• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI FUNGSIONALITAS FASILITAS JANTUNG DI SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI FUNGSIONALITAS FASILITAS JANTUNG DI SURABAYA"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

i LAPORAN PENELITIAN

STUDI FUNGSIONALITAS FASILITAS JANTUNG DI

SURABAYA

Oleh :

Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR /FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

1 Judul Penelitian : STUDI FUNGSIONALITAS FASILITAS

JANTUNG DI SURABAYA Nomor Penelitian : /Pen/Arsitektur/2012

Bidang Ilmu : Merancang

2 Ketua Peneliti:

a. Nama Lengkap dan Gelar : Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc.

b. Jenis Kelamin : L

3 Alamat Ketua Peneliti a. Alamat Kantor

: Jl. A. Yani Residence Kav A-22, Ketintang Seraten, 081 221 220 842/ gunte@peter.petra.ac.id

4 Jumlah Anggota Peneliti : - a. Nama Anggota Penelitian I : - b. Nama Anggota Penelitian II : - c. Mahasiswa yang ikut serta

dalam Penelitian :

: 22410038 Olivia Imanuela Rukma J.

5 Lokasi Penelitian : Paviliun Jantung RS X di Surabaya 6 Kerjasama dengan institusi lain : RS X di Surabaya

(3)

Mengetahui, Ketua Program Studi

Agus Dwi Haryanto, ST., M.Sc. NIP. 99-033

Surabaya, 18 Juni 2013 Ketua Peneliti,

Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc. NIP. 10-012

Menyetujui: Kepala LPPM-UK Petra

(4)

RINGKASAN

Semenjak UU Rumah Sakit, Rumah Sakit menerima dampak tuntutan tinggi dalam UU ini. Dalam dari Pasal 6 (h) yang mengatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah wajib menjamin pembiayaan pelayanan gawat darurat di rumah sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa. Dapat disimpulkan, kewajiban Rumah Sakit menjadi semakin berat sehingga dibutuhkan desain Rumah Sakit yang semakin efisien.

Fungsionalitas Rumah Sakit dipengaruhi oleh isu – isu seperti: pengelompokan fungsi, dimensi, rasio, dan faktor temporal, sirkulasi dalam rumah sakit, serta keselamatan dan keamanan, Karena itu faktor – faktor ini akan diteliti pada Fasilitas Rumah Sakit ini.

Cardiovascular disease atau penyakit jantung mengacu pada berbagai

penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler (cardiovascular system). Penyakit – penyakit ini ialah penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak dan ginjal, dan penyakit arteri peripheral. Dan penyakit ini merupakan pembunuh pertama di dunia sejak tahun 1970.

(5)
(6)

PRAKATA

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami bersyukur telah menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Fungsionalitas Fasilitas Penanganan Jantung di Surabaya”.

Banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya bagi penulisan penelitian ini. Untuk itu, ucapan terima kasih dan hormat disampaikan kepada :

• Agus Dwi Hariyanto, S.T., M.Sc. (Ketua Program Studi Arsitektur)

• Ir. Joyce Marcella Laurens (Kabid Merancang)

• Ir. J. Loekito Kartono, M.A. (Reviewer Penelitian)

• dr Richardus Rukma Juslim Sp.Jp. (Narasumber)

• dr. Gresisce Manegeng (Narasumber).

Selain itu kami juga ingin mengucapkan terimakasih pada Olivia Imanuela Rukma J., Brina Oktafiana ST. dan Akhmad Kendra ST. asisten riset kami serta segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, mohon maaf atas berbagai kekurangan dalam penulisan berhubung. Dan kami menghargai kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan tulisan akan sangat dihargai. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya tentang fungsionalitas fasilitas penanganan jantung, terutama Kamar Inap dan ICCU dan terobosan bagi desain fasilitas jantung di Indonesia.

Surabaya, 30 Mei 2013

(7)

DAFTAR ISI

LAPORAN PENELITIAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR ... ii

RINGKASAN ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian. ... 6

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Aspek Desain Rumah Sakit secara Umum... 9

2.2. Aspek Fungsionalitas Desain Rumah Sakit secara Umum ... 18

2.3. Detail Desain Unit dan Instalasi Rumah Sakit. ... 39

2.3.1. Instalasi Gawat Darurat. ... 40

2.3.2. Instalasi Rawat Inap ... 41

2.3.3. Instalasi Rawat Intensif (ICU) ... 45

(8)

2.3.5. Instalasi Rawat Jalan (IRJA) atau Poliklinik ... 51

2.3.6. Instalasi Kamar Bersalin (VK) dan Unit Perinatologi ... 54

2.3.7. Instalasi Kamar Operasi (OK). ... 57

2.3.8. Instalasi Radiologi ... 61

2.3.9. Instalasi Laboratorium ... 65

2.3.10. Instalasi Rehabilitasi Medik ... 69

2.3.11. Instalasi Farmasi... 71

2.3.12. Instalasi Sterilisasi Instrumen (CSSD) ... 73

2.3.13. Instalasi Gizi... 76

2.3.14. Instalasi Rekam Medik ... 77

2.3.15. lnstalasi Bengkel dan Pemeliharaan Fasilitas (IPSRS) ... 78

2.3.16. Instalasi Pemulasaran Jenazah (Kamar Mayat). ... 81

2.3.17. Instalasi Laundry ... 82

2.3.18. Instalasi Pengelolaan Limbah ... 85

2.4. Proses Perawatan Jantung ... 88

2.4.1. Atrial Septal Defect (ASD) dan Ventricular Septal Defect (VSD) ... 91

2.4.2. Paten Ductus Arteriosus (PDA) ... 101

2.4.3. Tetralogy of Fallot... 106

2.4.4. Atherosclerosis ... 112

2.4.5. High Blood Pressure (HBP) atau Tekanan Darah Tinggi ... 125

2.5. Beberapa Studi Kasus RS Jantung yang Baik ... 129

2.5.1. Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 129

2.5.2. Wheaton Franciscan Wisconsin Heart Hospital ... 148

BAB III ... 165

METODE PENELITIAN ... 165

(9)

3.2. Prosedur Penelitian... 165

3.3. Rencana Biaya ... 166

BAB IV ... 167

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 167

4.1. Fungsionalitas Paviliun Jantung RS X ... 167

BAB V ... 197

KESIMPULAN ... 197

DAFTAR PUSTAKA ... 200

LAPORAN KEUANGAN ... 204

DANA PROGRAM PENELITIAN PF/PAK/PPM ... 204

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN FUNGSIONAL FASILITAS JANTUNG DI SURABAYA ... 205

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Skala Pelayanan Kesehatan ... 17

Tabel 2.2. Standar Pencahayaan menurut Fungsi Ruang atau Unit (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) ... 33

Tabel 2.3. Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara menurut Fungsi Ruang atau Unit ... 37

Tabel 2.4. Volume Pergantian Udara Ideal untuk Rumah Sakit ... 37

Tabel 2.5. Indeks Konsentrasi Kuman menurut Fungsi Ruang atau Unit ... 38

Tabel 2.6. Indeks Kebisingan Menurut Jenis Ruangan atau Unit ... 38

Tabel 3.1. Jadwal Kerja ... 166

Tabel 3.2. Rencana Biaya ... 166

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Gawat Darurat ... 41

Gambar 2.2. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Rawat Inap ... 45

Gambar 2.3. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Rawat Intensif ... 49

Gambar 2.4. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Rawat Koroner ... 50

Gambar 2.5. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Rawat Jalan atau Poliklinik ... 54

Gambar 2.6. Hubungan Antar Ruang dalam Ruang Bersalin (VK) ... 56

Gambar 2.7. Hubungan Antar Ruang dalam Ruang Perinatologi ... 56

Gambar 2.8. Hubungan Antar Ruang dalam Kamar Operasi ... 61

Gambar 2.9. Hubungan Antar Ruang dalam Kamar Operasi ... 65

Gambar 2.10. Hubungan Antar Ruang dalam Laboratorium ... 69

Gambar 2.11. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Rehabilitasi Medik ... 71

Gambar 2.12. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Farmasi ... 73

Gambar 2.13. Hubungan Antar Ruang Instalasi Sterilisasi Instrumen, Ruang Bersalin dan Kamar Operasi ... 75

Gambar 2.14. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Sterilisasi Instrumen 75

Gambar 2.15. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Gizi ... 77

Gambar 2.16. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Rekam Medik ... 78

Gambar 2.17. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Bengkel dan Pemeliharaan Fasilitas ... 80

