• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi novel Darah Emas (Tansri, 2010), menceritakan tentang usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Trilogi novel Darah Emas (Tansri, 2010), menceritakan tentang usaha"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trilogi novel Darah Emas (Tansri, 2010), menceritakan tentang usaha penyelamatan situs Kemingking, sebuah daerah temuan benda purbakala berupa reruntuhan (puing-puing) kerajaan kuno. Dinamakan situs Kemingking karena benda-benda purbakala itu ditemukan di sekitar wilayah Kemingking, sebuah desa kecil yang terletak di sebelah barat Sungai Batanghari, Jambi. Lokasi situs ini diyakini berada persis di bawah bangunan pabrik kayu lapis milik seorang pengusaha lokal keturunan Tionghoa. Pembangunan pabrik tersebut menimbulkan pro dan kontra karena selain menyebabkan terkuburnya sebuah aset budaya, juga melatarbelakangi terjadinya pencemaran lingkungan, penebangan liar, dan perburuan ilegal. Keadaan ini membuat Naga, roh langit dan bumi, murka. Ia menumpahkan murkanya kepada orang-orang yang merusak keseimbangan alam itu melalui keturunannya yang disebut ”berdarah emas”. Selain klan darah emas, penyelamatan juga dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat yang peduli dengan pelestarian budaya dan lingkungan hidup. Mereka saling bekerja sama untuk satu tujuan, mengembalikan alam kepada keseimbangannya.

Trilogi Darah Emas (selanjutnya disingkat DE) ditulis oleh Meiliana K. Tansri, perempuan pengarang kelahiran Jambi dan berdarah Tionghoa. Meiliana adalah satu dari sedikit perempuan pengarang Jambi yang produktif sampai saat ini. Novel yang ditulis Meiliana kali ini berbeda dengan novel-novel yang terbit sebelumnya, yang lebih banyak mengangkat tema-tema percintaan. Novelnya kali ini dapat dikatakan sebagai dokumen yang mencatat realitas yang terjadi pada masa lalu karena diangkat

(2)

berdasarkan polemik sosial yang pernah terjadi di Jambi pada tahun 1980-an. Saat itu, Jambi dibelit pro-kontra pendirian sebuah pabrik kayu lapis yang diduga dibangun di atas situs purbakala di Kemingking. Keberadaan situs itu masih menjadi perdebatan karena belum pernah dilakukan ekskavasi arkeologis terhadapnya. Sebagian masyarakat meyakini bahwa situs itu benar-benar ada, tetapi sebagian lagi menganggapnya dongeng belaka.

Mengingat dunia dalam karya sastra merupakan tiruan atas peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (imitation of reality), karya sastra dapat dikatakan sebagai dokumen yang mencatat realitas masa lalu (Mahayana; 2005: 361). Namun demikian, pandangan yang menyatakan karya sastra sebagai dokumen realitas harus dimaknai sebagai realitas yang telah mengalami proses pengendapan di dalam pemikiran pengarang. Dalam hal ini, pengalaman pengarang yang telah melalui proses pengamatan, perenungan, penghayatan, dan penilaian itu, kemudian diolah sedemikian rupa dengan kekuatan imajinasi. Imajinasi, menurut Laclau (dalam Mc Robbie, 2011: 85), merupakan cakrawala yang merepresentasikan dunia sosial. Dengan menggunakan imajinasi, pengarang akan menghasilkan refleksi realitas imajinatif (Mahayana, 2005: 362) atau yang disebut Kleden (2004: 413) sebagai kenyataan imajiner (imagined reality) yang sering disamakan dengan khayalan.

Adanya keterlibatan imajinasi menunjukkan bahwa karya sastra hanya menyajikan kenyataan artistik, bukan kenyataan objektif sehingga realitas dalam karya sastra berbeda dengan realitas empiris yang ditampilkan ilmu sosial lain. Jassin (dalam Kleden, 2004: 413) mengatakan,

”Imajinasi ini berbeda dengan ilmu yang berisi gagasan. Imajinasi lebih daripada gagasan; ia adalah keseluruhan dari kombinasi dari gagasan-gagasan,

(3)

perasaan-perasaan, kenangan pengalaman, dan intuisi manusia. Imajinasi adalah sesuatu yang hidup, suatu proses, suatu kegiatan jiwa. Dengan demikian, imajinasi yang dituangkan ke dalam sesuatu karya seni, tidak identik sama dengan kenyataan sejarah, pengalaman, ataupun ilmu pengetahuan. Suatu karya seni mempunyai kenyataan artistik yang tidak identik sama dengan kenyatan objektif atau kenyataan sejarah atau kenyataan ilmu pengetahuan.”

