ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN TASIKMALAYA PERIODE 2004-2010
Yosep Nugraha
Jurusan Ekomomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi no. 24 Tasikmalaya 46115, Telp (0265) 323537
ABSTRACT
The purpose of this research is : (a) how much the influence of sectoral GDRP and district minimum wage (UMK) on employment in the District of Tasikmalaya the period of 2004 – 2010 (b) how much the influence of GDRP and sectoral minimum wage (UMK) on employment in the District of Tasikmalaya the period of 2004 – 2010.
Data used in this research were times series data for 7 years. Data from the Department of Social Work Force and Transmigration (Dinsosnakertrans) and the Central Statistics Agency (BPS) District Tasikmalaya. The research method used is ordinary least squares (OLS) with the tools of analysis: correlationt analysis (R), coefficient analysis of determinant (R2), and elasticity analysis, while examination taken is test F, test t, test autocorrelation, test of multicolinearity, heteroscedasticity test by using calculation of program of Eviews 6.0. Based on these results the authors draw some conclusions as follows:
1. Sectoral GDRP significant effect on employment in all sectors except the electricity sector, the financial sector and the transport sector and district minimum wage (UMK) significant effect on sectoral employment in all sectors except mining sector, industry sector, and the electricity sector.
2. GDRP and the Minimum Wage (UMK) significant effect on employment.
Keywords : Sectoral GDRP, District Minimum Wage (UMK), Sectoral Employment
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (a) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB Sektoral dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya Periode 2004 – 2010, (b) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya Periode 2004 – 2010.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data times series selama 7 tahun. Data diperoleh dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah ordinary least square (OLS) dengan alat analisis: analisis korelasi (R), analisis koefisien determinasi (R2), dan analisis elastisitas, sedangkan pengujian yang dilakukan adalah Uji F, Uji t, Uji autokorelasi, Uji multikolinieritas, Uji normalitas, dan Uji heteroskedastis dengan menggunakan perhitungan program Eviews 6.0.
Berdasarkan hasil penelitian penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. PDRB sektoral berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di semua sektor kecuali sektor listrik, sektor keuangan, dan sektor pengangkutan dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di semua sektor kecuali sektor pertambangan, sektor industri, dan sektor listrik.
2. PDRB dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kata Kunci : PDRB Sektoral, Upah Minimum Kabupaten (UMK), Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Strategi pembangunan idealnya berdasarkan pada pemerataan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pembangunan secara keseluruhan bisa dikatakan baik apabila sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya yang berupa modal dapat di kelola dengan baik. Peningkatan efisiensi, produktifitas, kreatifitas dan partisipasi sumber daya manusia akan menjadi motor penggerak utama pembangunan
Persoalan pokok yang dihadapi pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam bidang ketenagakerjaan adalah kelebihan tenaga kerja serta kecilnya kesempatan kerja yang ada pada setiap sektor sehingga menyebabkan terjadinya pengangguran. Pengangguran terjadi sebagai akibat terjadinya ketidakseimbangan antara percepatan jumlah angkatan kerja dengan pergerakan kesempatan kerja. Pengangguran jika tidak ditangani secara baik merupakan suatu pemborosan yang menjadi beban bagi masyarakat, namun disisi lain jika dikelola secara tepat, pengangguran dapat menjadi sumber daya yang produktif dan menjadi aset bangsa yang sangat tinggi nilainya.
Penciptaan dan penyediaan lapangan pekerjaan merupakan misi pemerintahan dalam mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk itu pemerintah Kabupaten Tasikmalaya terus berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan titik berat pada jenis keahlian yang dapat mendukung pembangunan ekonomi, pendidikkan dan , kesehatan. Penyediaan lapangan kerja sangat berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
maka mengindikasikan kegiatan perekonomian yang semakin berarti pelibatan banyak tenaga kerja yang diperlukan dalam menggerakkan roda perekonomian.
Kemampuan penciptaan dan perluasan lapangan kerja di Kabupaten Tasikmalaya diarahkan pada upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor. Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Kabupaten Tasikmalaya Periode 2004 – 2010”
2.1 Identifikasi Masalah
Sebagaimana latar belakang di atas, penulis kemudian mengidentifikasi dua permasalahan pokok yang akan ditelaah lebih jauh dalam penelitian ini :
1. Bagaimana pengaruh PDRB sektoral dan upah minimum Kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmalaya periode 2004-2010? 2. Bagaimana pengaruh PDRB dan upah
minimum Kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode 2004-2010?
