• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Emas

2.2. Limbah Berbahaya

2.2.1. Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya

2.2.1.1. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Tangga

Terdapat dua jenis limbah rumah tangga yaitu limbah organik dan anorganik, dimana sebagian besar limbah rumah tangga merupakan bahan organik seperti sisa-sisa makanan (sayuran, sisa tepung, kulit buah dan daun-daun), dan juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Sedangkan untuk limbah anorganik yang berasal dari rumah tangga adalah berupa botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kain (sintetis).

Dampak yang diakibatkan dari limbah hasil rumah tangga adalah yang pertama dampak terhadap kesehatan. Lokasi dan pengelolaan limbah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang ditimbulkan adalah diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari limbah dengan pengelolaan tidak tepat yang dapat bercampur air

minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat

dengan cepat di daerah yang pengelolaan limbahnya kurang memadai, dan penyakit yang disebabkan oleh jamur (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan, salah satu contohnya adalah penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah.

31 2.2.1.2. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Industri

Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah, limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx diudara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah-limbah yang biasa dihasilkan oleh industri adalah

Chromium

Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri Metalurgi, Kimia,

Refractory (heat resistant application). Dalam industri metalurgi, chromium

merupakan komponen penting dari stainless steels dan berbagai campuran logam. Dalam industri kimia digunakan sebagai : Cat pigmen (dapat berwarna merah, kuning, orange dan hijau), Chrome plating, penyamakan kulit, Treatment Wool 8 Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya

32 adalah Cr-O, Cr-III, Cr-VI Electroplating, penyamakan kulit dan pabrik textil merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air permukaan.

Limbah padat dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill

dapat merupakan sumber kontaminan terhadap air tanah. Kelompok Resiko Tinggi : Pekerja di industri yang memproduksi dan menggunakan Cr, dan perumahan yang terletak dekat tempat produksi akan terpajan Cr-VI lebih tinggi. Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui pernafasan (inhalasi) atau kulit. Pemajanan melaui, inhalasi terutama pekerja, kulit, dan Oral (masyarakat pada umumnya). Dampak Kesehatan dan efek fisiologi yang akan terjadi ketika tercemar oleh Cromium adalah Cr (III) yang merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal. Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas. Efek pada Kulit adalah Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV. Efek pada Ginjal bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis, efek pada hati adalah pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut.

Cadmium (Cd)

Cadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Cadmium murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak, namun bentuk ini tak lazim ditemukan di lingkungan. Umumnya cadmium terdapat dalam kombinasi dengan elemen lain seperti Oxigen (Cadmium Oxide), Clorine

33 (Cadmium Chloride) atau belerang (Cadmium Sulfide). Kebanyakan Cadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng, timah atau tembaga cadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama plating logam, pigmen, baterai dan plastik.

Pemajanan

Sumber utama pemajanan Cd berasal dari makanan karena makanan menyerap dan mengikat Cd. misalnya : tanaman dan ikan. Tidak jarang Cd dijumpai dalam air karena adanya resapan dari tempat buangan limbah bahan kimia.

Dampak pada kesehatan

Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya kerusakan ginjal,liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah. • Cupper (Cu)

Tembaga merupakan logam berwarna kemerah-merahan dipakai sebagai logam murni atau logam campuran (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis logam, pipa dan lain-lain.

Pemajanan

Pada manusia pemajanan terjadi melalui pernafasan, oral dan kulit yang berasal dari berbagai bahan yang mengandung tembaga. Tembaga juga terdapat pada tempat pembuangan limbah bahan berbahaya. Senyawa tembaga yang larut dalam air akan lebih mengancam kesehatan. Cu yang masuk ke dalam tubuh, dengan cepat masuk ke peredaran darah dan didistribusi ke seluruh tubuh.

34 Dampak terhadap Kesehatan

Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap sehat. Namun suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai kematian.

Timah Hitam (Pb)

Sumber emisi antara lain dari : Pabrik plastik, percetakan, peleburan timah, pabrik karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, tambang timah dsb.

Pemajanan

melalui Oral dan Inhalasi Dampak pada Kesehatan

Sekali masuk ke dalam tubuh timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen yaitu

• Darah

• Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak) • Jaringan dengan mineral (tulang + gigi)

Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah gangguan pada saraf perifer dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vit.D dan Calsium sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus placenta sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin.