Gambar 2.18. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Pemulasaran Jenazah 82

Gambar 2.19. Hubungan Antar Ruang dalam Instalasi Laundry ... 84

Gambar 2.20. Hubungan Antar Ruang Instalasi Laundry, Ruang Linen, Linen Chute dan Pelayanan Medis lainnya ... 85

(12)

Gambar 2.22. Potongan dari Jantung Normal dan Jantung dengan Atrial

Septal Defect. ... 93

Gambar 2.23. Potongan dari Jantung Normal dan Jantung dengan Ventricular Septal Defect ... 95

Gambar 2.24. Potongan dari Jantung Normal dan Jantung dengan Paten Ductus Arteriosus ... 102

Gambar 2.25. Potongan dari Jantung Normal dan Jantung dengan Tetralogy of Fallot ... 108

Gambar 2.26. Atherosclerosis ... 113

Gambar 2.27. Prosedur Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). ... 122

Gambar 2.28. Prosedur Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). ... 123

Gambar 2.29. Penempatan Stent untuk Arteri Koroner ... 124

Gambar 2.30. Eksterior Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 130

Gambar 2.31. Ruang Lobby Utama ... 134

Gambar 2.32. Suasana Interior bergaya Gothik pada Lobby Utama ... 135

Gambar 2.33. Pemasangan Karya Seni pada Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 135

Gambar 2.34. Karya – Karya Seni di Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 136

Gambar 2.35. Karya – Karya Seni di Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 136

Gambar 2.36. Welcome Center (Tempat Penyambutan) di Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 137

Gambar 2.37. Layanan Welcome Center (Tempat Penyambutan) di Sanford Heart Hospital Sioux Falls ... 137

Gambar 2.38. Family lounges (Ruang Keluarga) ... 138

Gambar 2.39. Ruang Kerja Dokter/ Tenaga Medis ... 138

(13)

Gambar 2.41. The Center for Health and Well-being ... 139

Gambar 2.42. Nuclear Medicine Area ... 140

Gambar 2.43. Hybrid OR ... 140

Gambar 2.44. Hybrid OR ... 141

Gambar 2.45. Prep and recovery space for procedures ... 141

Gambar 2.46. Nurse Station Prep and recovery space for procedures ... 142

Gambar 2.47. Prep and recovery space for procedures ... 142

Gambar 2.48. Prep and recovery space for procedures ... 143

Gambar 2.49. Prep and recovery space for procedures ... 143

Gambar 2.50. Nurse Station ... 144

Gambar 2.51. Koridor Rumah Sakit ... 144

Gambar 2.52. Acuity adaptable care private patient rooms ... 146

Gambar 2.53. Acuity adaptable care private patient rooms ... 146

Gambar 2.54. Prosedur di Acuity adaptable care private patient rooms ... 147

Gambar 2.55. Prosedur di Acuity adaptable care private patient rooms ... 147

Gambar 2.56. Denah Lantai 1 Wheaton Franciscan-Wisconsin Heart Hospital 156 Gambar 2.57. Denah Lantai 2 Wheaton Franciscan-Wisconsin Heart Hospital 156 Gambar 2.58. Detail Kamar Operasi dan Intervensi lainnya di Lantai 1 Wheaton Franciscan-Wisconsin Heart Hospital ... 157

Gambar 2.59. Tampak Depan Wheaton Franciscan-Wisconsin Heart Hospital 157 Gambar 2.60. Tampak Wheaton Franciscan-Wisconsin Heart Hospital ... 158

Gambar 2.61. Fasilitas Rehabilitasi Jantung ... 158

Gambar 2.62. Fasilitas Rehabilitasi Jantung ... 159

Gambar 2.63. Fasilitas Rehabilitasi Jantung ... 159

Gambar 2.64. Fasilitas Rehabilitasi Jantung ... 160

(14)

Gambar 2.66. Fasilitas Rehabilitasi Jantung ... 161

Gambar 2.67. Fasilitas Atrium ... 161

Gambar 2.68. Ruang Atrium ... 162

Gambar 2.69. Ruang Tunggu Keluarga ... 163

Gambar 2.70. Kawar Inap Pasien ... 163

Gambar 2.71. Kawar Inap Pasien ... 164

Gambar 4.1. Denah Fasilitas Paviliun Jantung ... 170

Gambar 4.2. Detail Denah 1 - Fasilitas Paviliun Jantung ... 171

Gambar 4.3. Detail Denah 2 - Denah Fasilitas Paviliun Jantung ... 171

Gambar 4.4. Foto Ruang Pendaftaran dan Ruang Tunggu di Paviliun RS X 179

Gambar 4.5. Foto Ruang Tunggu di Paviliun RS X ... 179

Gambar 4.6. Foto Ruang Rekam Medis dan Ruang Obat di Paviliun RS X .. 180

Gambar 4.7. Foto Ruang Rekam Medis dan Ruang Obat di Paviliun RS X .. 180

Gambar 4.8. Foto Dapur di Paviliun RS X ... 181

Gambar 4.9. Foto Ruang Kantor Kepala Sub Departemen Jantung di Paviliun RS X ... 181

Gambar 4.10. Foto Ruang Linen dan Ruang Ganti Perawat di Paviliun RS X yang mungkin dapat diperluas mengingat kebutuhan Perawat yang lebih banyak ... 182

Gambar 4.11. Foto Ruang Toilet Umum di Paviliun RS X ... 182

Gambar 4.12. Foto Ruang Oksigen di Paviliun RS X ... 183

Gambar 4.13. Foto Koridor di Paviliun RS X ... 183

Gambar 4.14. Foto kebiasaan keluarga pasien membuka sepatu di Paviliun RS X ... 184

Gambar 4.15. Foto Alat Pembersih Tangan di Paviliun RS X ... 184

(15)

Gambar 4.17. Foto Ruang Rawat Inap Kelas III di Paviliun RS X ... 185

Gambar 4.18. Foto Ruang Rawat Inap Kelas III di Paviliun RS X ... 186

Gambar 4.19. Foto Penerangan di Ruang Rawat Inap Kelas III di Paviliun RS X ... 186

Gambar 4.20. Foto Kamar Mandi di dalam Ruang Rawat Inap Kelas III di Paviliun RS X ... 187

Gambar 4.21. Foto Ruang ICCU di Paviliun RS X ... 187

Gambar 4.22. Foto Ruang ICCU di Paviliun RS X ... 188

Gambar 4.23. Foto Ruang Nurse Station untuk ICCU di Paviliun RS X ... 188

Gambar 4.24. Foto Ruang Nurse Station untuk ICCU di Paviliun RS X ... 189

Gambar 4.25. Foto Ruang Rawat Inap Kelas II di Paviliun RS X ... 189

Gambar 4.26. Foto Ruang Rawat Inap Kelas II di Paviliun RS X ... 190

Gambar 4.27. Foto Kegiatan Penunggu Pasien din Ruang Rawat Inap Kelas II di Paviliun RS X ... 190

Gambar 4.28. Foto Wastafel di Ruang Rawat Inap Kelas II di Paviliun RS X 191 Gambar 4.29. Foto Kamar Mandi di dalam Ruang Rawat Inap Kelas II di Paviliun RS X ... 191

Gambar 4.30. Foto Ruang Rawat Inap Kelas I di Paviliun RS X ... 192

Gambar 4.31. Foto Ruang Rawat Inap Kelas I di Paviliun RS X ... 192

Gambar 4.32. Foto Ruang Rawat Inap Kelas I di Paviliun RS X ... 193

(16)
(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Semenjak UU Rumah Sakit, Rumah Sakit menerima dampak tuntutan tinggi dalam UU ini. Dalam dari Pasal 6 (h) yang mengatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah wajib menjamin pembiayaan pelayanan gawat darurat di rumah sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa. Karena Undang – undang ini maka kewajiban Rumah Sakit menjadi semakin banyak sehingga desain Rumah Sakit yang efisien dan memiliki kualitas ruang yang menarik makin diperlukan. 1

Rumah sakit didesain dengan mempertimbangkan efisiensi kegiatan dan kapasitas sirkulasi akibat peningkatan kebutuhan sehingga terdapat beberapa zonasi yang nantinya akan mempengaruhi layout ruangan seperti zona primer, sekunder, tersier, serta service yang harus dibedakan. Begitu pula dengan sirkulasi barang, pengunjung, pemberi layanan kesehatan, kegawat daruratan, serta meminimalisasi akses medik sentral untuk kepentingan penjagaan sterilitas. Berikut ini prinsip-prinsip umum dalam desain ruangan rumah sakit, antara lain

1.Jumlah dari sal (Jumlah tempat tidur yang mendapat pengawasan langsung dari perawat-perawat yang bertugas didalam ruangan) seharusnya berkisar antara 20-28 TT. Kemungkinan paling besar dari jumlah tempat tidur yang seharusnya dapat di observasi dengan mudah oleh perawat atau staf saat mereka melakukan pemeriksaan rutin ruangan yang sesuai prosedur.

