NILAI
DALAM KITAB
SYU’ABIL IMAN
AL-BANTANI
Diajukan untuk
JURUSAN PENDIDIKAN
FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
KITAB
QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI
SYU’ABIL IMAN
KARYA SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI
BANTANI (1813-1897 M / 1230-1314 H)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
NAILUL HUDA
NIM: 111 13 072
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
i
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI
SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI
1314 H)
AGAMA ISLAM
FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN MUHAMMAD NAWAWI AL
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Agama Islam (PAI), Fakultas
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 memenuhi syarat guna memperoleh gel
Ketua Penguji
Sekretaris Penguji
Penguji I
Penguji II
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : Tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN KARYA MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI (1813-1897 M / 1230
DISUSUN OLEH:
NAILUL HUDA
NIM: 111 13 072
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam i (IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH
KARYA SYAIKH
1897 M / 1230-1314 H)
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Institut Agama Islam dan telah dinyatakan
31 Agustus 2017
vi
MOTTO
ِْا ََْ َاِذِا
ِد
ِه
ُِْر
*
ََِْ ْ ََِْْ ْ َْ َو
“Sebab Pemuda itu akan diluhurkan derajatnya oleh Allah Swt. Menurut keyakinannya yang kuat.Dan setiap orang yang tidak memiliki keyakinan
yang kuat, pasti baginya tidak akan bermanfaat”
)
ا ّا ا
(
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
o Bapak-Ibu (Bp. Nurodhi & Fathul Ilmah), adik-adikku (Babul Ulya & Faza Nur Mufidah) & seluruh my family seng ra iso tak sebutke
siji-siji, yang telah memberikan pesan & kesan kepadaKu And
s’lalu Aku repotin, dan juga selalu melengkapi kehidupanku
dalam segala hal baik dalam suka maupun duka. Dan mereka
juga tak lupa memberikan kasih sayang, support, motivasi,
semangat dan do’a yang tiada henti sehingga skripsi ini bisa
penulis selesaikan.
o Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As’ad Haris N.F., Abah K. Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah
Ny. Chusnul Halimah, serta segenap keluarga besar
kepengasuhan Yayasan PP. Al-Manar yang senantiasa memberi
tempat, wejangan, nasehat kepadaku dalam ngangsu kaweruh
(mencari ilmu).
o Pon-pes Al-Manar yang menjadikan a place of “Kawah
Condrodimuko” sebagai wadah inspirasi kepadaku: ngaji, nderes,
lan gojek bareng dalam berbagai ilmu pengetahuan yang dulu Aku
bagaikan“Katak di dalam tempurung”.
o Jajaran Dewan Asatidz/ah dan seluruh Santriwan, Santriyati
Pon-pes Al-Manar.“QumuuwanhadluYabnal_Manar”, “Wa Jaahiduu
viii o Semua Sanak_raket purwaning cerito yang mereka Ku jadikan sebagai pepunden; Lurahe_Lutfi, Khamid, Mal_Udien, Mbah_Mu’I,
Bang_EngKong, Guz_F@za, Bak_ren, Bambang_Kos, Emex,
habib_Aldo, Mbah_Dolk@rem yang mereka selalu memeberiku
inspirasi, canda & tawa serta semangat. And tak lupa to their’s:
o Poro Sanak kadang CurEm: D!duk, Wah@b, Gepenk_korent,
Lhur_alim, G!weng, R0ndenk_(to dab!, hire?, oya-hoho),
Faza_Penjol, Kedeck, yang telah berjasa kepadaku dalam
berakselerasi, berkolaborasi, berselebrasi to my life activity.
o Almamaterku IAIN Salatiga
o Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 IAIN Salatiga.
Terkhusus PAI B, teman-teman KKL, teman-teman PPL dan
teman-teman KKN.“Kalian Is Amazink”.
o Mereka telah mendo’akan & memberi semangat yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu persatu.
o Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami
makna hidup hingga mencapai tujuan keridloan Allah Swt. Sang
ix KATA PENGANTAR
ﻢﯿﺣّﺮﻟا ﻦﻤﺣّﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ
ِ ُﺪﻤﺤﻟا
ﻦﻣ َﺢﺘﻓ ﺎَﻣ ﻰﻠَﻋ
ِﮫﻣﺎَﮭﻟا
ّﻻإ ﮫﻟإ ﻵ ْنأ ُﺪﮭﺷأ َو ِﮫﺘﻋﺎَطو ِهﺪﯿِﺣﻮَﺘﻟ ﺎَﻨﻘﱢﻓَوو
ﻦَﻣ ُﺮﯿﺧ ﮫُﻟﻮﺳرو هُﺪﺒﻋ اًﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧَﺪّﯿﺳ ّنأ ُﺪﮭﺷأو ِماَﺮﻤﻟا ِغﻮُﻠﺒﺑ ُﻞّﻔَﻜﺘﺗ ةدﺎَﮭﺷ ُﷲ
ﻰﻠﻋ ﻢّﻠﺳو ﷲ ﻰﻠﺻ ِماﺮﻛﻹا ُتﺎﯾﺎﻏ ِﮫﺘّﻣأ ِصاﻮﺧ ﻰﻠﻋ ضﺎﻓأو ِﮫﯿﻠﻋ ﺾﯿﻓأ
ﱢﯿﺳ
ﺎًﻣﻼﺳو ًةﻼﺻ ِرﺎَﯿْﺧﻷا ِﮫِﺑﺎَﺤﺻَاو ِرﺎَﮭطﻷا ﮫﻟآ ﻰﻠﻋو ِراﺮﺑﻷا ِﺪّﯿﺳ ٍﺪّﻤﺤُﻣ ﺎَﻧِﺪ
ِرﺎّﮭﻘﻟا ِﻚﻠﻤﻟا ﻰﻠﻋ ِضﺮﻌﻟا ِمﻮﯾ ﻰﻟا ِﻦﯿﻣِزﻼَﺘﻣ ِﻦﯿَﻤﺋاد
)
ﺪﻌﺑﺎّﻣا
(
ِدِﺮُﯾ ْﻦَﻣ ُﻞﺋﺎﻘﻟا
ِﻦْﯾﱢﺪﻟا ﻲِﻓ ُﮫْﮭﱢﻘَﻔُﯾ اًﺮْﯿَﺧ ِﮫِﺑ ُﷲ
.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah
‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh
dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi
cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendidik,
mendo’akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang
dan kesabaran.
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama
3. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen P.A yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing selama perkuliahan.
6. Bapak
waktu, tenaga,
7. Bapak/
memberikan pelayanan kepada penulis.
8. Almukarrom romo Kyai As’ad Haris Nasution, romo Kyai
Taufiqurrohman, ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, Nyai
Chusnul Khalimah, serta ustadz
telah berjuang bersama dalam agama Allah SWT.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga
Allah SWT menerima ama
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat
yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat
Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan
mu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen P.A yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing selama perkuliahan.
