• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi dengan media pembelajaran berbasis komputer pada pokok bahasan segitiga dan jajargenjang kelas IV SD Negeri Sayegan Pundong tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi dengan media pembelajaran berbasis komputer pada pokok bahasan segitiga dan jajargenjang kelas IV SD Negeri Sayegan Pundong tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)

i

BERBASIS KOMPUTER PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN JAJARGENJANG KELAS IV SD NEGERI SEYEGAN PUNDONG

TAHUN AJARAN 2011 / 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Candra Wijanarko

NIM : 071414060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali media pembelajaran dalam bentuk macromedia flash dengan judul “bangun datar” karya Farid Suryanto dan yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Januari 2012 Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Candra Wijanarko

Nomor Induk Mahasiswa : 071414060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul : EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN JAJARGENJANG KELAS IV SD NEGERI SEYEGAN PUNDONG TAHUN AJARAN 2011 / 2012. (beserta dengan CD pembelajaran)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Januari 2012 Yang Menyatakan,

(7)

vii ABSTRAK

Candra Wijanarko. 2012. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi yang Dilengkapi dengan Media Pembelajaran Berbasis Komputer pada Pokok Bahasan Segitiga dan Jajargenjang Kelas IV SD Negeri Seyegan Pundong Tahun Ajaran 2011 / 2012. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika ; (2) untuk mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa pada pokok bahasan segitiga dan jajargenjang setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer. Investigasi matematika yang diterapkan terdiri dari 6 tahap, yaitu : peneliti memberikan masalah yang problematis, siswa melakukan eksplorasi, siswa merumuskan tugas belajar, siswa melakukan kegiatan belajar, siswa menganalisis kemajuan belajar, dan siswa mengecek ulang hasil belajarnya.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Seyegan Pundong dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 dengan materi bangun datar segitiga dan jajargenjang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data keterlibatan siswa selama pembelajaran dan data hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran. Data keterlibatan siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap 10 aktivitas siswa ketika pembelajaran disertai catatan lapangan, sedangkan data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes tertulis yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila dapat melibatkan siswa secara aktif dan setidaknya ada 70 % siswa yang nilainya mencapai kriteria baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer secara keseluruhan dapat melibatkan siswa secara aktif. Hal itu terlihat dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir. Tingkat keaktifan siswa pada pertemuan pertama cukup, sedangkan pada pertemuan kedua hingga pertemuan keempat tingkat keaktifan siswa tinggi. (2) hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer dalam pokok bahasan segitiga dan jajargenjang menunjukkan bahwa ada 73,53 % siswa yang nilainya mencapai kriteria baik.

(8)

viii ABSTRACT

Candra Wijanarko. 2012. The effectiveness of Investigation-Type Cooperative Learning Equipped with Computer Based Learning Media on The Subject of Triangle and Parallelogram for IV Grade Public Elementary School of Seyegan Pundong School Year of 2011 / 2012. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of this research is : (1) to determine whether model’s of investigation-type cooperative learning equipped with computer based learning media can involve students actively in the process of learning mathematics, (2) To find out how high the learning results of students on the subject of a triangle and parallelogram after applying investigation-type cooperative learning equipped with computer based learning media. The applied mathematical investigation consists of 6 steps : researchers giving a problematic issue, students explore, students formulate the task of learning, student learning activities, students analyze the progress of learning, and students re-check the results of his study.

The subjects of this study were 4th grade students of Seyegan Pundong with students total as many as 34 students. The research was conducted in odd semesters of the school year 2011/2012 with the subject triangle and parallelogram. This study used a descriptive qualitative and quantitative approaches. Necessary data in this study is the involvement of students during the learning data and student learning results data after learning. Student involvement data were collected using observations of 10 students activity when learning with field notes, while student learning results data was collected using a written test conducted after the learning activities. The data obtained then analyzed descriptively. This research is successful if it can involve students actively and at least 70% of students whose the value is reached good criteria.

The results showed that : (1) in the implementation of investigation-type cooperative learning equipped with computer based learning media as a whole can involve students actively. This is evident from the first meeting until the last meeting. Level of student activity at the first meeting fairly, while at the second meeting until the fourth meeting level of student activity is high. (2) student learning results after participating lessons in investigation-type cooperative learning equipped with computer based learning media on the subject of a triangle and parallelogram indicates that there are 73.53% of students whose value is reached good criteria.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan banyak ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberi bimbingan dan arahan yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak D. Arif Budi Prasetyo, S. Si., M. Si. dan Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S. Si., M. Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

(10)

x

7. Ibu Kristi Nuryani S.Pd., selaku guru kelas yang telah memberikan kesempatan, kerjasama, bantuan dan dukungannya bagi penulis untuk melaksanakan penelitian serta segenap guru, karyawan dan siswa SD Negeri Seyegan Pundong khususnya siswa kelas IV tahun ajaran 2011/2012.

8. Kedua orang tuaku dan saudara - saudaraku atas doa, dukungan, serta sumbangsih dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan skripsi.

9. Catharina Hari Kusuma Devi A atas kerjasama, kebersamaan, dan segala dukungannya, serta semua rekan mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2007 yang telah membantu dalam bentuk apapun.

10.Nurcholis yang telah meluangkan waktunya untuk membantu kegiatan penelitian dan semua orang yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, terutama untuk bidang pendidikan. Penulis bersedia menerima saran dan kritik untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Penjelasan Istilah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 6

(12)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Pembelajaran ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Prinsip Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif ... 14

2. Ciri – ciri dalam Pembelajaran Kooperatif ... 15

3. Unsur Dasar dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 16

4. Kompetensi yang Dapat Dicapai ... 17

5. Prosedur Pembelajaran ... 17

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

C. Investigasi Matematika ... 21

1. Langkah - langkah Investigasi ... 23

2. Keuntungan yang Didapat dalam Penggunaan Metode Investigasi ... 24

3. Fase-fase yang Harus Ditempuh dalam Pendekatan Investigasi ... 25

4. Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Investigasi ... 27

D. Materi Pembelajaran ... 28

1. Tujuan Pembelajaran ... 28

2. Pengertian Segitiga ... 28

3. Jenis - Jenis Segitiga ... 29

(13)

xiii

b. Berdasarkan besar sudutnya ... 30

4. Keliling Segitiga ... 30

5. Luas Segitiga ... 31

6. Pengertian Jajargenjang ... 32

7. Keliling Jajargenjang ... 33

8. Luas jajargenjang ... 33

E. Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 34

F. Keaktifan Siswa ... 37

G. Hasil Belajar ... 38

H. Kerangka Berfikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 42

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Bentuk Data ... 42

1. Data Keterlibatan Siswa ... 43

2. Data Hasil Belajar Siswa ... 43

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 43

1. Metode Pengumpulan Data ... 43

2. Instrumen Penelitian ... 44

(14)

xiv

1. Analisis Validitas Soal Tes ... 57

2. Analisis Reliabilitas Soal Tes ... 58

H. Teknik Analisis Data ... 59

1. Analisis Hasil Pengamatan (Observasi) Keterlibatan Siswa ... 59

2. Analisis Hasil Tes ... 62

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Pelaksanaan Penelitian ... 64

