ANALISIS BUANGAN BERBAHAYA PERTAMBANGAN
EMAS DI GUNUNG PONGKOR
(Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)
MARGARET BUNGA A SIALLAGAN H44050127
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
MARGARET BUNGA A S. Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh SAHAT MH SIMANJUNTAK.
Adanya kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh PT.Aneka Tambang menarik perhatian masyarakat baik yang tinggal disekitar lokasi, maupun yang berasal dari luar daerah pertambangan untuk melakukan kegiatan pertambangan emas tanpa izin karena tergiur oleh pendapatan yang besar dari hasil emas tersebut, walaupun tidak disertai oleh pengetahuan yang cukup mengenai cara menambang dan melakukan proses pengolahan bijih emas yang sesuai dan tidak membahayakan.
Kurangnya pengetahuan proses pengolahan bijih emas tersebut oleh masyarakat membuat masyarakat menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dalam proses pengolahannya. Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan utama dalam mengekstraksi emas, akan sangat memudahkan untuk pelepasan bahan berbahaya tersebut ke alam. Pada pertambangan emas liar tidak dapat dihindarkan akan terjadinya penyebaran bahan berbahaya ke sekitar wilayah pertambangan sehingga akhirnya akan terjadi pencemaran bahan berbahaya tersebut.
Adapun beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil? 2. Berapakah jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses produksinya? 3. Apa saja kerugian yang akan ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut?
Penelitian ini dilakukan pada wilayah di sekitar Pertambangan Emas Gunung Pongkor yaitu di Kabupaten Bogor, Kecamatan Nanggung, Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantar Karet. Penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai bulan Mei 2009- Juli 2009. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer yang dibutuhkan meliputi: mata pencaharian penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pengangguran, proses produksi tambang emas illegal, jenis dan jumlah bahan berbahaya yang digunakan, dan dampak atas penggunaan bahan berbahaya tersebut. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data kondisi lingkungan, kualitas sumberdaya pertanian, kondisi pertambangan emas Pongkor, kondisi lahan pertanian di daerah sekitar lokasi kegiatan pertambangan, limbah yang dihasilkan kegiatan pertambangan emas illegal. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007.
Jumlah responden yang didapat adalah sebanyak 212 orang responden dari tiga Desa tempat penelitian, yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan mayoritas responden berusia antara 26-32 tahun. Pekerjaan responden saat ini adalah sebagai penambang liar sebanyak 48,58%, pengolah bijih emas sebanyak 28,77%, kuli pikul sebanyak 10,38%, pemilik lubang sebanyak 8,96%, dan pembeli emas sebanyak 3,31%. Sebanyak 55,66% responden merupakan penduduk asli ketiga Desa tersebut. Sebanyak 81,13% responden telah menikah, mayoritas responden memiliki jumlah tanggungan antara 0-5 orang yaitu
ii
sebanyak 45,28%, dengan jumlah anak antara 0-3 orang sebanyak 62,74% responden.
ANALISIS BUANGAN BERBAHAYA PERTAMBANGAN
EMAS DI GUNUNG PONGKOR
(Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)
MARGARET BUNGA A SIALLAGAN H44050127
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor
(Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor )
Nama : Margaret Bunga Adeliana Siallagan NRP : H44050127
Disetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sahat MH. Siamanjuntak, M.Sc
Diketahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS BUANGAN BERBAHAYA PERTAMBANGAN EMAS DI GUNUNG PONGKOR (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor) ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Maret 2010
RIWAYAT HIDUP
MARGARET BUNGA ADELIANA SIALLAGAN. Penulis dilahirkan di Bogor, 3 April 1987 dari pasangan Horas Saragih dan Sri Maryani Sinaga. Penulis Menjalani Pendidikan di bangku Sekolah Dasar dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 di SD Budi Mulia, Bogor. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTP Kesatuan Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMAN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan setahun kemudian diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB. Pada tahun 2007-2008 penulis aktif sebagai staf divisi Information and Communication di Responsibility Resources Enviromental and Economic Student Association (REESA), Anggota Unit Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Forum Mahasiswa Pencinta Lingkungan (FORMALIN).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan kasih-Nya pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret, Kabupaten Bogor).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ir. Sahat MH. Simanjuntak, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Ir. Nindyantoro, M.Sp selaku dosen penguji utama dan Adi Hadianto, Sp selaku dosen penguji wakil dari departemen
3. Keluarga Ema, The Iis, Bpk Yoyon, Bpk. H. Alex, dan Bpk RK Kopo, A Jajat yang telah bersedia membantu dan menyediakan tempat untuk ditinggali selama penelitian. Seluruh staf Desa Cisarua, Malasari, Bantarkaret, dan Kecamatan Nanggung yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi.
4. Keluarga penulis Alm. Opung tersayang, Mama, Papa, Parthogi, Mikhael, Zori yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta doa yang tiada henti.
5. Ilham Nugraha atas perhatian, dukungan dan memberikan motivasi untuk melangkah.
6. Siti Maryati Setianingsih yang selalu bersama disaat suka dan duka dalam penelitian, perjuangan bersama dalam menyusun skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Sahabat-sahabat penulis Milasari, Sylvia Amanda, Mia Mardiatuljannah, Mutiara Indah S, Tiara Kirana Gita, Kamila Haqq, Kartini, Annisa Merryna, Sri Rahayu, Haryo, dan seluruh mahasiswa ESL angkatan 42 yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan berjuang lebih gigih.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2010
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
5.2 Proses Penambangan Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) ... 136
5.2.1 Proses Pengambilan Bijih Emas ... 141
5.2.2 Proses Pengolahan Bijih Emas ... 154
5.2.2.1 Proses Pengolahan Menggunakan Glundungan ... 154
5.2.2.2 Proses Pengolahan Menggunakan Tong ... 156
5.2.2.3 Proses Pemurnian Emas ... 159
5.3 Jenis dan Jumlah Bahan Berbahaya yang Digunakan ... 165
5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat di Lokasi Penelitian ... 175
5.4.1 Desa Cisarua ... 175
5.4.2 Desa Malasari ... 178
5.4.3 Desa Bantarkaret ... 182
5.4.4 Jenis Penyakit yang Diderita Penduduk Kecamatan Nanggung 186
5.5 Nilai Harapan Hidup di lokasi Penelitian ... 187
