SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA
Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh Tella Wilia
1005535
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
( Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh : Tella Wilia
1005535
sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tella Wilia 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,
SOSIAL SISWA
( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII A SMP 19 Bandung )
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing 1
Dr. Ridwan Effendi, M. Ed
NIP.19620926 198904 1 001
Pembimbing II
Dr. Nana Supriatna, M. Ed
NIP. 19611014 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PERNYATAAN………..i
ABSTRAK………..ii
KATA PENGANTAR……….iii
DAFTAR ISI………iv
DAFTAR TABEL………v DAFTAR GAMBAR………..Vi
DAFTAR LAMPIRAN………..Vii
BAB IPENDAHULUAN………..
BAB II PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS JURNALISTIK SISWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN
Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung
Oleh Tella Wilia
1005535
Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa. Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas
VIII A Semester II tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.
Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap permasalahan yang terjadi di kelas VIII A SMP Negeri 19 Bandung terkait kepedulian sosial. Permasalahan ini merupakan temuan dari observasi yang dilakukan pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu bulan Februari Tahun 2014. Indikator permasalahan yang dijumpai adalah Pembelajaran yang kurang kontekstual sehingga tidak teraplikasi makna dari kegiatan pembelajaran. Kondisi ini menyebabkan kurang teraplikasinya nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran I kelas Melihat permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas dengan disain penelitian Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64) dalam 7 Siklus. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu meningkatkan kepedulian sosial melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar. Hal ini dikatakan berhasil dengan melihat perkembangan indikator kepedulian Indikator Kepedulian Menurut Doyle Paul Johson yaitu penanaman nilai, kepedulian dasar, pengaplikasian empati, tahap empati dan implementasi pengalaman dalam proses belajar. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dengan baik dari siklus pertama hingga siklus terakhir dengan persentase pada siklus pertama penanaman sikap kepedulian sosial siswa memiliki kualifikasi kurang. Hal ini karena persentasi pada tahapan indikator mengalami penurunan hingga pada tahapan implementasi pengalaman dalam proses belajar hanya mencapai 44,4 %. Kemudian pada siklus kedua, pada tahap implementasi pengalaman persentase tidak mengalami perubahan seperti siklus sebelumnya.Pada siklus ke tiga hingga keempat mengalami peningkatan yang cukup baik11,1 % dan pada siklus berikutnya hingga siklus enam mengalami peningkatan yang statis yaitu tetap dalam persentase 88,8 % dan hal ini dikatakan jenuh. Kesimpulannya, penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dapat meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung.
Tella Wilia, 2014
Application of IPS-Based Journalism Student Learning as a Learning Resource to Improve Student Social Concern. Students Against Class Action Research Class VIII A Second
Semester 2013-2014 school year at Junior High School 19 Bandung.
This study originated from the author concerns issues raised in class VIII A SMP 19 Bandung related social concerns. These problems are the findings from observations made at several meetings in the span of February 2014. Indicator of the problems encountered is the lack of contextual learning that is not applied significance of learning activities. This condition causes less teraplikasinya character values in the learning process in the classroom.Seeing the problems to be studied with regard to the learning process, the researchers chose the Classroom Action Research Model study design Lewin According Elliot (Wiriatmadja 2011: 64) in 6 Cycle.Alternative solutions are selected which improve social care through the application of learning-based IPS journalism students as a learning resource. It is said to work by looking at the progress indicator Indicator concern Concern According to Doyle Paul Johson that instill values, basic care, the application of empathy, empathy and implementation stages of the learning experience.All aspects of this experience with good development of the first cycle to the last cycle with the percentage of the first cycle of planting social care students' attitudes have less qualifications. This is because the percentage at this stage of the indicator has decreased to the stage of implementation experience in the learning process only reaches 44.4%. Then in the second cycle, the phase of implementation experience as the percentage did not change the previous cycle. In the third and fourth cycles has increased baik11,1% and in the next cycle of up to six cycles have increased the percentage remained static is 88.8% and it is said to be saturated. In conclusion, the application of learning-based IPS journalism students as learning resources can improve the attitude of social awareness of students of class VIII A SMP 19 Bandung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan.
Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan
dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang
berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara
jelas dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai usaha sadar
untuk menyiapakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Berdasarkan rumusan di atas dapat penulis pahami bahwa
pendidikan dilakukan untuk menyiapkan peserta didik. Hal ini
menunjuk pada suatu proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu
siap untuk terjun kekancah kehidupan yang nyata. Menyiapkan ini
diartikan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara
yang baik dan mempersiapkan peserta didik untuk menyiapkan
kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapat tergambar
bahwa pendidikan merupakan landasan untuk menunjang dinamika
generasi bangsa untuk menuju kearah yang lebih baik dengan berbasis
karakter yang baik. Masa depan bangsa Indonesia terletak pada pondasi
jati diri dan karakter bangsa Indonesia yang perlu dibangun secara
Guna mewujudkan tujuan pendidikan tentunya tidak terlepas
dari adanya suatu proses. Proses tersebut harus mampu membangun
pondasi-pondasi karakter bangsa untuk mewujudkan siswa yang cerdas
dan berkarakter dalam wadah pendidikan berbasis karakter. Hal ini
mengacu pada pendapat Zuriah dalam (Zuriah, 2008:19) yaitu
bahwa seorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai-nilai keyakinan yang dikehendaki masyarakat dalam proses pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya .
Saat ini siswa yang notabane sebagai agen perubahan
dihadapkan pada kompleksitas transformasi zaman yang kemudian
menunjang terjadinya ambiguitas nilai-nilai. Artinya, jika siswa tidak
memiliki pondasi karakter yang kuat maka siswa akan sulit menyerap
nilai-nilai keyakinan yang dikehendaki masyarakat dalam proses
pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
Oleh karena itu, pelaksanaan proses pendidikan karakter harus
disertai dengan adanya pendidikan moral. Dimana pendidikan moral
berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan
kehendak masyarakat. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesesuaian
yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berbeda dalam masyarakat.
Karena, menyangkut dua aspek, yaitu nilai dan kehidupan nyata.
Dengan demikian, pendidikan moral membantu siswa dalam mengambil
keputusan moral terbaik bagi diri dan masyarakatnya.
