• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN PENGELOLA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) AR-RUM TERHADAP PROGRAM PENJAMINAN MUTU LEMBAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMAHAMAN PENGELOLA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) AR-RUM TERHADAP PROGRAM PENJAMINAN MUTU LEMBAGA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN PENGELOLA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP)

AR-RUM TERHADAP PROGRAM PENJAMINAN MUTU LEMBAGA

MANAGER INSTITUTION COURSE AND COACHING AR-RUM’S UNDERSTANDING ABOUT QUALITY ASSURANCE OF PROGRAM

Oleh: Nawaroh Mahmudah, PLS FIP UNY [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman pengelola terhadap program penjaminan mutu lembaga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian meliputi ketua lembaga, pendidik kursus, dan peserta didik kursus di LKP AR-RUM. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti dibantu pedoman wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pemahaman pengelola LKP AR-RUM terhadap program penjaminan mutu lembaga sebatas pada definisi program penjaminan mutu, jenis program penjaminan mutu, pelaksana program penjaminan mutu, dan bentuk program penjaminan mutu, (2) Pemenuhan standar mutu lembaga di LKP AR-RUM adalah berupa standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar sarana prasarana, standar pembiayaan, standar penilaian, (3) Kendala yang dihadapi LKP AR-RUM untuk melakukan program penjaminan mutu lembaga adalah sulitnya menentukan waktu untuk melakukan rapat, belum memahami bentuk dan format penjaminan mutu, dan struktur organisasi lembaga yang belum optimal.

Kata kunci: lembaga kursus dan pelatihan, program penjaminan mutu.

Abstract

This research aimed to describe understanding of the manager of the program quality assurance

institution. This research used qualitative approach. The subject were the head of the institution, educator and learners courses at LKP AR-RUM. Data were collected by interview, observation, and

documentation. The researcher is mine instrument for doing this research assisted by observation, interview, and documentation guidelines. The technique of data analysis this research were reduction, data display, and conclusion. The result showed that: (1) understanding of manager about quality assurance institution program limited to: definitation of program quality assurance institution, type of program quality assurance institution, activities of program quality assurance institution, type of activitie program quality assurance institution, (2) The fulfillment of quality standards institutes in LKP AR-RUM is a form of content standards, process standards, competency standards, standards of educators, the standard of infrastructure, standard financing, standardized assessment, (3) Constraints faced by LKP AR-RUM to perform quality assurance program is the difficulty of determining the institution to conduct the meeting time, did not understand the form and format of quality assurance, and the organizational structure of agencies that is not optimal.

Keywords: courses and coaching institution, quality assurance of program

PENDAHULUAN

Pendidikan dalam mengembangkan sumber daya manusia di era globalisasi ini memegang peranan penting. Era globalisasi memaksa kita harus dengan cepat melakukan

evaluasi dan revolusi dibidang pendidikan agar tidak terjadi kemerosotan kualitas atau mutu yang berdampak pada lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan untuk mampu

(2)

Pemahaman Pengelola Lembaga .... (Nawaroh Mahmudah) 265 bersaing. Pendidikan yang berkualitas akan

menghasilkan SDM yang berkualitas pula.

Persaingan dalam dunia kerja tidak lepas dari pada latar belakang pendidikan yang ditempuhnya. Bahkan pemerintah mewajibkan masyarakat untuk menempuh pendidikan dasar sembilan tahun, tidak hanya mewajibkan namun pemerintah juga berusaha menfasilitasinya dengan di gratiskannya biaya pendidikan selama sembilan tahun tersebut. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional No. 4 Pasal 6 Tahun 2010 yang berbunyi pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan agar sistem pendidikan nasional dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan akuntabel.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan harapan tentu perlu adanya kerja keras dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, banyak pula kendala dan permasalahan yang akan dihadapinya. Yoyon (2008: 125) mengatakan bahwa pendidikan Indonesia mengalami penurunan seperti dilaporkan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya (UNESCO) 2007 bahwa peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 dari 130 negara di dunia. Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia.

