• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Beberapa Catatan tentang

Kebutuhan Energi Indonesia

Masa Depan

Bacharuddin Jusuf Habibie

(2)

Kebutuhan Energi

Kelistrikan Indonesia di

masa depan

(3)

Data dan Proyeksi (2000-2050)

Penduduk, Konsumsi Energy dan GDP/capita

Tahun Populasi (*) (000) kWh/person (**) (kWh) GDP/Cap (***) (US$) 2000 211,693 400.4 780 2005 226,063 509.3 1,269 2010 239,600 637.7 1,724 2015 251,567 798.5 2,197 2020 261,868 999.9 2,813 2025 271,227 1252.0 3,711 2030 279,666 1567.7 5,123 2035 286,767 1963.0 7,356 2040 292,061 2458.0 10,784 2045 295,398 3077.8 15,642 2050 296,885 3853.9 22,395

(*) Sumber: World Resources Institute (2009)

(**) Data tahun 2000 & 2005 International Energy Agency (IEA) (2007); Proyeksi 2010 sd 2050 menggunakan asumsi pertumbuhan rata-rata sebesar 4.6% per tahun dari sumber

U.S. Energy Information Administration(2006)

(***) Data tahun 2000 & 2005 bersumber dari World Bank (2008); Proyeksi 2010 sd 2050 bersumber dari studi Next11 olehGoldman Sachs (USA)

(4)

Proyeksi Konsumsi Energy (%)

2010

100 %

2020

157 %

2030

246 %

2040

385 %

2045

483 %

2050

604 %

(5)

0.000 5,000.000 10,000.000 15,000.000 20,000.000 25,000.000 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Pertumbuhan Konsumsi Energi, GDP/kapita dan Penduduk

Populasi (juta) kWh/person GDP/cap

(6)

0.000 500.000 1,000.000 1,500.000 2,000.000 2,500.000 3,000.000 3,500.000 4,000.000 4,500.000 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Pertumbuhan Penduduk dan Konsumsi Energi

Populasi kWh/person

(7)

Kajian 1:

Rangkuman Hasil

Re-evaluasi CADES,

(8)

Proyeksi Kebutuhan Energi (Model MAED)

Keterangan:

Proyeksi penduduk 2005-2025 (menurut BPS) sedang tahun 2026-2050 diasumsikan lajupertumbuhan penduduk kurang dari 1% (0,9% per tahun)

(9)

Proyeksi Penyediaan Energi

(Model MESSAGE)

Discount Rate : 10%

Pembangkit listrik kandidat:

PLTD dan PLTU Oil (Diesel dan FO) (Luar JAMALI)

PLT Gas Turbin

PLTGU (Combined Cycle)

PLTU Batubara

PLTN (1000 MWe)

Sudah mempertimbangkan program percepatan pembangunan pembangkit listrik batubara 10 GW

(10)
(11)

Harga Bahan Bakar dan Parameter

Ekonomi Lain

(12)

TigaSkenario

skenario tanpa memasukkan PLTN kedalam sistem energi nasional

SKENARIO

TANPA

NUKLIR

skenario opsi nuklir sesuai dengan kebijakan blue print energi sampai 2025 dan peran energi nuklir setelah tahun 2025

SKENARIO

DASAR

skenario dengan opsi nuklir

kompetisi dengan pembangkit listrik lain dalam sistem energi nasional

SKENARIO

OPTIMASI

(13)

Hasil Pangsa Produksi Listrik Jamali

per Bahan Bakar

SKENARIO DASAR

(14)

Proyeksi Kapasitas Pembangkit Listrik Per Jenis

Bahan Bakar (JAMALI)

(15)

Perbandingan Emisi CO2 oleh Pembangkit

Listrik per Skenario

(16)

Kesimpulan Hasil Kajian BATAN (2009)

Penggunaan energi nuklir sangat diperlukan untuk

Energi nuklir merupakan bagian dari sistem bauran energi yang optimal dan sinergistik dengan energi fosil dan terbarukan

lainnya dlm memenuhi kebutuhan energi nasional

Re-evaluasi studi CADES menunjukkan bahwa introduksi PLTN pada periode 2015-2019 (RPJMN ke 3) kedalam sistem jaringan kelistrikan JAMALI merupakan solusi yang tepat untuk

mendukung ketahanan pasokan energi nasional (energy security).Hasil optimasi dari beberapa skenario menunjukkan bahwa

kontribusi nuklir lebih tinggi dari sasaran KEN, hal ini menunjukkan bahwa :

Sasaran KEN adalah merupakan batas minimal yang harus dicapai dalam mewujudkan bauran energi yang optimal untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

PLTN mempunyai peran sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan energi nasional.

