• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP, KONSUMSI, KONVERSI

RANSUM, KADAR KOLESTEROL DARAH DAN

TRIGLISERIDA DAGING BROILER YANG

DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG

BAWANG PUTIH (Allium sativun L.)

(Daily Gain, Feed Consumption, Feed Conversion, Blood Cholesterol and

Meat Triacilglyceride of Broiler Given Ration Containing Garlic Powder

(

Allium sativun L.))

MUHAMMAD ZAIN MIDE

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar

ABSTRACT

The purpose of this research was to study daily gain, feed consumption, feed conversion, and concentration of blood cholesterol and triacilglyceride of broiler meat given ration containing different levels of garlic powder. Experiment was conducted based on completely randomised design consisted of 4 treatments and four replications for each treatment. The treatments were; A. Based diet, B = diet A + 1% garlic powder, C = diet A + 2.5% garlic powder, D = diet A + 4% garlic powder. Analysis of variance indicated that treatment affected (P < 0.05) daily gain, feed consumption, and level of triacilglyceride of broiler meat. Further test using LSD test indicated that feed consumption of treatment A was lower (P < 0.01) than that of treatment C, similarly treatment B was lower (P < 0.01) than that of D. However, between treatment A and B and between treatment B and D was similar (P > 0.05). Analysis of variance also indicated that treatment was significantly affected body gain. LSD test showed that average daily gain of treatment A and B was lower (P < 0.01) than that of treatment C and D. However daily gain between A and B as well as between C and D was similar (P > 0.05). Moreover, LSD test indicated that triacilglyceride of broiler meat of treatment A was higher (P < 0.01) than that of treatment B,C, and D. But teratment B was not different (P > 0.05) from treatment C and D, similarly between C and D was similar. Analysis of variance, however, indicated that treatment did not affect feed conversion and blood cholesterol of broiler.

Key Words: Daily Gain, Consumption, Feed Conversion, cholesterol, Triacilglyceride, Garlic

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertambahan bobot hidup, konsumsi, konversi ransum, kadar kolesterol darah dan trigliserida daging broiler yang diberikan tepung bawang putih. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari A = ransum basal, B = ransum basal + tepung bawang putih 1,0%, C = ransum basal + 2,5% tepung bawang putih dan D = ransum basal + tepung bawang putih 4,0%. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap pertambahan bobot hidup broiler. Uji Beda Nyata Terkecil pertambahan bobot hidup broiler yang mendapatkan perlakuan A dan B sangat nyata (P < 0,01) berbeda dengan perlakuan C dan D. Perlakuan A tidak nyata berbeda (P > 0,05) dengan perlakuan B, demikian juga perlakuan C tidak nyata berbeda (P > 0,05) dengan perlakuan D. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap konsumsi ransum broiler. Uji Beda Nyata Terkecil konsumsi ransum broiler yang mendapat perlakua A dan B sangat nyata berbeda (P < 0,01) dengan perlakuan C dan D. Sedangkan perlakuan A tidak nyata berbeda (P > 0,05) dengan perlakuan B, demikian juga perlakuan C tidak nyata (P > 0,05) dengan perlakuan D. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap konversi ransum dan kadar kolesterol darah broiler. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar trigliserida daging broiler. Uji Beda Nyata Terkecil kadar trigliserida daging broiler yang mendapatkan perlakuan A sangat nyata (P < 0,01)

(2)

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B, C dan D. Sedangkan perlakuan B tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan C dan D, demikian juga perlakuan C tidak berbeda nyata P > 0,05) dengan perlakuan D.

Kata kunci: Pertambahan Bobot hidup, Konsumsi, Konversi Ransum, Kolesterol, Trigliserida, Bawang Putih

PENDAHULUAN

Usaha ternak broiler, sejak tahun 1980 terlihat makin menonjol peranannya dalam memenuhi kebutuhan daging masyarakat yang semakin meningkat tiap tahun. Ternak broiler mempunyai pertumbuhan yang cepat, konsumsi ransum yang efiasien dan biaya produksi yang lebih murah. Broiler merupakan ternak unggas yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat menkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot hidup yang biasa disebut konversi ransum, semakin kecil rasionya berarti semakin efisien produksi ternak tersebut. Sehubungan yang dkemukakan KAMAL yang dilaporkan TITUS dan FRITS (1971) bahwa semakin rendah angka konversi menunjukkan bahwa semakin baik efisiensi penggunaan makanan berarti pertambahan bobot badan yang dicapai dengan jumlah ransum yang digunakan semakin efisien. Konversi pakan yang rendah dapat diperoleh dengan memperhatikan kualitas bahan pakan dan zat-zat gizi dalam ransum (SIREGAR et al. 1982). Namun biaya produksi merupakan biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan yaitu sekitar 60 – 70% berasal dari pakan dan selebihnya berasal dari biaya produksi lainnya.

