• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyworld : STAD typed Cooperative Learning, LKS, Students achievement, Motivation I. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keyworld : STAD typed Cooperative Learning, LKS, Students achievement, Motivation I. PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013

926

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD

(Student Teams Achievement Divisions)

Berbantuan LKS Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Teknologi Infomasi dan Komunikasi

(TIK) Siswa Di SMA Negeri 1 Kubutambahan

I Nyoman Subherata Wiguna1, Ni Desak Made Sri Adnyawati2, Dessy Seri Wahyuni3

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

Subherata@yahoo.com1, sakdeksri@yahoo.com2, dsy.wahyuni@gmail.com3

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan motivasi belajar kelas XI IPA3 dalam mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Kubutambahanmelalui model pembelajaran tipe STAD berbantuan LKS. (2) Meningkatkan hasil belajar kelas XI IPA3 dalam mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Kubutambahan melalui model pembelajaran tipe STAD. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/ evaluasi, dan refleksi. Sebyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 31 siswa. Data tentang hasil belajar dan motivasi pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dikumpulkan dengan metode tes dan observasi, sedangkan data motivasi dikumpulkan dengan metode angket pada akhir siklus. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dari kategori cukup pada siklus I menjadi kategori tinggi pada siklus II. Dan hasil belajar siswa yaitu dari rata-rata hasil belajar siswa 68,25 pada siklus I menjadi 78,35 pada siklus II. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajarana kooperatif tipe STAD berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar TIK siswa kelas XI IPA3 di SMA N 1 Kubutambahan.

Kata Kunci : Kooperatif tipe STAD, LKS, Hasil Belajar, Motivasi.

Abstract - This study aimed to (1) Increase motivation IPA3 class XI in TIK subjects in SMA Negeri 1 Kubutambahanmelalui assisted learning model STAD LKS. (2) Improving learning outcomes in class XI IPA3 TIK subjects in SMA Negeri 1 Kubutambahan through STAD learning model. This type of research is a classroom action research consisted of two cycles. Each cycle

consists of planning, action, observation / evaluation, and reflection. Sebyek this study were students of class XI IPA3 academic year 2012/2013 as many as 31 students. Data on learning outcomes and motivation on the subjects of Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) were collected by the method of testing and observation, while the motivation of the data collected by questionnaire at the end of the cycle. The data collected were analyzed using descriptive analysis. The results showed that the application of assisted STAD cooperative learning worksheets can increase students' motivation enough in the cycle of category I to category II high in the cycle. And student learning outcomes, from an average of 68.25 student learning outcomes at 78.35 on the first cycle to the second cycle. Based on the data analysis and discussion, it can be concluded that the application of assisted pembelajarana STAD cooperative LKS can increase motivation and learning outcomes of TIK in class XI IPA3 SMA N 1 Kubutambahan.

Keyworld : STAD typed Cooperative Learning, LKS, Students achievement, Motivation

I. PENDAHULUAN

Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, yang dilaksanakan pada tanggal 11-23 November 2012 di SMA N 1 Kubutambahan yang bertempat di Desa Tamblang Kecamatan Kubutambahan, menunjukan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum mampu mencapai rata-rata KKM yang di targetkan (75), sehingga dari permasalahan ini perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang sesuai sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Hasil diskusi dengan guru-guru TIK SMA Negeri 1 Kubutambahan yang berjumlah tiga (3) orang dan hasil evaluasi beberapa hari di sekolah disimpulkan ada beberapa hal yang menyebabkan permasalahan mendasar tersebut, yakni (1)Jumlah siswa pada kelas di kelas XI IPA3 jumlahnya melebihi jumlah siswa ideal

(2)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 yakni 32 siswa perkelas atau tergolong kelas gemuk

dan keadaan siswa yang sangat heterogen, sehingga berdampak pada pengelolaan kelas yang kurang maksimal dan kurang efektif di kelas, (2) Kurangnya motivasi siswa selama kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari interaksi atau komunikasi yang hanya berlangsung dua arah antara siswa dengan guru. Jika ada pertanyaan dari siswa, guru langsung menjawab pertanyaan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan pertanyaan temannya. Dengan begitu siswa menjadi sedikit pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat pembelajaran bahwa, fokus belajar adalah siswa dan siswa belajar lewat interaksi karena pada dasarnya proses belajar adalah berbuat, berinteraksi, menjalani dan mengalami. Dampak dari pembelajaran yang seperti ini adalah siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar lebih aktif, (3) Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep TIK dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari juga masih rendah, (4) guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan pekerjaannya, (5) Minat dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran TIK masih kurang maksimal.