5.6 Kerugian yang Akan Ditimbulkan dari Penggunaan Bahan Berbahaya Di Lokasi Penelitian ... 189
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 193
6.1 Kesimpulan ... 193
x
1 Data Kesehatan Penduduk Kecamatan nanggung Tahun 2002-2003 ... 9
2 Data Angka Harapan Hidup Saat Lahir ... 49
10 Komposisi Penduduk Desa Cisarua Berdasarkan Mata Pencaharian ... 71
11 Tingkat Pendidikan Warga Desa Cisarua ... 71
12 Pemanfaatan Lahan Desa Malasari ... 72
13 Jumlah Penduduk Malasari Berdasarkan Struktur Umur ... 73
14 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Desa Malasari ... 73
15 Pemanfaatan Lahan di Desa Bantarkaret ... 74
16 Jumlah Penduduk Desa Bantarkaret Menurut Struktur Umur ... 75
17 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Bantarkaret ... 76
18 Tingkat Pendidikan Warga Desa Bantarkaret ... 76
19 Data Dasar Perhitungan Cadangan Bijih Emas Gunung Pongkor ... 78
20 Cadangan dan Kadar Rata-rata Bijih Emas G. Pongkor ... 78
21 Jumlah Kebutuhan Bahan Kimia untuk setiap Tin Bijih ... 80
22 Umur Responden Desa Cisarua ... 80
23 Jenis Kelamin Responden Desa Cisarua ... 90
24 Jenis Pekerjaan Responden ... 90
25 Pekerjaan Sebelumnya Responden Desa Cisarua ... 91
26 Pendidikan Responden Desa Cisarua ... 91
27 Lama Pendidikan Desa Cisarua ... 92
28 Asal Responden Desa Cisarua ... 92
29 Alamat Sekarang Responden Desa Cisarua ... 93
xii
31 Tahun Pindah ke Alamat Sekarang Responden Desa Cisarua ... 94
32 Status Pernikahan Responden Desa Cisarua ... 95
33 Pekerjaan Istri Responden Desa Cisarua ... 95
34 Asal Istri Responden Desa Cisarua ... 96
35 Jumlah Tanggungan Responden Desa Cisarua ... 96
36 Jumlah Anak Responden Desa Cisarua ... 97
43 Lama Pendidikan Anak I Responden Desa Cisarua ... 100
44 Lama Pendidikan Anak II Responden Desa Cisarua ... 101
45 Lama Pendidikan Anak III Responden Desa Cisarua ... 102
46 Lama Pendidikan Anak IV Responden Desa Cisarua ... 102
47 Lama Pendidikan Anak V Responden Desa Cisarua ... 103
48 Lama Pendidikan Anak VI Responden Desa Cisarua ... 103
49 Jenis Pekerjaan Anak I Responden Desa Cisarua ... 104
50 Jenis Pekerjaan Anak II Responden Desa Cisarua ... 105
51 Jenis Pekerjaan Anak III Responden Desa Cisarua ... 105
52 Umur Responden Penambang Desa Malasari ... 106
53 Umur Responden Pengolah Desa Malasari ... 107
54 Umur Responden Pemilik Lubang ... 107
55 Umur Responden Kuli pikul, Kuli Tumbuk, Pegawai Rental Desa Malasari . 108 56 Jenis Pekerjaan Responden Desa Malasari ... 109
57 Pekerjaan Sebelumnya Responden Desa Malasari ... 109
58 Tingkat pendidikan Responden Desa Malasari ... 110
59 Lama Pendidikan Responden Desa Malasari ... 111
60 Asal Responden Desa Malasari ... 111
61 Alamat Sekarang Responden Desa Malasari ... 112
xiii
63 Tahun Pindah Responden Desa Malasari ke Alamat Sekarang ... 113
64 Status Pernikahan Responden Desa Malasari ... 114
65 Pekerjaan Istri Responden Desa Malasari ... 114
66 Asal Istri Responden Desa Malasari ... 114
67 Jumlah Tanggungan Responden Desa Malasari ... 115
68 Jumlah Anak Responden Desa Malasari ... 115
69 Umur Anak I Responden Desa Malasari ... 116
70 Umur Anak II Responden Desa Malasari ... 116
71 Umur Anak III Responden Desa Malasari ... 117
72 Umur Anak IV Responden Desa Malasari ... 117
73 Umur Anak V Responden Desa Malasari ... 118
74 Lama Pendidikan Anak I Responden Desa Malasari ... 118
75 Lama Pendidikan Anak II Responden Desa Malasari ... 119
76 Lama Pendidikan Anak III Responden Desa Malasari ... 120
77 Lama Pendidikan Anak IV Responden Desa Malasari ... 120
78 Jenis Pekerjaan Anak I Responden Desa Malasari ... 121
79 Jenis Pekerjaan Anak II Responden Desa Malasari ... 122
80 Umur Responden Penambang Desa Bantarkaret ... 123
81 Umur Responden Pengolah Desa Bantarkaret ... 123
82 Umur Responden Kuli Pikul Desa Bantarkaret ... 123
83 Umur Responden Penadah Emas Desa Bantarkaret ... 123
84 Jenis Pekerjaan Responden Desa Bantarkaret ... 124
85 Pekerjaan Sebelumnya Responden Desa Bantarkaret ... 125
86 Pendidikan Responden Desa Bantarkaret ... 125
87 Lama Pendidikan Responden ... 126
88 Asal Responden Desa Bantarkaret ... 126
89 Alamat Sekarang Responden Desa Bantarkaret ... 127
90 Lama Responden Desa Bantarkaret Tinggal di Alamat Sekarang ... 127
91 Tahun Pindah Responden Desa Bantarkaret ... 128
92 Status Pernikahan Responden Desa Bantarkaret ... 128
93 Pekerjaan Istri Responden Desa Bantarkaret ... 129
xiv
95 Jumlah Tanggungan Responden Desa Bantarkaret ... 130
96 Jumlah Anak Responden Desa Bantarkaret ... 130
97 Umur Anak I Responden Desa Bantarkaret ... 131
98 Umur Anak II Responden Desa Bantarkaret ... 131
99 Umur Anak III Responden Desa Bantarkaret ... 132
100 Umur Anak IV Responden Desa Bantarkaret ... 132
101 Lama Pendidikan Anak I Responden Desa Bantarkaret ... 133
102 Lama Pendidikan Anak II Responden Desa Bantarkaret ... 134
103 Lama Pendidikan Anak III Responden Desa Bantarkaret ... 134
104 Pekerjaan Anak I Responden Desa Bantarkaret ... 135
105 Jumlah Tahun Responden Desa Cisarua Menjadi Gurandil ... 144
106 Jumlah Tahun Responden Desa Malasari Menjadi Gurandil ... 145
107 Jumlah Tahun Responden Desa Bantarkaret Menjadi Gurandil ... 145
108 Tahun Dimulainya Gurandil di Desa Cisarua ... 146
109 Tahun Dimulainya Gurandil di Desa Malasari ... 146
110 Tahun Dimulainya Gurandil di Desa Bantarkaret ... 146
111 Cara Bekerja Penambang di Desa Cisarua ... 147
112 Cara Bekerja Penambang di Desa Malasari ... 147
113 Cara Bekerja Penambang di Desa Bantarkaret ... 147
114 Pembagian Hasil dalam Kelompok di Desa Cisarua ... 148
115 Pembagian Hasil dalam Kelompok di Desa Malasari ... 148
116 Pembagian Hasil dalam Kelompok di Desa Bantarkaret ... 148
117 Jumlah Pahat yang Digunakan Responden Desa Cisarua ... 149
118 Jumlah Pahat yang Digunakan Responden Desa Malasari ... 149
119 Jumlah Palu yang Digunakan Responden Desa Cisarua ... 150
120 Jumlah Palu yang Digunakan Responden Desa Malasari ... 150
121 Jumlah Karung yang Digunakan Responden Desa Cisarua ... 150
122 Jumlah Karung yang Digunakan Responden Desa Malasari ... 151
123 Jumlah Karung yang Digunakan Responden Desa Bantarkaret ... 151
124 Waktu Satu Kali Menambang Responden Desa Cisarua ... 152
125 Waktu Satu Kali Menambang Responden Desa Malasari ... 153
xv
127 Hasil Satu Kali Menambang Responden Desa Malasari ... 153
128 Hasil Satu Kali Menambang Responden Desa Bantarkaret ... 154
129 Hasil Emas Responden Penambang Desa Cisarua ... 159
130 Hasil Emas Responden Penambang Desa Malasari ... 159
131 Pendapatan Responden Ketiga Desa ... 161
132 Pendapatan Responden Ketiga Desa ... 161
133 Pendapatan Responden Ketiga Desa ... 161
134 Pengeluaran Habis Responden Desa Cisarua ... 162
135 Pengeluaran Habis Responden Desa Cisarua ... 162
136 Pengeluaran Habis Responden Desa Malasari ... 162
