• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN RI KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL DAN HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN RI KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL DAN HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH TAHUN 2012"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL

DAN

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH

TAHUN 2012

Surabaya, 16 April 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN RI

(2)

2

POKOK BAHASAN

1

1

KEBIJAKAN FISKAL 2012

2

2

HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH SAAT INI

3

3

PENGELOLAAN KEUANGAN PEMDA PROV JAWA TIMUR

(3)

Kebijakan Fiskal Nasional

(4)

Hubungan Kebijakan Fiskal Nasional dan Daerah

4 Kebijakan Moneter Kebijakan Neraca Pembayaran Kebijakan Sektor Riil Kebijakan Fiskal

• Kebijakan fiskal daerah harus sejalan dan

mendukung dengan

keempat kebijakan makro nasional.

• Seluruh kebijakan makro, terutama Kebijakan Fiskal mempengaruhi Kebijakan Transfer ke Daerah

(5)

Kebijakan Fiskal Nasional yang Sustainable

Kesehatan APBN Kesehatan APBD Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

LKPP LKPP LKPP LKPP APBNP APBNP APBNP Pendapatan 638 707,8 981,6 848,8 992,4 1.292,9 1.358,2 Belanja 667,1 757,6 985,7 937,4 1.126,1 1.418,5 1.548,3 Surplus/Defisit (29,1) (49,8) (4,1) (88,6) (133,7) (125,6) (190,1) % thd PDB (0,9) (1,3) (0,1) (1,6) (2,1) (1,5) (2,23) Pembiayaan 29,4 42,5 84,1 112,6 133,7 125,6 190,1

Kebijakan fiskal yang sustainable apabila dalam jangka panjang, defisit terkendali

dalam triliun rupiah

(6)

Tantangan Kebijakan Fiskal Nasional

TA 2012 dan Ke Depan

6

Kebijakan Makro Harga

Pangan Inflasi Harga Minyak Kebijakan Fiskal Kebijakan Transfer ke Daerah

(7)

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro

2011

7 Pertumbuhan Ekonomi 6,2% 6,5% Inflasi 5,65% 3,79% Target

Target CapaianCapaian

Nilai Tukar Rp8.700/USD Rp8.779/USD*

Suku Bunga SPN

3 Bulan 5,6% 4,84%*

* Nilai rata-rata sepanjang tahun 2011

ICP 95 USD 111,55 USD*

(8)

8

Asumsi Makro Ekonomi APBN-P 2012

Indikator 2011 APBN-P 2012 APBN 2012 APBN-P Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,5 6,7 6,5 Inflasi (yoy,%) 5,65 5,3 6,8

Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) 8.700 8.800 9.000

Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 5,6 6,0 5,0

Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP)

(USD/barrel) 95 90 105

Lifting Minyak Indonesia (Ribu Barrel per

(9)

9

Kebijakan Umum APBN-P 2012

Menjaga sustainabilitas fiskal dan meningkatkan daya

tahan fiskal ditengah ketidakpastian ekonomi global.

1

Memperbaiki efisiensi ekonomi

2

Meningkatkan investasi untuk menstimulasi ekonomi

3

Menjaga daya beli masyarakat

4

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

5

(10)

10 Pertumbuhan Kontribusi Pertumbuhan 2011 2012 2011 2012 PDB 6.5 6.5 6.5 6.5 Pengeluaran Konsumsi RT 4.7 4.9 2.7 2.7 Konsumsi Pemerintah 3.2 6.8 0.3 0.6 Investasi 8.8 10.9 2.1 2.7 Ekspor 13.6 9.9 6.3 4.9 Impor (13.3) (11.4) (4.8) (4.4) Net Ekspor 14.4 4.9 1.5 0.5 Sektoral Pertanian 3 3.5 0.4 0.4 Pertambangan 1.4 2.0 0.1 0.2 Industri 6.2 6.1 1.6 1.6

Listrik, Gas, dan Air 4.8 6.2 0 0

Konstruksi 6.7 7.0 0.4 0.5

Perdagangan 9.2 8.9 1.6 1.6

Transp & Kom 10.7 11.2 1 1.1

Keuangan 6.8 6.3 0.7 0.6

Jasa-jasa 6.7 6.2 0.6 0.6

Pertumbuhan Ekonomi 2012

2012:

• Kontribusi ekspor netto menurun akibat perlambatan ekspor

• Kontribusi investasi meningkat:

Perbaikan iklim investasi

Program MP3EI

• Sektor industri pengolahan, perdagangan dan transportasi masih menjadi kontributor pertumbuhan terbesar 6.3 6 4.63 6.2 6.5 6.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 2007 2008 2009 2010 2011 APBNP 2012 Pertumbuhan Ekonomi

(11)

Inflasi 2012

11

• Rencana kebijakan penyesuaian harga BBM domestik diduga akan

mendorong inflasi sebesar 6,8%.

