• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Oleh :

ACHMAD ASHIDQI 0812015018 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

PENGARUH

SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL

YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK

INDONESIA

S K R I P S I

Oleh :

ACHMAD ASHIDQI 0812015018 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(3)

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL

YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK

INDONESIA

Yang diajukan

ACHMAD ASHIDQI 0812015018 / FE / EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing

Dr a. Ec. Nur yanti. T, M.Si Tanggal : ………..

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

S K R I P S I

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL

YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK

INDONESIA

Yang diajukan

ACHMAD ASHIDQI 0812015018 / FE / EM

Telah disetujui untuk ujian lisan oleh :

Pembimbing

Dr a. Ec. Nur yanti. T, M.Si Tanggal : ………..

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(5)

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL

Telah Diper tahankan Dihadapan

Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “VETERAN” J awa Timur

pada tanggal 30 J uli 2013.

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

(6)

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

FAKULTAS EKONOMI

PANITIA UJIAN SKRIPSI / KOMPREHENSIF

Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Telp. (031) 8706369 (Hunting). Fax. (031) 8706372 Surabaya 60294

KETERANGAN REVISI

Mahasiswa di bawah ini :

Nama : Achmad Ashidqi NPM : 0812015018

Jurusan : Ekonomi Manajemen

Telah mengerjakan revisi/tidak ada revisi*) PRA RENCANA (DESIGN) / SKRIPSI / TUGAS AKHIR Ujian lisan gelombang II, TA 2012/2013 dengan judul:

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY

TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Surabaya, Agustus 2013 Dosen Penguji yang memerintahkan revisi :

(7)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Size, Tangibility dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Retail Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia" yang merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Pembangunan Negara Veteran Jawa Timur.

Dengan selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada ibu yang selalu memberi semangat dan motivasi serta Dra. Ec. Nurjanti T. Msi. selaku dosen pembimbing yang memberikan saran dan bimbingannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca serta peneliti selajutnya.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi

ABSTRAKSI ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Pengertiam Struktur Modal ... 14

2.2.1.1. Komponen Struktur Modal ... 20

2.2.1.2. Teori Struktur Modal ... 21

2.2.1.3. Faktor Yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal ... 22

2.2.1.4. Struktur Modal Yang Optimum ... 23

2.2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal .. 23

(9)

2.2.3. Aset Berwujud (Tangibility) ... 27

2.2.4. Profitabilitas (Profitability) ... 28

2.2.5. Pengaruh Size Terhadap Struktur Modal ... 30

2.2.6. Pengaruh Tangibility Terhadap Struktur Modal ... 31

2.2.7. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal ... 32

2.3 Kerangka Konseptual ... 34

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Populasi dan Sample ... 37

3.2.1. Populasi ... 37

3.2.2. Sample ... 38

3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 39

3.4.1. Teknik Analisis Data ... 39

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.4.3. Uji Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

4.1.1. Struktur modal (Y) perusahaan Retail yang go public di BEI ... 44

(10)

4.1.3. Tangibility (X2) Perusahaan Retail yang go public di BEI

... 48

4.1.4. Profitability (X3) Perusahaan Retail yang go public di BEI ... 49

4.2. Uji Kualitas Data ... 51

4.2.1. Uji Normalitas ... 51

4.2.2. Uji Asumsi Klasik/BLUE ... 52

4.2.2.1. Uji Autokorelasi ... 53

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 54

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 55

4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 58

4.3. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(11)

PENGARUH SIZE, TANGIBILITY DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN

RETAIL YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh : Achmad Ashidqi

Abstraksi

Indikasi perubahan struktur modal yang dilihat dari rasio hutang dengan modal di laporan keuangan pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2008 – 2010 yang cenderung menurun menunjukkan bahwa pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia terdapat suatu permasalahan yang harus ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size, tangibility dan profitability terhadap struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria- kriteria tertentu, yaitu perusahaan retail yang tercatat laporan keuangannya secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008 – 2010, dan jumlah perusahaan retail yang diambil sebagai sampel sebanyak 21 perusahaan. Teknik analisis yang dgunakan adalah regresi linier berganda dengan uji statistik uji F dan uji t.

Dari hasil perhitungan diperoleh Ukuran perusahaan (size) berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Profitabilitas (profitability) berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan Aset berwujud (tangibility) tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, perusahaan-perusahaan sudah mulai mengadakan peningkatan-peningkatan kualitas dan kuantitas untuk membuat perekonomian Indonesia maju pesat. Semua usaha untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan diupayakan dapat merata bagi semua kalangan masyarakat.

Semakin berkembangnya kegiatan perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Terutama pada tahun terakhir-terakhir ini dimana bangsa Indonesia mengalami gejolak moneter yang membuat kemampuan pemerintah dalam hal penyediaan dana. Apalagi kebutuhan investasi untuk tahun-tahun mendatang semakin besar.

(13)

Keputusan pendanaan berhubungan dengan persoalan bagaimana kebutuhan dana untuk keperluan investasi tersebut dipenuhi, berasal dari sumber mana termasuk berapa jumlah. Beragam alternatif sumber dana tersedia, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu baik menyangkut beban maupun resiko serta persyaratan lain yang diminta para pemodal. Berdasarkan pertimbangan inilah, maka menjadi tugas pengambil keputusan agar merumuskan kombinasi pembelanjaan terbaik atau kombinasi modal yang lebih memberikan keuntungan bagi perusahaan. Lingkup aktivitas pembelanjaan itu berkenaan dengan transformasi data finansial perusahaan kedalam suatu bentuk yang dapat digunakan untuk memonitor keadaan ruangan perusahaan, perencanaan kebutuhan modal pada masa yang akan datang, menilai kemungkinan peningkatan produktivitas dan penentuan bentuk atau jenis-jenis modal yang akan ditarik.