(17)

Kesimpulan hasil Studi BATAN (2009)

(lanjutan)

Emisi CO2 pada tahun 2025 di JAMALI dari sektor listrik:

Tanpa upaya penurunan emisi = 477,7 Juta Ton

Dengan melakukan upaya bauran energi sesuai Perpres 5/2006 akan mampu menekan emisi CO2 yaitu sebesar ~ 9,1%. Sedangkan hasil optimasi opsi nuklir akan mengurangi emisi CO2 secara signifikan sebesar 36,6% pada tahun 2025 dan 56,6% pada tahun 2050.

Peran PLTN dapat diandalkan untuk mendukung rencana aksi pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim.

Peran energi nuklir pada periode mendatang (setelah tahun

2025) diproyeksikan masih tetap merupakan bagian dari bauran sistem pasokan energi nasional yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi

(18)

Kajian 2:

PLTN dan Aspek

Lingkungan

(19)

DATA

(1/4)

Sumber: Referensi PLTN DAN ASPEK LINGKUNGAN

0 5 10 15 20 25 2005 2010 2015 2020 2025 6.1 6.4 11.3 16.7 21.9

Kapasitas Pembangkitan PLTU (daya GWe)

(20)

Karbon 48% Hydrogen 3% Sulfur 1% Nitrogen 1% Oksigen 12% Ash 5% Moisture 30% Komposisi Subbituminous

(Spesifikasi: Heating Value 19.400 kJ/kg)

Karbon Hydrogen Sulfur Nitrogen Oksigen Ash Moisture

Sumber: Referensi PLTN DAN ASPEK LINGKUNGAN

(21)

Unsur Kadar (Rentang) Kadar (Prediksi) As 0,5 – 93 10 Co 0,5 – 4,3 5 Cr 4,0 – 54 10 Cu 5,0 – 61 10 Hg 0,2 – 5,0 2 Ni 3,0 – 80,0 10 Pb 4,0 – 218 10 U 0,4 – 3,0 2 Th 1,0 – 5,0 2 Se 0,45 – 7,7 2

Sumber: Referensi PLTN DAN ASPEK LINGKUNGAN

DATA

(3/4)

(22)

Kriteria PLTU

Daya

: 1000 MW

Faktor efisiensi

: 33 %

Faktor kapasitas : 75 %

DATA (4/4)

(23)

Hasil Kajian

(1/4)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2005 2010 2015 2020 2025 22.6 25 42 62 82

Kebutuhan Batubara (juta ton)

(24)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2005 2010 2015 2020 2025

Emisi CO2, SO2, NO2, dan PM

CO2 (juta ton) SO2 (ribu ton) NO2 (ribu ton) PM (ribu ton)

Solid Waste (ribu ton)

Hasil Kajian

(2/4)

(25)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2005 2010 2015 2020 2025

Emisi Logam (ton)

As Co Cr Cu Hg Ni Pb Th U

Hasil Kajian

(3/4)

(26)

0 100 200 300 400 500 600 2005 2010 2015 2020 2025

Kadar SO2, NO2, dan PM Pada Berbagai Skenario

SO2, ug/m3 NO2, ug/m3 PM, ug/m3

Hasil Kajian

(4/4)

(27)

Kesimpulan Kajian Aspek Lingkungan

(Sofyan Yatim, 2009)

 PLTU batubara dgn daya 1000 MW akan mengkonsumsi batubara sekitar 3,71 juta ton/tahun. Kegiatan ini mengemisikan CO2 sebesar 6,7 juta

ton/tahun dan dilepaskan langsung ke lingkungan tanpa pengolahan.