Pengolahan imajinasi tidak akan terlepas dari pengolahan bahasa sebagai sarana primer karya sastra. Karya sastra merupakan suatu teks, berisi ungkapan bahasa yang menurut pragmatik, sintaktik, dan semantik, merupakan suatu kesatuan (Pradotokusumo, 2002: 23). Bahasa dalam sastra memiliki ciri khas, yakni adanya unsur ambiguitas yang mengandung kepadatan arti. Bahasa sastra pun memproyeksikan pandangan dunia atau ideologi pengarang dalam menerjemahkan peristiwa di sekitarnya (Budiman, 1994: 41). Perpaduan antara bahasa dan imajinasi, menjadikan karya sastra sebagai media yang tepat bagi pengarang dalam berkomunikasi dengan pembaca.

Berdasarkan hal itu, sebagai pengarang yang kreatif dan imajinatif, Meiliana mengolah polemik 1980-an yang terjadi di Jambi dengan menggunakan kreasi dan imajinasinya sendiri. Dengan memanfaatkan latar sosial masyarakat Tionghoa dan Jambi –dua komunitas yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya- Meiliana mendongengkan fakta dan peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Jambi ke dalam karyanya. Oleh Meiliana, bahasa dijadikan alat untuk menyampaikan ide, pesan, tema, dan pandangan dunia yang berfungsi sebagai media catatan kritisnya mengenai peristiwa yang bersangkutan. Masalah warisan budaya, pencemaran lingkungan, perburuan ilegal, bahkan kedudukan anak perempuan dalam masyarakat Tionghoa, juga disinggung Meiliana dalam trilogi ini. Akan tetapi, dia menyamarkan kritikannya itu dengan mengedepankan interaksi yang terefleksi antara komunitas Tionghoa dan Jambi pada kurun waktu 1987—2000-an. Interaksi yang terjadi antara masyarakat Tionghoa,

(4)

sebagai pendatang, dan masyarakat Jambi, sebagai penduduk lokal, menunjukkan hubungan timbal balik yang dinamis. Hubungan tersebut diwujudkan melalui kontak sosial dan komunikasi sosial yang terjalin antara kedua etnis yang menjadi subjek penceritaan dalam trilogi DE.

Kontak dan komunikasi sosial, menurut Abdulsyani (2007: 154-155), merupakan faktor-faktor (syarat) yang melatarbelakangi terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial adalah interaksi yang terjadi melalui percakapan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan saling mengerti maksud dan tujuan masing-masing. Kontak sosial langsung terjadi dalam bentuk tatap muka, berjabat tangan, atau berbicara secara langsung, sedangkan kontak sosial tidak langsung membutuhkan perantara, misalnya berbicara melalui telepon, surat, dan lain-lain. Komunikasi sosial mengandung pengertian persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Hal ini dibarengi dengan adanya tafsiran, yang diberikan seseorang pada sesuatu atau pada perilaku orang lain, sebagai aspek terpenting dari komunikasi sosial.

Berdasarkan kenyataan yang ada, masyarakat Jambi yang multietnis juga melakukan kontak dan komunikasi sosial dalam berinteraksi. Masyarakat pendatang yang berasal dari etnis yang berbeda tidak terlalu sulit melakukan kontak dan komunikasi sosial dengan masyarakat setempat, yakni etnis Melayu Jambi. Hal ini disebabkan oleh sifat masyarakat Melayu Jambi yang terbuka dan mudah berinteraksi dengan etnis apapun. Keterbukaan ini pula yang menyebabkan etnis pendatang bersedia berkomunikasi di depan umum dengan menggunakan bahasa Melayu Jambi, baik komunikasi yang terjalin dengan etnis yang berbeda maupun antarsesama etnis.

(5)

Secara realitas fiksi, kontak sosial dan komunikasi sosial sebagai faktor terjadinya interaksi sosial juga terlihat dalam trilogi DE. Usaha penyelamatan ataupun pelenyapan situs Kemingking dalam trilogi DE dilatarbelakangi dengan pembauran, persepakatan, bahkan pertentangan antaretnis sehingga menunjukkan interaksi yang memiliki pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, realitas dalam trilogi DE tidak sepenuhnya persis dengan kenyataan sehari-hari karena pada hakikatnya, realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan yang ditampilkan kepada pembaca (Wellek dan Austin, 1993: 278). Dalam trilogi DE, pembaca akan disuguhkan beberapa dialog langsung yang terjadi antara manusia dan roh langit dan bumi –sesuatu yang sangat tidak dimungkinkan terjadi dalam kenyataan yang sebenarnya- sebagai salah satu bentuk interaksi yang ada di dalam novel itu. Interaksi itu terjadi setelah adanya kontak dan komunikasi sosial di antara keduanya.