137 Pengeluaran Habis Responden Desa Bantarkaret ... 163
138 Pengeluaran Tidak Habis Responden Desa Cisarua ... 164
139 Pengeluaran Tidak Habis Responden Desa Malasari ... 164
140 Pengeluaran Tidak Habis Responden Desa Bantarkaret ... 164
141 Jumlah Penggunaan Merkuri Responden Desa Cisarua ... 166
142 Jumlah Penggunaan Merkuri Responden Desa Malasari ... 167
143 Jumlah Penggunaan Merkuri Responden Desa Bantarkaret ... 168
144 Perlakuan Responden Desa Cisarua Terhadap Penyakit yang Diderita ... 176
145 Tempat Berobat Responden Desa Cisarua ... 176
146 Biaya Berobat Per tahun Responden Desa Cisarua ... 176
147 Sumber Air Keperluan Rumah Tangga Responden Desa Cisarua ... 177
148 Pengetahuan Responden Desa Cisarua Akan Bahaya Merkuri ... 178
149 Perlakuan Responden Desa Malasari Terhadap Penyakit yang Diderita ... 179
150 Biaya Berobat Per tahun Responden Desa Malasari ... 179
151 Sumber Air Keperluan Rumah Tangga Responden Desa Malasari ... 181
152 Pengetahuan Responden Desa Malasari Akan Bahaya Merkuri ... 181
153 Perlakuan Responden Desa Bantarkaret Terhadap Penyakit yang Diderita ... 183
154 Biaya Berobat Per tahun Responden Desa Bantarkaret ... 183
155 Sumber Air Keperluan Rumah Tangga Responden Desa Bantarkaret ... 184
156 Pengetahuan Responden Desa Bantarkaret Akan Bahaya Merkuri ... 184
157 Sepuluh Besar Penyakit di Kecamatan Nanggung Tahun 2007 ... 186
xvi
159 Daftar Penyakit di Kecamatan Nanggung yang Diduga Akibat Pengguanaan
Bahan Kimia Berbahaya ... 187
160 Data Kematian Desa Malasari Tahun 2008 ... 188
161 Data Kematian Desa Malasari Tahun 2009 ... 188
162 Data Kematian Desa Bantarkaret Tahun 2008 ... 189
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor
1 Peta Sebaran Cebakan Pertambangan Emas di Indonesia ... 2
2 Kerangka Penelitian Penelitian ... 12
3 Tambang Emas Salida ... 23
4 Diagram Alir Kegiatan PETI di G.Pongkor ... 50
5 Diagram Proses Pengolahan Emas di Gunung Pongkor ... 51
6 Gambar Kedudukan Teluk Minamata ... 53
7 Gambar Saluran Pipa Buangan PT. Chisso ... 53
8 Gambar Putaran Proses Pencemaran ... 53
9 Gambar Korban yang Mengalami Kekejangan Otot ... 55
10 Diagram Komposisi Penduduk Desa Cisarua ... 69
11 Diagram Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Cisarau ... 71
12 Diagram Alir Proses Penambangan Cut an Fill ... 78
13 Gambar Pekerjaan yang Berhubungan dengan PETI ... 137
14 Gambar Contoh Pemilik Lubang ... 138
15 Gambar Contoh Penambang Liar ... 138
16 Gambar Contoh Kuli Pikul ... 139
17 Gambar Contoh Kuli Tumbuk ... 139
18 Gambar Contoh Pengolah ... 140
19 Diagram Alir Proses Pencarian Bijih ... 143
20 Gambar Proses Survey ... 143
21 Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas Manggunakan Glundungan ... 155
22 Proses Pengolahan Menggunakan Tong ... 157
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sumberdaya Alam diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, pertama adalah kelompok yang kita sebut sebagai kelompok stok dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas yang apabila kita manfaatkan secara tidak efisien saat ini akan mengurangi persediaan untuk masa yang akan datang, bahkan mungkin tidak tersedia lagi. Sumberdaya ini biasa disebut sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui, termasuk ke dalamnya adalah sumberdaya mineral, logam, minyak dan gas bumi.
Kelompok kedua kita sebut sebagai kelompok “flow” (alur) dimana sumberdaya ini jumlah kuantitas fisiknya berubah sepanjang waktu. Berapa yang kita gunakan saat ini bisa mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi ketersediaan di masa yang akan datang, dengan kata lain sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya yang dapat diperbarui. Termasuk ke dalamnya air, udara, ikan, hutan, dan lain- lain (Fauzi, 2004).
2 pihak lain kegiatan pertambangan mengorbankan atau merusak sumberdaya alam dan lingkungan sekitarnya, apabila tidak dikelola secara baik.
Proses produksi dan konsumsi tidak hanya menghasilkan keuntungan dan kepuasan bagi pengguna, namun juga menghasilkan residual atau limbah yang menyebabkan terjadinya eksternalitas negatif seperti pencemaran. Dalam perspektif biofisik, pencemaran diartikan sebagai masuknya aliran residual yang diakibatkan oleh perilaku manusia, ke dalam sistem lingkungan. Apakah kemudian residual ini mengakibatkan kerusakan atau tidak, tergantung pada kemampuan penyerapan media lingkungan, seperti air, tanah, dan udara (Perman et al., 1996). Dari perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pertambangan emas di Indonesia dinilai masih memiliki prospek yang menjanjikan di masa yang akan datang. Diperkirakan cadangan emas di Indonesia mencapai 1300 ton dengan produksi 126.6 ton (tahun 2000, dalam Sinar Harapan, 2003). Jalur tambang emas yang ada di Indonesia merentang dari Aceh sampai Sulawesi Utara, Irian Jaya dan Kalimantan, atau seluruhnya mencapai lebih dari 8.000 kilometer (Sinar Harapan, 2003).
3 Daerah yang sudah diketahui cebakannya terdapat di Aceh, Meulaboh, Muara Sipongi, Salida, Gunung Arum, Bengkulu, Lampung, Banten, Bogor, Tasikmalaya, Pacitan, Purwantoro, Sumbawa, Flores, Alor, Wetar, Sulawesi Tengah, Paleleh-Sumalata (Sulut), Minahasa, Kepulauan Sangir-Talaud, Kaputusan (Maluku). Kemudian Pegunungan Jayawijaya-Irian Jaya seperti Geleide, Gunung Bijih (Ertsberg, Grasberg), Sungai Kakan, Pegunungan Cyclop, dan sekitar Jayapura (Sinar Harpan, 2003).
Jalur emas Kalimantan mempunyai dua cabang yaitu Kalimantan Barat-Kalimantan Timur dan Pegunungan Meratus-Barat-Kalimantan Timur. Jalur emas ini melalui Kalimantan Tengah. Sejumlah perusahaan multinasional dan nasional yang mengeruk hasil tambang emas di bumi Indonesia antara lain PT Freeport Indonesia, PT Prima Lirang, PT Indomuro Kencana, PT Monterado Mas, PT Ampalit Mas Perdana, PT Lusang Mining, PT Aneka Tambang, PT Newmont Nusa Tenggara (Sumbawa).
4 kembali dengan material limbah (waste material) berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya. Terdapat lima tahap siklus penambangan emas di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking, Transportation, dan Backfilling.
Awalnya masyarakat yang berada di Kecamatan Nanggung ini tidak mengetahui potensi emas yang ada di Gunung Pongkor namun setelah adanya ANTAM, masyarakat sekitar baik penduduk lokal maupun yang berasal dari luar mulai tertarik dengan keberadaan emas ini, sehingga menimbulkan adanya Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) yang disebut juga gurandil, dan jumlahnya cukup banyak. Adanya para penambang liar ini memulai adanya permasalahan terhadap lingkungan yaitu pencemaran, karena setelah adanya penambang liar ini yang melakukan pengolahan emas yang mereka dapat dengan cara yang tidak sesuai dengan AMDAL akan mengakibatkan terjadinya pencemaran.