 Dengan adanya rencana peningkatan penggunaan batubara untuk

menambah daya listrik nasional di Pulau Jawa maka kebutuhan batubara akan meningkat sekitar 80 juta ton pada tahun 2025.

 Rencana penambahan daya dengan menggunakan batubara sebagai energi primer akan menimbulkan dampak lingkungan, ini antara lain:

 berupa emisi CO2 (110 juta ton tahun 2020 &145 juta ton tahun 2025).

 akan meningkatkan emisi SO2, NO2 dan partikel debu ke lingkungan. (emisi SO2 akan mencapai jumlah 50.000 ton pada tahun 2020 dan 65.000 ton pada tahun 2025. jumlah yang telah melampaui batas kesehatan)

(28)

Kesimpulan Kajian Aspek Lingkungan

(Sofyan Yatim, 2009)

(lanjutan)

 Peningkatan penggunaan batubara pada tahun 2020 ataupun 2025 akan menambah pula lepasan berbagai jenis logam berat ke lingkungan,

termasuk Hg, As, Cr, Pb dan U., yang amat berbahaya.

 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dgn daya 1000 MW selama 1 tahun memberikan limbah padat aktivitas tinggi sebesar 30 ton, bila diolah akan diperorel limbah padat terolah seberat 8 ton. Limbah aktivitas

sedang sekitar 300 ton dan limbah aktivitas rendah sekitar 450 ton (limbah terolah).

 PLTN tidak mengemisikan CO2, SO2, NO2 dan debu, yang berarti akan mencegah emisi CO2 (6,6 juta ton), SO2 (3.000 ton), NO2 (8500 ton), debu (5.700 ton), dan logam berat; yang berasal dari PLTU batubara.

 Rencana pembangunan PLTN sangat mendukung terbinanya lingkungan yang aman dan bebas dari dampak pemanasan global dan hujan asam.

(29)

Kajian 3:

Transformasi Pengelolaan

Energi dan Kelistrikan

(30)

Data Penjualan Tenaga Listrik

PLN

(TWh)

Wilayah 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata Indonesia 90,54 100,10 107,03 112,61 121,25 Growth (%) 3,86 10,56 6,93 5,21 7,67 7,57 Jawa - Bali 72,19 79,96 85,39 89,04 95,62 Growth (%) 3,19 10,77 6,79 4,28 7,39 7,28 Sumatera 11,22 12,34 13,28 14,59 15,80 Growth (%) 6,55 9,98 9,86 9,88 8,30 8,92 Kalimantan 3,11 3,37 3,60 3,80 4,09 Growth (%) 6,87 8,36 5,56 5,62 7,49 7,12 Sulawesi 2,84 3,11 3,31 3,57 3,93 Growth (%) 5,40 9,35 6,65 7,64 10,20 8,45 IBT 1,18 1,31 1,45 1,61 1,81 Growth (%) 9,54 11,51 10,57 10,81 12,27 11,29

(31)

-50 100 150 200 250 R p T ri li u n Listrik 3.31 10.65 33.90 37.48 60.29 BBM/LPG 59.18 103.35 64.21 83.79 140.01 2004 2005 2006 2007 2008

SUBSIDI BBM dan BBM/LPG

Sumber: PLN

(32)

Kendala yang Dihadapi

Belum adanya kebijakan tarif listrik yang tepat dan terkesan

kompleks sehingga justru mengakibatkan ketidakpastian.