1. Sebelum Penelitian ... 64

2. Pelaksanaan Penelitian ... 66

a. Sebelum Pembelajaran ... 67

b. Selama Pembelajaran ... 68

B. Tabulasi Data ... 84

1. Data Ujicoba Tes Hasil Belajar Siswa ... 84

2. Data Keterlibatan Siswa ... 85

3. Data Hasil Belajar Siswa ... 92

C. Analisis Data ... 93

1. Analisis Validitas Butir (Item) Soal Ujicoba Tes Hasil Belajar Siswa ... 93

2. Analisis Reliabilitas Soal Ujicoba Tes Hasil Belajar Siswa ... 96

3. Analisis Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa ... 97

(15)

xv

D. Pembahasan ... 109

1. Keaktifan Siswa ... 109

2. Hasil Belajar Siswa ... 117

E. Kekurangan Penelitian ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi - kisi Penyusunan RPP ... 46

Tabel 3.2 Kisi - kisi Instrumen Observasi Keterlibatan Siswa ... 52

Tabel 3.3 Kisi - kisi Soal Tes ... 53

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Tes ... 54

Tabel 3.5 Tabel Distribusi Keterlibatan / Aktivitas Siswa ... 59

Tabel 3.6 Tabel Analisis Data Tentang Keaktifan Siswa Berdasarkan Jenis Keterlibatan ... 60

Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan Siswa ... 61

Tabel 3.8 Tabel Kriteria Keterlibatan Masing – Masing Siswa ... 61

Tabel 3.9 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 61

Tabel 3.10 Kriteria Nilai Tes Siswa ... 62

Tabel 3.11 Kriteria Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... 62

Tabel 3.12 Kriteria Ketuntasan Minimal SD Negeri Seyegan Pundong ... 63

Tabel 4.1 Pembagian Kelompok Belajar ... 68

Tabel 4.2 Data Nilai Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar ... 84

Tabel 4.3 Distribusi Data Keterlibatan Siswa Pertemuan I ... 86

Tabel 4.4 Distribusi Data Keterlibatan Siswa Pertemuan II ... 87

Tabel 4.5 Distribusi Data Keterlibatan Siswa Pertemuan III ... 89

Tabel 4.6 Distribusi Data Keterlibatan Siswa Pertemuan IV ... 91

Tabel 4.7 Tabel Hasil Tes Siswa ... 93

(17)

xvii

Tabel 4.9 Tabel Analisis Data Tentang Keaktifan Siswa Berdasarkan Jenis Keterlibatan Pada Pertemuan I ... 98 Tabel 4.10 Tabel Kriteria Keaktifan Masing - Masing Siswa Pada

Pertemuan I ... 99 Tabel 4.11 Tingkat Keaktifan Siswa Pertemuan I ... 99 Tabel 4.12 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan Pada

Pertemuan I ... 100 Tabel 4.13 Tabel Analisis Data Tentang Keaktifan Siswa Berdasarkan Jenis

Keterlibatan Pada Pertemuan II ... 100 Tabel 4.14 Tabel Kriteria Keaktifan Masing - Masing Siswa Pada

Pertemuan II ... 101 Tabel 4.15 Tingkat Keaktifan Siswa Pertemuan II ... 102 Tabel 4.16 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan Pada

Pertemuan II ... 102 Tabel 4.17 Tabel Analisis Data Tentang Keaktifan Siswa Berdasarkan Jenis

Keterlibatan Pada Pertemuan III ... 102 Tabel 4.18 Tabel Kriteria Keaktifan Masing - Masing Siswa Pada

Pertemuan III ... 103 Tabel 4.19 Tingkat Keaktifan Siswa Pertemuan III ... 104

Tabel 4.20 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan Pada

Pertemuan IV ... 104 Tabel 4.21 Tabel Analisis Data Tentang Keaktifan Siswa Berdasarkan Jenis

(18)

xviii

Tabel 4.22 Tabel Kriteria Keaktifan Masing - Masing Siswa Pada

Pertemuan IV ... 106

Tabel 4.23 Tingkat Keaktifan Siswa Pertemuan IV ... 106

Tabel 4.24 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan Pada Pertemuan IV ... 107

Tabel 4.25 Tes Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kriteria Nilai ... 107

Tabel 4.26 Presentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kriteria Nilai ... 108

Tabel 4.27 Kriteria Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... 108

Tabel 4.28 Tes Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kriteria Ketuntasan ... 108

Tabel 4.29 Presentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal ... 109

Tabel 4.30 Hasil Analisis Keaktifan Siswa Berdasarkan Jenis Keterlibatan ... 109

Tabel 4.31 Tingkat Keaktifan Siswa Setiap Pertemuan ... 110

Tabel 4.32 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 116

Tabel 4.33 Presentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kriteria Nilai ... 117

Tabel 4.34 Kriteria Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... 118

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jenis - jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisinya ... 29

Gambar 2.2 Jenis - jenis Segitiga Berdasarkan Besar Sudutnya ... 30

Gambar 2.3 Mencari Luas Segitiga ... 31

Gambar 2.4 Segitiga dan Jajargenjang ... 32

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar ... 128

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 140

Lampiran 3 Soal Tes Hasil Belajar ... 162

Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ... 164

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa ... 166

Lampiran 6 Media Pembelajaran Menggunakan Powerpoint ... 172

Lampiran 7 Media Pembelajaran Menggunakan Macromedia Flash ... 179

Lampiran 8 Media Pembelajaran Menggunakan Maple ... 181

Lampiran 9 Hasil Observasi Keterlibatan Siswa ... 184

Lampiran 10 Foto-Foto Penelitian ... 240

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian ... 243

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 244

Lampiran 13 Sampel Hasil Pekerjaan Siswa untuk Soal Tes ... 245

(21)
(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil, karena lembaga - lembaga pendidikan belum berperan secara maksimal dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, terlebih dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang sudah ada hanya sebatas melalui proses penyampaian informasi atau transfer of knowledge bukan melalui pemrosesan informasi, serta cenderung berpusat pada guru sementara siswa lebih cenderung pasif. Selain itu, guru masih menggunakan metode mengajar yang bersifat mekanisitik, jarang memberikan masalah yang tidak rutin, dan lebih menekankan pada drill (Marpaung, 2003). Hal ini juga didukung Zulkardi (dalam Indrawati, 2006), bahwa guru - guru cenderung masih menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional, dimana guru lebih menekankan pada latihan mengerjakan soal atau drill and practice serta penerapan rumus yang yang telah diajarkan. Padahal kalau dilihat dari tujuan pembelajaran matematika seperti yang tertuang dalam Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menunjukkan bahwa penguasaan matematika tidak hanya sebatas penguasaan fakta dan prosedur matematika serta pemahaman konsep, tetapi juga berupa kemampuan proses matematika siswa.