• Kebijakan pengurangan subsidi energi akan disertai dengan kebijakan

pengendalian (mis. Stabilisasi harga pangan). 6.59 11.06 2.78 6.96 3.79 6.8 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 2007 2008 2009 2010 2011 APBNP 2012

(12)

Nilai Tukar 2012

12

Sentimen Positif:

Peningkatan credit ratingIndonesia menjadi investment grade

Arus modal masuk masih terjadi walau tidak sekuat di tahun 2011

Sentimen Negatif:

Kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi global karena ketidakjelasan penanganan krisis ekonomi di negara-negara EU dan ketegangan geopolitik Timur Tengah yang mendorong kenaikan harga komoditas

Menipisnya surplus neraca transaksi berjalan Indonesia karena peningkatan laju impor; serta

Potensi tekanan inflasi sebagai dampak kebijakan pemerintah di bidang harga.

APBN 2012 8800 9164 9140 9691 10408 9087 8799 APBN-P 2012 9000 7500 8000 8500 9000 9500 10000 10500 11000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Perkembangan Nilai Tukar

(13)

HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

(KEBIJAKAN UMUM DAN ISSUE SAAT INI)

(14)

Kebijakan Umum HKPD

• Perimbangan keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari Pusat

kepada Daerah dan didukung dengan penyerahan sebagian kewenangan perpajakan kepada daerah.

• Mengingat bahwa kewenangan perpajakan di daerah masih sangat

terbatas, maka dukungan pendanaan daerah melalui transfer masih lebih mendominasi (untuk saat ini).

• Sesuai esensi otonomi daerah, maka sebagian besar dukungan dana dari

APBN berbentuk block grants (bebas digunakan oleh daerah)

Block grants juga didukung dengan specific grants, yg berfungsi untuk

mengawal prioritas nasional dan kesetaraan kualitas layanan publik antar daerah.

• Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan daerah, Pemerintah

Pusat terus mendorong upaya kemandirian pendanaan melalui penguatan

local taxing power dan transfer diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun.

• Untuk mendorong ekspansi pembangunan daerah guna mendorong

perekonomian, daerah dapat melakukan pinjaman.

(15)

Melalui Angg K/L Belanja Pemerintah Pusat Transfer Ke Daerah

Daerah

Pemerintah Pusat

Mendanai kewenangan di luar 6 Urusan Mendanai kewenangan 6 Urusan PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN APBN

Alur Belanja APBN ke Daerah

Dana Vertikal di Daerah

Hibah

Pinjaman

Dana Perimbangan

Dana Otsus dan Penyesuaian

Dana Dekonsentrasi Dana Tgs Pembantuan PNPM dan Jamkesmas

Subsidi dan Bantuan

Masuk APBD 15 Mendanai kewenangan Daerah (Desentralisasi)

MONEY FOLLOWS FUNCTION AND CAPACITY

Melalui Angg Non K/L

(16)

Belanja Pusat di Pusat; Rp.635.1 T ; 41.02%

Belanja Pusat di Daerah; Rp.179.7; 11.61% Transfer ke Daerah; Rp.478.8 T ; 30.92% Hibah; Rp.1.8 T ; 0.12% Subsidi; Rp.237.4 T ; 15.33% Bantuan ke Masyarakat; Rp.15.6 T ; 1.01% Dana ke Daerah 913,25 (58,98%) Total Belanja = 1.548,31 Belanja APBN-P 2012 (Triliun Rupiah) Belanja APBN-P 2012 (Triliun Rupiah) Sumber : APBN-P -2012

Melalui Angg.K/L dan APP

(Program Nasional) Melalui APP (Subsidi) Hibah

Melalui Angg. Transfer ke Daerah

(Masuk APBD) Melalui Angg. K/L

•PNPM 9.6(0.62%) • BBM 137.4(8.87%) • Hibah 1.8(0.12%) •DBH 108.4(7.00%) • Dana Dekon 21.9(1.42%)

•Jamkes 5.9(0.38%) • Listrik 65(4.19%) •DAU 273.8(17.68%) • Dana TP 14.2(0.92%)