Proses pembelajaran masih bersifat satu arah, penyajian materi di dalam kelas masih didominasi oleh metode ceramah dimana siswa hanya mendengarkan. Dalam proses pembelajaran penyaji masih menganggap siswa sebagai botol kosong atau kertas kosong yang akan diisi atau ditulisi dengan ilmu pengetahuan. Selain metode tersebut, penyaji juga menerapkan metode masalah, dimana penyaji memberikan sebuah permasalahan terhadap siswa untuk dicari jalan keluarnya, namun karena kurangnya motivasi siswa terhadap pembelajaran maka metode masalah ini tidak dapat diterapkan secara maksimal, misalnya siswa yang diberikan sebuah permasalahan tidak berusaha untuk mencari jalan keluarnya.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru TIK kelas XI IPA 3 menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari rendahnya respon siswa terhadap suatu aksi yang diberikan oleh guru. Pada saat guru memberikan sebuah pertanyaan atau permasalahan kepada siswa, siswa yang ditunjuk tidak berusaha menjawab ataupun mencari jawaban dari permasalahan yang diberikan kepadanya. Disini siswa terlihat kurang tekun dan kurang ulet dalam mengikuti sebuah pembelajaran dari gurunya.

Untuk meningkatkan pemahaman akademik siswa dibutuhkan suatu strategi pembelajaran dengan mempertimbangkan antara lain adalah keadaan siswa, keadaan sekolah, lingkungan belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa keadaan siswa di sekolah-sekolah pada umumnya adalah heterogen. Maksud heterogen di sini adalah heterogen dalam jenis kelamin, agama, tingkat kehidupan sosial, dan kemampuan akademik. Dengan demikian, peneliti

memilih alternatif yang dapat digunakan yakni dengan menerapkan pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif tipe STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan tipe yang lain dari pembelajaran kooperatif maka STAD adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana. Hal ini terlihat dalam pelaksanaannya, yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, melaksanakan evaluasi dan penghargaan kelompok. Sehingga strategi pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Menurut Trianto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran tipe STAD (Student Team Achievement Divition) ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang siswa secara heterogen. Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dan paling memungkinkan untuk digunakan oleh pendidik yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif, karena langkah-langkahnya masih sangat sederhana.

Menurut (Suwindra, 2001) dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dipadukan dengan LKS, karena LKS berfungsi memberikan petunjuk kepada siswa tentang rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran. Selain itu LKS dapat membantu proses pembelajaran lebih terencana karena setiap kali mengerjakan LKS suatu konsep diharapkan terselesaikan.

II. KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

Pada model pembelajaran STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD terdidiri dari beberapa tahapan yaitu tahap persiapan (preparation), tahap penyajian kelas (teach), tahap pembelajaran kelompok (team study), tes/kuis dan penghargaan kelompok (team regocnition).

(3)

Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013

928

LKS adalah suatu lembaran kerja bagi siswa yang disusun secara topogram yang berisi tugas untuk mengamati dan mengumpulkan data dan tersaji untuk didiskusikan atau untuk dijawab sehingga siswa dapat menguji diri sendiri seberapa jauh kemampuannya dalam bahasa yang disajikan guru. LKS digunakan dalam pembelajaran STAD dengan tujuan untuk memudahkan siswa mengamati, menerima materi, dan mampu mengerjakan tugas yang disediakan didalamnya.

B. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan sebagai suatu keadaan internal yang muncul, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Motivasi menjadikan individu melakukan berbagai aktivitas, seperti makan, belajar, bekerja, berbelanja, atau mengejar jabatan. Secara garis besar motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut motivasi ekstrinsik, sedangkan suatu sebab yang datang dari dalam diri individu disebut motivasi intrinsik.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar. Belajarberlangsung karena adanya usaha dengan sengaja untuk memperoleh kecakapan baru dan membawa perbaikan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar suatu siswa : (1). Faktor guru, setiap guru memiliki pola mengajar berbeda. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku guru waktu mengajar. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangan sendiri tentang mengajar, konsep, psikologi dan kurikulum. (2). Faktor siswa, setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian, kecakapan yang dimiliki masing-masing itu meliputi kecakapan potensial atau kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar. (3). Faktor kurikulum, bahan-bahan pengajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai. (4). Faktor lingkungan, lingkungan meliputi keadaan ruang, tata ruang dan berbagai situasi fisik yang ada sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses pembelajaran.

