• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Emas

2.5. Kasus Minamata

Penyakit minamata pertama kali ditemukan di Kumamoto pada tahun 1956, dan pada tahun 1968 Jepang mangumumkan penyakit ini disebabkan oleh pencemaran pabrik perusahaan Chisso Co. Ltd. Penyakit Minamata diduga akibat banyaknya ikan dan kerang yang mati di Teluk Minamata karena airnya tercemar oleh metil merkuri (methylmercury).

53

Gambar 6. Kedudukan teluk Minamata yang terletak di Jepang

Tahun 1908 perusahaan Chisso didirikan dan pada tahun 1932 perusahaan ini mulai mengeluarkan berbagai jenis produk dari pewarna kuku, peledak dan sebagainya. Industri ini berkembang melalui industri kimia, dan kemudian mulai membuang sisa limbahnya ke perairan teluk Minamata. Kira-kira 200-600 ton merkuri dibuang dari tahun 1932 hingga 1968. Selain merkuri, sisa limbah PT Chisso juga terdiri dari mangan, thalium, dan selenium.

Gambar 7. Saluran pipa sisa buangan merkuri dari perusahaan Chisso.

Bencana mulai dirasakan pada tahun 1949 ketika kawasan batu karang semakin rusak, sehingga ikan yang menjadi sumber tangkapan nelayan Minamata mulai menurun secara drastis. Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk Minamata mengalami kejang- kejang, seperti menari-nari, dan mengeluarkan air liur dan beberapa saat kemudian kucing itu mati.

Gambar 8. putaran proses pencemaran yang dimulai dari sisa buangan mengandungi metil merkuri

54 Pada Tahun 1956, gadis berusia 5 tahun menderita gejala kerusakan otak, gangguan berkomunikasi, dan kehilangan keseimbangan, akibatnya dia tidak dapat berjalan seperti biasa, hal yang sama terjadi pada adik dan empat orang saudaranya. Penyakit ini kemudiannya diberi nama oleh Dr. Hosokawa sebagai penyakit minamata atau minamata disease.

Tahun 1959 terbukti penyakit Minamata disebabkan oleh keracunan metil merkuri, dibuktikan melalui kucing yang kejang dan diikuti dengan kematian setelah diberi makan metil merkuri. Kemudian pada tahun 1960 bukti tersebut menyatakan bahwa PT Chisso berperanan besar dalam tragedi Minamata, karena penemuan metil merkuri dalam ekstrak kerang dari teluk Minamata. Sedimen kerang mengandung 10-100 ppm metil merkuri, sedangkan di dasar dekat pembuangan pabrik mencapai 2000 ppm. Akhirnya pada tahun 1968 pemerintah secara resmi mengakui sisa buangan pabrik Chisso sebagai sumber utama penyebab penyakit Minamata.

Tabel 3. Daftar Waktu Perkembangan Kasus Minamata

Tahun Kejadian

1908 Perusahaan Chisso berdiri 1932

Chisso mengeluarkan berbagai jenis produk dari pewarna kuku, peledak, dan sebagainya

1932-1968 Kira-kira 200-600 ton merkuri dibuang ke alam 1949 Batu karang semakin rusak, ikan semakin sulit didapat 1953

Beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari Teluk Minamata mengalami kejang- kejang, mengeluarkan air liur kemudian mati

1956

Gadis berusia 5 tahun menderita gejala kerusakan otak, gangguan berkomunikasi, dan kehilangan keseimbangan akibatnya tidak bisa berjalan, dan hal yang sama terjadi pada adik dan 4 orang saudaranya 1959 Terbukti penyakit Minamata disebabkan oleh metil merkuri

1960

PT. Chisso dinyatakan berperan besar dalam tragedi Minamata karena ditemukan metil merkuri dalam ekstrak kerang (10-100ppm) dari teluk Minamata

55

1968

Pemerintah Jepang secara resmi mengakui sisa buangan PT. chisso sebagai penyebab penyakit Minamata

1973

Distrik Kumamoto menetapkan bahwa Chisso secara resmi bertanggungjawab atas terjadinya penyakit Minamata

1988

Presiden dan Direktur Chisso dihukum bersalah dan harus membayar kompensasi untuk gejala gangguan sensorik yang parah menerima 2.6 juta yen dari Chisso

1995

Telah tercatat 14.753 orang mengaku menjadi korban pencemaran di Minamata

2.4.1 Gejala-gejala akibat penyakit Minamata

Minamata adalah penyakit yang disebabkan keracunan metil merkuri dengan mengakibatkan gangguan pada saraf pusat dan otak karena logam merkuri. Penyakit Minamata tidak menular secara genetik. Selain itu, penyakit Minamata juga tidak dapat diobati contonya dengan Antibiotik karena bukan disebabkan oleh infeksi, namun dengan merawat secara khusus dapat mengurangi gejala dan fisioterapi fisik.