Broiler pada priode finisher cendrung mempunyai lemak tubuh yang sangat tinggi sehingga sering menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa daging broiler sebagai sumber kolesterol karena kadar lemak yang tinggi. Upaya mengantisipasi hal tersebut dengan jalan menghasilkan ayam berkadar kolesterol rendah melalui manipulasi nutrisi ransum. Beberapa literatur menyebutkan bahwa kadar kolesterol dapat diturunkan dengan penggunaan bawang putih. Penggunaan bawang putih dalam pakan broiler nyata meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup dan menurunkan kolesterol darah broiler (BINTANG dan JARMANI, 2006).

Penggunaan bawang putih dalam ransum

kampung pada level 2,5% menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Penambahan bawang putih dalam ransum bau kotoran ayam tidak terlalu menyengat dibandingkan dengan ayam yang tidak diberikan bawang putih dalam pakannya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas perlu juga dicobakan pada broiler untuk mengetahui konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup, kadar kolesterol darah dan kadar trigliserida daging.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Industri Teknologi Pengolahan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Menggunakan Day Old Chick (DOC) 80 ekor dengan jenis kelamin campuran. Day old chick

diepelihara diatas kandang panggung yang berukuran 4 meter x 2 meter yang dibagi dalam 16 petak dengan ukuran petak 100 cm x 50 cm dan tiap petak dimasukkan DOC 5 ekor, yang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dan balon lampu pijar 25 watt masing-masing 1 buah. Vaksinasi dilakukan pada umur 4 hari dengan menggunakan vaksin ND B1 melalui tetes mata, vaksin gumboro diberikan pada umur 14 hari melalui air minum dan vaksin ND Lasota diberikan melalui intramuscular.

Pemeliharaan ayam dilakukan 2 tahap yaitu umur 1 – 21 hari diberikan butiran dan umur 22 – 42 hari diberikan perlakuan bawang putih. Rancangan percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (GASPERZ, 1991) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:

A = Ransum dasar tampa bawang putih (Kontrol)

B = Ransum dasar + 1,0% tepung bawang putih

(3)

D = Ransum dasar + 4,0% tepung bawang putih

Jenis bahan pakan yang digunakan dalam ransum dasar adalah jagung kuning, dedak padi, bungkil kedele, tepung ikan, minyak kelapa, premiks dan bawang putih. Sedangkan kandungan nutrisi ransum broiler fase finisher yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup, konversi ransum, kadar kolesterol darah dan trigliserida daging broiler. Metode analisis kadar kolesterol darah dan kadar trigliserida daging seperti yang digunakan oleh HUMAN (2007). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Jika perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diukur diuji dengan menggunakan Uji BNT (GASPERZ, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata pertambahan bobot hidup, konsumsi ransum, komversi ransum, kadar kolesterol darah dan kadar trigliserida daging broiler dapat dilihat pada Tabel 2.

Pertambahan bobot hidup broiler

Berdasarkan sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup sangat nyata (P < 0,01) dipengaruhi oleh