D. TIK di SMA N 1 Kubutambahan

Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut. Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk

menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat.

Guru dapat menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus dalam bentuk demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan dan karakteristik siswa itu sendiri.

E. Kerangka Berfikir

Dalam pembelajaran TIK, siswa seharusnya aktif dalam memecahkan suatu masalah nyata yang dihadapinya. Proses pembelajaran TIK akan lebih menarik apabila terjalinnya kerjasama diantara siswa, maupun dengan guru.

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang mengkondisikan siswa belajar dalam suatu kelompok yang beranggotakan 4-5 orang sehingga nantinya siswa dapat saling bertukar pendapat, mendiskusikan masalah serta siswa satu dapat belajar dari siswa yang lain dalam satu kelompok. Dimana LKS akan membantu dalam proses pembelajaran yang meliputi proses pembelajaran, kerja kelompok, dan pengerjaan tugas-tugas yang disertakan dalam LKS.

III. METODOLOGI A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dengan guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMA Negeri 1 Kubutambahan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah pada umumnya dan di kelas pada khususnya. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kubutambahan, penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun ajaran 2012/2013.

Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan / tindakan, (3) pengamatan / observasi, dan (4) refleksi. Adapun rancangan tahapan penelitian seperti gambar berikut:

(4)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013

Gambar 1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,et.al, 2008)

Namun jumlah siklus penelitian ini bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan termasuk 1 kali tes akhir siklus dan siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan termasuk 1 kali tes akhir, dimana masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2x45 menit.

D. Prosedur Penelitian

Hasil wawancara dan observasi di kelas XI IPA3 SMA Negeri 1 Kubutabahan menunjukkan hasil motivasi dan hasil belajar siswa belum optimal.

Berdasarkan refleksi awal tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian tentang hasil belajar dan motivasi siswa dalam pembelajaran TIK setelah diterapkan pembelajaran tipe STAD berbantuan LKS.

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian terdiri dari dua siklus dimana pada siklus I/ pertamaterdapat tiga kali pertemuan termasuk satu kali test akhir siklus. Siklus ke II/ keduajuga terdiri dari tiga kali pertemuan termasuk satu kali test akhir siklus II, namun pada siklus II/ kedua merupakan proses pembelajaran yang merupakan hasil refleksi dari siklus I/ pertama.

Pada setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1). Tahap perencanaan, (2). Tahap Pelaksanaan tindakan, (3). Tahap observasi/ evaluasi dan (4). Tahap Refleksi.

F. Instrumen Penelitian

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 1) hasil belajar siswa, 2) motivasi siswa, terhadap penerapan pembelajaran tipe STAD dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jenis instrumen dan teknik, pengumpulan data yang digunakan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data No Jenis Data Intrumen Penelitian Metode 1 Hasil Belajar Tes hasil belajar,Lembar observasi Tes, Observasi

2 Motivasi Angket Angket

IV. PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I

Pada tahap perencanaan siklus I siswa diorganisasikan ke dalam 7 kelompok kecil. Empat kelompok beranggotakan 4 orang dan tiga kelompok beranggotakan 5 orang. Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I, dikemas menjadi dua rencana pembelajaran, dalam satu rencana pembelajaran digunakan untuk satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit (2 x 45 menit).

Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan menjadi beberapatahapan yakni : Tahap persiapan, tahap pembelajaran, dan tahap penghargaan kelompok. Metode yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siklus I yaitu dengan metode tes dan observasi. Aspek kognitif diperoleh dari hasil kuis dan tes pada akhir siklus, untuk aspek psikomotor diperoleh dari hasil observasi pengerjaan tugas yang ada pada LKS, dan aspek afektif diperoleh dari hasil observasi keaktifan dan sikap disetiap pertemuan. Hasil dari ketiga aspek tersebut mempunyai presentase dalam pencarian nilai akhir untuk hasil belajar siklus I. Untuk Psikomotor memiliki bobot 50%, kognitif 30%, dan afektif 20%.berdasarkan hasil analisis data hasil belajar siswa pada siklus I, diperoleh nilai akhir kelas dan daya serap siswa pada siklus I masing-masing Psikomotor 60 dan 62%, Afektif 73 dan 73%, serta kognitif 76 dan 76% dengan kategori tuntas hanya pada nilai kognitif, sedangkan untuk ketuntasan klasikal memperoleh nilai masing-masing sebesar Psikomotor 16,13%, Afektif 41,94%, Kognitif 64,52% dengan kategori tidak tuntas, dengan rata – rata kelas diperoleh sebesar 68,25 Berdasarkan kategori keberhasilan suatu penelitian dikatakan berhasil jika nilai rata-rata siswa minimal untuk kategori Psikomotor, Afektif dan Kognitif sebesar 75,00, dengan ketuntasan klasikal 75,00%. Dari kategori tersebut, hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kategori keberhasilan, karena belum tercapai rata-rata kelas minimal dan daya serap minimal pada nilai Psikomotor, Afektif, dan Kognitif serta ketuntasan klasikal.

Perencanaan I Pengamatan I Perencanaan Pengamatan II Pelaksanaan I Pelaksanaan II Refleksi I Refleksi II

(5)

Tabel 2 Hasil Belajar siswa Siklus I

No KETERANGAN

Hasil Belajar Siklus I

Psikomotor Afektif 1 Rata-Rata Kelas 62 73 2 Banyak Siswa Yang Tuntas 5 13 3 Banyak Siswa Yang Tidak Tuntas 26 18 4 Ketuntasan Klasikal 16,13% 41,94% 5 Daya Serap 62% 73%

Gambar 2 Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Siklus I Data motivasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode tes angket. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan terhadap perkembangan aspek motivasi belajar siswa selama siklus I, hasil tes angket yang telah dilaksanakan memperoleh nilai rata

sebesar 86,13 dengan kategori cukup, sehingga motivasi belajar siswa pada siklus I belum memenuhi ketegori keberhasilan.

Tabel 3 Motivasi Belajar Siswa Siklus I

Kategori Siklus 1 Jumlah Sangat Tinggi 0 Tinggi 10 Cukup 20 Rendah 1 Sangat Rendah 0

Rata – Rata Nilai 86,13

Kategori Cukup

Gambar 3 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan tes akhir yang dilaksanakan pada siklus I, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dijadikan refleksi untuk siklus II terkait dengan proses pembelajaran, motivasi,

0,00% 100,00% 16,13% 41,94% 64,52% 83,87% 58,06% 35,48%

Presentase Ketuntasan Klasikal

0% 20% 40% 60% 80% Sangat Tinggi

Tinggi Cukup Rendah 0%

32% 65%

3%

Motivasi Siswa Kls XI IPA 3 SMA N 1 KBT

Volume 2, Nomor 6

930

Hasil Belajar Siklus I

Kognitif Jumlah 76 68,25 20 3 11 28 64,52% 9,68% 76% 68%

Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Siklus I Data motivasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode tes angket. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan terhadap perkembangan aspek motivasi belajar siswa selama siklus I, hasil tes angket yang dilaksanakan memperoleh nilai rata-rata motivasi sebesar 86,13 dengan kategori cukup, sehingga motivasi belajar siswa pada siklus I belum memenuhi

Siklus 1 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Cukup

Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan tes akhir yang dilaksanakan pada siklus I, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dijadikan refleksi untuk siklus II terkait dengan proses pembelajaran, motivasi,

dan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran pada siklus I secara umum belum dapat berjalan secara optimal, siswa masih bekerja secara individu sehingga kurangnya kerja sama dalam kelompok, dalam mengerjakan tugas yangdiberikan tidak semua siswa terlibat dalam pengerjaan tugas tersebut dan tidak semua siswa memberikan kontribusi kepada kelompoknya, pada saat melakukan presentasi ada beberapa kelompoki masih ragu, motivasi siswa secara umum dapat dikategorikan cukup belum tinggi secara keseluruhan, hasil belajar siswa diperlihatkan pada 3 aspek penilaian yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dan tes akhir dalam siklus I masih ditemukan beberapa nilai siswa yang belum memenuhi kreteria keberhasilan yang ditetapkan.

