• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA AGRARIA LOKAL DI SEKITAR KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS (Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAMIKA AGRARIA LOKAL DI SEKITAR KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS (Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Provinsi Jawa Barat)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA AGRARIA LOKAL

DI SEKITAR KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS

(Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan

Nanggung, Provinsi Jawa Barat)

CICI WARDINI

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

DINAMIKA AGRARIA LOKAL

DI SEKITAR KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS

(Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan

Nanggung, Provinsi Jawa Barat)

Oleh: CICI WARDINI

I34052609

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada

Fakultas Ekologi Manusia

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(3)

ABSTRACT

CICI WARDINI. Local Agrarian Dynamics in Gold Mining Around the Region (Case of kampung Pongkor, Cisarua Village, District of Nanggung, West Java Province) (under guidance of SATYAWAN SUNITO)

Land is the source of meaningful agrarian economic, socio-cultural values and defense security. Currently, the function of shifts in land instead of land value based on the conceived. The method used is a qualitative and quantitative approach. This research produced 57.70 percent of the 26 respondents who engaged gold mining. External factor for selecting mining geography, the entry of immigrants and citizens apparatus elements, markets, and indirect support by the local village authorities.Internal factors affecting the response of farmers choose more mines caused by economic factors of the increasing demand. External factors that influence farmers to continue working in the agricultural sector is the natural factors that are not stable, the risk of a patrol was ambushed by PT A and environmental pollution. Impact dynamics of agrarian land tenure pattern that more and more cultivated and diburuhkan to other farmers. Economic value of land remains an important role. There are 4 claims that are the result of overlapping claims among the formal legal claim, the economic claims, claims of nature, and the traditional claims. Logical implications of this leads to overlapping claims both latent and manifest conflicts.

(4)

RINGKASAN

CICI WARDINI. Dinamika Agraria Lokal di Sekitar Kawasan Pertambangan Emas (Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Provinsi Jawa Barat) (di bawah bimbingan SATYAWAN SUNITO)

Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor) produksi penting bagi kaum petani untuk melakukan proses produksi. Dalam konteks ini, tanah dimaknai sebagi material penopang aktivitas kehidupan petani (Tjondronegoro, 1999). Secara sosio-kultural, tanah menjadi bagian dari entitas kultural masyarakat. Belakangan, fungsi tanah justru mengalami pergeseran berdasarkan nilai lahan yang dikandung. Salah satu fungsi tanah yang mengalami alih fungsi seperti kawasan pertambangan. Keadaan ini berujung pada adanya alih fungsi ini menuntut masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan dan pergeseran pola hidup terlebih apabila penetrasi kapital dilakukan di wilayah dekat dengan mata pencaharian masyarakat. Selain merubah tatanan struktur agraria, terjadi ketimpangan dalam hal pengelolaan lahan, saling klaim antar subjek agraria, kepentingan yang berbeda, serta tertutupnya akses masyarakat atas sumberdaya yang biasa mereka gunakan sebelum datangnya hegemoni modal besar menuntut masyarakat untuk tersingkir dari wilayah hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur agraria di kawasan pertambangan emas Pongkor, respon masyarakat tani terhadap masuknya pertambangan emas, Faktor apa saja yang mempengaruhi respon masyarakat tani terhadap masuknya pertambangan emas, dan dampak yang terjadi akibat masuknya pertambangan emas.

Penelitian Dinamika Agraria Lokal di Sekitar Kawasan Pertambangan Emas, dilakukan di Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Provinsi Jawa Barat, menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif menggunakan studi kasus, yaitu studi aras mikro. Pendekatan kuantitatif ditujukan untuk melihat struktur agraria yang terjadi sekaligus dinamika yang terjadi di masyarakat dengan tabel frekuensi. Pendekatan kualitatif dilakukan guna menggali proses perubahan dan pergeseran yang dimulai dengan pembahasan sejarah pertambangan masuk. Pembahasan dilanjutkan dengan menggali berbagai respon masyarakat terhadap masuknya pertambangan emas ke wilayah mereka. Respon ini dimaksudkan untuk melihat kecenderungan masyarakat tani yang tetap mempertahankan pertanian sebagai sektor utama pencarian nafkah atau beralih ke sektor pertambangan yang lebih menggiurkan secara materi.