Rovi’in, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah
waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulisan skripsi ini.
Ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis.
Almukarrom romo Kyai As’ad Haris Nasution, romo Kyai
Taufiqurrohman, ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, Nyai
husnul Khalimah, serta ustadz-ustadzah pon-pes Al
telah berjuang bersama dalam agama Allah SWT.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga
enerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat
yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahi Robbil
Salatiga, 07 Agustus 2017
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan
mu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen P.A yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing selama perkuliahan.
Selaku pembimbing yang telah meluangkan
dalam membimbing penulisan skripsi ini.
AIN yang telah
Almukarrom romo Kyai As’ad Haris Nasution, romo Kyai
Taufiqurrohman, ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, Nyai
pes Al-Manar yang
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga
lnya dan memberikan balasan yang lebih baik.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat
amdulillahi Robbil ‘Alamiin.
Salatiga, 07 Agustus 2017
xi ABSTRAK
Nailul Huda. 2017.Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Qami’ut Thughyan
‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman Karya Syaikh Muhammad Nawawi
Al-Bantani. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi’in, M.Ag.
Kata kunci:Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.
Syaikh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani adalah seorang tokoh fiqh
dan tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah Qami’uth Thughyan,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut
Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Qami’uth Thughyan,
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah
model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Qami’uth Thughyan, dan (2)
Bagaimana relevansi model Pendidikan Akhlak dalam kitab Qami’uth Thughyan
dalam kehidupan sehari-hari.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Sumber data primer adalah kitab Qami’uth thughyan, sumber
sekundernya adalah kitab-kitab terjemahannya dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun teknis analisis data
menggunakan metode deskriptif analisis, content analysis dan reflektif thinking.
Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa Model pendidikan akhlak
dalam kitab Qami’uth Thughyan bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang
teguh dengan Al-Qur’an dan Hadis. Yang menguraikan tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab
Qami’uth Thughyan karya Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani sangat relevan
dengan pendidikan sekarang terutama dalam kehidupan Pelajar, yaitu: pendidikan akhlak kepada Allah SWT., Pendidikan akhlak kepada Nabi SAW., dan pendidikan akhlak terhadap Diri Sendiri, serta pendidikan akhlak terhadap lingkungan yang meliputi (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan masyarakat. Tentunya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendidik akhlak supaya para
pelajar terbisa berakhlakul karimah. Karena pelajar saat ini sering sekali berbuat
xii DAFTAR ISI
1. JUDUL ……… i
2. LOGO IAIN………..….………. ii
3. NOTAPEMBIMBING………..………….…… iii
4. PENGESAHAN KELULUSAN ……… iv
5. DEKLARASI ………. v
6. MOTTO ……….……….... vi
7. PERSEMBAHAN……….….. vii
8. KATA PENGANTAR ………... ix
9. ABSTRAK……….. xi
10.DAFTAR ISI………... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ……… 7
C. Tujuan Penelilitian……… 7
D. Kegunaan Penelitian ………. 7
E. Penegasan Istilah ………... 8
F. Metode Penelitian ………. 10
G. Sistematika Penulisan ………... 12
BAB II. BIOGRAFI SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI
xiii
A. Riwayat hidup Muhammad Imam
NawawiAl-Bantani... 14
B. Pendidikan ... 15
C. Nasionalisme... 16
D. Gelar-gelar... 18
E. Karya-karya... 19
F. Nasab Imam Nawawi ... 23
G. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi ……….... 25
H. Latar Belakang Penulisan Kitab Qami’ut Thughyan ... 27
I. SistematikaPenulisanKitab………...…... 28
BAB III. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH THUGHYAN A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan ... 35
B. Pengertian Pendidikan Akhlak ………. 40
C. Pemikiran Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Qami’uthThughyan ... 44
1. Akhlak kepada Allah SWT ... 45
2. Akhlak kepada Nabi Muhammad SAW ... 48
3. Akhlak terhadap Diri Sendiri ... 41
4. Akhlak terhadap Lingkungan ... 52
a. Keluarga ... 53
xiv BAB IV. ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KITAB
QAMI'UTH THUGHYAN
A. Model dalam Pendidikan Akhlak ... 56
B. Relevansi Pendidikan Akhlak Kitab Qami'ut Thughyan dalam kehidupan Pelajar ……….. 58
1. Akhlak kepada Allah SWT …... 59
2. Akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW ... 64
3. Akhlak terhadap Diri Sendiri ... 68
4. Akhlak terhadap Lingkungan ... 80
c. Keluarga ... 80
d. Masyarakat ……….……….. 85
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 94
C. Kata Penutup ... 94
11.DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya suatu ummat tergantung tinggi rendahnya akhlak
yang dimililki sebagai barometernya, jika dengan adanya penerapan
akhlak yang dimiliki suatu umat akan memberikan dampak positif serta
akan menjadikan para generasi umat yang shalih dan baik tindak
langkahnya dalam mengukir lembaran sejarah nenek moyang kita. Kiranya
itulah yang menyebabkan mereka mencapai kejayaan yang tinggi serta
keluhuran dan keagungan yang belum pernah dicapai oleh generasi kita
sekarang. Lain dari seseorang berpegang pada akhlak dan adat istiadat
yang mulia. Adapun sebabnya adalah adanya kemauan yang mulia,
seseorang yang mempunyai kemauan yang mulia, maka ia selalu menjaga
budi pekerti (akhlak) yang mulia, mengenali segala keutamaan,
membangun kemuliaan, suka memberi dan mencegah keburukan.
(Al-Mas’udi, 2012:75).
Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi,
kanak-kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi
dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk
menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun
secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini,
melanjutkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap
2 Yang terlebih penting untuk kita tinggalkan dan kita wariskan
kepada mereka itu akhlak yang mulia serta ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, sebab akhlak dan budi pekerti yang mulia serta luhur itu
sajalah yang dapat mengangkat derajat mereka dalam bidang jasmaniah.
Jadi dengan mendapatkan dua bekal utama itu mereka akan menjadi
fundamel yang kuat dan sakaguru yang kokoh untuk menggerakkan
ummat yang ada dibawah asuhan dan pimpinannya. Persoalan ini kiranya
tidak ada orang yang menyalahi kebenarannya, jadi seluruh manusia, baik
yang berdiam ditimur ataupun yang dibarat tentu menyetujui dan tidak
akan memperselisihkan. Sebagai kebalikannya, manakala anak-anak kita
sudah terbiasa melakukan akhlak yang rendah, budi pekerti yang hina,
serta enggan mengejar dengan sepenuh hati ilmu pengetahuan umum
ataupun agama, sedangkan ilmu-ilmu itulah yang merupakan sebab utama
untuk kehidupan suatu bangsa, maka akibatnya sangat mengecewakan
sekali. Mereka akan menjadi perusuh ummat, menjadi sampah masyarakat,
bahkan akan membuat kerusakan dan kebejatan saja dalam negara yang
mereka sama berdiam di dalamnya. Hal ini pun sudah pasti akan terjadi
dan setiap manusia berakal tidak mungkin mengingkarinya.