Pendidikan yang murah dan di ikuti mutu yang bagus tentu menjadi harapan setiap orang. Namun kenyataan dilapangan untuk mendapat pendidikan yang bagus tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pada akhirnya faktor ekonomi masyarakat juga berpengaruh pada menurunnya kualitas pendidikan. Yoyon (2008: 126)

mengungkapkan bahwa penduduk miskin di Indonesia sebanyak 37,3 juta jiwa yang tersebar di perkotaan sebesar 9,1 juta jiwa dan pedesaan 25,1 juta jiwa. Permasalahan tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi tersebut menjadi tantangan yang harus segera dicarikan solusi. Yoyon (2008: 127) menjelaskan bahwa penanggualangan kemiskinan memerlukan penanganan secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan untuk menghindari kemungkinan merosotnya mutu generasi muda dan sumber daya manusia pada umumnya serta menjamin kelangsungan pembangunan di masa mendatang.

Kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, sebagaimana yang seringkali diungkapkan bahwa kemiskinan sangat dekat dengan lingkaran setan, maksudnya adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat yang serba kekurangan akan sangat memicu munculnya tindak kejahatan. Kemiskinan terjadi karena berbagai faktor salah satunya karena mereka tidak memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan uang atau yang biasa disebut pengangguran. Seperti yang diungkapkan Yoyon (2008: 130) bahwa membengkaknya angka pengangguran akan berdampak terhadap makin maraknya aksi kejahatan. Sudah terbukti dengan sangat banyaknya berita kriminal yang seringkali diberitakan diberbagai media masa. Sulitnya mencari pekerjaan menjadi salah satu pemicu terjadinya tindak kriminal tersebut.

Laporan Biro Pusat Statistik (2010) menyebutkan bahwa 7,41 persen atau 8.595.600 orang dari angkatan kerja pada tahun 2010 (Februari) sebanyak 116.000.000 orang merupakan pengangguran terbuka. Pengangguran

(3)

terbuka yang dimaksud ialah seperti yang diungkapkan Edwards (Sumarsono, 2009: 260) bahwa pengangguran terbuka adalah mereka yang benar-benar tidak bekerja, baik secara sukarela maupun paksaan.

Jumlah penduduk Indonesia yang saat ini lebih dari 210 juta orang, dari jumlah tersebut kelompok yang dikategorikan generasi muda atau yang berusia diantara 15 sampai 35 tahun diperkirakan berjumlah sekitar 78 juta jiwa atau 37 persen dari jumlah penduduk secara keseluruhan, sebagian besar dari kelompok usia ini adalah tenaga kerja produktif yang akan mengisi berbagai bidang kehidupan (BPS, 2011). Masyarakat akan menempati posisi penting dan strategis, sebagai pelaku-pelaku pembangunan maupun sebagai generasi muda yang berkiprah dimasa depan. Oleh karena itu keterampilan masyarakat harus dipersiapkan agar memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan kebutuhan serta tantangan dan persaingan di era globalisasi.

Membekali masyarakat dengan berbagai macam keterampilan merupakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan yang tak terpisahkan dari sasaran pembangunan masyarakat seutuhnya kepada seluruh desa di Indonesia. Keberhasilan pembangunan masyarakat sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya.

Perkembangan zaman menuntut adanya penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara lebih bermutu sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas dalam pasal 4 ayat 6 bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Dengan demikian, mutu pendidikan menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama oleh semua komponen masyarakat. Selain itu dijelaskan juga pada pasal 50 ayat 2 bahwa pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

Pendidikan bermutu merupakan sarana utama yang memberikan akses penting bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meraih kehidupan yang baik, maju, dan berkeadilan dimasa depan. Pendidikan yang bermutu diharapkan mampu mengembangkan potensi diri manusia berikut melahirkan manusia-manusia kreatif, mandiri, dan beretos kerja tinggi. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, diperlukan keterlibatan segenap komponen bangsa karena sangat disadari bahwa pendidikan nasional merupakan tanggung jawab bersama.

Berdasarkan data resmi yang dikeluarkan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sampai dengan Februari 2011, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,12 juta orang atau 6,80 persen. Jumlah penganggur tersebut di dominasi lulusan SMA 27,96 persen. Sebagaimana diketahui bahwa lulusan SMA rata-rata belum memiliki keterampilan khusus untuk terjun ke dunia kerja, sehingga masih membutuhkan pendidikan keterampilan untuk siap bekerja. Disinilah letak pentingnya lembaga-lembaga kursus, karena berperan menjembatani antara calon tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia

(4)

Pemahaman Pengelola Lembaga .... (Nawaroh Mahmudah) 267 usaha dan industri. Meskipun memiliki peran

penting, lembaga kursus saat ini masih memiliki banyak permasalahan, terutama dari aspek output. Lembaga kursus dalam pengelolaannya masih cenderung berorientasi mencari peserta didik sebanyak-banyaknya tanpa diiringi pengelolaan secara profesional agar dapat benar-benar menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja.

