• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar

Belakang

Seni secara harfiah berarti keahlian membuat karya yang bermutu; karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa; dan kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi1. Seni meresap ke dalam hidup dan kehidupan manusia sedemikian sehingga istilah seni digandengkan dengan hampir seluruh sendi kehidupan dan memiliki makna seluas kehidupan itu sendiri. Tiada aspek kehidupan yang tidak dilekati dan diresapi seni. Sebagai tambahan terhadap kebutuhan manusia yang pokok (essential/basic needs)—yakni kebutuhan pangan, sandang dan papan— manusia mempunyai pula kebutuhan-kebutuhan hakiki (natural needs) lainnya yang dianggap sebagai kebutuhan pada taraf yang lebih tinggi. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi, seni merupakan kebutuhan hakiki manusia yang timbul seiring dengan munculnya kebutuhan akan keamanan, ketenteraman dan kebutuhan sosial pengakuan.

Definisi lain mengenai seni adalah, seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain dan masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka-Jakarta, Edisi Kedua 1996, halaman 914-915.

(2)

gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta)2.

Di dalam bingkai tinjauan yang lebih terbatas, dunia seni dianggap merupakan suatu alam tersendiri, suatu kawasan yang diisi hanya oleh aroma kebebasan, tempat para seniman melakukan proses penciptaan (creation) sesuai daya cipta (creativity) masing-masing, baik penciptaan seni visual maupun non-visual. Salah satu matra (dimension) di dalam dunia seni itu diisi oleh seni rupa. Dan seni rupa sendiri mencakup bentangan luas yang terbagi atas bermacam-macam cabang, mulai dari seni rupa murni, desain, teater dan bidang-bidang lainnya. Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.3 Seni, termasuk seni rupa, mencakup proses produksi suatu karya yang menyangkut daya, cipta dan karsa seseorang.

Dalam mencari ide dan gagasan kreatifnya, seorang seniman cenderung mendapatkan inspirasi dari berbagai hal yang terjadi di dalam kehidupannya. Apakah itu sekadar merupakan hal-hal yang paling sederhana dalam kehidupan pribadinya, ataukah merupakan peristiwa besar dan kejadian luar biasa yang berlangsung baik pada cakupan pribadi yang kecil ataupun di dalam lingkungan besar masyarakat sekitarnya. Tak jarang pula seorang seniman memperoleh inspirasi imaginatif dari karya seniman yang lain, baik pada bidang seni yang sama ataupun pada bidang seni yang berbeda, baik pada kurun waktu yang sama ataupun berasal dari kurun waktu yang silam. Contoh pengaruh seni sastra terhadap cabang-cabang seni yang berbeda ditunjukkan antara lain oleh karya sastra Hans Christian Andersen pada tahun 1836 yang berjudul The Little Mermaid atau dalam bahasa Jerman, Den lille havfrue yang telah mengilhami “monumen” terkenal Little Mermaid maha karya pematung Edward Eriksen pada tahun 1913 di tepi pantai Kopenhagen. Dan tokoh-tokoh ciptaan Hans Christian Andersen, maupun karya-karya sastra lainnya baik ciptaan manusia hingga Kitab-Kitab Suci, telah menjadi sumber gagasan penciptaan banyak lukisan, patung, teater, film hingga lagu dan simponi (seni non-visual). Hubungan sebaliknya baru-baru ini ditunjukkan oleh novel The Da Vinci Code hasil karya Dan Brown yang telah

2

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni

3

(3)

dibaca oleh jutaan orang di seluruh dunia. Novel fiksi tersebut terinspirasi oleh pelbagai karya yang diciptakan oleh seniman besar Leonardo da Vinci, khususnya lukisan berjudul The Last Supper. Contoh lain adalah novel karya Tracy Chevalier yaitu Girl With The Pearl Earring, karya pelukis Belanda, Johannes Vermeer (1632-1675). Novel yang terinspirasi dari lukisan itupun akhirnya dibuat film oleh Peter Webber dan diperankan oleh bintang Hollywood, Scarlett Johansson pada tahun 2003. Pada dunia seni rupa modern pun, terdapat indikasi bahwa karya seni yang bersifat visual yang dibuat oleh seniman, khususnya seniman-seniman besar, banyak memengaruhi karya seni para seniman sesudahnya.

