• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN KARYA SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI (1813-1897 M / 1230-1314 H) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN KARYA SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI (1813-1897 M / 1230-1314 H) - Test Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI

DALAM KITAB

SYU’ABIL IMAN

AL-BANTANI

Diajukan untuk

JURUSAN PENDIDIKAN

FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

KITAB

QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI

SYU’ABIL IMAN

KARYA SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI

BANTANI (1813-1897 M / 1230-1314 H)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

NAILUL HUDA

NIM: 111 13 072

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

i

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI

SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI

1314 H)

AGAMA ISLAM

FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN MUHAMMAD NAWAWI AL

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Agama Islam (PAI), Fakultas

Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 memenuhi syarat guna memperoleh gel

Ketua Penguji

Sekretaris Penguji

Penguji I

Penguji II

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : Tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN KARYA MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI (1813-1897 M / 1230

DISUSUN OLEH:

NAILUL HUDA

NIM: 111 13 072

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan

Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam i (IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH

KARYA SYAIKH

1897 M / 1230-1314 H)

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Institut Agama Islam dan telah dinyatakan

31 Agustus 2017

(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ِْا َْَ َاِذِا

ِد

ِه

ْِُر

*

ِَْَ ْ ْِَْَ ْ ْَ َو

“Sebab Pemuda itu akan diluhurkan derajatnya oleh Allah Swt. Menurut keyakinannya yang kuat.Dan setiap orang yang tidak memiliki keyakinan

yang kuat, pasti baginya tidak akan bermanfaat”

)

ا  ّا  ا

(

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

o Bapak-Ibu (Bp. Nurodhi & Fathul Ilmah), adik-adikku (Babul Ulya & Faza Nur Mufidah) & seluruh my family seng ra iso tak sebutke

siji-siji, yang telah memberikan pesan & kesan kepadaKu And

s’lalu Aku repotin, dan juga selalu melengkapi kehidupanku

dalam segala hal baik dalam suka maupun duka. Dan mereka

juga tak lupa memberikan kasih sayang, support, motivasi,

semangat dan do’a yang tiada henti sehingga skripsi ini bisa

penulis selesaikan.

o Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As’ad Haris N.F., Abah K. Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah

Ny. Chusnul Halimah, serta segenap keluarga besar

kepengasuhan Yayasan PP. Al-Manar yang senantiasa memberi

tempat, wejangan, nasehat kepadaku dalam ngangsu kaweruh

(mencari ilmu).

o Pon-pes Al-Manar yang menjadikan a place of “Kawah

Condrodimuko” sebagai wadah inspirasi kepadaku: ngaji, nderes,

lan gojek bareng dalam berbagai ilmu pengetahuan yang dulu Aku

bagaikan“Katak di dalam tempurung”.

o Jajaran Dewan Asatidz/ah dan seluruh Santriwan, Santriyati

Pon-pes Al-Manar.“QumuuwanhadluYabnal_Manar”, “Wa Jaahiduu

(8)

viii o Semua Sanak_raket purwaning cerito yang mereka Ku jadikan sebagai pepunden; Lurahe_Lutfi, Khamid, Mal_Udien, Mbah_Mu’I,

Bang_EngKong, Guz_F@za, Bak_ren, Bambang_Kos, Emex,

habib_Aldo, Mbah_Dolk@rem yang mereka selalu memeberiku

inspirasi, canda & tawa serta semangat. And tak lupa to their’s:

o Poro Sanak kadang CurEm: D!duk, Wah@b, Gepenk_korent,

Lhur_alim, G!weng, R0ndenk_(to dab!, hire?, oya-hoho),

Faza_Penjol, Kedeck, yang telah berjasa kepadaku dalam

berakselerasi, berkolaborasi, berselebrasi to my life activity.

o Almamaterku IAIN Salatiga

o Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 IAIN Salatiga.

Terkhusus PAI B, teman-teman KKL, teman-teman PPL dan

teman-teman KKN.“Kalian Is Amazink”.

o Mereka telah mendo’akan & memberi semangat yang tidak dapat

Penulis sebutkan satu persatu.

o Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami

makna hidup hingga mencapai tujuan keridloan Allah Swt. Sang

(9)

ix KATA PENGANTAR

ﻢﯿﺣّﺮﻟا ﻦﻤﺣّﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

ِ ُﺪﻤﺤﻟا

ﻦﻣ َﺢﺘﻓ ﺎَﻣ ﻰﻠَﻋ

ِﮫﻣﺎَﮭﻟا

ّﻻإ ﮫﻟإ ﻵ ْنأ ُﺪﮭﺷأ َو ِﮫﺘﻋﺎَطو ِهﺪﯿِﺣﻮَﺘﻟ ﺎَﻨﻘﱢﻓَوو

ﻦَﻣ ُﺮﯿﺧ ﮫُﻟﻮﺳرو هُﺪﺒﻋ اًﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧَﺪّﯿﺳ ّنأ ُﺪﮭﺷأو ِماَﺮﻤﻟا ِغﻮُﻠﺒﺑ ُﻞّﻔَﻜﺘﺗ ةدﺎَﮭﺷ ُﷲ

ﻰﻠﻋ ﻢّﻠﺳو ﷲ ﻰﻠﺻ ِماﺮﻛﻹا ُتﺎﯾﺎﻏ ِﮫﺘّﻣأ ِصاﻮﺧ ﻰﻠﻋ ضﺎﻓأو ِﮫﯿﻠﻋ ﺾﯿﻓأ

ﱢﯿﺳ

ﺎًﻣﻼﺳو ًةﻼﺻ ِرﺎَﯿْﺧﻷا ِﮫِﺑﺎَﺤﺻَاو ِرﺎَﮭطﻷا ﮫﻟآ ﻰﻠﻋو ِراﺮﺑﻷا ِﺪّﯿﺳ ٍﺪّﻤﺤُﻣ ﺎَﻧِﺪ

ِرﺎّﮭﻘﻟا ِﻚﻠﻤﻟا ﻰﻠﻋ ِضﺮﻌﻟا ِمﻮﯾ ﻰﻟا ِﻦﯿﻣِزﻼَﺘﻣ ِﻦﯿَﻤﺋاد

)

ﺪﻌﺑﺎّﻣا

(

ِدِﺮُﯾ ْﻦَﻣ ُﻞﺋﺎﻘﻟا

ِﻦْﯾﱢﺪﻟا ﻲِﻓ ُﮫْﮭﱢﻘَﻔُﯾ اًﺮْﯿَﺧ ِﮫِﺑ ُﷲ

.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah

‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh

dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa

terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi

cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendidik,

mendo’akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang

dan kesabaran.

2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama

(10)

3. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen P.A yang telah

meluangkan waktunya dalam membimbing selama perkuliahan.

6. Bapak

waktu, tenaga,

7. Bapak/

memberikan pelayanan kepada penulis.

8. Almukarrom romo Kyai As’ad Haris Nasution, romo Kyai

Taufiqurrohman, ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, Nyai

Chusnul Khalimah, serta ustadz

telah berjuang bersama dalam agama Allah SWT.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga

Allah SWT menerima ama

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat

yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat

Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan

mu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen P.A yang telah

meluangkan waktunya dalam membimbing selama perkuliahan.

Rovi’in, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah

waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulisan skripsi ini.

Ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah

memberikan pelayanan kepada penulis.