Wartanto (Denura, 2012: 32) mengungkapkan bahwa lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) memiliki peran yang cukup besar dengan menyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 78 persen diterima di dunia kerja, 12 persen berwirausaha, dan sisanya tidak terdeteksi. Kursus memiliki potensi besar dalam membantu Indonesia dalam mengurangi jumlah penganguran.

Banyaknya jumlah LKP yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan mampu membantu pemerintah dalam menangani permasalahan pengangguran. Selain itu LKP diharapkan bisa dijadikan pendidikan alternatif bagi masyarakat untuk membangun skill dan keterampilan sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja maupun wirausaha. Namun pada kenyataannya fenomena peningkatan jumlah lembaga kursus masih diiringi dengan rendahnya mutu kursus yang ditandai kurangnya penyediaan sarana prasarana yang memadai, tenaga pendidik dan kependidikan yang kompeten, kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman serta hal lain yang belum sesuai dengan standar minimal yang telah ditentukan.

Lembaga kurus yang dikenal dengan sebutan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal bertujuan sesuai Pasal 103 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) merupakan salah satu dari satuan pendidikan nonformal yang bertujuan untuk memberikan keterampilan kecakapan hidup kepada masyarakat, mempersiapkan masyarakat siap bekerja, dan berusaha mandiri.

Hawadi (Rubiyantoro, 2012: 54) menyebutkan pada tahun 2012 dari 17 ribu lebih lembaga kursus yang ada di Indonesia, baru 8 persen yang sudah terakreditasi, artinya masih ada 92 persen lembaga yang belum. Situasi demikian tentu akan menghambat visi pemerintah untuk menjadikan LKP sebagai salah satu sarana untuk mensejahterakan masyarakat.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan (Ditbinsuslat) telah memverifikasi 8.730 LKP dari 16.009 lembaga yang sudah memiliki Nomor Induk Lembaga Kursus dan Pelatihan (NILEK). Dari sejumlah lembaga tersebut baru 750 program serta 17 lembaga yang sudah terakreditasi. Artinya baru sekitar 3,107 persen program dan 0,1 persen lembaga yang di nilai telah memenuhi standar kelayakan.

Kondisi seperti di atas harus diperhatikan betul oleh pemerintah terkait. Pemerintah wajib melakukan penjaminan dan kontrol mutu lembaga kursus. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan agar lembaga kursus mampu mengeluarkan lulusan-lulusan yang berkompeten dalam bidang keterampilan kerja. Upaya-upaya seperti akreditasi, sertivikasi, pendataan, dan sebagainya dari pemerintah secara berkesinambungan harus terus dilakukan demi mengangkat mutu lembaga kursus.

(5)

Lembaga kursus adalah salah satu satuan pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (Susilo N. & Yoyon Suryono. 2014: 64). Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM merupakan salah satu LKP yang sudah resmi terakreditasi dan medapat penilaian kinerja B. Sehingga hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut. Adapun setelah melakukan observasi, hal-hal penting seperti program penjaminan mutu lembaga yang seharusnya dipenuhi oleh lembaga yang sudah terakreditasi seperti LKP AR-RUM justru belum dilakukan. Beragam kendala dihadapi oleh lembaga untuk melaksanakan program penjaminan mutu.

Untuk mengetahui secara lebih jauh dan mendalam kondisi LKP AR-RUM, pada akhirnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemahaman Pengelola Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM terhadap Program Penjaminan Mutu Lembaga”.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskrptif untuk megetahui atau menggambarkan kenyataan atau realita dari suatu kejadian atau fenomena yang diteliti.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di LKP AR-RUM yang beralamatkan di Jl. Gayam (Bung Tarjo)

No. 1 Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari mulai bulan Maret - Mei 2016.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pengelola lembaga, pendidik dan peserta didik kursus yang terlibat dalam program kursus menjahit di LKP Ar-Rum.

Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen utama dalam penelitian ini ialah peneliti itu sendiri yang dibantu dengan pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah reduksi, display data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data yaitu data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Penyajian data dilakukan setelah data direduksi. Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan sementara yang dihasilkan biasanya masih kurang jelas, sehingga perlu untuk diverifikasi lagi. Kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara yang telah diverifikasi. Kesimpulan akhir ini menghasilkan makna dari data sesuai dengan fokus yang diteliti secara singkat, jelas, dan mudah dipahami.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pemahaman pengelola terhadap program

penjaminan mutu lembaga

Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum ada komponen input,

(6)

Pemahaman Pengelola Lembaga .... (Nawaroh Mahmudah) 269 komponen proses, dan outcome sesuai yang

diharapkan oleh stakeholder (Fattah, 2012: 2). Sedangkan pengelola LKP AR-RUM memahami program penjaminan mutu lembaga sebagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengetahui seberapa jauh mutu suatu lembaga.

Secara eksternal, program penjaminan mutu lembaga dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN PNF). Sedangkan secara internal dilakukan oleh pengelola lembaga, koordinator masing-masing bidang yang ada di lembaga, serta bisa juga melibatkan akademisi ataupun mengundang dari dinas pendidikan. Permendiknas No. 63 tahun 2009 menjelaskan bahwa penjaminan mutu pendidikan baik formal maupun nonformal dilaksanakan oleh satuan atau program pendidikan.

Dalam kegiatannya melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, peyelenggara satuan atau program pendidikan harus menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk terlaksananya penjaminan mutu.

Bentuk kegiatan program penjaminan mutu eksternal yaitu dengan mengadakan penilaian kepada suatu lembaga terkait pemenuhan delapan standar penjaminan mutu. Sedangkan program penjaminan mutu internal dilakukan dalam bentuk koordinasi untuk membahas terkait delapan standar penjaminan mutu. Sedangakn Fattah (2012: 6) menyebutkan bahwa tahapan penjaminan mutu pendidikan dimulai dari penetapan standar mutu, pemenuhan standar mutu, pengukuran dan evaluasi dengan cara pengumpulan data dan analisis, perbaikan dan pengembangan dalam peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada acuan mutu

pendidikan, yakni Standar Pendidikan yang melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Hal-hal yang dibahas dalam program penjaminan mutu lembaga adalah delapan standar penjaminan mutu. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa standar Nasional Pendidikan sendiri terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

2. Pemenuhan Standar Penjaminan Mutu Lembaga

Pemenuhan standar isi di LKP AR-RUM meliputi kurikulum, beban belajar, dan kalender pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

Peraturan Pemerintah Pasal 20 No. 19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Hal tersebut juga sesuai dengan pemenuhan standar proses di LKP AR-RUM yaitu terdapat Silabus dan Racangan Proses Pembelajaran (RPP).

Pemenuhan standar kompetensi lulusan di LKP AR-RUM menggunakan indikator berupa ketercapaian kompetensi peserta didik sesuai jenjang kursus yang di ikutinya. Sallis (2010: 8) menjelaskan bahwa standar mutu pendidikan

(7)

misalnya dapat berupa pemilikan atau akuisisi kemamuan dasar pada masing-masing bidang pembelajaran, dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.

Semua tenaga pendidik kursus menjahit yang ada di LKP AR-RUM sudah memiliki ijazah nasional bidang keterampilan menjahit dan memiliki ijazah nasional tenaga pendidik dan penguji praktik menjahit pakaian (MPWA dan MPP). Peraturan Pemerintah Pasal 33 ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 yang menjelaskan bahwa pendidik di lembaga kursus dan pelatihan keterampilan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan.

Tenaga kependidikan yang ada di LKP AR-RUM terdiri atas pengelola lembaga. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Pasal 35 ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa Lembaga Kursus dan Pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola, teknisi, sumber belajar, pustakawan, dan laboran.

LKP AR-RUM memiliki sarana prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran kursus. Peraturan Pemerintah Pasal 42 ayat (2) No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel, kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, intalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Dalam pengelolaannya, LKP AR-RUM belum memiliki kerangka kerja tahunan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengelola lembaga, sehingga pengelolaan lembaga dilakukan sesuai kebutuhan. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Pasal 53 ayat (1) PP No. 19 tahun 2005 di sebutkan bahwasannya setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi 4 tahun.