Berkenaan dengan saling hubungan dan pengaruh antara suatu cabang seni terhadap cabang seni yang lain itu, penulis tergugah untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara seni lukis, yang berada pada wawasan seni rupa murni (fine art), dengan seni rancang busana (fashion design) yang berada pada wawasan seni rupa terapan atau desain. Seni rupa murni adalah salah satu cabang dari seni rupa yang mengacu kepada karya-karya yang dibuat hanya untuk tujuan pemuasan ekspresi pribadi4. Dan seni lukis secara literal berarti aplikasi warna pada sebuah bidang atau permukaan seperti kertas, kanvas, kayu, kaca dan sebagainya. Namun dalam pengertian artistik, seni lukis adalah paduan dari aktivitas tersebut yang digabungkan dengan gambar, komposisi atau beragam teknik-teknik estetis lainnya, sesuai dengan kemauan ekspresif sang senimannya sendiri5. Sedangkan yang dimaksud dengan desain ialah desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya

.

6

4 http://id.wikipedia.org/wiki/senirupa 5 http://wikipedia.org/painting 6 http://id.wikipedia.org/wiki/Desain

(4)

Seni rancang busana ialah cabang seni yang bertujuan atau dikhususkan untuk pembuatan pakaian atau gaya hidup7. Dalam kerangka itu yang dimaksud dengan “rancang” (design) ialah, menurut Reswick, “A crative activity-it involves bringing into being something new and useful that has not existed previously” – Sebuah aktivitas kreatif, melibatkan penciptaan sesuatu yang baru dan berguna, yang tidak ada sebelumnya.8 Busana atau pakaian ialah segala sesuatu yang dikenakan atau dilekatkan pada (tubuh) manusia untuk suatu maksud (purpose/ intention) dan tujuan (aim/objective) tertentu.

Busana dikenakan sudah tentu dengan pelbagai maksud. Boleh jadi dimaksudkan sekadar demi kenyamanan tubuh, yakni melindungi badan dari suhu dingin atau panas; bisa jadi dimaksudkan guna “menyembunyikan” bagian tubuh tertentu, baik usaha penyembunyian minimum demi pertimbangan keamanan seperti pemakaian koteka dan celana renang/bikini, ataupun upaya penyembunyian maksimum demi pertimbangan aurat seperti pemakaian Burqa, pakaian muslim wanita yang dikenakan di Afghanistan dan beberapa Negara Muslim di Timur Tengah, berikut cadar yang menutupi mata.

Pengenaan busana mungkin pula dimaksudkan guna menutupi bagian tubuh yang dianggap “memalukan”, seperti topi guna menutupi botak, atau sarung tangan guna menutupi kurap, atau kaus kaki (stocking) untuk menutupi bulu kaki yang lebat. Sedangkan tujuan seseorang mengenakan busana sesungguhnya amat tergantung pada situasi, yakni tergantung pada tempat (geografis), waktu, lingkungan (kelas sosial), pekerjaan, umur dan peristiwa (occasion); dan tujuan itu biasanya menjadi pertimbangan yang melandasi pilihan jenis dan mutu busana yang dikenakan. Busana untuk tujuan perang berbeda dengan busana untuk tidur, berlainan dengan busana untuk pesta dan acara kenegaraan, tidak sama dengan pakaian olah raga. Terkait dengan tujuan itulah maka dikenal jenis busana resmi dan busana “informal”, pakaian lengkap dan pakaian sehari-hari, pakaian seragam, pakaian adat, pakaian “casual”, maupun jenis-jenis pakaian lainnya. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa busana yang menjadi objek penelitian penulis mencakup seluruh jenis busana mulai dari busana ready-to-wear, rancangan siap pakai dari seorang perancang busana hingga karya adibusana seorang perancang busana.