(Al-Ghalayaini, 2000:313).
Maka dari itu orangtua juga harus ikut memperhatikan
anak-anaknya dalam hal pendidikan, terutama pendidikan pada akhlak. Agar
mereka tidak terlalu mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang
pilar-3 pilar generasi perjuangan yang memiliki akhlak yang baik, menjadi
penerus agama, juga bangsa dan negara.
Akhlak merupakan tsamrah (buah) Islam yang bermanfaat bagi
manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi
baik. Akhlak merupakan alat kontrol jiwa bagi setiap individu dan
masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari
kumpulan binatang. (Munzier, 2008:89).
Berbekal dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui
batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan
sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat
memperoleh irsyad, taufiq, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia
dan di akhirat. Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan
kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup
sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh
sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).
Salah seorang ulama’ yang menelaah dan memberikan pendidikan
akhlak secara mendalam adalah Syaikh Imam Muhammad Nawawi
Al-Bantani. Dia adalah salah satu ulama’ faqih yang Al-‘alim ‘alamah baik
dalam dunia hukum syari’at maupun pendidikan akhlak, baik akhlak
dhahir maupun bathin.
Salah satu akhlaknya menyebutkan bahwa Syaikh Imam
Muhammad Nawawi Al-Bantani tidak pernah mencela kaum muslimin,
4 (buruk) bila ia telah menghina atau meremehkan saudaranya sasama
Muslim karena kemelaratannya atau yang lain. Selayaknya orang itu
menghargainya dan memuliakannya. Segala sesuatu yang dapat
mengakibatkan sesama Muslim, yaitu mengalirkan darahnya, mengambil
hartanya dan mencelanya, baik di hadapannya maupun tidak adalah haram.
Rasulullah SAW. Bersabda:
َِﲝ
Artinya: “Kejelekan seseorang cukup ditandai atau dilihat dengan sikapnya meremehkan saudara sesama Muslim. Setiap Muslim diharamkah darahnya, hartanya dan harga dirinya bagi sesama Muslim yang lain”. (HR. Muslim).
Allah SWT. Juga menegaskan tentang melakukan suatu tindak
perbuatan diatas adalah dosa besar.
Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seseorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. Q.S. Al-Hujurat:12). (http//www.al-quran-digital.com).
Selain itu ia tidak pernah terlena dengan kenikmatan makanan,
5 pengetahuan yang ditemukannya, seolah sudah dapat menggantikan semua
kenikmatan duniawi. Imam Junaid berkata:
ِﺘﺳِا ُﺪْﻫﱡﺰﻟا
ِﺐْﻠَﻘْﻟا َﻦِﻣ ﺎَﻫِرﺎَﺛآ ُﻮَﳏَو ﺎَﻴْـﻧ ﱡﺪﻟاُر ﺎَﻐﺼ
Artinya: “Zuhud adalah menganggap remeh duniawi dan menghapus pengaruhnya dari lubuk hati”. (Sa’id, tt:40).
Yang menarik perhatian Dia pindah dari sebuah perkampungan
sederhana menuju kota Damaskus yang penuh dengan kesenangan dan
kenikmatan, ia sendiri masih berusia muda dan dalam kondisi fisik yang
masih kuat. Walau begitu ia tidak pernah berpaling untuk memperhatikan
semua kesenangan dan syahwat tersebut. Beliau justru membenamkan diri
dalam kesungguhan dan kehidupan yang sederhana. Dengan mengikuti
sunnah Rasulullah SAW dan atsar (perilaku) para sahabatnya, para ulama’
salaf (ulama’ terdahulu sepeninggal zaman Rasulullah SAW dan para
sahabat) senantiasa mengutamakan pendidikan agama dan akhlak kepada
anak-anak mereka. (
https://onolistrik.wordpress.com/2013/01/21/akhlak-dan-sifat-imam-nawawi/).
Selain dikenal sebagai ahli yang mendidik akhlak, ia adalah
seorang ulama’ dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, yang
meliputi bidang-bidang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir dan hadis. Jumlah
karyanya mencapai tidak kurang dari 115 kitab, salah satu karyanya yang
ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majelis-majelis pengkajian ilmu
adalah kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman. Kitab
ini tergolong praktis, didalamnya terdapat ulasan mengenai nilai-nilai
6 bisa dijadikan acuan untuk memformulasikan nilai pendidikan akhlak
dalam kehidupan para siswa.
Dari uraian di atas, penulis tertarik ingin lebih jauh mengkaji
tentang nilai pendidikan yang terkandung pada kitab Qami’uth Thughyan
‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman karya Syaikh Muhammad Nawawi
Al-Bantani karena esensi kitab itu sendiri selain terdapat pelajaran akhlak juga
terdapat penjelasan mengenai 77 cabang iman yang dapat mengantarkan
seorang mukmin menyempurnakan kualitas nilai keimanannya kepada
Allah SWT. Dengan mengamalkannya. Jadi pastilah orang-orang yang
menempuh jalan makrifat memiliki akhlak yang baik kepada sesama
makhluk dan memiliki akhlak yang luhur terhadap Sang Khalik. Untuk itu,
maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian skripsi yang berjudul:
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
QAMI’UTH THUGHYAN ‘ALA MANZHUMATI SYU’ABIL IMAN KARYA SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI
(1813-1897 M / 1230-1314 H). Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai
pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala
Manzhumati Syu’abil Iman dengan harapan semoga dapat memberikan
kontribusi dan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
7
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab
Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman karya Syaikh
Muhammad Nawawi Al-Bantani?
2. Bagaimanakah relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Qami’uth
Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab
Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman karya Syaikh
Muhammad Nawawi Al-Bantani.
2. Mengetahui relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Qami’uth
Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat penulis kemukakan menjadi dua
bagian, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Yang dapat penulis
8
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan yang terkandung
dalam kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman
karya Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani serta bermanfaat
sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya pada
pendidikan akhlak.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia
pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas judul di atas serta menghindari kesalahan
dalam memahami istilah, adapun tujuannya agar asumsi yang akan muncul
nantinya akan dapat diartikan secara tepat sesuai dengan yang
dikehendaki, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul
skripsi ini sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Akhlak
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
9 Pendidikan menurut Marimba (1989:19) adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama. (Tafsir, 2014:24).
Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai
sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah
atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan
kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al-Jaza’iri, tt: 223).
Jadi yang dimaksud dengan istilah nilai pendidikan akhlak
adalah suatu yang dianggap terpuji dan diusahakan dalam mendidik,
membimbing, mengarahkan seseorang agar mencapai perbuatan
(akhlak) yang mulia, serta dalam kehidupan sehari-hari
menjadikannya suatu kebiasaan.
2. Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman
Kitab ini merupakan pengkajian serta syarah (penjelasan
detail) Imam Muhammad Nawawi Al-Bantani dari nadhom-nadhom
(syair-syair) karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin Ahmad Al-Kusyini
Al-Malibary dalam kitab-Nya yang terkenal yaitu Manzhumati
Syu’abil Iman. Kitab ini merupakan terjemahan bahasa arab dari kitab
yang berjudul sama dalam bahasa Parsi (Iran) karya sayyid Nuruddin
Al-Ijiy. Syair-syair itu dirangkai dalam 26 bait dengan bahar kamil.
Imam Muhammad Nawawi Al-Bantani menulis kitab syarah atas kitab
10 menginginkan kebahagiaan. (Asrori, 1996:1). Kitab ini terdiri dari 77
Syu’bah (cabang-cabang) pembahasan, dimulai dari Khutbatul Kitab
dilanjutkan dengan cabang pertama, kedua, ketiga, sampai ketujuh
puluh tujuh pada akhir kitab. Juga disertai penjelasan dalil-dalil
Al-Qur’an dan As-Sunnah pada masing-masing babnya.
3. Imam Muhammad Nawawi Al-Bantani
Adalah Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin
‘Arabi bin ‘Ali At-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau dilahirkan di
desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230 H bertepatan dengan
1813 M, di dalam keluarga yang mulia yang terkenal dengan dakwah
Islamiyah Nya. Sejak kecil Beliau hidup dan menimba ilmu di
Makkatul Mukarromah dan berbagai daerah seperti: Madinah, Syiria
dan Mesir. Kemudian menetap kembali di Makkah. Beliau dikenal
dengan “Sayyid ulama’ hijaz”, Syaikh yang terkemuka, dermawan,
bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut hatinya, pecinta fakir miskin.
Beliau wafat pada tahun 1314 H bertepatan dengan tahun 1897 M di
Makkatul Mukarromah. (Ghofur, 2008:183).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif
Literer. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
11
pendidikan akhlak dalam Kitab Qami’uth Thughyan dan relevansinya
dengan kehidupan sekarang ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research
(penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang
diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan
buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari
dua sumber:
a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan
permasalahan yang didapat yaitu: kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala
Manzhumati Syu’abil Iman. Diterbitkan di Jakarta: Dar al-Kutub
Al-Islamiyah, 2008.
b. Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan
kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman,
kitab-kitab, buku-buku dan media elektronik, seperti internet, yang
mendukung objek penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua
12
a. Metode Content Analysis
Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber
sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:
Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:
“metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau
dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini
penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang
terkandung dalam ulasan-ulsan kitab Qami’uth Thughyan ‘Ala
Manzhumati Syu’abil Iman dan kaiatanya dengan nilai-nilai
pendidikan akhlak.
b. Metode Reflektif Thinking
Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya
mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi
yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang
abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi
emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat
dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67).
Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab
Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman dan
nilai-nilai pendidikan akhlak kontemporer.
13 Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah
sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini
bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud
penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai
gambaran awal dalam memahami skripsi ini.
Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Imam Muhammad Nawawi
Bantani, menguraikan tentang: Biografi Imam Muhammad Nawawi
Al-Bantani, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual,
perjalanan karirnya, latar belakang dan penulisan kitab. Selain itu, dalam
bab ini juga membahas perkembangan intelektual, karya-karyanya,
gelar-gelarnya, silsilah guru-gurunya, serta nasab-nasabnya.
Bab Ketiga. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Qami’uth
Thughyan dan pemikiran Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani.
Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan analisis relevansi
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan Pelajar.
Bab Kelima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, dan kata
14 BAB II
BIOGRAFI SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI
A. Riwayat hidup Imam Nawawi
Beliau adalah seorang yang memiliki nama Abu Abdul Mu’ti
Muhammad bin ‘Umar bin ‘Arabi bin ‘Ali at-Tanari al-Bantani al-Jawi.
Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230 H
/1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah islamiahnya.
Kedua orang tua beliau memberi nama dengan Muhammad Nawawi.
Nama pada bagian awal diambil dari nama pemimpinya para Nabi dan
Rasul yang memiliki risalah yaitu Muhammad bin Abdullah SAW. Dan
nama pada bagian dua diambil dari nama syaikhul Islam waliyullah
Mukhyiddin Abi Zakaria Yahya bi Syarif an-Nawawi. Beliau wafat di
Makkah pada tahun 1314 H diakhir bulan ayawal bertepatan dengan tahun
1897 M. Beliau dimakamkan di pemakaman Mi’la dekat dengan makam
sayyidah Asma’ binti Abu Bakar as-Sidiq, dan dekat dengan ulama’ ahli
tahqiq yaitu Ibnu Hajar al-Haitami. (Nawawi, 2008:6).
Ayah beliau bernama K. H ‘Umar bin ‘Arabi, seorang pejabat
penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, imam
Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin
(Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya
15 ash-Shadiq, imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin,
Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra (Ghofur, 2008:189). Beliau
bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad (Syamsu,
1996:271).
B. Pendidikan
Imam Nawawi adalah pecinta ilmu agama yang mengamalkan
ilmunya, yang mencintai sampai dilubuk hatinya (Al-Qof, 2008:183).
Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap
pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun.
Pertanyaan-pertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi
yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah
mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula
mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada
kiyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kiyai Yusuf Purwakarta
(http://id.Wikipedia.org).
Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya
berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji,
ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang mencekik telah
meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci
ini beliau mencerap pelbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa
dan sastra arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqih adalah sederet
pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur,
16 seperti: syeikh Khatib al-Sambasi, Abdul Ghani Bima, Yusuf
Sumbulaweni, ‘Abdul Hamid Dhagestani, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan,
Syeikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan
tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syeikh Juneid al-Betawi, dan Syeikh Ahmad Dimyati ulama’
terkemuka di Makkah, lewat karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau
terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama’ lain yang berpengaruh besar
mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-Sambasi
dan Syeikh Ahmad Zaini Dahlan, ulama’ besar Madinah
(http://id.Wikipedia.org).
Setelah beliau menggali ilmu di Madinah, kemudian beliau
mengembara jauh dari tempat tinggalnya di Makkah, menuju ke daerah
Kinanah, Mesir, yang menjadi kota sekaligus gudangnya ilmu, dan menuju
universitas Al-Azhar yang menjadi kiblat ilmu dan ulama’. Beliau di sana
berkeinginan berjumpa dengan pembesar para ulama’. Dan akhir
perjalanannya menuju ke kota Syam (Syiria) untuk mencari jati dirinya
(Nawawi, 2008:6).
