• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS JURNALISTIK SISWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS JURNALISTIK SISWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA

Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Tella Wilia

1005535

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

( Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh : Tella Wilia

1005535

sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tella Wilia 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,

(3)

SOSIAL SISWA

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII A SMP 19 Bandung )

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing 1

Dr. Ridwan Effendi, M. Ed

NIP.19620926 198904 1 001

Pembimbing II

Dr. Nana Supriatna, M. Ed

NIP. 19611014 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(4)

PERNYATAAN………..i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR……….iii

DAFTAR ISI………iv

DAFTAR TABEL………v DAFTAR GAMBAR………..Vi

DAFTAR LAMPIRAN………..Vii

BAB IPENDAHULUAN………..

BAB II PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS JURNALISTIK SISWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN

(5)

Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung

Oleh Tella Wilia

1005535

Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa. Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas

VIII A Semester II tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.

Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap permasalahan yang terjadi di kelas VIII A SMP Negeri 19 Bandung terkait kepedulian sosial. Permasalahan ini merupakan temuan dari observasi yang dilakukan pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu bulan Februari Tahun 2014. Indikator permasalahan yang dijumpai adalah Pembelajaran yang kurang kontekstual sehingga tidak teraplikasi makna dari kegiatan pembelajaran. Kondisi ini menyebabkan kurang teraplikasinya nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran I kelas Melihat permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas dengan disain penelitian Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64) dalam 7 Siklus. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu meningkatkan kepedulian sosial melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar. Hal ini dikatakan berhasil dengan melihat perkembangan indikator kepedulian Indikator Kepedulian Menurut Doyle Paul Johson yaitu penanaman nilai, kepedulian dasar, pengaplikasian empati, tahap empati dan implementasi pengalaman dalam proses belajar. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dengan baik dari siklus pertama hingga siklus terakhir dengan persentase pada siklus pertama penanaman sikap kepedulian sosial siswa memiliki kualifikasi kurang. Hal ini karena persentasi pada tahapan indikator mengalami penurunan hingga pada tahapan implementasi pengalaman dalam proses belajar hanya mencapai 44,4 %. Kemudian pada siklus kedua, pada tahap implementasi pengalaman persentase tidak mengalami perubahan seperti siklus sebelumnya.Pada siklus ke tiga hingga keempat mengalami peningkatan yang cukup baik11,1 % dan pada siklus berikutnya hingga siklus enam mengalami peningkatan yang statis yaitu tetap dalam persentase 88,8 % dan hal ini dikatakan jenuh. Kesimpulannya, penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dapat meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung.

(6)

Tella Wilia, 2014

Application of IPS-Based Journalism Student Learning as a Learning Resource to Improve Student Social Concern. Students Against Class Action Research Class VIII A Second

Semester 2013-2014 school year at Junior High School 19 Bandung.

This study originated from the author concerns issues raised in class VIII A SMP 19 Bandung related social concerns. These problems are the findings from observations made at several meetings in the span of February 2014. Indicator of the problems encountered is the lack of contextual learning that is not applied significance of learning activities. This condition causes less teraplikasinya character values in the learning process in the classroom.Seeing the problems to be studied with regard to the learning process, the researchers chose the Classroom Action Research Model study design Lewin According Elliot (Wiriatmadja 2011: 64) in 6 Cycle.Alternative solutions are selected which improve social care through the application of learning-based IPS journalism students as a learning resource. It is said to work by looking at the progress indicator Indicator concern Concern According to Doyle Paul Johson that instill values, basic care, the application of empathy, empathy and implementation stages of the learning experience.All aspects of this experience with good development of the first cycle to the last cycle with the percentage of the first cycle of planting social care students' attitudes have less qualifications. This is because the percentage at this stage of the indicator has decreased to the stage of implementation experience in the learning process only reaches 44.4%. Then in the second cycle, the phase of implementation experience as the percentage did not change the previous cycle. In the third and fourth cycles has increased baik11,1% and in the next cycle of up to six cycles have increased the percentage remained static is 88.8% and it is said to be saturated. In conclusion, the application of learning-based IPS journalism students as learning resources can improve the attitude of social awareness of students of class VIII A SMP 19 Bandung.