Almukarrom romo Kyai As’ad Haris Nasution, romo Kyai

Taufiqurrohman, ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, Nyai

husnul Khalimah, serta ustadz-ustadzah pon-pes Al

telah berjuang bersama dalam agama Allah SWT.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga

enerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat

yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahi Robbil

Salatiga, 07 Agustus 2017

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan

mu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen P.A yang telah

meluangkan waktunya dalam membimbing selama perkuliahan.

Selaku pembimbing yang telah meluangkan

dalam membimbing penulisan skripsi ini.

AIN yang telah

Almukarrom romo Kyai As’ad Haris Nasution, romo Kyai

Taufiqurrohman, ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, Nyai

pes Al-Manar yang

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga

lnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat

amdulillahi Robbil ‘Alamiin.

Salatiga, 07 Agustus 2017

(11)

xi ABSTRAK

Nailul Huda. 2017.Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Qami’ut Thughyan

‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman Karya Syaikh Muhammad Nawawi

Al-Bantani. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi’in, M.Ag.

Kata kunci:Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.

Syaikh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani adalah seorang tokoh fiqh

dan tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah Qami’uth Thughyan,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut

Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Qami’uth Thughyan,

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah

model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Qami’uth Thughyan, dan (2)

Bagaimana relevansi model Pendidikan Akhlak dalam kitab Qami’uth Thughyan

dalam kehidupan sehari-hari.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

research). Sumber data primer adalah kitab Qami’uth thughyan, sumber

sekundernya adalah kitab-kitab terjemahannya dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun teknis analisis data

menggunakan metode deskriptif analisis, content analysis dan reflektif thinking.

Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa Model pendidikan akhlak

dalam kitab Qami’uth Thughyan bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang

teguh dengan Al-Qur’an dan Hadis. Yang menguraikan tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab

Qami’uth Thughyan karya Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani sangat relevan

dengan pendidikan sekarang terutama dalam kehidupan Pelajar, yaitu: pendidikan akhlak kepada Allah SWT., Pendidikan akhlak kepada Nabi SAW., dan pendidikan akhlak terhadap Diri Sendiri, serta pendidikan akhlak terhadap lingkungan yang meliputi (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan masyarakat. Tentunya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendidik akhlak supaya para

pelajar terbisa berakhlakul karimah. Karena pelajar saat ini sering sekali berbuat

(12)

xii DAFTAR ISI

1. JUDUL ……… i

2. LOGO IAIN………..….………. ii

3. NOTAPEMBIMBING………..………….…… iii

4. PENGESAHAN KELULUSAN ……… iv

5. DEKLARASI ………. v

6. MOTTO ……….……….... vi

7. PERSEMBAHAN……….….. vii

8. KATA PENGANTAR ………... ix

9. ABSTRAK……….. xi

10.DAFTAR ISI………... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelilitian……… 7

D. Kegunaan Penelitian ………. 7

E. Penegasan Istilah ………... 8

F. Metode Penelitian ………. 10

G. Sistematika Penulisan ………... 12

BAB II. BIOGRAFI SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI

(13)

xiii

A. Riwayat hidup Muhammad Imam

NawawiAl-Bantani... 14

B. Pendidikan ... 15

C. Nasionalisme... 16

D. Gelar-gelar... 18

E. Karya-karya... 19

F. Nasab Imam Nawawi ... 23

G. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi ……….... 25

H. Latar Belakang Penulisan Kitab Qami’ut Thughyan ... 27

I. SistematikaPenulisanKitab………...…... 28

BAB III. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH THUGHYAN A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan ... 35

B. Pengertian Pendidikan Akhlak ………. 40

C. Pemikiran Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Qami’uthThughyan ... 44

1. Akhlak kepada Allah SWT ... 45

2. Akhlak kepada Nabi Muhammad SAW ... 48

3. Akhlak terhadap Diri Sendiri ... 41

4. Akhlak terhadap Lingkungan ... 52

a. Keluarga ... 53

(14)

xiv BAB IV. ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KITAB

QAMI'UTH THUGHYAN

A. Model dalam Pendidikan Akhlak ... 56

B. Relevansi Pendidikan Akhlak Kitab Qami'ut Thughyan dalam kehidupan Pelajar ……….. 58

1. Akhlak kepada Allah SWT …... 59

2. Akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW ... 64

3. Akhlak terhadap Diri Sendiri ... 68

4. Akhlak terhadap Lingkungan ... 80

c. Keluarga ... 80

d. Masyarakat ……….……….. 85

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 94

C. Kata Penutup ... 94

11.DAFTAR PUSTAKA

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Maju mundurnya suatu ummat tergantung tinggi rendahnya akhlak

yang dimililki sebagai barometernya, jika dengan adanya penerapan

akhlak yang dimiliki suatu umat akan memberikan dampak positif serta

akan menjadikan para generasi umat yang shalih dan baik tindak

langkahnya dalam mengukir lembaran sejarah nenek moyang kita. Kiranya

itulah yang menyebabkan mereka mencapai kejayaan yang tinggi serta

keluhuran dan keagungan yang belum pernah dicapai oleh generasi kita

sekarang. Lain dari seseorang berpegang pada akhlak dan adat istiadat

yang mulia. Adapun sebabnya adalah adanya kemauan yang mulia,

seseorang yang mempunyai kemauan yang mulia, maka ia selalu menjaga

budi pekerti (akhlak) yang mulia, mengenali segala keutamaan,

membangun kemuliaan, suka memberi dan mencegah keburukan.

(Al-Mas’udi, 2012:75).

Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi,

kanak-kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi

dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk

menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun

secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini,

melanjutkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap

(16)

2 Yang terlebih penting untuk kita tinggalkan dan kita wariskan

kepada mereka itu akhlak yang mulia serta ilmu pengetahuan yang

bermanfaat, sebab akhlak dan budi pekerti yang mulia serta luhur itu

sajalah yang dapat mengangkat derajat mereka dalam bidang jasmaniah.

Jadi dengan mendapatkan dua bekal utama itu mereka akan menjadi

fundamel yang kuat dan sakaguru yang kokoh untuk menggerakkan

ummat yang ada dibawah asuhan dan pimpinannya. Persoalan ini kiranya

tidak ada orang yang menyalahi kebenarannya, jadi seluruh manusia, baik

yang berdiam ditimur ataupun yang dibarat tentu menyetujui dan tidak

akan memperselisihkan. Sebagai kebalikannya, manakala anak-anak kita

sudah terbiasa melakukan akhlak yang rendah, budi pekerti yang hina,

serta enggan mengejar dengan sepenuh hati ilmu pengetahuan umum

ataupun agama, sedangkan ilmu-ilmu itulah yang merupakan sebab utama

untuk kehidupan suatu bangsa, maka akibatnya sangat mengecewakan

sekali. Mereka akan menjadi perusuh ummat, menjadi sampah masyarakat,

bahkan akan membuat kerusakan dan kebejatan saja dalam negara yang

mereka sama berdiam di dalamnya. Hal ini pun sudah pasti akan terjadi

dan setiap manusia berakal tidak mungkin mengingkarinya.

(Al-Ghalayaini, 2000:313).