(23)

faktor rendahnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia. Rendahnya variasi pembelajaran disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena kurang tepatnya metode pembelajaran yang dipilih guru, sehingga menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran di kelas. Sebagai contoh, dalam melaksanakan pembelajaran guru cenderung prosedural dan menekankan pada pencapaian hasil belajar serta siswa jarang diberikan permasalahan matematika terbuka. Akibatnya, siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan matematikanya, terlebih dalam penyelesaian masalah matematika terbuka.

(24)

pemanfaatan program dan aplikasi komputer dapat dijadikan alternatif sebagai media pembelajaran, dimana dalam pemanfaatannya dapat menyampaikan informasi atau isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya serta tahapan pembelajaran.

Dari permasalahan di atas, pembelajaran matematika seharusnya lebih menekankan pada aktivitas siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan invsestigasi. Pembelajaran kooperatif itu sendiri lebih mengutamakan pada kerjasama dalam kelompok. Sedangkan pendekatan investigasi itu sendiri lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok. Sedangkan dalam memahami konsep abstrak, siswa memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara visualisasinya dan konsep abstrak itu dicapai melalui tingkatan pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran matematika yang lebih efektif dan menarik yaitu melalui model pembelajaran dengan media berbasis komputer.

B. Rumusan Masalah

(25)

2. Seberapa tinggi hasil belajar yang dicapai siswa kelas IV SD Seyegan dalam pokok segitiga dan jajargenjang setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasiuntuk membimbing siswa baik secara mandiri maupun dapat bekerja sama dalam kelompok. Sehingga diharapkan siswa dapat menemukan sendiri ide dalam suatu permasalahan matematika terbuka. Pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan media komputer ini berperan untuk menyampaikan informasi atau isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya serta tahapan pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer ini diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif serta mampu mencapai hasil belajar siswa yang maksimal dalam pokok bahasan segitiga dan jajargenjang. Apabila kriteria itu tercapai, maka penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer ini efektif dilakukan di kelas.

D. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(26)

yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer yang berperan sebagai CAI (Computer Assisted Instruction).

2. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran dimana proses pembelajaran berpusat pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator untuk terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk trampil berkomunikasi.

3. Investigasi atau penyelidikan adalah proses pembelajaran yang dimulai dengan guru mengemukakan suatu masalah yang problematis dari sumber tertentu kemudian guru memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi baik dengan menggunakan alat peraga maupun dengan kegiatan berkelompok untuk menemukan ide atau konsep untuk penyelesaian masalah matematika terbuka, sehingga kegiatan belajar tidak tersruktur oleh guru.

4. Media pembelajaran berbasis komputer dalam penelitian ini merupakan media yang dirancang sedemikian rupa dengan menggunakan bantuan program atau aplikasi komputer, misalnya media powerpoint, macromedia flash, maple, serta program dan aplikasi lain yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika.

(27)

kriteria untuk mengukur keberhasilan tersebut tercapai, maka pembelajaran dapat dikatakan efktif.

Sehingga penelitian dengan judul " EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN JAJARGENJANG KELAS IV SD NEGERI SEYEGAN PUNDONG TAHUN AJARAN 2011/2012" merupakan penelitian mengenai seberapa jauh pencapaian hasil belajar dan upaya melibatkan siswa secara aktif pada materi segitiga dan jajargenjang dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan pembelajaran investigasi untuk mencapai hasil belajar siswa yang maksimal, serta melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika. 2. Untuk mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa pada pokok

(28)

pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer.

F. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran nyata pembelajaran matematika di SD serta langkah apa yang dapat ditempuh untuk memperbaiki model pembelajaran matematika khususnya melalui pendekatan pembelajaran investigasi dengan bantuan media komputer.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : a. Sebagai salah satu alat tolak ukur keberhasilan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe investigasi dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lain yang menggunakan metode yang sama baik dengan pokok bahasan yang sama maupun berbeda.

b. Dapat memberikan salah satu alternatif penggunaan media komputer sebagai perantara visualisasi siswa dalam memudahkan memahami konsep abstrak.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :

(29)

itu, penulis memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe investigasi dalam pembelajaran matematika.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk dapat melibatkan siswa secara aktif serta mencapai hasil belajar siswa yang maksimal dalam pemecahan masalah matematika terbuka dengan pokok bahasan segitiga dan jajargenjang.

c. Bagi siswa terutama obyek yang diteliti, diharapkan untuk selanjutnya mampu mengkonstruksi pemahamannya sendiri, lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

(30)
(31)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

Menurut Hilgrad (dalam Tanlain, 2009:10) belajar adalah proses dalam terbentuknya tingkah laku atau perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Tanlain, 2009 : 11) ada enam peristiwa - peristiwa yang diidentifikasi dialami oleh orang yang sedang belajar itu disebut peristiwa - peristiwa belajar (learning events). Keenam peristiwa belajar itu adalah :

1. Menerima rangsangan syaraf. 2. Menyeleksi pengamatan.

3. Membuat kode dan menyimpan. 4. Memperbaharui.

5. Mengorganisasi respons.

6. Menampilkan kinerja, balikan, dan pengukuhan.

(32)

keenam peristiwa belajar menurut Gagne tersebut di atas. Menurut Wikipedia (2008, dalam Andani, 2009:10) proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku dimanapun dan kapanpun.

Menurut Gagne (1979, dalam Tanlain, 2009:28). Pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa eksternal yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajarnya berlangsung dengan mudah. Dalam pengertian pembelajaran menurut Gagne, disebutkan pembelajaran merupakan peristiwa eksternal yang berarti ada proses campur tangan dari orang lain, dalam hal ini adalah guru yang mempermudah siswa memperoleh suatu pemahaman baru.