Salah satu yang menarik dari trilogi DE adalah penggambaran interaksi antaretnis dalam menyelamatkan budaya dan lingkungan Jambi. Dalam trilogi ini dideskripsikan bahwa bukan hanya orang Jambi asli yang memiliki tanggung jawab terhadap pelestarian budaya dan lingkungan di daerah Jambi, tetapi juga orang Tionghoa, sebagai masyarakat pendatang. Gambaran seperti ini mencerminkan kenyataan sehari-hari yang terjadi di daerah Jambi. Keharmonisan hubungan antara kedua etnis dapat terlihat dalam berbagai sektor, seperti perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan. Hal ini dapat dimaklumi karena orang Tionghoa dan Jambi telah memiliki keterikatan secara emosional sejak ratusan tahun yang lalu. Oleh karena itu,

(6)

penggambaran interaksi antaretnis dalam trilogi DE dapat dikatakan merepresentasikan kenyataan yang ada.

Hal menarik lainnya adalah terdapat indikasi adanya hubungan antara trilogi DE

dan latar belakang sosiologis pengarangnya. Meiliana yang berdarah Tionghoa dan telah lama menetap di Jambi ini, berpartisipasi kreatif dalam melestarikan warisan budaya dan lingkungan Jambi melalui tokoh dan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam trilogi DE. Partisipasi kreatif ini merupakan bentuk eksistensi pengarang dalam berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya.

Sehubungan dengan itu, interaksi sosial yang ditemukan dalam trilogi DE bukan hanya mengindikasikan adanya penyatuan (asosiatif), melainkan juga pertentangan (disosiatif). Bentuk-bentuk interaksi ini ditemukan melalui hubungan antartokoh, seperti interaksi antara Hartanto -pengusaha dari etnis Tionghoa- dan penasihat spiritualnya, Datuk Itam, dukun dari etnis Melayu Jambi (dalam MN dan GBTET) yang bersifat disosiatif. Di samping itu, terdapat pula interaksi yang terjadi antara tokoh manusia dan hewan, seperti interaksi antara Leng Cu dan tiga ekor tikus: Mnem, Noah, dan Akyg (dalam GBTET dan Sbr) yang bersifat asosiatif.

Interaksi sosial dalam trilogi DE, baik yang dilatarbelakangi oleh kontak sosial maupun komunikasi sosial, tidak hanya terjadi secara verbal, melainkan juga nonverbal, sebagaimana yang terlihat dalam contoh kutipan berikut.

Mata dukun tua itu merah seperti getah sirih yang baru diludahkan. Napasnya memburu dan berat. Hartanto takut melihatnya. Dia yakin saat itu Datuk Itam mampu membunuh siapa saja (MN: 147).

Kutipan tersebut menyiratkan kontak sosial yang terjadi secara nonverbal antara Hartanto dan Datuk Itam. Perubahan kondisi Datuk Itam ketika mengalami trans dapat

(7)

dipahami oleh Hartanto meskipun tidak diucapkan secara langsung. Timbulnya pemahaman dan penafsiran tersebut secara otomatis juga menyiratkan adanya komunikasi sosial di antara kedua tokoh dalam trilogi DE itu.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang muncul dalam menganalisis trilogi novel Darah Emas (DE) karya Meiliana K. Tansri dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah interaksi sosial dalam trilogi DE?

2. Bagaimanakah trilogi DE sebagai media representasi masyarakat Tionghoa-Jambi?

3. Bagaimanakah hubungan antara trilogi DE dan latar belakang sosiologis pengarang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Akademis

Secara akademis, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis interaksi sosial dalam trilogi DE.

