak khusus diruang simpan

- Diusahakan karung tidak menempel di

dinding

- Tinggi tumpukan maksimum 10 kemasan - Daya simpan bisa mencapai 6-10 bulan

dengan catatan kadar air benih ≤10%.

XVI. STANDAR MUTU BENIH KEDELAI

BERSERTIFIKAT

16.1. Definisi

- Mutu benih adalah Atribut yang menggambarkan kualitas benih yang terdiri dari mutu genetik, mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu kesehatan benih.

- Standar mutu adalah spesifikasi teknis benih bina yang baku yang mencakup mutu fisik, fisiologis, genetik, dan kesehatan benih.

(33)

- Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih/benih yang sudah dikemas yang memuat tempat asal benih, jenis, varietas, kelas benih, mutu benih, akhir masa edar benih dan atau berat/jumlah benih.

16.2. Standar lapangan Kelas

benih Isolasi jarak (min) meter

Campuran varietas lain & tipe simpang

(max) % Isolasi waktu (hari) BS 2 0,0 10 FS 2 0,2 10 SS 2 0,5 10 ES 2 1,0 10

16.3. Standar pengujian laboratorium

No Uraian BS FS SS ES

1 Kadar air max (%) 11,0 11,0 11,0 11,0 2 Benih murni (%) 99,0 98,0 98,0 97,0 3 Kotoran benih max (%) 1,0 2,0 2,0 3,0 4 Daya berkecambah min

(%)

80 80 80 80 5 Campuran varietas lain

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta: Dirjen Tan. Pangan, Deptan.

Anonymous. 2009. Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan. Jakarta: Dirjen Tanaman Pangan, Departemen Pertanian.

Balitkabi. 2010. Deskripsi varietas kedelai. Malang. Balitkabi. 2010. PTT Kedelai. Malang.

Balitkabi. 2010. Teknologi produksi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Malang.

Copeland, L.O, dan M.B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and Technology. Third Edition. Chapman and Hall. New York. 409 p. Harsono, A. 2005, Strategi Pencapaian swasembada kedelai melalui

perluasan areal tanam di lahan kering masam. Iptek tanaman pangan vol. 3 (2): 244-257.

Mc.williams DA, Berglund DR, dan Endres GJ. 2004. Soybean growth and management quick guide. www.ag.ndsu.edu. diakses tanggal 20 mei 2011.

Mugnisjah, WQ dan A. Setiawan. 1995. Teknologi produksi benih. IPB Bogor.

Puslitbangtan. 2000. Teknologi benih kedelai. Bogor.

Subandi. 2007. Teknologi produksi dan strategi pengembangan kedelai pada lahan kering masam. Iptek tanaman pangan vol. 2 (1): 12-25.

(35)

LAMPIRAN 1. Hama Penting Kedelai Dan Waktu Serangannya

Jenis Hama Waktu Serangan (Hari Setelah Tanam) Gambar

<10 11-30 31-50 51-70 >70 Ophiomyia phaseoli +++ + - - - Melanagromyza sojae + + - - - M dolichostigma +++ + - - - Agrotis spp ++ + - - - Longitarsus suturellinus + + + + - Aphis glycines _ _ ++ + - Bemisia tabaci +++ +++ ++ + -

(36)

Jenis Hama Waktu Serangan (Hari Setelah Tanam) <10 11-30 31-50 51-70 >70 Gambar Phaedonia inclusa +++ +++ +++ - - Spodoptera litura - +++ +++ ++ - Chrysodeixis chalcites - + ++ ++ - Lamprosema indicata - + + + - Helicoverpa sp - - +++ +++ - Etiella spp - - ++ +++ -

(37)

Jenis Hama Waktu Serangan (Hari Setelah Tanam) <10 11-30 31-50 51-70 >70 Gambar Riptortus linearis - - +++ +++ ++ Nezara viridula - - +++ +++ ++ Piezodorus hybneri - - +++ +++ ++

Keterangan: + (kehadirannya kurang membahayakan), ++ (kehadirannya membahayakan), +++ (kehadirannya sangat membahayakan), - (kemungkinan serangan sangat kecil)

(38)

LAMPIRAN 2. Stadia Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Ve V2 V4 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R8

Kode Stadia Pertumbuhan Keterangan

VE stadia kecambah awal /muncul lapang

Kotiledon muncul diatas permukaan tanah, hipokotil sudah mulai terdeskripsikan dengan jelas

V2 Vegetatif 2 Daun trifoliat berkembang penuh pada buku diatas daun unifoliat

V4 Vegetatif 4 Empat buku pada batang dengan daun berkembang penuh mulai dengan buku unifoliat

R1 Reproduktif awal (mulai

berbunga) Satu kuntum bunga mekar pada buku/batang utama

R2 Bunga mekar penuh Satu kuntum bunga mekar pada salah satu dari dua buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna

R3 Reproduktif (mulai

muncul polong) Polong dengan panjang 5 mm pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna

R4 Polong penuh Polong dengan panjang 2 cm pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna

(39)

Kode Stadia Pertumbuhan Keterangan

R5 Mulai muncul benih Benih dengan panjang 3 mm dalam polong pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna

R6 Benih penuh Polong terisi penuh dengan benih berwarna hijau pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna R8 Masak penuh Sekitar 95% polong yang ada telah

(40)

Gambar

Gambar 1a. Deskripsi varietas kedelai yang sudah dilepas Balitkabi dari  tahun 2000-2008
Gambar 1b. Deskripsi varietas kedelai yang sudah dilepas Balitkabi dari  tahun 2000-2008
Gambar 2. Pengkelasan benih kedelai Breeder Seed (BS) Foundation  Seed (FS) Stock Seed  (SS) Extention Seed (ES)

Referensi

Dokumen terkait

Para religius yang telah memiliki kedewasaan afektif dan seksual akan waspada dalam menjalin relasi dengan lawan jenis.. sebab relasi itu tetap beresiko terutama apabila di

Tokoh Dimas berdasarkan teori William Schutz memiliki watak tipe hipersosial pada segi kebutuhan ketermasukan; Hal tersebut tergambar dari sikap Dimas yang merasa kasihan atas

Megaluh dengan judul “ Analisis Faktor – Faktor Pelayanan, Fasilitas dan Administrasi Terhadap Kepuasan Siswa di MA Mambaul Ulum Megaluh Jombang “. 1.2

Jika pemilihan topik dilakukan dengan baik, maka akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteks yang berarti/bermakna dalam pengembangan

Metode Inquiry menurut Hamruni (2010:88) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri

This book is a tour de force, certainly the best book in English on the subject. It looks at Bauls with fresh eyes, is both thoughtful and thought-provoking, and provides many

Matakuliah ini membahas tentang ruang lingkup formasi hutan topika, hubungan antara sistem silvikultur tropika dengan pengelolaan hutan lestari (SFM), perumusan teknik

12 Meskipun petugas sudah memiliki sikap yang baik dalam mengambil tindakan ketika terjadi KLB DBD dan kemauan dari petugas jika menerima pekerjaan di luar jam