Belum adanya konsistensi dan ketegasan kebijakan

Domestic

Market Obligation

Batubara dan Gas alam untuk menjamin

pasokan energi input bagi ketenaga listrikan

Indikasi pasokan energi primer yang belum sempurna sehingga

semakin mahal beayanya yang akhirnya bermuara pada

mahalnya beaya operasi penyediaan listrik dan semakin berat

mengelola kelistrikan

(33)

 Potensi energi terbarukan sangat tinggi, antara lain meliputi:

• potensi panas bumi (sebesar 27 GW atau 40% potensi dunia)

• potensi BBN,

• tenaga hidro,

namun belum ada kemajuan yang berarti dalam pelaksanaan pengembangannya

 Kebutuhan energi yang selalu meningkat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Harganya yang semakin mahal (bahkan tidak terprediksi) harus diantisipasi sejak dini, dan dengan semakin langkanya energi yang tidak terbarukan mendorong keharusan penggunaan energi terbarukan

 Usaha suasta berpotensi besar berperan dan berpartisipasi dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan

 Kebijakan harga energi baru dan terbarukan belum terbentuk dengan baik sehingga belum mendukung pengembangannya

Kesimpulan Kajian Transformasi

(34)

Beberapa Masukan

Pengembangan Energi

Indonesia di Masa

(35)
(36)
(37)

Langkah Strategis ke Depan

(1/2)

Mensosialisasikan lahirnya payung hukum undang-undang

tentang ketenagalistrikan dan segera menyusun peraturan

pelaksanaannya yang kontekstual

Menetapkan alokasi energi primer gas dan batubara untuk

pasokan kelistrikan nasional sebagai wujud pengutamaan

kebutuhan dalam negeri

Untuk jangka panjang, pemerintah harus menetapkan

perencanaan alokasi pasokan energi primer untuk

ketenagalistrikan yang harus juga mengakomodasi peran

energi baru, terbarukan, nuklir dan ‘energi hijau’

Pasar harus menentukan harga standar jual beli listrik

suasta, yang dibina oleh pemerintah, sehingga dapat

menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan investasi

suasta di bidang ketenagalistrikan

(38)

Langkah Strategis ke Depan

(2/2)

Pemerintah perlu melakukan kajian untuk pemanfaatan

energi nuklir

Pemerintah harus melakukan upaya terobosan dengan

mendorong terjadinya harga listrik yang kompetitif untuk

setiap kWH yang dihasilkan, termasuk dukungan fiskal

Mencapai kemandirian dalam bidang ketenaga listrikan,

perlu membuat target kandungan dalam negeri 100 % pada

lima tahun mendatang

Sinergi antar BUMN dengan BUMN serta BUMN dengan

BUMS untuk meningkatkan nilai tambah dalam

(39)

Pustaka

1. „

Transformasi pengelolaan Energi dan kelistrikan

“, Ali

Herman Ibrahim

2. ‘PLTN dan aspek Lingkungan“, Sofyan Yatim

3. “The Economics of Nuclear Power“, WNA (May 2009)

4. „Persimpangan jalan PLTN di Indonesia“, MPEL (28 November 2007) 5. “PLTN menjamin Ketahanan penyediaan Listrik

Nasional“, MPEL, HIMNI, METI, IEN, WIN, Jakarta Februar 2010

6. “Ringkasan Eksekutif Re-evaluasi Comprehensive Assessment of Different Energy Sources (CADES) for Electricity Generation in Indonesia (2001)“.

7. “Indonesia 2045: Super Power Baru? Akumulasi Masalah Sosial?“, BJ Habibie,

Referensi

Dokumen terkait

Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum, Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum

Pantai ini juga kaya akan jenis ikan laut sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan, tidak heran jika di pantai ini terdapat tempat pelelangan ikan yang

Sama seperti halnya pada ordered list, digunakan 2 buah tag yaitu <ul> untuk memulai sebuah list berupa bullet, dan tag <li> untuk menuliskan isi dari list HTML yang

Modul Bahan Teknik Dasar merupakan perangkat pembelajaran untuk matakuliah Bahan Teknik Dasar, berdasarkan kurikulum tahun 2009. Modul ini merupakan salah satu

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah umum yang perlu dijawab yaitu “bagaimana mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer dengan Microsoft Excel yang

物が大便として出て来たので、父親のアメタはたいへん金持ちになった。そのころ、タメネ・シワには、九夜連続で行なわれ

toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi, dengan jalan berasal dari proses produksi, dengan jalan reduksi

Risiko hukum dari perjanjian kredit yang bersifat baku tersebut bagi debitur (nasabah) adalah debitur (nasabah) harus tunduk pada syarat-syarat dan