5 Merkuri dikelompokkan menjadi merkuri anorganik dan merkuri organik (metil merkuri). Metil merkuri adalah merkuri organik yang berbentuk serbuk putih dan berbau seperti belerang pada sumber air panas. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi (pernafasan) dan juga makanan. Senyawa ini mudah terserap oleh organ pencernaan dan dibawa oleh darah ke dalam otak, liver dan ginjal bahkan ke dalam janin. Apabila metil merkuri masuk melalui kulit ia akan menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Reaksinya mengambil masa yang singkat, seperti mandi beberapa kali pada air yang tercemar merkuri, kulit akan segera mengalami iritasi.
Merkuri anorganik dapat berubah menjadi metil merkuri karena ditransformasi oleh bakteri di perairan. Merkuri organik akan terserap oleh ikan melalui insang dan saluran pencernaan. Metil merkuri dalam ikan tidak dapat direduksi dengan memasaknya karena metil merkuri dalam ikan terikat erat pada protein dan pemanasan pada temperatur yang biasa digunakan saat memasak kecuali jika ikan dibakar pada suhu diatas 400 dan ikan akan menjadi arang.
Dampak dari keracunan merkuri adalah kerusakan saraf yang menimbulkan kecacatan tubuh, tremor, gerakan tangan dan kaki yang abnormal, dan kelumpuhan lengan. Pada ibu hamil, merkuri meracuni anak yang dikandung sehingga anak berkembang menjadi dungu, jika tidak autisme. Ciri- ciri menderita keracunan merkuri adalah sulit tidur, kaki dan tangan merasa dingin, gangguan penciuman, kerusakan pada otak, hilangnya kesadaran hingga kematian.
6 waktu yang lama. Tetapi dampak yang akan terjadi sangat berbahaya, yang dapat mengakibatkan orang yang terkontaminasi tidak dapat melakukan kegiatan lagi atau bahkan meninggal. Hal ini akan sangat merugikan bagi pengguna maupun lingkungan sekitarnya baik secara fisik maupun secara finansial. Hal tersebut telah terjadi pada penduduk Minamata di Jepang, dimana sebagian besar penduduk Minamata terkena penyakit-penyakit yang telah disebutkan diatas dan tidak sedikit yang meninggal akibat keracunan merkuri. Dengan adanya kasus tersebut, maka penelitian mengenai penggunaan merkuri dan zat-zat berbahaya lainnya oleh para penambang liar untuk mengolah urat emas yang mereka peroleh di gunung sangat perlu dilakukan, untuk melihat apakah dampak dari penggunaan merkuri telah terlihat atau kapan akan terasa dampak dari penggunaan merkuri dan bahan berbahaya tersebut oleh penduduk di sekitar tempat pengambilan dan pengolahan urat emas.
1.2Perumusan Masalah
7 Bagi penambang emas yang berhasil, dapat membeli rumah dan mobil, bahkan istri bisa lebih dari satu serta banyak hiburan khususnya musik dangdut yang diadakan di lapangan. Namun kondisi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan pendidikan anak sekolah, tetapi lebih cenderung untuk melatih anak- anaknya menjadi penambang juga. Hal tersebut dilakukan Karena proses untuk menghasilkan uang relatif cepat (Kardina, 2005).
Masyarakat sekitar lokasi pertambangan emas Gunung Pongkor yang melakukan pertambangan secara liar atau tanpa izin, sudah terbiasa dengan usaha pertambangan emas yang kemungkinan besar dilakukan secara tradisional yaitu, dalam mengekstraksi emasnya mereka menggunakan bahan berbahaya dan sumber air pengolahan yang berasal dari sungai, hal ini karena kurangnya pengetahuan akan teknologi pengolahan bijih emas yang ramah lingkungan dan didukung dengan rendahnya tingkat pendidikan.
Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan utama dalam mengekstraksi emas, akan sangat memudahkan untuk pelepasan bahan berbahaya tersebut ke alam. Pada pertambangan emas liar tidak dapat dihindarkan akan terjadinya penyebaran bahan berbahaya ke sekitar wilayah pertambangan sehingga akhirnya akan terjadi pencemaran bahan berbahaya tersebut.
8 Kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Nanggung merupakan indikator penting dari dampak pencemaran bahan berbahaya yang digunakan dalam pengolahan bijih emas, dan bahan berbahaya yang biasa digunakan oleh para penambang liar di sekitar kawasan ini adalah merkuri. Logam merkuri bersifat akumulatif dalam tubuh dan menyebabkan keracunan kronis bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Merkuri terserap ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, pencernaan dan kulit. Merkuri yang terakumulasi dalam tubuh manusia pada periode tertentu akan merusak sistem syaraf, hati, dan ginjal.
Efek toksisitas dari merkuri tergantung pada bentuk kimianya, uap merkuri yang terhirup sangat berbahaya terhadap pekerja dan lingkungan tempat kerja. Merkuri yang terhirup pada saat pembakaran amalgam merupakan bahan kimia
dalam bentuk logam Hg , kemudian akan masuk ke paru-paru dan akhirnya
sampai pada darah yang secara cepat berubah bentuk menjadi Hg (Silver et.al.,1994) dalam (Kardina, 2005). Sifat racun dari merkuri akan tampak pada kesehatan manusia setelah terakumulasi di dalam tubuh manusia beberapa tahun mendatang. Adanya merkuri pada rambut manusia merupakan salah satu indikator masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia. Hal ini karena merkuri terakumulasi melalui mekanisme reaksi biologis.
0
+ 2
9 Tabel 1. Data Kesehatan Penduduk Kecamatan Nanggung Tahun 2002-2003
Nama Penyakit
Jumlah Penderita (Jiwa)
Usia (thn) untuk Tahun 2002 Usia (thn) untuk Tahun 2003 <1 1 – 4 5 - 59 >60 <1 1 - 4 5 - 59 >60 Diare 550 982 0 140 550 982 583 140 Influenza 335 670 734 281 335 850 734 281 Dermatitis 316 850 1255 0 316 670 1255 270 ISPA 260 576 1350 190 260 576 1350 190
Sumber: Laporan tahunan puskesmas Kecamatan Nanggung (2004) dalam (Kardina, 2005)
Berdasarkan Tabel 4, data kesehatan penduduk di Kecamatan Nanggung dari tahun 2002-2003 belum terlihat adanya tanda- tanda gejala terkontaminasi logam merkuri. Hal ini mengingat logam merkuri masuk ke tubuh manusia melalui media makanan, air, dan udara. Lama kelamaan markuri akan merusak sistem syaraf yang ditandai dengan erethism (pelupa, imsonia), tremor halus terutama pada tangan, halusinasi dan kecenderungan ingin bunuh diri. Gejala ini baru akan timbul atau dirasakan oleh korban setelah seminggu, sebulan, bahkan bertahun- tahun kemudian. Hal ini berdasarkan dari banyaknya logam merkuri yang terserap oleh tubuh yang tergantung juga dari sistem kekebalan tubuh si korban (Kardina, 2005).
1.3 Kerangka Pemikiran
10 Bahwa demi kehidupan manusia, sumberdaya alam harus dikorbankan adalah merupakan hal yang biasa, tetapi sebagian besar kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia terhadap lingkungannya inilah yang harus menjadi perhatian utama.
Penelitian ini berawal dari suatu pemikiran sejauh mana kegiatan pertambangan emas tanpa izin memberikan dampak baik sosial, ekonomi, maupun ekologis terhadap masyarakat dan wilayah sekitar daerah pertambangan tersebut. Pemikiran ini dianggap cukup penting mengingat kegiatan pertambangan ini pasti memberikan pengaruh atau dampak terhadap kondisi masyarakat sekitarnya dan kondisi ekologis di sekitar tempat pertambangan.