7

www.apparelsearch.com

8

Anonim, Pengertian Desain, Bahan Kuliah Sekolah Interstudi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Jakarta, 2006

(5)

Banyak perancang busana dalam menciptakan karya rancangan busananya terinspirasi oleh suatu karya seni di bidang lain; dan tidak sedikit perancang busana ternama yang telah sukses menghasilkan produk koleksinya dengan mengangkat maha karya seni lukis, atau bekerjasama dengan pelukis terkemuka. Contohnya antara lain keberhasilan perancang busana Stella McCartney, yang berkolaborasi dengan seniman post pop-art dekade 1980an, Jeff Koons, dalam menerapkan lukisan Koons yang berjudul Lips Stream dan Pink Bow ke dalam koleksinya yang diperagakan pada musim semi dan musim panas tahun 2006. Selain itu perancang pakaian pengantin Vera Wang juga terinspirasi oleh karya Henry Matisse (1869-1954), Vera Wang menerapkan pola alur bunga dan sulur dedaunan yang dilukiskan Henry Matisse menjadi ciri kuat corak koleksi adibusana musim semi dan musim panas tahun 2006. Keberhasilan Stella dan Vera ternyata telah menuai keuntungan besar. Namun sesungguhnya limpahan manfaat komersial akibat keberhasilan seorang perancang busana dalam menerapkan maha karya seni lukis itu bermula dari gebrakan yang dilakukan oleh Yves Saint Laurent. Pada tahun 1965 untuk pertama kali dalam dunia mode Yves Saint Laurent membuat sebuah gaun yang terinspirasi dari karya Piet Mondrian yang berjudul Compositions with Red, Yellow and Blue. Sejak itulah banyak perancang kelas dunia lainnya yang mengambil lukisan Mondrian untuk diaplikasikan pada karya adibusana mereka. Bahkan hingga tahun 2006 perancang asal Amerika, Donna Karan, masih mengangkat karya seni Piet Mondrian ke dalam koleksi musim seminya.

Piet Mondrian (1872-1944), adalah seniman asal Belanda yang merupakan salah satu kontributor paling penting bagi gerakan seni De Stijl yang pendiriannya dipelopori oleh Theo Van Doesburg. Lukisan-lukisan Mondrian bertemakan suatu kompleksitas yang dengan jenius justru ditampilkan secara sederhana. Mondrian berhasil mengukirkan namanya dalam dunia seni rupa abad ke-20 dan mencetak sejarah atas penemuan suatu aliran lukis, yaitu abstraksi. Dia merupakan pionir dalam pengembangan abstraksi. Sesungguhnya ia memberi nama aliran ini sebagai Neoplasticism, yang ia translasikan dari kata Nieuwe Beelding, yang dalam bahasa Inggris berarti New Form atau New Image yang berarti Bentuk Baru atau Gaya Baru. Gaya inilah yang melekat dalam setiap lukisannya selama kurang lebih 30 tahun, hingga akhir hayatnya. Aliran abstraksi didukung oleh para pelukis terkenal seperti Jackson Pollock, Picasso dan Cy Twombly. Lukisan-lukisan Mondrian pun akhirnya menjadi legendaris dan terus dikenang oleh dunia seni. Banyak seniman yang

(6)

terinspirasi oleh karya-karya Mondrian dalam membuat suatu karya seni, termasuk para perancang adibusana kelas dunia.

Mempertimbangkan bahwa salah satu terobosan pertama penerapan seni lukis ke dalam seni rancang busana pada tahun 1965 dilakukan terhadap karya Mondrian; dan pula kenyataan bahwa hingga kini pun karya-karya Mondrian tetap merupakan sumber inspirasi yang paling banyak diterapkan dalam penciptaan karya rancangan busana oleh para perancang terkemuka; maka kasus yang diangkat dalam meneliti hubungan antara seni lukis dengan seni rancang busana di dalam skripsi ini adalah hubungan dan pengaruh karya-karya Mondrian pada satu sisi sebagai peubah bebas (independent variable) terhadap karya rancangan busana dari dua perancang busana terkemuka dunia, pada sisi yang lain sebagai peubah tidak bebas (dependent variable). Oleh karenanya penulis memilih judul skripsi ini “Penerapan Karya Piet Mondrian Pada Karya Rancangan Busana”.

1.2 Rumusan

Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, masalah yang diteliti di dalam skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:

1.