Maka dari itu orangtua juga harus ikut memperhatikan

anak-anaknya dalam hal pendidikan, terutama pendidikan pada akhlak. Agar

mereka tidak terlalu mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang

(17)

pilar-3 pilar generasi perjuangan yang memiliki akhlak yang baik, menjadi

penerus agama, juga bangsa dan negara.

Akhlak merupakan tsamrah (buah) Islam yang bermanfaat bagi

manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi

baik. Akhlak merupakan alat kontrol jiwa bagi setiap individu dan

masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari

kumpulan binatang. (Munzier, 2008:89).

Berbekal dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui

batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan

sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat

memperoleh irsyad, taufiq, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia

dan di akhirat. Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan

kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup

sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh

sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).

Salah seorang ulama’ yang menelaah dan memberikan pendidikan

akhlak secara mendalam adalah Syaikh Imam Muhammad Nawawi

Al-Bantani. Dia adalah salah satu ulama’ faqih yang Al-‘alim ‘alamah baik

dalam dunia hukum syari’at maupun pendidikan akhlak, baik akhlak

dhahir maupun bathin.

Salah satu akhlaknya menyebutkan bahwa Syaikh Imam

Muhammad Nawawi Al-Bantani tidak pernah mencela kaum muslimin,

(18)

4 (buruk) bila ia telah menghina atau meremehkan saudaranya sasama

Muslim karena kemelaratannya atau yang lain. Selayaknya orang itu

menghargainya dan memuliakannya. Segala sesuatu yang dapat

mengakibatkan sesama Muslim, yaitu mengalirkan darahnya, mengambil

hartanya dan mencelanya, baik di hadapannya maupun tidak adalah haram.

Rasulullah SAW. Bersabda:

َِﲝ

Artinya: “Kejelekan seseorang cukup ditandai atau dilihat dengan sikapnya meremehkan saudara sesama Muslim. Setiap Muslim diharamkah darahnya, hartanya dan harga dirinya bagi sesama Muslim yang lain”. (HR. Muslim).

Allah SWT. Juga menegaskan tentang melakukan suatu tindak

perbuatan diatas adalah dosa besar.

Firman Allah SWT:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seseorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. Q.S. Al-Hujurat:12). (http//www.al-quran-digital.com).

Selain itu ia tidak pernah terlena dengan kenikmatan makanan,

(19)

5 pengetahuan yang ditemukannya, seolah sudah dapat menggantikan semua

kenikmatan duniawi. Imam Junaid berkata:

ِﺘﺳِا ُﺪْﻫﱡﺰﻟا

ِﺐْﻠَﻘْﻟا َﻦِﻣ ﺎَﻫِرﺎَﺛآ ُﻮَﳏَو ﺎَﻴْـﻧ ﱡﺪﻟاُر ﺎَﻐﺼ

Artinya: “Zuhud adalah menganggap remeh duniawi dan menghapus pengaruhnya dari lubuk hati”. (Sa’id, tt:40).

Yang menarik perhatian Dia pindah dari sebuah perkampungan

sederhana menuju kota Damaskus yang penuh dengan kesenangan dan

kenikmatan, ia sendiri masih berusia muda dan dalam kondisi fisik yang

masih kuat. Walau begitu ia tidak pernah berpaling untuk memperhatikan

semua kesenangan dan syahwat tersebut. Beliau justru membenamkan diri

dalam kesungguhan dan kehidupan yang sederhana. Dengan mengikuti

sunnah Rasulullah SAW dan atsar (perilaku) para sahabatnya, para ulama’

salaf (ulama’ terdahulu sepeninggal zaman Rasulullah SAW dan para

sahabat) senantiasa mengutamakan pendidikan agama dan akhlak kepada

anak-anak mereka. (

https://onolistrik.wordpress.com/2013/01/21/akhlak-dan-sifat-imam-nawawi/).

Selain dikenal sebagai ahli yang mendidik akhlak, ia adalah

seorang ulama’ dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, yang

meliputi bidang-bidang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir dan hadis. Jumlah

karyanya mencapai tidak kurang dari 115 kitab, salah satu karyanya yang

ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majelis-majelis pengkajian ilmu

adalah kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman. Kitab

ini tergolong praktis, didalamnya terdapat ulasan mengenai nilai-nilai

(20)

6 bisa dijadikan acuan untuk memformulasikan nilai pendidikan akhlak

dalam kehidupan para siswa.

Dari uraian di atas, penulis tertarik ingin lebih jauh mengkaji

tentang nilai pendidikan yang terkandung pada kitab Qami’uth Thughyan

‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman karya Syaikh Muhammad Nawawi

Al-Bantani karena esensi kitab itu sendiri selain terdapat pelajaran akhlak juga

terdapat penjelasan mengenai 77 cabang iman yang dapat mengantarkan

seorang mukmin menyempurnakan kualitas nilai keimanannya kepada

Allah SWT. Dengan mengamalkannya. Jadi pastilah orang-orang yang

menempuh jalan makrifat memiliki akhlak yang baik kepada sesama

makhluk dan memiliki akhlak yang luhur terhadap Sang Khalik. Untuk itu,

maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian skripsi yang berjudul:

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN KARYA SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI

(1813-1897 M / 1230-1314 H). Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai

pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala

Manzhumati Syu’abil Iman dengan harapan semoga dapat memberikan

kontribusi dan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

(21)

7

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman karya Syaikh

Muhammad Nawawi Al-Bantani?

2. Bagaimanakah relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Qami’uth

Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman dalam kehidupan

sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman karya Syaikh

Muhammad Nawawi Al-Bantani.

2. Mengetahui relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Qami’uth

Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman dalam kehidupan

sehari-hari.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat penulis kemukakan menjadi dua

bagian, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Yang dapat penulis

(22)

8

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan yang terkandung

dalam kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman

karya Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani serta bermanfaat

sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya pada

pendidikan akhlak.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan

kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan

dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia

pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas judul di atas serta menghindari kesalahan

dalam memahami istilah, adapun tujuannya agar asumsi yang akan muncul

nantinya akan dapat diartikan secara tepat sesuai dengan yang

dikehendaki, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul

skripsi ini sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Akhlak

Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang

dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih

(23)

9 Pendidikan menurut Marimba (1989:19) adalah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama. (Tafsir, 2014:24).

Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai

sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah

atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan

kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al-Jaza’iri, tt: 223).

Jadi yang dimaksud dengan istilah nilai pendidikan akhlak

adalah suatu yang dianggap terpuji dan diusahakan dalam mendidik,

membimbing, mengarahkan seseorang agar mencapai perbuatan

(akhlak) yang mulia, serta dalam kehidupan sehari-hari

menjadikannya suatu kebiasaan.

2. Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman

Kitab ini merupakan pengkajian serta syarah (penjelasan

detail) Imam Muhammad Nawawi Al-Bantani dari nadhom-nadhom

(syair-syair) karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin Ahmad Al-Kusyini

Al-Malibary dalam kitab-Nya yang terkenal yaitu Manzhumati

Syu’abil Iman. Kitab ini merupakan terjemahan bahasa arab dari kitab

yang berjudul sama dalam bahasa Parsi (Iran) karya sayyid Nuruddin

Al-Ijiy. Syair-syair itu dirangkai dalam 26 bait dengan bahar kamil.