(14)

3

Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan dalam menetukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dana tersebut (cost of capital).

Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Struktur modal berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang ada yang akan digunakan melakukan kegiatan pembiayaan perusahaan. (Hamzah, dkk, JREM, 2008)

Seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik tersebut sering saja terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak uang kas yang dapat digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas pribadi yang semuanya tidak membantu usaha memaksimalkan harga saham.

(15)

modal akan memutuskan seberapa besar tanggungjawab yang harus digunakan pemegang saham untuk menjaga manajer tetap bekerja dengan baik.

(16)

5

Keadaan pasar modal yang menjelaskan bahwa keadaan pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan karena adanya gelombang kongjungtur. Sifat manajemen yang menjelaskan bahwa seorang manajer yang bersifat optimis memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai keberanian untuk menanggung resiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban finansiil. Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan (expected value) dari keuntungan, dengan penyimpangan yang sama semakin kecil kemungkinan mendapatkan kerugian. Dalam penelitian ini keempat faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut tidak digunakan dikarenakan pada perusahaan yang go public penelitian yang dilakukan biasanya lebih memfokuskan pada masalah keuangan, sehingga dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan pada penelitian kali ini hanyalah terdiri dari empat faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun faktor-faktor tersebut adalah ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability).

(17)

Ukuran perusahaan (size) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut, sedangkan aset berwujud (tangibility) merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung besar aset perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang, dan profitabilitas (profitability) dimaksudkan untuk melihat seberapa besar laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. (Hamzah, dkk, JREM, 2008).

Pengaruh size terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh Hamzah, dkk (2008) bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset, dimana semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan yang berarti struktur modal akan besar juga.

(18)

7

Pengaruh tangibility terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh Riyanto (1995: 28) yang menyatakan bahwa tangibility diukur dari perbandingan dari nilai aktiva tetap yang dibandingkan dengan total aktiva. Struktur aktiva mempengaruhi struktur modal perusahaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, sehingga semakin besar tangible semakin besar maka struktur modal dalam perusahaan.

Selanjutnya pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal seperti dijelaskan Wright (1992: 17) menyatakan bahwa profitabilitas mencapai maksimum apabila laba penjualan pada tingkat tertinggi dan modal investasi pada tingkat terendah. Hal ini menunjukkan profitabilitas yang tinggi apabila laba atas penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.

Salah satu lima faktor utama yang telah berkontribusi pada krisis ekonomi di indonesia, keduanya khususnya terkait dengan keuangan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam industry, termasuk dalam hal ini adalah Industri Retail. Pinjaman-pinjaman jangka pendek asing berinvestasi dalam investasi jangka panjang, dan memiliki utang yang tinggi terhadap ekuitas. Ketiga lainnya adalah rekening arus tinggi defisit, kebangkrutan keuangan lembaga, dan akhirnya terlalu banyak bantuan yang diberikan kepada keuangan lembaga oleh bank sentral (www.journal.au.edu)

(19)

1. Fakta yang terjadi di lapangan adalah terjadi pada salah satu perusahaan retail yaitu PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Sejak kuartal IV-2010 hingga kuartal I-2011, penjualan peritel bersandi saham RALS itu terus melorot. “Ini terjadi akibat faktor seasonality dan imbas penurunan harga komoditas. kinerja Ramayana sejak awal 2011 terus menurun. Pada Januari-Februari saja, penjualan Ramayana turun 5,1% dibanding tahun silam. Itu terjadi akibat terseret kejatuhan tajam SSG sebesar 7,6%, seiring perlambatan ekonomi, terutama di luar Jawa. Sangat masuk akal jika manajemen Ramayana mengindikasikan margin kotor perseroan berada pada level 24,6% dalam dua bulan pertama 2011 dibanding 26,2% pada periode sama 2010. Sepanjang tahun ini, kinerja Ramayana tampaknya tidak akan sekinclong tahun lalu. Margin kotor perseroan diperkirakan hanya 26,7% dibandingkan 27,4% pada 2010. (www.bisnis.com 9 April 2011)

(20)

9

Berikut ini akan disajikan data rasio struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 - 2010 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Nilai Debt Equity Ratio (DER) Pada Pada Perusahaan Retail Periode Tahun 2008 – 2010

No Nama Perusahaan Tahun

(21)

Berdasarkan tabel 1.1 tentang nilai debt to equity pada perusahaan retail periode tahun 2008 – 2010, menunjukkan bahwa selama 3 tahun terdapat 10 perusahaan dari 18 perusahaan yang tergabung dalam perusahaan retail cenderung mengalami penurunan dan fluktuatif pada nilai debt to equitynya. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain: PT. Ace Hardware Indonesia Tbk, PT. Enseval Putera Megatrading Tbk, PT. Evergreen Invesco Tbk, PT. Golden Retailindo Tbk, PT. Hero Supermarket Tbk, PT. Matahari Putra Prima Tbk, PT. Mitra Adiperkasa

Tbk, PT. Nusantara Infrastructure Tbk, PT. Tigaraksa Satria Tbk, dan PT. Wicaksana Overseas International Tbk

Nilai debt to equity yang cenderung menurun mengindikasikan bahwa struktur modal juga semakin menurun. Sehingga dengan nilai debt to equity yang cenderung menurun menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hutang yang makin kecil dengan modal sendiri yang makin besar.