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan.

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan

dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan

sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang

berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara

jelas dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai usaha sadar

untuk menyiapakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan rumusan di atas dapat penulis pahami bahwa

pendidikan dilakukan untuk menyiapkan peserta didik. Hal ini

menunjuk pada suatu proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu

siap untuk terjun kekancah kehidupan yang nyata. Menyiapkan ini

diartikan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara

yang baik dan mempersiapkan peserta didik untuk menyiapkan

kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapat tergambar

bahwa pendidikan merupakan landasan untuk menunjang dinamika

generasi bangsa untuk menuju kearah yang lebih baik dengan berbasis

karakter yang baik. Masa depan bangsa Indonesia terletak pada pondasi

jati diri dan karakter bangsa Indonesia yang perlu dibangun secara

(8)

Guna mewujudkan tujuan pendidikan tentunya tidak terlepas

dari adanya suatu proses. Proses tersebut harus mampu membangun

pondasi-pondasi karakter bangsa untuk mewujudkan siswa yang cerdas

dan berkarakter dalam wadah pendidikan berbasis karakter. Hal ini

mengacu pada pendapat Zuriah dalam (Zuriah, 2008:19) yaitu

bahwa seorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai-nilai keyakinan yang dikehendaki masyarakat dalam proses pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya .

Saat ini siswa yang notabane sebagai agen perubahan

dihadapkan pada kompleksitas transformasi zaman yang kemudian

menunjang terjadinya ambiguitas nilai-nilai. Artinya, jika siswa tidak

memiliki pondasi karakter yang kuat maka siswa akan sulit menyerap

nilai-nilai keyakinan yang dikehendaki masyarakat dalam proses

pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Oleh karena itu, pelaksanaan proses pendidikan karakter harus

disertai dengan adanya pendidikan moral. Dimana pendidikan moral

berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan

kehendak masyarakat. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesesuaian

yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berbeda dalam masyarakat.

Karena, menyangkut dua aspek, yaitu nilai dan kehidupan nyata.

Dengan demikian, pendidikan moral membantu siswa dalam mengambil

keputusan moral terbaik bagi diri dan masyarakatnya.

Siswa pada dasarnya sebagai makhluk individu hidup dalam

suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi yang mutlak diperlukan

untuk hidupnya. Sebagai makhluk sosial setiap individu tidak terlepas

(9)

Proses sosial ialah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila

orang perorangan dan kelompok sosial saling bertemu dan menentukan

sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang terjadi

apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya pola

kehidupan yang telah ada. Proses sosial dikatakan sebagai pengaruh

timbal balik antara berbagai segi kehidupan manusia baik itu ekonomi,

sosial, budaya, politik dan sebagainnya. Interaksi sosial merupakan

dasar dari suatu proses sosial, yang menunjuk pada hubungan sosial

yang dinamis .

Dalam menjalankan kehidupan sosial, siswa melakukan interaksi

sosial. Dimana interaksi sosial tersebut diwujudkan guna mencapai

keseimbangan sosial. Gillin dan Gillin mengatakan “salah satu wujud

keseimbangan sosial adalah adanya kepedulian sosial antara

individu-dengan individu, individu individu-dengan kelompok dan kelompok individu-dengan

kelompok” (Ritzer, 2009:67).

Selain melakukan proses interaksi sosial, siswa sebagai

makhluk individu juga melakukan proses belajar. Dimana hasil interaksi

sosial yang siswa lakukan merupakan salah satu manivestasi belajar.

Mengacu pada pendapat Gagne dalam (Djaramah, 2009:116) bahwa

belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar menjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Dapat penulis pahami bahwa belajar adalah proses seseorang

(10)

tersebut menyangkut berbagai bidang kehidupan yaitu ekonomi, sosial,

politik, budaya, psikologi dan hukum.

Tujuan Ilmu pengetahuan sosial pada dasrnya mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi

dimastyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa

kehidupan masyarakat.