2. Mendeskripsikan trilogi DE sebagai media representasi masyarakat Tionghoa-Jambi.

3. Mendeskripsikan hubungan antara trilogi DE dan latar belakang sosiologis pengarang.

(8)

1.3.2 Tujuan Praktis

Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan isi trilogi novel Darah Emas yang menceritakan tentang usaha penyelamatan aset budaya di Provinsi Jambi. Usaha penyelamatan tersebut diejawantahkan melalui interaksi yang terjadi antara masyarakat Tionghoa, sebagai pendatang, dan masyarakat Melayu Jambi, sebagai penduduk lokal. Interaksi sosial, secara harfiah, dipahami sebagai suatu proses sosial yang dapat mempersatukan orang dari berbagai latar belakang sosial dan kultural yang berbeda. Berdasarkan pemahaman ini, gambaran tentang masyarakat Tionghoa-Jambi dalam trilogi DE dianggap merepresentasikan masyarakat Tionghoa-Jambi secara faktual. Relevansi antara realitas fiksi dan faktual tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan pendekatan sosiologis yang meliputi sosiologi karya dan sosiologi pengarang. Hasil analisis terhadap trilogi DE karya Meiliana K. Tansri ini dapat menjadi produk kepustakaan dan model penelitian sastra yang menampilkan kehidupan masyarakat Tionghoa-Jambi.

1.4 Batasan Masalah

Karya sastra selalu membicarakan masalah kehidupan yang kompleks. Oleh karena itu, sangat sulit meneliti sebuah karya sastra tanpa adanya ruang lingkup yang terbatas. Ruang lingkup tersebut harus berdasarkan kepada tujuan yang ingin diperoleh dari suatu penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dalam pengkajiannya. Pada dasarnya, sosiologi sastra tidak terlepas dari tiga fakta sastra, yakni karya, pengarang,

(9)

dan pembaca. Ketiga fakta sastra tersebut dapat dikaji secara bersamaan ataupun terpisah, tergantung kepada fakta apa yang paling berpengaruh dalam karya tersebut.

Dalam trilogi DE, karya dan pengarang merupakan faktor yang paling penting dalam mengimplikasikan fakta sastra karena peristiwa yang diceritakan dalam trilogi novel ini diindikasikan memiliki kaitan yang erat dengan pengarangnya. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada sosiologi karya dan sosiologi pengarang. Sosiologi karya dalam penelitian ini dibatasi pada masalah sosial, yakni interaksi sosial antartokoh serta deskripsi realitas fiksi masyarakat Tionghoa-Jambi yang merepresentasikan realitas faktualnya. Sementara itu, sosiologi pengarang dalam penelitian ini dibatasi pada latar belakang sosiologis pengarang dalam menghasilkan karya-karyanya.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari hasil penelitian terhadap trilogi DE karya Meiliana K. Tansri meliputi tiga hal berikut.

1. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah penerapan pendekatan sosiologis terhadap karya sastra Indonesia, khususnya novel karya sastrawan yang berasal dari Provinsi Jambi.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi model penerapan teori sosiologi sastra untuk mengungkapkan interaksi sosial antara masyarakat Tionghoa dan Melayu Jambi, terutama berdasarkan novel karya sastrawan yang berasal dari Provinsi Jambi. 3. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian, baik

(10)

realitas fiksi dalam memaparkan kehidupan faktual masyarakat, terutama masyarakat Tionghoa-Jambi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian terhadap trilogi DE karya Meiliana K. Tansri diharapkan dapat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat, antara lain, adalah:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang interaksi sosial masyarakat Tionghoa-Jambi, baik secara asosiatif maupun disosiatif.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang perlunya melestarikan warisan budaya dan lingkungan hidup untuk menjaga keseimbangan alam.

3. Memberikan informasi tentang keberagaman kultur yang ada di Provinsi Jambi yang dapat dijadikan aset yang potensial dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, pariwisata, dan kesenian di Provinsi Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan pada hipotesis awal bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kenyamanan konsumen dengan lama proses pengerjaan servis yang tersaji pada Tabel 13, hasil

dihasilkan sebuah konsep Tugas Akhir tentang keindahan bentuk visual biola, tiap bagian-bagian biola yang saling mendukung satu sama lain merupakan sebuah kesatuan

serta cara pencegahan kerusakan gigi terutama dari karies. pengantar anatomi rongga mulut untuk awam. fungsi menyikat gigi. alat dan bahan serta cara menyikat gigi yang efektif.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, penulis dalam penelitian ini akan membatasi ruang lingkup permasalahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi

Berbagai contoh lain pun dapat kita sajikan berkenaan dengan aktivitas kreatif masyarakat kita dalam “memodifikasi” permainan olahraga standar menjadi sebuah

For English teachers, the result of the study can help them to increase knowledge of teaching techniques used to promote students’ participation. Research

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan ini, hipotesis yang menyatakan “diduga melalui metode bermain playdough dapat meningkatkan kreatifitas