• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Harga Saham

Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price ).

Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Menurut Salim (2012:55-56), pergerakan harga saham tersebut setidaknya ada tiga macam yaitu :

1. Bullish, yaitu dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagi macam sebab, bisa dikarenakan keadaan finansial secara global atau kebijakan manajemen perusahaan.

2. Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan penjualan di harga rendah dan rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang bila ada informasi akurat harga saham bisa naik di masa depan.

(2)

3. Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik mendatar dari waktu ke waktu.

Menurut Sunariah (2006:131), pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham yaitu:

1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

2. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi perdagangan I, yaitu jam 09.30 pagi.

3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir yang terjadi.

7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.

2.2 Penilaian Harga Saham

Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.

(3)

Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301).

2.3 Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Salah satu kelebihan pasar modal adalah kemampuannya dalam menyediakan modal dalam jangka panjang dan tanpa batas (Widoatmodjo, 2009:4). Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, dan produk turunan atau biasa disebut derivative. Contoh produk derivative di pasar modal adalah kontrak berjangka (future) dan kontrak opsi (option) (Tandelilin, 2010:31).

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Pasar Modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangann efek,perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian bursa efek menurut UU No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka ( Sartono,2010:22).

Pengertian pasar modal dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu pasar pertama (perdana), pasar kedua (sekunder), pasar ketiga, dan pasar keempat (Samsul, 2006:46). Berikut pengertian dan ciri-ciri dari keempat pasar tersebut.

(4)

1. Pasar Pertama (Perdana)

Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Di sini dikatakan tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan pesanan sekaligus membayar uang pesanan. Dikatakan sarana karena si pembeli dapat memesan melalui telepon dari rumah dan membayar dengan cara mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual. Perusahaan yang tadinya milik perorangan atau beberapa pihak saja, sekarang menawarkan kepada masyarakat umum. Penawaran umum awal ini,yang disebut juga initial public offering (IPO), telah mengubah status dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka (Tbk.).

Ciri-ciri pasar perdana adalah:

a. Emiten menjual saham kepada masyarakat luas melalui penjamin emisi dengan harga yang telah disepakati antara emiten dan penjamin emisi seperti yang tertera dalam prospektus, atau ada ancer-ancer harga apabila menggunakan sistem book-building.

b. Pembeli tidak dipungut biaya transaksi.

c. Pembeli belum pasti memperoleh jumlah saham sebanyak yang dipesan, apabila terjadi over-subscribed.

d. Investor membeli melalui penjamin emisi ataupun agen penjual yang ditunjuk. e. Masa pesanan terbatas.

(5)

f. Penawaran melibatkan profesi seperti akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai.

g. Pasar perdana disebut juga dengan istilah pasar primer (primary market) dan pasar kesatu (first market).

2. Pasar Kedua

Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung di lantai perdagangan (trading floor), seperti BEJ. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak berada dalam satu gedung, tetapi dalam satu jaringan sistem perdagangan (seperti Bursa Efek Surabaya) dan kantor perantara efek tersebar di beberapa kota. Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor ini disebut juga dengan istilah order driven market.

Ciri-ciri pasar kedua adalah:

a. Harga terbentuk oleh investor (order driven) melalui perantara efek (anggota bursa) yang berdagang di Bursa Efek.

b. Transaksi dibebani biaya jual dan beli. c. Pesanan dapat berjumlah tak terbatas.

d. Anggota bursa memasukkan tawaran jual/beli investor ke dalam komputer perdagangan yang disediakan oleh pihak bursa.

(6)

e. Anggota bursa beli menyelesaikan pembayaran dana kepada Sentral Kliring, kemudian menerima sahamnya dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kustodian dengan menunjukkan bukti pembayaran dari Sentral Kliring.

f. Anggota bursa jual menyelesaikan penyerahan saham kepada Sentral Kustodian, kemudian menerima dana dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kliring dengan menunjukkan bukti penyerahan efek dari Sentral Kustodian.

g. Pasar kedua disebut juga dengan istilah bursa efek atau secondary market. 3. Pasar Ketiga

Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih market maker yang memberi harga terbaik. Market maker adalah anggota bursa.

Ciri-ciri pasar ketiga adalah:

a. Harga dibentuk oleh market maker atau disebut dealer driven market. b. Investor membeli dan menjual dari dan ke market maker.

c. Jumlah market maker banyak sehingga investor dapat memilih harga terbaik. d. Perdagangan dilaksanakan di kota-kota besar dalam satu jaringan nasional. e. Market maker berdagang dari kantor masing-masing melalui jaringan

komputer.

f. Mesin utama ada di OTC Market Pusat yang terhubung dangan mesin di kantor market maker di kota-kota lain.