Siswa pada dasarnya sebagai makhluk individu hidup dalam
suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi yang mutlak diperlukan
untuk hidupnya. Sebagai makhluk sosial setiap individu tidak terlepas
Proses sosial ialah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila
orang perorangan dan kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang terjadi
apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya pola
kehidupan yang telah ada. Proses sosial dikatakan sebagai pengaruh
timbal balik antara berbagai segi kehidupan manusia baik itu ekonomi,
sosial, budaya, politik dan sebagainnya. Interaksi sosial merupakan
dasar dari suatu proses sosial, yang menunjuk pada hubungan sosial
yang dinamis .
Dalam menjalankan kehidupan sosial, siswa melakukan interaksi
sosial. Dimana interaksi sosial tersebut diwujudkan guna mencapai
keseimbangan sosial. Gillin dan Gillin mengatakan “salah satu wujud
keseimbangan sosial adalah adanya kepedulian sosial antara
individu-dengan individu, individu individu-dengan kelompok dan kelompok individu-dengan
kelompok” (Ritzer, 2009:67).
Selain melakukan proses interaksi sosial, siswa sebagai
makhluk individu juga melakukan proses belajar. Dimana hasil interaksi
sosial yang siswa lakukan merupakan salah satu manivestasi belajar.
Mengacu pada pendapat Gagne dalam (Djaramah, 2009:116) bahwa
belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar menjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Dapat penulis pahami bahwa belajar adalah proses seseorang
tersebut menyangkut berbagai bidang kehidupan yaitu ekonomi, sosial,
politik, budaya, psikologi dan hukum.
Tujuan Ilmu pengetahuan sosial pada dasrnya mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
dimastyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa
kehidupan masyarakat.
Sikap peka terhadap masalah sosial tersebut salah satunya dapat
diwujudkan siswa melalui kepedulian sosial siswa yang terwujud
sebagai hasil pola internalisasi siswa dalam proses berpengalaman
belajar berbasis karakter. Dalam mewujudkan kepedulian sosial harus
disertai pula sikap proaktif untuk membatu sekitar siswa, kepedulian
siswa terhadap masyarakat dalam berbagai bidang yang bisa bermanfaat
bagi masyarakat luas secara umum dan bagi orang terdekat siswa pada
khususnya.
Berdasarkan hasil observasi, secara umum SMP Negeri 19 Kota
Bandung memiliki karakteristik lingkungan fisik sekolah yang cukup
baik. Hal ini terlihat dari segi kebersihan sekolah yang cukup baik, tata
ruang sekolah yang cukup baik serta sarana dan prasarana yang cukup
memadai dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Sementara itu
dilihat dari segi lingkungan sosial secara umum sekolah ini memiliki
kualitas yang cukup baik. Dimana di sekolah terdapat wadah-wadah
pengembangan diri siswa dan wadah-wadah yang dapat menunjang pola
bimbingan konseling “HEBAT’’, keputrian serta kegiatan rutinitas
keagamaan siswa.
Secara khusus penulis melakukan observasi di kelas VIII A SMP
Negeri 19 Kota Bandung. Penulis melihat kondisi yang
menggambarkan suasana pembelajaran IPS dari sudut pandang
karakteristik pembelajaran di kelas dan karakteristik mengajar guru.
Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis
menemukan beberapa indikasi yaitu : Pertama, kurangnya rasa ingin
tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari sikap siswa
yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusiasme tidak terlihat
selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab
pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat,
terlebih untuk menyimak pendapat orang lain.
Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu
yang menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika
ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung
tidak memperhatikan. Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak
penjelasan guru dan teman, serta siswa cenderung kurang mengetahui
dan memahami permasalahan sosial yang terjadi saat ini.
Keempat, ketika ada sampah disekitar, siswa cenderung acuh
terhadap kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka.
Kelima, Ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang
dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini belum merdeka
karena banyak masalah sosial siswa cenderung kurang menunjukan
kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’ siswa cenderung acuh
dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.
Kelima, dikelas tersebut terdapat salah satu siswa yang
cenderung sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak
membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan
cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok
hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut.
Padahal seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab
mereka dalam satu wadah sosial yang sama.
Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. penulis, melihat
beberapa indikasi yaitu : Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru
kurang mempasilitasi siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat,
menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran. Kedua, dalam
proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru hanya
menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini
menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya
antusiasme siswa.
Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung
menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis
siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer. Keempat, Guru lebih
menekankan pada pengetahuan konsep saja tanpa disertai adanya kajian
dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa. Sehingga, hal
ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya keritis siswa.
Kelima, Pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam
proses pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode
aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan
karakter.
Selain melakukan observasi penulis juga melakukan wawancara.
terhadap guru mata pelajaran IPS dan salah satu siswa kelas VIII A
SMP Negeri 19 Kota Bandung. Penulis mengajukan pertanyaan seputar
pengaplikasian pembelajaran IPS dan kendala yang dihadapi guru dalam
mengajar materi IPS.
Beliau berpendapat bahwa dengan ceramah siswa akan lebih
memahami materi pelajaran IPS kemudian dalam proses pembelajaran
Beliau memang jarang dalam memfasilitasi siswa untuk bertanya atau
menjawab hal ini karena siswa dikelas cenderung lebih menyukai
menyimak ceramah dibandingkan bertanya atau menjawab.
Dalam kegiatan pembelajaran hanya siswa tertentu yang
mendominasi sementara yang lain kurang. Pada suatu proses
pembelajaran siswa pernah diberikan tugas secara berkelompok kecil
untuk observasi kelapangan yaitu observasi tentang lingkungan. Disana
siswa tampak semangat namun ketika penyampaian hasil observasi
terlihat kurang optimal. Hal inilah yang kemudian menjadikan guru
untuk kembali pada pola pembelajaran yang didominasi oleh ceramah
karena Beliau berpendapat hal ini lebih efektif dan materi tersampaikan
sepenuhnya.
Dalam wawancara terhadap siswa penulis bertanya bagaimana
pendapat siswa tentang pembelajaran IPS dan kendala yang siswa alami
serta harapan siswa. Siswa tersebut menjawab bahwa IPS merupakan
tersebut juga mengatakan bahwa akan lebih baik jika dalam
pembelajaran IPS dikemas semenarik mungkin agar tidak membosankan
dan menghasilkan kesan berharga.
Dari hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa,
penulis menarik benang merah, bahwa pembelajaran IPS di kelas VIII A
masih belum optimal. Hal tersebut, terlihat baik dari segi karakteristik
kognisi, afeksi dan psikomotor siswa dikelas VIII A.
