• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. 2 Hakikat pembelajaran. makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. 2 Hakikat pembelajaran. makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

. Tinjauan Tentang IPS a. Pengertian Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, politik,

hokum, dan budaya.1 Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat

materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.2 Hakikat pembelajaran

IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.

Menurut Permendiknas, bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”.3

Untuk jenjang SD/MI, mengorganisasikan materi pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat

perkembangkan berfikir, dan kebiasaan bersikap dan berprilakunya.4

1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, ), Cet. Ke-IV,h.

2 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, ), Cet. Ke-IV. h.

3 Ibid, h. 4

(2)

Arah mata pelajaran IPS tingkat SD/MI ini dilatar belakangi dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan yang berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi

sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat.5.

b. Tujuan Pembelajaran IPS Ditingkat SD/MI

Tujuan mata pelajaran IPS ditingkat SD/MI ditetapkan sebagai barikut:

. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

. Memilki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

. Memiiki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian.

. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat local, nasional, dan global.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari IPS adalah usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi manusia yang berpribadi kesadaran bermasyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar dan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan

5

(3)

yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial.6

c. Hakikat IPS

IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran

Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.7

Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan

cabang ilmu-ilmu sosial.8

Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada disekitar

mereka.9

Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi peserta didik sebagai warga Negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar peserta didik yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan

6 Hidayati, et al Pengembangan Pendidikan IPS SD(Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

: Departemen Pendidikan Nasional, )h.

7

Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, ), h.

8Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: konsep,strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), ( Jakarta: Bumi Aksara, ), h.

9Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Quantum Teaching, ), h.

(4)

sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial peserta didik

di masyarakat.10

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS di Sekolah Dasar mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga Negara yang baik. Karena tekanan yang di pelajari dari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat yang nyata. Ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya dimana anak didik tumbuh dan berkembang dari lingkungan masyarakat. d. Karakteristik Pembelajaran IPS

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu. Karena IPS terdiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik

tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya.11

Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.

10 Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, ( Jakarta: Prenada

Media Group, ), h.

11 Hidayati, et al Pengembangan Pendidikan IPS SD(Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

(5)

. Materi IPS

Mempelajari IPS pada hakikatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pelajaran IPS yang merupakan suatu bidang ilmu yang berpijak pada kenyataan. Ada macam sumber materi ips antara lain :

) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya. ) Kegiatan manusia misalnya : mata pencaharian, pendidikan,

keagamaan, produksi, komunikasi, transpormasi.

) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai terjauh.

) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari lingkungan terdekat sampai terjauh, tentang tokoh-tokoh kejadian besar.

) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,

pakaian, permainan dan keluarga.12

Dengan demikian masyarakat dan lingkungan, selain menjadi sumber materi IPS sekaligus juga menjadi laboratorium. Pengetahuan

(6)

konsep, teori-teori IPS yang diperoleh anak dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

. Srategi penyampaian pengajaran IPS

Srategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaimana besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan : anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “ The Wedining Horizon Or

Expanding Enviroment Curriculum” tipe kurikulum tersebut, didasarkan

pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan

kemampuannya untuk menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih luas.13

e. Ruang Lingkup IPS di SD/MI

Secara mendasar pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang berkaitan segala tingkah laku manusia dan kebutuhannya. Pada jenjang pendidikan SD/MI ruang lingkup pembelajaran IPS dibatasi pada kondisi sosial masyarakat dalam masyarakat memasuki kehidupan

bermasyarakat yang dinamis.14

Jadi dapat penulis simpulkan, ruang lingkup mata pelajaran IPS SD/MI meliputi manusia, tempat lingkungan, waktu, keberlanjutan dan

13 Ibid h. 14

(7)

perubahan, sistem sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Melalui ruang lingkup dari kecil hingga meluas, merupakan materi yang harus diajarkan pada tingkat sekolah dasar, dan tentunya pada tingkat seterusnya materi pelajaran lebih diperluas. Pada akhirnya seorang peserta didik akan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang bermula pada

lingkungannya sendiri hingga lingkungan dunia.15

. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Zubaedi “Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk bagi pendidik di kelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan tutorial.16

Menurut Trianto “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

15 Pebriyenni, Pembelajaran IPS II (Kelas Tinggi, (Padang, Kerjasama Dikti- Depdiknas

dan Jurusan PGSD FKIP, ), h.