Dalam kegiatan pertambangan emas terdapat proses produksi yaitu dimulai dari proses penambangan hingga pada tahap pemurnian emas, walau ada yang tidak melakukan proses pemurnian emas. Dalam proses produksi tersebut terutama dalam pengolahan bijih emas digunakan bahan berbahaya yang semakin banyak bijih yang diolah, maka bahan berbahaya tersebut pun semakin banyak digunakan, dan hal itu akan berdampak baik terhadap kesehatan maupun lingkungan.
11 Untuk melihat pengaruh dari buangan tersebut dapat dilakukan identifikasi jenis-jenis kerugian yang akan timbul akibat buangan tersebut, juga kemungkinan penanggulangan yang bisa dilakukan agar dampaknya tidak terlalu besar. Dengan adanya dampak dari buangan tersebut kita bisa mengetahui pula bagaimana penanganan yang dilakukan oleh para pihak terkait baik masyarakat, perusahaan, maupun pemerintah.
12
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Kegiatan Tambang
Berbahaya Berbahaya Tidak Berbahaya
Proses
13 1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Masalah yang Dihadapi
Adapun beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para
gurandil?
2. Berapakah jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses produksinya?
3. Apa saja kerugian yang akan ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut?
1.4.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil. 2. Mengetahui jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses
produksi.
3. Mengetahui kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut.
1.4.3 Hipotesis
1. Diduga Proses pengolahan bijih emas yang dilakukan oleh para penambang liar tidak memenuhi prosedur yang benar.
2. Produksi yang dilakukan oleh para penambang liar semakin menurun oleh karena pengawasan yang semakin ketat.
14 4. Kerugian yang timbul oleh karena penggunaan bahan berbahaya belum
terdeteksi karena dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya dan bersifat akumulatif berdasarkan waktu.
1.4.4 Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah, pengusaha
pertambangan, terutama yang memakai merkuri dalam pengolahan bijih emasnya.
2. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi instansi terkait dengan persoalan pertambangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertambangan Emas
Cara penambangan endapan emas tergantung pada keadaan geologi bentuk dan letaknya bijih tersebut di alam. Yang pertama endapan emas sekunder yang potensinya lebih kecil pada umumnya daripada endapan emas primer, dapat ditambang secara sederhana dengan cara terbuka, dengan sistem pendulangan atau dengan tambang semprot yang melibatkan banyak pekerja (padat karya), tanpa menggunakan peralatan besar dan padat teknologi serta modal yang besar, kecuali jika endapannya sangat luas dapat ditambang dengan kapal keruk.
16 2.1.1. Sejarah Pertambangan Emas
Emas telah dipakai sejak berabad-abad lamanya, bahkan mungkin sejak bermilenium-milenium sebelumnya. Pada tahun 4000 sebelum Masehi Sebuah kebudayaan yang berpusat disebuah daerah yang saat ini disebut dengan Eropa Timur mulai menggunakan emas sebagai objek aksesoris & fashion. Kemungkinan besar emas tersebut ditambang di Transylvanian Alps atau bisa juga berasal dari tambang di daerah pegunungan Pangaion. Pada tahun 3000 sebelum Masehi Sebuah peradaban di irak selatan menggunakan emas untuk menciptakan perhiasan yang sangat mengagumkan dan model desain perhiasan dari peradaban itu masih banyak dipakai sampai saat ini. Pada tahun 2500 sebelum Masehi Raja Tomb of Djer dikubur bersama perhiasannya, dia adalah raja pertama dari dinasti mesir di Abydos, Mesir.
17 juga mulai menggunakan teknik lost wax dimana saat ini teknik lost wax ini masih menjadi jantung dari industri perhiasan. Kulit domba yang tidak dicukur mulai dipergunakan untuk memisahkan emas dari pasir sungai di timur laut, Laut Hitam. Setelah pasir dituang ke dalam kulit domba mereka lalu mengeringkannya untuk mengeluarkan partikel emas, teknik seperti ini menjadi inspirasi “Golden Fleece”. Tahun 1091 sebelum Masehi emas berbentuk kotak yang berukuran kecil mulai digunakan di Cina sebagai alat tukar yang syah (uang). Tahun 560 sebelum Masehi Koin pertama yang dibuat dari emas murni ditambang di Lydia sebuah kerajaan di Asia Minor. Pada tahun 344 sebelum Masehi, Raja Alexander melewati Hellespont bersama 40.000 prajurit dimana pada era ini dimulainya kampanye yang sangat besar dalam sejarah militer dan jumlah emas terbesar yang pernah dibawa dari kekaisaran Persia. Pada tahun 300 sebelum Masehi Orang Yunani dan Yahudi di Alexandria kuno mulai mempraktekan teknik kimia untuk memisahkan emas dari logam lainnya. Pencarian mencapai puncak dari akhir abad kegelapan melalui Renaissance. Tahun 202 sebelum Masehi selama era Punic War dengan Carthage Romawi mendapatkan banyak sekali akses ke pertambangan emas di Spanyol.
18 emas yang tidak pernah di explorasi selama era kekaisaran Romawi berkuasa. Pada tahun 814 Masehi Charlemagne menyerbu Avars dan merampas emas mereka dalam jumlah besar, yang membuatnya menjadi sangat berkuasa di Eropa Barat. Pada tahun 1066 Masehi setelah terjadinya penaklukan oleh Norman, standar mata uang logam akhirnya kembali diberlakukan di Inggris dengan diperkenalkannya sistem Pounds, Shillings, dan Pence, yang secara definisi Pounds berarti setengah kilo sterling silver.
Pada tahun 1299 Masehi, Marco Polo menulis jurnal dari perjalanannya ke Timur jauh (saat ini di sebut Asia) dengan judul “gold wealth was almost unlimited”. Pada tahun 1284 Masehi, Venice memperkenalkan Gold Ducat yang akhirnya menjadi koin yang sangat terkenal di dunia dan terus menjadi sangat terkenal sampai lima abad setelah peluncurannya. Pada tahun yang sama Great Britain mengeluarkan Koin emas utama untuk pertama kali, koin emas ini di beri nama Florin, yang selanjutnya diikuti oleh dikeluarkannya koin bernama Noble, Angel, Crown dan Guinea. Tahun 1377 Great Britain merubah sistem keuangan mereka berdasarkan emas dan perak. Pada tahun 1511, Raja Ferdinand dari Spanyol mengatakan kepada para penjelajah “jika bisa mendapatkan emas, tapi banyak bahaya untuk mendapatkan emas” yang akhirnya ekspedisi besar-besaran ke tanah yang baru ditemukan di western hemisphere. Tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan buku yang berjudul De Re Metallica yang berisi penjelasan proses pengujian emas menggunakan api yang biasa digunakan diabad pertengahan.
19 dengan kapasitas produksi hampir mendekati 2/3 dari total kapasitas produksi seluruh dunia. Isaac Newton yang berperan sebagai kepala tambang menetapkan harga dalam satuan mata uang Great Britain sebesar 84 shillings 11,5 Pence per Troy ounce. The Royal Commission (Komisi Kerajaan) yang terdiri dari Isaac Newton, John Locke, and Lord Somers memutuskan untuk menarik seluruh mata uang lama dan menerbitkan mata uang baru dari emas atau perak dengan rasio 16:1. Dengan begitu harga emas dididirikan pertama kali di Inggris 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1744 kebangkitan pertambangan emas di Rusia dimulai pada saat ditemukannya singkapan pasir kuarsa di Ekaterinburg pada tahun 1787, dan koin emas Amerika pertama kali ditemukan oleh Ephraim Brasher yang berprofesi sebagai tukang emas. Pada tahun 1792 undang-undang mata uang logam Amerika Serikat menetapkan standar bimetallic emas perak, dimana telah ditetapkan dolar AS setara dengan 24,75 grain emas murni dan 371,25 grain perak murni (1 grain = 0.0648 grams).