C. Nasionalisme
Tiga tahun lamanya Imam Nawawi bermukim di Makkah. Setelah
merasa cukup, beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan ilmu dan
hukum yang ia peroleh, terhadap putra-putri atau generasi tanah air dan
para pecintanya. Beliau melakukannya dengan nasehat dan menguatkan
17 membangun serta membina masyarakat Islam. Ketika beliau pulang ke
tanah air, dan menyebarkan ilmunya, beliau melihat praktik-praktik
ketidak adilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan dari Pemerintah
Hindia Belanda. Beliau melihat itu semua lantaran kebodohan yang masih
menyelimuti umat. Tak ayal, semangat jihad pun berkobar. Beliau keliling
Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Tentu saja pemerintah
belanda membatasi gerak geriknya. Beliau dilarang berkhutbah di
masjid-masjid. Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut pangeran
Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap
penjajahan belanda (http://id.wikipedia.org).
Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap
prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, apa boleh buat, Imam Nawawi
terpaksa kembali ke negeri Makkah, tepat ketika perlawanan Pangeran
Diponegoro padam pada tahun 1830 M. Ulama besar ini di masa mudanya
juga menularkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme di kalangan
Rakyat Indonesia. Begitulah pengakuan Snouck Hourgronje. Begitu
sampai di Makkah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama
kepada guru-gurunya. Beliau tekun belajar selama 30 tahun, sejak tahun
1830 hingga 1860 M. Ketika itu memang beliau berketepatan hati untuk
mukim di tanah suci, satu dan lain hal untuk menghindari tekanan kaum
penjajah Belanda. Nama beliau mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib
18 Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma
puluhan, tapi makin lama makin jumlahnya kian banyak. Mereka datang
dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syeikh Nawawi Bantani
al-Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama
tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf (http://id.wikipedia.org).
Seorang orientalis kenamaan yang pernah berkunjung ke Makkah pada
1884-1885, Snouck Hourgronje, menuturkan bahwa Imam Nawawi setiap
hari sejak pukul 07.30-12.00 menyampaikan tiga perkuliahan sesuai
dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari
Indonesia adalah K.H. Asnawi dari Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H.
Arsyad Thawil dari Banten, K.H. Hasyim Asy’ari dari Jombang, dan K.H.
Kholil dari Madura. Merekalah yang kelak menjelma sebagai ulama besar
dan berpengaruh di Indonesia (Ghofur, 2008:191).
D. Gelar-gelar
Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah.
Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman
otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil
Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam
Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu,
ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).
Ketika berada di Mesir, para ulama’ Mesir memuliakan
kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan
19 ulama’ hijaz (jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab
Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama
dan kedudukan yang mulia dalam berilmu. Beliau merupakan seorang
syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut
hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau
dan memberi ampunan (Nawawi, 2008:6). Itulah sebabnya ketika
Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, Mesir negara yang
pertama-tama mendukung atas kemerdekaan Indonesia (http://id.wikipedia.org).
Kemudian Snouck Hourgronje mengelarinya sebagai “Doktor
Ketuhanan”, karena memiliki ilmu yang dalam, rendah hati, tidak
congkak, bersedia berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Di
kalangan intelektual masa itu juga mengelarinya sebagai Imam wa
al-Mudaqqiq (Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam).
Sementara para ulama’ Indonesia mengelarinya sebagai “Bapak Kitab
Kuning Indonesia” (http://id.wikipedia.org).
E. Karya-karya
Kurang lebih 15 tahun sebelum wafat, Imam Nawawi sangat subur
dalam membuahkan kitab. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi
untuk menambah kesempatan menulis. Maka tak heran jika Nawawi
mampu melahirkan puluhan, bahkan menurut sebuah sumber ratusan karya
tulis meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu teolog, sejarah,
20
karya Imam Nawawi dalam Dictionary of Arabic Printed Books (Ghofur,
2008:192).
Sedangkan ulama mesir Syeikh ‘Umar ‘Abdul Jabbar dalam
kitabnya “Durus min Madhi Ta’lim wa Hadrilih bi Masjidil
al-Haram” (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di
Masjidil Haram) menulis bahwa syeikh Nawawi sangat produktif dalam
menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih, meliputi berbagai
disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar
terhadap kitab-kitab klasik (http://id.wikipedia.org).
Sebagian diantara karya-karya Imam Nawawi diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Sullam Munajah syarah Safînah al-Shalâh
2. Tanqihul al-Qoul al-Hasis syarah Lubab al-Hadits
3. Salalim al-Fudala syarah Mandhumah Hidayah al-Azkiya
4. As-Simar al-Yani’ah fi Riyadh al-Badi’ah
5. Al-‘Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubin
6. Bahjah Wasail syarah Risalah Jami’ah bayn Usul wa
al-Fiqh wa al-Tasawwuf
7. Al-Tausyih/Quwt al-Habib al-Gharib syarah Fath al-Qarib al-Mujib
8. Nihayah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muhimmah al-Din
9. Maraqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah
10. Nashaih ‘Ibad syarah Manbahatu ‘ala Isti’dad li yaum
21 11. Qami’u al-Thugyan syarah Mandhumah Syu’bu al-Iman
12. Kasyf al-Maruthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah
13. Fath al-Ghafir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah
musamma al-Kawakib al-Jaliyyah
14. Nur Dhalam ‘ala Mandhumah Musammah bi ‘Aqîdah
al-‘Awwam
15. Madarij al-Shu’ud syarah Maulid al-Barzanji
16. Targhib al-Mustaqin syarah Mandhumah Maulid al-Barzanji
17. Fath al-Shamad al ‘Alam syarah Maulid Syarif al-‘Anam
18. Fath al-Majid syarah al-Durr al-Farid
19. Tîjan al-Darary syarah Matan al-Baijury
20. Fath al-Mujib syarah Mukhtashar al-Khathib
21. Muraqah Shu’ud al-Tashdiq syarah Sulam al-Taufiq
22. Kasyifah al-Saja syarah Safinah al-Naja
23. Al-Futuhah al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Imaniyyah
24. ‘Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain
25. Qathr al-Ghais syarah Masail Abi al-Laits
26. Naqawah al-‘Aqidah Mandhumah fi Tauhid
27. Al-Nahjah al-Jayyidah syarah Naqawah al-‘Aqidah
28. Suluk al-Jadah syarah Lam’ah al-Mafadah fi bayan al-Jumu’ah wa
almu’adah
22 30. Al-Fushush al-Yaqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Bahiyyah fi Abwab
al-Tashrifiyyah
31. Mishbah al-Dhalam’ala Minhaj al-Atamma fi Tabwib al-Hukm
32. Dzariyy’ah al-Yaqin ‘ala Umm al-Barahin fi al-Tauhid
33. Al-Ibriz Daniy fi Maulid Sayyidina Muhammad Sayyid
al-Adnany
34. Baghyah al-‘Awwam fi Syarah Maulid Sayyid al-Anam
35. Al-Durrur al-Bahiyyah fi syarah al-Khashaish al-Nabawiyyah
36. Lubab al-bayyan fi ‘Ilmi Bayyan
37. Al-Tafsir al-Munir li al-Mu’alim al-Tanzil al-Mufassir ‘an wujuh
mahasin al-Ta΄wil musamma Murah Labid li Kasyafi Ma’na Qur΄an
Majid
Kitab yang disebut terakhir ini bahkan telah ditetapkan sebagai
buku wajib di dunia pesantren. Popularitasnya hanya diungguli oleh Tafsir
Jalalain karya Jalaludin as-Suyuthi dan Jalaludi al-Mahalli. Lantaran
karyanya yang bergaung luas dengan bahasa yang mudah dicerna tanpa
mengurangi kepadatan isi, nama Nawawi termasuk dalam barisan ulama
besar abad ke-14 H/ 19 M. Karena keilmuannya ia dikaruniai gelar:
al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhmah al-Mudaqqiq dan Sayyid Ulama
al-Hijaz (Ghofur, 2008:192).
