Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 96 HUBUNGAN USIA KEHAMILAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012
Afiah
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRACT
Most of all death neonatus happened in developing countries of is inclusive of Indonesia. prima facie baby Death Cause in Indonesia is BBLR that is equal to (32%). This research aim to for the mengetahuai of relation of pregnancy age of at mother copy with the occurence BBLR in RSUD Arifin Achmad Pekanbaru year 2012. BBLR is baby borne less than 2500 gram. this Desain Research is quantitative analytic with the approach crosscutly is transversal (cross sectional). This research is conducted at date of 14 May s/d 12 July 2013. Population in this research is all data record the mother sis copy in RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Year 2012 amounting to 2908 sis record. technique of Intake sampel use the technique of systematic random sampling with the amount sampel 352 people. Appliance of data collecting use the tables of check list. Analysis used by is analysis of univariat and bivariate. Result of research indicate that from 352 mother people copy the, majority of occurence BBLR 225 people (63,9%), with the age of pregnancy preterm 146 people (86,4%). obtained by statistical Test result of value p = 0,000 = 0,05), its meaning there is relation/link have a meaning of among pregnancy age of at with the occurence BBLR. With the existence of this research is expected to energy of health and related parties earn more improving of promotion of health and health counselling for pregnant mother so that society know about its his important is pregnancy inspection one of them is to prevent the happening of BBLR and degrade the number of occurence BBLR.
Keywords : Pregnancy Age, BBLR Bibiliography : 32 ( 2002-2013)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Generasi muda merupakan aset terbesar yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua sektor. Perhatian tersebut adalah bagian untuk meningkatkan kualitas hidup, khususnya perhatian yang diberikan terhadap generasi sejak lahir, termasuk Bayi Baru Lahir (BBL). Kualitas hidup seseorang dapat ditentukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan saat bayi, dan hal itu sangat tergantung pada kesejahteraan ibu termasuk
kesehatan reproduksinya (Rahmat, 2011). Pembentukan sumber daya yang berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan. Setelah lahir dilakukan perawatannya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan usianya (Dina, 2008).
Sebagaimana diketahui BBL atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 97
tingginya angka kesakitan dan kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus (Mitayani, 2010).
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.29 tahun 2004 bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (DEPKES RI, 2007). Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut World Health
Organization (WHO) AKB di dunia
sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari, 2/3 kematian bayi terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal). 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian terjadi pada masa neonatal dini pada hari pertama. Hampir semua (98%) dari kematian neonatal di dunia terjadi di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah termasuk Indonesia. Penyebab kematian bayi diantaranya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (32%), asfiksia (24%), infeksi (5%), lain-lain (39%) (Meta, 2010).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 derajat kesehatan anak di Indonesia perlu ditingkatkan, karena melihat AKB 34/1000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh gangguan perinatal, diantaranya penyabab kematian bayi baru lahir 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (29,9%), prematuritas (28,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,8%), kelainan darah (6,6%) dan
lain-lain. Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan Kongenital (20,1%), pneumonia (15,4%) dan sekitar 30,2% disebabkan oleh kelahiran bayi dengan BBLR (Depkes RI, 2007).
Dengan demikian perlu upaya percepatan dan kerja keras untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu AKB menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2007).
Salah satu survey yang dapat menyediakan data kematian bayi adalah SDKI tahun 2007. Untuk Provinsi Kepulauan Riau didapatkan AKB sebesar 43/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data bayi BBLR dari laporan PWS-KIA tahun 2011, angka prevalensi BBLR di Provinsi Riau adalah 1,6% (2.113 kasus) dengan BBLR dari 131.908 bayi lahir hidup (Dinkes Provinsi Riau, 2011).
Dari berbagai penyebab tersebut, BBLR merupakan penyebab kematian bayi yang utama (Depkes,
2007). Kebanyakan BBLR
mempunyai usia harapan hidup yang pendek, cadangan lemak yang ada dalam tubuh bayi tersebut sedikit, sehingga ia cendrung mengalami hipotermia dan hipoglikemia di hari-hari pertama kelahirannya. Oleh karena itu bayi BBLR mempunyai resiko kematian yang tinggi (WHO, 2003).
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Penetapan angka tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang sesuai dengan masa gestasi (usia kehamilan yang normal). Penyebab BBLR karena adanya gangguan pertumbuhan bayi selama
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 98
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan suplai makanan ke janin jadi berkurang. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan saat lahir makin rendah (Mitayani, 2010).