B. Hasil Penelitian Siklus II

Pelaksanaan perencanaan siklus II disesuaikan dari hasil refleksi pada siklus I. secara pelaksanaan siklus II hamp[ir sama dengan pelaksanaan siklus I, namun melakukan beberapa tindakan perbaikan seperti yang telah diuraikan pada pembahasan hasil refleksi siklus I, pelaksanaan siklus II dikemas menjadi 2 rencana pembelajaran, dalam satu rencana pembelajaran digunakan untuk satu kali pertemuan dengan alokasi

menit).

Tahapan ini dilaksanakan sesuai dengan siklus pertama menjadi beberapa tahapan yakni, tahap persiapan, tahap pembelajaran,

kelompok.

Metode yangdigunakan untuk memperoleh data hasil belajar siklus II sama dengan metode yang digunakan pada siklus . Berdasarkan hasil tes observasi hasil belajar siswa siklus II serta hasil analisis data hasil belajar siswa pada siklus II, diperoleh rat kelas sebesar 78,35, 76 untuk nilai psikomotor dengan daya serap 76%, 81 untuk nilai afektif dengan daya serap 81%, dan 81 untuk nilai kognitif dengan daya serap 81%, serta dengan ketuntasan siswa pada siklus II masing-masing 74,19 untuk nilai psiko 83,87% untuk nilai afektif dan 90,32% untuk kognitif dengan kategori tuntas. Berdasarkan kategori keberhasilan jika nilai rata

untuk nilai Psikomotor, Afektif, dan Kognitif dan daya serap75,00% dengan dengan ketuntasan klasi minimal 70,00%. Dari kategori tersebut, hasil belajar siswa pada siklus II sudah dikatan berhasil.

35,48%

Presentase Ketuntasan Klasikal

Tuntas Tidak Tuntas

Rendah Sangat Rendah 0%

Motivasi Siswa Kls XI IPA 3 SMA N 1 KBT

Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 dan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran pada siklus I secara umum belum dapat berjalan secara optimal, siswa masih bekerja secara individu sehingga kurangnya kerja sama dalam kelompok, dalam mengerjakan tugas yangdiberikan tidak semua siswa terlibat dalam pengerjaan tugas tersebut dan tidak semua siswa memberikan kontribusi kelompoknya, pada saat melakukan presentasi ada beberapa kelompoki masih ragu, motivasi siswa secara umum dapat dikategorikan cukup belum tinggi secara keseluruhan, hasil belajar siswa diperlihatkan pada 3 aspek penilaian yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotor dan tes akhir dalam siklus I masih ditemukan beberapa nilai siswa yang belum memenuhi kreteria keberhasilan yang ditetapkan.

Hasil Penelitian Siklus II

Pelaksanaan perencanaan siklus II disesuaikan dari hasil refleksi pada siklus I. secara umum pelaksanaan siklus II hamp[ir sama dengan pelaksanaan siklus I, namun melakukan beberapa tindakan perbaikan seperti yang telah diuraikan pada pembahasan hasil refleksi siklus I, pelaksanaan siklus II dikemas menjadi 2 rencana pembelajaran, dalam satu rencana pembelajaran digunakan untuk satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit (2 x 45

Tahapan ini dilaksanakan sesuai dengan siklus pertama menjadi beberapa tahapan yakni, tahap persiapan, tahap pembelajaran, dan tahap penghargaan

Metode yangdigunakan untuk memperoleh data hasil belajar siklus II sama dengan metode yang digunakan pada siklus . Berdasarkan hasil tes observasi hasil belajar siswa siklus II serta hasil analisis data hasil belajar siswa pada siklus II, diperoleh rata-rata 76 untuk nilai psikomotor dengan daya serap 76%, 81 untuk nilai afektif dengan daya serap 81%, dan 81 untuk nilai kognitif dengan daya serap 81%, serta dengan ketuntasan siswa pada siklus masing 74,19 untuk nilai psikomotor, 83,87% untuk nilai afektif dan 90,32% untuk kognitif dengan kategori tuntas. Berdasarkan kategori keberhasilan jika nilai rata-rata siswa minimal 75,00 untuk nilai Psikomotor, Afektif, dan Kognitif dan daya serap75,00% dengan dengan ketuntasan klasikal minimal 70,00%. Dari kategori tersebut, hasil belajar