2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Penngertian PDRB
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan
ekonomi
suatu
negara/wilayah/daerah.
Pertumbuhan
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto
yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam
wilayah tertentu, atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
(BPS Kabupaten Tasikmalaya)
.
2. Pengertian Upah
UU No. 13 Tahun 2003 khususnya
pasal 1 ayat 30 tentang ketenaga kerjaan
yang
berbunyi:
Upah
adalah
hak
pekerja/buruh
yang
diterima
dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja
kepada
pekerja/buruh
yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian
kerja,
kesepakatan,
atau
peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan
bagi
pekerja/buruh
dan
keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
3. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut
Undang-undang No. 13
Tahun 2003 Pasal 1
, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu
melakukan
pekerjaan
guna
menghasilkan barang dan jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk kebutuhan masyarakat.
2.5 Hipotesis
Hipotesis menurut (Suharsimi Arikunto, 1996) diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Diduga PDRB sektoral dan Upahminimum kabupaten (UMK)
berpengaruh positif terhadap jumlah
penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2004-2010.
2.
Diduga PDRB dan Upah minimum kabupaten (UMK) berpengaruh positif terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2004-2010.3. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah data tenaga kerja sektoral dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu PDRB sektoral dan Upah Minimum Kabupaten (UMK), di Kabupaten Tasikmalaya periode 2004-2010. Sedangkan data yang digunakan adalah data time series yang berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Sosial, Tenaga kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Tasikmalaya.
3.2 Metode Penelitian
Menurut (Winarno Surakhman, 1995) Metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang tertuju pada. Pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, dengan cara mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai objek yang diteliti.
Pembahasan dalam penelitian ini akan dilanjutkan dengan menguraikan hasil penemuan empirik mengenai analisis beberapa variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.
3.3 Model Penelitian
Dalam menganalisis hubungan antara PDRB dan tingkat upah (UMK) terhadap
penyerapan tenaga kerja sektoral, penulis menggunakan model sebagai berikut:
L = f ( Q, W, K, R) Dimana:
L : Penyerapan Tenaga Kerja Q : Output (PDB)
W : Tingkat Upah K : Pembentukan Modal
Untuk menganalisis hubungan dari berbagai variabel bebas yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, penulis hanya membatasi pada 2 faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yaitu PDRB dan Upah Minimum Kabupaten UMK berdasarkan data time series periode 2004-2010. Hubungan antara PDRB dan Upah Minimum Kabupaten dengan penyerapan tenaga kerja dianalisis secara kuantitatif melalui metode regresi dengan menggunakan model sebagai berikut:
LnLPT = Ln β0 + β1 LnQPT + β2 LnW + e1 LnLPB = Ln β0 + β1 LnQPB + β2 LnW + e2 LnLIN = Ln β0 + β1 LnQIN + β2 LnW + e3 LnLLG = Ln β0 + β1 LnQLG + β2 LnW + e4 LnLBN = Ln β0 + β1 LnQBN + β2 LnW + e5 LnLPD = Ln β0 + β1 LnQPD + β2 LnW + e6 LnLPG = Ln β0 + β1 LnQPG + β2 LnW + e7 LnLKN = Ln β0 + β1 LnQKN + β2 LnW + e8 LnLJS = Ln β0 + β1 LnQJS + β2 LnW + e9 LnL = Ln β0 + β1 LnQ + β2 LnW + e10 Dimana:
LPT : Jumlah penyerapan tenaga kerjs di sektor
pertanian
LPB : Jumlah penyerapan tenaga kerja di
Sektor pertambangan dan bahan galian LIN : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan
LLG : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor listrik, gas, dan air bersih LBN : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor bangunan
LPD : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran
LPG : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor pengangkutan dan komunikasi LKN : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
LJS : Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor jasa
L : Jumlah penyerapan tenaga kerja total di semua sektor
QPT : PDRB pada sektor pertanian
QPB : PDRB pada sektor pertambangan dan bahan galian
QIN : PDRB pada sektor industri pengolahan
QLG : PDRB pada sektor listrik, gas, dan air bersih
QBN : PDRB pada sektor bangunan QPD : PDRB pada sektor pertambangan QPG : PDRB pada sektor pengangkutan dan komunikasi
QKN : PDRB pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan QJS : PDRB pada sektor jasa
Q : Total PDRB pada semua sektor Ln : Logaritma Natural
β0, β1, β2 : Koefisien regresi e : Error Term
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data, maka dilakukan pengolahan dan analisis data. Program yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah Program Eviews version 6.