Bagaimana seni lukis karya Piet Mondrian mempengaruhi seni rancang busana, khususnya aspek-aspek apa dari karya Mondrian yang diterapkan pada rancangan busana?

2.

Dengan cara bagaimana perancang busana menerapkan karya Piet Mondrian ke dalam karya rancangan busananya?

1.3 Batasan

Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan yang diteliti sebagai berikut:

1. Dari judul skripsi di atas, kata benda penerapan secara harfiah bermakna pemasangan dan pengenaan. Transformasinya ke dalam kata kerja menerap bermakna memasang sesuatu pada suatu benda yang lain (permata pada cincin, ubin pada lantai, mesin pada pabrik); dan kata kerja menerapkan

(7)

bermakna mengenakan pada ataupun mempraktekkan 9. Akan tetapi sesuai dengan apa yang dilakukan para perancang adibusana terhadap karya Piet Mondrian, pengertian penerapan di dalam judul di atas diperluas sehingga dapat pula mempunyai arti penafsiran (translation), pemungutan (adoption) dan makna-makna lain sesuai konteks kalimat sebagaimana yang akan tertuang di dalam skripsi ini.

2. Mengingat topik ‘hubungan antara seni lukis dengan seni rancang busana’ dapat mencakup bahasan yang amat luas, di dalam skripsi ini penulis membatasi kasus yang diteliti hanya pada karya Piet Mondrian, dengan demikian skripsi tidak menganalisis karya-karya pelukis yang lain.

Penulis akan melihat bagaimana pengaruh Piet Mondrian terhadap rancangan busana desainer terkemuka dari Eropa dan Amerika, yaitu Yves Saint Laurent, Donna Karan serta baju-baju Mondrian dari sebuah website yang mengoleksi khusus barang-barang yang menerap karya Piet Mondrian, www.snap-dragon.com.

Perhatian khusus diberikan kepada Yves Saint Laurent, selaku penggagas utama penerap karya Mondrian yang membuat karya rancangan bertemakan Mondrian pada tahun 1965 dan Donna Karan pada tahun 2006, mengingat kedua perancang busana ini merupakan salah satu perancang terkemuka pada masanya dan merupakan perancang busana yang membuat satu koleksi penuh pada karya rancangan busananya yang bertemakan Mondrian.

3. Bahan yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini tersebar berupa potongan-potongan data dan informasi yang termuat dalam pelbagai media, baik cetak maupun media elektronika. Sedangkan data dan informasi yang termuat dalam berbagai buku pada dasarnya memiliki kemiripan, terutama yang menyangkut perkembangan dunia rancang busana berikut tokoh-tokohnya.

Sehubungan dengan itu, dari pilihan antara mengutip serba sedikit data dan informasi dari sumber yang banyak ataukah mengutip banyak dari sedikit sumber yang memuat data dan informasi yang lebih komprehensif, dalam penyusunan skripsi ini penulis memilih pendekatan yang kedua. Penulis

9

(8)

mengurai data-data dan informasi ke dalam penulisan skripsi ini dari buku-buku tertentu saja, yaitu Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art, karangan DR. Alice Mackrell (BT Batsford, London, 2005) pada Sub-Bab mengenai kaitan antara mode dan seni; Fashion Design, karangan Sue Jenkyn Jones (Laurence King Publishing, London, 2002) dan Fashion From Concept to Consumer, karangan Gini Stephen Frings (Prentice Hall, Indiana, 1998) pada Sub-Bab mengenai dunia rancang busana. Selanjutnya buku Art of The 20th Century, karangan Karl Ruhrberg, dkk. (Taschen, Koln, 2005), Filsafat Seni karangan Jacob Sumardjo (penerbit ITB, Bandung) dan berbagai situs di internet pada Sub-Bab mengenai dunia seni. Sementara pada Bab III mengenai biografi Piet Mondrian, penulis banyak mengutip dari buku Mondrian, karangan Editor Grange Books (Grange Books, Rochester 2004).