2.Harus tersedia cukup ruangan isolasi yang di khususkan untuk satu orang untuk alasan klinis dan untuk alasan privasi.

1

(18)

2

3.Area kerja perawat harus dikelompokkan bersama dan juga harus memiliki hubungan langsung dengan area ruang perawatan agar petugas tidak perlu berjalan jauh.2

Fasilitas kebersihan pasien harus dipusatkan pada satu area dari ruang perawatan. Dan harus, dihubungkan pada kelompok-kelompok ruangan pasien. Ruang perawatan hendaknya cukup bagi pergerakan bebas pasien, baik ketika menggunakan tempat tidur, usungan (strecher) atau kursi roda. Berikut ini gambaran komponen fungsi tiap unit pelayanan dari sebuah rumah sakit, yaitu:

1.Unit Administrasi:

Ruang Kepala, Ruang Sekretaris, Ruang Staff, Ruang Personalia, Ruang Administrasi Umum, Kantor Pembayaran, Keuangan, Arsip, Ruang Rapat, Informasi dan Pendaftaran, Security

2.Unit Medis

Poliklinik, Gudang Medis, Laboratorium Klinis, Ruang Tunggu, Ruang Dokter / Perawat Jaga, Ruang Operasi, UGD, Radiology/ultrasound, Pathology, Rehabilitasi, Physiotherapy, Pediatry

3.Unit Keperawatan

Farmasi / Gudang Obat, Sterilisasi / Clean Utility, Rekam Medis, R. Pembina, Ruang Perawat, R. Konseling, Perawat Poliklinik

4.Unit Rawat Inap

Rawat Medis, Ruang Tidur, Ruang Obat, Nurse station (loker, r. Ganti, lavatory), Pantry, Spoel Hoek/Slob Zink, Rg. Konsultasi

5.House Keeping dan Teknis

Laundry, Deaning Service/Janitor, Mekanikal Elektrikal, Workshop, Engineering, Gudang Umum, Gudang Ambulance, R. Serbaguna, R. Makan Bersama, Masjid / Mushola, Kapel, Dapur

6.Rekreasi, Pelatihan, dan Keterampilan

2

(19)

3

Ruang Kelas, Perpustakaan, Bengkel / Workshop, R. Komputer, R. Fitness dan R. Musik, Kolam Renang, Lounge

7.Peruntukkan Umum

Parkir, Hall atau Lobby, R. Seminar, Ruang ibadah, Ruang Pertemuan, Kios atau kafeteria dan auditorium

Sementara itu, Cardiovascular disease atau penyakit jantung mereferensikan pada berbagai penyakit yang terkait dengan sistem cardiovaskuler (cardiovascular system). Penyakit – penyakit ini ialah penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak dan ginjal, dan penyakit arteri peripheral (Bridget B.K., Fuster, V., 2010) 3.

Penyebab penyakit jantung ini beragam tetapi biasanya yang terbanyak ialah atherosclerosis dan/ atau darah tinggi (hypertension). Selain itu, seiring dengan usia, terdapat perubahan – perubahan fisiologi dan morfologi yang mengubah fungsi kardiovaskuler yang meningkatkan resiko penyakit ini (Dantas, A.P., Jimenez-Altayo, F., Vila, E., (August 2012) 4

Penyakit Kardiovaskular merupakan penyakit yang pembunuh pertama di dunia sejak tahun 1970. Walaupun, tingkat mortalitas akibat penyakit jantung menurun pada di negara – negara maju. Tetapi sebaliknya meningkat di negara - negara yang memiliki penghasilan rendah dan menengah. Walau penyakit ini merupakan penyakit manusia yang lebih tua tetapi dapat mempengaruhi juga pada masa kanak – kanak. Sehingga ditekankan berbagai faktor untuk mengurangi ancaman ini dengan makan makanan yang sehat, berolahraga dan mengurangi merokok (Committee on Preventing the Global Epidemic of Cardiovascular Disease, Valentin. A., Bridget B. K., (ed) (2010), Mendis, S., Puska, P., Norrving, B.(ed) (2011), McGill, H.C., McMahan, C.A., Gidding, S.S., (2008)) 5.

3

Bridget B.K., Fuster, V., (2010), Promoting Cardiovascular Health in the Developing World: A Critical Challenge to Achieve Global Health. Institute of Medicine, National Academies Press, Washington, D.C

4

Dantas, A.P., Jimenez-Altayo, F., Vila, E., (August 2012). "Vascular aging: facts and factors". Frontiers in Vascular Physiology3 (325): 1–2.

5

(20)

4

"Kemajuan teknologi dalam bidang penyakit jantung memang sangat pesat. Tetapi teknologi itu membutuhkan biaya yang mahal.Padahal gaya hidup berperan besar dalam kejadian penyakit jantung, karena itu yang lebih penting adalah mengubah gaya hidup," katanya dalam acara konferensi pers acara Simposium Kardiologi yang diadakan oleh RS Eka Hospital (Anna, L.K., 2013,

KOMPAS, 15 Februari 2013) 6.

Saat ini para ahli dari American Heart Association giat mengampanyekan pentingnya mengetahui angka-angka yang merupakan faktor risiko penyakit jantung."Berbagai riset menunjukkan, 75 persen orang bisa digolongkan ke dalam orang beresiko tinggi hanya dengan mengetahui 5 angka," katanya. Kampanye Know Your Numbers tersebut sebenarnya bisa diterapkan oleh setiap orang, termasuk pasien.Tak ada kata terlambat untuk mengetahui kondisi kesehatan jantung. Ketahui 5 angka kunci berikut ini dan konsultasikan pada

Valentin.A., Bridget B. K., (ed) (2010). Promoting cardiovascular health in the developing world : a critical challenge to achieve global health. Institute of Medicine of the National, National Academies Press. Washington, D.C.

Mendis, S., Puska, P., Norrving, B.(ed) (2011), Global Atlas on cardiovascular disease prevention and control,

McGill, H.C., McMahan, C.A., Gidding, S.S., (2008). "Preventing heart disease in the 21st century: implications of the Pathobiological Determinants of Atherosclerosis in Youth (PDAY) study". Circulation117 (9): 1216–27.

(21)

5

dan trigliserida. Kadar kolesterol total seharusnya kurang dari 200 LDL kurang dari 100 mg/dL, HDL diatas 40 mg/dL untuk pria dan 50 mg/dL untuk wanita Trigliserida sebaiknya kurang dari 100 mg/dL.

3. Gula darah

Kadar gula darah puasa sebaiknya kurang dari 100 mg/dL. Kadar gula darah dua jam setelah makan sebaiknya kurang dari 140 mg/dL

4. Berat badan

Cara menghitung berat badan ideal yang akurat adalah menghitung indeks massa tubuh. Rumusnya IMT: Berat badan (kg) / tinggi badan (cm)/100). Nilai IMT yang normal adalah antara 18,5 - 25.0.

5. Frekuensi olahraga

Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, kita dianjurkan untuk berolahraga 30 menit setiap hari, 5 kali dalam seminggu.

Akhir - akhir ini kasus kematian akibat serangan jantung semakin sering ditemukan. Pada Jumat 22 Maret 2013 kemarin, penyanyi sekaligus presenter acara olahraga kondang, Ricky Jo, meninggal di usia yang masih relatif muda akibat serangan jantung. Apa yang menyebabkan serangan jantung ini dapat menyebabkan kematian dan mengapa kini banyak dialami oleh mereka yang berusia muda? (Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013) 8.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Jantung Pusat Harapan Kita Jakarta Faisal Baraas menyatakan, penyempitan pada pembuluh darah koroner jantung lah yang memiliki peranan utama mengapa kematian mendadak terjadi. Penyempitan pembuluh darah dapat disebabkan oleh plak yang terbentuk akibat timbunan kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah (Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013) 9.