20 1830 Heinrich G. Kuhn mengumumkan penemuannya atas sebuah formula Fired on Glanz Gold. Tahun 1837 berat emas dalam satuan US dolar di kurangi 23,22 grain sehingga nilai emas murni seberat 1 troy ounce emas akan setara dengan $ 20.67. Pada tahun 1848 John Marshall menemukan serpihan emas (gold flake) ketika sedang membangun sawmill milik John Sutter di dekat Sacramento, California. Penemuan John Marshall ini menyebabkan terjadinya Gold Rush di California.
21 dikeluarkan kepada John Steward MacArthur untuk penemuannya dalam proses recovery atau pemurnian emas dengan menggunakan proses sianida. Proses sianida ini dapat menghasilkan emas sampai dua kali lipat dari total produksi dunia sampai 20 tahun yang akan datang.
22 Pada tahun 1919 Standar emas dihentikan sementara oleh beberapa negara termasuk Amerika, Inggris selama perang dunia 1. Pada tahun 1927 penelitian bidang kedokteran dalam skala besar yang dilakukan di Perancis yang membuktikan bahwa emas memiliki nilai yang sangat berharga dalam pemakaiannya untuk pengobatan atau perawatan penyakit rheumatoid arthritis (Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang). Tahun 1931 Inggris meninggalkan sistem standar emas logam mulia. Pada tahun 1933 untuk mengurangi kepanikan sektor perbankan, Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt melarang warga negara Amerika memiliki koin emas, emas batangan logam mulia, dan sertifikat emas.
23 Untuk di Negara Indonesia, pertambangan emas yang diduga merupakan pertambangan tertua di Sumatera maupun di Indonesia terdapat di pesisir selatan yang disebut dengan pertambangan emas Salida. Sebelum kedatangan VOC di pantai barat Sumatera, kandungan emas di Salida sudah ditambang oleh penduduk setempat. Jauh sebelum bangsa Barat berhasil menemukan Sumatera, berita mengenai ‘Pulau Emas’ sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis dalam Os Lusiadas (terbit 1572), sebuah puisi epik panjang yang monumental, tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing. Camoens bertualang hanya sampai di Goa, India, dan tidak pernah sampai di Sumatra.
Gambar 3: Tambang emas di Salida (Makassar Kota, 2008)
24 Makassar, dalam peta pertambangan dunia, Sulsel merupakan sentra jalur emas di dunia. Potensi tambang emas Sulsel tersebar disejumlah kabupaten, yakni Luwu, Luwu Utara, Palopo, Luwu Timur, Tanatoraja, Pangkep, Barru, Bone, Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros, Selayar dan Wajo, perlu dijaga dan diawasi supaya dapat diolah menjadi industri yang menjanjikan kehidupan yang layak bagi warga di daerah itu. Hanya saja, lanjutnya, untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam ini menjadi emas maka harus dibangun industrinya yang investasinya cukup besar, termasuk desain lokasinya, survey lapangan, studi kelayakannya dan lainnya (Makassar Kota, 2008).
2.1.2. Sejarah Pertambangan Emas Pongkor
Survey geologi Gunung Pongkor diawali pada tahun 1979 oleh tim geologi PT. Aneka Tambang, tentang logam berat. Kemudian pada tahun 1980 dilanjutkan penelitian vein (cebakan) batuan kuarsa yang mengandung emas (Au) dan kandungan perak (Ag). Berdasarkan penemuan tersebut perusahaan meminta dan memperoleh K.P. (Kuasa Pertambangan) Eksplorasi No. 562 di daerah ini pada tahun 1983, yang kemudian ditingkatkan ke K.P. Eksploitasi pada tahun 1988.
25 1997 yang direncanakan mampu meningkatkan kapasitas produksi menjadi sekitar 5 ton emas per tahun.
Lokasi kegiatan Pertambangan Emas Pongkor terletak pada areal dengan topograpi yang terjal dan curam, sebagian besar berbukit dan bergunung. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh areal yang terkena dampak akibat aktivitas penambangan dan pembangunan sarana penunjangnya seperti kegiatan pembenahan lahan bukaan areal kolam buangan, penanganan batuan buangan, dan air tambang serta penanganan limbah dari pabrik pengolahan.
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Antam Tbk. Adalah sistem penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan menggunakan metode “Cut and Fill” yaitu mengambil bijih emas dari perut bumi lalu rongga yang telah kosong diisi kembali dengan menggunakan material limbah (waste material) berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah bersih dari zat- zat berbahaya. Terdapat lima siklus dalam penambangan emas di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking, Transportation, dan Backfilling. Tahap pertama proses penambangan bijih emas yaitu dengan membuat lubang bor dengan cara Drilling (pengeboran) untuk menempatkan bahan peledak di perut bumi. Alat yang digunakan adalah Jack Leg atau Jumbo Drill.
26 (Crushing Plant Area) dengan menggunakan Grandby. Tahap terakhir yaitu Backfilling (pengisian ulang) merupakan proses pemompaan Backfill dalam bentuk campuran air dan padatan (Slurry) ke dalam Stope (lubang hasil proses penambangan), hal ini untuk menghindari terjadinya Subsidence permukaan, serta sebagai pijakan pemboran selanjutnya.
Sistem pengolahan bijih emasnya dilakukan oleh PT. Antam Tbk. Dengan menggunakan dua buah pabrik yang berbeda namun dengan proses yang sama. Kapasitas untuk pabrik pertama sebesar 500 dry million ton atau ton kering per jam dan pabrik kedua berkapasitas 720 dry million ton. Alur proses pengolahan bijih menjadi dore bullion melewati 5 tahap proses yaitu, yang pertama adalah Crushing Unit yaitu proses pengecilan bijih hasil penambangan mulai dari ukuran 400 mm menjadi ukuran kurang dari 12.5 mm. selanjutnya adalah Milling Unit, dari Crushing bijih emas dibawa ke bin dengan belt conveyor menuju ballmill, kemudian bijih digerus bersama kapur mati, bola baja sebagai media gerus dan Pb(NO ) (lead nitrat) untuk mempercepat proses pelindian perak pada proses
sianidasi, dan jenis prosesnya adalah proses basah (media air). 3 2
27 menyerap larutan emas dan perak di sirkuit CIL, dilepaskan kembali menjadi fase larutan.
Hasil dari proses elution disebut sebagai air kaya (eluate solution) akan diolah dalam proses electrowining. Air kaya dari tanki eluate dipompakan menuju bak elektrowining, emas dan perak dalam air kaya akan terdeposisi ke kawat katoda menggunakan arus searah (elektrolisa). Emas dan perak yang menempel pada proses elektrolisis di sel katoda yang berupa endapan disebut cake. Setelah proses electrowining adalah proses smelting, dimana cake dipanaskan sampai melebur dengan waktu sekitar 4 jam dan hasil peleburan ini berupa dore bullion. Dore bullion ditampung dalam louder untuk dimasukkan ke percetakan bullion (bullion mold) yang selanjutnya dikirim ke unit pemurnian logam mulia di Jakarta yang juga merupakan satu unit produksi PT. Antam Tbk. Untuk dimurnikan sehingga kadarnya mencapai 99.8 %.