16

(8)

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.17

Joyce & Weil, dalam Rusman berpendapat bahwa “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para pendidik boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya”.18

Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.

b. Model Pembelajaran Talking Stick

Pembelajaran dengan model talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan model

talking stick diawali oleh penjelasan pendidik mengenai materi pokok

yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.

17 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, (Jakarta, kencana, ), h.

18

Rusman, Model – Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru ( Jakarta, Rajawali Pers, ), h.

(9)

Pendidik selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Pendidik mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari pendidik demikian seterusnya. Ketika stick bergilir dari peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik, atau ditambahkan dengan memamainkan lagu kasidah atau islami yaitu dengan cara : disaat tongkat di gilirkan kepada peserta didik, pendidik memainkan lagu tersebut selam detik, lalu lagu dihentikan, pada saat lagu berhenti perputaran tongkat berhenti juga. Bagi peserta didik yang mendapatkan tongkat tersebut harus dapat menjawab pertanyaan yang telah disediakan oleh pendidik mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya. Peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari pendidik atau jawabanya kurang tepat, maka peserta didik tersebut akan diberikan hukuman seperti menyanyikan sebuah lagu di depan kelas, dan selanjutnya pertanyaan yang belum bisa terjawab akan dilemparkan kepada peserta didik yang lainnya.

Langkah akhir dari model talking stick adalah pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Pendidik memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik

merumuskan kesimpulan.19

19

Istarani, Model Pembelajaran Inovatif, (Medan : Media Persada, ), Cet. ke- , h. .

(10)

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah awal mulanya pendidik menyampaikan materi pembelajaran, lalu peserta didik diminta untuk membaca materi pembelajaran. Setelah membaca buku sekitar menit, pendidik meminta peserta didik untuk meuntup buku paketnya. Setelah itu pendidik menyiapkan tongkat dan diberikan kepada peserta didik, tongkat dijalankan secara bergiliran dengan diiringi musik, musik dihidupkan detik, jika musik berhenti pendidik akan memberikan pertanyaan kepada peserta didik, siapa yang memegang tongkat itulah yang akan menjawab pertanyaan. Tongkat akan dijalankan beberapa putaran. Peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari pendidik atau jawabanya kurang tepat, maka peserta didik tersebut akan diberikan hukuman seperti menyanyikan sebuah lagu di depan kelas, dan selanjutnya pertanyaan yang belum bisa terjawab akan dilemparkan kepada peserta didik yang lainnya.

Setelah itu pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Pendidik memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.

Dengan menggunakan model pembelajaran talking stick ini, peneliti mengharapkan adanya semangat peserta didik untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga pembelajaran IPS menjadi menyenangkan dan ini akan menigkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran IPS.

(11)

c. Tujuan Model Pembelajaran Aktif Tipe Talking Stick

Model Pembelajaran Talking Stick bertujuan meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.

Pembelajaran dengan model talking stick bertujuan untuk mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Selain

itu, Model Pembelajaran talking stick juga bertujuan untuk

mengembangkan sikap saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok atau individu.

d. Langkah-langkah Model Talking Stick

Adapun langkah-langkah dalam model talking stick menurut Taufina Taufik, antara lain:

. Pendidik menyiapkan sebuah tongkat.20

. Pendidik menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.

. Setelah selesai membaca materi atau buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya.

. Pendidik mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu pendidik memberikan pertanyaan dan peserta didik

20 Taufina Taufik,et al Muhammadi, Mozaik Pembelajaran Inovatif, (Padang, Sukabina

(12)

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya demikian seterusnya untuk menjawab setiap pertanyaan dari pendidik .

. Pendidik memberikan kesimpulan.

. Pendidik memberikan evaluasi atau penilaian.

. Pendidik menutup pembelajaran.21

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah awal mulanya pendidik menyampaikan materi pembelajaran, lalu peserta didik diminta untuk membaca materi pembelajaran. Setelah membaca buku sekitar menit, pendidik meminta peserta didik untuk meuntup buku paketnya. Setelah itu pendidik menyiapkan tongkat dan diberikan kepada peserta didik, tongkat dijalankan secara bergiliran dengan diiringi musik, musik dihidupkan detik, jika musik berhenti pendidik akan memberikan pertanyaan kepada peserta didik, siapa yang memegang tongkat itulah yang akan menjawab pertanyaan. Tongkat akan dijalankan beberapa putaran.

Peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari pendidik atau jawabanya kurang tepat, maka peserta didik tersebut akan diberikan hukuman seperti menyanyikan sebuah lagu di depan kelas, dan selanjutnya pertanyaan yang belum bisa terjawab akan dilemparkan kepada peserta didik yang lainnya.

Setelah itu pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Pendidik

21 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran,(Yogyakarta,Pustaka

(13)

memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.

Model pembelajaran talking stick ini akan membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik itu sendiri. Karena model pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang lebih kondusif, serius dan tidak kaku. Tertuju pada materi yang akan dibahas dengan menggunakan sebuah tongkat sebagai alat permainan dan Aktifitas belajar.

e. Kelebihan dan Kelemahan Model Talking Stick

Kelebihan model talking stick menurut Taufina Taufik, antara lain: . Peserta didik lebih dapat memahami materi karena diawali dari

penjelasan seorang guru.22

. Peserta didik lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan kesempatan untuk mempelajarinya kembali melalui buku paket yang tersedia.

. Daya ingat peserta didik lebih baik sebab ia akan ditanyai kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya.

. Peserta didik tidak jenuh karena ada tongkat sebagai pengingat daya tarik siswa mengikuti pelajaran hal tersebut.

. Pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan diberikan kesimpulan oleh Pendidik.

22

(14)

Kekurangan Model Talking Stick : . Membuat peserta didik senam jantung.

. Kurang terciptakan interaksi antara peseerta didik dalam proses belajar mengajar.

. Kurang menciptakan daya nalar peserta didik sebab ia lebih bersifat

memahami apa yang ada dalam buku.23

Berdasarkan pendapat para ahli di atas terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran talking stick karena setiap model pembelajaran mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan tergantung bagaimana proses pembelajaran itu sendiri dan seorang pendidik yang memfasilitasi peserta didik, membimbing, dan memotifasi peserta didik agar model pembelajaran talking stick ini berhasil diterapkan pada peserta didik sesuai dengan harapan dalam tujuan pembelajaran. . Hasil Belajar

a. Hakikat Tentang Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (produk) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar adalah aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan–perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari

23

(15)

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pesrta didik akibat belajar. Perubahan perilaku dapat disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan

yang diberikan dalam pembelajaran.24

Hasil belajar merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Definisi lain hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Jadi, hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan para peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses

belajar mengajar.25

Tujuan pendidikan secara khusus tercermin dalam tujuan belajar. Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Relevan dengan hal ini, hasil belajar tersebut meliputi :

. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) . Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

24 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, ), h. - 25 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remaja

(16)

. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).26

Ketiga hasil belajar diatas dalam pembelajaran merupakan tiga hal yang secara programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, hendaknya guru melakukan pilihan–pilihan strategi pembelajaran khususnya metode yang sesuai dengan tujuan, yakni yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

b. Klasifikasi Hasil Belajar

Menurut Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar secara garis besar menjadi tiga ranah, yakni:

) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yahni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif sedang.

) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. ) Ranah Psikomotoris

26 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta, Gaung

(17)

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dari ranah psikomotoris, yakni: gerakan reflek, keterampilan gerakan kasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para

siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.27

B. Penelitian Relevan

Peneilitian ini dilakukan selain berujuk dari berbagai jurnal, juga mengambil rujukan dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang telah melakukan penelitian serupa guna sebagai perbandingan bagi peneliti yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Aktif tipe talking stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS SDN Cupak Kabupaten Solok”.

Penulis mengutip penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti, yang pertama oleh Putu Lisdayanti, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FakultasnIlmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Judul penelitian ini adalah

27

(18)

Pengaruh model pembelajaran kooperatif talking stick berbantuan media

gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Baturiti.28

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen, Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif talking stick berbantuan media gambar dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional, untuk taraf signifikansi dengan dk= , thitung > ttabel yang artinya Ha diterima (thitung = , ; ttabel = , ), artinya nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V yang dibelajarkan dengan model kooperatif talking stick berbantuan media gambar lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional ( , > , ).