(7)

h. Market maker menyelesaikan pembayaran dengan Sentral Kliring dan menyelesaikan penyimpanan efek dengan Sentral Kustodian.

i. Market maker menjadi anggota bursa OTC market dan anggota kliring/kustodian.

j. Pasar ketiga disebut juga Over The Counter (OTC) market. 4. Pasar Keempat

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa.

Ciri-ciri pasar keempat adalah:

a. Investor beli dan investor jual bertransaksi langsung lewat ECN.

b. Harga terbentuk dalam tawar menawar langsung antara investor beli dan investor jual.

c. Investor menjadi ECN, central custodian, dan central clearing.

d. ECN, central custodian, dan central clearing terjalin dalam satu sistem jaringan perdagangan.

e. ECN terdaftar sebagai Bursa Efek. 2.4 Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa

(8)

mendatang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Tandelilin (2010:4-5), ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang.

2. Mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak.

Menurut Halim (2005:4), pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Investasi pada asset-asset finansial (financial assets). Investasi pada asset-asset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, dan surat berharga pasar uang. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, dan opsi. 2. Investasi pada asset-asset riil (real assets). Investasi pada asset-asset riil dapat

berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya.

Menurut Jogiyanto (2003:7-11), investasi pada asset-asset finansial dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market) atau di pasar turunan (derivative market). Investasi ini dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang

(9)

lain. Sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

2.5 Makro Ekonomi

Menurut Utami dan Rahayu (2003), menyatakan ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu (GDP) Gross domestic Product, inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun, indikator makro ekonomi yang dinilai relevan dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar.

2.5.1 Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja dan Mandala, 2008:359). Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi :

• Kenaikan Harga • Bersifat Umum

• Berlangsung Terus-Menerus

Menurut Samsul (2006:201), tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang tinggi dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi menjadi lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Informasi ini perlu diketahui

(10)

oleh investor untuk mempertimbangkan jenis efek yang akan dibeli. Pada dasarnya kenaikan laju inflasi tidak disukai oleh para investor karena akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya berdampak buruk terhadap harga dan pendapatan (Samuelson,2004:219).

2.5.2 Suku Bunga

Suku bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Suatu rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dari penabung akan diperoleh. Pada suku bunga rendah investor tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi atu berinvestasi daripada menabung. Dengan demikian apabila suku bunga rendah masyarakat cenderung menambah pengeluaran konsumsinya atau pengeluaran untuk berinvestasi (Sukirno, 2006:128).

Menurut Samsul (2006:201), kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito. Tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito (Tandelilin, 2010:103).

(11)

2.5.2.1 Fungsi Suku Bunga Dalam Perekonomian

Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain (Sunariah, 2006:80-81):

1. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana yang lebih untuk di investasikan.

2. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang beredar dalam suatu perekonomian.

4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi.

2.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga selain perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keadaan permintaan dan penawaran (Brigham dan Houston, 2001: 158) adalah:

1. Kebijakan Bank Sentral

2. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 3. Neraca perdagangan luar negeri

4. Tingkat kegiatan usaha

(12)

Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi tercermin akibat perubahan harga saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceteris paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya dari saham. Apabila saham dikatakan overvalued, saham tersebut akan banyak dijual, dengan kata lain bahwa permintaan lebih kecil daripada penawaran akan mengakibatkan harga saham tersebut turun. Demikian pula sebaliknya apabila suku bunga menurun maka harga saham akan menjadi naik, hal tersebut dapat terjadi disebabkan jumlah saham yang diminta akan menjadi banyak (undervalued), yang sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran maka harga akan naik atau lebih tinggi (Tandelilin,2010:101)

2.5.3 Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain (Samuelson, 2004:305). Nilai tukar ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. Kurs valuta asing (USD) yang bergejolak terlalu tinggi sehingga rupiah mengalami depresiasi akan menyebabkan memburuknya sektor perekonomian secara menyeluruh dan perdagangan saham di pasar menjadi lesu. Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange market menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami depresiasi berarti, permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan

(13)

terhadap mata uang luar negeri (dollar). jika nilai tukar mengalami depresiasi (dollar menjadi lebih mahal), maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan asing, yaitu: 1. Faktor pembiayaan impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka

semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.

2. Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia keluar negeri.

3. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama, yaitu:

1. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh

(14)

suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.

2. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (portofolio investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment). 2.5.3.1 Teori Nilai Tukar

1. Balance of Payment Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan permintaan dan penawaran tersebut adalah Balance of payment. Apabila Balance of payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil daripada pengeluaran (arus uang keluar), maka permintaan terhadap akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan sebaliknya.

2. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut dengan Low of

(15)

One Price sebagai dasar. Low of One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama.

3. International Fisher Effect

Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara dibanding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.