Karya-karya di atas itulah merupakan sebagian dari karya Imam
Nawawi yang penulis sebutkan hanya sebagian saja, masih banyak
23 sumber yang penulis dapatkan. Dan memang dari sumber yang penulis
dapatkan, banyak dari karya-karya beliau yang belum diterbitkan oleh
penerbit-penerbit.
F. Nasab Imam Nawawi
Telah disebutkan di atas, bahwa nasab Imam Nawawi bersambung
sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun urutan nasab beliau
adalah sebagai berikut:
1. Sayyiduna Muhammad SAW
2. Sayyiduda ‘Ali bin Abi Tholib Karomawallahu wajh wa Sayyidatuna
Hababah Fatimah Azzahro al-Batul Ra.
3. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.
4. Sayyiduna Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin Assajad Ra.
5. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.
6. Sayyiduna Imam Ja’far Shodiq Ra.
7. Sayyiduna Imam ‘Ali ‘Uroidhi Ra.
8. Sayyiduna Imam Muhammad Naqib Ra.
9. Sayyiduna Imam Isa Syakir Arrumi Ra.
10. Sayyiduna Imam Ahmad al-Muhajir Ra.
11. Sayyiduna Imam Ubaidullah Ra.
12. Sayyiduna Imam Alawi Ra.
13. Sayyiduna Imam Muhammad Ra.
14. Sayyiduna Imam Alawi Ra.
24 16. Sayyiduna Imam Muhannad Shohib Marbath Ra.
17. Sayyiduna Imam ‘Ali Hadroh Maut (yaman) Ra.
18. Sayyiduna Imam Abdul Malik Ra.
19. Sayyiduna Imam Abdullah Khon Ra.
20. Sayyiduna Imam Ahmad Syah Jalaliddin Ra.
21. Sayyiduna Imam Jmaluddin al-Akbar Ra.
22. Sayyiduna Imam ‘Ali Nurril ‘Alim Siyam Ra.
23. Sayyiduna Imam Abdullah Umdataddin Ra.
24. Sunan Gunung Jati Raden Syarif Hidayatullah Cirebon Ra.
25. Maulana Hasanuddin Banten Ra.
26. Maulana Yusuf Banten Ra.
27. Maulana Muhammad Nashriddin Banten Ra.
28. Maulana Abul Mafakhir Muhammad Abdil Qadir Ra.
29. Maulana Abul Ma’ali Ahmad Kanari Banten Ra.
30. Maulana Abul Fath Abdil Fattah Tirtayasa Banten Ra.
31. Maulana Mangsuruddin Cikaduen Banten Ra.
32. Maulana Nawawi Ra.
33. Maulana ‘Ali Ra.
34. Maulana ‘Umar Attanar al-Bantani Ra.
35. Syaikhul Kabir wa ‘Alim Hijaz Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi
25 Demikianlah runtunan nasab beliau yang sampai pada baginda
Nabi Muhammad melalui jalur sayyiduna Husain ra
(http://id.wikipedia.org).
G. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi
Guru Imam Nawawi yang paling berpengaruh terhadap beliau yang
mampu mengubah alam pikirnya adalah syeikh Khatib as-Sambasi yang
pada waktu uzur Imam Nawawi mengantikan beliau menjadi imam
masjidil haram sehingga menjadikan beliau masyhur dan terkenal sebagai
syekh Nawawi al-Jawi. Adapun silsilah guru-guru beliau melalui syeikh
Khatib as-Sambasi adalah sebagai berikut:
1. Allah SWT.
2. Malaikat Jibril
3. Nabi Muhammad SAW.
4. Sayyiduna ‘Ali bin Abi Thalib Karromawallahu Wajh.
5. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.
6. Sayyiduna Imam Ali Zainal Abidin Ra.
7. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.
8. Sayyiduna Imam Ja’far Shodiq Ra.
9. Sayyiduna Imam Musal Khazim Ra.
10. Sayyiduna Imam Ali Ridho Ra.
11. Sayyiduna Syeikh Abu Mahfuzh Ma’ruf al-Kharkhi Ra.
12. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Sirriddin Assaqathi Ra.
26 14. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur Asy-Syibli Ra.
15. Sayyiduna Syeikh Abdul Aziz at-Tamimi Ra.
16. Sayyiduna Syeikh Abu Fadl Abdil Wahid bin Abdil Aziz at-Tamimi
Ra.
17. Sayyiduna Syeikh Abul Faraj Ath-Thartusi Ra.
18. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Ali bin Yusuf al-Qirusyi al-Hankari
Ra.
19. Sayyiduna Abu Said Mubarrok bin Ali al-Makhzumi RA.
20. Sayyiduna Imam Ghoutsul A’zhom Abu Muhammad Abdil Qadir
Jailani Ra.
21. Sayyiduna Imam Abdul Aziz bin Abdil Qadir jailani Ra.
22. Sayyiduna Syeikh Muhammad Hattak Ra.
23. Sayyiduna Syeikh Samsuddin Ra.
24. Sayyiduna Syeikh Syarofuddin Ra.
25. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Zainiddin Ra.
26. Sayyiduna Syeikh Waliyuddin Ra.
27. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Hisyamiddin Ra.
28. Sayyiduna Syeikh Yahya Ra.
29. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Ra.
30. Sayyiduna Syeikh Abdur Rohim Ra.
31. Sayyiduna Syeikh Utsman Ra.
32. Sayyiduna Syeikh Abdul Fattah Ra.
27 34. Sayyiduna Syeikh Syamsuddin Ra.
35. Sayyiduna Syeikh Ahmad Khatib Syambasi bin Abdil Ghaffar Ra.
36. Syeikhul kabir wa Alimul Hijaz Abu Abdil Mu’thi Muhammad
Nawawi Ra.
Demikian silsilah guru-guru beliau melalui jalur syeikh khatib
as-Sambasi yang wusul pada Allah SWT. yang mana telah kita ketahui di
atas, bahwasannya syeikh khatib merupakan guru beliau yang memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi diri pribadi Imam Nawawi, sehingga diri
beliau lebih terbentuk dan termotivasi dengannya. Dengan demikian,
Semoga dapat memberikan kefahaman dan pengetahuan kepada para
pembaca.