8

Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013, Mengapa Usia Muda Bisa Serangan Jantung? , diunduh dari

http://health.kompas.com/read/2013/03/23/17301984/Mengapa.Usia.Muda.Bisa.Serangan.Jantung

9

Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013, Mengapa Usia Muda Bisa Serangan Jantung? , diunduh dari

(22)

6

Dua faktor risiko dari kematian mendadak yang berkaitan dengan penyakit jantung. Pertama adalah faktor tetap, dan kedua adalah faktor yang dapat diubah. Faktor tetap terdiri dari faktor keturunan atau genetik, faktor usia, dan jenis kelamin. "Untuk faktor genetik, tergantung pada kadar lipoprotein dalam darah Dan semakin tinggi kadar protein ini maka semakin tinggi pula risiko serangan jantung," tutur Faisal (Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013) 10.

Selain itu, ada faktor yang dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan gaya hidup. Kebiasaan seperti merokok, kurang olahraga, memiliki kadar kolesterol tinggi, kencing manis, dan stres adalah beberapa faktor risiko yang dapat diubah (Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013) 11. Karena itu Fasilitas Perawatan Jantung menjadi sangat penting untuk diteliti dalam Riset ini.

1.2. Identifikasi Masalah

Sebuah Fasilitas Perawatan Jantung yang baik memiliki fasilitas yang terintegrasi antara pemeriksaan, perawatan, dan terapi. Selain itu memenuhi persyaratan fungsional yang diungkapkan dalam literatur.

1.3. Rumusan Masalah

Apakah Fasilitas Penanganan Jantung di Surabaya sudah fungsional sesuai dengan literatur yang ada?

1.4 Tujuan Penelitian

Melakukan evaluasi fungsionalitas terhadap fasilitas penanganan jantung di Surabaya

1.5. Manfaat Penelitian.

10

Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013, Mengapa Usia Muda Bisa Serangan Jantung? , diunduh dari

http://health.kompas.com/read/2013/03/23/17301984/Mengapa.Usia.Muda.Bisa.Serangan.Jantung

11

Kartika, U., 2013, KOMPAS, Sabtu 23 Maret 2013, Mengapa Usia Muda Bisa Serangan Jantung? , diunduh dari

(23)

7

Penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Pemerintah : untuk menyusun standar fasilitas penanganan jantung

b. Pemilik Rumah Sakit : untuk mengerti dan memperbaiki fasilitas RS sesuai dengan kebutuhan penanganan jantung secara holistik

c. Dokter, Perawat, Tenaga Medis dan Mahasiswa Kedokteran : untuk dapat melakukan penyembuhan dan dampak desain RS pada kesembuhan / kualitas hidup pasien

d. Arsitek dan Mahasiswa Arsitektur : untuk mengerti proses penanganan jantung dan mendesain fasilitas tersebut dengan baik

e. Pasien : agar dapat merasakan perbaikan kualitas hidup karena lingkungan yang aksesibel dan menarik

f. Pengguna yang lain : agar menggunakan fasilitas secara lebih nyaman karena fasilitasnya aksesibel.

g. Ilmu Pengetahuan: untuk memberikan kontribusi terhadap pengetahuan mengenai Rumah Sakit

h. Peneliti lain : dapat mengembangkan riset tentang Rumah Sakit Jantung dan penanganannya secara holistik.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Desain Berkelanjutan harus diwadahi dalam desain bangunan dengan Strategi Desain Berkelanjutan yang diusulkan oleh UIA dalam Deklarasi Kopenhagen yang terkait dengan Desain Inklusif (http://www.uia-architectes.org/image/PDF/COP15/COP15_Declaration_EN.pdf) 12:

• Desain yang Berkelanjutan dimulai pada tahap - tahap awal proyek dan memerlukan komitmen antara semua pemangku kepentingan:, klien perancang, insinyur, wewenang, kontraktor, pemilik, pengguna dan masyarakat …

• Desain yang Berkelanjutan mengakui bahwa semua proyek arsitektur dan perencanaan merupakan bagian dari sistem interaktif yang kompleks, dikaitkan dengan lingkungan yang lebih luas alami, dan mencerminkan warisan, budaya, dan nilai-nilai sosial dari kehidupan sehari-hari masyarakat …

• Desain yang Berkelanjutan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, mempromosikan keadilan baik lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi dan memberikan kesempatan bagi keterlibatan masyarakat dan pemberdayaan. …

• Desain yang Berkelanjutan mendukung pernyataan UNESCO bahwa keragaman budaya, sebagai sumber pertukaran, inovasi dan kreativitas, adalah sangat diperlukan untuk manusia seperti halnya keanekaragaman hayati untuk alam.

Terlihat bahwa pendekatan desain ini harus bersifat fungsional dan juga aksesibel. Fungsionalitas akan dikaji dalam Sub-Bab Fungsionalitas Fasilitas Perawatan Jantung, sedangkan Hasill penelitian tentang Kualitas Ruang akan dibahas dalam Sub-Bab Kualitas Ruang pada Laporan Penelitian LPPM.

12

(25)

9

2.1. Aspek Desain Rumah Sakit secara Umum

Kunders, G.D., (2004)13 mengungkapkan Pedoman Prinsip dalam Perencanaan Fasilitas dan Layanan Rumah Sakit. Menurutnya Rumah sakit, harus mengakui sifat publik dari layanannya dan tujuan utamanya untuk melayani masyarakat. Sehingga prinsip-prinsip perencanaan, perancangan dan pengoperasian rumah sakit yang diperlukan adalah: Kualitas yang Tinggi dalam Perawatan Pasien, Orientasi Komunitas yang Efektif, Viabilitas ekonomi dan Rencana Arsitektur yang Masuk Akal.

Kualitas yang Tinggi dalam Perawatan Pasien dapat dicapai dengan:

• Menunjuk personil – personil yang kompeten dan memadai kedokteran,, keperawatan, dan staf profesional lainnya dan memberikan fasilitas yang diperlukan, peralatan dan layanan dukungan.

• Menetapkan struktur organisasi yang jelas tanggung jawab dan wewenang yang ditugaskan untuk setiap pekerjaan, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan perawatan pasien. Harus ada pertanggungjawaban yang tepat.

• Staf medis yang bekerja sebagai sebuah tim dan bersama-sama, dan berinteraksi dengan satu sama lain dan dengan profesional perawatan kesehatan lainnya.

• Melembagakan mekanisme atau prosedur untuk meninjau secara terus menerus perawatan pasien yang diberikan oleh dokter, perawat dan profesional lainnya.

• Menyediakan melanjutkan program pendidikan medis dan lainnya untuk semua profesional untuk memungkinkan mereka untuk mengikuti perkembangan pengetahuan medis dan teknologi terbaru yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan pasien.

• Menetapkan dan menegakkan standar dalam perawatan pasien dan area lain dari rumah sakit.

1313

(26)

10

Orientasi Komunitas yang Efektif dapat dicapai sebagai berikut:

• Sebuah dewan pengurus yang terdiri dari para pemimpin terkenal dan dihormati masyarakat.

• Memperluas program dan layanan rumah sakit kepada masyarakat.

• Memastikan partisipasi rumah sakit dalam program berbasis masyarakat dalam perawatan pencegahan, pengajaran perawatan dan praktek kesehatan yang baik, program sekolah kesehatan, dll

• Administrator rumah sakit, karyawan kunci lainnya dan dokter memberikan bantuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program kesehatan masyarakat.

• Rumah sakit melaksanakan tanggung jawab untuk memperoleh dukungan dari masyarakat.

• Menyediakan program informasi publik untuk menjaga masyarakat mendapatkan informasi layanan yang diberikan oleh rumah sakit serta misi, tujuan dan sasaran, dan mendorong anggota masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya.

Viabilitas ekonomi dapat diwujudkan dengan:

• Menerima tanggung jawab dan akuntabilitas untuk posisi keuangan yang kuat dan layak yang akan memerintahkan rasa hormat dan kepercayaan dari masyarakat, donor dan investor.

• Membuat keuangan operasi yang tersedia memadai untuk personil dan peralatan yang diperlukan untuk memberikan perawatan berkualitas pada pasien.

• Suatu program disiapkan untuk menarik dan mempertahankan dokter yang kompeten dan berdedikasi, perawat dan profesional kesehatan lainnya untuk mempertahankan hunian tinggi dan pemanfaatan penuh dari fasilitas rawat inap dan rawat jalan.

(27)

11

• Sebuah program yang direncanakan untuk penggantian pembiayaan peralatan dan perbaikan fasilitas CFF.

• Anggaran tahunan yang dialokasikan untuk pemeliharaan layanan pada tingkat tinggi dan untuk peralatan, gaji dan upah, pembayaran bunga, dana pinjaman, depresiasi dan modal untuk penggantian dan pembangunan. Tujuannya adalah untuk membantu rumah sakit tetap berada di garis depan teknologi kedokteran dan pengetahuan.

