• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Emas

2.1.2. Sejarah Pertambangan Emas Pongkor

Makassar, dalam peta pertambangan dunia, Sulsel merupakan sentra jalur emas di dunia. Potensi tambang emas Sulsel tersebar disejumlah kabupaten, yakni Luwu, Luwu Utara, Palopo, Luwu Timur, Tanatoraja, Pangkep, Barru, Bone, Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros, Selayar dan Wajo, perlu dijaga dan diawasi supaya dapat diolah menjadi industri yang menjanjikan kehidupan yang layak bagi warga di daerah itu. Hanya saja, lanjutnya, untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam ini menjadi emas maka harus dibangun industrinya yang investasinya cukup besar, termasuk desain lokasinya, survey lapangan, studi kelayakannya dan lainnya (Makassar Kota, 2008).

2.1.2. Sejarah Pertambangan Emas Pongkor

Survey geologi Gunung Pongkor diawali pada tahun 1979 oleh tim geologi PT. Aneka Tambang, tentang logam berat. Kemudian pada tahun 1980 dilanjutkan penelitian vein (cebakan) batuan kuarsa yang mengandung emas (Au) dan kandungan perak (Ag). Berdasarkan penemuan tersebut perusahaan meminta dan memperoleh K.P. (Kuasa Pertambangan) Eksplorasi No. 562 di daerah ini pada tahun 1983, yang kemudian ditingkatkan ke K.P. Eksploitasi pada tahun 1988.

Pada tahun 1990 PT. Aneka Tambang mengundang Kilborn Engineering Pacific Ltd (Kilborn) untuk pekerjaan studi kelayakan di bidang pertambangan, pengolahan, dan fasilitas untuk pengembangan dan operasi penambangan dengan kapasitas 500 ton bijih per hari. Menurut Laporan Tahunan ANTAM (1997) pembangunan pabrik dilakukan pada tahun 1993 dan produksi komersial dimulai pada bulan Mei 1994. Pengembangan Pongkor diselesaikan pada bulan November

25 1997 yang direncanakan mampu meningkatkan kapasitas produksi menjadi sekitar 5 ton emas per tahun.

Lokasi kegiatan Pertambangan Emas Pongkor terletak pada areal dengan topograpi yang terjal dan curam, sebagian besar berbukit dan bergunung. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh areal yang terkena dampak akibat aktivitas penambangan dan pembangunan sarana penunjangnya seperti kegiatan pembenahan lahan bukaan areal kolam buangan, penanganan batuan buangan, dan air tambang serta penanganan limbah dari pabrik pengolahan.

Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Antam Tbk. Adalah sistem penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan menggunakan metode “Cut and Fill” yaitu mengambil bijih emas dari perut bumi lalu rongga yang telah kosong diisi kembali dengan menggunakan material limbah (waste material) berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah bersih dari zat- zat berbahaya. Terdapat lima siklus dalam penambangan emas di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking, Transportation, dan Backfilling. Tahap pertama proses penambangan bijih emas yaitu dengan membuat lubang bor dengan cara Drilling (pengeboran) untuk menempatkan bahan peledak di perut bumi. Alat yang digunakan adalah Jack Leg

atau Jumbo Drill.

Tahap kedua adalah Blasting (peledakan) sekaligus Clearing Smoke

(pembersihan asap). Selanjutnya adalah Mucking (pengerukan) setelah dilakukan peledakan, bijih (Ore) dikeruk menggunakan LHD dan dijatuhkan melalui Ore Pass ke level terendah (level 500). Tahap keempat adalah Transporting, mengangkut bijih dari dalam tambang ke area proses penghancuran bijih

26 (Crushing Plant Area) dengan menggunakan Grandby. Tahap terakhir yaitu

Backfilling (pengisian ulang) merupakan proses pemompaan Backfill dalam bentuk campuran air dan padatan (Slurry) ke dalam Stope (lubang hasil proses penambangan), hal ini untuk menghindari terjadinya Subsidence permukaan, serta sebagai pijakan pemboran selanjutnya.

Sistem pengolahan bijih emasnya dilakukan oleh PT. Antam Tbk. Dengan menggunakan dua buah pabrik yang berbeda namun dengan proses yang sama. Kapasitas untuk pabrik pertama sebesar 500 dry million ton atau ton kering per jam dan pabrik kedua berkapasitas 720 dry million ton. Alur proses pengolahan bijih menjadi dore bullion melewati 5 tahap proses yaitu, yang pertama adalah

Crushing Unit yaitu proses pengecilan bijih hasil penambangan mulai dari ukuran 400 mm menjadi ukuran kurang dari 12.5 mm. selanjutnya adalah Milling Unit, dari Crushing bijih emas dibawa ke bin dengan belt conveyor menuju ballmill, kemudian bijih digerus bersama kapur mati, bola baja sebagai media gerus dan Pb(NO ) (lead nitrat) untuk mempercepat proses pelindian perak pada proses sianidasi, dan jenis prosesnya adalah proses basah (media air).

3 2

Tahap ketiga adalah Leaching and Carbon In Leach Unit (CIL) yaitu proses pelindian (pelarutan) bijih logam (emas dan perak) dalam larutan sianida. Emas dan perak dalam lumpur (produk ballmill) dimasukkan dalam tanki pelarut dimana tanki tersebut ditambahkan NaCN 700-900 ppm. Tahap yang selanjutnya adalah Gold Recovery Unit yaitu pengambilan emas dan perak dari loaded carbon

(karbon aktif yang telah bermuatan logam emas dan perak dengan kadar tertentu) sampai berbentuk dore bullion melalui tiga proses yaitu, tahap elution, electrowining, dan smelting. Dalam tahap elution, karbon yang telah jenuh

27 menyerap larutan emas dan perak di sirkuit CIL, dilepaskan kembali menjadi fase larutan.

Hasil dari proses elution disebut sebagai air kaya (eluate solution) akan diolah dalam proses electrowining. Air kaya dari tanki eluate dipompakan menuju bak elektrowining, emas dan perak dalam air kaya akan terdeposisi ke kawat katoda menggunakan arus searah (elektrolisa). Emas dan perak yang menempel pada proses elektrolisis di sel katoda yang berupa endapan disebut cake. Setelah proses electrowining adalah proses smelting, dimana cake dipanaskan sampai melebur dengan waktu sekitar 4 jam dan hasil peleburan ini berupa dore bullion.

Dore bullion ditampung dalam louder untuk dimasukkan ke percetakan bullion (bullion mold) yang selanjutnya dikirim ke unit pemurnian logam mulia di Jakarta yang juga merupakan satu unit produksi PT. Antam Tbk. Untuk dimurnikan sehingga kadarnya mencapai 99.8 %.

Dan tahap terakhir adalah proses pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dalam menangani limbahnya dilengkapi dengan tailing dam sebagai tempat penampungan limbah terakhir dan dua area Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret. IPAL tambang mengelola limbah dengan kadar TSS (Total Suspended Solid) yang tinggi dan IPAL Cikaret mengelola limbah dengan kadar sianida yang tinggi, maka adanya penambahan CuSO dan H O selain flocculant dan

coagulant. IPAL ini dibangun untuk mengolah limbah cair dari overflow tailing dam, sebelum dialirkan ke sungai cikaniki, sludge yang mengendap diangkut oleh

dump truck untuk dikembalikan ke tailing dam.