Dalam penelitian ini mengunakan beberapa istilah yang mempunyai pengertian hampir sama, diantaranya adalah metode dan pendekatan dalam pembelajaran. Ruseffendi (dalam Setiawan, 2006:5) mencoba memberikan klarifikasi tentang kedua istilah di atas dikaitkan dengan istilah lain, yaitu:

a. Metode mengajar adalah cara mengajar secara umum yang dapat ditetapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.

b. Strategi mengajar adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna dari strategi pembelajaran tersebut:

(33)

ƒ Penyaji materi pembelajaran tersebut (perorangan, atau belajar mandiri)

ƒ Cara materi pelajaran disajikan (induktif atau deduktif, analitis atau sintetis, formal atau non formal)

ƒ Sasaran penerima materi pelajaran (kelompok, perorangan, heterogen atau homogen)

c. Pendekatan adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu konsep dengan pendekatan induktif atau deduktif, atau mempelajari operasi perkalian dengan pendekatan hasil kali Cartesius, demikian juga bagaimana siswa memperoleh, mengorganisasi dan mengkomunikasikan hasil belajarnya lewat pendekatan ketrampilan proses (process skill)

d. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa, sebagai misal teknik mengajarkan perkalian sebagai penjumlahan berulang.

B. Pembelajaran Kooperatif

(34)

oleh guru. Setting kelompok - kelompok kecil tersebut memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam mempelajari teori sepuas hati.

Jadi melalui metode ini, siswa dapat menumbuhkan sikap percaya diri serta saling memotivasi satu sama lain. Hal ini dikarenakan siswa tidak belajar maupun menyelesaikan masalah sendiri, melainkan bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok. Dari kebersamaan yang terjalin antar siswa dalam satu kelompok dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan temannya untuk menyelesaikan bagian dari tugas yang dikerjakan kelompok tersebut. Ide dibalik pembelajaran kooperatif adalah bahwa jika ingin berhasil sebagai tim, mereka akan mendorong anggota timnya untuk unggul dan saling membantu agar dapat tercapai tujuan (Slavin, 1995 : 4).

(35)

digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 etingkat TK sampai SD), dan Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya (Yasa, 2008 dalam http://ipotes.wordpress.com/ 2008/ 05/ 10/ metode-pembelajaran-kooperatif/ diakses tanggal 12 Maret 2011).

(36)

1. Prinsip Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk trampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Siswa juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Siswa juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona orangnya.

(37)

pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok.

Model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai bidang studi atau matakuliah, baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.

2. Ciri - ciri dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl (dalam Nunung, 2007 : 1) ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah;

(a) belajar bersama dengan teman,

(b) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,

(c) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (d) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,

(e) belajar dalam kelompok kecil,

(f) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (g) keputusan tergantung pada siswa sendiri, dan

(h) siswa aktif.

Sedangkan Menurut Hilke (dalam Nunung, 2007 : 1) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :

(38)

(b) dapat dipertanggungjawabkan secara individu,

(c) heterogen, tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya.

(d) berbagi kepemimpinan, (e) berbagi tanggung jawab,

(f) menekankan pada tugas dan kebersamaan, (g) membentuk keterampilan sosial,

(h) peran guru/guru mengamati proses belajar siswa , (i) efektivitas belajar tergantung pada kelompok.

3. Unsur Dasar dalam Metode Pembelajaran Kooperatif

Ada 5 unsur dasar dalam metode pembelajaran kooperatif, yaitu : (a) ketergantungan positif. Siswa - siswa harus merasa bertanggung

jawab atas pembelajarannya sendiri dan anggota yang lain dalam kelompok.

(b) Tatap muka. Siswa - siswa mempunyai kesempatan untuk menerangkan apa yang mereka pelajari kepada teman yang lain. (c) Tanggung jawab individu. Masing – masing bertanggung jawab

atas penguasaan dari penugasan yang diberikan kepada mereka. (d) Kemampuan / keterampilan sosial. Masing – masing siswa harus

(39)

(e) Evaluasi proses kelompok. Kelompok - kelompok harus dievaluasi untuk melihat bagaimana mereka bekerja sama agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih baik dan efektif.

4. Kompetensi yang Dapat Dicapai

Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif yaitu:

(a) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu, serta

(b) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, dan (c) kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama

berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya. Serta dapat juga dikembangkan

(d) softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerjasama. Tentu saja kemampuan-kemampuan tersebut hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk menghayati berbagai kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti, model pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.

5. Prosedur Pembelajaran

(40)

pembelajaran dan penghargaan kelompok ditiadakan karena peneliti lebih menekankan pada proses pembelajarannya. Pada akhir pembelajaran, kegiatan kuis diganti dengan kegiatan presentasi hasil diskusi kelompok.

a. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah - langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa , serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa , namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

b. Kerja kelompok

(41)

dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa , mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.

c. Presentasi Kelompok

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk melihat sejauh mana pemahaman mereka terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Setelah kegiatan ini, diharapkan semua siswa dapat menguasai materi yang telah dibahas baik dalam kegaiatan diskusi kelompok maupun dalam kegiatan diskusi kelas.

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan :

(a) Siswa lebih termotivasi dan percaya diri, karena berhasil atau tidaknya kelompok ditentukan oleh peran dan usaha semua anggota, (b) Mampu mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

trampil berkomunikasi,

(42)

(d) Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa yang belajar lebih dapat memahami materi dibandingkan siswa lain yang belajar sendiri, karena dengan belajar dengan temannya mereka akan memperoleh hasil yang lebih banyak (Slavin, 1995:18),

(e) Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, sedangkan siswa yang kurang mampu akan menjadi pendengar yang baik. Sehingga melatih komunikasi antar siswa lebih baik,

(f) Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang, karena pembagian kelompok bersifat heterogen.

(g) Membina semangat kerjasama dan mau mendengarkan pendapat orang lain.

Kekurangan :

(a) Jika tidak dilakukan semestinya, pembelajaran kooperatif dapat memberikan efek “penunggang kebebasan” (Slavin, 1995:19). Ketika kelompok diberikan tugas tunggal dan melaporkan hasil tugas tersebut untuk satu kelompok, maka siswa yang berkemampuan rendah akan diabaikan oleh anggota kelompok yang lain karena mereka lebih mempercayakan tugas tersebut kepada siswa yang berkemampuan lebih,

(43)

siswa yang kurang memiliki kesadaran tersebut cenderung malas dan menyerahkan tugas sepenuhnya kepada anggota kelompok yang lebih peduli dan bertanggung jawab,

(c) Memerlukan waktu yang tidak sedikit dalam pembelajarannya, (d) Tidak mudah mengelompokkan yang kemudian dapat bekerjasama

dengan solid dan berlangsung harmonis,

C. Investigasi Matematika

Menurut Syarif (2009), investigasi atau penyelidikan adalah kegiatan pembelajaran berkelompok yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan belajarnya dimulai dengan pemecahan masalah – masalah yang diberikan oleh guru sedang kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur ketat oleh guru, yang dalam pelaksanaanya mengacu pada berbagai teori – teori Investigasi.