penambahan tepung bawang putih dalam ransum. Uji Beda Nyata Terkecil pertambahan bobot hidup briloer yang diberikan perlakuan tepung bawang putih dalam ransum menunjukkan bahwa perlakuan C sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A dan B, dan perlakuan D sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dibandingkan perlakuan A dan B. Sedangkan perlakuan A tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan B, demikian juga perlakuan C tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan D. Data secara biologis pertambahan bobot hidup setiap perlakuan makin maningkat mengikuti peningkatan level tepung bawang ptutih. Sedangkan data pertambahan bobot hidup paling rendah pada penelitian ini adalah perlakuan A (kontrol) dan paling tinggi adalah perlakuan D. Sehubungan yang dikemukakan BINTANG dan JARMANI (2006) bahwa penggunaan bawang putih dalam pakan broiler nyata meningkatkan pertambahan bobot hidup pada broiler. RISMUNANDAR yang dilaporkan oleh SUSANTI (2006) bahwa bawang putih mengandung mikromineral yang bekerja sebagai anti-oksidan (anti kerusakan sel-sel tubuh oleh zat-zat racun yang merusak sel-sel). Jadi pertambahan bobot hidup broiler makin meningkat mengikuti level penambahan tepung bawang putih sampai 4%. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini penggunaan tepung bawang putih dalam ransum perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruhnya terhadap pertambahan bobot hidup broiler.

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum tiap perlakuan pada broiler fase finisher

Perlakuan Nutrisi A B C D Protein kasar 19,68 19,84 20,08 20,32 Lemak kasar 4,00 4,03 4,07 4,10 Serat kasar 4,00 4,07 4,10 4,15 Ca 0,38 0,46 0,46 0,68 P 0,27 0,76 0,76 2,23 Energi metabolis 3025,75 3027,74 3030,73 3033,72

(4)

Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup, konsumsi, konversi ransum, kadar kolesterol darah dan trigliserida daging broiler

Perlakuan Parameter

A B C D

Pertambahan bobot hidup g/ekor/minggu 319,62a 330,21a 388,25b 422,57b Konsumsi ransum g/ekor/minggu 665,00a 677,25a 789,25b 796,00b

Konversi ransum 2,1 2,0 2,1 1,9

Kolesterol darah mg/dl 157,50 159,00 158,753 189,75 Trigliserida daging mg/dl 542,75b 398,50a 341,50a 241,75a

Huruf yang berbeda pada superscript menurut baris berbeda sangat nyata (P < 0,01)

Konsumsi ransum

Berdasarkan sidik ragam (Tabel 2) menujukkan bahwa pengaruh penambahan tepung bawang putih dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap konsumsi ransum broiler fase finisher. Uji Beda Nyata Terkecil konsumsi ransum broiler fase finisher antara perlakuan dimana perlakuan C sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A dan B, demikian juga perlakuan D sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A dan B. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh kandungan allisin pada bawang putih yang berfungsi menghilangkan bakteri patogen dan parasit-parasit pencernaan, sehingga pakan yang dikonsumsi dapat dicerna dan diserap secara sempurna. Sedangkan perlakuan A tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan B, dan perlakuan C tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan D terhadap konsumsi ransum broiler. Tidak adanya perbedaan konsumsi ransum antara perlakuan tersebut secara statistik dianggap sama kualitas ransum yang diberikan pada broiler. Meskipun penambahan bawang putih dalam ransum tidak masuk dalam formulasi, sehingga data secara biologis menunjukkan bahwa konsumsi ransum makin meningkat mengikuti peningkatan penambahan tepung bawang putih dalam ransum broiler fase finisher. Sehubungan yang dikemukakan oleh BINTANG dan JARMANI (2006) bahwa penggunaan bawang putih dalam pakan broiler

ransum memberikan konsumsi ransum paling tinggi.

Konversi ransum

Berdasarkan sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap konversi ransum. Tidak adanya pengaruh perlakuan secara statistik terhadap konversi ransum disebabkan karena data konversi ransum yang diperoleh setiap perlakuan hampir sama. Meskipun konsumsi ransum dan pertambahan bobot hidup secara statistik berpengaruh nyata. Data konversi ransum paling rendah adalah perlakuan D dan paling tinggi adalah perlakuan A dan C. Rata-rata data konversi ransum secara biologis tiap perlakuan ternyata perlakuan D paling efisien, karena pada perlakuan ini broiler memberikan pertambahan bobot hidup paling tinggi selama penelitian. Sehubungan yang dikemukakan oleh BLAKELY dan BLADE yang dilaporkan oleh SUMANTRI (2006) bahwa konversi ransum sebaiknya rata-rata 2 atau kurang dari 2 lebih baik. Sedangkan ANGGORODI (1985) menyatakan bahwa indeks konversi ransum hanya akan naik bila hubungan antara jumlah energi dalam formula dan kadar protein telah disesuaikan secara teknis.