35 • Nickel (Ni)

Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral. Ni diproduksi dari biji Nikel, peleburan atau daur ulang besi, terutama digunakan dalam berbagai macam baja dan suasa serta elektroplating. Salah satu sumber terbesar Ni terbesar di atmosfir berasal dari hasil pembakaran BBM, pertambangan, penyulingan minyak, incenerator. Sumber Ni di air berasal dari lumpur limbah, limbah cair dari “Sewage Treatment Plant”, air tanah dekat lokasi landfill.

Pemajanan

Melalui inhalasi, oral dan kontak kulit. Dampak terhadap Kesehatan

Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.

Pestisida

Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk jasad renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan keselamatan tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan perdagangan/ komoditi.

Pemajanan

36 Dampak pada Kesehatan

Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan keracunan sistemik dan menghambat enzim Cholinesterase (Enzim yang mengontrol transmisi impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang berakibat terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan, jaringan, dan organ penting lainnya.

Arsene

Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air ditemukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai Arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui (Organik/ Inorganik). Industri peleburan tembaga atau metal lain biasanya melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam kadar rendah biasa ditemukan pada kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran zat tersebut menghasilkan kadar arsen inorganik ke udara, dan penggunaan arsen terbesar adalah untuk pestisida.

Pemajanan

Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan atau minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.

37 Dampak terhadap Kesehatan

Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan, bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.

Nitrogen Oxide (NOx)

NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari hasil pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen.

Pemajanan

Pada manusia pada umumnya melalui inhalasi atau pernafasan. Dampak terhadap kesehatan

Berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah, sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru

Sulfur Oxide (SOx)

Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan minyak, industri kimia dan metalurgi.

Dampak terhadap Kesehatan

• Bila pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut, pharynx, abdomen yang disusul dengan muntah, diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan darah turun drastis.

38 • Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk, rasa tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah rendah dan nadi cepat.

• Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar. • Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, berasal dari hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung rantai karbon.

Pemajanan

Pada manusia melalui inhalasi. Dampak terhadap kesehatan

• Keracunan akut terjadi setelah terpajan karbonmonoksida berkadar tinggi. CO yang masuk kedalam tubuh dengan cepat mengikat haemoglobine dalam darah membentuk karboksihaemoglobine (COHb), sehingga haemoglobine tidak mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan dari pada jaringan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena CO mempunyai daya ikat terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali lebih besar dari pada oksigen, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak atau hypoxia, susunan saraf, dan jantung, karena organ tersebut kekurangan oksigen dan selanjutnya dapat mengakibatkan kematian.

• Keracunan kronis terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO yang berkadar rendah atau sedang. Keracunan kronis menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, gangguan fungsi ginjal, jantung, dan darah.

39 2.2.1.3. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Pertambangan

Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses dipertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau merkuri akan menghasilakan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik. Adapun penjelasan mengenai limbah berbahaya yang dihasilkan oleh pertambangan adalah sebagai berikut.

1. Merkuri

Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang memiliki sifat cair pada temperatur ruang dengan gaya berat spesifik (specific gravity) dan daya hantar listrik yang tinggi, mudah bergerak, tidak berbau, tidak larut dalam air, sebagai pelarut organik, cenderung membentuk Alloy dengan logam lain, bertekanan uap tinggi dan berat jenis yaitu 13,54 pada suhu 20 C. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium. Merkuri merupakan zat yang sangat beracun bagi makhluk hidup baik sebagai unsur tunggal maupun yang telah membentuk persenyawaan (Palar, 2004).

o

Menurut William et . a l (1995) beberapa sumber polutan yang menyebabkan terjadinya penimbunan merkuri di lingkungan laut, yang terpenting adalah industri penambangan logam, industri bijih besi, termasuk metal plating, industri yang memproduksi bahan kimia, baik organik maupun anorganik, dan sampah domestik (offshore dumping), lumpur dan lain-lain.

Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian

40 pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat jaringan tubuh organisme air. Merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari) (Ismunandar, 2002).

Sifat ion Merkuri yang mudah berinteraksi dengan air, maka merkuri dengan mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi (pernafasan) maupun lewat makanan. Bila masuk melalui kulit akan menyebabkan reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit, reaksi seperti ini tidak perlu menunggu lama cukup mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera mengalami iritasi. Pekerja yang biasa menggunakan merkuri berisiko tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru, sehingga saraf juga bisa rusak. Cara lain masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia adalah melalui makanan atau minuman. Jadi pada gilirannya, manusia sendiri juga ikut menimbun merkuri dalam tubuhnya. Dampak akibat masuknya merkuri ke dalam tubuh biasanya muncul dalam waktu lama, bisa bulanan atau tahunan tergantung kadar merkuri yang masuk. Merkuri akan menumpuk dan selanjutnya mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotoksik (Budiawan, 2009).

