• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi

Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Phylum : Arthropoda Klas : Arachnida Ordo : Araneae Famili : Tetragnathidae Gambar 1. Tetragnatha sp.

Ciri-ciri spesies Tetragnatha memiliki tubuh panjang, tungkai – tungkainya panjang, dan mata terdapat dalam dua baris. Menyukai tempat yang basah, pada daun – daun diatas permukaan air.

2. Oxyopidae sp. Phylum : Arthropoda Klas : Arachnida Ordo : Araneae Famili : Oxyopidae

(2)

Gambar 2. Oxyopes sp.

Predator spesies Oxyopes sp mudah dikenal dengan melihat mata dan kakinya yang seperti berduri – duri panjang, Abdomen meruncing ke belakang, susunan mata berpola bundar.

Perilaku spesis ini melompat dan memanjat dengan cepat diantara batang dan daun – daun untuk mendapatkan mangsa dengan cara mengejar dan menyambarnya. Spesis Oxyopes sp menyukai tempat yang kering dan mulai membuat koloni di lahan padi yang telah berbentuk tajuk daun padinya.

3. Paederus sp. Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Ordo : Coleoptera Famili : Staphylinidae Gambar 3. Paederus sp.

(3)

Spesis Paederus sp berbentuk memanjang berwarna coklat dan hitam, tubuhnya berbentuk meruncing, panjang sayap separuh tubuh dan tipe mulut menggigit dan mengunyah.

4. Conocephalus sp. Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Subklas : Pterygota Ordo : Orthoptera Famili : Tettigoniidae Gambar 4. Conocephalus sp.

Ciri – ciri spesis Conocephalus sp ukuran tubuh besar, muka spesis Conocephalus sp berbentuk miring dan antenanya melebihi tubuhnya atau antena panjang dua kali lipat dari belalang biasa. spesies Conocephalus sp sangat aktif dan siap terbang apabila terganggu, spesies Conocephalus sp aktif pada malam hari, banyak terdapat di pertanaman padi yang sudah siap panen. Conocephalus sp tidak mempunyai sayap dan ovipositor menyerupai pedang panjang.

5. Agriocnemis sp Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Ordo : Odonata Famili : Coenagrionidae

(4)

Gambar 5. Agriocnemis sp.

Ciri-ciri spesies Agriocnemis sp tubuhnya ramping dan panjang, mempunyai sayap yang sempit, sedangkan pangkal sayap berbentuk seperti batang, kemampuan spesies Agriocnemis sp terbang lemah tidak seperti capung yang lainnya.

6. Capung Bermata Besar Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Ordo : Odonata Famili : Aeshnidae

(5)

Ciri – ciri kedua mata faset sangat berdekatan dilihat dari arah atas, pangkal sayap belakang lebih besar daripada pangkal sayap depan, pada betina ovipositor berkembang dengan baik, vena melitang pada sayap belakang, predator ini beda dengan family Libellulidae dan Gomphidae.

7. Menochilus sp. Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Sub klas : Pterygota Ordo : Coleoptera Famili : Coccinelidae

Gambar 7. Menochilus sp.

Ciri-ciri spesis Menochilus sp tubuh lebar mendekati bulat, kepala sebagian atau seluruhnya tersembunyi dibawah pronotum, antena pendek, warna spesies Menochilus sp oranye dengan berbintik – bintik hitam danMenochilus sp aktif sepanjang hari pada habitat padi kering maupun padi basah. Sedangkan Menochilus sp alat mulut tipe penggigit dan mengunyah.

4.2 Populasi Predator

4.2.1 Rata-Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda

Dari hasil pengamatan jumlah individu predator yang terkoleksi pada tanaman padi dengan agroekosistem yang berbeda menunjukan jumlah yang berbeda, dapat di lihat pada Gambar 8.

(6)

Gambar 8. Rata – Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda.

Dari Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata individu tertinggi pada semua Agroekosistem adalah spesis Menochilus sp,yakni 10 ekor/petak. Rata – rata ini terdapat pada agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha + Phonska 300 Kg/ha + pupuk organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1), tingginya Menochilus sp pada agroekosistem VIII di sebabkan kondisi tanaman padi subur, karena dalam pemupukan ditambah dengan pupuk organik 2 ton/ha sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman. Disamping itu sistem tanam jajar legowo 4:1 berselang seling empat baris dan mempunyai lorong-lorong yang kosong sehingga tanaman tersebut sangat rapat, sehingga meningkatkan populasi hama, peningkatan populasi hama mengakibatkan spesis Menochilus sp ini hadir. Dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 tanamannya hanya sedikit berselang seling dua baris tanaman dan mempunyai lorong-lorong kosong, sedangkan sistem tanam tegel atau cara petani tidak mempunyai lorong-lorong.