Kadar kolesterol darah broiler

(5)

kolesterol darah broiler. Data secara biologis kadar kolesterol darah makin meningkat mengikuti peningkatan penambahan level tepung bawang putih. Kadar kolesterol darah broiler yang mendapat perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh konsumsi ransum broiler yang mendapat perlakuan tepung bawang putih. Kadar kolesterol darah broiler paling rendah diperoleh pada perlakuan A dan paling tinggi pada perlakuan D. Tapi kadar kolesterol darah broiler masih berada dalam kisaran normal antara 125 – 200 mg/dl (MANGISAH, 2005). Kolesterol darah hampir 2/3 bagiannya diproduksi dalam organ hati dan sisanya atau 1/3nya diperoleh dari makanan yang dikonsumsi (MANENGKEY, 2006) kemudian dinyatakan bahwa kolesterol dalam tubuh digunakan sebagai bahan pembuatan beberapa jenis hormon untuk organ reproduksi seperti estrogen, testeron dan lain sebagainya, membantu fungsi vitamin D dengan bantuan sinar matahari, membangun dinding sel, sebagai bahan pembuat asam empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak yang dikonsumsi dan sebagainya, sehingga pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dalam tubuh dapat berjalan dengan baik. Kolesterol dalam darah diangkut oleh LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot, jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol dalam pembuluh darah diangkut kembali oleh HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati untuk didaur ulang kemudian disimpan kedalam kantung empedu sebagai asam empedu. Asam empedu ini digunakan membantu enzim lipase untuk mencerna lemak makanan yang dikonsumsi (ANONIM, 2007).

Jadi berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini bahwa semua perlakuan yang mendapat tepung bawang putih dalam ransum belum dapat menurunkan kadar kolesterol darah broiler, dan mungkin pada pemberian level lebih tinggi kadar kolesterol darah bisa menurun, seperti hasil penelitian SARIH (2007) bahwa pemberian bubuk bawang putih 7,5% dalam pakan menurunkan kadar kolesterol darah pada ayam kampung.

Kadar trigliserida daging broiler

Berdasarkan sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa penambahan tepung bawang putih dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap kadar trigliserida daging broiler. Uji Beda Nyata Terkecil kadar trigliserida daging pada perlakuan A nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B, C dan D. Berarti penambahan tepung bawang putih dalam ransum dapat menurunkan kadar trigliserida daging broiler. Trigliserida merupakan lemak utama yang disimpan dalam tubuh ternak sebagai cadangan energi. Jadi kadar tigliserida daging broiler yang makin rendah berarti cadangan energi yang disimpan dalam tubuh makin rendah, akibat penambahan tepung bawang putih dalam ransum. Sesuai yang dikemukakan oleh AMRULLAH dalam AINUDDIN (2008) bahwa trigliserida adalah lemak utama yang disimpan dalam jaringan tubuh ayam. Sekitar 95 % trigliserida berasal dari ransum dan 5 % disentesis dalam tubuh. Sedangkan SUTANTO (2006) menyatakan bahwa lemak yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan, selain lemak juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan tapi tidak semuanya digunakan sebagai sumber energi. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak dan melepaskan kedalam pembuluh darah. Sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menhasilkan energi, korbondioksida (Co2) dan air (H2O).

KESIMPULAN

Berdasarkan sidik ragam dan pembahasan mengenai pengaruh penambahan tepung bawang putih dalam ransum broiler dapat disimpulkan bahwa:

1. Makin tinggi penambahan tepung bawang putih dalam ransum konsumsi dan pertambahan bobot hidup broiler makin meningkat.