4. Hasil Dan Pembahasan 4.1.Hasil
4.1.2. Pengaruh PDRB Sektoral dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Kabupaten Tasikmalaya Periode 2004-2010
Dengan mengolah data dari variabel yang dibutuhkan ke dalam model persamaan regresi dengan menggunakan perhitungan Eviews, maka diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pengaruh PDRB Sektoral dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Periode 2004-2010
Sektor Koefisien R R2 F β0 β 1 (PDRB) β 2 (UMK) LnLPT = 10,6482 - 0,14374 LnQ + 0,318129 LnW + e1 Pertanian 10,6482 -0,14374 (P = 0.0016*) 0,318129 (P = 0,0000*) 99% 99% 1099,687 LnLPB = -5,807239 - 0,908738 LnQ + 0,092700 LnW + e2 Pertambangan dan Galian -5,807239 -0,908738 (P = 0,0004*) 0,092700 (P = 0,2193) 98% 98% 250,0571 LnLIN = 4,063987 + 1,196181 LnQ - 0,204179 LnW + e3 Industri Pengolahan 4,063987 1,196181 (P = 0,0144*) -0,204179 (P = 0,2103) 99% 99% 455,823 LnLLG = 15,95695 - 1,697218 LnQ + 1,234565 LnW + e4
Listrik, Gas, dan
Air Bersih 15,95695 -1,697218 (P = 0,2431) 1,234565 (P = 0,0918) 90% 85% 18,31440 LnLBN = 6,400481 + 0,029858 LnQ + 0,267939LnW + e5 Bangunan 6,400481 0,029858 (P = 0,0000*) 0,267939 (P = 0,0000*) 99% 99% 2115,529 LnLPD = 10,6482 + 0,524366 LnQ + 0,614650 LnW + e6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,58574 0,524366 (P = 0,0000*) 0,614650 (P = 0,0000*) 99% 99% 2274,387 LnLPG = 7,149197 - 0,21368 LnQ + 0,291580 LnW + e7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,149197 -0,21368 (P = 0,3086) 0,291580 (P = 0,0000*) 99% 99% 2260,472 LnLKN = -19,22332 + 2,111298 LnQ - 0,568938LnW + e8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan -19,22332 2,111298 (P = 0,1105) -0,568938 (P = 0,0000)* 89% 84% 17,63461 LnLJS = 6,088625 + 0,147163 LnQ + 0,146369LnW + e9 Jasa-jasa 6,088625 0,147163 (P = 0,0513)* 0,146369 (P = 0,0122)* 90% 85% 19,10522
Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien
Determinasi (R
2)
Nilai Koefisien Korelasi R pada semua
persamaan rata-rata diatas 90% hal ini
membuktikan bahwa hubungan antara seluruh
variabel bebas dan variabel terikat adalah
sangat erat karena nilai tersebut mendekati 1.
Koefisien
determinasi
mencerminkan
besarnya pengaruh perubahan variabel bebas
dalam menjelaskan perubahan pada variabel
terikat.
Dari hasil regresi dapat dilihat bahwa
nilai R
2pada
sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor industri, sektor
bangunan, sektor perdagangan, dan sektor
pengangkutan
adalah sebesar 99% hal ini
berarti variabel PDRB sektoral dan Upah
Minimum
Kabupaten
(UMK)
dapat
menjelaskan
perubahan
pada
variabel
penyerapan tenaga kerja dan sisanya sebesar
1% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model. Sedangkan untuk
sektor listrik,
sektor keuangan, dan sektor jasa
juga
mempunyai nilai R
2yang cukup tinggi yaitu
sebesar 85% berarti variabel PDRB dan Upah
Minimum
Kabupaten
(UMK)
dapat
menjelaskan
perubahan
pada
variabel
penyerapan tenaga kerja dan sisanya sebesar
15% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk menguji tingkat
signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial. Berdasarkan
hasil regresi OLS, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa pada
level of significance
5% variabel PDRB sektoral berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat
yaitu penyerapan tenaga kerja di semua sektor
kecuali
sektor
l
istrik, sektor pengangkutan,
dan sektor keuangan
sedangkan Upah
Minimum Kabupaten (UMK) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat
yaitu penyerapan tenaga kerja di semua sektor
kecuali
sektor
pertambangan,
sektor
industri, sektor listrik,
dan jasa
. Hal ini
dapat diketahui dari nilai probabilitas
(t-statistik) yang lebih kecil dari 0,05.
Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji
F)
Untuk melihat apakah variabel bebas
mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat, dapat diketahui
dengan pengujian secara keseluruhan yaitu
melalui perbandingan F
hitungdengan F
tabel.
Adapun F
tabelyang di peroleh pada taraf
keyakinan 95% adalah 6,94. Berdasarkan
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa F
hitungdari
semua persamaan lebih dari 6,94, artinya
bahwa variabel PDRB sektoral dan upah
minimum kabupaten secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan
tenaga sektoral di Kabupaten Tasikmalaya.
Uji Normalitas
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Sektor Jaque-Bera Probabilitas Pertanian 1,554883 0,459580 Pertambangan dan Galian 0,469275 0,790858 Industri Pengolahan 0,824692 0,662095Listrik, Gas, dan
Air Bersih 0,488618 0,783246 Bangunan 0,4007851 0,815523 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,860135 0,650465 Pengangkutan dan Komunikasi 0,415015 0,812607 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,380128 0,826906 Jasa-jasa 0,723107 0,696593
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai
Jaque-Bera pada masing-masing sektor lebih
kecil dari nilai X
2yaitu sebesar 11,07048 dan
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dari
hasil tersebut terlihat bahwa semua variabel
berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan analisis multikollinearity
test dengan melihat Correlogram Of Residual
untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya
multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini
bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC)
tidak lebih dari 0,5.
Berdasarkan analisis Correlogram Of
Residual maka dapat disimpulkan bahwa
model
yang
dipakai
tidak
terdapat
multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini
bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC)
tidak lebih dari 0,5.
Uji Auto Korelasi
Tabel 4.3
Uji Auto Korelasi
Sektor
Obs*R
squared
probability
Pertanian 0,3155 Pertambangan dan Galian 0,0827 Industri Pengolahan 0,5287 Listrik, Gas, dan AirBersih 0,7738 Bangunan 0,5732 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,1614 Pengangkutan dan Komunikasi 0,5951 Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan 0,0973
Jasa-jasa 0,4856
Berdasarkan analisis Breusch-Godfrey
serial Corelation LM test maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi
yang dipakai tidak terdapat autokorelasi hal
ini bisa dilihat dari nilai Obs*R squared
probability lebih kecil dari X
2yaitu sebesar
11,07048.
Uji Heteroskedastis
Tabel 4.4
Uji Heteroskedastis
Sektor Obs*R squared Pertanian 0,1742Pertambangan dan Galian 0,1999
Industri Pengolahan 0,4424
Listrik, Gas, dan Air
Bersih 0,2634
Bangunan 0,2593
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran 0,1663
Pengangkutan dan
Komunikasi 0,3661
Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan 0,4232
Jasa-jasa 0,1409
Heteroskedastis
terjadi
apabila
variabel gangguan tidak mempunyai varians
yang sama untuk semua observasi. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melihat
White
Heteroskedasticity
Test
,
dengan
membandingkan
Obs*R squared probability
yang lebih kecil dari 0,5 berarti tidak terjadi
heteroskedastis. Dari tabel 4.4 dapat dilihat
bahwa nilai
Obs*R squared probability
tiap
sektor lebih kecil dari 0,5 berarti model yang
dipakai dalam penelitian ini lolos dari
heteroskedastis sehingga layak digunakan
sebagai model.
4.1.2. Pengaruh PDRB dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Tasikmalaya Periode 2004-2010
Tabel 4.2
Hasil Estimasi Penyerapan Tenaga Kerja Secara Total Dependent Variable: LOG(L)
Method: Least Squares Date: 08/19/12 Time: 20:38 Sample: 2004 2010
Included observations: 7
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.267631 1.385608 3.801674 0.0191 LOG(Q) 0.308386 0.092446 3.335859 0.0289 LOG(W) 0.155561 0.035349 4.400774 0.0117 R-squared 0.997835 Mean dependent var 13.50182 Adjusted R-squared 0.996752 S.D. dependent var 0.069295 S.E. of regression 0.003949 Akaike info criterion
-7.933115 Sum squared resid 6.24E-05 Schwarz criterion
-7.956296 Log likelihood 30.76590 Hannan-Quinn criter.