BBLR merupakan salah satu penyebab langsung kematian bayi sehingga perlu mendapat perhatian karena bayi dengan BBLR mempunyai risiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi, memiliki dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya (Manuaba, 2007). Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu. BBLR berkaitan dengan tingginya AKB dan AK balita, juga berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada sistem metabolisme tubuh, gangguan pada sistem pernafasan, gangguan pada sistem perkemihan (ginjal masih belum matang), gangguan pada sistem pencernaan (Manuaba, 2010).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR meliputi faktor janin dan faktor maternal.Faktor maternal dibagi menjadi faktor kondisi badan dan faktor plasenta. Dari beberapa faktor tersebut faktor maternal yang beresiko terjadi BBLR adalah usia kehamilan (Manuaba, 2007). Usia kehamilan merupakan indikasi
kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Hubungan antara umur kehamilan dan berat lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin (Kosim, 2012).
Menurut Syafruddin (2011), faktor lain yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil. Ibu hamil yang kekurangan zat besi akan cenderung melahirkan bayi dengan BBLR karena kebutuhan akan zat besi meningkat selama kehamilan, seiring dengan pertumbuhan janin dan aktivitas ibu sehari-hari yang membutuhkan zat besi lebih banyak. Kadar Hb menunjukkan status anemia. Anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Anemia merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil.
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad merupakan rumah sakit rujukan kasus-kasus obstetrik dan melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, kasus BBLR pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya (dapat dilihat pada tabel 1.1 dan 1.2). Tahun 2010 terdapat 99 kasus BBLR (18,53%) dari 534 kasus, tahun 2011 jumlahnya mengalami penurunan dengan menempati urutan ke enam dari 10 kasus perinatology yaitu 46 kasus BBLR (7,6%) dari 608 kasus (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2011). Sedangkan pada tahun 2012 angka kejadian BBLR meningkat dengan menempati urutan pertama dari 10 kasus terbesar di
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 99
ruang perinatologi sebanyak 245 kasus (32,5%) dari 752 kasus (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2012).
Dari data yang peneliti dapatkan dari tahun ketahun di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru memperlihatkan adanya masalah BBLR yang mana di tahun 2012 kasus BBLR mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Usia kehamilan sangat berpengaruh terhadap janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih, berat badannya meningkat terus dan ada yang tidak bertambah
bahkan ada yang lahir dengan berat badan kurang dari mestinya, atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen (Prawirohardjo, 2009).
Berdasarkan dari data-data dan latar belakang yang penulis jelaskan di atas, maka perlu perhatian yang khusus terhadap kasus BBLR yang terjadi. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan usia kehamilan pada Ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012”
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain Analitik
Kuantitatif dengan pendekatan secara
potong lintang (cross sectional) suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010). Untuk melihat hubungan umur kehamilan sebagai variabel
independent sedangkan variabel
dependent kejadian BBLR di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Mei s/d 12 Juli 2013. B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data rekam medik ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 yaitu sebanyak 2908 data rekam medik.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah data sebagian ibu bersalin
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
a. Kriteria Sampel 1) Kriteria Inklusi
a) Semua data usia kehamilan ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
b) Semua data BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
2) Kriteria Eksklusi
a) Data rekam medik ibu bersalin di RSUD
Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012 yang memuat variabel yang dibutuhkan
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 100
dalam penelitian akan tetapi rekam medik tidak ditemukan saat penelitian atau hilang. b) Data rekam medik ibu
bersalin di RSUD
Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012 yang memuat variabel yang dibutuhkan dalam penelitian akan tetapi rekam medik tersebut rusak dan tidak dapat dibaca. b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Systematic
Random Sampling.Membagi jumlah
atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel.
c. Besar sampel
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumusSlovin, yaitu: Keterangan: n : Besar sampel N: Besarnya populasi d : Tingkat kesalahan/batas kemaknaan n = n = n = n = n = 351,6324 n = 352
Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 352 orang.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide, hal dan kata-kata yang digunakan agar orang lain memahami maksud sesuai dengan keinginan peneliti (Notoatmodjo, 2007).
Adapun definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi operasional Hasil ukur Skala ukur
Variabel Independent
Usia kehamilan
Usia kehamilan ibu bersalin yang tercatat di rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2012
1. Preterm; jika usia kehamilan <37 minggu
2. Aterm-posterm; jika usia kehamilan 37-<42 minggu dan atau ≥42 minggu
(Wiknjosastro, 2005)
Nominal
Variabel Dependent
Berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram dilihat dari catatan
1. Ya; jika berat bayi <2500 gram
2. Tidak; jika berat bayi
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 101
BBLR rekam medik RSUD
Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012
≥2500 gram
D. Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan : 1. Analisa univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.