Sikap peka terhadap masalah sosial tersebut salah satunya dapat

diwujudkan siswa melalui kepedulian sosial siswa yang terwujud

sebagai hasil pola internalisasi siswa dalam proses berpengalaman

belajar berbasis karakter. Dalam mewujudkan kepedulian sosial harus

disertai pula sikap proaktif untuk membatu sekitar siswa, kepedulian

siswa terhadap masyarakat dalam berbagai bidang yang bisa bermanfaat

bagi masyarakat luas secara umum dan bagi orang terdekat siswa pada

khususnya.

Berdasarkan hasil observasi, secara umum SMP Negeri 19 Kota

Bandung memiliki karakteristik lingkungan fisik sekolah yang cukup

baik. Hal ini terlihat dari segi kebersihan sekolah yang cukup baik, tata

ruang sekolah yang cukup baik serta sarana dan prasarana yang cukup

memadai dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Sementara itu

dilihat dari segi lingkungan sosial secara umum sekolah ini memiliki

kualitas yang cukup baik. Dimana di sekolah terdapat wadah-wadah

pengembangan diri siswa dan wadah-wadah yang dapat menunjang pola

(11)

bimbingan konseling “HEBAT’’, keputrian serta kegiatan rutinitas

keagamaan siswa.

Secara khusus penulis melakukan observasi di kelas VIII A SMP

Negeri 19 Kota Bandung. Penulis melihat kondisi yang

menggambarkan suasana pembelajaran IPS dari sudut pandang

karakteristik pembelajaran di kelas dan karakteristik mengajar guru.

Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis

menemukan beberapa indikasi yaitu : Pertama, kurangnya rasa ingin

tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari sikap siswa

yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusiasme tidak terlihat

selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab

pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat,

terlebih untuk menyimak pendapat orang lain.

Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu

yang menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika

ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung

tidak memperhatikan. Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak

penjelasan guru dan teman, serta siswa cenderung kurang mengetahui

dan memahami permasalahan sosial yang terjadi saat ini.

Keempat, ketika ada sampah disekitar, siswa cenderung acuh

terhadap kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka.

Kelima, Ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang

dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini belum merdeka

karena banyak masalah sosial siswa cenderung kurang menunjukan

(12)

kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’ siswa cenderung acuh

dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.

Kelima, dikelas tersebut terdapat salah satu siswa yang

cenderung sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak

membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan

cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok

hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut.

Padahal seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab

mereka dalam satu wadah sosial yang sama.

Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. penulis, melihat

beberapa indikasi yaitu : Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru

kurang mempasilitasi siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat,

menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran. Kedua, dalam

proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru hanya

menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini

menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya

antusiasme siswa.

Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung

menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis

siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer. Keempat, Guru lebih

menekankan pada pengetahuan konsep saja tanpa disertai adanya kajian

dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa. Sehingga, hal

ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya keritis siswa.

Kelima, Pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam

proses pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode

(13)

aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan

karakter.

Selain melakukan observasi penulis juga melakukan wawancara.

terhadap guru mata pelajaran IPS dan salah satu siswa kelas VIII A

SMP Negeri 19 Kota Bandung. Penulis mengajukan pertanyaan seputar

pengaplikasian pembelajaran IPS dan kendala yang dihadapi guru dalam

mengajar materi IPS.

Beliau berpendapat bahwa dengan ceramah siswa akan lebih

memahami materi pelajaran IPS kemudian dalam proses pembelajaran

Beliau memang jarang dalam memfasilitasi siswa untuk bertanya atau

menjawab hal ini karena siswa dikelas cenderung lebih menyukai

menyimak ceramah dibandingkan bertanya atau menjawab.