Imam Muhammad Nawawi Al-Bantani menulis kitab syarah atas kitab

(24)

10 menginginkan kebahagiaan. (Asrori, 1996:1). Kitab ini terdiri dari 77

Syu’bah (cabang-cabang) pembahasan, dimulai dari Khutbatul Kitab

dilanjutkan dengan cabang pertama, kedua, ketiga, sampai ketujuh

puluh tujuh pada akhir kitab. Juga disertai penjelasan dalil-dalil

Al-Qur’an dan As-Sunnah pada masing-masing babnya.

3. Imam Muhammad Nawawi Al-Bantani

Adalah Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin

‘Arabi bin ‘Ali At-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau dilahirkan di

desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230 H bertepatan dengan

1813 M, di dalam keluarga yang mulia yang terkenal dengan dakwah

Islamiyah Nya. Sejak kecil Beliau hidup dan menimba ilmu di

Makkatul Mukarromah dan berbagai daerah seperti: Madinah, Syiria

dan Mesir. Kemudian menetap kembali di Makkah. Beliau dikenal

dengan “Sayyid ulama’ hijaz”, Syaikh yang terkemuka, dermawan,

bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut hatinya, pecinta fakir miskin.

Beliau wafat pada tahun 1314 H bertepatan dengan tahun 1897 M di

Makkatul Mukarromah. (Ghofur, 2008:183).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif

Literer. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan

(25)

11

pendidikan akhlak dalam Kitab Qami’uth Thughyan dan relevansinya

dengan kehidupan sekarang ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research

(penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang

diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan

buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari

dua sumber:

a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan

permasalahan yang didapat yaitu: kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala

Manzhumati Syu’abil Iman. Diterbitkan di Jakarta: Dar al-Kutub

Al-Islamiyah, 2008.

b. Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan

kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman,

kitab-kitab, buku-buku dan media elektronik, seperti internet, yang

mendukung objek penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua

(26)

12

a. Metode Content Analysis

Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber

sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:

“metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau

dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini

penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang

terkandung dalam ulasan-ulsan kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala

Manzhumati Syu’abil Iman dan kaiatanya dengan nilai-nilai

pendidikan akhlak.

b. Metode Reflektif Thinking

Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya

mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi

yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang

abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi

emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat

dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67).

Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab

Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman dan

nilai-nilai pendidikan akhlak kontemporer.

(27)

13 Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah

sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini

menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini

bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud

penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai

gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Imam Muhammad Nawawi

Bantani, menguraikan tentang: Biografi Imam Muhammad Nawawi

Al-Bantani, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual,

perjalanan karirnya, latar belakang dan penulisan kitab. Selain itu, dalam

bab ini juga membahas perkembangan intelektual, karya-karyanya,

gelar-gelarnya, silsilah guru-gurunya, serta nasab-nasabnya.

Bab Ketiga. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Qami’uth

Thughyan dan pemikiran Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani.

Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan analisis relevansi

nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan Pelajar.

Bab Kelima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, dan kata

(28)

14 BAB II

BIOGRAFI SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI

A. Riwayat hidup Imam Nawawi

Beliau adalah seorang yang memiliki nama Abu Abdul Mu’ti

Muhammad bin ‘Umar bin ‘Arabi bin ‘Ali at-Tanari al-Bantani al-Jawi.

Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230 H

/1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah islamiahnya.

Kedua orang tua beliau memberi nama dengan Muhammad Nawawi.

Nama pada bagian awal diambil dari nama pemimpinya para Nabi dan

Rasul yang memiliki risalah yaitu Muhammad bin Abdullah SAW. Dan

nama pada bagian dua diambil dari nama syaikhul Islam waliyullah

Mukhyiddin Abi Zakaria Yahya bi Syarif an-Nawawi. Beliau wafat di

Makkah pada tahun 1314 H diakhir bulan ayawal bertepatan dengan tahun

1897 M. Beliau dimakamkan di pemakaman Mi’la dekat dengan makam

sayyidah Asma’ binti Abu Bakar as-Sidiq, dan dekat dengan ulama’ ahli

tahqiq yaitu Ibnu Hajar al-Haitami. (Nawawi, 2008:6).

Ayah beliau bernama K. H ‘Umar bin ‘Arabi, seorang pejabat

penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, imam

Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah

(Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin

(Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya

(29)

15 ash-Shadiq, imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin,

Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra (Ghofur, 2008:189). Beliau

bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad (Syamsu,

1996:271).

B. Pendidikan

Imam Nawawi adalah pecinta ilmu agama yang mengamalkan

ilmunya, yang mencintai sampai dilubuk hatinya (Al-Qof, 2008:183).

Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap

pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun.

Pertanyaan-pertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi

yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah

mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula

mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada

kiyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kiyai Yusuf Purwakarta

(http://id.Wikipedia.org).

Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya

berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji,

ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang mencekik telah

meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci

ini beliau mencerap pelbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa

dan sastra arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqih adalah sederet

pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur,

(30)

16 seperti: syeikh Khatib al-Sambasi, Abdul Ghani Bima, Yusuf

Sumbulaweni, ‘Abdul Hamid Dhagestani, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan,

Syeikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan

tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad

Nahrawi, Syeikh Juneid al-Betawi, dan Syeikh Ahmad Dimyati ulama’

terkemuka di Makkah, lewat karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau

terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama’ lain yang berpengaruh besar

mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-Sambasi

dan Syeikh Ahmad Zaini Dahlan, ulama’ besar Madinah

(http://id.Wikipedia.org).

Setelah beliau menggali ilmu di Madinah, kemudian beliau

mengembara jauh dari tempat tinggalnya di Makkah, menuju ke daerah

Kinanah, Mesir, yang menjadi kota sekaligus gudangnya ilmu, dan menuju

universitas Al-Azhar yang menjadi kiblat ilmu dan ulama’. Beliau di sana

berkeinginan berjumpa dengan pembesar para ulama’. Dan akhir

perjalanannya menuju ke kota Syam (Syiria) untuk mencari jati dirinya

(Nawawi, 2008:6).

C. Nasionalisme

Tiga tahun lamanya Imam Nawawi bermukim di Makkah. Setelah

merasa cukup, beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan ilmu dan

hukum yang ia peroleh, terhadap putra-putri atau generasi tanah air dan

para pecintanya. Beliau melakukannya dengan nasehat dan menguatkan

(31)

17 membangun serta membina masyarakat Islam. Ketika beliau pulang ke

tanah air, dan menyebarkan ilmunya, beliau melihat praktik-praktik

ketidak adilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan dari Pemerintah

Hindia Belanda. Beliau melihat itu semua lantaran kebodohan yang masih

menyelimuti umat. Tak ayal, semangat jihad pun berkobar. Beliau keliling

Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Tentu saja pemerintah

belanda membatasi gerak geriknya. Beliau dilarang berkhutbah di

masjid-masjid. Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut pangeran

Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap

penjajahan belanda (http://id.wikipedia.org).

Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap

prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, apa boleh buat, Imam Nawawi

terpaksa kembali ke negeri Makkah, tepat ketika perlawanan Pangeran

Diponegoro padam pada tahun 1830 M. Ulama besar ini di masa mudanya

juga menularkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme di kalangan

Rakyat Indonesia. Begitulah pengakuan Snouck Hourgronje. Begitu

sampai di Makkah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama

kepada guru-gurunya. Beliau tekun belajar selama 30 tahun, sejak tahun

1830 hingga 1860 M. Ketika itu memang beliau berketepatan hati untuk

mukim di tanah suci, satu dan lain hal untuk menghindari tekanan kaum

penjajah Belanda. Nama beliau mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib

(32)

18 Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma

puluhan, tapi makin lama makin jumlahnya kian banyak. Mereka datang

dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syeikh Nawawi Bantani

al-Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama

tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf (http://id.wikipedia.org).