• Pangan 20.9(1.35%) •DAK 26.1(1.68%) • Dana Vertikal 143.6(9.28%)

• Pupuk 14(0.90%) •OTSUS 12(0.77%)

• Benih 0.1(0.00%) • Penyesuaian 58.5(3.77%)

*) APP = Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan

Total 15.6(1.01%) Total 237.4(15.33%) Total 1.8(0.12%) Total 478.8(30.92%) Total 179.7(11.61%)

(17)

pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam hal pajak daerah dan retribusi daerah peningkatan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan pemberian kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah

Local taxing

power

melalui

UU 28/2009

Kebijakan Pajak dan Retribusi Daerah

(18)

No. Tujuan Strategi Kebijakan 1. MEMPERBAIKI KEWENANGAN PEMUNGUTAN MENETAPKAN JENIS PUNGUTAN DAERAH CLOSED LIST

Daerah hanya memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam UU No. 28 Tahun 2009

2. PENGUATAN LOCAL TAXING POWER

MEMPERLUAS BASIS PUNGUTAN DAN DISKRESI PENETAPAN TARIF

1. MEMPERLUAS OBJEK (Pajak Hotel, Pajak Restoran)

2. MENAMBAH JENIS (Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Rokok, BPHTB, PBB-Perkotaan dan Perdesaan)

3. MENAIKKAN TARIF MAKSIMUM (Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak parkir, Pajak Hiburan)

4. DISKRESI PENETAPAN TARIF (Daerah bebas menetapkan tarif dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam UU)

3. MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN

MENGUBAH SISTEM PENGAWASAN

1. PENGAWASAN PREVENTIF DAN KOREKTIF a. Raperda terlebih dahulu dievaluasi b. Perda disesuaikan dengan hasil evaluasi

c. Perda yang telah ditetapkan disampaikan ke Pemerintah d. Perda yang bertentangan dengan UU dibatalkan

2. SANKSI

a. Administratif (Prosedur): Penundaan DAU dan/atau DBH PPh b. Substansif : Pemotongan DAU dan/atau DBH PPh

4. MEMPERBAIKI SISTEM

PENGELOLAAN

MENINGKATKAN

KUALITAS PENGGUNAAN HASIL PAJAK DAERAH

1. MEMPERBAIKI BAGI HASIL PAJAK PROVINSI KE KAB/KOTA a. PKB dan BBNKB: 30%

b. Pajak Rokok : 70% c. PBBKB : 70%

d. Pajak Air Permukaan : 50% 2. MEMPERTEGAS EARMARKING

a. 10% PKB untuk perbaikan jalan

b. 50jalan% Pajak Rokok untuk pelayanan kesehatan c. Sebagian PPJ untuk penerangan

3. MEMPERBAIKI SISTEM INSENTIF PEMUNGUTAN Diberikan atas dasar pencapaian kinerja tertentu

Kebijakan Pajak dan Retribusi Daerah

(19)

KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT BPHTB

DI PROVINSI JATIM

Posisi: 15 Desember 2011

Sumber: DJPK dan DJP

19

No. Kesiapan Daerah

Jumlah Persentase (%) Daerah Penerimaan BPHTB (Rp) Jumlah Daerah Penerimaan BPHTB (Rp) 2010 2010

1. Perda yang telah siap 38 762,482,532,693 100 100 2. Raperda (dalam proses)

3. Belum menyusun Raperda

Total 38 762,482,532,693 100 100

Per 9 April 2012

(20)

Posisi: 15 Desember 2011

Sumber: DJPK dan DJP

KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT PBB-P2*

Di PROVINSI JATIM

20

No. Kesiapan Daerah

Jumlah Persentase (%) Daerah Penerimaan PBB-P2 2010 (Rp) Jumlah Daerah Penerimaan PBB-P2 2010

1. Perda yang telah siap 19 878,823,748,360 50.0 80.71

2. Raperda (dalam proses) 5 41,303,981,086 13.16 3.79

3. Belum menyusun Raperda 14 168,748,397,323 36.84 15.50

Total 38 1,088,876,126,769 100 100

Per 9 April 2012

(21)

Sumber: Perpres No.5/2010 ttg RPJMN 2010-2014 412,5 226,2 253,3 292,4 309,3 344,6 Triliun Rupiah 150,8 21 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 APBN-P 2011 RAPBN 2012 DBH DAU DAK Otsus dan Penyesuaian

478,8

Kebijakan Umum Transfer ke Daerah

• Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan

mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat & daerah dan antar daerah.

Menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan.

• Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah & mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah.

• Meningkatkan kemampuan daerah dalam mendorong perekonomian daerah.

• Mendukung kesinambungan fiskal nasional.

• Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional.

• Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana

pembangunan daerah. APBNP

(22)

TREN TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008 - 2012

d a la m m ili a r ru p ia h

dalam miliar rupiah

Komponen Transfer 2008 2009 2010 2011 2012

DAU 179.507,14 186.414,10 203,571,5 225.533,71 273.814,40

DAK 20.787,30 24.707,40 20.956,30 24.803,51 26.115,90

DBH 78.420,20 76.129,90 92.183,50 96.910,87 108.421,70

Dana Otonomi Khusus 7.510,29 9.526,60 9.099,61 10.421,31 11.952,60 Dana Penyesuaian 6.208,50 11.807,20 18.916,70 53.709,02 58.471,40

Total 292.433,43 308.585,20 344.727,42 411.378,42 478.775,90

Keterangan: Tahun 2008 – 2010 data diambil berdasarkan LKPP Tahun 2011 data realisasi unaudited

Tahun 2012 data pagu APBNP

22 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 2008 2009 2010 2011 2012 DAU DAK DBH

Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian

(23)

TREN TRANSFER KE DAERAH

SE-PROVINSI JATIM TAHUN 2008 - 2012

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 R 2008 R 2009 R 2010 R 2011 APBN 2012 d a la m M il ia r R u p ia h DAU DAK DBH Dana Penyesuaian Komponen 2008 2009 2010 2011 2012 DAU 5.351,55 5.489,44 5.593,76 6.332,75 7.353,90 DAK 1.269,27 691,26 453,64 584,01 515,37 DBH 930,50 952,39 1.125,71 1.153,30 1.078,64 D. Penyesuaian 0 373,99 559,42 706,66 610,70 Total 7.551,32 7.507,08 7.732,53 8.776,72 9.558,60

dalam miliar rupiah

(24)

PENGELOAAN KEUANGAN PEMDA

DI JAWA TIMUR

24

(25)

NASIONAL SELURUH PEMDA DI JAWA TIMUR

PORSI BELANJA APBD TA 2012

•Data per 31 maret 2012 (510 Daerah).

PORSI BELANJA APBD TA 2012

Porsi belanja pegawai JATIM DI TA 2012 mencapai 48,2% lebih besar dibanding

nasional yang hanya 42,2%.

Porsi Belanja modal JATIM lebih rendah dari Nasional.

42.20%

22.21% 19.85%

15.74%

Belanja Pegawai Belanja Modal Belanja Barang Belanja Lainnya

48.2%

17.5% 19.3%

14.9%

Belanja Pegawai Belanja Modal Belanja Barang Belanja Lainnya

(26)

Perbandingan Belanja Pegawai terhadap total

Belanja

Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi

dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah daerah, pensiunan dan pejabat daerah, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Baik secara Nasional ataupun JATIM, proporsi belanja pegawai mengalami

peningkatan, namun proporsi JATIM lebih baik dimana lebih rendah dibanding Nasional. 38.4 40.1 41.5 45.7 44.5 42.3 45.3 45.9 46.5 50.9 49.1 48.2 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 55.00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 % Nasional Jatim

* TA 2011 dan 2012 menggunkan data anggaran

(27)

Perbandingan Belanja Modal terhadap total Belanja

Perbandingan Belanja Barang & Jasa terhadap total Belanja

• Belanja Modal adalah pengeluaran

yang dilakukan dalam rangka

pengadaan aset yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan.

• Proporsi belanja modal JATIM dan

Nasional mempunyai trend turun, namun Proporsi JATIM masih lebih besar dibanding Nasional.

• Belanja Barang & Jasa adalah belanja

untuk pembelian barang dan jasa yang habis pakai guna memproduksi barang dan jasa.

• Tahun 2008 & 2009 B. Barang&Jasa JATIM

lebih tinggi dibanding dengan Nasional, namun ditahun 2010 kembali lebih kecil dari Nasional seperti tahun 2007.