H. Latar Belakang Penulisan Kitab Qami’uth Thughyan
Segala puji bagi Allah Swt. yang memiliki sifat kesempurnaan,
Salawat dan salam semoga diberikan atas penghulu kita, Nabi Muhammad
Saw. yang dikukuhkan oleh Allah Swt dengan beberapa mukjizat, juga
diberikan kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang banyak berbuat
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. (Nawawi, 2008:7).
Setelah Mushanif, Muhammad Nawawi Al-Bantani membaca
hamdalah dan sholawat kemudian Ia mengharap ampunan Allah SWT.
Atas dosa-dosa dan pemenuhan Allah SWT. Pada hajat-Nya. Sudah lama
Ia berfikir untuk mengkaji syair-syair karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin
Ahmad Al-Kusyini Asy-Syafi’i Al-Malibary dalam kitab-Nya yang
28 bahasa arab dari kitab yang berjudul sama dalam bahasa Parsi (Iran) karya
sayyid Nuruddin Al-Ijiy. Syair-syair itu dirangkai dalam 26 bait dengan
bahar kamil. Dan Ia berharap Syarah tersebut supaya bermanfaat bagi Ia
pribadi dan anak cucunya yang menginginkan kebahagiaan. Kitab syarah
ini saya beri nama “Qami’uth Thughyan ‘Ala Manzhumati Syu’abil Iman”.
Ia memohon kepada Allah SWT., semoga Allah SWT.
Memberikan manfaat dengan anugrah-Nya pada kitab ini. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya dan Dzat yang paling
layak mengabulkan segala permohonan. (Asrori, 1996:1).
I. Sistematika Penulisan Kitab
Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Qami’uth
Thughyan adalah tematik, yang penulisannya dari satu pasal (furu’) ke
pasal yang lain berdasarkan pokok masalah yang terkandung didalamnya.
Jumlah pembahasannya ada 77 yang didasarkan pada 34 ayat Al-Qur’an,
56 matan Hadits dan sisanya merupakan atsar (perkataan sahabat dan
tabi’in), dan beberapa wirid. Adapun rincian bab yang terdapat dalam kitab
ini yaitu:
1. Khutbatul kitab, yang berisi:
a. Bacaan tasmiyah, dengan tujuan mengikuti tulisan pada awal
Al-Qur’an dan untuk mengambil keberkahan pada Al-Al-Qur’anul Karim,
karena ayat pertama yang tuliskan adalah lafad tasmiyah. Maka
29
bismillahirrahmanirrahim sebagaimana beliau mengamalkan hadis
dari Nabi Muhammad Saw. berikut:
مَﺬْﺟَأ َﻮُﻬَـﻓ ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟا ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ِﷲا ِﻢْﺴِﺒِﺑ ِﻪْﻴِﻓ ُأَﺪْﺒُـﻳ َﻻ ٍلﺎَﺑ ْيِذ ٍﺮْﻣَأ ﱡﻞُﻛ
Artinya: “Segala perkara yang mempunyai maksud baik jika tidak diawali dengan membaca bismillah, maka perbuatan itu akan terputus”. (Zakaria, tt, 2).
b. Kata Pengantar, kemudian beliau menyertakan kata pengantar ini
juga bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT. Maka Ia menuliskan lafad
hamdalah atau pujian di dalam muqaddimah-nya sebagaimana di
dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman:
Artinya: ”Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Al-Luqman: 12). (http//www.al-quran-digital.com).
Kemudian Ia menuliskan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
dengan tujuan semoga tetap tercurahkan kepada Beliau.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman:
30 kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab:56). ( Al-Qur’an digital).
2. Pembahasan.
Kitab ini berisikan nasehat-nasehat yang terkumpul dalam suatu
pasal terdiri dari tujuh puluh tujuh Syu’bah (cabang-cabang)
pembahasan, dimulai dari Khutbatul Kitab dilanjutkan dengan cabang
pertama, kedua, ketiga, sampai ketujuh puluh tujuh pada akhir kitab.
Juga disertai penjelasan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah pada
masing-masing babnya. Pada kitab ini terdapat 77 pasal dan setiap pasal
ini, menjelaskan tentang sebagimana pokok dasar iman seseorang
karena iman (keyakinan) memiliki beberapa unsur dan perilaku yang
dapat menambah amal manusia dengan melakukan semuanya dan
mengurangi amal manusia dengan meninggalkannya. (Asrori, 1996:2).
Adapun pokok isi pada kitab Qami’uth Thughyan terdiri dari 77
pembahasan diantaranya sebagai berikut:
o Iman Kepada Allah
o Iman Kepada Malaikat
o Iman Kepada Kitab-kitab Allah
o Iman Kepada Para Nabi
o Iman Kepada Hancurnya Alam
o Iman Kepada Kebangkitan Manusia dari Kematian
o Iman Kepada Takdir
o Iman Kepada Hasyr
31
o Cinta Kepada Allah
o Takut Kepada Siksa Allah
o Mengharap Rahmat Allah
o Tawakal (Pasrah Kepada Allah)
o Cinta Kepada Nabi Muhammad Saw.
o Mengagungkan Derajat Nabi Muhammad Saw.
o Kikir dengan Memegang Teguh Agama Islam
o Mencari Ilmu
o Menyebar Luaskan Ilmu Syariat
o Mengagungkan dan Memuliakan Al-Qur’an
o Bersuci
o Menjalankan Salat Lima Waktu Pada Waktunya dengan Sempurna
o Membayar Zakat Kepada Orang-orang Yang Berhak Menerimanya
o Berpuasa Di Bulan Ramadhan
o I’tikaf
o Haji
o Berjuang Melawan Orang Kafir Untuk Menolong Agama Islam
o Membentengi Kaum Muslimin Dari Serangan Orang Kafir
o Bertahan Di Dalam Kancah Perang Kepada Pemimpin Atau
Pembantunya
o Memerdekakan Budak (Hamba Sahaya) yang Muslim
o Bersedia Membayar Kafarah
32
o Bersyukur
o Menjaga Lisan dari Hal-hal yang Tidak Layak
o Menjaga Kemaluan dari Hal-hal yang Dilarang Allah Swt.
o Menyampaikan Amanat yang Berhak Menerimanya
o Tidak Membunuh Sesama Manusia Muslim
o Menghindari Makanan dan Minuman yang Haram
o Menghindari Harta yang Haram
o Menghindari Pakaian, Perhiasan dan Perabot yang Haram
o Menghindari Permainan yang Sia-sia yang Dilarang
o Sederhana Dalam Memberikan Nafakah, Tidak Berlebihan dan
Terlalu Irit
o Tidak Menyimpan Dendam dan Kedengkian
o Tidak Mencela Kaum Muslimin Baik Dihadapannya Maupun
Tidak
o Ikhlas Dalam Setiap Amal Perbuatan Karena Allah Swt.