-8.219632 F-statistic 921.6912 Durbin-Watson stat 1.951667 Prob(F-statistic) 0.000005
Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien
determinasi (R
2)
Nilai Koefisien Korelasi (R) sebesar
0,997835 hal ini membuktikan bahwa
hubungan antara seluruh variabel bebas dan
variabel terikat adalah sangat erat karena nilai
tersebut mendekati 1. Koefisien determinasi
mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel bebas dalam menjelaskan perubahan
pada variabel terikat.
Dari hasil regresi dapat dilihat bahwa
nilai R
2adalah sebesar 0,996752 hal ini
berarti variabel PDRB dan Upah Minimum
Kabupaten
(UMK)
dapat
menjelaskan
perubahan pada variabel penyerapan tenaga
kerja sebesar 99,68% dan sisanya sebesar
0,32 dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk menguji tingkat
signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial. Berdasarkan
hasil regresi OLS, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa pada
level of significance
5% variabel PDRB dan Upah Minimum
Kabupaten
(UMK)
berpengaruh
secara
signifikan terhadap variabel terikat yaitu
penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat
diketahui dari nilai probabilitas PDRB
(0,0289) dan UMK (0,0117) yang lebih kecil
dari 0,05.
Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji
F)
Untuk melihat apakah variabel bebas
mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat, dapat diketahui
dengan pengujian secara keseluruhan yaitu
melalui perbandingan F
hitungdengan F
tabel.
Adapun F
tabelyang di peroleh pada taraf
keyakinan 95% adalah 6,94. Dari hasil
perhitungan diperoleh bahwa F
hitung921,6912
> F
tabel6,94, artinya bahwa variabel PDRB
sektoral dan upah minimum kabupaten secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap penyerapan tenaga sektoral di
Kabupaten Tasikmalaya.
Uji Normalitas
Nilai Jaque-Bera 0,654994 < 11,07048
dan probabilitasnya 0,720725 > 0,05. Dari
hasil tersebut terlihat bahwa semua variabel
berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan analisis multikollinearity
test dengan melihat Correlogram Of Residual
untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya
multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini
bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC)
tidak lebih dari 0,5.
Berdasarkan analisis Correlogram Of
Residual maka dapat disimpulkan bahwa
model
yang
dipakai
tidak
terdapat
multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini
bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC)
tidak lebih dari 0,5.
Uji Auto Korelasi
Berdasarkan analisis Breusch-Godfrey
serial Corelation LM test maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi
yang dipakai tidak terdapat autokorelasi hal
ini bisa dilihat dari nilai Obs*R squared
probability yaitu sebesar 0,5985 yang lebih
kecil dari X
2yaitu sebesar 11,07048 .
Uji Heteroskedastis
Heteroskedastis
terjadi
apabila
variabel gangguan tidak mempunyai varians
yang sama untuk semua observasi. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melihat
White
Heteroskedasticity
Test
,
dengan
membandingkan
Obs*R squared probability
yang lebih kecil dari 0,5 berarti tidak terjadi
heteroskedastis. Model yang dipakai dalam
penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal
ini dapat dilihat dari nilai
Obs*R squared
probability (
0.2915) < 0,5.
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pengaruh PDRB Sektoral dan Upah
Minimum Kabupaten (UMK)
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Periode 2004-2010
4.2.1.1.Sektor Pertanian
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum
kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral pada sektor pertanian dapat dilihat dari nilai koefisiennya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 0,14374, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan turun sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,318129, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.2. Sektor Pertambangan dan Galian Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral pada sektor pertambangan dapat dilihat dari nilai koefisiennya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 0,908738, dilihat dari arah
koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan turun sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,092700, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral pada sektor industri dapat dilihat dari nilai koefisiennya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 1,196181, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris
paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,204179, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan turun sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 1,697218, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan turun sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 1,234565, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan
penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.5. Sektor Bangunan
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 0,029858 dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,267939, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar
nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 0,524366, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,314650, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai nilai koefisien pada masing-masing sektor. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral
akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 0,021368, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan turun sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
3. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,291580, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai nilai koefisien pada masing-masing sektor. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral
akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 2,111298, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,568938, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh tidak signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan turun sebesar nilai nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.1.9. Sektor Jasa
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum
kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB sektoral adalah sebesar 0,147163, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,146369, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai nilai koefisien pada masing-masing sektor.