1.4 Hipotesa

1. Hubungan antara seni lukis yang berada pada wawasan seni rupa murni (fine art) dengan seni rancang busana (fashion design) pada wawasan seni rupa terapan atau desain amatlah erat. Nilai tambah seni tercipta semata-mata dari kreatifitas penerapan dan kearifan penggubahan suatu karya lukis orisinil ke dalam karya orisinil busana. Dalam hal ini, dilihat adanya kecendrungan bahwa para perancang banyak menerapkan karya Mondrian dengan mengambil motif-motif garis dan warna-warni karya tersebut, atau juga kesan minimalis yang terdapat pada karya Mondrian sehingga diterapkan pada bentuk karya rancangan pakaiannya.

2. Penerapan karya Piet Mondrian yang dilakukan oleh para perancang busana dalam membuat karya rancangannya pada awal-awal periode yang dimulai dengan gebrakan Yves Saint Laurent hingga tahun 1980an umumnya cenderung hanya menerapkan segi visualisasi luarnya saja, yaitu dengan menerapkan karya Mondrian pada motif-motif pakaiannya. Sementara pada periode akhir, seperti yang dilakukan oleh Donna Karan pada koleksi musim semi 2006, penerapan lukisan Mondrian sudah dapat menangkap prinsip Neoplastisisme, konsep vertikal-horizontal yang digagaskan oleh Mondrian, sehingga dalam merancang pakaian tersebut, Donna Karan sudah lebih bebas

(9)

dan tidak hanya terpaku pada motif saja melainkan lebih bermain-main pada penggunaan warna, garis dan membuat motif pakaian berdasarkan interpretasi personalnya terhadap lukisan Mondrian.

1.5 Tujuan

Penelitian

1. Mengetahui tentang kaitan antara mode atau dunia rancang busana (fashion) dan seni murni, dalam hal ini adalah untuk mengetahui kaitan perancangan busana dengan seni lukis.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh karya Piet Mondrian bagi generasi sesudahnya dalam bidang mode dan seni.

1.6 Manfaat

Penelitian

Penulis berharap agar penelitian ini sedikit ataupun banyak masih dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat umum yang tidak bergelut di dunia mode dan awam seni, memperkenalkan dunia mode dan seni.

2. Kepada segmen masyarakat yang bekerja di dalam industri mode; khususnya para perancang busana; serta seniman dalam dunia seni murni dan desain, memberikan suatu gambaran mengenai penerapan seni murni—dalam hal ini seni lukis—pada seni rupa komersial, yaitu mode, khususnya perancangan busana. Dengan demikian kerjasama dan kolaborasi antar profesi yang berbeda itu dapat merupakan sinergi yang menghasilkan karya orisinil baru yang bermutu; karenanya sangat berpotensi menciptakan manfaat komersial yang tinggi; karena kebutuhan akan citra eksklusifitas senantiasa membuat masyarakat pengguna mode amat dahaga akan kreatifitas dan keberhasilan baru.

(10)

1.7 Metodologi

Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Di dalam perencanaan penelitian, pengumpulan data, pengolahan informasi hingga penyusunan skripsi ini, penulis melakukan pendekatan historis deskriptif dan analisis kualitatif. Pendekatan historis digunakan dengan mengurutkan data-data yang dianalisis ke dalam karya rancangan busana Yves Saint Laurent pada tahun 1965 dengan karya rancangan busana Donna Karan pada tahun 2006, agar dapat diungkapkan perubahan dan perkembangan menyangkut penerapan karya Piet Mondrian pada karya rancangan busana. Pendekatan deskriptif digunakan melalui uraian dan gambaran sebagaimana adanya atas fakta dan data menyangkut macam-macam model pakaian yang dirancang oleh para perancang busana; dan tercermin dalam kutipan-kutipan . Pendekatan analisis dan kritik seni digunakan dengan melakukan deskripsi, analisa formal, interpretasi serta penilaian terhadap karya Piet Mondrian, khususnya menyangkut faset-faset karya Piet Mondrian yang diterapkan pada rancangan busana yang diteliti, berikut identifikasi menyangkut teknik yang ditempuh perancang busana dalam menerapkan karya Mondrian. Telaah kritik seni pun difokuskan pada segi bentuk karya rancangan busana para perancang busana. Seluruh analisis dilakukan secara kualitatif, dengan demikian di dalam skripsi ini penulis tidak melaksanakan analisis kuantitatif melainkan semata-mata analisis kualitatif.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan pendekatan penelitian tersebut di atas, serta mengingat lokasi lukisan-lukisan karya Piet Mondrian maupun tempat persemayaman karya rancangan busana yang diteliti kini telah tersebar-sebar berada di pelbagai belahan bumi maka teknik utama yang digunakan di dalam proses pengumpulan data untuk skripsi ini ialah telaah kepustakaan (library research).