(22)

11

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi dan dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel size mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah variabel tangibility mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah variabel profitability mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh size terhadap struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaruh tangibility terhadap struktur modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain : 1. Bagi Perusahaan

Memberi informasi dan masukan yang menjadikan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility), profitabilitas (profitability) dan struktur modal.

2. Bagi Investor

(24)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini adalah dilakukan oleh:

1. Hamzah, dkk, 2008, dengan judul “Analisis Factor Penentu Struktur Modal Perbankan Di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

pengujian analisis regresi berganda diperoleh bahwa secara bersama-sama seluruh variable bebas (size, tangibility, Non debt tax, profitability, dan depresiasi) berpengaruh terhadap struktur modal perbankan di Indonesia. Dengan uji parsial ditemukan bahwa variabel size dan depresiasi berhubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap modal kerja, dan variabel tangibility, Non debt tax, dan profitability mempunyai hubungan negative dengan strutur modal dimana hanya profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal.

(25)

perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 3) Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Struktur Modal

Pengertian struktur modal menurut Husnan yang dikutip oleh Aliansyah (2001: 9) menjelaskan hubungan apakah tersedianya sumber-sumber dana dan biaya modal yang berlainan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan biaya modal. Fleksibilitas nilai suatu perusahaan pada dasarnya tergantung pada perkiraan seberapa besar arus dana di masa datang dan tingkat pemulihan sebagai pengembalian (kapitalisasi) dari arus dana tersebut. Tingkat biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan mencerminkan tingkat pemulihan bagi investor.

Menurut Weston dan Copeland (2002: 4) bahwa struktur modal adalah Pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan kepada pemegang saham.

(26)

15

modal sendiri yang dimiliki sebesar Rp 300.000,- maka struktur modalnya adalah sebesar 40%. Artinya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 40% dibelanjai dengan hutang dan 60% dibelanjai dengan modal sendiri. Perubahan struktur modal bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa teori struktur modal. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam kaitannya dengan struktur modal ini, nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang bersangkutan. Teori struktur modal ini sangat penting karena :

a. Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan. Hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri.

b. Besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut of rate pada pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu kebijaksanaan struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi.

(27)

tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas pribadi yang semuanya tidak membantu usaha memaksimalkan harga saham.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 45), struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Sartono (2001: 225), struktur modal merupakan perimbangan pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka pendek. Modal sendiri termasuk modal saham biasa, surplus modal, dan laba ditahan.

Hakikat pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan.

(28)

17

Konsep penting lainnya dalam struktur pendanaan adalah faktor leverage, dalam manajemen pendanaan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 2001: 23). Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analisa pendanaan dalam melihat trade – off antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.

Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage, jika laba dan penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham, perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi.

Perusahaan dengan tingkat penjualan yang stabil dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil, perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan profitabilitas tinggi cenderung akan menggunakan hutang yang lebih besar, karena penggunaan hutang yang besar akan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri yang ditunjukkan oleh ratio antara laba bersih dengan modal sendiri yang digunakan.

(29)

perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih besar.

Aktiva multiguna dapat digunakan untuk tujuan tertentu, dengan demikian perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.

(30)

19

Sutrisno (2001: 43) mengemukakan bahwa bila ada pajak maka perubahan struktur modal menjadi relevan, hal ini disebabkan karena bunga yang dibayarkan berfungsi sebagai pengurang pajak atau sebagai tax deductable.

Bagi perusahaan yang menggunakan hutang bisa menghemat pajak dan tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik atau meningkatkan rentabilitas modal sendiri. Nilai perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang yaitu sebesar present value penghematan tersebut.

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan hutang akan mendapatkan penghematan pajak, akibatnya perusahaan cenderung menggunakan sumber dana dari hutang yang lebih besar, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap struktur pendanaan dan RMS perusahaan. Karena dengan adanya penghematan pajak dapat memperbesar earning after taxes (EAT) yang diperoleh.

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, setiap perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan disamping dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham namun kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.

Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin kecil laba yang dapat ditahan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan. Jika perusahaan menahan sebagian besar

(31)

Uraian di atas, terlihat bahwa semakin tinggi prosentase bagian laba yang ditetapkan untuk pembayaran dividen, semakin kecil bagian laba (dana) untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan, hal ini berarti berpengaruh terhadap struktur pendanaan karena dapat memperkecil jumlah modal sendiri yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap memperkecil jumlah modal sendiri yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu Riyanto (2000: 65) mengemukakan bahwa salah satu fungsi penting dari manajer pendanaan adalah menentukan alokasi keuntungan netto sesudah pajak untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba di tahan di lain pihak dimana keputusan tersebut dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.2.1.1 Komponen Str uktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan, secara umum terdiri atas beberapa komponen (Aliansyah, 2001:9), yaitu :

1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari sepuluh tahun. Komponen ini terdiri dari :

(32)

21

b. Obligasi (bond), adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.

2. Modal sendiri (equity), yang terdiri atas saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock).

a. Saham preferen (preferred stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.

b. Saham biasa (common stock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.

2.2.1.2 Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan, dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah, apabila perusahan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.

(33)

Bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak, meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan, tingkat keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman. (Husnan, 2001: 215).