Indikasi-indikasi yang penulis temui dalam proses observasi
secara tidak langsung akan mempengaruhi keseimbangan karakter
siswa. Secara kognisi siswa akan kurang optimal. Segi afeksi siswa akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan kreativitas sosialnnya
termasuk didalamnya pola-pola yang menunjukan kepekaan sosial dan
kepedulian sosial siswa sebagai makhluk sosial. Siswa akan kesulitan
dalam menginfiltrasi nilai-nilai bermakna yang terkandung dalam
dimensi kontekstual yang menjadi sumber belajar utama dalam
pembelajaran IPS.
Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah
bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat
perkembangan masyarakat.. “Pembelajaran IPS harus disertai dengan
keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap
rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi” (Muchlis S,
Hariyanto, 2012:119). Siswa diharapkan memiliki motivasi belajar
serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver
terhadap isu sosial kontenporer disekitar siswa agar pembelajaran lebih
bermakna dan bernilai. Serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan
Dalam pembelajaran IPS dinamika masyarakat merupakan
sebagai objek formal (Muchlis S, Hariyanto, 2012:122). Hal ini secara
tidak langsung mengharuskan terciptanya pembelajaran IPS di kelas
yang dinamis dengan disertai dinamika kreativitas pemikiran siswa dan
kritis siswa terhadap isu-isu sosial kontenporer sebab lingkungan kelas
merupakan miniatur wadah sosial siswa. Dalam lingkungan kelas siswa
harus dapat berperan dengan mengaplikasikan nilai-nilai sosial positif
termasuk berkepedulian sosial.
Pembelajaran IPS di kelas harus diciptakan tidak hanya berbasis
tekstual melainkan menekankan pada pembelajaran kontekstual yang
dapat menstimulus pengetahuan siswa, pemahaman siswa serta
kepekaan siswa terhadap masalah sosial sekitar siswa. Selanjutnya siswa
dapat memberikan kontribusi pemecahan masalah dan diakhir siswa
dapat mengamalkan nilai-nilai yang siswa peroleh dari masalah yang
siswa temui dalam lingkungan sosial sebagai wujud kepedulian sosial
siswa
Berdasarkan hasil diagnosis tersebut penulis beranggapan bahwa
dalam pembelajaran IPS harus bersifat kontekstual. Oleh karena itu
pembelajaran berbasis jurnalistik siswa penulis pandang sebagai salah
satu alternatif inovasi pembelajaran IPS yang tepat. Jurnalistik
merupakan pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan
penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara
sistematik.
Berdasarkan pengertian jurnalistik tersebut penulis
tidak hanya tekstual melainkan kontekstual yaitu dengan aktivitas siswa
melakukan aksi pengamatan, wawancara, ekperimen, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan hasil jurnalistik terhadap beragam hal yang
berkaitan dengan dimensi kontekstual kehidupan masyarakat dalam
berbagai sisi yaitu budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan dan
sebagainya.
Kegiatan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik tersebut akan
menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
belajar dalam pembelajaran IPS. Produk tersebut dapat berupa produk
verbal dan non verbal. Produk jurnalistik verbal meliputi berita
reportase, artikel, feature, pojok opini, gambar-gambar atau foto-foto,
puisi, karangan dan sebagainya.
Sementara untuk karya verbal berupa simulasi hasil jurnalistik
siswa (show case) dengan pembacaan berita dikelas, diskusi kreatif dan
aksi-aksi peduli sosial “Geresan Dedikasi Kepedulian Kami’’ dan
“Langkah Dedikasi Kepedulian Kami’’. Karya atau produk-produk siswa tersebut menjadi alternatif sumber belajar tekstual yang dapat
menunjang siswa dalam memperoleh pengalaman dan mengkristalisasi
pengetahuan dengan mewujudkan aksi peduli sosial siswa.
Satu penelitian sebelumnya yaitu judul penelitian “Upaya
Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa pada Korban Lumpur Lapindo
Sidoarjo’’ oleh Drs. H.M.Taufik IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun
2011. Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini :
Bagaimana upaya menumbuhkan kepedulian sosial siswa pada korban
entrepreneurship? Metode pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual (CTL).
Wawasan entrepreneurship (kewirausahaan) siswa mulai
tumbuh. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam merencanakan
dan melaksanakan program business day yang berwawasan
entrepreneurship. Mereka dapat menuangkan gagasan dalam berbisnis,
menata dan mengemas dagangan mereka, menawarkan/
mempromosikan dagangannya, dan cara komunikasi yang baik pada
calon pembeli. Akhirnya dagangan mereka laku dengan cepat dan
menghasilkan laba dan keuntungan.
Dengan dasar pemikiran demikian penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka mengembangan
sikap kepedulian sosial siswa dalam pembelajan IPS melalui
Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa. Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II
tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Secara khusus penulis melakukan observasi di kelas VIII A SMP
Negeri 19 Kota Bandung. Penulis melihat kondisi yang
menggambarkan suasana pembelajaran IPS dari sudut pandang
karakteristik pembelajaran di kelas dan karakteristik mengajar guru.
Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis
yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusiasme tidak terlihat
selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab
pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat,
terlebih untuk menyanggah pendapat orang lain.
Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu
yang menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika
ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung
tidak memperhatikan. Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak
penjelasan guru dan teman, serta siswa cenderung kurang mengetahui
dan memahami permasalahan sosial yang terjadi saat ini.
Keempat, ketika ada sampah disekitar, siswa cenderung acuh
terhadap kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka.
Kelima, ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang
dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini belum merdeka
karena banyak masalah sosial. Siswa cenderung kurang menunjukan
sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus
kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’ siswa cenderung acuh
dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.
Keenam, di kelas tersebut terdapat salah satu siswa yang
cenderung sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak
membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan
cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok
hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut.
Padahal seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab
Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. Penulis, melihat
beberapa indikasi yaitu : Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru
kurang mempasilitasi siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat,
menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran. Kedua, dalam
proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru hanya
menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini
menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya
antusiasme siswa.
Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung
menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis
siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer. Keempat, Guru
lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja tanpa disertai adanya
kajian dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa.
Sehingga, hal ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya
keritis siswa.
Kelima, Pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam
proses pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode
yang monoton yang hanya mengarah pada perkembangan kognisi
sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama aspek kepedulian
sosial yang dipandang penting dalam pendidikan karakter.
Guna memfokuskan dalam penelitian ini. Maka, penulis
membatasi permasalahan berdasarkan hasil observasi. Pembelajaran
IPS yang notabane dipandang siswa sebagai pembelajaran yang bersifat
tekstual menyebabkan terbentuknya situasi belajar di kelas yang
perlu adanya terobosan baru yang mengarahkan pada pembelajaran IPS
yang dinamis, kontekstual dan bermakna.
Melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa.
Maka, penulis berasumsi bahwa akan terwujud pembelajaran yang
dinamis, aktif dan bermakna sehingga menunjang keseimbangan
pencapaian pengetahuan siswa, sikap siswa dan keterampilan.
Dengan mengacu pada Sapriya, dkk (2008:4) yang menyebutkan “salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat’’. Sehingga, siswa diharapkan memiliki motivasi belajar
serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver
terhadap isu sosial kontenporer disekitar siswa agar pembelajaran lebih
bermakna dan bernilai serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan
sosial yang baik dan mengaplikasikan sikap kepedulian sosial.
“Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau
peristiwa sosial yang sedang terjadi” (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).
Berdasarkan dasar definisi diatas penulis berasumsi bahwa penerapan
pembelajaran IPS berbasis jurnlistik siswa dipandang relevan.
Dalam pembelajaran ini siswa akan melakukan aktivitas
jurnalistik yang meliputi kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan,
dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu
sebagai sumber belajar. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan
sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat” (Syamsul, 200:12).
Pembelajaran di kelas sebagai miniature sosial yang didalamnya terjadi
murid yang merupakan gambaran interaksi kelas. Murid sebagai
makhluk sosial yang berkomunikasi dalam lembaga pendidikan dan
membentuk hasil pendidikan dengan hasil etnografi dan interaksi
simbolik untuk menggambarkan pola interaksi dan nilai sosial.
Sumber belajar dalam pembelajaran IPS sangat berkaitan dengan
dinamika kehidupan masyarakat mengingat bahawa salah satu
karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya
selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat
sehingga siswa diharapkan memiliki motivasi belajar serta dapat
menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver terhadap isu sosial
kontenporer disekitar kita. Pembelajaran lebih bermakna dan bernilai
serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan sosial yang baik dan
berkepedulian sosial. Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan
siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam
atau peristiwa sosial yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto,
2012:119).
Sumber belajar utama dalam pembelajaran IPS adalah dinamika
kehidupan masyarakat. Penulis memandang pembelajaran IPS berbasis
jurnalistik relevan. Sebab, dalam pembelajaran ini siswa melakukan
pembelajaran yang dinamis dan kontekstual. Melalui Jurnalistik siswa
akan mengaplikasikan pembelajaran melalui kegiatan penyiapan,
penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak
melalui saluran media tertentu. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari
peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat’’ (Syamsul,
Dalam pembelajaran IPS dinamika masyarakat merupakan
sebagai objek formal (Muchlis S, Hariyanto, 2012:122). Hal ini secara
tidak langsung mengharuskan terciptanya pembelajaran IPS di kelas
yang dinamis dengan disertai dinamika kreativitas pemikiran siswa dan
kritis siswa terhadap isu-isu sosial kontenporer. Dengan demikian fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Pembelajaran IPS
Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan
Kepedulian Sosial Siswa Kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam penelitian kali ini penulis merasa perlu untuk
merumuskan permasalahan agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Secara umum yang menjadi inti
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan
pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar
dalam upaya meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa kelas VIII A
SMP Negeri 19 Kota Bandung?”. Dari rumusan tersebut penulis rinci
menjadi lima sub rumusan yaitu :
1. Bagaimana merancang pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan
kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota
Bandung ?
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya
meningkatkan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP
3. Bagaimana hasil peningkatan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung setelah pelaksanaan
penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa
sebagai sumber belajar ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban yang
dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh
gambaran secara faktual dan aktual mengenai penerapan pembelajaran IPS
berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya
meningkatkan kepedulian sosial siswa. Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Melakukan rancangan penerapan pembelajaran IPS berbasis
jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya
meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A
SMP Negeri 19 Kota Bandung.
2. Melaksanakan penerapan pembelajaran IPS berbasis
jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya
meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A
SMP Negeri 19 Kota Bandung.
3. Menunjukan peningkatan sikap kepedulian sosial siswa di
kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung setelah
menggunakan pembelajaran berbasis jurnalistik siswa
sebagai sumber belajar.
Adapun manfaat dalam penerapan pembelajaran IPS berbasis
jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan
kepedulian sosial siswa yaitu :
Manfaat Teoretis
1. Untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai
referensi bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini
dapat digunakan untuk menunjang siswa melakukan
proses Jurnalistik yang mencakup kegiatan pencatatan
dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kegiatan
sehari-hari (Susanto, 1986:24), Sehingga dapat
menunjang peningkatan sikap kepedulian sosial siswa.
2. Terciptanya Pembelajaran IPS yang disertai dengan
keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari
pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial
yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).
3. Terwujudnya pengalaman belajar yang dinamis dan
bermakna dengan menjadikan hasil jrnalistik siswa
sebagai sumber belajar. Menunjang kekayaan
pengalaman siswa serta menunjang peningkatan
kepedulian sosial siswa sebagai manivestasi pengalaman
belajar yang dinamis dan bermakna (Mudjiono, 2009:
132).
4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu
acuan guru dalam mengembangkan karakter lainnya
dalam pembelajaran IPS di kelas VIII A SMP Negeri 19
Kota Bandung.
1. Melalui penerapan inovasi pembelajaran IPS berbasis
jurnalistik siswa. Siswa akan melakukan kegiatan
mencari, mengolah dan melaporkan suatu informasi
yang siswa peroleh di lapangan mengenai kehidupan
sosial kemudian akan menunjang daya kreativitas
siswa serta daya kritis siswa hingga membentuk
konstruksi kepedulian sosial siswa .
2. Menjadikan dinamika kehidupan sosial sekitar siswa
sebagai sumber belajar bermakna. Siswa dapat
melakukan interpretasi dalam berbagai perspektif
materi IPS yang berkaitan dengan beragam aspek
kehidupan masyarakat melalui kreativitas jurnalistik
sosial yang bermakna.
3. Terciptanya pembelajaran IPS yang kontekstual,
dinamis, bermakna, kreatif dan kaya akan
pengalaman siswa yang dapat menunjang
peningkatan sikap peduli sosial siswa .
4. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya dalam meningkatkan sikap peduli sosial
dalam berkehidupan sosial.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah
Bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai
latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang
mendukung penelitian yaitu terkait “Penerapan Pembelajaran
IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk
Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa’’ yang diambil dari
berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang
ditempuh untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari
persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencangkup
sumber data, teknik pengumpulan data dan alat pengumpul data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil yang didasarkan pada data,
fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai
literatur yang menunjang.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian
diteliti serta saran dan rekomendasi yang diberikan penulis pada
berbagai pihak terkait guna menunjang pengembangan
penelitian dan progres hasil penelitian kedepannya dalam
pembelajaran IPS berbasis jurnalistik untuk meningkatkan
kepedulian sosial siswa .
Tella Wilia, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan
serta disesuaikan dengan permasalahan yang diketahui di kelas VIII A SMP 19
Kota Bandung. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab
masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik.
Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu penulis. Sehingga
penelitian berjalan lancar dan sesuai tujuan.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian mengenai “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik
Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa”.
Dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII A semester II tahun ajaran 2013-2014 di
SMP Negeri 19 Jl Sadang Luhur XI Kecamatan Coblong Kota Bandung.
B. Desain Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan oleh guru yang menjadi peneliti,
sehingga penelitian dan penyajian terjadi pada saat waktu yang bersamaan,
dilakukan secara kolaboratif dan proses pelaksanaan dilakukan secara bersiklus.
Siklus ini tidak hanya dilakukan satu kali tetapi beberapa kali sampai jenuh.
Adapun dalam penelitian tentang “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis
Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian
Sosial Siswa”. Penulis menggunakan prosedur berdasarkan model Lewin Menurut
1
2
Memeriksa dilapangan (Kelas VIII A SMP 19 Kota
Bandung)
Perencanaan Penerapan Pembelajaran IPS berbasis Jurnalistik siswa. Perencanaan dilakukan dari segi persiapan perangkat
pembelajaran, perencanaan peliputan jurnalistik, show case jurnalistik siswa, instrument dan evaluasi
Langkah tindakan 2 kegiatan
jurnalistik ( Peliputan di lapangan )
Pelaksanaan langkah 1 Langkah tindakan 1 :
pembelajaran berbasis kajian interpretasi materi holistickberbasis
Rencana baru
Ddiskusi kegagalan
dan pengaruh
Langkah tindakan 1
(kegiatan sama dengan
siklus sebelumnya dan
disesuaikan)
Langkah tindakan 2
Langkah tindakan 3
Observasi pengaruh Pelaksanaan langkah
Identifikasi masalah di kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung . yang dilakukan sebaganyak tiga kali selama proses pembelajaran SK 5. Memahami usaha persiapan
kemerdekaan
Langkah tindakan 3 Show case jurbnalistik kelas sebagai sumber belajar
Langkah tindakan 4 Pembelajaran
berbasis hasil jurnalistik sebagai
sumber belajar
3
Gambar 3.1 Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64).
Penelitian tindakan dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal didorong
oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk menghasilkan
suatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian peneliti berupaya
menemukan berbagai tindakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya.
Berbekal pengetahuan hasil dari analisis yang dilakukan peneliti, selanjutnya peneliti
menyusun rancangan umum yang berisi tentang langkah-langkah yang dapat
dilakukan dan kemudian diimplementasikan. Selama proses implementasi dilakukan
monitoring untuk melihat pengaruh dari tindakan.
Dari hasil monitoring selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai
kegagalan dari tindakan yang telah dilakukannya. Penjelasan inilah yang kemudian
akan menjadi masukan dalam merevisi rencana umum yang selanjutnya akan
melahirkan rencana implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua.
Bagitulah terus-menerus hingga putaran tertentu.
1. Tinjauan Lapangan dan Identifikasi Masalah
Penelitian ini diawali dengan kegiatan tinjauan lapangan yang
dilakukan tiga kali. Tinjauan dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan
Rencana baru tindakan
Pelaksanaan langkah
tindakan selanjutnya
Diskusi kegagalan dan
refleksi
indikasi permasalahan dikelas VIII A SMP 19 Kota Bandung dalam
pembelajaran IPS. Setelah melakukan tinjauan kemudian penulis
menentukan diagnosis masalah yang muncul dalan pembelajaran IPS.
2. Diagnosis Masalah
Setelah melakukan tinjauan lapangan selanjutnya diperoleh dasar
diagnosis permasalahan yang terindikasi di kelas VIII A SMP 19 Kota
Bandung. Diagnosis tersebut menjadi acuan dasar bagi penulis untuk
mengembangkan upaya penanganan berbasis inovasi pembelajaran IPS di
kelas VIII A SMP 19 Bandung. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan
tersebut diperoleh diagnosis yang berkaitan dengan kendala dalam
pembelajaran IPS dan kurangnya kepedulian sosial siswa. Dalam sudut
pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis menemukan beberapa
indikasi yaitu :
a) Pertama, kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.
Hal ini terlihat dari sikap siswa yang acuh terhadap proses
pembelajaran, antusias tidak terlihat selama proses pembelajaran,
siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau
teman, mengemukakan pendapat, terlebih untuk menyanggah dan
menyimak dengan baik pendapat orang lain.
b) Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu yang
menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika ada
salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung
tidak memperhatikan.
c) Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak penjelasan guru dan
d) Keempat, ketika ada sampah di sekitar, siswa cenderung acuh terhadap
kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka terhadap
kondisi lingkungan kelas.
e) Kelima, ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang
dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang belum
merdeka, karena banyak masalah sosial. Siswa cenderung kurang
menunjukan sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’
siswa cenderung acuh dan tidak ada yang memberikan kontribusi
pemikiran solutif.
f) Keenam, di kelas tersebut terdapat salah satu siswa yang cenderung
sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak
membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut
dan cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan
kelompok hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa
tersebut. Seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab
mereka dalam satu wadah sosial yang sama.
Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. Penulis, melihat
beberapa indikasi yaitu :
a) Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru kurang mempasilitasi
siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat, menyanggah, serta
melakukan kreativitas pemikiran.
b) Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru
hanya menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan
sehingga hal ini menunjang kebosanan siswa dan akhirnya
c) Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung
menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya
kritis siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer.
d) Keempat, guru lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja
tanpa disertai adanya kajian dan interpretasi konsep yang lebih
mendalam oleh siswa. Hal ini memicu sulitnya pengembangan
interpretasi dan daya keritis siswa.
e) Kelima, pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam proses
pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode
yang monoton sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama
aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan
karakter.