(11)

Telaah Kepustakaan

Data yang menjadi bahan untuk penyusunan skripsi ini meliputi data primer, sekunder dan tertier. Data primer ialah fakta-fakta mengenai objek yang diteliti, dalam hal ini lukisan karya Piet Mondrian dan adibusana yang menerapkan karya Mondrian. Data sekunder ialah data dan informasi yang memberikan penjelasan mengenai data primer, seperti buku, makalah ataupun karya tulis lainnya yang telah dipublikasikan. Sedangkan data tertier ialah data yang memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai data primer dan sekunder, seperti katalog dan kamus.

Dalam proses pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian ini, penulis memperoleh data primer berupa foto-foto lukisan Mondrian dan gambar-gambar karya rancangan busana yang menerapkan karya Mondrian; maupun data sekunder dan data tertier dalam bentuk buku, makalah, majalah, katalog dan terbitan lainnya dengan mengadakan penelitian di pelbagai perpustakaan dan toko buku serta penelitian melalui internet.

(12)

1.8

Alur

Kerja

Rumusan Masalah 1. Bagaimana seni lukis

karya Piet Mondrian mempengaruhi seni rancang busana, khususnya aspek-aspek apa dari karya Mondrian yang diterapkan pada rancangan busana? 2. Dengan cara bagaimana perancang busana menerapkan karya Piet Mondrian ke dalam karya rancangan busananya? Batasan Masalah

1. Penerapan karya Mondrian dalam karyarancangan busana dalam hal ini merupakan pemungutan atau pengadopsian karya Mondrian pada karya rancangan busana

2. Bagaimana penerapan karya Mondrian pada Yves Saint Laurent, selaku penggagas utama penerap karya Mondrian yang membuat karya rancangan bertemakan Mondrian pada tahun 1965 dan Donna Karanpada tahun 2006.

3. Pada Sub-Bab mengenai teori seni dan mode serta biografi Mondrian, penulis mengutip dari buku Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art, karangan DR. Alice Mackrell,pada Sub-Bab mengenai kaitan antaramode dan seni; Fashion Design, karangan Sue Jenkyn Jones dan Fashion

From Concept to Consumer, karangan

Gini Stephen Fringspada Sub-Bab mengenai dunia rancang busana. Selanjutnyabuku Art of The 20th Century,karangan Karl Ruhrberg, dkk. Filsafat Seni karangan Jacob Sumardjo dan berbagai situs di internet pada Sub-Babmengenai dunia seni. Sementara pada Bab III mengenai biografi Piet Mondrian, penulis banyak mengutip dari

bukuMondrian, karangan Editor Grange

Books(GrangeBooks, Rochester 2004).

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tentang kaitan antara mode atau dunia rancang busana (fashion) dan seni murni, dalam hal ini adalah untuk mengetahui kaitan perancangan busana dengan seni lukis.2. 2. Mengetahui bagaimana

pengaruh karya Piet Mondrian bagi generasi sesudahnya dalam bidang mode dan seni.

Manfaat Penelitian

1. Memperkenalkan dunia se-ni dan mode kepada ma-syarakat yang tidak ber-gelut di dalamnya. 2. Agar tercipta suatu

kerja-sama antara dari dunia se-ni dengan mode sehingga melahirkan karya-karya yang orisinil dan eksklu-sif namun komersil.