Balancing Theories menurut Husnan (2001: 75) disebut sebagai teori-teori

keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Pembicaraan balanching theories dimulai dari keadaan yang ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Tentu saja kondisi seperti ini tidak pernah kita jumpai dalam dunia yang nyata. Setelah balancing theories, kemudian akan dibicarakan pecking order theory, yang menjelaskan preferensi perusahaan akan sumber-sumber pendanaan.

2.2.1.3 Faktor Yang Menentukan Pemilihan Str uktur Modal

Husnan (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menentukan pemilihan struktur modal antara lain :

1. Lokasi distribusi Keuntungan

Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan dari keuntungan perusahaan.

2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan

(34)

23

3. Kebijakan Deviden

Banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen yang stabil, yaitu membayarkan jumlah deviden dalam jumlah yang konstan. 4. Pengendalian (control)

Perusahaan memilih menggunakan “leverage” yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham yang baru. Hal ini disebabkan karena mereka enggan membagi kepemilikan (yang berarti juga kontrol).

5. Resiko kebangkrutan

Tingkat bunga pinjaman akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar karena adanya resiko kebangkrutan

2.2.1.4 Str uktur Modal Yang Optimum

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

Apabila kebutuhan dana sudah meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.

(35)

maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansial yang konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal.

2.2.1.5 Faktor Yang Mempengar uhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Riyanto (2000; 296) adalah sebagai berikut:

1. Tingkat bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu.

2. Stabilitas dari “ Earning ”

Stabilitas dan besarnya “earning” yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak.

3. Susunan dari aktiva

Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri.

4. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan makin besar derajat resikonya.

5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan

(36)

25

secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak terlalu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities saja.

6. Keadaan pasar modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur.

7. Sifat manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan data.

8. Besarnya suatu perusahaan

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

2.2.2 Ukuran Perusahaan (Size)

Hamzah, dkk (2008) menyatakan bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

(37)

tersebut terjadi karena perusahaan yang size (ukuran perusahaan tinggi) cenderung ingin melindungi pemegang saham dengan meningkatkan rasio devidennya dengan tujuan agar perusahaan tersebut selalu direspon positif, sehingga meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan menurut Jensen, Chen dan Steiner dalam Wahidahwati (2002:613) mengatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka earning yang diperoleh juga tinggi.

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (largefirm), perusahaan menengah (mediumsize) dan perusahaan kecil (smallfirm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994) dalam (Suwito dan Herawaty, 2005).

Kriteria Perusahaan menurut UU No 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan Omset yang dimiliki oleh sebuah usaha, yaitu : 1. Perusahaan kecil, memiliki aset lebih dari Rp.50.000.000 sampai dengan

paling banyak Rp.500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki omzet lebih dari Rp.300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000

2. Perusahaan menengah, memiliki aset lebih dari Rp.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki omzet lebih dari Rp.2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000

(38)

27

2.2.3 Aset Berwujud (Tangibility)

Menurut Munandar (2003: 6), Tangible assets merupakan bagian dari Fixed assets, ialah harta tetap yang berwujud atau materiil, yang dapat ditangkap dengan panca indra terutama mata. Aktiva – aktiva yang dapat digunakan lebih dari satu periode seperti tanah, gedung, mesin, dan alat – alat, perabot, kendaraan, dan lain – lain. Cara mencantumkan didalam neraca dimulai dari yang paling tetap (paling panjang umurnya), disusul dengan yang lebih pendek umurnya. Sedangkan menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa tangibility merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang.

Untuk aktiva tetap yang didepresiasi, maka di neraca harus ditunjukan harta perolehan dan akumulasi depresiasinya. Menurut Baridwan (2000: 22) bahwa Jenis – jenis tangible assets antara lain :

1. Investment (Investasi), ialah penanaman (penggunaan) modal dalam bentuk assets dengan tujuan tidak untuk dipergunakan waktu sekarang, melainkan untuk dipergunakan diwaktu yang akan datang (yang jaraknya dengan waktu sekarang lebih dari satu tahun), dan yang termasuk jenis investasi antara lain : a. Investment in Funds

b. Investment in Bond c. Investment in Stock

(39)

tetap yang dipergunakan untuk usaha perusahaan pada waktu sekarang. Yang termauk dalam jenis Plant and Equitment ini, antara lain :

a. Land (tanah) b. Bangunan c. Mesin

Variabel tangible assets diukur dengan menggunakan rasio antara fixed assets dengan total assets, penggunaan fixed assets dalam pengukuran variabel ini karena fixed assets dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk melunasi utang (Hamzah, dkk, JREM, 2008).

Fixed Asset + Persediaan

Tangible Asset = X 100% Total Asset

2.2.4. Pr ofitabilitas (Profitability)

(40)

29

Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan. Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan signal negatif karena pasar mengintrespestasikan perusahan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini? Hal ini juga tidak terlepas adanya informasi yang tidak simetris atau simmetrik information antara manajemen dengan pasar. Manajemen jelas memiliki informasi yang lebih tentang prospek perusahaan dibanding dengan pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang kuat seperti untuk deversifikasi misalnya, maka penjualan saham baru justru akan mengakibatkan harga saham turun.

Menurut Indriyo (2002: 5), perusahaan merupakan organisasi yang mencari untung, maka tujuan dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Dalam hal ini terdapat dua tujuan utama yaitu maksimisasi keuntungan (profit) dan maksimisasi kemakmuran (wealth).

(41)

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai investasi. Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan perusahaan dalam investasinya.