(44)

Seperti yang dikemukakan oleh Tim Instruktur PKG Matematika SMU (dalam Setiawan, 2006 : 7) merujuk pada rekomendasi the Cockcroft report di atas, maka dua pendekatan yang perlu mendapat perhatian dan porsi yang memadai dalam proses pembelajaran adalah problem solving dan investigasi. Kedua metode pendekatan tersebut pada prinsipnya mempunyai aktivitas yang hampir sama, keduanya saling berkaitan dan memerlukan siswa untuk menemukan sesuatu, merumuskan hipotesa, dan mencapai suatu kesimpulan sendiri.

Investigasi matematika juga sering dibedakan dengan problem solving. Istilah investigasi matematika memang banyak digunakan dalam kurikulum di Inggris berdasarkan the Cockroft report 1982 dan sering dibedakan dengan problem solving. Sementara dalam standar pembelajaran yang dikembangkan oleh NCTM, kegiatan investigasi matematika tidak banyak dibedakan dengan problem solving (dalam Muiz, 2009:7).

(45)

Sehingga dimensi proses tetap tampak dalam pemecahan masalah. Hal setara juga diungkapkan Setiawan (2006 : 7) yang menyebutkan bahwa pada problem solving ini permasalahannya sudah terformulasikan dengan cukup jelas sehingga bagaimana cara/strategi siswa menjawab diharapkan hasil perolehannya sama (konvergen), sedang pada investigasi masalahnya belum terformulasikan dengan jelas sehingga boleh jadi hasil perolehan siswa beragam (divergen). Oleh karena itu, dalam suatu aktifitas pembelajaran matematika, investigasi matematika dan problem solving dapat dilakukan secara terpadu.

1. Langkah - langkah investigasi

Sesuai pendapat Hopkins (dalam Japa, 2008 : 63), langkah-langkah investigasi matematika yang diterapkan adalah:

(a) pertama-tama siswa dihadapkan pada masalah yang problematis; (b) guru memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi/kajian

sebagai respon terhadap masalah yang problematis itu;

(c) siswa merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikan kegiatan belajarnya;

(d) siswa melakukan kegiatan belajar baik secara kelompok atau mandiri;

(e) siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam belajar; dan

(46)

2. Keuntungan yang Didapat dalam Penggunaan Metode Investigasi Keuntungan bagi siswa dengan adanya pendekatan belajar investigasi antara lain:

(a) Keuntungan pribadi

ƒ dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas;

ƒ memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif;

ƒ dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah;

ƒ rasa percaya diri dapat lebih meningkat; dan

ƒ mengembangkan antusiasme dan rasa tertarik pada matematika.

(b) Keuntungan sosial

ƒ meningkatkan belajar bekerja sama;

ƒ belajar berkomunikasi baik dengan teman maupun dengan guru;

ƒ belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis;

ƒ belajar menghargai pendapat orang lain; dan

ƒ meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. (c) Keuntungan Akademis

ƒ siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikannya;

ƒ bekerja secara sistematis;

(47)

ƒ merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaanya;

ƒ mencek kebenaran jawaban yang mereka buat; dan

ƒ selalu berfikir tentang cara/strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

3. Fase-fase yang Harus Ditempuh dalam Pendekatan Investigasi

Fase-fase yang harus ditempuh dalam pembelajaran dengan pendekatan investigasi adalah :

(a) Fase membaca, menerjemahkan dan memahami masalah. Pada fase ini siswa harus memahami permasalahannya dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya, yang kemudian mungkin perlu didiskusikan dengan kelompok lain. Jadi pada fase ini siswa memperlihatkan kecakapannya bagaimana ia memulai pemecahan suatu masalah, dengan :

ƒ menginterpretasikan soal berdasarkan pengertiannya,

ƒ membuat suatu kesimpulan tentang apa yang harus dikerjakannya.

(48)

sehingga mereka terangsang untuk mencoba mencari cara-cara yang mungkin untuk digunakan dalam pemecahan soal tersebut, misalnya dengan membuat gambar, mengamati pola atau membuat catatan-catatan penting. Pada fase yang sangat menentukan ini siswa diharuskan membuat konjektur dari jawaban yang didapatnya, serta mencek kebenarannya, yang secara terperinci siswa diharap melakukan hal-hal sebagai berikut:

ƒ mendiskusikan dan memilih cara/strategi untuk menangani permasalahan,

ƒ memilih dengan tepat materi yang diperlukan,

ƒ menggunakan berbagai macam strategi yang mungkin,

ƒ mencoba ide-ide yang mereka dapatkan pada fase 1,

ƒ memilih cara-cara yang sistematis,

ƒ mencatat hal-hal penting,

ƒ bekerja secara bebas atau bekerja bersama-sama (atau kedua-duanya),

ƒ bertanya kepada guru untuk mendapatkan gambaran strategi untuk penyelesaian,

ƒ membuat konjektur atau kesimpulan sementara,

(49)

(c) Fase menjawab dan mengomunikasikan jawaban. Setelah memecahkan masalah, siswa harus diberikan pengertian untuk mencek kembali hasilnya, apakah jawaban yang diperoleh itu cukup komunikatif/dapat dipahami oleh orang lain, baik tulisan, gambar ataupun penjelasannya. Pada fase ini siswa dapat terdorong untuk melihat dan memperhatikan apakah hasil yang dicapainya pada masalah ini dapat digunakan pada masalah lain. Jadi pada intinya fase ini siswa diharapkan berhasil:

ƒ mencek hasil yang diperolehnya,

ƒ mengevaluasi pekerjaannya,

ƒ mencatat dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh dengan berbagai cara,

ƒ mentransfer keterampilannya untuk diterapkan pada persoalan yang lebih kompleks.

4. Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Investigasi (a) memberikan informasi dan instruksi yang jelas,

(b) memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukkan cara penyelesaiannya),

(50)

D. Materi Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu :

ƒ menjelaskan jenis - jenis segitiga berdasarkan sisi - sisinya;

ƒ memahami konsep keliling dan luas segitiga;

ƒ memahami konsep keliling dan luas jajargenjang;

ƒ menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan jajargenjang.