(6)

Tabel 4 Hasil Belajar siswa Siklus II

No KETERANGAN

Hasil Belajar Siklus I

Psikomotor Afektif Kognitif

1 Rata-Rata Kelas 76 81 2 Banyak Siswa Yang Tuntas 23 26 3 Banyak Siswa Yang Tidak Tuntas 8 5 4 Ketuntasan Klasikal 74,19% 83,87% 5 Daya Serap 76% 81%

Gambar 4 Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Siklus II Data motivasi siswa diperoleh dengan meenggunakan metode tes angket terhadap kenumculan indicator motivasi siswa, dari analisis data diperoleh bahwa bahwa nilai motivasi belajar siswa meningkat pada siklus II. Kategori untuk hasil pada siklus II mencapai kategori tinggi. Pada

nilai untuk motivasi siswa mencapai 93,13 dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah dikatakan berhasil jika dilihat dari segi motivasi belajar siswa.

Tabel 4 Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Kategori Siklus II Jumlah Sangat Tinggi 2 Tinggi 13 Cukup 15 Rendah 1 Sangat Rendah 0

Rata – Rata Nilai 93,13

Kategori Tinggi

Gambar 5 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I Dengan adanyan perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada

0,00%

100,00% 74,19% 83,87%

90,32% 25,81% 16,13% 9,68%

Presentase Ketuntasan Klasikal Siklus II

0% 20% 40% 60% 80% Sangat Tinggi

Tinggi Cukup Rendah Rendah 0%

32% 65%

3%

Motivasi Siswa Kls XI IPA 3 SMA N 1 KBT

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Volume 2, Nomor 6

Hasil Belajar Siklus II

Kognitif Jumlah 81 78,35 28 24 3 7 90,32% 77,42% 81% 78%

Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Siklus II diperoleh dengan meenggunakan metode tes angket terhadap kenumculan indicator motivasi siswa, dari analisis data diperoleh bahwa bahwa nilai motivasi belajar siswa meningkat pada siklus II. Kategori untuk hasil pada siklus II mencapai kategori tinggi. Pada siklus II ini nilai untuk motivasi siswa mencapai 93,13 dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah ri segi motivasi belajar

Kategori 6% 42% 48% 3% 0%

Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I Dengan adanyan perbaikan proses pembelajaran

tindakan siklus I, maka pada

pelaksanaan tindakan siklus II sudah tampak adanya peningkatan motivasi dan hasil belaj

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan motivasi dan

penerapan model pembelajaran koope berbantuan LKS.

Berdasarkan analisis hasil belajar paa siklus I diperoleh adanya peningkatan setiap pertemuan. Beberapa siswa masih ditemukan belum tuntas secara individual dan belum tercapainya ketuntasan klasikal sesuai dengan kreteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada siklus I. Nilai rata

siswa dan daya serap pada siklus I diperoleh hasil Psikomotor 62 dan 62%, Afektif 73 dan 73%, serta Kognitif 76 dan 76% dengan kategori ketuntasan hanya untuk nilai kognitif, sedangkan untuk ketuntasan klasikal memperoleh nilai masing

Psikomotor 16,13%, Afektif 41,94% dan Kogntif 64,52% dengan kategori tidak tuntas. Dari kategori tersebut, doperoleh bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai kategori keberhasilan karena secara klasikal belum berhasil. Ketidakberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan siklus I, seperti perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang, siswa masih bekerja secara individu atau kurangnya kerja sama dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, d

siswa masih rendah.

Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kendala dan permasalahan yang ditemui adalah seperti yang telah dipaparkan pada hasil refleksi siklus I. perbaikan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1). Siswaditekankan kembali mengenai proses pembelajaran yang diterapkan sebelum melaksanakan tindakana siklus II, 2). Siswa dijelaskan kembali mengenai system penilaian yang dilakukan, baik dari segi hasil belajar dan proses belajar. 3). Dalam setiap praktek dilakukan monitoring dan bimbingan kepada setiap kelompok secara merata. 4). Pemberian penekanan/ himbauan tentang aspek motivasi belajar siswa yang dinilai serta membagikan rubrik penilaian motivasi belajar siswa, sehingga dapat memotivasi siswa untuk mampu meningkattkan motivasi belajar siswa. 5). Pemberian bimbingan yang telah intensif kepada setiap kelompok dalam memecahkan permasalahan, menyampaikan hasil kerja kelompok untuk memotivasi siswa mendapat yang lebih baik.