Dan tahap terakhir adalah proses pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dalam menangani limbahnya dilengkapi dengan tailing dam sebagai tempat penampungan limbah terakhir dan dua area Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret. IPAL tambang mengelola limbah dengan kadar TSS (Total Suspended Solid) yang tinggi dan IPAL Cikaret mengelola limbah dengan kadar sianida yang tinggi, maka adanya penambahan CuSO dan H O selain flocculant dan coagulant. IPAL ini dibangun untuk mengolah limbah cair dari overflow tailing dam, sebelum dialirkan ke sungai cikaniki, sludge yang mengendap diangkut oleh dump truck untuk dikembalikan ke tailing dam.
28 2.1.3. Buangan dari Pertambangan dan Pengolahan Emas
Buangan dari adanya pertambangan dan pengolahan emas cukup bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan. Pertambangan emas biasanya akan menghasilkan air, tanah, batu, yang merupakan sisa dari proses penambangan. Untuk pengolahan emas juga dihasilkan buangan berupa air, lumpur, dan bahan-bahan yang dipakai dalam proses pengolahan bijih emas.
2.2. Limbah Berbahaya
Pencemaran lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami sebagai sesuatu kejadian lingkungan yang tidak diingini, menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan sampai kematian. Hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat disebut pencemaran, misalnya udara berbau tidak sedap, air berwarna keruh, tanah ditimbuni sampah. Hal tersebut dapat berkembang dari sekedar tidak diingini menjadi gangguan. Udara yang tercemar baik oleh debu, gas maupun unsur kimia lainnya dapat menyakitkan saluran pernafasan, mata menjadi pedas atau merah dan berair. Bila zat pencemar tersebut mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), kemungkinan dapat berakibat fatal.
29 atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
2.2.1. Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
30 industri, dan kegiatan pertambangan. Jenis dan akibat dari limbah berbahaya yang dihasilkan dari tempat-tempat tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
2.2.1.1. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Tangga
Terdapat dua jenis limbah rumah tangga yaitu limbah organik dan anorganik, dimana sebagian besar limbah rumah tangga merupakan bahan organik seperti sisa-sisa makanan (sayuran, sisa tepung, kulit buah dan daun-daun), dan juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Sedangkan untuk limbah anorganik yang berasal dari rumah tangga adalah berupa botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kain (sintetis).
Dampak yang diakibatkan dari limbah hasil rumah tangga adalah yang pertama dampak terhadap kesehatan. Lokasi dan pengelolaan limbah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang ditimbulkan adalah diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari limbah dengan pengelolaan tidak tepat yang dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat
31 2.2.1.2. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Industri
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah, limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx diudara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah-limbah yang biasa dihasilkan oleh industri adalah
• Chromium
32 adalah Cr-O, Cr-III, Cr-VI Electroplating, penyamakan kulit dan pabrik textil merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air permukaan.
Limbah padat dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill dapat merupakan sumber kontaminan terhadap air tanah. Kelompok Resiko Tinggi : Pekerja di industri yang memproduksi dan menggunakan Cr, dan perumahan yang terletak dekat tempat produksi akan terpajan Cr-VI lebih tinggi. Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui pernafasan (inhalasi) atau kulit. Pemajanan melaui, inhalasi terutama pekerja, kulit, dan Oral (masyarakat pada umumnya). Dampak Kesehatan dan efek fisiologi yang akan terjadi ketika tercemar oleh Cromium adalah Cr (III) yang merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal. Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas. Efek pada Kulit adalah Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV. Efek pada Ginjal bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis, efek pada hati adalah pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut.
• Cadmium (Cd)
33 (Cadmium Chloride) atau belerang (Cadmium Sulfide). Kebanyakan Cadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng, timah atau tembaga cadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama plating logam, pigmen, baterai dan plastik.
Pemajanan
Sumber utama pemajanan Cd berasal dari makanan karena makanan menyerap dan mengikat Cd. misalnya : tanaman dan ikan. Tidak jarang Cd dijumpai dalam air karena adanya resapan dari tempat buangan limbah bahan kimia.
Dampak pada kesehatan
Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya kerusakan ginjal,liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah. • Cupper (Cu)
Tembaga merupakan logam berwarna kemerah-merahan dipakai sebagai logam murni atau logam campuran (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis logam, pipa dan lain-lain.
Pemajanan
34 Dampak terhadap Kesehatan
Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap sehat. Namun suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai kematian.
• Timah Hitam (Pb)
Sumber emisi antara lain dari : Pabrik plastik, percetakan, peleburan timah, pabrik karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, tambang timah dsb.
Pemajanan
melalui Oral dan Inhalasi Dampak pada Kesehatan
Sekali masuk ke dalam tubuh timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen yaitu
• Darah
• Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak) • Jaringan dengan mineral (tulang + gigi)
35 • Nickel (Ni)
Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral. Ni diproduksi dari biji Nikel, peleburan atau daur ulang besi, terutama digunakan dalam berbagai macam baja dan suasa serta elektroplating. Salah satu sumber terbesar Ni terbesar di atmosfir berasal dari hasil pembakaran BBM, pertambangan, penyulingan minyak, incenerator. Sumber Ni di air berasal dari lumpur limbah, limbah cair dari “Sewage Treatment Plant”, air tanah dekat lokasi landfill.
Pemajanan
Melalui inhalasi, oral dan kontak kulit. Dampak terhadap Kesehatan
Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.
• Pestisida
Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk jasad renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan keselamatan tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan perdagangan/ komoditi.
Pemajanan
36 Dampak pada Kesehatan
Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan keracunan sistemik dan menghambat enzim Cholinesterase (Enzim yang mengontrol transmisi impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang berakibat terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan, jaringan, dan organ penting lainnya.
• Arsene
Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air ditemukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai Arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui (Organik/ Inorganik). Industri peleburan tembaga atau metal lain biasanya melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam kadar rendah biasa ditemukan pada kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran zat tersebut menghasilkan kadar arsen inorganik ke udara, dan penggunaan arsen terbesar adalah untuk pestisida.
Pemajanan
37 Dampak terhadap Kesehatan
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan, bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
• Nitrogen Oxide (NOx)
NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari hasil pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen.
Pemajanan
Pada manusia pada umumnya melalui inhalasi atau pernafasan. Dampak terhadap kesehatan
Berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah, sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru
• Sulfur Oxide (SOx)
Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan minyak, industri kimia dan metalurgi.
Dampak terhadap Kesehatan
38 • Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk, rasa tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah rendah dan nadi cepat.
• Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar. • Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, berasal dari hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung rantai karbon.
Pemajanan
Pada manusia melalui inhalasi. Dampak terhadap kesehatan
• Keracunan akut terjadi setelah terpajan karbonmonoksida berkadar tinggi. CO yang masuk kedalam tubuh dengan cepat mengikat haemoglobine dalam darah membentuk karboksihaemoglobine (COHb), sehingga haemoglobine tidak mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan dari pada jaringan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena CO mempunyai daya ikat terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali lebih besar dari pada oksigen, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak atau hypoxia, susunan saraf, dan jantung, karena organ tersebut kekurangan oksigen dan selanjutnya dapat mengakibatkan kematian.
39 2.2.1.3. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Pertambangan
Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses dipertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau merkuri akan menghasilakan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik. Adapun penjelasan mengenai limbah berbahaya yang dihasilkan oleh pertambangan adalah sebagai berikut.
1. Merkuri
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang memiliki sifat cair pada temperatur ruang dengan gaya berat spesifik (specific gravity) dan daya hantar listrik yang tinggi, mudah bergerak, tidak berbau, tidak larut dalam air, sebagai pelarut organik, cenderung membentuk Alloy dengan logam lain, bertekanan uap tinggi dan berat jenis yaitu 13,54 pada suhu 20 C. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium. Merkuri merupakan zat yang sangat beracun bagi makhluk hidup baik sebagai unsur tunggal maupun yang telah membentuk persenyawaan (Palar, 2004).
o
Menurut William et . a l (1995) beberapa sumber polutan yang menyebabkan terjadinya penimbunan merkuri di lingkungan laut, yang terpenting adalah industri penambangan logam, industri bijih besi, termasuk metal plating, industri yang memproduksi bahan kimia, baik organik maupun anorganik, dan sampah domestik (offshore dumping), lumpur dan lain-lain.