Seorang orientalis kenamaan yang pernah berkunjung ke Makkah pada

1884-1885, Snouck Hourgronje, menuturkan bahwa Imam Nawawi setiap

hari sejak pukul 07.30-12.00 menyampaikan tiga perkuliahan sesuai

dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari

Indonesia adalah K.H. Asnawi dari Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H.

Arsyad Thawil dari Banten, K.H. Hasyim Asy’ari dari Jombang, dan K.H.

Kholil dari Madura. Merekalah yang kelak menjelma sebagai ulama besar

dan berpengaruh di Indonesia (Ghofur, 2008:191).

D. Gelar-gelar

Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah.

Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman

otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil

Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam

Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu,

ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).

Ketika berada di Mesir, para ulama’ Mesir memuliakan

kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan

(33)

19 ulama’ hijaz (jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab

Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama

dan kedudukan yang mulia dalam berilmu. Beliau merupakan seorang

syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut

hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau

dan memberi ampunan (Nawawi, 2008:6). Itulah sebabnya ketika

Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, Mesir negara yang

pertama-tama mendukung atas kemerdekaan Indonesia (http://id.wikipedia.org).

Kemudian Snouck Hourgronje mengelarinya sebagai “Doktor

Ketuhanan”, karena memiliki ilmu yang dalam, rendah hati, tidak

congkak, bersedia berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Di

kalangan intelektual masa itu juga mengelarinya sebagai Imam wa

al-Mudaqqiq (Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam).

Sementara para ulama’ Indonesia mengelarinya sebagai “Bapak Kitab

Kuning Indonesia” (http://id.wikipedia.org).

E. Karya-karya

Kurang lebih 15 tahun sebelum wafat, Imam Nawawi sangat subur

dalam membuahkan kitab. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi

untuk menambah kesempatan menulis. Maka tak heran jika Nawawi

mampu melahirkan puluhan, bahkan menurut sebuah sumber ratusan karya

tulis meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu teolog, sejarah,

(34)

20

karya Imam Nawawi dalam Dictionary of Arabic Printed Books (Ghofur,

2008:192).

Sedangkan ulama mesir Syeikh ‘Umar ‘Abdul Jabbar dalam

kitabnya “Durus min Madhi Ta’lim wa Hadrilih bi Masjidil

al-Haram” (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di

Masjidil Haram) menulis bahwa syeikh Nawawi sangat produktif dalam

menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih, meliputi berbagai

disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar

terhadap kitab-kitab klasik (http://id.wikipedia.org).

Sebagian diantara karya-karya Imam Nawawi diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Sullam Munajah syarah Safînah al-Shalâh

2. Tanqihul al-Qoul al-Hasis syarah Lubab al-Hadits

3. Salalim al-Fudala syarah Mandhumah Hidayah al-Azkiya

4. As-Simar al-Yani’ah fi Riyadh al-Badi’ah

5. Al-‘Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubin

6. Bahjah Wasail syarah Risalah Jami’ah bayn Usul wa

al-Fiqh wa al-Tasawwuf

7. Al-Tausyih/Quwt al-Habib al-Gharib syarah Fath al-Qarib al-Mujib

8. Nihayah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muhimmah al-Din

9. Maraqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah

10. Nashaih ‘Ibad syarah Manbahatu ‘ala Isti’dad li yaum

(35)

21 11. Qami’u al-Thugyan syarah Mandhumah Syu’bu al-Iman

12. Kasyf al-Maruthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah

13. Fath al-Ghafir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah

musamma al-Kawakib al-Jaliyyah

14. Nur Dhalam ‘ala Mandhumah Musammah bi ‘Aqîdah

al-‘Awwam

15. Madarij al-Shu’ud syarah Maulid al-Barzanji

16. Targhib al-Mustaqin syarah Mandhumah Maulid al-Barzanji

17. Fath al-Shamad al ‘Alam syarah Maulid Syarif al-‘Anam

18. Fath al-Majid syarah al-Durr al-Farid

19. Tîjan al-Darary syarah Matan al-Baijury

20. Fath al-Mujib syarah Mukhtashar al-Khathib

21. Muraqah Shu’ud al-Tashdiq syarah Sulam al-Taufiq

22. Kasyifah al-Saja syarah Safinah al-Naja

23. Al-Futuhah al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Imaniyyah

24. ‘Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain

25. Qathr al-Ghais syarah Masail Abi al-Laits

26. Naqawah al-‘Aqidah Mandhumah fi Tauhid

27. Al-Nahjah al-Jayyidah syarah Naqawah al-‘Aqidah

28. Suluk al-Jadah syarah Lam’ah al-Mafadah fi bayan al-Jumu’ah wa

almu’adah

(36)

22 30. Al-Fushush al-Yaqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Bahiyyah fi Abwab

al-Tashrifiyyah

31. Mishbah al-Dhalam’ala Minhaj al-Atamma fi Tabwib al-Hukm

32. Dzariyy’ah al-Yaqin ‘ala Umm al-Barahin fi al-Tauhid

33. Al-Ibriz Daniy fi Maulid Sayyidina Muhammad Sayyid

al-Adnany

34. Baghyah al-‘Awwam fi Syarah Maulid Sayyid al-Anam

35. Al-Durrur al-Bahiyyah fi syarah al-Khashaish al-Nabawiyyah

36. Lubab al-bayyan fi ‘Ilmi Bayyan

37. Al-Tafsir al-Munir li al-Mu’alim al-Tanzil al-Mufassir ‘an wujuh

mahasin al-Ta΄wil musamma Murah Labid li Kasyafi Ma’na Qur΄an

Majid

Kitab yang disebut terakhir ini bahkan telah ditetapkan sebagai

buku wajib di dunia pesantren. Popularitasnya hanya diungguli oleh Tafsir

Jalalain karya Jalaludin as-Suyuthi dan Jalaludi al-Mahalli. Lantaran

karyanya yang bergaung luas dengan bahasa yang mudah dicerna tanpa

mengurangi kepadatan isi, nama Nawawi termasuk dalam barisan ulama

besar abad ke-14 H/ 19 M. Karena keilmuannya ia dikaruniai gelar:

al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhmah al-Mudaqqiq dan Sayyid Ulama

al-Hijaz (Ghofur, 2008:192).

Karya-karya di atas itulah merupakan sebagian dari karya Imam

Nawawi yang penulis sebutkan hanya sebagian saja, masih banyak

(37)

23 sumber yang penulis dapatkan. Dan memang dari sumber yang penulis

dapatkan, banyak dari karya-karya beliau yang belum diterbitkan oleh

penerbit-penerbit.

F. Nasab Imam Nawawi

Telah disebutkan di atas, bahwa nasab Imam Nawawi bersambung

sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun urutan nasab beliau

adalah sebagai berikut:

1. Sayyiduna Muhammad SAW

2. Sayyiduda ‘Ali bin Abi Tholib Karomawallahu wajh wa Sayyidatuna

Hababah Fatimah Azzahro al-Batul Ra.

3. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.

4. Sayyiduna Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin Assajad Ra.

5. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.

6. Sayyiduna Imam Ja’far Shodiq Ra.

7. Sayyiduna Imam ‘Ali ‘Uroidhi Ra.

8. Sayyiduna Imam Muhammad Naqib Ra.

9. Sayyiduna Imam Isa Syakir Arrumi Ra.

10. Sayyiduna Imam Ahmad al-Muhajir Ra.

11. Sayyiduna Imam Ubaidullah Ra.

12. Sayyiduna Imam Alawi Ra.

13. Sayyiduna Imam Muhammad Ra.

14. Sayyiduna Imam Alawi Ra.

(38)

24 16. Sayyiduna Imam Muhannad Shohib Marbath Ra.

17. Sayyiduna Imam ‘Ali Hadroh Maut (yaman) Ra.

18. Sayyiduna Imam Abdul Malik Ra.

19. Sayyiduna Imam Abdullah Khon Ra.

20. Sayyiduna Imam Ahmad Syah Jalaliddin Ra.

21. Sayyiduna Imam Jmaluddin al-Akbar Ra.

22. Sayyiduna Imam ‘Ali Nurril ‘Alim Siyam Ra.

23. Sayyiduna Imam Abdullah Umdataddin Ra.

24. Sunan Gunung Jati Raden Syarif Hidayatullah Cirebon Ra.

25. Maulana Hasanuddin Banten Ra.

26. Maulana Yusuf Banten Ra.

27. Maulana Muhammad Nashriddin Banten Ra.

28. Maulana Abul Mafakhir Muhammad Abdil Qadir Ra.

29. Maulana Abul Ma’ali Ahmad Kanari Banten Ra.

30. Maulana Abul Fath Abdil Fattah Tirtayasa Banten Ra.

31. Maulana Mangsuruddin Cikaduen Banten Ra.

32. Maulana Nawawi Ra.

33. Maulana ‘Ali Ra.

34. Maulana ‘Umar Attanar al-Bantani Ra.

35. Syaikhul Kabir wa ‘Alim Hijaz Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi

(39)

25 Demikianlah runtunan nasab beliau yang sampai pada baginda

Nabi Muhammad melalui jalur sayyiduna Husain ra

(http://id.wikipedia.org).

G. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi

Guru Imam Nawawi yang paling berpengaruh terhadap beliau yang

mampu mengubah alam pikirnya adalah syeikh Khatib as-Sambasi yang

pada waktu uzur Imam Nawawi mengantikan beliau menjadi imam

masjidil haram sehingga menjadikan beliau masyhur dan terkenal sebagai

syekh Nawawi al-Jawi. Adapun silsilah guru-guru beliau melalui syeikh

Khatib as-Sambasi adalah sebagai berikut:

1. Allah SWT.

2. Malaikat Jibril

3. Nabi Muhammad SAW.

4. Sayyiduna ‘Ali bin Abi Thalib Karromawallahu Wajh.

5. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.

6. Sayyiduna Imam Ali Zainal Abidin Ra.

7. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.

8. Sayyiduna Imam Ja’far Shodiq Ra.

9. Sayyiduna Imam Musal Khazim Ra.

10. Sayyiduna Imam Ali Ridho Ra.

11. Sayyiduna Syeikh Abu Mahfuzh Ma’ruf al-Kharkhi Ra.

12. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Sirriddin Assaqathi Ra.

(40)

26 14. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur Asy-Syibli Ra.

15. Sayyiduna Syeikh Abdul Aziz at-Tamimi Ra.

16. Sayyiduna Syeikh Abu Fadl Abdil Wahid bin Abdil Aziz at-Tamimi

Ra.

17. Sayyiduna Syeikh Abul Faraj Ath-Thartusi Ra.

18. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Ali bin Yusuf al-Qirusyi al-Hankari

Ra.

19. Sayyiduna Abu Said Mubarrok bin Ali al-Makhzumi RA.

20. Sayyiduna Imam Ghoutsul A’zhom Abu Muhammad Abdil Qadir

Jailani Ra.

21. Sayyiduna Imam Abdul Aziz bin Abdil Qadir jailani Ra.

22. Sayyiduna Syeikh Muhammad Hattak Ra.

23. Sayyiduna Syeikh Samsuddin Ra.

24. Sayyiduna Syeikh Syarofuddin Ra.

25. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Zainiddin Ra.

26. Sayyiduna Syeikh Waliyuddin Ra.

27. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Hisyamiddin Ra.

28. Sayyiduna Syeikh Yahya Ra.

29. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Ra.

30. Sayyiduna Syeikh Abdur Rohim Ra.

31. Sayyiduna Syeikh Utsman Ra.

32. Sayyiduna Syeikh Abdul Fattah Ra.

(41)

27 34. Sayyiduna Syeikh Syamsuddin Ra.

35. Sayyiduna Syeikh Ahmad Khatib Syambasi bin Abdil Ghaffar Ra.

36. Syeikhul kabir wa Alimul Hijaz Abu Abdil Mu’thi Muhammad

Nawawi Ra.

Demikian silsilah guru-guru beliau melalui jalur syeikh khatib

as-Sambasi yang wusul pada Allah SWT. yang mana telah kita ketahui di

atas, bahwasannya syeikh khatib merupakan guru beliau yang memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi diri pribadi Imam Nawawi, sehingga diri

beliau lebih terbentuk dan termotivasi dengannya. Dengan demikian,

Semoga dapat memberikan kefahaman dan pengetahuan kepada para

pembaca.

H. Latar Belakang Penulisan Kitab Qami’uth Thughyan

Segala puji bagi Allah Swt. yang memiliki sifat kesempurnaan,

Salawat dan salam semoga diberikan atas penghulu kita, Nabi Muhammad

Saw. yang dikukuhkan oleh Allah Swt dengan beberapa mukjizat, juga

diberikan kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang banyak berbuat

kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. (Nawawi, 2008:7).

Setelah Mushanif, Muhammad Nawawi Al-Bantani membaca

hamdalah dan sholawat kemudian Ia mengharap ampunan Allah SWT.

Atas dosa-dosa dan pemenuhan Allah SWT. Pada hajat-Nya. Sudah lama

Ia berfikir untuk mengkaji syair-syair karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin

Ahmad Al-Kusyini Asy-Syafi’i Al-Malibary dalam kitab-Nya yang

(42)

28 bahasa arab dari kitab yang berjudul sama dalam bahasa Parsi (Iran) karya

sayyid Nuruddin Al-Ijiy. Syair-syair itu dirangkai dalam 26 bait dengan

bahar kamil. Dan Ia berharap Syarah tersebut supaya bermanfaat bagi Ia

pribadi dan anak cucunya yang menginginkan kebahagiaan. Kitab syarah

ini saya beri nama “Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman”.

Ia memohon kepada Allah SWT., semoga Allah SWT.

Memberikan manfaat dengan anugrah-Nya pada kitab ini. Allah Maha

Kuasa atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya dan Dzat yang paling

layak mengabulkan segala permohonan. (Asrori, 1996:1).

I. Sistematika Penulisan Kitab

Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Qami’uth

Thughyan adalah tematik, yang penulisannya dari satu pasal (furu’) ke

pasal yang lain berdasarkan pokok masalah yang terkandung didalamnya.