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata individu tertinggi sepanjang pengamatan hadir selalu di semua agroekosistem adalah spesies Menochilus sp. Hal ini diduga sepanjang pertumbuhan tanaman padi dari fase vegetatif sampai fase generatif banyak ditemukan mangsa dari Menochilus sp, sehingga populasi dari Menochilus sp meningkat dalam jumlah yang banyak untuk memangsa. Spesies Menochilus sp ini sangat aktif mencari makanannya, sehingga pada seluruh agroekosistem spesies tersebut ada. Dixon (2000) dalam

(7)

Salanti (2008), mengatakan bahwa kumbang kubah termasuk salah satu predator yang aktif mencari mangsa dan dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya.

Rata – rata populasi predator per minggu pada tanaman padi dengan menggunakan agroekosistem yang berbeda dapat dilihat Gambar 9.

Gambar 9. Rata – Rata Populasi Predator Per Minggu Pada Agroekosistem Berbeda.

Gambar diatas menunjukkan bahwa kehadiran predator berbeda pada setiap fase. Kehadiran predator tertinggi pada fase vegetatif adalah spesis Menochilus sp. Predator ini muncul paling banyak pada minggu ke-6. Tingginya Menochilus sp pada minggu ke 6 di duga karena keberadaan mangsa sehingga memikat pedator untuk datang ke tanaman padi, sedangkan pada fase generatif predator yang tertinggi adalah spesies Conocephalus sp.

Dari pengamatan minggu ke 2 sampai minggu ke 4 hanya ada Menochilus sp, dan di duga pada minggu tersebut fase pertumbuhan serangga hama ada dan bertelur di tanaman tersebut, sedangkan spesies Menochilus sp diketahui sangat menyukai berupa telur, nimfa, larva sampai dewasa. Menurut Gerling et al. (2001) dalamHendrival (2011) bahwa spesies predator Coccinelidae merupakan predator oligofag yang banyak pada tanaman kapas dan Dialeurodes citri pada tanaman jeruk.

Pada minggu ke 5 sampai minggu ke 8 semua predator ada, di duga pada ekosistem fase pertumbuhan padi sangat subur dan mempunyai jumlah anakan

0 5 10 15 20 25 30 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P o p u la si (E k o r) Minggu Ke-Menochilus Paederus Tetragnatha Oxyopes Conocephalus Agriocnemis

(8)

penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun (Shepard, et al., (2011). Faktor lain penangkapan predator pada agroekosistem berbeda hanya menggunakan jaring serangga dan tidak menangkap secara langsung menggunakan tangan sehingga pada pengamatan minggu ke 9 sampai ke 10 predator yang tersisa hanya tiga spesies.

4.2.2 Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem yang Berbeda

Berdasarkan hasil perhitungan persentase populasi predator pada agroekosistem berbeda menunjukkan persentase populasi yang berbeda pula lihat Gambar 10.

Gambar 10. Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda

Gambar diatas dapat dilihat pada semua agroekosistem persentase tertinggi adalah Paederus sp pada minggu ke 6 dalam fase vegetatif sebesar 66,6%, di

0 10 20 30 40 50 60 70

I II III IV V VI VII VIII IX P o p u la si Agroekosistem Menochilus Paederus Tetragnatha Oxyopes Conocephalus Agriocnemis

(9)

duga tingginya presentase predator Paederus sp disebabkan Paederus sp merupakan predator yang utama kehadirannya dalam satu kali muncul. Paederus sp sangat tinggi serangannya walaupun populasi rendah dan Paederus sp ini bisa menyerang kapan saja selama masih ada mangsanya. Paederus spmenyebar pada agroekosistem II dan VI karena Paederus sphanya terdapat pada bawah tanah dan tajuk tanaman yang djelaskan oleh Cisneros dan Rosenhim (1998) dalam Wayan et al., (2007) bahwa salah satu ciri predator yang efektif adalah memiliki mampu memencar dalam mencari mangsanya, kumbang Paederus fuscipes biasanya berpindah dengan cara berjalan di permukaan tanah atau berpindah melalui tajuk tanaman (Winasa et al., 1999 dalam Wayan et al., 2007). Pada saat pengambilan sampel di lapangan Paederus sp hanya sedikit yang tertangkap tetapi persentasenya tinggi.