40 pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat jaringan tubuh organisme air. Merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari) (Ismunandar, 2002).
41 1.1. Proyek Merkuri Global
Penilaian Lingkungan di dua area pertambangan emas skala kecil di Indonesia
Tujuan dari proyek ini adalah untuk memimpin penilaian terhadap besarnya kontaminasi merkuri dalam dua area pertambangan emas tersebut, memberikan dukungan secara teknik untuk langkah- langkah intervensi yang akan dilakukan, penyelidikan keberadaan sumber merkuri saat ini dan sebelum adanya kegiatan tambang, evaluasi ketersediaan merkuri serta pergerakannya melalui karakteristik hidrokomia, geokimia, mineralogy, dan bioindikator.
Pertambangan batu keras dilakukan didalam lubang sempit dengan diameter 50-70 cm dan kedalaman mencapai 30 m, penemuan bijih emas utamanya dilakukan dengan mencari lapisan-lapisan urat-urat emas dalam batu-batu vulkanik. Lalu untuk mengangkat bijih-bijih emas yang ditemukan dilakukan dengan menggunakan karung-karung agar dapat diangkut dari kedalaman 30 m tersebut ke permukaan lubang tambang. Setelah mengumpulkan bijih-bijih emas tersebut, barulah dilakukan pengolahan untuk mendapatkan emas. Bijih-bijih tersebut diangkut dan dibawa ke tempat penggilingan, lalu bijih-bijih tersebut dihancurkan dengan alat penggilingan untuk mendapatkan kualitas bijih yang terbaik.
42 satu kali putaran, dimana dilakukan 3 kali putaran per hari adalah sebanyak 2 % dari total 3600 kg per hari penggunaan merkuri yaitu sekitar 72 kg merkuri yang hilang per harinya.
Rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emas yang normal biasanya ada pada interval 1:1 hingga 2:1, untuk kasus di Tatelu ini rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emasnya adalah 60:1, jadi untuk satu kg emas digunakan 60 kg merkuri. Hal tersebut menyebabkan besarnya merkuri yang hilang ke lingkungan, sehingga besar pula resiko bahaya kesehatan yang dihadapi, terutama yang melakukan pengolahan bijih emas yang berinteraksi langsung dengan merkuri tersebut akan mudah terkontaminasi merkuri yaitu melalui udara yang dihirupnya yang telah terkontaminasi merkuri.
Sedangkan untuk di daerah Galangan, jumlah merkuri yang hilang setelah proses pencampuran dimana terdapat 500 unit dan hanya melakukan 1 kali putaran per harinya dengan penggunaan merkuri 1kg per tromel. Dan rasi penggunaa merkuri untuk mengikat emasnya hanya 2,4:1 yaitu 2,4 kg merkuri untuk 1 kg emas. Di daerah Galangan ini lebih sedikit menggunakan merkuri dibanding di daerah Tatelu (Saulo dkk, 2004).
2. Sianida
43 dalam asap rokok (hardiani, 2002.) berdasarkan tingkat keracunannya, dikenal tiga macam senyawa sianida, yaitu:
a. Sianida bebas (CN free)
Sianida bebas adalah jumlah dari konsentrasi HCN dan ion CN- dalam larutan air. CN free beracun bagi manusia, hewan mamalia dan spesies air (Doudoroff, 1976 dalam Hardiani, 2002.). Dosis mematikan untuk manusia dewasa sangat bervariasi tergantung pada besarnya pemaparan, seperti dibawah ini:
• 1 sampai 3 mg/kg berat tubuh, jika terminum; • 100 sampai 300 ppm, jika terhirup;
• 100 mg/kg berat tubuh jika terserap.
b. Sianida Total (Total Cyanide)
Sianida total adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdapat dalam air termasuk senyawa kompleks sianida logam. Dalam terminologi, CN total dituliskan CN-, dan CN free juga berlabel CN-, dengan demikian terkadang sulit membedakan antara CN total dengan CN free. Pada umumnya ahli biologi dan ilmuwan-ilmuwan lingkungan lebih menyukai peraturan yang menunjukkan terminologi CN free, karena CN total kurang beracun bila dibandingkan CN free. c. Weak Acid Dissociable Cyanide (CN WAD)
44 memiliki efek toksisitas tersendiri. Untuk Zinc sianida efek toksisitasnya antara 0,18 sampai 0,26 mg/l, sedangkan Cadmium sianida sebesar 0,18 mg/l.
Pencemaran sianida pada proses pengolahan bijih emas menurut Soedjoko et al (1991) adalah gangguan akibat penggunaan sianida yang mungkin timbul dalam proses ekstraksi emas, meliputi antara lain tercemarnya air sungai, air tanah dan udara. Sianidasi biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang bermodal besar, maka pada umumnya mereka sudah melengkapinya dengan unit pengendali limbah, meresirkulasikan limbah cairnya ke dalam proses pengolahan dan membuat tailing pond/tailing dam, dimana disini terjadi degradasi sianida secara alami. Namun demikian pencemaran masih tetap akan ada, apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik dan tidak dilakukan pengawasan dan pemantauan secara terus menerus terhadap limbah yang akan dibuang ke sungai.
45 2.2.1.4. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Sakit
Setiap ruang kerja di rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Adapun jenis limbah dari setiap ruang dapat berbeda-beda sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Secara umum, berdasarkan asalnya sampah rumah sakit dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Sampah Anatomis, contoh: potongan tubuh manusia
2. Sampah Non anatomis, contoh: perban, kapas, kasa pembalut luka
3. Sampah inventaris/administrasi dan sampah domestik, contoh: pembungkus makanan, sisa makanan pasien, kertas, kardus, plastik.
Berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu sampah medis atau klinis, dan sampah non medis. Dari keseluruhan sampah rumah sakit, sekitar 10% merupakan sampah infektif (dapat menularkan penyakit) sehingga memerlukan penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang. Sedangkan limbah cair dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah cair infektif dan limbah cair non infektif. Limbah cair infektif terutama berasal dari kegiatan-kegiatan: 1. Pengobatan/perawatan pasien dengan penyakit infeksi, berupa buangan
pasien dan pencucian peralatan pasien.
2. Kegiatan operasi dan kegiatan laboratorium klinis berupa darah, sisa obat, dan pencucian peralatan.
3. Kegiatan laundry dan pembersihan ruangan infektif.
Sedangkan sumber limbah cair non infektif berasal dari kegiatan seperti: 1. Dapur
46 Limbah medis atau klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veterinary (kedokteran hewan), pengobatan, terapi, penelitian. Rumah sakit merupakan penghasil limbah medis terbesar, berbagai jenis limbah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung terutama bagi petugas yang menangani limbah tersebut serta masyarakat di sekitar rumah sakit. Berdasarkan potensi bahaya yang terkandungdalam limbah medis, maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Depkes RI, 1996 dalam Ariany, 2005):
1. Limbah Benda Tajam
Selain berpotensi menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan, limbah benda tajam juga memiliki potensi bahaya tambahan yang dapat menularkan penyakit digunakan untuk pengobatan pasien infeksi.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruangan perawatan (isolasi) penyakit menular. 3. Limbah jaringan tubuh
Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah, cairan tubuh yang dihasilkan pada saat pembedahan (autopsi).