41 1.1. Proyek Merkuri Global

Penilaian Lingkungan di dua area pertambangan emas skala kecil di Indonesia

Tujuan dari proyek ini adalah untuk memimpin penilaian terhadap besarnya kontaminasi merkuri dalam dua area pertambangan emas tersebut, memberikan dukungan secara teknik untuk langkah- langkah intervensi yang akan dilakukan, penyelidikan keberadaan sumber merkuri saat ini dan sebelum adanya kegiatan tambang, evaluasi ketersediaan merkuri serta pergerakannya melalui karakteristik hidrokomia, geokimia, mineralogy, dan bioindikator.

Pertambangan batu keras dilakukan didalam lubang sempit dengan diameter 50-70 cm dan kedalaman mencapai 30 m, penemuan bijih emas utamanya dilakukan dengan mencari lapisan-lapisan urat-urat emas dalam batu-batu vulkanik. Lalu untuk mengangkat bijih-bijih emas yang ditemukan dilakukan dengan menggunakan karung-karung agar dapat diangkut dari kedalaman 30 m tersebut ke permukaan lubang tambang. Setelah mengumpulkan bijih-bijih emas tersebut, barulah dilakukan pengolahan untuk mendapatkan emas. Bijih-bijih tersebut diangkut dan dibawa ke tempat penggilingan, lalu bijih-bijih tersebut dihancurkan dengan alat penggilingan untuk mendapatkan kualitas bijih yang terbaik.

Setelah didapatkan bijih dengan kualitas yang terbaik selanjutnya adalah memasukkan bijih-bijih tersebut ke dalam tromel untuk dihancurkan kembali, setelah itu dilakukan pencampuran langsung dengan menggunakan merkuri tanpa konsentrasi gravitasi untuk mendapatkan emas yang diinginkan. Merkuri yang hilang setelah proses pencampuran untuk Kasus di Tatelu, dimana terdapat 100 unit dengan 12 tromel per unit yang menggunakan 1 kg merkuri per tromel untuk

42 satu kali putaran, dimana dilakukan 3 kali putaran per hari adalah sebanyak 2 % dari total 3600 kg per hari penggunaan merkuri yaitu sekitar 72 kg merkuri yang hilang per harinya.

Rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emas yang normal biasanya ada pada interval 1:1 hingga 2:1, untuk kasus di Tatelu ini rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emasnya adalah 60:1, jadi untuk satu kg emas digunakan 60 kg merkuri. Hal tersebut menyebabkan besarnya merkuri yang hilang ke lingkungan, sehingga besar pula resiko bahaya kesehatan yang dihadapi, terutama yang melakukan pengolahan bijih emas yang berinteraksi langsung dengan merkuri tersebut akan mudah terkontaminasi merkuri yaitu melalui udara yang dihirupnya yang telah terkontaminasi merkuri.

Sedangkan untuk di daerah Galangan, jumlah merkuri yang hilang setelah proses pencampuran dimana terdapat 500 unit dan hanya melakukan 1 kali putaran per harinya dengan penggunaan merkuri 1kg per tromel. Dan rasi penggunaa merkuri untuk mengikat emasnya hanya 2,4:1 yaitu 2,4 kg merkuri untuk 1 kg emas. Di daerah Galangan ini lebih sedikit menggunakan merkuri dibanding di daerah Tatelu (Saulo dkk, 2004).

2. Sianida

Sianida secara alami terbentuk dalam ikatan yang dihasilkan oleh reaksi biokimia. Banyak spesies tumbuhan yang terdiri atas senyawa organik yang mengandung sianida dalam bentuk cyanogenic glycosides (Knowles, 1976 dalam Hardiani, Lidya 2002). Contohnya sianida yang terdapat pada tanaman seperti selada, jagung, ubi, kedelai, dan almond, selain tanaman sianida juga terdapat

43 dalam asap rokok (hardiani, 2002.) berdasarkan tingkat keracunannya, dikenal tiga macam senyawa sianida, yaitu:

a. Sianida bebas (CN free)