3. Rekomendasi Penanganan
Berdasarkan hasil diagnosis di atas. Maka, penulis mengajukan
inovasi pembelajaran IPS dalam rangka pengembangan sikap
kepedulian sosial siswa. Berikut penulis klasifikasikan skematik dasar
pembelajaran IPS berbasis Jurnalistik siswa, sebagai berikut :
Interpretasi SK dan KD kemudian pembagian KD dalam 5 Kelompok Besar di Kelas VIII A
Interpretasi Tema jurnalistik per kelompok
Kegiatan Jurnalistik Siswa
Reporter , Photografer, Writer, Presenter. Siswa secara berkelompok kelapangan untuk melakukan kegiatan jurnalistik
Karya Jurnalistik Siswa
Mading (Goresan Dedikasi Kepedulian Kami)
Simulasi hasil jurnalistik sebagai sumber Interpretasi oleh seluruh siswa sebagai
Gambar 3.2 Skematik Umum Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai
Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa
4. Perencanaan
a. Perencanaan dalam segi kegiatan pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, standar kompetensi
dan kompetensi dasar, RPP, sumber belajar penunjang, materi
pelajaran, media penunjang, LKS (lembar kegiatan siswa), perangkat
evaluasi (tes dan non tes).
b. Rancangan kegiatan jurnalistik yang meliputi pembagian kelompok, pembagian materi, pembagian tema, penentuan tempat dan objek
peliputan, jenis karya jurnalistik, skenario dan konsep simulasi hasil
jurnalistik, dedikasi jurnalistik dengan tema besar “Goresan Kepedulian Kami”dan “Langkah Kepedulian Kami’’.
Tabel 3.1 Pemetaan Siklus dan Standar Kompetensi Kelompok
Waktu SK 6
Memahami pranata dan penyimpangan sosial
SK 7
Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
Minggu Ke 3 Bulan Februari
P 1
Interpretasi materi secara menyeluruh dan interpretasi isu sosial sekitar siswa, penentuan tema jurnalistik dan tempat peliputan jurnalistik siswa
Kegiatan Jurnalistik diluar jam Pelajaran 1 x 40 Menit
KD 6.1 KD 6.2 KD 6.3 KD 7.1 KD 7.2 KD 7.3 KD 7.4 Kelompok 1 Hubungan Sosial Kelompok 2 Pranata Sekitar Kita Kelompok 3 Penyimpagan Sekitar Kita Ketenaga kerjaan Pelaku Ekonomi sekitar kita Pajak Untuk Kita Harga Pasar
Minggu Ke 3 Bulan Februari (p 2)
Tampil hasil jurnalistik
Menyimak, mengapresiasi, mengidentifikasi, menanya, menjawab, mengasosiasi hasil kinerja kelompok sebagai sumber belajar
Memberikan penilaian kelompok
Siswa diluar kelompok yang tampil diberikan tugas untuk
a. Membuat catatan b. Memberi penilaian Refleksi, Evaluasi
[image:34.612.114.575.530.693.2]20 Februari 2014 kelompok Mengkaji hasil jurnalistik perspektif materi dan kepedulian
Melaporkan hasil kajian dengan tema “aku dan dedikasi kepedulian sosial ku“ sebagai tugas kelompok
Minggu Ke 4 Bulan Februari (p 1) 25 Februari 2014
1. Pengayaan materi
2. Interpretasi materi berdasarkan hasil jurnalistik siswa 3. Pendalaman hasil jurnalistik siswa sebagai sumber belajar 4. Evaluasi
Minggu ke 4
Bulan Februari (P 2) 27 Februari 2014
Minggu ke 1 Bulan Maret (P 1 ) 4 Maret 2014
Minggu ke 1Bulan Maret ( P 2 ) 7 Maret 2014
Minggu ke 2 Bulan Maret (P 1 )
Dan seterusnya….. waktu disesuaikan dengan kondisi … Keterangan Tabel :
Pembelajaran sebelum kegiatan jurnalistik siswa
[image:35.612.112.578.110.391.2]
Jadwal persentasi kelompok (simulasi hasil jurnalistik)
Gambaran proses kinerja siswa di luar kelompok saat persentasi
Gambaran hari ke dua dalam tindakan untuk mengkaji hasil jurnalistik sebagai
Tabel 3.2 Rancangan Bentuk Karya Jurnalistik (Syamsul, 2009:34). Jenis Karya Jurnalistik Penjelasan Karya Reportase
Berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kajian yang baru, penting dan
bermakna, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak
dinikmati oleh mereka.
Peature “Feature merupakan sebuah karangan khas yang menuturkan fakta, peristiwa, dan
proses disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkaranya, proses
pembentukannya, dan cara kerjanya” (Syamsul, 2008:22). Sebuah feature
umumnya mengedepankan why dan how sebuah peristiwa .
Kolom atau
tajuk rencana
“Kolom adalah sebuah rubrik khusus media massa cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu
masalah” (Syamsul, 2009:89).
Artikel Artikel termasuk dalam katagori views yaitu tulisan yang berisi pandangan,
penilaian penulisan, tentang suatu masalah atau peristiwa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan-tahapan siklus yang terdiri
dari tiga tindakan persiklus. Berikut klasifikasi umum siklus
Tabel 3.3 Klasifikasi Umum Tindakan dalam Siklus
TINDAKAN 1
Interpretasi materi pembelajaran IPS secara
holistik dan mendalam. Mengkaji materi
perspektif isu-isu sosial
disekitar kehidupan
TINDAKAN 2 Mengunjungi tempat
peliputan yang
sesuai dengan tema
dan materi . Kegiatan jurnalistik
yang meliputi
TINDAKAN 3
Show Case
Jurnalistik . Kajian hasil
jurnalistik sebagai
sumber belajar. Kajan materi dan
TINDAKAN 4 Pengayaan materi. Interpretasi materi berdasarkan hasil
jurnalistik siswa. Pendalaman hasil
[image:36.612.118.527.563.692.2]siswa.