Rumus distribusi frekuensi:
Keterangan: P : persentase
F : frekuensi jawaban yang benar N : jumlah sampel (Budiarto, 2002) 2. Analisabivariat
Analisa ini dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel independen dan dependen yang diduga berhubungan.Untuk menguji hubungan antara variabel independent (usia kehamilan) dan variabel dependent (BBLR). Analisa bivariat menggunakan uji chi-square dengan menggunakan program komputer, dengan tingkat
kepercayaan 95% dan diolah dengan menggunakan program komputer yaitu nilai (α = 0,05) dan nilai yang akan dicari adalah nilai P (P value). Nilai P ini akan dibandingkan dengan nilai (α) dengan ketentuan : a. Jika P value < α maka Ho ditolak
dan Ha diterima artinya hubungan signifikan.
b. Jika P value > α maka Ho diterima(Hidayat, 2007).
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 14 Mei s/d 12 juli 2013, dengan jumlah sampel sebanyak 352 rekam medik ibu bersalin yang pernah dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012. Data yang diambil pada penelitian ini meliputi usia kehamilan (variabel
independent) dan BBLR (variabel
dependent), yang didapat dari buku
register tahunan dan rekam medik pasien setelah didapatkan hasil, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
A. Analisa Univariat
1. Berdasarkan Usia Kehamilan Ibu
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Ibu Bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
NO Usia Kehamilan Frekuensi (n) Persentasi (%) 1 Preterm 169 48,0 2 Aterm 163 46,3 3 posterm 20 5,7 Total 352 100
Sumber : data Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 102
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan usia kehamilan, mayoritas ibu bersalin di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru adalah ibu dengan usia kehamilan preterm yaitu sebanyak 169 orang (48,0%).
2. Berdasarkan Kejadian BBLR
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012. NO BBLR Frekuensi (n) Persentasi (%) 1 Ya 225 63,9 2 Tidak 127 36,1 Total 352 100
Sumber : data Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu bersalin
dengan bayi BBLR yaitu sebanyak 225 orang (63,9%).
B. Analisa Bivariat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Usia Kehamilan Pada Ibu Bersalin Dengan Kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
Usia Kehamila n BBLR Total OR (95% CI) P Value ya Tidak n % n % n % Preterm 1 4 6 86, 4 2 3 13 ,6 1 6 9 100 8,357 0,000 Aterm-posterm 7 9 43, 2 1 0 4 56 ,8 1 8 3 100 Jumlah 2 2 5 64 1 2 7 36 3 5 2 100
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 169 orang ibu dengan usia kehamilan preterm terdapat 146 orang (86,4%) yang melahirkan bayi BBLR, dan 23 orang (13,6%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan dari 183 orang ibu dengan usia kehamilan aterm-posterm terdapat 79 orang (43,2%) yang melahirkan bayi BBLR, dan 104 orang (56,8%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Untuk
melihat ada tidaknya hubungan usia kehamilan ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,000 < (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian BBLR antara usia kehamilan preterm dengan usia kehamilan aterm-posterm (ada
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 103
hubungan yang signifikan antara usia kehamilan pada ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012). Dari hasil analisa diperoleh pula nilai OR = 8,357 artinya ibu dengan usia kehamilan preterm mempunyai peluang 8,357 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu dengan usia kehamilan aterm-posterm. PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat 1. Analisa Univariat
Berdasarkan Usia Kehamilan Pada Ibu Bersalin
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh gambaran prevalensi usia kehamilan ibu bersalin di tahun 2012 mayoritas usia kehamilan preterm yaitu sebanyak 169 orang (48,0%) dari 352 orang ibu bersalin.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Maryunani (2013), dimana persalinan dengan usia kehamilan preterm akan berpengaruh terhadap fungsi organ tubuh akibat kurang matangnya organ karena usia kehamilan yang kurang (preterm). Pada umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan sehingga resiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah juga meningkat.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Sularyo (2006), dari semua bayi lahir yang berat lahirnya kurang dari 2500 gram, 60% adalah prematur dan 40% adalah bayi kecil untuk masa kehamilan.
Menurut Manuaba (2007), adapun faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) dikarenakan faktor pekerja yang terlalu berat, karena otot rahim menjadi lemah sehingga tidak tidak mampu menahan janin di dalam kandungan. Selain itu pengaruh penyakit menahun seperti asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan preterm dan berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
Selain dari pada itu, faktor jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat juga mempengaruhi terjadinya persalinan preterm (prematur). Dimana ibu kembali hamil disaat alat reproduksinya belum pulih secara sempurna seperti sedia kala.
2. Analisa Univariat berdasarkan Kejadian BBLR
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh gambaran prevalensi kejadian BBLR di tahun 2012 mayoritas ibu melahirkan bayi BBLR yaitu sebanyak 225 orang (63,9%). Hal ini dikarenakan faktor usia kehamilan ibu bersalin kurang dari usia kehamilan yang normalnya. Selain dari pada itu ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR diantaranya karena kehamilan ganda dan keterlambatan (retardasi) pertumbuhan intrauteri.