4.2.2
4.2.2.1 Pengaruh PDRB Sektoral dan Upah
Minimum Kabupaten (UMK)
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Periode 2004-2010
Untuk melihat arah hubungan masing-masing PDRB sektoral dan upah minimum kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Kabupaten Tasikmlaya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien PDRB adalah sebesar 0,308386, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan PDRB sektoral sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai koefisien pada masing-masing sektor.
2. Nilai koefisien upah minimum kabupaten adalah sebesar 0,155561, dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara upah minimum kabupaten (UMK) dan penyerapan tenaga kerja sektoral memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan. Artinya, apabila terjadi peningkatan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar 1 persen (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja sektoral akan naik sebesar nilai nilai koefisien pada masing-masing sektor.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
pada bab sebelumnya maka penulis dalam
penelitian ini dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Pengaruh PDRB Sektoral dan Upah
Minimum
Kabupaten
(UMK)
Terhadap
Penyerapan
Tenaga
Kerja Sektoral Periode 2004-2010
Variabel PDRB sektoral pada
sektor
pertanian dan sektor pertambangan
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja
sektoral. Namun untuk variabel PDRB
sektoral pada s
ektor industri, sektor
bangunan, sektor perdagangan dan
sektor jasa
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja sektoral.
Variabel PDRB sektoral pada
sektor
keuangan
berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja sektoral. Namun untuk
variabel PDRB sektoral pada
sektor
listrik dan sektor pengangkutan
berpengaruh
negatif
dan
tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja.
Variabel upah minimum kabupaten
(UMK)
pada
sektor
pertanian,
sektor
bangunan,
sektor
perdagangan, sektor pengangkutan,
dan total
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja sektoral. Namun untuk variabel
upah minimum kabupaten (UMK)
pada
sektor keuangan
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
penyerapan tenaga kerja sektoral.
Variabel upah minimum kabupaten
(UMK) pada
sektor pertambangan,
sektor listrik, dan sektor jasa
berpengaruh
positif
dan
tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja sektoral. Namun untuk variabel
upah minimum kabupaten (UMK)
pada
sektor industri
berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja sektoral.
2.
Pengaruh
PDRB
dan
Upah
Minimum
Kabupaten
(UMK)
Terhadap
Penyerapan
Tenaga
Kerja Periode 2004-2010
Variabel
PDRB
dan
upah
minimum kabupaten (UMK) pada
penyerapan
tenaga
kerja
total
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja.
5.2. Saran
1. Sektor yang berpotensi dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan. Untuk pengembangan sektor-sektor di luar sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan maka perlu adanya usaha dari pihak pemerintah daerah, khususnya pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya sektor tersebut
2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mencari tahu faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara signifikan selain variabel-variabel yang penulis teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Aris. 1991. Ekonomi Sumber Daya Manusia. LPFEUI. Jakarta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten. Tasikmalaya. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2008-2012. Kota Tasikmalaya.
Badan Pusat Statistik. 2002. Tenaga Kerja. BPS, jawa barat
Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten
Tasikmalaya Dalam Angka 2011. BPS, Tasikmalaya.
Bank Indonesia. 2008. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT. Bandung.
Barthos. 1990. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA: Suatu Pendekatan Makro. Yogyakarta. Bumi Aksara
Esmara, H (1986). Sumber Daya Manusia,
Kesempatan Kerja Dan
Perkembangan Ekonomi. UI Press. Jakarta.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Tehnik. Bandung: Tarsito
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sumarsono, Sonny Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2003
Swasono dan Sulistyaningsih
(1993), Pengembangan Sumberdaya Manusia: Konsepsi Makro untuk Pelaksanaan di Indonesia. Izufa Gempita, Jakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1997. Migrasi, Urbanisasi, Dan Pasar Kerja Di Indonesia. Jakarta: UL.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003. Ketenagakerjaan.
Mohammad Agus Subekti. 2007. Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara. Skripsi Universitas Negeri Semarang
Dimas dan Nonik Woyanti . 2004. Penyerapan Tenaga Kerja Di DKI Jakarta. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang
Ostinasia Tindaon. 2010. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik). Skripsi Universitas Diponegoro Semarang