2.2.5. Pengaruh Size Terhadap Str uktur Modal

Menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

(42)

31

Riyanto (2000: 299) menyatakan bahwa perusahaan yang besar biasanya mempunyai saham yang tersebar sangat luas, sehingga akan memberikan perlindungan terhadap kerugian dari sudut kreditor dengan demikian dan akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan utang dimasa mendatang

Weston dan Copeland (2002: 20) menyatakan bahwa total asset yang baik akan memberikan dampak kepada pemulihan struktur modal. Jika total asset meningkat dengan prosentase tertentu tiap tahun, maka struktur modal tersebut akan semakin mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Penjualan dan pendapatan yang meningkat juga dapat memberi dampak meningkatnya harga saham perusahaan, sehingga nilai pasar modal sendiri meningkat, hal ini menguntungkan bagi pendanaan modal sendiri. Perusahaan harus mempertimbangkan antara keuntungan, penggunaan hutang dengan kesempatan untuk memperbesar nilai modal sendiri pada saat harga saham tertinggi.

2.2.6. Pengaruh Tangibility Terhadap Str uktur Modal

(43)

sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat dijual maka dapat menambah aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat mengurangi proporsi jumlah hutang yang digunakan. Jika perusahaan mampu melakukan pembiayaan dengan modal sendiri, keadaaan ini akan membuat perusahaan tidak terlalu tergantung kepada pihak luar.

Riyanto (2002: 28) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Tetapi sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat dijual maka dapat menambah aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat mengurangi proporsi jumlah hutang yang digunakan.

2.2.7. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal

(44)

33

Wright (2002: 17) menyatakan bahwa profitabilitas akan mencapai maksimum apabila laba atas penjualan adalah pada tingkat tertinggi dan modal investasi pada tingkat terendah. Perlunya menambah volume penjualan atau tidak, tergantung dari pengaruhnya terhadap tingkat laba penjualan dan juga terhadap tingkat modal investasi. Meningkatnya potensi untuk memperoleh laba dengan meningkatnya volume penjualan, mungkin lebih besar daripada sekedar dapat menutup turunnya laba penjualan dan atau meningkatnya kebutuhan modal. Jikalau tidak demikian berarti bahwa ekspansi tidak mendatangkan tambahan laba. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi apabila laba atas penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.

(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan landasan teori pada penelitian ini. Maka kerangka konseptual yang dipakai oleh peneliti untuk menganalisis hubungan dan pengaruh antara ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability) terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), adalah sebagai berikut :

(46)

35

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan teori-teori penunjang yang telah memperkuat permasalahan tersebut, maka diajukan suatu hipotesis atau dugaan sementara, antara lain :

1. Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap struktur modal pada perusahaan retailyang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Aset berwujud (tangibility) berpengaruh positif terhadap struktur modal pada perusahaan retailyang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3. Profitabilitas (profitability) berpengaruh negatif terhadap struktur

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Size / ukuran perusahaan (X1) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. (Hamzah, dkk, JREM, 2008). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproxy dengan nilai natural log of total assets (Narsa, dkk, 2003), mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

2. Tangibility / aset berwujud (X2) merupakan analisis yang digunakan untuk

menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility / aset berwujud (X2) menggunakan satuan

Prosentase (%).

Adapun rumus tangibility / aset berwujud (X2) adalah sebagai berikut

(Hamzah, dkk, JREM, 2008):

Fixed Asset + Persediaan

Tangible Asset = X 100% Total Asset

3. Profitability / profitabilitas (X3) merupakan kemampuan perusahaan dalam

(48)

37

(net profit after tax) terhadap penjualan bersih (net sales). Profitability (X3)

menggunakan satuan Prosentase (%).

Adapun rumus profitability / profitabilitas (X3) adalah sebagai berikut

(Narsa, dkk, 2003):

Net Profit After Tax

Profitability = x 100% Net Sales

4. Struktur modal (Y) berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang ada yang akan digunakan melakukan kegiatan pembiayaan perusahaan. Struktur Modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Perhitungan struktur modal dilakukan dengan cara membagi total hutang dengan modal sendiri (total equity). (Hamzah, et.al, JREM, 2008)

Adapun rumus struktur modal (Y) adalah sebagai berikut: Total Hutang

Struktur Modal = X 100% Modal Sendiri

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008: 80).

(49)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008: 80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu perusahaan retail yang tercatat laporan keuangannya secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008 – 2010.

Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 21 perusahaan Retail yang terdaftar pada BEI sebagai sampel.

3.3Sumber dan Teknik Pengumpulan Data a. Jenis Data

Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan retail di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di peroleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI)

c. Pengumpulan Data

(50)

39

masih berlaku saat ini. Kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.

2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat

Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei

... (Sudrajat, 2001:112) Keterangan :

Y = Struktur Modal

(51)

X3 = Profitabilitas (Profitability) β0 = Konstanta

β1,...,β3 = Koefisien regresi

ei = Kesalahan pengganggu (error)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2001 : 57). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

(52)

41

2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60)

Kaidah pengambilan keputusan :

- Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat significant α = 0,05 maka H0

diterima, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

- Apabila nilai signifikan (sig) < tingkat significant α = 0,05 maka H0 ditolak,

berarti terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001 : 77). 3. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995 : 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi ) pada waktu ke –t (et) tidak boleh ada

hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (e t-1). Identifikasi ada atau

tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes)

(53)

Tidak ada autokorelasi Mc Graw Hill tahun 1995.

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.