A. Analisa Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan bahwa dari 225 orang (63,9%) ibu yang
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 104
melahirkan bayi BBLR, mayoritas yang melahirkan bayi BBLR adalah dengan usia kehamilan preterm sebanyak 146 orang (86,4%). Sedangkan berdasarkan hasil uji statistic chi square diperoleh nilai P value = 0,000 < (α = 0,05), ini berarti Ho ditolak dan ada hubungan yang signifikan antara usia kehamilan pada ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu bersalin semakin meningkatkan resiko terjadinya BBLR.
Hasil penelitian ini sesuai Depkes RI (2005) menyatakan bahwa semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Disamping itu keadaan umum dan gizi ibu salama hamil juga sangat mempengaruhi kesejahteraan bayi.
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal (Lubis, 2007). Dengan demikian persalinan dengan usia kehamilan preterm dapat mengakibatkan bayi BBLR dikarenakan janin tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup selama di dalam kandungan, sementara usia kehamilan belum cukup bulan.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Lesiana Indri (2008) dari Universitas Muhammadiyah Semarang dengan judul “Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Semarang tahun 2007”. Adapun hasil penelitiannya mayoritas ibu yang melahirkan bayi BBLR adalah ibu dengan usia
kehamilan preterm sebanyak 28 orang (60%).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Lesiana Indriani dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan ibu bersalin dengan kejadian BBLR. Selain dari pada itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu dikarenakan ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan. Retardasi pertumbuhan intrauterin berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin (Maryunani, 2013).
Dengan demikian, dapat disimpulkan usia kehamilan preterm dapat mengakibatkan bayi BBLR, Karena yang seharusnya berat badan bayi itu normal namun karena lahir lebih cepat dari waktu yang seharusnya, sehingga berat badannya kurang dari yang seharusnya. Hal ini sesuai dengan teori Mitayani (2010), mengatakan normalnya janin telah mencapai berat badan 2500 gram adalah pada usia kehamilan sekitar 38 minggu.
Meskipun preterm berpengaruh besar terhadap terjadinya kejadian BBLR, ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR. Dimana dari hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan dari 225 orang (63,9%) ibu yang melahirkan bayi BBLR, minoritas yang melahirkan bayi BBLR adalah dengan usia kehamilan aterm-posterm sebanyak 79 orang (43,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Manuaba (2007), mengatakan
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 105
bahwa ternyata tidak semua bayi dengan BBLR bermasalah sebagai preterm, tetapi juga dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan intrauteri sehingga terjadi kecil untuk masa kehamilannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul hubungan usia kehamilan pada ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Frekuensi usia kehamilan ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 mayoritas adalah dengan usia kehamilan preterm sebanyak 169 orang (48,0%).
2. Frekuensi kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 sebanyak 225 kasus (63,9%). 3. Berdasarkan uji statistik
menggunakan program komputer dengan uji Chi-Square didapatkan nilai P value = 0,000 < (α = 0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia kehamilan pada ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
Dari hasil analisa diperoleh pula nilai OR = 8,357 artinya ibu dengan usia kehamilan preterm mempunyai peluang 8,357 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu dengan usia kehamilan aterm-posterm.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Budiarto, Eko. (2002).
Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2005). Bayi Berat
Badan Lahir Rendah.
Depkes RI. (2007). Angka Kematian Ibu Dan Anak.
Depkes RI. (2007). Angka Kematian Bayi.
Dinkes Provinsi Riau. (2011).
AKI Dan AKB. Diakses tanggal 4 mei 2013.
Gipta, BR Ginting. (2009).
Hubungan Umur Kehamilan Dan Paritas Dengan Kejadian BBLR.
Http:// eMedicine.com.
Hanifah. (2006). Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustakawan Sarwono.
Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kosim, Sholeh. (2012). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perwat, Bidan Di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta : IDAI.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Maryunani, dkk. (2009).
Asuhan Kegawatdaruratan &
Penyulit Pada Neonatus. Jakarta : TIM.
Maryunani, Anik. (2013).
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 106 Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta
: Trans Info Media.
Meta. (2010). Angka Kematian Bayi. Diakses tanggal 4 mei 2013. Http://estyrock.blogspot
Mitayani. (2010). Mengenal
Bayi Baru Lahir Dan
Penatalaksanaannya. Padang :
Baduose Media.
Notoatmodjo, S. (2005). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prawirohardjo. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustakawan Sarwono.
(2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustakawan Sarwono.
(2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustakawan Sarwono.
Ratna. (2006). Hubungan
Beberapa Faktor Ibu Dengan
Kejadian BBLR Di Rumah Sakit dr.
Hasan Sadikin Bandung. Diakses
tanggal 14 Mei 2013.
Saifuddin. (2011). ). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustakawan Sarwono.
Surasmi, dkk. (2003).
Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta : EGC.
Tiran, Denise. (2006). Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustakawan Sarwono.