• Masyarakat aktif berpartisipasi dalam program rumah sakit melalui sponsor, kontributor dan sukarelawan.

Rencana Arsitektur yang Masuk Akal yang dicapai dengan:

• Melibatkan, dari awal tahap perencanaan, seorang arsitek yang kompeten yang berpengalaman dalam desain dan konstruksi rumah sakit.

• Memilih tapak yang mudah diakses dengan transportasi umum, air, selokan saluran, konsentrasi penduduk, dll, dan cukup besar untuk memenuhi tuntutan layanan saat ini dan proyeksi dan persyaratan untuk parkir, akses jalan, ekspansi di masa datang, dll

• Menentukan ukuran rumah sakit yang memadai untuk berbagai layanan, administratif dan kebutuhan fungsional departemen, dan perawatan pasien dan pengobatan.

• Menyadari pentingnya membangun pola lalu lintas untuk pergerakan personil rumah sakit dokter, pasien, pengunjung, dan transportasi yang efisien dari makanan, kain, obat-obatan dan perlengkapan lainnya.

• Sebuah desain yang akan menghindari duplikasi pelayanan, tetapi pada saat yang sama memberikan fleksibilitas dan pertukaran kamar pasien untuk departemen klinis dengan sensus berfluktuasi.

(28)

12

Selain prinsip di atas perlu dilakukan langkah – langkah untuk mengetahui fungsional penanganan RS dengan efektif. Hal ini menurut Kunders, G.D., (2004) 14

diperlukan langkah – langkah sebagai berikut:

• Survey Awal,

• Studi Fasilitas Rumah Sakit yang ada

• Studi Staf dan Jasa yang Diperlukan

• Perencanaan Keuangan

• Peralatan Perencanaan

• Penetapan Organisasi Rumah Sakit

• Perencanaan

• Penyusunan Rencana Operasional dan Rencana Fungsional

• Penyusunan Master Plan Fasilitas

• Pembentukan Tim Desain

• Desain

• Penyusunan Kontrak Pembangunan

• Melengkapi Perabotan dan Peralatan Rumah Sakit

• Pengoperasian

Salah satu tugas pertama dari Tim Rumah Sakit adalah untuk survei area pelayanan rumah sakit yang diusulkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Juga proyeksi keuangan dan viabilitas harus dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menentukan karakter, kebutuhan dan kemungkinan pilihan masyarakat untuk menjadi dasar pertimbangan apakah rumah sakit akan dibangun sesuai atau tidak, apakah jenis dan ukurannya. Hal ini biasanya berdasarkan tingkat pendapatan, karakteristik lain seperti pekerjaan, distribusi usia, dll harus dipelajari. Informasi – informasi ini akan menentukan jumlah dan jenis perawatan rumah sakit yang orang-orang butuhkan dan jumlah yang mereka bersedia untuk

14

(29)

13

membayar. Misalnya, jika ada populasi besar warga senior, layanan geriatri harus diberikan perhatian khusus (Kunders, G.D., 2004) 15.

Sikap umum masyarakat tentang dasar pemilihan Rumah Sakit juga penting. Apa yang membuat pasien memilih rumah sakit tertentu? Berikut adalah beberapa jawaban:

• Ketersediaan spesialis secara penuh waktu

• Berbagai layanan yang ditawarkan di bawah satu atap

• Ketersediaan teknologi terbaru dan peralatan canggih

• Perawatan secara personal yang diberikan oleh staf yang ramah dan sopan

• Keseluruhan reputasi rumah sakit

• Waktu perjalanan (belum tentu jarak) untuk mencapai sana

• Hal lain dianggap sama atau relatif, kedekatan rumah sakit

• Status jalan dan sarana transportasi

Dan berlawanan dengan kepercayaan populer, biaya rumah sakit dan kedekatan ke rumah tidak tinggi dalam daftar. Ketika sampai pada kesehatan, orang menginginkan yang terbaik, tidak peduli apapun. Beberapa alasan mengapa orang menghindar dari rumah sakit adalah (Kunders, G.D., 2004) 16 :

• Bangunan tidak dibangun sebagai rumah sakit

• Sekitarnya tidak higienis

• Tidak terjangkaunya atau lokasi yang buruk karena risiko keamanan, faktor gangguan atau kurangnya fasilitas parkir

• Ukuran yang tidak memadai atau konstruksi usang

• Perawatan medis yang tidak memadai, staf dan peralatan, layanan terbatas, pembatasan masuk, tidak ketersediaan layanan 24 jam, dll

Studi Fasilitas Rumah Sakit yang ada juga perlu dilakukan untuk mengetahui fasilitas rumah sakit yang ada di daerah tersebut. Penelitian ini harus

15

Kunders, G.D., (2004), Hospitals: Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill Education, New Delhi

16

(30)

14

komprehensif dan mencakup kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang serta tujuannya (Kunders, G.D., 2004) 17.

Bagian yang paling penting dari penelitian ini adalah inventarisasi fasilitas, tempat tidur dan layanan dari setiap rumah sakit di wilayah pemukiman. Ini harus mencakup bidang-bidang berikut (Kunders, G.D., 2004) 18 :

• Kapasitas tempat tidur institusi

• Kondisi fisik fasilitas

• Tingkat hunian rumah rakit

• Distribusi tempat tidur

• Volume dan jenis pelayanan rumah sakit

• Spesialis dan peralatan canggih yang penuh waktu

• Kualitas fasilitas dan layanan.

Hatmoko, A., U., Wulandari, W., Alhamdani, M., R., (2010) 19 mengungkapkan berbagai isu fisik dan arsitektur rumah sakit dewasa ini dapat dibagi dalam 4 (empat) kategori, yaitu yang terkait dengan isu strategis, isu fungsional, isu teknikal, dan isu prilaku (behavioral).

Pada ranah isu strategis, terdapat beberapa hal yang dipertanyakan menyangkut (Hatmoko, A., U., et.all. , 2010) 20:

• Esensi rumah sakit: Apakah rumah sakit masih harus menjadi rumah bagi orang-orang sakit? Ataukah juga peran sebagai rumah sehat untuk menjaga kesehatan perlu lebih mengemuka? Bagaimana menggabungkan fungsi rumah sakit konvensional dengan fungsi-fungsi rekreatif, rehabilitatif, dan penjagaan kesehatan?

17

Kunders, G.D., (2004), Hospitals: Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill Education, New Delhi

18

Kunders, G.D., (2004), Hospitals: Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill Education, New Delhi

19

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

20

(31)

15

• Ukuran dan skala layanan rumah sakit: Seberapa besar dan seberapa Luas cakupan yang diharapkan? Apakah kita berharap rumah sakit akan menjadi besar atau menjadi efektif dan efisien, jika keduanya tidak bisa diraih dalam waktu bersamaan?

• Tahapan pengembangan rumah sakit: Apakah rumah sakit akan dibangun bertahap ataukah langsung dibangun serentak? Bagaimana rancangan yang dapat mengakomodasi perkembangan? Bagaimana agar pengembangan di kemudian hari tidak mengganggu kinerja rumah sakit sekarang? Bagaimana tahapan pengembangan strategis dengan rencana aliran finansial rumah sakit.

• Kelengkapan fasilitas dan kebutuhan ruang: Seberapa kuantitas dan kualitas ruang ideal untuk sebuah tipe rumah sakit di lokasi tertentu? Apa hal-hal spesifik yang dapat menjadi nilai tambah strategis bagi rumah sakit?

Pada ranah isu fungsional juga terdapat beberapa hal yang menjadi isu kontemporer, seperti (Hatmoko, A., U., et.all. , 2010) 21:

• Pengelompokan fungsi: Fasilitas-fasilitas apa saja yang perlu dikedepankan pada masa kini? Bagaimana pengelompokan poliklinik dan rawat inap yang efisien, tetapi tetap mencegah infeksi nosokomial?

• Dimensi, rasio, dan faktor temporal: Sampai seberapa besar fungsi-fungsi yang ada perlu diwadahi? Bagaimana rasio antara satu bagian dengan bagian yang lain? Mungkinkah ada pemanfaatan yang bergantian secara temporal untuk meningkatkan efisiensi?

• Sirkulasi dalam rumah sakit: Bagaimana pemisahan alur sirkulasi eksternal? bagaimana pemisahan alur sirkulasi internal? Bagaimana alur layanan atau servis yang ideal? Manakah sirkulasi yang harus mendapatkan prioritas?.