3.4.3. Uji Hipotesis

Menurut Sudrajat (2001: 117), “Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat”. Penelitian ini menggunakan uji t untuk menguji pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada perusahaan

retail (Y) di Indonesia

Adapun langkah-langkah pengujian menggunakan uji t adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis statistik sebagai berikut:

a. Ho: βi = 0, ada pengaruh secara parsial variabel size (X1), tangibility

(X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada

(54)

43

b. H1: salah satu βi ≠ 0, tidak ada pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur

modal pada perusahaan retail (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Menentukan titik kritis (level of significant)

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n–k–1), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.

3. Merumuskan besarnya thitung menggunakan rumus berikut:

thitung = Sb

b

...(Sudrajat, 2001:115)

Keterangan :

b = koefisien regresi

Sb = standard deviasi dari koefisien regresi 4. Kriteria pengujian

a. Jika tingkat signifikan (sig t) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada

perusahaan retail (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI)

b. Jika tingkat signifikan (sig t) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,

yang berarti bahwa ada pengaruh secara parsial variabel size (X1),

tangibility (X2) dan profitability (X3) terhadap struktur modal pada

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan yang diterbitkan oleh beberapa perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia dan memberikan laporan keuangan periode 2008 - 2010 yang berjumlah

27 perusahaan, antara lain: PT. Ace Hardware Indonesia Tbk, PT. Agis Tbk, PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk, PT. Alfa Retailindo Tbk, PT. Ancora

Resources Tbk, PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk, PT. Dian Swastika Sentosa Tbk, PT. Enseval Putera Megatrading Tbk, PT. Evergreen Invesco Tbk, PT. FKS Multi Agro Tbk, PT. Golden Retailindo Tbk, PT. Hero Supermarket Tbk, PT. Koko Inti Arebama Tbk, PT. Matahari Department Store Tbk, PT. Matahari Putra Prima Tbk, PT. Midi Utama Indonesia Tbk, PT. Millenium Pharmacon International Tbk, PT. Mitra Adiperkasa Tbk, PT. Multi Indicitra Tbk, PT. Nusantara Infrastructure Tbk, PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT. Rimo Catur Lestari Tbk, PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, dan PT. Tigaraksa Satria Tbk, PT. Toko Gunung Agung Tbk, PT. Triwira Insanlestari Tbk, dan PT. Wicaksana Overseas International Tbk

4.1.1. Struktur modal (Y) perusahaan Retail yang go public di BEI

(56)

45

kegiatan pembiayaan perusahaan. Struktur modal dari perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diambil dari laporan keuangan secara

periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode 2008 - 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

(57)

Berdasarkan tabel 4.1, bahwa telah terjadi penurunan struktur modal periode tahun 2008 - 2010 pada beberapa perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain PT. Ace Hardware Indonesia Tbk dari 0.17 tahun 2008 menjadi 0.14 tahun 2010, PT. Enseval Putera Megatrading Tbk dari 0.86 tahun 2008 menjadi 0,00 tahun 2010, PT. Hero Supermarket Tbk dari 1.82 tahun 2008 menjadi 1.72 tahun 2010, PT. Millenium Pharmacon International Tbk dari 2.87 tahun 2008 menjadi 2.05 tahun 2010, PT. Mitra Adiperkasa Tbk dari 2.34 tahun 2008 menjadi 1.50 tahun 2010, PT. Nusantara Infrastructure Tbk dari 2.65 tahun 2008 menjadi 0,91 tahun 2010, PT. Tigaraksa Satria Tbk dari 3,00 tahun 2008 menjadi 2.78 tahun 2010 dan PT. Wicaksana Overseas International Tbk dari 2.52 tahun 2008 menjadi 1,86 tahun 2010

4.1.2. Size (X1) Perusahaan Retail yang go public di BEI

(58)

47

Tabel 4.2

Ukuran Perusahaan (Size) Pada Perusahaan Retail Periode 2008 – 2010 12 PT. Millenium Pharmacon International Tbk 4.49 5.43 5.44 13 PT. Mitra Adiperkasa Tbk 6.58 6.53 6.56 14 PT. Multi Indicitra Tbk 5.43 5.46 5.57 15 PT. Nusantara Infrastructure Tbk 6.13 6.16 6.28 16 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 6.48 6.51 6.54 17 PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk 6.36 6.46 5.67 18 PT. Tigaraksa Satria Tbk 6.18 6.17 6.24 19 PT. Toko Gunung Agung Tbk 4.98 5.01 5.02 20 PT. Triwira Insanlestari Tbk 5.46 5.43 5.51 21 PT. Wicaksana Overseas International Tbk 5.36 5.34 5.33 Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI, tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.2, bahwa telah terjadi penurunan pada ukuran perusahaan (size) pada beberapa perusahaan retail periode tahun 2008 - 2010 antara lain PT. Agis Tbk dari 6.19 tahun 2008 menjadi 6.15 tahun 2010, PT. Dian

Swastika Sentosa Tbk yaitu dari 6.79 tahun 2008 menjadi 6.78 tahun 2010, PT. Mitra Adiperkasa Tbk yaitu dari 6.58 tahun 2008 menjadi 6.56 tahun 2010,

(59)

4.1.3. Tangibility (X2) Perusahaan Retail yang go public di BEI

Aset berwujud (tangibility) adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Aset berwujud (tangibility) dari perusahaan retail yang go public di Bursa Efek di Indonesia (BEI) yang diambil dari laporan keuangan secara periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode 2008 - 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3

(60)