Memilih topik untuk kegiatan jurnalistik
perspektif kepedulian
sosial siswa.
kegiatan penyiapan,
penulisan,
penyuntingan, dan
penyampaian berita
kepada khalayak
melalui saluran
media tertentu
(Syamsul, 2005:23). Jurnalistik berbasis
kepedulian sosial. Bimbingan mental
dan refleksi diri.
hasil jurnalistik
siswa perspektif
kepedulian sosial
siswa.
sebagai sumber
belajar. Bimbingan
mental dan
refleksi diri . Evaluasi
Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi
Show Case “Goresan Kepedulian Kami”
Praktikum Kepedulian Sosial “Langkah Kepedulian Kami”
Pembelajaran dipayungi tema yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan
materi. Tema tersebut kemudian siswa reduksi dalam kondisi sosial sekitar siswa
berbasis jurnalistik. Berikut klasifikasi pelaksanaan.
a) Mengkaji dan menginterpretasi materi.
b) Menentukan tema dan topik jurnalistik.
c) Memilih objek peliputan.
d) Mengunjungi tempat jurnalistik, melakukan kegiatan
jurnalistik (peliputan) .
e) Proses menyunting hasil peliputan.
f) Dedikasi kepedulian sosial.
g) Pelaporan hasil jurnalistik dekelas show case secara
kelompok sebagai sumber belajar baik berupa verbal
h) Proses interpretasi dan eksplorasi hasil jurnalistik secara
bersama dikaitkan dengan materi IPS terkait disertai isu-isu
untuk menstimulus kepedulian sosial siswa.
i) Dedikasi kepedulian sosial dengan tema besar “Goresan
Dedikasi Kepedulian Kami’’.
j) Refleksi
Klasifikasi di atas merupakan suatu putaran kegiatan (siklus) dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah satu putaran kegiatan (siklus)
selesai diimplementasikan, dan direfleksikan bila masih terdapat suatu
masalah atau belum memenuhi suatu keberhasilan maka akan dilanjutkan
kepada siklus selanjutnya sampai menemukan titik jenuh. Jadi setiap tahap
penelitian dilaksanakan secara berkesinambungan dari siklus satu ke siklus
berikutnya.
c. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik 1. Tes,
Hamid, Hasan dalam (Arifin, 2012:3) mengemukakan “tes adalah alat
pengumpulan data yang dirancang secara khusus”. Kekhususan tes dapat
terlihat dari konstruksi butir soal yang digunakan. Tes yang digunakan
dapat berupa tes objektif, uraian, lisan dan perbuatan.
2. Non Tes
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sederhana
Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut
pedoman observasi.
Tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan
data dan informasi dalam suatu fenomena baik yang berupa
peristiwa maupun tindakan, untuk mengukur prilaku kelas baik
prilaku guru maupun prilaku peserta didik, interaksi antara
peserta didik dan guru serta faktor-faktor yang dapat diamati
lainnya, terutama kecakapan sosial. Dengan demikian dalam
evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk
menganalisis proses dan hasil belajar peserta didik.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog secara lisan,
baik langsung maupun tidak langsung.
c. Sekala Sikap
Untuk melihat kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap
dunia sekitarnya baik berupa orang atau berupa objek tertentu.
d.Daftar Cek
Daftar cek merupakan suatu daftar yang berisi subjek
dan aspek yang akan diamati (Arifin, 2012:164).
No Nama B C K Tella Wilia
Nadia Zahra Asrifa Gania Keterangan :
B : Baik C : Cukup K : Kurang
e. Skala Penilaian
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada
tidaknya variabel tingkah laku tertentu. “Dalam skala penilaian
fenomena yang dinilai disusun berdasarkan tingkatan yang telah ditentukan” (Arifin, 2012:165). Pencatatan melalui daftar cek termasuk dalam catatan kasar. Fenomena hanya dicatat ada
atau tidak ada. Sementara, prilaku manusia baik yang berwujud
sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam
tingkatan tertentu. Oleh karena itu untuk mengukur hal tersebut
penulis menggunakan sekala penilaian dalam (Arifin,
[image:40.612.178.466.112.225.2]2012:166) sebagai berikut
Tabel 3.5 Skala Penilaian Siswa
Nama : Usia :
Kelas : Jenis Kelamin :
No Aspek yang dinilai B C K
a. Sopan santun
b. Tolong menolong
c. Ramah pada sesame
e. Studi Kasus
“Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu”
(Sugiono, 2009:134). Penekanan studi kasus adalah terhadap diagnosis
masalah peserta didik dan memberikan rekomendasi untuk
mengatasinya.
f. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian serupa dengan tes kepribadian. Bedanya
pada inventori kepribadian, jawaban peserta didik tidak memakai
critera benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama
dia menyatakan yang sesungguhnya.
d. Penilaian
Dalam penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai
suber belajar. Penulis menggunakan portofolio sebagai model dan penilaian
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan portofolio
sebagai model (Sugiono, 2009:135) :
1. Mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat 2. Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas
3. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji
4. Membuat portofolio kelas
5. Menyajikan portofolio atau dengar pendapat (show case) 6. Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Portopolio Tayangan (Tampilan)
Portopolio Dokumentasi
Portofolio tayangan pada
umumnya berbentuk segi empat
namun tidak menutup
kemungkinan berbentuk lain
dengan syarat tetap
komunikatif. Terbuat dari
karton, kardus, gabus dan
sebagainnya.
Portofolio dokumentasi berisi kumpulan bahan-bahan
terpilih yang dapat diperoleh siswa dari riteratur atau
buku, kliping, dari koran, majalah, hasil wawancara
[image:42.612.113.515.112.309.2]dengan berbagai sumber, Radio, TV, Foto, Gambar,
Grafik, petikan dari sejumlah publikasi pemerintah atau
suasta, observasi lapangan dan lain lain. Pada
prinsipnya portofolio dokumentasi merupakan bukti
telah dilakukan penelitian.
Portofolio penilaian (assessment) diartikan sebagai kumpulan fakta
atau bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas terorganisir secara sistematis
dalam proses pembelajaran. Selain itu juga diartikan sebagai koleksi
sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar.
Portofolio penilaian merupakan pembelajaran praktek dan memiliki beberapa
standar yang melibatkan perencanaan yang matang, interaksi siswa dengan
lingkungan dan masyarakat untuk menunjang pembelajaran dinamis dan
bermakna. Tipe-tipe portofolio dalam (Fajar, 2009:92) sebagai berikut :
1. Pengembangan portofolio = dokumen perkembangan individu
2. Bedah kasus portofolio = mengajukan argumentasi-argumentasi terbaik
3. Kelengkapan portofolio = keseluruhan hasil dari awal sampai akhir.
4. Di luar portofolio = kumpulan dari kompetensi.
5. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tindakan disetiap siklus.
berbasis penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai
sumber belajar untuk meningkatkan kepedulian sosial siswa. Berikut penulis
klasifikasikan pelaksanaan dalam setiap tindakan.
a. Tindakan Satu
Pada tindakan satu siswa melakukan proses interpretasi materi
IPS secara holistik. Pada fase ini guru dan siswa melakukan proses
pembelajaran dengan beragam metode yang beragam untuk
menunjang antusias siswa untuk menginterpretasi materi. Setelah
siswa melakukan proses interpretasi selanjutnya siswa dibagi
dalam lima kelompok besar yang masing-masing memiliki
tanggung jawab terhadap materi yang berbeda.