• Keselamatan dan keamanan: Bagaimana penanganan keselamatan kebakaran dan kemudahan evakuasi? Apakah lebih baik membuka banyak pintu atau memberi hanya satu pintu utama? Bagaimana distribusi ruang agar proaktif dengan keamanan dan keselamatan kerja staf rumah sakit? Bagaimana

21

(32)

16

penanganan keamanan pada bangunan yang menyebar dan lahan rumah sakit yang luas?

Sementara pada aspek, teknikal, hal-hal yang meliputinya antara lain (Hatmoko, A., U., et.all. , 2010) 22:

• Aspek visual seperti cahaya dan warna: Bagaimana pencahayaan yang ideal untuk masing-masing fungsi? Bilamana cahaya alami dibutuhkan dan bilamana cahaya buatan dibutuhkan? Warna hangat atau warna dinginkah yang lebih kondusif bagi penyembuhan?

• Kenyamanan thermal: Dalam kondisi tidak ber-AC, Bagaimana mengupayakan kenyamanan thermal yang optimal? Bilamana dan dengan sistem apa pengkondisian suhu dan kelembaban akan digunakan? Bagaimana menata orientasi bangunan dan bukaan bidang bangunan agar kenyamanan thermal dapat terjaga?

• Infrastruktur: Bagaimana penanganan sampah baik medik maupun non medik dikelola? Bagaimana penanganan drainase yang optimal? Bagaimana penanganan pembuangan limbah cair dan padat yang optimal? Bagaimana pengelolaan suplai air bersih dan elektrik yang menjaga kontinuitas?

• Pengoperasian dan perawatan: Bagaimana desain lahan, bangunan, dan infrastruktur yang meminimalisasi biaya operasi dan perawatan? Bagaimana sistem dan metoda pengoperasian dan perawatan?

Terakhir, terdapat juga isu-isu yang paling dekat dengan manusia selaku pemakai, yaitu isu behavioral, antara lain (Hatmoko, A., U., et.all. , 2010) 23:

• Bagaimana citra bangunan dan lingkungan rumah sakit: Bagaimana citra yang harus diberikan? Bagaimana menyesuaikan pasar, perikerja yang diharapkan, dan citra bangunan dan lingkungan?

22

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

23

(33)

17

• Citra ruang-ruang dalam rumah sakit: Bagaimana citra pada masing-masing bagian Rumah Sakit? Bagaimana menyesuaikan citra sesuai pengguna? Bagaimana menyesuaikan citra sesuai pemanfaatan ruang?

• Akomodasi perilaku manusia: Perilaku manusia apa saja yang perlu diakomodasi? Apa yang sebaiknya tidak diakomodasi? Bagaimana membuat konsumen merasa lebih nyaman? Bagaimana membuat dokter dan paramedik merasa lebih nyaman?

Perencanaan dan perancangan fisik fasilitas kesehatan juga perlu didasarkan pada kualifikasi fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkatan sesuai Tabel 2.1. berikut ini (Hatmoko, A., U., et.all., (2010) 24:

Tabel 2.1. Skala Pelayanan Kesehatan

Jenis Pelayanan Kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan Bentuk Layanan Kesehatan

Rumah Posyandu

Informasi dan bimbingan pengarahan pelayanan kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan dan sosial 10 km dari rumah

Balai Pengobatan

Jangkauan informasi dan bimbingan

Pusat pelayanan umum 100km dari pusat komunitas

Rumah Sakit Rujukan Rumah Sakit Umum Daerah

Pelayanan diagnosis awal Perawatan segera setelah kecelakaan kecil

Perawatan pasien inap oleh perawat rehabilitasi intensif manajemen

Perawatan dan pengobatan pasien inap

Hatmoko, A., U., et.all., (2010) 25 juga mengungkapkan tentang criteria lokasi Rumah Sakit yang hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat.

24

(34)

18 bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. Bangunan rumah sakit harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan.

Bangunan yang semula direncanakan untuk fungsi lain hendaknya tidak dialih fungsikan menjadi sebuah rumah sakit. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi rimah sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2 per tempat tidur. Kebutuhan ruang-ruang di rumah sakit disesuaikan dengan klasifikasi rumah sakit. Rumah sakit harus mempunyai program pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan yang efektif. Bangunan dan peralatan hendaknya dijaga dengan perawatan terbaik. Perawatan yang tetap hendaknya disediakan untuk mencegah kerusakan bangunan (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 26.

Tanda (signage) hendaknya merupakan sebuah sistem grafis yang efektif yang dirangkai dengan bantuan visual dan rangkaian alat untuk menyediakan informasi, arah, orientasi, identifikasi, daerah terlarang, peringatan, serta hal yang perlu diperhatikan untuk optimalnya kinerja operasionalisasi rumah sakit (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 27.

2.2. Aspek Fungsionalitas Desain Rumah Sakit secara Umum

Area pelayanan juga hendaknya fungsional satu sama lainnya, antara lain (Hatmoko, A., U., et.all. , 2010) 28:

25

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

26

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

27

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

28

(35)

19

1. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan mempunyai pintu masuk yang terpisah.

2. Pelayanan administrasi kantor administrasi umum hendaknya berdekatan dengan pintu utama rumah sakit. Kantor pengelola rumah sakit dapat terletak pada area khusus.

3. Pelayanan operasi hendaknya terletak dan di rancang tidak terganggu oleh kebisingan dan dapat mencegah aktivitas yang menimbulkan kebisingan. 4. Pelayanan klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan pelayanan paru -

paru, namun sebaiknya berdekatan dengan pelayanan kebidanan.

5. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah lalu lintas aktivitas yang tidak berhubungan. Ruang persalinan hendaknya tidak bising dan steril. Ruang perawat sebaiknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pergerakan pasien. Perawatan hendaknya terpisah tetapi mempunyai akses yang cepat dari ruang persalinan.

6. Pelayanan perawatan hendaknya terpisah dari zona publik Ruang perawat (nurse station) hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pasien, dengan rasio minimal ruang perawat untuk setiap 35 unit tempat tidur. Pada setiap ruangan harus tersedia wastafel dengan air mengalir.

7. Kamar dan bangsal hendaknya mempunyai ukuran luas yang cukup untuk bekerja dan pergerakan pasien. Toilet atau kamar mandi pasien mempunyai akses cepat pada kamar atau bangsal.

8. Persyaratan luas ruangan secara umum sebaiknya berukuran minimal

• Ruang periksa 3x3 m2

• Ruang tindakan 3x4 m2

• Ruang tunggu 6x6 m2

• Ruang utility 3x3 m2

(36)

20

Selain standar dan persyaratan teknis, perlu diperhatikan juga persyaratan dan tuntutan medis yang harus dipenuhi dalam bangunan layanan kesehatan (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 29. Persyaratan medis dasar yang berpengaruh terhadap rancangan rumah sakit, adalah:

1. Ada pemisahan fasilitas dan layanan bagi pasien sehat dan sakit.

2. Ada pemisahan ruang-ruang sesuai karakter penyakit dan jenis bau yang terdapat dalam rumah sakit tersebut.

3. Perlengkapan rumah sakit diminimalkan dari aspek pemasukan, perkembangan dan penyebaran infeksi atau penularan dalam rumah sakit. 4. Rancangan bangunan dibuat dengan karakter kegiatan yang tenang.

5. Bangunan didirikan di lahan bertopografi datar untuk mempermudah sirkulasi bagi aktivitas di dalam rumah sakit, apabila hal ini tidak memungkinkan perlu disediakan bantuan sirkulasi mekanis.

6. Kebutuhan ruang atau area-area khusus, dengan penyediaan ruang-ruang klinik dan paviliun bagi pasien untuk mewadahi jenis-jenis perawatan medis yang lengkap.

7. Akses menuju bangunan atau fasilitas berupa akses ke kompleks rumah sakit terkontrol dan dibatasi oleh main entrance dan side entrance serta akses tambahan diperlukan sebagai jalur alternatif atau darurat. Memiliki akses interkoneksi langsung atau tak langsung dengan kelompok kegiatan lain. 8. Sirkulasi terarah, kombinasi ruang sirkulasi terbuka dan tertutup dipadukan

ruang - ruang plaza dan mengurangi unsur vertikal tangga, dan sebaiknya ada fasilitas ramp dengan derajat maksimum 7°.