Perbedaan dari penelitian yang penulis lakukan adalah dimana penelitian yang dilakukan oleh saudari Putu Lisdayanti adalah penelitian Eksperimen, sedangkan penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian relevan yang kedua oleh Qori Sosma Dewita, NIM : , Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe

Talking Stick di Kelas IV SDN Simpang Haru Kecamatan Padang

Timur Tahun Ajaran , Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Keg uruan IAIN Imam

Bonjol Padang.

28 e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: No:

(19)

Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan dikelas IV, pada mata pelajaran IPA, sedangkan penulis melakukan penelitian di kelas V pada mata pelajaran IPS. Dan disini penulis melihat hasil belajar peserta didik sedangakan penelitian yang dilakukan oleh Qori melihat aktiviats serta hasil belajar peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

Anggapan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran hafalan dan membosankan memang tidak asing lagi. Begitu juga apa yang dikatakan oleh Ibu Harmayenti, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPS di SDN Cupak ketika diwawancari oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti memandang bahwa salah satu hal yang menyebabkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran tersebut menjadi berkurang, sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar erat kaitannya dengan model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran yang diterapkan di SDN Cupak adalah adalah model ceramah yang berorientasi pada teacher center sehingga keaktifan siswa menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan minat siswa menjadi rendah sehingga menimbulkan kebosanan terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada khususnya. Melihat kondisi dan permasalah tersebut, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang variatif seperti model talking stick.

Pembelajaran dengan tipe talking stick memiliki tujuh langkah langkah yakni: ) guru menyiapkan sebuah tongkat, ) guru

(20)

menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari, ) setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik menutup ) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, ) guru memberikan kesimpulan, ( ) evaluasi, ( ) penutup.

Adapun kerangka berpikir peneliti, diawali dengan adanya kondisi faktual yakni ditemui permasalahan pada peserta didik kelas V Di SDN Cupak Kabupaten Solok, yaitu hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPS rendah. Peneliti berharap, dengan menggunakan model ini peserta didik mampu memahami pembelajaran IPS sepenuhnya. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan suatu tindakan melalui model talking

stick dalam pembelajaran IPS, yaitu perencanan yang penuh variasi,

kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas dan pekerjaannya, dan hasil belajar. Penjelasan di atas dapat disimpulkan dalam bagan sebagai berikut:

Proses Pembelajaran IPS

Menggunakan model aktif tipe talking

stick Pemahaman peserta didik meningkat Hasil Belajar Peserta didik Meningkat

(21)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang sudah dijelaskan, dapat dirumuskan hipotesis tindakan pada penelitian ini, yaitu “Melalui Model Pembelajaran Aktif Tipe Talking Stick dapat ditingkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS kelas V SDN Cupak, Kabupaten Solok”.

Referensi

Dokumen terkait

Dari lima orang siswa hanya satu siswa yang tidak bisa membaca sedangkan empat siswa lainnya bisa membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya, peneliti merasa bahwa

Pada MK 2001, isolat bakteri Xoo yang berasal dari tanaman padi stadium anakan dan pembungaan didominasi oleh patotipe bakteri Xoo kelompok VIII, sedangkan isolat bakteri Xoo

RAHMAWATI MARLINA. Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas VII di MTs Negeri 1 Jeneponto. Dibimbing oleh Amirah Mawardi dan Ya‟kub.

Sastra Indonesia di Bali Sebelum dan Semasa Umbu Landu Paranggi.. Makalah

Anak tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya. Tetapi dalam banyak hal mereka juga dapat

Pelat yang diberikan pada variasi jarak antar pelat 0,5 cm sebanyak 160 buah membuat luas area kontak pada variasi jarak antar pelat 0,5 cm memiliki nilai yang paling besar

Pemeriksaan radiologik dipusatkan pada daerah nyeri yang ditemukan pada pemeriksaan jasmani. Foto polos menunjukkan osteopenia jika tulang telah kehilangan

Jenis buah : Buah sirsak, apel merah, stroberi, buah naga, pisang, jeruk, nanas, mangga, pepaya, alpukat, kiwi, jambu biji, anggur, pir, buah manggis.. Jenis sayur :