Kompetensi Dasar pertama dalam penelitian ini guru serahkan
pada kelompok satu untuk melakukan interpretasi kontenporer
sehingga menghasilkan tema yang menarik sebagai bahan
jurnalistik. Kegiatan jurnalistik dilakukan pada pertemuan
berikutnya di luar jam pelajaran. Begitupun pada materi
berikutnya.
b. Tindakan Dua
Pada fase ini siswa secara berkelompok melakukan kegiatan
jurnalistik di lapangan dengan didampingi guru. Siswa melakukan
peliputan sesuai tema dan materi yang telah diinterpretasi pada
pertemuan sebelumnya. Kegiatan peliputan ini disertai dengan LKS
(Lembar Kegiatan Siswa) yang guru berikan sebagai panduan bagi
siswa dalam peliputan.
Pada kegiatan ini setiap anggota kelompok melakukan kinerja
instrument relevan yang disediakan. Pengamatan ini dilihat dalam segi
kinerja jurnalistik siswa dan unsur kepedulian sosial siswa yang
teraplikasi. Setelah melakukan kegiatan peliputan guru dan siswa
melakukan refleksi diri sekaligus bimbingan mental agar siswa bisa
menarik makna dari pengalaman belajar siswa.
c. Tindakan Tiga
Dalam tindakan tiga dilakukan pembelajaran yang berbasis
interpretasi hasil jurnalistik. Kelompok yang telah melakukan
peliputan melaporkan hasil peliputannya pada siswa dikelas untuk
dijadikan sumber belajar kontekstual. Siswa selain kelompok yang
tampil melakukan kegiatan interpretasi, menyimak dan mengasosiasi
hasil jurnalistik dengan panduan LKS yang disediakan guru. Diakhir
kegiatan pembelajaran guru melakukan konfirmasi dan refleksi dengan
dikaitkan nilai-nilai berharga yang terkandung dari pengalaman belajar
jurnalistik kelompok dalam perspektif materi terkait dan kepedulian
sosial.
d. Tindakan Empat
Tindakan ini merupakan akhir dari fase setiap siklus. Dalam
tindakan ini siswa melakukan pembelajaran yang berbasis
pengayaan hasil dari pengalaman belajar pada tindakan satu hingga
tindakan tiga. Dimana pengayaan ini diarahkan untuk mengetahui
ketercapaian kognisi siswa, afeksi siswa terutama aspek
kepedulian sosial serta motorik yang direfleksikan pada proses
penilaian diri yang dilakukan siswa dengan tema “Sudahkan Aku
dilakukan evaluasi baik secara tes dan non tes sebagai bahan
mengetahui indikasi ketercapaian hasil pengalaman belajar.
6. Refleksi
Dalam fase ini penulis sebagai peneliti melakukan kegiatan
reconnaissance, yang merupakan kegiatan memahami tentang situasi kelas
yang diteliti. Proses ini dilakukan dengan memonitor mulai dari fase orientasi
hingga tahapan selama proses tendakan berlangsung. Proses pengamatan
tersebut akan memberikan informasi pada peneliti untuk membantu kearah
mana perbaikan akan dilakukan. Refleksi merupakan kegiatan yang
dilakukan peneliti untuk mempertimbangkan baik dan buruknya atau berhasil
dan belum berhasilnya suatu siklus yang dilakukan sehingga memberikan
arahan bagi perhatian selanjutnya hingga mencapai satu titik progres yang
baik.
Proses refleksi ini didasarkan pada beberapa aspek utama yaitu
efektifitas pembelajaran setiap tindakan mulai dari proses interpretasi materi
holistik, kondisi siswa ketika melakukan proses peliputan jurnalistik
kelompok, proses penampilan simulasi hasil jurnalistik siswa sebagai sumber
belajar serta bagaimana transformasi sumber belajar tersebut pada siswa.
Terakhir tahapan pengayaan dan refleksi diri untuk mengetahui hasil proses
belajar dilihat dari pengetahuan, kebermaknaan dan kepedulian sosial siswa.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasrnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Wiriatmadja,
2012:3). Selanjutnya kata kunci dalam penelitian diungkapkan Sugiono
dalam (Sugiono, 2012:3) yaitu
Terdapat empat kata kunci dalam suatu metode penelitian. Cara
penelitian dilakukan dengan cara masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati cara yang digunakan.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang
dilakukan sesuai dengan metode ilmiah yang sistematis untuk
menemukan informasi ilmiah dan teknologi baru, membuktikan
kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan
sebuah teori atau proses gejala sosial. .
Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan
kuantitatif maupun kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postvositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
2. Penelitian Tindakan Kelas
PTK berasal dari sebuah penelitian tindakan. Penelitian
tindakan memiliki cakupan ranah yang luas dibandingkan PTK.
Dimana penelitian tindakan ini dapat diterapkan diberbagai bidang
keilmuan dan PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan yang
terdapat dalam bidang pendidikan yang lebih spesifik
Tujuan dari PTK yang dilakukan penulis di kelas VIII A SMP
pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam
memecahkan polemik dan kendala dalam pembelajaran IPS,
meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu untuk memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung.
Seperti penelitian tindakan pada umumnya, ada sejumlaah
tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan PTK. Menurut Grundy dan Kemmis “tujuan penelitian tindakan meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan professional, dan peningkatan
situasi tempat praktik berlangsung” (Sanjaya, 2011:30). Sesuai dengan
tujuan dari PTK itu sendiri, maka PTK memiliki manfaat sebagai
berikut:
a. Manfaat untuk Guru
1) PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
menjadi tanggung jawab guru .
2) Menumbuhkan kepuasan, dan rasa percaya diri yang
dapat dijadikan sebagai modal untuk meningkatkan
kinerja guru secara berkelanjutan.
3) Keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru
lain.
4) PTK dapat mendorong guru untuk memiliki sikap
professional.
5) Guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Manfaat untuk Siswa
1) Melalui PTK dapat mengurangi bahkan menghilangkan
2) PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian
hasil belajar dan pengembangan karakter siswa.
c. Manfaat untuk Sekolah
Menunjang kemajuan kualitas pembelajaran di kelas
sehingga dapat mempengaruhi