Jumlah pembahasannya ada 77 yang didasarkan pada 34 ayat Al-Qur’an,

56 matan Hadits dan sisanya merupakan atsar (perkataan sahabat dan

tabi’in), dan beberapa wirid. Adapun rincian bab yang terdapat dalam kitab

ini yaitu:

1. Khutbatul kitab, yang berisi:

a. Bacaan tasmiyah, dengan tujuan mengikuti tulisan pada awal

Al-Qur’an dan untuk mengambil keberkahan pada Al-Al-Qur’anul Karim,

karena ayat pertama yang tuliskan adalah lafad tasmiyah. Maka

(43)

29

bismillahirrahmanirrahim sebagaimana beliau mengamalkan hadis

dari Nabi Muhammad Saw. berikut:

مَﺬْﺟَأ َﻮُﻬَـﻓ ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟا ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ِﷲا ِﻢْﺴِﺒِﺑ ِﻪْﻴِﻓ ُأَﺪْﺒُـﻳ َﻻ ٍلﺎَﺑ ْيِذ ٍﺮْﻣَأ ﱡﻞُﻛ

Artinya: “Segala perkara yang mempunyai maksud baik jika tidak diawali dengan membaca bismillah, maka perbuatan itu akan terputus”. (Zakaria, tt, 2).

b. Kata Pengantar, kemudian beliau menyertakan kata pengantar ini

juga bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang

telah diberikan oleh Allah SWT. Maka Ia menuliskan lafad

hamdalah atau pujian di dalam muqaddimah-nya sebagaimana di

dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman:

Artinya: ”Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Al-Luqman: 12). (http//www.al-quran-digital.com).

Kemudian Ia menuliskan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

dengan tujuan semoga tetap tercurahkan kepada Beliau.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman:

(44)

30 kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab:56). ( Al-Qur’an digital).

2. Pembahasan.

Kitab ini berisikan nasehat-nasehat yang terkumpul dalam suatu

pasal terdiri dari tujuh puluh tujuh Syu’bah (cabang-cabang)

pembahasan, dimulai dari Khutbatul Kitab dilanjutkan dengan cabang

pertama, kedua, ketiga, sampai ketujuh puluh tujuh pada akhir kitab.

Juga disertai penjelasan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah pada

masing-masing babnya. Pada kitab ini terdapat 77 pasal dan setiap pasal

ini, menjelaskan tentang sebagimana pokok dasar iman seseorang

karena iman (keyakinan) memiliki beberapa unsur dan perilaku yang

dapat menambah amal manusia dengan melakukan semuanya dan

mengurangi amal manusia dengan meninggalkannya. (Asrori, 1996:2).

Adapun pokok isi pada kitab Qami’uth Thughyan terdiri dari 77

pembahasan diantaranya sebagai berikut:

o Iman Kepada Allah

o Iman Kepada Malaikat

o Iman Kepada Kitab-kitab Allah

o Iman Kepada Para Nabi

o Iman Kepada Hancurnya Alam

o Iman Kepada Kebangkitan Manusia dari Kematian

o Iman Kepada Takdir

o Iman Kepada Hasyr

(45)

31

o Cinta Kepada Allah

o Takut Kepada Siksa Allah

o Mengharap Rahmat Allah

o Tawakal (Pasrah Kepada Allah)

o Cinta Kepada Nabi Muhammad Saw.

o Mengagungkan Derajat Nabi Muhammad Saw.

o Kikir dengan Memegang Teguh Agama Islam

o Mencari Ilmu

o Menyebar Luaskan Ilmu Syariat

o Mengagungkan dan Memuliakan Al-Qur’an

o Bersuci

o Menjalankan Salat Lima Waktu Pada Waktunya dengan Sempurna

o Membayar Zakat Kepada Orang-orang Yang Berhak Menerimanya

o Berpuasa Di Bulan Ramadhan

o I’tikaf

o Haji

o Berjuang Melawan Orang Kafir Untuk Menolong Agama Islam

o Membentengi Kaum Muslimin Dari Serangan Orang Kafir

o Bertahan Di Dalam Kancah Perang Kepada Pemimpin Atau

Pembantunya

o Memerdekakan Budak (Hamba Sahaya) yang Muslim

o Bersedia Membayar Kafarah

(46)

32

o Bersyukur

o Menjaga Lisan dari Hal-hal yang Tidak Layak

o Menjaga Kemaluan dari Hal-hal yang Dilarang Allah Swt.

o Menyampaikan Amanat yang Berhak Menerimanya

o Tidak Membunuh Sesama Manusia Muslim

o Menghindari Makanan dan Minuman yang Haram

o Menghindari Harta yang Haram

o Menghindari Pakaian, Perhiasan dan Perabot yang Haram

o Menghindari Permainan yang Sia-sia yang Dilarang

o Sederhana Dalam Memberikan Nafakah, Tidak Berlebihan dan

Terlalu Irit

o Tidak Menyimpan Dendam dan Kedengkian

o Tidak Mencela Kaum Muslimin Baik Dihadapannya Maupun

Tidak

o Ikhlas Dalam Setiap Amal Perbuatan Karena Allah Swt.

o Merasa Bahagia dengan Ketaatan Kepada Allah Swt.

o Bertobat

o Melakukan Penyembelihan Qurban Aqiqah dan Hadiah

o Taat Kepada Pemerintahan

o Berpegang Teguh Pada Nilai yang Dianut Jamaah

o Menjalankan Hukum Diantara Manusia Secara Adil

o Memerintahkan Kepada Kebaikan dan Mencegah dari Kejahatan

(47)

33

o Malu Kepada Allah Swt.

o Bersikap Baik Kepada Orang Tua

o Silaturrahim (Menyambung Tali Persaudaraan)

o Budi Pekerti yang Baik

o Memperlakukan Hamba Sahaya dengan Baik

o Ketaatan Hamba Sahaya Kepada Tuannya

o Menjaga Hak-hak Istri dan Anak-anak

o Mencintai Ahli Agama

o Menjawab Salam dari Orang Islam

o Menjenguk Orang Sakit

o Melakukan Salat Jenazah Untuk Mayat Yang Islam

o Mendo’akan Orang Islam yang Bersin

o Menjauhi Hal-hal yang Merusak Dari Orang Kafir, Ahli Bid’ah

dan Orang yang Melakukan Dosa Besar

o Menghormati Tetangga

o Menghormati Tamu

o Menyembunyikan Cela Orang Lain

o Sabar

o Zuhud

o Cemburu dan Tidak membiarkan Pria Bergaul Bebas dengan

Wanita Lain

o Berpaling Diri dari Percakapan yang Tidak Bermanfaat

(48)

34

o Menghormati Orang Tua dan Mengasihi Anak Kecil

o Merukunkan Orang Islam

o Mencintai Orang Lain Sebagaimana Mencintai Dirinya Sendiri

3. Penutup.

Pada akhir penulisan kitab ini Ia mengucapkan hamdalah seraya

menuliskan bacaan tahmid dan shalawat kepada Nabi SAW. Sebagai

tanda bersyukur kepada Allah SWT. Atas selesainya risalah ini dan

mendo’akan kepada beliau sendiri, para Pembaca, dan seluruh umat

Islam agar risalah ini bermanfaat selain sebagai pengetahuan tapi juga

(49)

35 BAB III

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH

THUGHYAN

A. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan

1. Pengertian Nilai Dalam Pendidikan

Nilai dapat diartikan sebagai hal-hal yang penting atau berguna

bagi kemanusiaan. Nilai atau value, berasal dari bahasa latin valare

atau bahasa Prancis Kuno valoir yang artinya nilai. Sebatas dari

denotatifnya, valare, valoir, value atau nilai dapat dimaknai sebagai

harga. Hal ini selaras dengan definisi nilai menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1994) yang diartikan sebagai harga (dalam artian

taksiran harga). (FIP-UPI, 2007:42-43).