2. Pengertian Segitiga

Perhatikan sisi - sisinya, ada berapa sisi - sisi yang membentuk segitiga ABC? Sudut - sudut yang terdapat pada segitiga ABC? Sisi - sisi yang membentuk segitiga ABC berturut - turut adalah AB, BC, dan AC. Sedangkan sudut - sudut yang terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut :

ƒ ∠ A atau

BAC atau

CAB

ƒ

B atau

ABC atau

CBA

ƒ

C atau

ACB atau

BCA

Jadi, ada tiga sudut yang terdapat pada segitiga ABC. Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

C

(51)

Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut.

3. Jenis-Jenis Segitiga

a. Berdasarkan panjang sisi - sisinya :

ƒ Segitiga sembarang

Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak

sama panjang. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 (i)

dimana AB ≠BC ≠ AC. ƒ Segitiga sama kaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua

buah sisi sama panjang. Seperti ditunjukkan pada Gambar

2.1 (ii) merupakan segitiga sama kaki ABC dengan AB =

BC.

ƒ Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah

sisi sama panjang dan tiga buah sudut sama besar. Segitiga

ABC pada Gambar 2.1 (iii) merupakan segitiga sama sisi

dengan AB = BC = AC dans

A =

B =

C.

Gambar 2.1 Jenis - jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisinya

A

B C

A

B C

A B

(i) (ii) (iii)

(52)

b. Berdasarkan besar sudutnya :

ƒ Segitiga tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya

tumpul (besar salah satu sudutnya > 90ÿ). Seperti pada gambar 2.2 (i) merupakan segitiga tumpul di sudut C.

ƒ Segitiga lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya lancip

(besar ketiga sudutnya < 90ÿ). Seperti pada gambar 2.2 (ii) merupakan segitiga lancip, karena ketiga sudutnya lancip.

ƒ Segitiga siku - siku

Segitiga siku - siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya

siku - siku (besar salah satu sudutnya = 90ÿ) merupakan segitiga siku - siku di A.

Gambar 2.2 Jenis - jenis Segitiga Berdasarkan Besar Sudutnya

4. Keliling Segitiga

Keliling adalah ukuran panjang sisi yang

mengitari bangun datar. Keliling segitiga ABC

di samping merupakan panjang sisi yang

A B

C

A B

C

A B

C

A B

C

(53)

mengitari segitiga tersebut, dapat dituliskan sebagai berikut :

K = AB + BC + AC 5. Luas Segitiga

Untuk mencari luas segitiga, coba perhatikan gambar di bawah ini :

Gambar 2.3 Mencari Luas Segitiga

Dari gambar di atas dapat kita lihat bersama bahwa segitiga ABD terbentuk dari persegi panjang ABCD yang dibagi menjadi 2 bagian yang sama. Mari kita bandingkan luasnya.

Dari gambar diketahui bahwa segitiga ABD setengah dari

persegi panjang ABCD, maka luas segitiga adalah setengah dari luas

persegi. Dalam segitiga tidak menggunakan istilah panjang dan

lebar, di mana sisi bawah disebut alas (a) dan sisi tegak disebut

tinggi (t). Sehingga luasnya adalah :

A B

Luas persegi panjang ABCD adalah : L = panjang x lebar

(54)

6. Pengertian Jajargenjang

Gambar 2.4 Segitiga dan Jajargenjang

Perhatikan gambar 2.4. Pada gambar (i) diketahui segitiga ABD,

kemudian tentukan titik tengah salah satu sisi segitiga tersebut

misalnya titik tengah sisi BD dan beri nama titik O. kemudian, pada

titik yang ditentukan (titik O) putarlah segitiga ABD sebesar

setengah putaran 180 , sehingga terbentuk bangun ABCD seperti °

gambar (ii). Bangun yang terbentuk itulah yang dinamakan bangun jajargenjang.

Dengan demikian, dapat dikatakan sebagai berikut :

Jajargenjang adalah bangun segi empat yang dibentuk dari sebuah segitiga dan bayangannya yang diputar setengah putaran (180°) pada titik tengah salah satu sisinya.

Sifat - sifat jajargenjang

(i) sisi - sisi yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama

panjang dan sejajar;

(ii) sudut - sudut yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama

besar;

A B

D

O

C

(ii)

A B

D

O

(55)

(iii)jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap

jajargenjang adalah 180°;

(iv) pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi dua

sama panjang;

7. Keliling Jajargenjang

Keliling jajargenjang ABCD di

samping merupakan panjang sisi

yang mengitari jajargenjang tersebut,

dapat dituliskan sebagai berikut :

K = AB + BC + CD + AD 8. Luas Jajargenjang

Untuk dapat menemukan luas jajargenjang, ikuti langkah - langkah sebagai berikut :

Gambar 2.5 Mencari Luas Jajargenjang (a) gambarkan dua buah persegi panjang.

(b) potonglah salah satu persegi tersebut pada salah satu sisinya seperti gambar di bawah ini.

(c) potongan persegi tersebut, tempelkan pada sisi yang berseberangan.

A B

(56)

(d) lihat persamaan kedua bangun tersebut.

Dari persegi panjang tersebut, terbentuk jajargenjang di mana luas jajargenjang sama dengan luas persegi panjang. Pada bangun jajargenjang panjang disebut sebagai alas (a) dan lebar disebut sebagai tinggi (t). Sehingga luas jajargenjang dirumuskan sebagai berikut :

E. Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief,dkk, 1986 dalam Rahayu, 2009). Menurut Gagne (dalam Rahayu, 2009) dalam media pendidikan, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media komputer dalam bidang pendidikan mempunyai fungsi yang berbeda. Ada komputer yang berperan sebagai manager dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan Computer-Manager Instruction (CMI). Ada pula yang berperan sebagai pembantu tambahan dalam proses pembelajaran yang

panjang

lebar Luas persegi panjang adalah : L = panjang x lebar

alas

tinggi

(57)

dikenal dengan nama Computer Assisted Instruction (CAI). CAI bersifat mendukung proses pembelajaran, dimana pemanfaatannya hanya menyampaikan informasi atau isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya serta tahapan pembelajaran.

1. Beberapa pembelajaran dengan menggunakan CAI, yaitu : (a) Latihan dan praktik

Program latihan dan praktik banyak digunakan dalam pembelajaran di kelas. Program ini menyajikan masalah, dan siswa merespons dengan cara memilih di antara respons-respons yang tersedia. Program latihan dan praktik ini digunakan dalam pembelajaran dengan asumsi bahwa suatu konsep, aturan atau kaidah atau prosedur telah diajarkan kepada siswa.