(5)

Implikasi mendasar dari sikap petani yang cenderung ke pertambangan kemudian menimbulkan beberapa dampak diantaranya kelembagaan pola produksi lahan dan nilai ekonomi yang mengalami perubahan. Implikasi lain berupa terjadinya ketimpangan dan tertutupnya akses, saling rebut dan klaim antar sumberdaya agraria yang sama yang ditimbulkan dari proses dinamika agraria, serta menggali proses sosio-historis konflik antar masyarakat Kampung Pongkor dengan PT A.

Kampung Pongkor berada di bagian paling ujung Desa Cisarua yang berbatasan langsung dengan kawasan Desa Bantar Karet. Kampung Pongkor berjarak sekitar 5-7 km dari Pusat Desa. Kampung Pongkor terbagi ke dalam tiga RT, yaitu RT 02, 03 dan RT 04. Kampung Pongkor juga merupakan kampung yang paling dekat posisinya dengan pusat eksplorasi emas PT A. Jarak ke pusat eksplorasi PT A hanya sekitar 4-5 km. Tahun 2009 Kampung Pongkor memiliki penduduk sebanyak 1.614 jiwa, 820 jiwa diantaranya merupakan penduduk laki-laki dan 794 jiwa penduduk perempuan.

Status penguasaan lahan yang terdapat di Kampung Pongkor dibuktikan berupa

pemilikan SPPT. Sistem transfer kepemilikan lahan pertanian sebagian besar (65%)

didominasi oleh waris dan sisanya (35%) didapatkan warga dari hasil jual beli lahan. Kepemilikan menurut luasan lahan yang berada dikisaran 0,51 – 0,99 ha dan ≤ 5 ha lebih banyak dimiliki di Kampung Pongkor. Kepemilikan lahan bukan menjadi penentu kekayaan namun sekecil apapun lahannya tetap lebih dihargai paling tidak sebagai status sosial seseorang. Artinya, penghargaan terhadap pemilikan tidak dapat disamakan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki. Ditinjau dari sistem kelembagaan (tenancy sistem), terdapat praktek bagi hasil dan gadai. Tidak ditemukan sistem sewa di Kampung Pongkor. Sistem bagi hasil dilakukan dengan cara maro dimana pemilik lahan selain mempersiapkan lahan produktif juga berhak menentukan bibit apa yang digunakan dan penggarap bertugas menggarap dan mengurus seluruh lahan pertanian. Alasan menggadaikan tanah adalah kebutuhan uang tunai yang mendesak serta kondisi lahan yang terabaikan akibat pekerjaan lain yang lebih menguntungkan. Pembeli gadai lebih banyak dari keluarga terdekat karena alasa keamanan.

Respon masyarakat tani terhadap masuknya PT A disikapi dengan dua cara yang berbeda. Dalam hal beraktivitas di bidang pertambangan, petani dapat dibagi dua yakni petani yang bekerja secara resmi dengan PT A atau petani yang bekerja secara sembunyi-sembunyi di luar sistem PT A. Sebesar 57,70 persen dari total responden berjumlah 26 orang ikut menekuni pertambangan.

Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi respon petani memilih pertambangan diantaranya letak geografis, masuknya warga pendatang dan oknum aparat, pasar, dan dukungan secara tidak langsung oleh aparat Desa setempat. Faktor internal yang mempengaruhi respon petani memilih pertambangan lebih disebabkan oleh faktor ekonomi berupa kebutuhan yang semakin meningkat. Faktor eksternal yang mempengaruhi petani untuk tetap bekerja di sektor

(6)

pertanian adalah faktor alam yang tidak stabil, resiko disergap oleh patroli PT A dan pencemaran lingkungan. Kecenderungan untuk menekuni tambang ternyata tidak didominasi oleh golongan kepemilikan lahan tertentu. Artinya respon positif petani terhadap masuknya pertambangan emas tidak cenderung pada kepemilikan lahan besar atau lahan kecil. Terdapat kelompok jasa yaitu pemilik warung yang secara tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan tambang.