Metodologi Penelitian - Metode: historis deskriptif

dan analisis kualitatif (kritik seni)

- Teknik Pengumpulan Data: 1. Kepustakaan: mencari

in-formasi secara keseluruhan lewat internet. Dan studi kepustakaan dari berbagai artikel majalah mode dan buku mode 2. Dokumentasi: agar

data berupa gambar atau foto-foto karya rancangan mode yang menerapkan karya Piet Mondrian dapat dimuat ke dalam penelitian ini. Teori 1. Teori Mode - Proses Kreasi - Siklus Mode 2. Teori Seni - Estetik: -Kritik Seni -Proses Kreasi -Tinjauan Seni

Analisis Data

Kesimpulan

Judul Penelitian

“Penerapan Karya Piet Mondrian Pada Karya Rancangan Busana”

(13)

Tabel 1.1 Tabel Alur Kerja Peneliti

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Merupakan pendahuluan mengulas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, hipotesa, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, alur kerja dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka: Dunia Rancang Busana, Seni Modern dan Pengaruh Antara Seni dan Mode

Memuat uraian mengenai dunia rancang busana atau industri mode meliputi sejarah perkembangan mode hingga proses kreasi seorang perancang busana yang mengurai dari buku Fashion Design karangan Sue Jenkyn Jones(Laurence King Publishing, London, 2002) dan Fashion From Concept to Consumer, karangan Gini Stephen Frings (Prentice Hall, Indiana, 1998) serta beberapa situs internet sebagai data pelengkap. Serta mengulas penjelasan mengenai dunia Seni Modern serta perkembangannya dari buku Art of The 20th Century, karangan Karl Ruhrberg, dkk. (Taschen, Koln, 2005), Filsafat Seni karangan Jacob Sumardjo (penerbit ITB, Bandung) dan berbagai situs di internet. Selain itu, pada bab ini penulis mengulas mengenai keterkaitan antara seni dalam mode dan mode dalam seni dengan merujuk pada buku Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art karangan DR. Alice Mackrell, (BT Batsford, London, 2005)

.

BAB III Piet Mondrian, Karya dan Dampaknya Terhadap Produk-Produk Di Dunia

Mengulas penjelasan tentang Piet Mondrian dan sejarah hidupnya serta karya-karyanya dan pengaruhnya pada masyarakat, tidak hanya dunia seni dan desain tapi juga dunia pendidikan. Di dalam Bab ini diketengahkan beberapa kerangka teori berkaitan dengan karya Mondrian khususnya aliran abstraksi yang dipelopori Mondrian.

(14)

Memuat uraian yang berkaitan dengan rumusan masalah, batasan masalah dan hipotesa yang diteliti. Menggambarkan bagaimana seni lukis karya Piet Mondrian mempengaruhi seni rancang busana, khususnya aspek-aspek apa dari karya Mondrian yang diterapkan pada rancangan adibusana dan dengan cara bagaimana perancang busana menerapkan karya Piet Mondrian ke dalam karya busananya. Ulasan akan menyinggung karya rancangan busana yang dibuat oleh perancang Yves Saint Laurent pada tahun 1965 dan Donna Karan pada tahun 2006 serta pakaian-pakaian dalam website www.snap-dragon.com.

BAB V Analisis Karya Rancangan Busana Yang Menerapkan Karya Piet Mondrian

Mengulas tentang karya-karya rancangan busana yang menerapkan karya Piet Mondrian yang dibuat oleh Yves Saint Laurent dan Donna Karan.

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Merupakan Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

diskriminan terhadap data morfometrik terpilih lima karakter yang membedakan antar spesies dari 32 karakter morfologi yaitu SL: panjang standart, HL: panjang

Formulir penjualan kembali (pelunasan) Unit Penyertaan yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak ini, prospektus dan Formulir

Setelah semua ants menyelesaikan tur mereka dan tabu list mereka menjadi penuh, sebuah aturan pembaruan pheromone global (global pheromone updating rule) dilaksa- nakan pada

Tema yang diambil adalah classic colonial back to nature, yang artinya sebuah interior bangunan bergaya nuansa classic colonial dengan menampilkan kembali nuansa alam agar

Pemilihan model pembelajaran tersebut didasarkan oleh adanya penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Besse (2014) dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap ilmu pengetahuan ekonomi mengenai analisis pengaruh rasio keuangan dan dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian

Pola arus hasil simulasi saat MSL menuju pasang maksimum pada saat musim timur (Panel kiri atas sebelum reklamasi, Panel Kanan atas sesudah reklamasi, panel