Di antara definisi nilai yang dikemukakan para ahli, maka

definisi oleh spranger (Asrori, 2008:153), termasuk yang dikenal

secara luas. Menurut Spranger nilai diartikan sebagai suatu tatanan

yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih

alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam perspektif

Spanger, kepribadian manusia itu terbentuk dan berakar pada tatanan

nilai-nilai dan kesejahteraan. Meskipun penempatan konteks sosial

sebagai dimensi nilai dalam kepribadian manusia, tetapi spranger tetap

mengakui kekuatan individual yang dikenal dengan “roh subjektif”

(50)

36

merupakan “roh subjektif” (objective spirit). Dalam kacamata

Spranger, kekuatan individual atau roh subjektif didudukkan dalam

posisi primer karena nilai nilai budaya hanya akan berkembang dan

bertahan apabila didukung dan dihayati oleh individu. (Asrori,

2008:153).

Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan secara pasif

melainkan secara aktif dan kreatif. Dalam proses penerimaan nilai

oleh manusia ini, terjadi hubungan dialektis antara roh objektif dengan

roh subjektif. Artinya roh objektif akan berkembang manakala roh

didukung oleh roh subjektif, sebaliknya roh subjektif terbentuk dan

berkembang dengan berpedoman pada roh objektif yang diposisikan

sebagai cita-cita yang harus dicapai. (Asrori, 2008:153).

Dengan demikian, nilai merupakan sesuatu yang diyakini

kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai

merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok

sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau

sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari

dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu

ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan

kelompoknnya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil

yang secara eksplisit atau implisit membimbing individu dalam

menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam memenuhi

(51)

37

2. Hakekat dan Makna Nilai

Berdasarkan definisi tentang nilai di atas, dapat dikatakan

bahwa nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan

pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka hakekat dan makna nilai

adalah berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat kebiasaan,

aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan

berharga bagi seseorang dalam menjalani keidupannya. Nilai bersifat

abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam

moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan

berkembang ke arah yang lebih kompleks. (FIP-UPI, 2007:45).

Kattsoff (Soemargono, 2004) mengungkapkan bahwa hakekat

nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: Pertama, nilai

sepenuhnya berhakekat sunyektif, tergantung pada pengalaman

manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan

kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam

ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan

dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan

unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan. (FIP-UPI, 2007:46).

3. Bentuk-bentuk Nilai Pendidikan

Ada dua pembagian besar tentang bentuk-bentuk nilai.

Pertama, nilai dipandang sebagai konsep, dalam arti memberi nilai

atau timbangan (to value). Kedua, nilai dipandang sebagai proses

(52)

38 pendidikan dapat juga dibedakan dengan mendefinisikan apa “yang

diingini” dan apa “yang disukai”. Artinya, tidak setiap yang diingini

seseorang mesti disukai atau diterima olehnya. Sebagaimana

diketahui, keinginan merupakan ungkapan tentang kebutuhan biologis

atau diri atau tuntutan fisik. Keinginan tidak mesti selalu berada pada

taraf hal yang diterima atau diingini secara sosial. Untuk mencapai

taraf tersebut, keinginan harus diukur dengan norma-norma lain yang

lebih tinggi daripada sekedar kesenangan fisik. Artinya, nilai

pendidikan dalam hubungannya dengan keinginan bisa berbentuk “apa

yang di ingini” pada taraf individu dan “apa yang disukai” atau “apa

yang dicintai” pada taraf sosial. Keduanya mengekspresikan keinginan

yang didasarkan atas indra dan emosi pada satu sisi dan keinginan

yang didasarkan atas akal pada sisi yang lain. (Munzier, 2008:137).

Pembahasan tentang perbandingan nilai-nilai berdasarkan

keinginan membawa dua pembagian lain tentang nilai pendidikan,

yaitu nilai instrumental (instrumental value) dan nilai intrinsik

(intrinsic value). Nilai yang pertama ada ketika seseorang

mengutamakannya karena kebaikan yang ada padanya. Dengan kata

lain, sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal tertentu atau

bermanfaat untuk tujuan tertentu. Umpamanya, seseorang menetapkan

isi program latihan atau kurikulum sekolah bagi sekelompok guru

karena ia memandangnya berguna untuk mencapai tujuan langsung

Referensi

Dokumen terkait

pada jamaah berzanjen desa Campurejo. a.) Pendidikan akhlak kepada Allah, Dari hasil penelitian bahwasanya dalam kegiatan pembacaan kitab al-Barzanji itu banyak

Sedangkan ketika dikaitkan dengan ajaran Islam, maka pendidikan tidak dapat lepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu menciptakan hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya

Kitab suci Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah swt., sekaligus kepada Rasul yang terakhir pula, yaitu Nabi Muhammad saw.. Tidak ada lagi kitab suci

Nilai pendidikan Islam pada sisi akidah yang terdapat dalam buku al-Rahiq al-Makhtum yaitu: Iman kepada Nabi Muhammad Saw., Iman kepada malaikat, dan Iman kepada Allah

Nilai-nilai pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan meningkatkankekuatan spiritual dalam diri manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dan melakukan perbuatan baik serta

L PENDAHULUAN a. Latar Belakang Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sahabat, serta seluruh pengikutnya yang selalu istiqamah hingga akhir jaman. Isra dan Mi'raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam dari yang semulanya lima puluh waktu sehari semalam. Subhanallah. "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Isra: 17) Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW bagi kaum muslim merupakan wujud cinta kasih kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang telah menunjukkan jalan yang menuju keridhoan Allah SWT yakni berupa agama Islam yang dituntun dengan ajaran yang bersumber pada hukum Islam yakni Al-Qur'an dan Al-Hadist. Banyak sekali faidah-faidah yang terkandung dalam Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW sehingga melatarbelakangi kami dari PHBI SMAN 1 GUNTUR untuk memperingati salah satu hari bersejarah tersebut. Ukhuwah islamiyah harus terus dibangun dan dipelihara di muka bumi ini sebagai penjabaran dari aplikasi aktif seluruh umat muslim dalam menjaga kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Melalui peringatan hari bersejarah Islam yang rutin setiap tahun dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan tali silaturahmi, serta perilaku yang sesuai dengan syariat Islam diawali dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan yang lebih luas lagi. Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1445 H merupakan salah satu pengapresiasian dari kita selaku Umat Islam untuk menjunjung tinggi Nabi kita semua. sebagai suri tauladan di muka bumi ini. Hal ini baik sekali terutama sebagai pembelajaran kepada generasi penerus kita berikutnya. Sebagai bentuk apresiasi yang bermanfaat dan patut dilestarikan kepada siswa-siswi SMAN 1 GUNTUR yang