o Merasa Bahagia dengan Ketaatan Kepada Allah Swt.
o Bertobat
o Melakukan Penyembelihan Qurban Aqiqah dan Hadiah
o Taat Kepada Pemerintahan
o Berpegang Teguh Pada Nilai yang Dianut Jamaah
o Menjalankan Hukum Diantara Manusia Secara Adil
o Memerintahkan Kepada Kebaikan dan Mencegah dari Kejahatan
33
o Malu Kepada Allah Swt.
o Bersikap Baik Kepada Orang Tua
o Silaturrahim (Menyambung Tali Persaudaraan)
o Budi Pekerti yang Baik
o Memperlakukan Hamba Sahaya dengan Baik
o Ketaatan Hamba Sahaya Kepada Tuannya
o Menjaga Hak-hak Istri dan Anak-anak
o Mencintai Ahli Agama
o Menjawab Salam dari Orang Islam
o Menjenguk Orang Sakit
o Melakukan Salat Jenazah Untuk Mayat Yang Islam
o Mendo’akan Orang Islam yang Bersin
o Menjauhi Hal-hal yang Merusak Dari Orang Kafir, Ahli Bid’ah
dan Orang yang Melakukan Dosa Besar
o Menghormati Tetangga
o Menghormati Tamu
o Menyembunyikan Cela Orang Lain
o Sabar
o Zuhud
o Cemburu dan Tidak membiarkan Pria Bergaul Bebas dengan
Wanita Lain
o Berpaling Diri dari Percakapan yang Tidak Bermanfaat
34
o Menghormati Orang Tua dan Mengasihi Anak Kecil
o Merukunkan Orang Islam
o Mencintai Orang Lain Sebagaimana Mencintai Dirinya Sendiri
3. Penutup.
Pada akhir penulisan kitab ini Ia mengucapkan hamdalah seraya
menuliskan bacaan tahmid dan shalawat kepada Nabi SAW. Sebagai
tanda bersyukur kepada Allah SWT. Atas selesainya risalah ini dan
mendo’akan kepada beliau sendiri, para Pembaca, dan seluruh umat
Islam agar risalah ini bermanfaat selain sebagai pengetahuan tapi juga
35 BAB III
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB QAMI’UTH
THUGHYAN
A. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan
1. Pengertian Nilai Dalam Pendidikan
Nilai dapat diartikan sebagai hal-hal yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan. Nilai atau value, berasal dari bahasa latin valare
atau bahasa Prancis Kuno valoir yang artinya nilai. Sebatas dari
denotatifnya, valare, valoir, value atau nilai dapat dimaknai sebagai
harga. Hal ini selaras dengan definisi nilai menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1994) yang diartikan sebagai harga (dalam artian
taksiran harga). (FIP-UPI, 2007:42-43).
Di antara definisi nilai yang dikemukakan para ahli, maka
definisi oleh spranger (Asrori, 2008:153), termasuk yang dikenal
secara luas. Menurut Spranger nilai diartikan sebagai suatu tatanan
yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam perspektif
Spanger, kepribadian manusia itu terbentuk dan berakar pada tatanan
nilai-nilai dan kesejahteraan. Meskipun penempatan konteks sosial
sebagai dimensi nilai dalam kepribadian manusia, tetapi spranger tetap
mengakui kekuatan individual yang dikenal dengan “roh subjektif”
36
merupakan “roh subjektif” (objective spirit). Dalam kacamata
Spranger, kekuatan individual atau roh subjektif didudukkan dalam
posisi primer karena nilai nilai budaya hanya akan berkembang dan
bertahan apabila didukung dan dihayati oleh individu. (Asrori,
2008:153).
Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan secara pasif
melainkan secara aktif dan kreatif. Dalam proses penerimaan nilai
oleh manusia ini, terjadi hubungan dialektis antara roh objektif dengan
roh subjektif. Artinya roh objektif akan berkembang manakala roh
didukung oleh roh subjektif, sebaliknya roh subjektif terbentuk dan
berkembang dengan berpedoman pada roh objektif yang diposisikan
sebagai cita-cita yang harus dicapai. (Asrori, 2008:153).
Dengan demikian, nilai merupakan sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai
merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok
sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau
sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari
dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu
ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan
kelompoknnya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil
yang secara eksplisit atau implisit membimbing individu dalam
menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam memenuhi
37
2. Hakekat dan Makna Nilai
Berdasarkan definisi tentang nilai di atas, dapat dikatakan
bahwa nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka hakekat dan makna nilai
adalah berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat kebiasaan,
aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan
berharga bagi seseorang dalam menjalani keidupannya. Nilai bersifat
abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam
moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan
berkembang ke arah yang lebih kompleks. (FIP-UPI, 2007:45).
Kattsoff (Soemargono, 2004) mengungkapkan bahwa hakekat
nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: Pertama, nilai
sepenuhnya berhakekat sunyektif, tergantung pada pengalaman
manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan
kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam
ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan
dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan
unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan. (FIP-UPI, 2007:46).
3. Bentuk-bentuk Nilai Pendidikan
Ada dua pembagian besar tentang bentuk-bentuk nilai.
Pertama, nilai dipandang sebagai konsep, dalam arti memberi nilai
atau timbangan (to value). Kedua, nilai dipandang sebagai proses
38 pendidikan dapat juga dibedakan dengan mendefinisikan apa “yang
diingini” dan apa “yang disukai”. Artinya, tidak setiap yang diingini
seseorang mesti disukai atau diterima olehnya. Sebagaimana
diketahui, keinginan merupakan ungkapan tentang kebutuhan biologis
atau diri atau tuntutan fisik. Keinginan tidak mesti selalu berada pada
taraf hal yang diterima atau diingini secara sosial. Untuk mencapai
taraf tersebut, keinginan harus diukur dengan norma-norma lain yang
lebih tinggi daripada sekedar kesenangan fisik. Artinya, nilai
pendidikan dalam hubungannya dengan keinginan bisa berbentuk “apa
yang di ingini” pada taraf individu dan “apa yang disukai” atau “apa
yang dicintai” pada taraf sosial. Keduanya mengekspresikan keinginan
yang didasarkan atas indra dan emosi pada satu sisi dan keinginan
yang didasarkan atas akal pada sisi yang lain. (Munzier, 2008:137).
Pembahasan tentang perbandingan nilai-nilai berdasarkan
keinginan membawa dua pembagian lain tentang nilai pendidikan,
yaitu nilai instrumental (instrumental value) dan nilai intrinsik
(intrinsic value). Nilai yang pertama ada ketika seseorang
mengutamakannya karena kebaikan yang ada padanya. Dengan kata
lain, sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal tertentu atau
bermanfaat untuk tujuan tertentu. Umpamanya, seseorang menetapkan
isi program latihan atau kurikulum sekolah bagi sekelompok guru
karena ia memandangnya berguna untuk mencapai tujuan langsung