49

Berdasarkan tabel 4.3, bahwa telah terjadi penurunan aset berwujud (tangibility) pada beberapa perusahaan retail periode tahun 2008 - 2010 antara lain PT. Ace Hardware Indonesia Tbk dari 0.36 tahun 2008 menjadi 0.30 tahun 2010, PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk dari 0.60 tahun 2008 menjadi 0.59 tahun 2010, PT. Dian Swastika Sentosa Tbk dari 0.49 tahun 2008 menjadi 0.43 tahun 2010, PT. Matahari Department Store Tbk dari 13.87 tahun 2008 menjadi 0.18 tahun 2010, PT. Millenium Pharmacon International Tbk dari 3.86 tahun 2008 menjadi 3.38 tahun 2010, PT. Nusantara Infrastructure Tbk dari 0.83 tahun 2008 menjadi 0.61 tahun 2010, PT. Tigaraksa Satria Tbk dari 0.45 tahun 2008 menjadi 0.41 tahun 2010, dan PT. Triwira Insanlestari Tbk dari 0.68 tahun 2008 menjadi 0.61 tahun 2010

4.1.4. Profitability (X3) perusahaan Retail yang go public di BEI

(61)

Tabel 4.4

Profitabilitas (Profitability) Pada Perusahaan Retail Periode 2008 – 2010 12 PT. Millenium Pharmacon International Tbk 0.01 0.01 0.00 13 PT. Mitra Adiperkasa Tbk 0.02 0.04 0.04 14 PT. Multi Indicitra Tbk 0.08 0.09 0.07 15 PT. Nusantara Infrastructure Tbk 0.03 0.22 0.18 16 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 0.10 0.08 0.07 17 PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk 0.02 0.02 0.02 18 PT. Tigaraksa Satria Tbk 0.03 0.01 0.18 19 PT. Toko Gunung Agung Tbk 0.00 0.00 0.00 20 PT. Triwira Insanlestari Tbk 0.10 0.01 0.01 21 PT. Wicaksana Overseas International Tbk 0.05 0.02 0.00 Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI, tahun 2010

(62)

51

Megatrading Tbk dari 0.04 tahun 2008 menjadi 0.03 tahun 2010, PT. Millenium Pharmacon International Tbk dari 0.01 tahun 2008 menjadi 0.00 tahun 2010, PT. Multi Indicitra Tbk dari 0.08 tahun 2008 menjadi 0.07 tahun 2010, PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk dari 0.10 tahun 2008 menjadi 0.07 tahun 2010, PT. Triwira Insanlestari Tbk dari 0.10 tahun 2008 menjadi 0.01 tahun 2010, dan PT. Wicaksana Overseas International Tbk dari 0.05 tahun 2008 menjadi 0.00 tahun 2010

4.2. Uji Kualitas Data 4.2.1. Uji Normalitas

(63)

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa semua variable struktur modal (Y), size (X1), tangibility (X2), dan profitability (X3) adalah berasal dari populasi

yang berdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data memenuhi asumsi berdistribusi normal.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik / BLUE

Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias.

Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear berganda, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi. 2. Tidak boleh ada multikolinieritas. 3. Tidak boleh ada heteroskedasitas.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

(64)

53

4.2.2.1. Uji Autokorelasi

Pada penelitian yang menggunakan data urut waktu, kemungkinan terjadinya autokorelasi relatif besar. Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti, apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson (DW) yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson (DW) yang dihitung dengan dL dan dU yang ada dalam tabel.

1. Apabila nilai dU< dW< 4-dU maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.

2. Apabila nilai dL > dW maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol berarti ada autokorelasi positip.

3. Apabila nilai 4-dL < dW maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol berarti ada autokorelasi negatif.

4. Apabila nilai dL <dW <dU atau 4-dL <dW< 4-dU maka hasilnya tidak dapat disimpulkan (daerah keragu-raguan).

Dari hasil analisis diperoleh nilai Durbin Watson (dW tes) sebesar 1,823 (lihat model summary pada lampiran 3) dengan jumlah N = 63 dan k = 3

berdasarkan tabel berada diantara nilai dU = 1,662, 4-dU = 2,338 dan dL = 1,503, 4-dL = 2,897 (lihat tabel DW pada lampiran 5), artinya data ini terdapat didaerah

(65)

Gambar 4.1 Uji Durbin Watson

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif

Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa tidak terjadi hubungan yang sangat kuat atau tidak terjadi hubungan linier yang sempurna atau dapat pula dikatakan bahwa antar variabel bebas tidak saling berkaitan.

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).

Deteksi adanya Multikolinier adalah sebagai berikut:

1. Jika VIF kurang dari angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan tidak adanya multikolinieritas.

(66)

55

Berikut hasil pengujian dari masing-masing variabel bebas : Tabel 4.6

Uji Multikolinearitas

Variabel Toleransi VIF Keterangan Size (X1) penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas.

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel bebas. Atau adanya perbedaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai variabel bebas. Pengujian terhadap adanya gejala heterokedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan mempergunakan pengujian Korelasi Rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan nilai absolut residual dengan seluruh variabel bebas, apabila p (probabilitas) > α (α = 0.05) maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Deteksi adanya Heterokedastisitas adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari dari α = 0,05, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya heterokedastisitas.