(b) Tutorial

(58)

(c) Simulasi

Program simulasi pada komputer merupakan suatu program yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi, suasana pembelajaran akan menyerupai seperti kehidupan nyata sehingga siswa akan memperoleh suatu pengalaman belajar yang menyerupai kehidupan nyata.

(d) Pengajaran dengan instruksi komputer

Program pengajaran yang diatur oleh komputer adalah suatu program yang dibuat oleh perancang pembelajaran untuk meningkatkan kemajuan siswa dalam urutan intruksional yang terencana. Program ini merupakan suatu program interaktif yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan siswa serta mencatat keberhasilan siswa dan dapat dibandingkan dengan siswa-siswa yang lainnya.

2. Efek penggunaan komputer dalam pembelajaran

Menurut Berger (dalam Ayunika, 2008 : 10), penggunaan komputer dalam pembelajaran memberikan perubahan sebagai berikut :

(a) Pengajaran bergeser dari instruksi dalam kelas besar ke kelompok kecil. Pengajaran bergeser dari sistem kelompok besar ke individual,

(59)

(c) Perubahan dari kebiasaan bekerja dengan siswa yang lebih pandai ke bekerja dengan siswa yang kurang mampu. Dalam sistem kelas besar, kebanyakan hanya siswa pandai yang terlibat kerjasama dengan guru,

(d) Siswa - siswa mempunyai keterlibatan lebih daripada kelas besar karena setiap siswa harus menghadapi monitirnya sendiri - sendiri dan mengerjakan tugasnya,

(e) Perubahan dari semua siswa belajar hal yang sama ke setiap siswa belajar berbeda. Setiap siswa dapat memilih bahan, cara, dan waktu yang berlainan.

(f) Perubahan dari pemikiran verbal ke integrasi pemikiran visual dan verbal yang lebih membantu siswa memahami bahan,

(g) Perubahan dafi feedback tidak langsung, ke feeddback langsung dan cepat, sehingga siswa dapat langsung mengerti.

F. Keaktifan Siswa

(60)

mengerjakan tugas yang diberikan guru, (3) mampu menjawab pertanyaan, dan (4) senang diberi tugas belajar. Seorang pakar pendidikan, Trinandita (Ahmad, 2010 dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/ diakses tanggal 7 Mei 2011) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Hal ini juga serupa didukung oleh Hermawan (Ardianzah, 2011 dalam http://panduan-skripsi.blogspot.com/2011/01/ pengertian-keaktifan-belajar-siswa.html diakses tanggal 7 Mei 2011), keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.

G. Hasil Belajar

(61)

Selain itu Sudjana juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Junaidi (2011 dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02/hasil-belajar/ diakses tanggal 7 Mei 2011) mengatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmadi (Junaidi, 2011 dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02/ hasil-belajar/ diakses tanggal 7 Mei 2011) bahwa “ Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian dalam bentuk prestasi belajar pada saat mengikuti tes sebagai hasil dari usaha atas kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

H. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, maka kerangka berpikir peneliti dapat dijelaskan sebagai berikut :

(62)
(63)
(64)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan

kuantitatif. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena penelitian

yang dilaksanakan ini akan menghasilkan data deskriptif berupa perilaku atau

tindakan siswa yang diamati selama proses pembelajaran. Sedangkan

menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar siswa berupa nilai atau angka dari tes hasil belajar

yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi media pembelajaran

berbasis komputer. Penelitian ini difokuskan pada tindakan - tindakan yang

memberikan kontribusi untuk mencapai hasil belajar siswa secara maksimal

serta tindakan - tindakan yang melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran matematika dalam pokok bahasan segitiga dan jajargenjang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Seyegan, Pundong, Bantul,

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakasanakan pada semester gasal tahun ajaran

(65)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri

Seyegan, Pundong, Bantul.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah efektivitas penerapan

pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi dengan media

pembelajaran berbasis komputer khususnya pada materi segitiga dan

jajargenjang.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat dan

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang

dicapai siswa setelah diberikan treatmen pembelajaran yang menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe investigasi yang dilengkapi dengan media

pembelajaran berbasis komputer, serta keaktifan siswa selama mengikuti

proses pembelajaran tersebut. Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini

adalah pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

investigasi yang dilengkapi media pembelajaran berbasis komputer pada

materi segitiga dan jajargenjang.

E. Bentuk Data

(66)

(1) Data Keterlibatan Siswa

Dalam penelitian ini dilakukan pemungutan data keterlibatan siswa,

yaitu data yang diambil melalui pengamatan langsung oleh observer di

kelas untuk mengukur tingkat keaktifan siswa, dilihat dari seberapa

banyak siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan

siswa tersebut berhubungan dengan tindakan - tindakan yang dilakukan

siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

(2) Data Hasil Belajar Siswa

Dalam penelitian ini dilakukan pemungutan data hasil belajar siswa

berupa nilai yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar. Dari tes yang

dilakukan tersebut diperoleh data berupa jawaban - jawaban siswa yang

kemudian diberi skor dan dianalisis berdasarkan kriteria nilai dan kriteria

ketuntasan minimal.

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

(1) Metode Pengumpulan Data

 Data Keterlibatan Siswa dikumpulkan melalui :

Observasi, dilakukan sebagai salah satu alat untuk pengumpulan

data dengan cara pengamatan langsung terhadap siswa berkaitan

dengan keterlibatan mereka dalam diskusi kelompok. Data yang

diperoleh dapat digunakan untuk menentukan tingkat keaktifan siswa

(67)

 Data Hasil Belajar Siswa dikumpulkan melalui :

Tes hasil belajar, yang dilaksanakan pada akhir pertemuan.

Keberhasilan penelitian ini dilihat dari setidaknya ada 70 % siswa

yang nilainya mampu mencapai kriteria nilai baik dan kriteria

ketuntasan dari hasil tes yang diberikan.

(2) Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam instrumen

meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

(i) Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi

pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan, serta skenario

pembelajaran yang dilampiri dengan materi dan lembar kerja siswa

(LKS) pada setiap pertemuan. Dalam kegitian pembelajaran, peneliti

lebih berperan sebagai fasilitator sehingga kegiatan pembelajaran

cenderung terbuka. LKS berisi suatu masalah problematik dimana

siswa harus melakukan penyelidikan bersama teman dalam

kelompok.