Berdasarkan perbaikan tindakan pada siklus I maka pada siklus II diperoleh peningkatan hasil belajar setiap pertemuan baik itu rata

maupun ketuntasan klasikal, dari hasil analisis secara Presentase Ketuntasan Klasikal Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

Sangat Rendah 0%

Motivasi Siswa Kls XI IPA 3 SMA N 1 KBT

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 pelaksanaan tindakan siklus II sudah tampak adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Berdasarkan analisis hasil belajar paa siklus I diperoleh adanya peningkatan setiap pertemuan. Beberapa siswa masih ditemukan belum tuntas secara belum tercapainya ketuntasan klasikal sesuai dengan kreteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dan daya serap pada siklus I diperoleh hasil Psikomotor 62 dan 62%, Afektif 73 dan 73%, serta

an 76% dengan kategori ketuntasan hanya untuk nilai kognitif, sedangkan untuk ketuntasan klasikal memperoleh nilai masing-masing sebesar Psikomotor 16,13%, Afektif 41,94% dan Kogntif 64,52% dengan kategori tidak tuntas. Dari kategori hwa pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai kategori keberhasilan karena secara klasikal belum berhasil. Ketidakberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan siklus I, seperti perhatian mengikuti pelajaran masih kurang, siswa masih bekerja secara individu atau kurangnya kerja sama dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, dan motivasi

Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk ndala dan permasalahan yang ditemui adalah seperti yang telah dipaparkan pada hasil refleksi siklus I. perbaikan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1). Siswaditekankan kembali mengenai proses pembelajaran yang diterapkan sebelum indakana siklus II, 2). Siswa dijelaskan kembali mengenai system penilaian yang dilakukan, baik dari segi hasil belajar dan proses belajar. 3). Dalam setiap praktek dilakukan monitoring dan bimbingan kepada setiap kelompok secara merata. 4). kanan/ himbauan tentang aspek-aspek motivasi belajar siswa yang dinilai serta membagikan rubrik penilaian motivasi belajar siswa, sehingga dapat memotivasi siswa untuk mampu meningkattkan motivasi belajar siswa. 5). Pemberian bimbingan yang kepada setiap kelompok dalam memecahkan permasalahan, menyampaikan hasil kerja kelompok untuk memotivasi siswa mendapat hasil

Berdasarkan perbaikan tindakan pada siklus I maka pada siklus II diperoleh peningkatan hasil belajar emuan baik itu rata-rata kelas, daya serap, maupun ketuntasan klasikal, dari hasil analisis secara

(7)

Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013

932

keseluruhan siklus terlihat adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh sebersar 76 untuk nilai psikomotor dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 74,19%, 81 untuk nilai afektif dengan ketuntasan klasikal 83,87%, dan 81 untuk nilai kognitif dengan ketuntasan klasikal 90,32%. Dengan demikian, pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah dapat dikategorikan berhasil.

V. SIMPULAN A. Simpulan dan Saran

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI.IPA3 pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Kubutambahan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 86,13 dengan kategori cukup dan pada siklus II meningkat menjadi 93,13 dengan kategori tinggi. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI.IPA3 pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Kubutambahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan klasikal. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 62 untuk nilai psikomotor, 73 untuk afektif dan 76 untuk nilai kognitif. Dengan nilai rata-rata siswa 68,25, dengan kategori tidak tuntas pada nilai psikomotor dan afektif dan hanya tuntas untuk nilai kognitif. Perolehan nilai pada siklus II meningkat menjadi 76 untuk nilai psikomotor, 81 untuk afektif dan 81 untuk nilai kognitif dengan kategori tuntas. Daya serap siswa pada siklus I diperoleh sebesar 62% untuk nilai psikomotor, 73% untuk afektif dan 76% untuk nilai kognitif dengan kategori tidak tuntas pada nilai psikomotor dan afektif dan hanya tuntas untuk nilai kognitif dan pada siklus II meningkat menjadi 76% untuk nilai psikomotor, 81% untuk afektif dan 81% untuk nilai kognitif dengan kategori tuntas, sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I diperoleh sebesar 16,13% untuk nilai psikomotor, 41,49% untuk afektif dan 64,52% untuk nilai kognitif dengan kategori tidak tuntas dan pada siklus II meningkat menjadi 74,19% untuk nilai psikomotor, 83,87% untuk afektif dan 90,32% untuk nilai kognitif dengan kategori tuntas pada , dan untuk nilai rata-rata kelas sebesar 68,25 pada siklus I meningkat menjadi 78,35 pada siklus II. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI.IPA3 pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Kubutambahan berada pada kategori positif dilihat dari hasil angket motivasi siswa yang meningkat dari siklus I sebesar 86,13 menjadi 93,13 pada siklus ke II.