Kegiatan pembiayaan di LKP AR-RUM belum terpenuhi sesuai standar, banyak faktor yang menjadi pemicunya, salah satunya yaitu belum terdapat rancangan pembiayaan. tersebut tidak sesuai dengan standar yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah Pasal 62 No. 19 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa biaya pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu, biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap, biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pemblajaran secara teratur dan berkelanjutan, biaya operasioanl meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan saran dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Pemenuhan standar penialaian di LKP AR-RUM adalah dengan menilai hasil produk buatan peserta didik kursus. Namun dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 dijelaskan bahwa standar Penilaian Pendidikan dijelaskan

(8)

Pemahaman Pengelola Lembaga .... (Nawaroh Mahmudah) 271 bahwa standar penilaian pendidikan merupakan

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Pemahaman pengelola LKP AR-RUM terhadap program penjaminan mutu lembaga sebatas pada: (a) program penjaminan mutu lembaga merupakan kegiatan untuk mengetahui mutu sebuah lembaga, (b) program penjaminan mutu bisa dilakukan secara eksternal dan internal, (c) yang bertugas melakukan program penjaminan mutu secara eksternal adalah BAN PNF, sedangkan secara internal yang bertugas melakukan adalah pengelola dan koordinator masing-masing bidang yang ada dilembaga, (d) bentuk kegiatan penjaminan mutu lembaga secara eksternal dilakukan dengan cara mengedarkan instrument yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait delapan standar penjaminan mutu, sedangkan secara internal bentuk program penjaminan mutu berupa rapat koordinasi yang membahas tentang delapan standar penjaminan mutu.

2. Pemenuhan pengelola terhadap standar penjaminan mutu lembaga yaitu sebagai berikut:

a. Pemenuhan standar isi di LKP AR-RUM meliputi: kurikulum, beban belajar, dan kalender pendidikan.

b. Pemenuhan standar proses di LKP AR-RUM meliputi: Silabus dan Rencana Proses Pembelajaran (RPP).

c. Pemenuhan standar Kompetensi Lulusan di LKP AR-RUM meliputi: ketercapaian kompetensi sesuai tingkat/ jenjang yang di ikutinya.

d. Pemenuhan standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan di LKP AR-RUM meliputi: tenaga pendidik terdiri dari empat orang yang telah berkualifikasi nasional, karena sudah memiliki ijazah nasional bidang keterampilan menjahit dan memiliki ijazah nasional tenaga pendidik dan penguji praktik menjahit pakaian (MPWA dan MPP). Sedangkan tenaga kependidikannya adalah pengelola sekaligus ketua lembaga.

e. Pemenuhan standar sarana prasarana di LKP AR-RUM meliputi: sarana terdiri dari, komputer, printer, laptop, kalkulator, camera, handycam, alat tulis, meja potong pakaian, kursi belajar, setrika, meja setrika, mesin jahit, mesin obras, mesin bordir, mesin kancing, papan tulis, gunting, kotak P3K, kipas angin, alat peraga pembelajaran, diktat teori, etalase, mesin jahit kaos, alat pemadam kebakaran. Sedangkan prasarana terdiri dari, ruang sekretariat, ruang teori dan praktek menjahit, ruang tamu, tempat parkir, gudang, dapur, kamar mandi, ventilasi, penerangan, ruang bordir.

f. Pemenuhan standar pengelolaan di LKP AR-RUM dilaksanakan sesuai kebutuhan karena belum terdapat rencana kerja tahunan.

g. Pemenuhan standar pembiayaan di LKP AR-RUM belum standar dikarenakan tidak terdapat rancangan pembiayaan serta

(9)

pencatatan pembiayaan secara tertib, pembiayaan masih tercampur antara biaya investasi, biaya personal, dan biaya operasional.

h. Pemenuhan standar penilaian di LKP AR-RUM dari hasil praktek membuat produk sesuai dengan tingkatan dan level yang di ikutinya.

3. Kendala yang di hadapi untuk melaksanakan program penjaminan mutu lembaga adalah kesulitan untuk menentukan waktu yang pas dan mengumpulkan seluruh pihak-pihak yang berkepentingan untuk melaksanakan program penjaminan mutu lembaga.. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya kegiatan program penjaminan mutu di LKP AR-RUM adalah belum dipahaminya bentuk dan format yang baku terkait penjaminan mutu lembaga. Struktur organisasi lembaga yang masih sekedar formalitas juga mengakibatkan tidak adanya kejelasan job description dan kerjasama yang baik di LKP AR-RUM.