Dalam kegiatan inti, peneliti menekankan pada kegiatan

penyelidian (investigasi), dimulai dengan memunculkan

permasalahan matematika, peneliti memberikan LKS agar siswa

dapat melakukan eksplorasi, kemudian siswa dibimbing dalam

(68)

dari permasalahan tersebut. Dalam penyampaian meteri

pembelajaran dibantu dengan media pembelajaran berbasis

komputer. Materi yang akan diberikan pada penelitian ini adalah

materi bangun datar (segitiga dan jajargenjang). Berikut kisi - kisi

penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Standar Kompetensi :

6. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana

dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar :

6.1 Menentukan keliling dan luas segitiga dan jajargenjang

6.2 Menyelesaikan masalah yang berkaiatan dengan keliling dan

luas segitiga dan jajargenjang

Indikator :

1. Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas segitiga;

2. Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas

jajargenjang;

3. Menyelesaikan soal yang berhubungan dengan keliling dan

luas segitiga; dan

4. Menyelesaikan soal yang berhubungan dengan keliling dan

(69)

Tabel 3.1

Kisi - kisi Penyusunan RPP

Pertemuan Pertama

Kompetensi Dasar Skenario Pembelajaran

6.1 Menentukan keliling dan luas

segitiga dan jajargenjang

 Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas

segitiga

1. Pendahuluan

a. Apersepsi : diungkap kembali pemahaman siswa

tentang bangun - bangun geometri datar.

b. Motivasi : Siswa diminta perhatiannya, mengingat

materi ini perlu mendapat perhatian khusus untuk

dapat memahaminya.

2. Kegiatan inti

a. Peneliti membagi kelas menjadi 7 kelompok,

dengan masing - masing kelompok terdiri 4 - 5

siswa.

b. Peneliti membagikan LKS yang akan dikerjakan

secara kelompok. Kegiatan pertama berisi perintah

agar siswa menyelidiki 3 bangun datar segitiga

yang telah didapat masing - masing kelompok,

kemudian siswa diminta untuk mengukur panjang

sisi - sisi dan besar sudut – sudutnya. Selanjutnya

dengan bimbingan guru, siswa diminta

menyebutkan sifat dari masing – masing segitiga.

c. 3 kelompok diminta mempresentasikan serta

mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya di

depan kelas, sementara kelompok lain boleh

memberikan komentar.

d. Peneliti membimbing siswa melakukan kegiatan

selanjutnya, dimana siswa masih dalam

kelompoknya diminta untuk mengukur panjang sisi,

dan besar sudutnya kemudian menyebutkan jenis

masing - masing bangun datar segitiga pada LKS.

e. 4 Kelompok diminta mempresentasikan hasil

pekerjaan kelompoknya.

f. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti

(70)

matematika mengamati jalannya kegiatan untuk

melihat keterlibatan siswa baik dalam diskusi

kelompok, maupun diskusi kelas.

3. Penutup

a. Peneliti bersama - sama dengan siswa membuat

kesimpulan mengenai jenis - jenis segitiga menurut

panjang sisinya.

b. Peneliti memberikan PR

Pertemuan Kedua

Kompetensi Dasar Skenario Pembelajaran

6.1 Menentukan keliling dan luas

segitiga dan jajargenjang

 Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas

segitiga

1. Pendahuluan

a. Membahas PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumya.

b. Apersepsi : diungkap kembali pemahaman siswa

tentang rumus keliling dan luas bangun - bangun

geometri datar segi empat yang sudah pernah

didapat.

c. Motivasi : Siswa diminta perhatiannya, mengingat

materi ini perlu mendapat perhatian khusus untuk

dapat memahaminya.

2. Kegiatan inti

a. Peneliti membagi kelas menjadi 7 kelompok,

dengan masing - masing kelompok terdiri 4 - 5

siswa.

b. Peneliti menanyakan kepada siswa maksud dari

keliling suatu bangun datar, kemudian meminta

siswa untuk menyelidiki kasus nyata dalam

kehidupan sehari - hari berhubungan dengan

keliling.

c. Peneliti membagikan LKS yang akan dikerjakan

secara kelompok. Pada kegiatan pertama berisi

perintah agar siswa menyelidiki 4 buah segitiga

kemudian dapat menemukan kelilingnya.

(71)

Kompetensi Dasar Skenario Pembelajaran

membuat dua buah persegi panjang dari kertas lipat

origami, kemudian salah satu dari persegi panjang

tersebut dipotong menurut salah satu diagonalnya

sehingga terbentuk dua buah segitiga. Dari alat

peraga yang telah dibuat siswa, peneliti membantu

siswa untuk menyelidiki hubungan dari kedua

bangun datar tersebut (persegi panjang dan

segitiga) sehingga nantinya didapatkan rumus

untuk mencari luas segitiga.

e. Beberapa kelompok diminta mengerjakan di depan

kelas terkait perintah pada LKS kegiatan pertama

dan salah satu kelompok mempresentasikan serta

mempertanggung-jawabkan hasil pekerjaannya

terkait perintah pada LKS kegiatan kedua di depan

kelas, sementara kelompok lain boleh memberikan

komentar.

f. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti

dibantu 2 rekan peneliti dan guru mata pelajaran

matematika mengamati jalannya kegiatan untuk

melihat keterlibatan siswa baik dalam diskusi

kelompok, maupun diskusi kelas.

3. Penutup

a. Peneliti bersama - sama dengan siswa membuat

kesimpulan mengenai rumus keliling dan luas pada

bangun segitiga.

b. Peneliti memberikan PR

Pertemuan Ketiga

Kompetensi Dasar Skenario Pembelajaran

6.1 Menentukan keliling dan luas

segitiga dan jajargenjang

 Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas

jajargenjang

1. Pendahuluan

a. Membahas PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumya.

b. Apersepsi : diungkap kembali pemahaman siswa

Gambar

Gambar 2.1 Jenis - jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisinya  ...................  29
gambar ataupun penjelasannya. Pada fase ini siswa dapat
Gambar 2.1 Jenis - jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisinya
gambar 2.2 (i) merupakan segitiga tumpul di sudut C.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi abu Kelud 2014 sebagai bahan adsoben ion logam Cu(II) dan Ni(II) dengan rincian sebagai berikut: (1) mengetahui konsentrasi maksimum

Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur yang diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa D alam Pembelajaran Ipa Materi. Kenampakan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor 50e/BAHPL/Pj/BPAD/2014 tanggal 16 April 2014 dan Penetapan Penyedia Nomor 52f/PP/Pj/BPAD/2014 tanggal 17 April 2014 kami

Assuming that the expectations theory holds, what does the market expect the yield on 2-year Treasury securities to be five years from

saham sebagai bagi an dari perseroan t erhadap ti ndakan at au perbuat an yang. dilakukan ol eh

Mereka mengatakan sekecil apapun perubahan yang terjadi demi meningkatkan kesehatan mereka itu sudah sangatlah berarti terkhususnya bagi para penderita gangguan

[r]