Ada tujuh prinsip dasar yang sifatnya fundamental untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi bentuk-bentuk bangunan yang memberi perhatian penuh mengenai sirkulasi keamanan dari bahaya kebakaran, antara lain (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 30:

29

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

30

(37)

21

a. Cara pembagian ruangan. b. Keterkaitan antara instalasi.

c. Alternatif penyelamatan dan pada kondisi saat menemui jalan buntu. d. Jalur-jalur penyelamatan.

e. Jarak tempuh. f. Hubungan eksternal.

g. Akses untuk menanggulangi kebakaran

Terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem pergerakan atau sirkulasi pada rumah sakit, yaitu (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 31:

1. Kuantitas dan frekuensi distribusi perpindahan dalam rumah sakit. 2. Kebutuhan ruang layanan penerimaan.

3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan. 4. Distribusi pengguna masing-masing instalasi.

5. Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali pada sistem penunjang rumah sakit.

6. Tipe-tipe dari barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan khusus).

7. Pilihan di antara sistem mekanik dan manual.

Kualitas sirkulasi dibedakan di dalam pengelompokan, yaitu (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 32:

a. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh pengunjung umum dengan berbagai keperluan di dalam rumah sakit. Dengan karakter yang tidak jauh berbeda, maka pergerakan kantor dan administrasi dikelompokkan ke dalam sirkulasi umum pula.

31

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

32

(38)

22

b. Sirkulasi medik, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh staf medik rumah sakit dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesehatan.

c. Sirkulasi barang dan servis, yaitu sirkulasi yang digunakan untuk distribusi, mobilisasi barang atau logistik, dan fungsi-fungsi pemeliharaannya.

Sistem sirkulasi di dalam bangunan adalah pengaturan hubungan antar fungsi ruang yang saling terkait yang terdiri dari beberapa persyaratan sirkulasi, yaitu (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 33:

1. Fasilitas tangga sebagai penghubung antar lantai maupun penggunaan alat bantu sirkulasi vertikal berupa ramp pada pengembangan bangunan berlantai banyak pada fungsi-fungsi yang bersifat emergency, seperti trauma center, emergency, OK, dan rawat inap intensif.

2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Reserve Divide) yaitu alat yang dapat mencapai lantai terdekat bila listrik mati.

3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah, bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya.

4. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi

5. Fasilitas selasar atau koridor penghubung antar massa bangunan dan fasilitas selasar atau koridor servis dan utilitas

Sirkulasi dalam sistem koridor atau ramp merupakan komponen penting untuk perpindahan pasien dari satu area ke area lainnya, kondisi sirkulasi tersebut antara lain (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 34:

33

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

34

(39)

23

a. Koridor untuk akses bagi pasien dan peralatan hendaknya memiliki lebar minimum 2,44 m.

b. Koridor yang tidak digunakan untuk akses tempat tidur, usungan, atau transportasi peralatan memiliki lebar 1,83 m.

c. Ramp atau elevator hendaknya disediakan bagi area bantuan medik, dan perawatan untuk bangunan bertingkat.

d. Ramp hendaknya disediakan sebagai akses masuk rumah sakit yang ketinggiannya tidak sama dengan bagian luar.

e. Syarat maksimal kemiringan ramp adalah 7°.

Selanjutnya sirkulasi eksternal rumah sakit dibedakan dalam pengelompokan yaitu (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 35:

1. Sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter sirkulasi ini cepat dan bebas hambatan.

2. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi oleh pengunjung umum dari luar menuju ke poliklinik, pusat diagnostik atau kunjungan ke rawat inap.

3. Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas.

4. Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi pemeliharaan IPAL dan incenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran.

Sirkulasi eksternal ditunjang oleh area parkir serta dropping zone. Ada 5 zona yang harus disediakan, yaitu (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 36:

1. Dropping untuk fasilitas Kantor dan Pendidikan 2. Dropping untuk fasilitas Gawat Darurat

3. Dropping untuk fasilitas Poliklinik 4. Dropping untuk fasilitas Rawat Inap 5. Dropping untuk fasilitas Servis

35

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

36

(40)

24

Prinsip Tata Fungsi Rumah Sakit sangat memperngaruhi keberhasilan desain Rumah Sakit. Beberapa zonasi penting ialah Zona Primer, Sekunder, Tersier, serta Service (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 37.

Berikut ini gambaran komponen fungsi tiap unit pelayanan dari sebuah

• Ruang Informasi dan Pendaftaran

• Ruang Keamanan

• Ruang Dokter / Perawat Jaga

• Ruang Operasi

• Unit Gawat Darurat (UGD)

37

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

38

(41)

25 • Ruang Radiology/Ultrasound

• Ruang Pathology

• Ruang Rehabilitasi

• Ruang Physiotherapy

• Ruang Pediatry 3. Unit Keperawatan

• Ruang Farmasi / Gudang Obat

• Ruang Sterilisasi / Clean Utility

• Ruang Rekam Medis

• Ruang Pembina

• Ruang Perawat

• Ruang Konseling

• Ruang Perawat Poliklinik 4. Unit Rawat Inap

• Ruang Rawat Medis

• Ruang Tidur

• Ruang Obat

• Ruang Nurse Station (Loker, Ruang Ganti, WC)

Pantry

• Ruang Spoel Hoek/Slob Zink

• Ruang Konsultasi 5. House Keeping dan Teknis

• Ruang Laundry

• Ruang Cleaning Service/Janitor

• Ruang Mekanikal Elektrikal

• Ruang Workshop

• Ruang Engineering

(42)

26 • Gudang Ambulance

• Ruang Serbaguna

• Ruang Makan Bersama

• Masjid / Mushola

• Kapel

• Dapur

6. Rekreasi, Pelatihan, dan Keterampilan

• Ruang Kelas

• Ruang Perpustakaan

• Ruang Bengkel / Workshop

• Ruang Komputer

• Ruang Fitness dan Ruang Musik

• Kolam Renang

• Lounge

7. Peruntukkan Umum

• Parkir

• Hall atau Lobby

• Ruang Seminar

• Ruang Ibadah

• Ruang Pertemuan

• Kios dan Kafeteria

• Auditorium

Berikut ini prinsip-prinsip umum dalam desain ruangan rumah sakit, antara lain (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 39:

1. Jumlah dari sal (Jumlah tempat tidur yang mendapat pengawasan langsung dari perawat-perawat yang bertugas didalam ruangan) seharusnya berkisar

39

(43)

27

antara 20 - 28 Tempat Tidur (TT). Jumlah tempat tidur yang seharusnya dapat di observasi dengan mudah oleh perawat atau staf saat mereka melakukan pemeriksaan rutin ruangan yang sesuai prosedur.

2. Harus tersedia cukup ruangan isolasi yang dikhususkan untuk satu orang untuk alasan klinis dan privasi.

3. Area kerja perawat harus dikelompokkan bersama dan juga harus memiliki hubungan langsung dengan area ruang perawatan agar petugas tidak perlu berjalan jauh.

4. Aksesibilitas visual maupun fisik petugas ruang rawat terhadap situasi dan kondisi ruang rawat.

5. Ketersediaan pintu darurat kebakaran pada setiap bagian akhir bangsal (bangsal normal menggunakan terminal sub kompartemen untuk kebakaran). 6. Jalur dari sistem komunikasi yang digunakan untuk perawat berkomunikasi

dengan divisi lain dalam satu ataupun antar wilayah.

Rumah sakit adalah fasilitas yang sangat mementingkan sterilitas dan efisiensi ruang dalam mendukung kegiatan pelayanan yang ada di dalamnya. Berdasarkan hal ini maka dilakukan penataan fungsi (zonasi) yang mewadahi kebutuhan zona publik - privat untuk sterilitas ruang dan pencapaian yang lebih mudah. Sebaliknya fungsi-fungsi pelayanan yang berkaitan diletakkan pada satu zona untuk mempermudah operasional dapat dibagi sebagai berikut (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 40:

1. Zona 1 atau Publik. Wilayah ini harus dapat diakses publik secara cepat dan berhubungan dengan luar. dan untuk kegiatan pelayanan rumah sakit kepada publik. Lobby, seharusnya mudah diakses, dilengkapi dengan ruang resepsionis untuk memberikan informasi. Beberapa pelayanan yang berada di Zona 1 ialah: pelayanan gawat darurat, serta pelayanan rawat jalan yang dilengkapi farmasi, fasilitas rekam medik, dan kamar mayat.