4.3 Kelimpahan

Pada Gambar 11 dapat dilihat jumlah masing – masing dari predator yang terkoleksi pada agroekosistem berbeda selama 9 kali pengamatan pada tanaman padi.

Gambar 11. Persentase Kelimpahan Predator pada Agroekosistem Berbeda. Keterangan: A. : Coccinelidae E. : Tettigoniidae B. : Staphylinidae F : Libellulidae 0 10 20 30 40 50 60 70 A B C D E F G P o p u la si Famili PISI PIS2 P1S3 P2SI P2S2 P2S3 P3S1 P3S2 P3S3

(10)

apa saja yaitu bagaimanapun keadaan agroekosistem famili Coccinelidae selalu hadir, Menurut Kasumbogo dan Wirjosuharso (1991) dalam Rahman (2011), tingginya musuh alami predator Coccinelidae dipengaruhi oleh iklim yang mendukung serta ketersediaan inang, seperti wereng hijau, wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, aphis, hama putih palsu, penggerek batang padi. Sedangkan kelimpahan yang paling rendah hampir di semua agroekosistem yaitu famili Staphylinidae karena spesies dari famili ini memiliki jenis mangsa tertentu, menurut Kartoharjono (1992) dalam Kartoharjono (2011), predator Paederus lebih menyukai inang dengan urutan wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag dan wereng hijau.

4.4 Keanekaragaman

Hasil pengamatan terhadap keanekaragam predator seluruh family pada agroekosistem berbeda disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Keanekaragaman Predator Seluruh Family pada Agroekosistem Berbeda

Agroekosistem Nilai Keanekaragaman (H)

I II III IV V VI VII VIII IX 0,7 1,3 0,9 0,9 1 1,1 0,6 0,8 0,9

(11)

Dari hasil analisis data diperoleh nilai keanekaragaman (H’) familia secara umum termasuk dalam kategori sangat rendah – rendah yaitu hanya berkisar dari 0,6 – 1,3 atau kisaran 1<H<2. Di duga bahwa sistem tanam yang dilakukan hanya sistem monokultur atau padi-padi-padi dalam jangka waktu yang lama dan keberadaan predator pada agroekosistem tersebut akan mengalami persaingan, sehingga predator yang lebih unggul akan lebih potensial dari pada yang lain seperti genusPaederus, Tetragnatha, Oxyopes, dan Capung bermata besar.

Gambar

Gambar 6. Capung Bermata Besar
Gambar 8. Rata – Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda.
Gambar  9.  Rata  – Rata  Populasi  Predator  Per  Minggu  Pada  Agroekosistem  Berbeda.
Gambar 10. Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bersabda kepadanya: Sesungguhnya darah haid itu, darah hitam yang sudah dikenal (oleh wanita), maka apabila sudah keluar darah yang hitam itu maka berhentilah dari

Whall mengakui bahwa dalam banyak hal, project memang merupakan program yang sukses dan menjanjikan, namun dalam pandangannya, project promise tidak menggambarkan

Berdasarkan hasil analisis faktor pada pengambilan keputusan mendaftar di institusi pendidikan tinggi swasta(survei di Universitas Telkom pada program studi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa komponen utama minyak atsiri daun ruku-ruku yang didistilasi menggunakan

Pada perancangan Branding Candi Palah Penataran dirancang sebuah logo yang terdiri dari logotype dan logogram yang mana logo tersebut disesuaikan dengan konsep yang telah

Denyut Jantung, Respirasi, dan Suhu Rektal Nilai fisiologis sapi perah laktasi di KPBS Pangalengan maupun di wilayah lain di Pulau Jawa dengan lingkungan sapi perah

Hasil spektrum FTIR dan SEM menunjukan bahwa arang sekam padi lebih sedikit memiliki volatile matter, yang berarti bahwa pada proses pembakaran bahan bakar sekam

Sehingga untuk meningkkatkan riset diperlukan biaya alokasi untuk pendidikan yang besar salah satunya dengan memberi beasiswa bidikmisi pada mahasiswa di Indonesia agar