Berdasarkan hasil refleksi dan temuan-temuan selama penelitian maka diajukan beberapa saran, di antaranya sebagai berikut. (1) Selama pelaksanaan tindakan ditemukan data motivasi belajar siswa tergolong tinggi dalam mengikuti suatu proses pembelajaran pada akhir siklus II. Hal ini disebabkan karena kesadaran siswa untuk

mengikuti suatu pembelajaran sudah mulai meningkat. Oleh karena itu disarankan kepada guru atau peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis agar memberikan suatu proses pembelajaran yang lebih berpariasi sehingga siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan mendapatkan hasil yang lebih dari hasil yang didaptkan pada penelitian ini. (2)Penelitian yang dilakukkan di kelas XI.IPA3 SMA Negeri 1 Kubutambahan memperoleh hasil belajar yang tergolong dalam kategori ”tuntas” dengan hasil yang belajar yang masih minim, diharapkan bagi peneliti atau guru yang nantinya ingin mengadakan penelitian yang sejenis untuk dapat mendatkan hasil yang lebih baik dalam hasil belajar siswa di SMA N 1 Kubutambahan.

REFERENSI

Suwindra. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbantuan LKS Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IIIE SLTP Negeri 3 Singaraja. Laporan Penelitian. IKIP Negeri Singaraja

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Candiasa, dkk. 2007. E-Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Komputer Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : Undiksha

Riastri, Ni Wayan Indah. 2008. Penerapan Pendekatam Multiple Talent Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-1 SMP Laboraorium Undiksha. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja : Undiksha

Sujana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Handoko, Martin. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta : Kanisiu

(8)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013

Gambar

Gambar  1  Rancangan  Penelitian  Tindakan  Kelas  (Arikunto,et.al, 2008)
Tabel 3 Motivasi Belajar Siswa Siklus I  Kategori  Siklus 1 Jumlah  Sangat Tinggi  0  Tinggi  10  Cukup  20  Rendah  1  Sangat Rendah  0
Gambar 5 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I Dengan  adanyan  perbaikan  proses  pembelajaran  dan  pelaksanaan  tindakan  siklus  I,  maka  pada

Referensi

Dokumen terkait

kemudian blok time siang antara pukul 12.00 – 14.00 dan seterusnya samapai blok time malam, interval 2 jam sangat ideal dalam penjadwalan waktu, karena penyiar mempunyai cukup

Pengaruh lain dari perlakuan awal serpih kayu karet dapat meningkatkan sifat fisik lembaran pulp sulfat putih terhadap indek sobek, indek tarik, indeks lipat dan

nama lokal yang diketahui di masyarakat melalui deskripsi morfologi, suara, atau tingkah laku, serta berbagai hubungan yang ada antara masyarakat dan avifauna

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan hasil

Oleh karena itu tidak berlebihan bila pada masa akhir pemerintahannya, Airlangga secara obyektif mengakui kelebihan Narotama, serta memberikan penghargaan

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, aplikasi yang dibangun adalah aplikasi yang akan mencari solusi terpendek pada permainan pergeseran angka bentuk kotak 4 x

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan lahan untuk perumahan di Kabupaten Bantul dimasa yang akan datang, memetakan daya dukung permukiman dan

Ketiga, problematika pendistribusian zakat di desa Bunut Baok antara lain: (1) zakat disalurkan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari atau konsumtif; (2)