2. Zona 2 atau Semi Publik. Wilayah ini menerima limpahan beban kerja dari Zona 1. Dan Zona 2 ini membutuhkan akses khusus untuk pelayanan khusus,

40

(44)

28

misalnya pelayanan medik sentral dan diagnostik, laboratorium. radiologi dan rehabilitasi medik.

3. Zona 3 atau Privat merupakan wilayah yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien yang membutuhkan privasi tinggi. Zona 3 ini mencakup pelayanan rawat inap, pelayanan medik seperti ruang operasi, kamar bersalin, ICU dan ICCU.

4. Zona 4 atau Servis / Penunjang. Wilayah yang menyediakan dukungan bagi aktivitas rumah sakit, misalnya pelayanan kitchen, laundry, IPSRS, bengkel, IPAL, genset dan incenerator. Fasilitas ini terletak tidak berdekatan dengan lalu lintas pengunjung, dan disediakan akses khusus servis untuk pengecekan dan pergantian alat.

Selain itu dalam Rumah Sakit juga diperlukan Pengaturan Zonasi Berdasarkan Tingkat Risiko Penularan Penyakit. Zona ini tetap berkaitan dengan Zona kefungsian yang memenuhi persyaratan kesehatan atau tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 41: 1. Zona dengan Resiko Rendah, meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,

ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan atau pelatihan. Persyaratan ruang dari zona ini ialah:

• Permukaan dinding rata dan berwarna terang

• Lantai terbuat dari bahan yang ang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

• Langit-langit harus terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

• Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

41

(45)

29

• Ventilasi dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, dapat dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhaust) .

• Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

2. Zona dengan Resiko Sedang, meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona resiko rendah.

3. Zona dengan Resiko Tinggi, meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan persyaratan sebagai berikut :

• Dinding permukaan rata dan berwarna terang.

• Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.

• Dinding ruang penginderaan medis berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.

• Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

• Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

• Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

(46)

30

4. Zona dengan Resiko Sangat Tinggi, meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :

• Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.

• Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

• Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.

• Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.

• Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit

• Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai

• Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah.

• Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System

• Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.

• Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian deaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup.

• Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit.

(47)

31

Ruang Rawat perlu didesain sesuai kebutuhan konsumennya dan perlakuan (treatment) misalnya (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 42:

1. Bangsal untuk anak-anak

Bagian ini biasanya memiliki ukuran ruangan yang lebih luas, dimaksudkan agar orang tua dapat menemani dan mengawasi kondisi putra putrinya. Biasanya ruang duduk dan pantry disediakan. Pembatasan waktu kunjungan tidak dilakukan secara ketat.

2. Bangsal Geriatric (Lansia)

Bangsal ini biasanya memiliki ukuran dimensi ruang di atas rata-rata karena alat-alat perawatan yang besar. Fasilitas tambahan di bangsal ini adalah extra day space, fasilitas WC dan bak mandi serta ruang fisiotheraphy. Ruang

perawatan (treatment room) secara normalnya belum terlalu dibutuhkan dalam bangsal ini.

3. Bangsal bersalin

Meskipun umumnya bayi dapat ditidurkan di sisi ibunya, tapi kamar bayi tetap dibutuhkan untuk menghindari terjadinya gangguan. Bangsal ibu dan anak seharusnya saling terhubung dengan jarak yang dekat. Klinik pra kelahiran, perlu ditempatkan didalam atau berdekatan dengan bagian rawat jalan.

4. Bangsal Psychiatric

Bangsal ini dipergunakan untuk perawatan mental sehingga diperlukan kamar-kamar kecil untuk memberikan ruangan pribadi dan privasi bagi setiap pasien. Ruang praktek psikiater harian juga harus disediakan.

Pencahayaan juga perlu diperhatikan dalam desain Rumah Sakit yang mencakup dua jenis pencahayaan yaitu: pencahayaan buatan dan pencahayaan alami (daylight) dan penyinaran buatan (artificial illumination) yang berfungsi untuk (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 43:

1. mendukung visual task (kegiatan visual) dan kegiatan pengguna bangunan.

42

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

43

(48)

32

2. mendukung keamanan.

3. menciptakan lingkungan yang sesuai dan menyenangkan.

Dua faktor yang mempengaruhi hal di atas adalah tingkat kekuatan penyinaran (quantity) dan pengontrolan silau (quality). Juga terdapat unsur yang turut mempengaruhi kenyamanan ini seperti wujud obyek yang di pandang, latar belakang obyek dan kondisi fisiologis mata. Sehingga konsep pencahayaan adalah pengaturan efek sinar yang sesuai terangnya, tidak menyilaukan serta menimbulkan rasa aman. Beberapa prinsip mengenai pencahayaan buatan pada rumah sakit adalah sebagai berikut (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 44:

• Intensitas cahaya pada tiap ruangan hendaknya dapat diatur dengan mudah

• Perbedaan intensitas cahaya yang gradual (bertahap) akan sangat membantu pasien untuk beradaptasi terhadap ruang yang akan dituju. Oleh karena itu diperlukan ruang-ruang transisi untuk menuju ruangan dengan intensitas cahaya yang berbeda.

• Sumber-sumber cahaya hendaknya ditutupi untuk meminimalisasi cahaya menyilaukan dan temperatur yang tinggi. Penggunaan beberapa lampu dengan intensitas rendah lebih baik daripada satu lampu dengan intensitas tinggi.

• Menghindari bahan-bahan yang dapat mengakibatkan silau (glare) pada pintu, jendela, dinding, lantai dan funitur.

• Pada ruang perawatan umumnya pencahayaan sebesar 100-200 Lux

• Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.

• Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang atau peralatan perlu diberikan penerangan.

• Ruang pasien atau bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan suara.

44

(49)

33

Selain pencahayaan, warna ruang juga dapat mempengaruhi kondisi gelap terang ruangan, dan mempengaruhi kondisi psikis pasiennya. Warna-warna hangat seperti orange, dapat meningkatkan rasa sosial dalam diri seseorang. Warna-warna hangat ini dapat diaplikasikan pada ruang-ruang bersama, seperti ruang tunggu dan lobby (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 45.

Pada siang hari, pengaturan pencahayaan dapat dilakukan dengan pengaturan intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan seperti: orientasi bangunan, sun shading pada bukaan-bukaan. Tetapi tetap bentuk shading ini harus mudah dalam perawatannya. Pasokan cahaya alami harus juga menjangkau hingga koridor sirkulasi yang berada di tengah masa bangunan (Hatmoko, A., U., et.all., 2010) 46.

3 Ruang Pemerikasaan 300

4 Ruang Operasi Umum 300

5 Meja Operasi 30000-52000

6 Ruang Recovery 300

Penghawaan Pada Rumah Sakit merupakan faktor yang penting karena

45

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

46

Hatmoko, A., U., Wulpasienri, W., Alhamdani, M., R., (2010) Arsitektur Rumah Sakit, Global Rancang Selaras, Yogyakarta.

47

Gambar

Gambar 2.30. Eksterior Sanford Heart Hospital Sioux Falls
Gambar 2.33. Pemasangan Karya Seni pada Sanford Heart Hospital Sioux Falls Sumber: http://www.sanfordhealth.org/MedicalServices/COE/Heart191
Gambar 2.34. Karya – Karya Seni di Sanford Heart Hospital Sioux Falls
Gambar 2.36. Welcome Center (Tempat Penyambutan) di Sanford Heart Hospital Sioux Falls
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai catatan sejarah yang ditemukan oleh para sarjana dapat ditarik benang merah bahwa kedatangan al-Raniry ke istana Aceh dan keluar dari istana Aceh

(1997) mengemukakan bahwa memaafkan dapat dijadikan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara

Fuel Control Unit (FCU) mempunyai fungsi untuk mensuplai takaran bahan bakar yang sesuai menuju fuel flow divider sesuai dengan sinyal yang diterima oleh

6 Prinsip hidup adalah Kristus hendak menjelaskan kepada jemaat Filipi bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus, maka hidupnya adalah milik Kristus dan Kristuslah

Pasal 3 : Hasil rumusan dari anggota Tim Perumus Program Pelaksanaan Kegiatan 2001– 2002 Sangha Theravãda Indonesia, dan Rancangan Anggaran Kebutuhan Biaya Tahun 2001–2002,

Seperti di kekhalifahan sebelumnya, pengalaman praktek toleransi pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbas memiliki semangat yang sama, yaitu menjaga pesan Islam

Jahe gajah memiliki rimpang yang lebih besar jika dibandingkan dengan.. varietas jahe yang lainnya dan cenderung

Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2008), serta Standar Pelayanan Farmasi (2004), menjelaskan bahwa Perencanaan kebutuhan