Gambar 9. Korban yang mengalami kekejangan otot

Untuk pengetahuan anda, merkuri banyak digunakan dalam industri seperti Thermometer, baterai dan soda. Pada tubuh manusia metil merkuri menyebar ke seluruh jaringan terutama darah dan otak. Sekitar 90% ditemukan dalam sel darah merah dan sisanya dibuang melalui empedu ke saluran pencernaan juga air kencing. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi(pernafasan) dan juga makanan. Apabila ia memasuki melalui kulit ia akan menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Reaksinya berlangsung dengan singkat, seperti mandi beberapa kali pada air yang tercemar merkuri, kulit akan segera mengalami iritasi. Kadar metil merkuri tertinggi dapat ditemukan pada

56 ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga dapat menyebabkan radang buah pinggang atau nephritis, efek-efek saraf dan Jantung. Setelah keracunan, dapat timbul gangguan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga dapat menembus blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak.

Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat, akibatnya terjadi kerusakan sel-sel saraf pada otak kecil, selaput saraf dan bagian otak yang mengatur penglihatan. Korbannya mengalami kejang- kejang (paresthesia), gangguan berkomunikasi, hilang daya mengingat, ataxia dan lain-lain lagi. Gejala-gejala dapat berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan menelan, kelumpuhan, kerusakan otak, dan terakhir adalah kematian. Penderita kronik penyakit ini mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang kemampuan indra perasa dan pembau serta menjadi pelupa (Anonim).

2.4.1. Kompensasi kepada Para Korban

Korban akibat penyakit minamata semakin bertambah banyak karena penduduk pada distrik Kumamoto mayoritas mengkonsumsi ikan yang merupakan media transfer utama merkuri kedalam tubuh para korban, ditambah dengan penyakit minamata bawaan yang menyerang anak-anak yang dilahirkan setelah adanya penyakit minamata ini. Pada tahun 1958 tepatnya bulan Agustus dibentuk lembaga solidaritas keluarga dan penderita penyakit minamata yang beraksi untuk menuntut dana kompensasi bagi para korban. Pihak perusahan tetap mengelak bahwa penyakit tersebut tidak disebabkan oleh limbah yang dihasilkan oleh perusahaan Chisso tersebut. Lembaga solidaritas ini tetap berjuang yang akhirnya pada akhir tahun 1959 mereka ditawarkan kontrak oleh perusahaan Chisso melalui gubernur Teramoto yang berisi pemberian dana kompensasi kepada korban yang

57 meninggal sebesar 300 ribu yen dengan biaya pemakaman sebesar 20 ribu yen, dan bagi mereka yang masih hidup diberikan dana kompensasi sebesar 100 ribu yen untuk orang dewasa dan 30 ribu yen untuk anak-anak per tahunnya.

Hingga tahun 1995 masalah permintaan dana kompensasi terus berlangsung, karena tidak semua korban mendapatkan dana kompensasi namun hanya yang memiliki sertifikasi saja yang akan mendapatkan dana kompensasi. Pada tanggal 27 April tahun 2001 para korban menuntut penegakan hukum hingga ke pengadilan tinggi Osaka, dan memutuskan bahwa pemerintah tidak ada usaha untuk menolong dan bertanggung jawab akibat limbah perusahaan Chisso sebagai biang pencemaran yang berujung pada penyakit minamata, dan pemerintah diharuskan untuk bertanggungjawab dengan memberi kompensasi bagi para korban. Pada tanggal 11 Mei 2001 kasus ini dibawa lagi ke pengadilan tinggi Jepang dan kasus ini berlanjut tanpa kesimpulan. Seiring dengan meninggalnya para korban, pada faktanya penyakit minamata belumlah berakhir hingga saat ini.

Sebagai kelanjutan gugatan masyarakat yang terkena penyakit Minamata kepada pemerintah Jepang sejak tahun 1995, telah digelar persidangan di Pengadilan Tinggi Kansai di Osaka Jepang pada tanggal 15 Oktober 2004. Hasil dari persidangan tersebut adalah memutuskan untuk memenangkan gugatan 37 orang masyarakat yang terkena penyakit Minamata dan mengharuskan pemerintah Jepang dan perusahaan Chisso memberi dana kompensasi sebagai bentuk tanggungjawab akibat pencemaran yang ditimbulkan sebesar 71.500.000 yen kepada korban.

BAB III