2.5.3.2 Jenis-jenis Kurs

Jenis-jenis Kurs (Samuelson, 2004:319) adalah:

1. Kurs fleksibel yang bebas adalah kurs yang murni ditentukan oleh permintaan dan penawaran tanpa intervensi pemerintah.

2. Kurs tetap adalah ketika pemerintah menetapkan suatu kurs resmi, yang dipertahankan melalui intervensi dan kebijakan moneter.

3. Kurs terkendali adalah gabungan kurs tetap dan fleksibel dengan pemerintah yang berusaha mempengaruhi kurs secara langsung dengan membeli atau menjual mata uang asing atau secara tidak langsung melalui kebijakan moneter, dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga.

(16)

2.5.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan kurs valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004: 402-403), yaitu:

1. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut.

2. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang di impor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat menyebabkan ekspor meningkat. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.

(17)

3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)

Inflasi yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap kurs atau nilai tukar negara tersebut. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yaitu inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan dengan harga barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor akan menurun karena harganya terlalu mahal.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama di akibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan naik yang akan mengakibatkan harga saham akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan ekonomi tersebut mengakibatkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan menjadi turun yang akan berdampak terhadap penurunan harga saham.

5. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri, dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat pengembalian tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri.

(18)

2.5.3.4 Hubungan Nilai Tukar Dengan Harga Saham

Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena adanya berbagai faktor dan kondisi yang berbeda sehingga mempengaruhi kurs valas di masing-masing tempat. Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing merupakan hal yang penting bagi pelaku pasar modal di Indonesia. Karena kurs valas sangat mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Serta besarnya biaya yang akan diperoleh dalam transaksi saham dan surat berharga di bursa pasar modal. Fluktuasi kurs yang tidak stabil akan dapat mengurangi tingkat kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya akan menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal dan hal ini akan berimbas pada menurunnya harga saham. ( Nasir, 2010)

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Widayani pada tahun 2010 dengan judul “ Pengaruh ROA, EPS, Current Rasio, DER, dan Inflasi terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh dari ROA, EPS, Current Rasio, DER, dan Inflasi terhadap Harga Saham. Peneliti Menggunakan analisis regresi berganda dimana, ROA dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Matriadi pada tahun 2007 dengan judul “ Pengaruh Financial Leverage dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham

(19)

pengaruh variabel makroekonomi yaitu tingkat inflasi dan Financial Leverage terhadap Harga Saham LQ 45 di BEJ. Hasil penelitian tersebut memberi kesimpulan bahwa Variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap Harga Saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Anri Ayen Pane pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri tekstil di BEI. Variabel risiko sistematis yang diukur dengan indeks beta tidak berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. Variabel nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. Variabel suku bunga tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

Meilinda melakukan penelitian pada tahun 2012 yang berjudul”Pengaruh Rasio Profitabilitas dan EVA Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur”. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Profitabilitas yang Diukur Dengan ROA Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Harga Saham.

2.7 Kerangka Konseptual

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari

(20)

peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi yang semakin tinggi akan mengindikasikan turunnya permintaan uang. Hal ini akan nampak dari pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham menjadi turun (Samsul, 2006:201).

Suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap harga saham. Hal ini disebabkan apabila tingkat suku bunga meningkat, orang cenderung untuk menabung daripada menginvestasikan modalnya dengan harapan resiko yang diharapkan lebih kecil dibandingkan bila menginvestasikan modalnya dalam bentuk saham. Tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito (Tandelilin, 2010:103).

Nilai tukar memiliki hubungan negatif terhadap harga saham, yaitu jika nilai tukar mengalami depresiasi (dollar menjadi lebih mahal), maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh tingkat

(21)

inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham di tunjukkan pada Gambar 2.1. Sumber: Tandelilin (2010) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

“Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia”.

Tingkat Inflasi (𝑋𝑋1)

Suku Bunga (𝑋𝑋2)

Nilai Tukar (𝑋𝑋3)

Referensi

Dokumen terkait

Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan

Selain itu kami juga melakukan analisa kadar inhibin A serum dan plasenta antara early onset preeclampsia (preeklamsia yang terjadi pada usia kehamilan < 34

Sehubungan dengan lokasi perumahan tertata tersebut dilakukan penelitian tentang perkembangan perumahan di sebelah Barat dan Timur Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Sunggal dan

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara informasi jadwal pemberian imunisas dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35

Responden yang terhormat, sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir skripsi untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana Strata-1 (S1) pada Program Studi Akuntansi

Melalui penelaahan dan penelitian terhadap kitab Adab Al Mufrad karya Imam Bukhari dan relevansinya dengan pendidikan karakter di Indonesia, maka dapat ditarik

Pada siklus II pelaksanaan tindakan terus dikembangkan dan terus diperbaiki dan hasilnya beberapa indicatorberhasil dituntaskan antara lain guru telah secara baik