Saran

1. Pengelola LKP AR-RUM yang di anggap sudah memahami tentang kegiatan program penjaminan mutu lembaga hendaknya sedikit demi sedikit mampu membangun kesadaran kepada dirinya sendiri dan juga pengelola lain yang ada di lembaga terkait pentingnya program penjaminan mutu lembaga

2. Standar penjaminan mutu lembaga yang sudah terpenuhi harapannya mampu dipertahankan dan juga ditingkatkan lagi kualitasnya sehingga mutu lembaga menjadi semakin meningkat. Sedangkan standar kompetensi lulusan, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian yang belum terpenuhi dengan

optimal harapannya dapat segera diperbaiki dan dipenuhi sesuai standar nasional yang dipersyaratkan.

3. Pengelolaan LKP AR-RUM haruslah diperbaiki secara bertahap dan terus menerus demi eksistensi dan kemajuan lembaga tersebut. Struktur organisasi yang ada hendaknya lebih dimaksimalkan, orang-orang yang tercantum dalam struktur organisasi tersebut tidak boleh hanya sekedar numpang nama saja tanpa adanya tanggung jawab pekerjaan yang jelas, pada akhirnya pengelola harus kembali menyeleksi dan memilih orang-orang yang jelas yang memiliki kompetensi dibidangnya, memiliki kesadaran untuk memajukan lembaga, serta mau bekerja keras untuk kepentingan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Edward Sallis. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Peran Strategis Pendidikan di Era Globalisasi Modern. Yogyakarta: IRCiSoD.

Jerome S. Arcaro. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-prinsip Perumusan dan

Tata Langkah Penerpan).

Yogyakarta:.Pustaka Pelajar.

Moh Alifuddin. 2012. Strategi Inovatif Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: Magnasript Publishing.

Nanang Fattah. 2012. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, dalam Konteks Penerapan MBS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nur Zazin. 2011. Gerakan Menata Mutu

Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZ

MEDIA.

Presiden. 2010. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.

(10)

Pemahaman Pengelola Lembaga .... (Nawaroh Mahmudah) 273 Prim Masrokan Mutohar. 2013. Manajemen Mutu

Sekolah (Strategi Peningkatan Mutu dan

Daya Saing Pendidikan Islam).

Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang

Republik Indonesia tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Bandung:

Fokusindo Mandiri.

Susilo, N., & Suryono, Y. (2014). Peran LKP Modeling “Colour Models Management Yogyakarta” dalam Mengembangkan Aspek Personal dan Sosial Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan

Masyarakat, 1(1),63-74.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v1i1. 2357

Syarifuddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

Wartanto. 2010. Mutu Administrasi Lembaga

(Tata Kelola). Modul Direktorat

Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. Diakses pada 14 November 2015, Jam 11.25 WIB.

Yohan Rubiyantoro. 2012. Sebanyak 92 persen Lembaga Kursus belum Terakreditasi.

Diakses dari

http://www.paudni.kemdikbud.go.id/seban yak-92-persen-lembaga-kursus-belum-terakreditasi.html. Pada tanggal 20 November 2015, Jam 10.25 WIB.

Yoyon Suryono. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Pendekatan Strategis dan Pendidikan). Yogyakarta: Gama Media

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di wilayah Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya, merupakan upaya untuk memberikan gambaran mengenai dampak asap yang dihasilkan dari

In addition, by taking interview with local people around and within the village (such as Sukidi, Imam Saputra, and Amir Puspa Mega), they knew at deeper the context of the

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengetahui apakah rata-rata kecemasan matematika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran probing-prompting bernuansa etnomatematika

2. Siswa Muqim adalah : murid-murid yang berasal dari daerah-daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Siswa Kalong adalah , yaitu murit-murit yang berasal

Lokasi : Kabupaten Muara Enim Pagu : Rp. Peserta yang mendaftar 1) PT. Multicipta Rancana Selaras 3) PT. KARVAK NUSA GEOMATIKA.. 5) PT. SANGGA

Membandingkan metode UBR, CV dan GCV untuk memilih parameter penghalus optimal dalam estimator Deret Fourier dengan menggunakan data simulasi berdasarkan

Selanjutnya, dibuktikan polinomial fuzzy tersebut merupakan semi modul atas aljabar max-plus fuzzy.. Kata kunci : aljabar max-plus fuzzy, polinomial fuzzy,

Faktor-faktor yang menimbulkan monopoli antara lain perusahaan monopoli memiliki suatu sumber daya yang unik  dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain, perusahaan