2. Konversi ransum paling rendah diperoleh pada perlakuan yang mengandung 4% tepung bawang putih.

(6)

3. Penambahan 1 – 4% tepung bawang putih dalam ransum meningkatkan kadar kolesterol darah broiler.

4. Perlakuan yang mengandung 4% tepung bawang putih paling rendah menurunkan kadar trigliserida daging broiler.

DAFTAR PUSTAKA

AINUDDIN. 2008. Pengaruh Penambahan Berbagai Level Tepung Bawang Putih (Allium sativum

L) dalam Ransum Terhadap Kadar Trigliserida dan Protein Darah Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. ANGGORODI, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak

Unggas. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

ANONIM. 2007. Cara cerdas menyikapi kolesterol. Internet. http://www.kompas.com/kesehatan/ news/0508/03104820.htm. (5 Desember 2007). NMT. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar

BINTANG, A.K. dan S.N. JARMANI. 2006. Penggunaan kencur (Kaempferia galangan L), bawang putih dan kompinasinya dalam ransum broiler. Pusltbang Peternakan. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha ternak Unggas. Berdayasaing. http://peternakan.litbang.dep tan.go.id/?q=node/332.

GAZPERZ,V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penebar Swadaya, Jakarta.

HUMAN. 2007. Pedoman kerja clinical chemistry. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. PT Sari Palopa Bersama, Jakarta. MANGISAH, I. 2005. Pemanfaatan kunyit (Curcuma

demostika, val) atau temulawak (Curcuma xanthorrhiza, oxb) sebagai upaya menurunkan kadar kolesterol daging broiler. File:\\A:\ curcuma\kunyit\temulawak\cari.htm. (14 Juli 2005). Jur.NMT FAPET, UNHAS, Makassar.

MANENGKEY, J.P. 2006. Penyakit jantung dan pembuluh darah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Internet. http://www. kompas.com/kesehatan/news/0508/ 03104820. htm. (5 Desember 2007). NMT. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar SARIH, P.M. 2007. Evaluasi penggunaan bubuk

bawang putih (Allium satiuvum L) terhadap kandungan lemak darah ayam kampung yang diinfeksi cacing ascaridia galli. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. SIREGAR, A.P. M., SABRANI dan S. PRAMU. 1982.

Teknik Beternak Ayam Pedagingdi Indonesia. Margie Group, Jakarta.

SUMANTRI, A. 2006. Pengaruh pemberian tepung rimpang temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dalam pakan pada level yang berbeda terhadap konversi ransum ayam broiler. Skripsi. Jurusan Nutrisi dan Makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

SUSANTI,I. 2006. Efektivitas bawang putih (Allium sativum L) sebagai antioksidan alami terhadap kandungan asam lemak bebas ransum pellet ayam ras fase layer pada level dan lama penyimpanan yang berbeda. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas hasanuddin, Makassar.

SUTANTO.H. 2006. Jaringan kadar kolesterol tinggi. Surat Kabar. Harian Fajar, Makassar. 6 Nopember 2006. hlm. 8.

TITUS, H.W. dan J.C.FRITS. 1971. The Scoentific Feeding of Chicken 5th Ed. The Interstate inc. Danviller, Illionsis.

Gambar

Tabel 1.  Kandungan nutrisi ransum tiap perlakuan pada broiler fase finisher
Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup, konsumsi, konversi ransum, kadar kolesterol darah dan

Referensi

Dokumen terkait

Keraton Yogyakarta tidak hanya dihuni oleh kalangan raja dan kerabatnya, tetapi juga para pegawai keraton yang disebut sebagai abdi dalem kraton mereka bertugas untuk

menggunakan estimasi metode kuadrat terkecil, hasil estimasi parameternya tidak akan memberikan informasi yang tepat bagi data yang ada, karena akan mengakibatkan

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh tim BPP Teknologi, Bacillus halodurans CM1, diisolasi dari sumber air panas, Cimanggu, Jawa Barat

signifikan terhadap prestasi kerja karyawan PT. Bosowa Berlian Motor Makassar. Artinya semakin tinggi kepuasan kerja karyawan, maka akan semakin tinggi pula

Simultaneous imaging and detailed image processing revealed that, at the cell edge, both actin dynamics and microtubule dynamics are inextricably tied to changes in intracellular

Hubungan komparasi dari uji Kruskall Wallis menghasilkan angka asymp sig sebesar 0,044 untuk hari libur dan sebesar 0,01 untuk hari kerja, yang mana kurang dari taraf

Sebagian besar gejala diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan yang sehat dan bersih, tetapi sebagian orangtua yang mempunyai balita

Penggunaan peubah yang mewakili karakteristik tegakan, lingkungan, dan lamanya waktu setelah penebangan dalam menduga proporsi banyaknya pohon alih tumbuh dan tetap per kelas