Perbandingan Belanja Modal dan Belanja Barang &

Jasa terhadap total Belanja

18.2 18.0 18.6 18.4 20.3 19.8 18.1 16.0 16.3 16.8 19.3 19.3 14 15 16 17 18 19 20 21 2007 2008 2009 2010 2011 2012 % Nasional Jatim 28.9 26.3 25.3 21.4 22.1 22.3 20.5 19.4 20.0 13.5 15.9 17.5 10 20 30 40 2007 2008 2009 2010 2011 2012 % Nasional Jatim

* TA 2011 dan 2012 menggunkan data anggaran * TA 2011 dan 2012 menggunkan data anggaran

(28)

% 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Nasional 76.4 77.8 76.8 75.9 76.0 74.8

JATIM 73.75 72.56 70.37 68.15 67.9 66.6

Transfer Ke Daerah terdiri dari

transfer dana perimbangan, dana otsus dan dana

penyesuaian

Transfer daerah yang rendah

menunjukkan tingkat

kemandirian daerah, semakin rendah maka daerah semakin mandiri dan semakin tinggi semakin tergantung teradap pusat.

Berdasarkan grafik disamping

terlihat bahwa tingkat kemandirian pengelolaan keuangan Jatim semakin membaik.

Perbandingan Transfer ke Daerah terhadap Total

Pendapatan

60 65 70 75 80 2007 2008 2009 2010 2011 2012 % Nasional Jatim 28

(29)

• SiLPA tahun berkenaan adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan

pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

• Rasio SiLPA yang besar

menggambarkan besaran dana yang belum

tergunakan untuk pelayanan dasar ke masyarakat.

• SiLPA tahun berkenaan

JATIM turun drastis di tahun 2008 dan mendekati

proporsi secara Nasional di tahun 2010.

% 2007 2008 2009 2010

Nasional 21,99 16,87 12,78 12,87

JATIM 30,06 14,47 11,29 12,66

Perbandingan SiLPA tahun Berkenaan Terhadap

Total Belanja

22.0 16.9 12.8 12.9 30.1 14.5 11.3 12.7 0 5 10 15 20 25 30 35 2007 2008 2009 2010 % Nasional Kalteng 29

(30)

Tingkat kemiskinan JATIM lebih tinggi jika dibanding secara nasional.

Trend kemiskinan JATIM mempunyai

trend yang sama dengan tren nasional yaitu menurun dari tahun 2007-2010.

Tingkat Pengangguran

Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan

Tingkat pengangguran JATIM lebih

rendah dibanding Nasional

Tingat pengangguran JATIM sudah

lebih rendah dibanding dengan target Pengangguran 2012 (6,4-6,6%)

Pertumbuhan Ekonomi JATIM mulai

tahun 2009 lebih tinggi dari Nasional 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.8 6.4 5.1 4.3 4.2 3 4 5 6 7 8 9 10 2007 2008 2009 2010 2011 % Nasional Jatim 16.6 15.2 14.2 13.3 12.4 20.0 18.2 16.2 15.3 13.9 10 12 14 16 18 20 22 2007 2008 2009 2010 2011 % Nasional Jatim 6.3 6.0 4.5 6.1 6.5 6.0 5.9 4.9 6.8 6.6 3 4 5 6 7 8 2007 2008 2009 2010 2011 % Nasional Jatim 30

(31)

DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG RADIUS PRAWIRO

JALAN DR WAHIDIN NO. 1 JAKARTA PUSAT 10710 TELP. 021 3509442

FAX. 021 3509443

www.djpk.depkeu.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian tentang dasar-dasar pembuatan desain produk mainan anak yang meliputi: ergonomis, bahan baku dan bahan finishing yang aman digunakan untuk anak-anak. Pada saat

Sering terjadi peningkatan beban kerja 2.400 Pernah terjadi peningkatan kecepatan berfikir dalam bekerja 2.733 Pernah mempunyai pekerjaan diluar tanggung jawab yang harus

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh korelasi yang sangat signifikan antara variabel kepuasan kerja dengan loyalitas kerja, ini berarti bahwa ada hubungan antara

Fungsi pengadaan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah SDM yang tepat, melalui proses pemanggilan, seleksi,

Penelitian ini menggunakan satu variable independen (kinerja keuangan), satu variabel dependen (Nilai Perusahaan) dan dua variabel moderasi ( Corporate Social

Perusahaan juga harus berhati-hati dalam menggunakan kebijakan hutang tersebut karena menurut trade of theory , semakin besar proporsi hutang perusahaan, semakin tinggi

Sehubungan dengan itu, antara matlamat utama sesebuah sekolah adalah untuk mewujudkan iklim sekolah yang positif iaitu suatu persekitaran kerja yang mendorong dan dapat

Mempelajari Proses kompilasi yang terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap analisa dan tahap sintesa, di mana pada tahap analisa melakukan proses analisa leksikal (scanner), analisa