(67)

Berikut hasil uji heterokedastisitas untuk masing-masing variabel : Tabel 4.7

Uji Heterokedastisitas

Variabel Sig. (2-tailed) Keterangan Size (X1) 0,887 Non Heterokedastisitas

Tangibility (X2) 0,577 Non Heterokedastisitas

Profitability (X3) 0,718 Non Heterokedastisitas

Sumber : lampiran 4

Dari tabel di atas diketahui bahwa Sig. (2-tailed) dari variabel size (X1),

tangibility (X2), dan profitability (X3) yang lebih besar dari α = 0,05, yang berarti

bahwa semua variabel penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2.3. Analisis Regr esi Linear Berganda

Perhitungan regresi linear berganda menggunakan komputer dengan aplikasi program SPSS 13.0 (statistical program for social science) di bawah operasi windows. Hasil perhitungan regresi linier berganda dapat diketahui seperti pada tabel berikut ini :

(68)

57

Berdasarkan tabel tersebut dapat dibuat persamaan tregresinya adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Y = 3.639 + 3.892 X1 + 0.010 X2 + 0.126 X3

Dari persamaan regresi linier berganda di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta (β0) = 3.639

Menunjukkan besarnya pengaruh size (X1), tangibility (X2), dan profitability

(X3) terhadap struktur modal (Y), artinya apabila variabel bebas tersebut sama

dengan nol atau konstan, maka diprediksikan struktur modal (Y) pada perusahaan retail di BEI naik sebesar 3.639.

b. Koefisien Regresi size (X1) = 3.892

Nilai koefisien regresi dari size (X1) sebesar 3.892 dan bertanda positif

menunjukkan perubahan yang sejajar antara size (X1) dengan struktur modal,

artinya apabila size (X1) naik satu satuan maka struktur modal akan naik

sebesar 3.892 satuan. Demikian sebaliknya, bila size (X1) turun satu satuan

maka struktur modal akan turun sebesar 3.892 satuan, dengan asumsi variabel tangibility (X2) dan profitability (X3) adalah konstan.

c. Koefisien Regresi tangibility (X2) = 0.010

Nilai koefisien regresi dari tangibility (X2) sebesar 0.010 dan bertanda positif

menunjukkan perubahan yang sejajar antara tangibility (X2) dengan struktur

modal, artinya apabila tangibility (X2) naik satu satuan maka struktur modal

(69)

size (X1) dan profitability (X3) adalah konstan. Dikarenakan pengaruh

tangibility (X2) dengan struktur modal (Y) yang sangat kecil, sehingga secara

statistik pengaruh tersebut tidak signifikan (nyata) d. Koefisien Regresi profitability (X3) = 0.126

Nilai koefisien regresi dari profitability (X3) sebesar 0.126 dan bertanda

positif menunjukkan perubahan yang sejajar antara profitability (X3) dengan

struktur modal, artinya apabila profitability (X3) naik satu satuan maka

struktur modal akan naik sebesar 0.126 satuan. Demikian sebaliknya, bila profitability (X3) turun satu satuan maka struktur modal akan turun sebesar

0.126 satuan, dengan asumsi variabel size (X1), dan tangibility (X2) adalah

konstan.

4.2.4. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang peneliti ajukan maka perlu diadakan pengujian hasil analisa tersebut dengan menggunakan uji F dan uji t yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Uji F (Pengujian Secara Simultan)

(70)

59

Tabel. 4.9

Sumber: Lampiran 3

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 9,768, dengan nilai

dengan Sig. 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa perubahan size (X1), tangibility

(X2), dan profitability (X3) mampu menjelaskan perubahan struktur modal (Y).

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk teknik analisis ini cocok (sesuai).

2. Koefisien Determinasi (R-Squar e)

Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh size (X1), tangibility (X2),

dan profitability (X3) terhadap struktur modal (Y) adalah menggunakan R Square

seperti pada tabel berikut :

Tabel. 4.10

Sumber: Lampiran 3

Model Summaryb

.576a .332 .298 .26708 1.823

Model

Predictors: (Constant), Profitability (X3), Size (X1), Tangibility (X2) a.

Predictors: (Constant), Profitability (X3), Size (X1), Tangibility (X2) a.

(71)

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya prosentase variabel terikat yang ditentukan oleh variabel bebas. Dari analisa perhitungan diperoleh hasil R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,332. Artinya bahwa 33,2 % variabel struktur modal akan dijelaskan oleh variabel bebasnya yang terdiri dari size (X1),

tangibility (X2), dan profitability (X3). Sedangkan sisanya 66,8 % variabel struktur

modal akan dijelaskan oleh variabel- variabel selain size (X1), tangibility (X2), dan

profitability (X3).

3. Uji t (Pengujian Secara Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial masing-masing variabel bebas (size (X1), tangibility (X2), dan profitability (X3)) terhadap variabel

terikat (struktur modal). Adapun hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : Tabel. 4.11

Coefficientsa

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui :

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada studi organologi alat musik tar pada masyarakat Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, hasil proses pembuatan

Di dalam penelitian dengan judul aplikasi sistem informasi penerimaan siswa baru di smk muhammadiyah 1 wedi. Penulis menekankan pada tampilan website. Halaman informasi

Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih merek handphone yaitu Faktor 1 : X9 (handphone memiliki merek yang terkenal), Faktor

Anak merupakan amanah dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang seutuhnya yang harus dijunjung

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar yang

biasa secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan, sedangkan Ratio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur

untuk mencatat data dokumentasi dan dokumen-dokumen yang ada .12 Dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan berupa dokumen. sejarah, data struktur organisasi, data

Kuesioner disebar ke 70 orang sampel. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert untuk menanyakan pengaruh kepemimpinan dan motivasi