Sianida bebas adalah jumlah dari konsentrasi HCN dan ion CN- dalam larutan air. CN free beracun bagi manusia, hewan mamalia dan spesies air (Doudoroff, 1976 dalam Hardiani, 2002.). Dosis mematikan untuk manusia dewasa sangat bervariasi tergantung pada besarnya pemaparan, seperti dibawah ini:

• 1 sampai 3 mg/kg berat tubuh, jika terminum; • 100 sampai 300 ppm, jika terhirup;

• 100 mg/kg berat tubuh jika terserap. b. Sianida Total (Total Cyanide)

Sianida total adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdapat dalam air termasuk senyawa kompleks sianida logam. Dalam terminologi, CN total dituliskan CN-, dan CN free juga berlabel CN-, dengan demikian terkadang sulit membedakan antara CN total dengan CN free. Pada umumnya ahli biologi dan ilmuwan-ilmuwan lingkungan lebih menyukai peraturan yang menunjukkan terminologi CN free, karena CN total kurang beracun bila dibandingkan CN free. c. Weak Acid Dissociable Cyanide (CN WAD)

CN wad adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdisosiasi dalam asam lemah. Konsentrasi ini tidak termasuk senyawa kompleks sianida yang stabil (seperti ferisianida, ferosianida dan senyawa kompleks sianida logam lainnya). Logam-logam yang biasanya berikatan dengan sianida jenis ini antara lain Zinc dan Cadmium. Masing-masing logam yang berikatan dengan sianida

44 memiliki efek toksisitas tersendiri. Untuk Zinc sianida efek toksisitasnya antara 0,18 sampai 0,26 mg/l, sedangkan Cadmium sianida sebesar 0,18 mg/l.

Pencemaran sianida pada proses pengolahan bijih emas menurut Soedjoko et al (1991) adalah gangguan akibat penggunaan sianida yang mungkin timbul dalam proses ekstraksi emas, meliputi antara lain tercemarnya air sungai, air tanah dan udara. Sianidasi biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang bermodal besar, maka pada umumnya mereka sudah melengkapinya dengan unit pengendali limbah, meresirkulasikan limbah cairnya ke dalam proses pengolahan dan membuat tailing pond/tailing dam, dimana disini terjadi degradasi sianida secara alami. Namun demikian pencemaran masih tetap akan ada, apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik dan tidak dilakukan pengawasan dan pemantauan secara terus menerus terhadap limbah yang akan dibuang ke sungai.

Soedjoko et al (1991) juga menyebutkan bahwa pemakaian garam-garam sianida pada industri, seperti pengolahan emas dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia/pekerja. Hal ini disebabkan karena ion sianida mempunyai sifat menghambat kerjanya beberapa sistem enzim dalam tubuh manusia. Enzin yang sangat peka terhadap sianida adalah enzim sitokrom oksidase

dan enzim lainnya yang mengontrol oksidasi dalam jaringan sel. Jaringan sel yang terhambat oleh ion sianida tidak dapat menggunakan oksigen yang dibawa oleh darah, sebagai akibatnya pembentukan oxyhaemoglobin yang diperlukan untuk pembakaran terganggu. Persenyawaan sianida berupa gas sangat mudah diserap oleh paru-paru dan penyerapan melalui kulit umumnya lambat. Serangan sianida berjalan cepat, gejala yang timbul umumnya: lemah, sakit kepala, pandangan kabur, dan kadang-kadang pingsan.

45 2.2.1.4. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Sakit

Setiap ruang kerja di rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Adapun jenis limbah dari setiap ruang dapat berbeda-beda sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Secara umum, berdasarkan asalnya sampah rumah sakit dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Sampah Anatomis, contoh: potongan tubuh manusia 

2. Sampah Non anatomis, contoh: perban, kapas, kasa pembalut luka 

3. Sampah inventaris/administrasi dan sampah domestik, contoh: pembungkus makanan, sisa makanan pasien, kertas, kardus, plastik. 

Berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu sampah medis atau klinis, dan sampah non medis. Dari keseluruhan sampah rumah sakit, sekitar 10% merupakan sampah infektif (dapat menularkan penyakit) sehingga memerlukan penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang. Sedangkan limbah cair dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah cair infektif dan limbah cair non infektif. Limbah cair infektif terutama berasal dari kegiatan-kegiatan: 1. Pengobatan/perawatan pasien dengan penyakit infeksi, berupa buangan

pasien dan pencucian peralatan pasien.

2. Kegiatan operasi dan kegiatan laboratorium klinis berupa darah, sisa obat, dan pencucian peralatan.