Dampak dinamika agraria yang terjadi akibat masuknya pertambangan emas dapat dilihat dari pola pengolahan lahan yang semakin banyak digarap dan diburuhkan kepada petani lain. Nilai ekonomi tanah tetap memegang peranan penting. Meskipun pertambangan tetap menjadi pilihan utama mata pencaharian namun lahan tetap menjadi sumber investasi. Terdapat 4 klaim yang terjadi akibat adanya overlapping klaim diantaranya klaim legal formal, klaim ekonomi, klaim alamiah, dan klaim tradisional. Implikasi logis dari overlapping klaim ini memunculkan konflik baik bersifat laten maupun manifest. Konflik bersifat vertical ketika masyarakat lokal bersama warga pendatang melakukan aksinya terhadap PT A. Konflik horizontal dilakukan masyarakat lokal terhadap jawara akibat diawali dari adanya perselisihan antar jawara.

(7)

LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Satyawan Sunito NIP. 19520326 199103 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus:_______________________

Nama : Cici Wardini

NRP : I34052609

Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi Dinamika Agraria Lokal di Sekitar Kawasan

Pertambangan Emas (Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Provinsi Jawa Barat)

(8)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”DINAMIKA AGRARIA LOKAL DI SEKITAR KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS (STUDI KASUS KAMPUNG PONGKOR, DESA CISARUA, KECAMATAN NANGGUNG, PROVINSI JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2010

Cici Wardini I34052609

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikampek, Jawa Barat pada tanggal 12 Juli 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Idjang Ismail dan Ibu Yenny Deswita.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 2 Bogor, Jawa Barat pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di IPB melalui Seleksi Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima di Deparetemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di kegiatan organisasi mahasiswa dan kepanitiaan. Tahun 2006 penulis menjadi reporter Koran Kampus dan pada tahun 2008 menjadi Kepala Divisi Jurnalistik di HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat). Pada tahun 2008 penulis melaksanakan KKP di Democratic Reform Support

Programe (DRSP, USAID) dan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat

(FPPM).

Tahun 2007 penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum dan tahun 2008 menjadi Koordinator di Mata Kuliah yang sama. Penulis juga sempat bekerja di DRSP, USAID pada tahun 2008. Tahun 2009 penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Perubahan Sosial. Hingga saat ini penulis aktif bekerja sebagai Jurnalis di salah satu media.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Dinamika Agraria Lokal Di Sekitar Kawasan Pertambangan Emas (Studi Kasus Kampung Pongkor, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Provinsi Jawa Barat)”. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini menjelaskan mengenai struktur agraria di kawasan pertambangan emas Pongkor, respon masyarakat tani terhadap masuknya pertambangan emas, Faktor apa saja yang mempengaruhi respon masyarakat tani terhadap masuknya pertambangan emas, dan dampak yang terjadi akibat masuknya pertambangan emas. Dengan penelitian ini diupayakan adanya pemahaman mengenai dinamika agraria yang terjadi di sekitar kawasan pertambangan emas.

Bogor, Januari 2010

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Riki Juliansen Girsang , “Biologi Serangga Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera: Curculinidea) setelah 33 tahun diintroduksi.. di Sumatera Utara“, dibawah

a) Angka kredit Pendidikan Sekolah diisi 100 untuk Sarjana (S1) (kolom 4). b) Isikan angka kredit sub unsur Pendidikan dan Pelatihan dengan cara.. mengurangkan jumlah kumulatif

Untuk menggunakan protein yang spesifik ini dalam penyelidikan yang seterusnya, ia perlu ditulenkan di dalam kuantiti yang banyak. Tetapi penulenan protein tersebut daripada sel

rRabnb.&,a'l!h!/gPiP!ru*.

Setelah dinyatakan bahwa return saham BBNI dan TLKM tidak normal dan memiliki dependensi, maka kemudian dapat dilakukan estimasi parameter copula dengan menggunakan

Using conformal mapping, find the harmonic function f which is defined outside of the two circles drawn in figure 6 (unfortu- nately they don’t quite look like circles, because of

Berdasarkan pengalaman ketika melaksanakan sosialisasi nilai-nilai persatuan indonesia melalui video lagu dengan penerapan modifikasi strategi Card Sort dan Collaborative