Dalam kegiatan pembelajaran hanya siswa tertentu yang

mendominasi sementara yang lain kurang. Pada suatu proses

pembelajaran siswa pernah diberikan tugas secara berkelompok kecil

untuk observasi kelapangan yaitu observasi tentang lingkungan. Disana

siswa tampak semangat namun ketika penyampaian hasil observasi

terlihat kurang optimal. Hal inilah yang kemudian menjadikan guru

untuk kembali pada pola pembelajaran yang didominasi oleh ceramah

karena Beliau berpendapat hal ini lebih efektif dan materi tersampaikan

sepenuhnya.

Dalam wawancara terhadap siswa penulis bertanya bagaimana

pendapat siswa tentang pembelajaran IPS dan kendala yang siswa alami

serta harapan siswa. Siswa tersebut menjawab bahwa IPS merupakan

(14)

tersebut juga mengatakan bahwa akan lebih baik jika dalam

pembelajaran IPS dikemas semenarik mungkin agar tidak membosankan

dan menghasilkan kesan berharga.

Dari hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa,

penulis menarik benang merah, bahwa pembelajaran IPS di kelas VIII A

masih belum optimal. Hal tersebut, terlihat baik dari segi karakteristik

kognisi, afeksi dan psikomotor siswa dikelas VIII A.

Indikasi-indikasi yang penulis temui dalam proses observasi

secara tidak langsung akan mempengaruhi keseimbangan karakter

siswa. Secara kognisi siswa akan kurang optimal. Segi afeksi siswa akan

mengalami kesulitan dalam mengembangkan kreativitas sosialnnya

termasuk didalamnya pola-pola yang menunjukan kepekaan sosial dan

kepedulian sosial siswa sebagai makhluk sosial. Siswa akan kesulitan

dalam menginfiltrasi nilai-nilai bermakna yang terkandung dalam

dimensi kontekstual yang menjadi sumber belajar utama dalam

pembelajaran IPS.

Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah

bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat

perkembangan masyarakat.. “Pembelajaran IPS harus disertai dengan

keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap

rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi” (Muchlis S,

Hariyanto, 2012:119). Siswa diharapkan memiliki motivasi belajar

serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver

terhadap isu sosial kontenporer disekitar siswa agar pembelajaran lebih

bermakna dan bernilai. Serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan

(15)

Dalam pembelajaran IPS dinamika masyarakat merupakan

sebagai objek formal (Muchlis S, Hariyanto, 2012:122). Hal ini secara

tidak langsung mengharuskan terciptanya pembelajaran IPS di kelas

yang dinamis dengan disertai dinamika kreativitas pemikiran siswa dan

kritis siswa terhadap isu-isu sosial kontenporer sebab lingkungan kelas

merupakan miniatur wadah sosial siswa. Dalam lingkungan kelas siswa

harus dapat berperan dengan mengaplikasikan nilai-nilai sosial positif

termasuk berkepedulian sosial.

Pembelajaran IPS di kelas harus diciptakan tidak hanya berbasis

tekstual melainkan menekankan pada pembelajaran kontekstual yang

dapat menstimulus pengetahuan siswa, pemahaman siswa serta

kepekaan siswa terhadap masalah sosial sekitar siswa. Selanjutnya siswa

dapat memberikan kontribusi pemecahan masalah dan diakhir siswa

dapat mengamalkan nilai-nilai yang siswa peroleh dari masalah yang

siswa temui dalam lingkungan sosial sebagai wujud kepedulian sosial

siswa

Berdasarkan hasil diagnosis tersebut penulis beranggapan bahwa

dalam pembelajaran IPS harus bersifat kontekstual. Oleh karena itu

pembelajaran berbasis jurnalistik siswa penulis pandang sebagai salah

satu alternatif inovasi pembelajaran IPS yang tepat. Jurnalistik

merupakan pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan

penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara

sistematik.

Berdasarkan pengertian jurnalistik tersebut penulis

(16)

tidak hanya tekstual melainkan kontekstual yaitu dengan aktivitas siswa

melakukan aksi pengamatan, wawancara, ekperimen, mengasosiasi dan

mengkomunikasikan hasil jurnalistik terhadap beragam hal yang

berkaitan dengan dimensi kontekstual kehidupan masyarakat dalam

berbagai sisi yaitu budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan dan

sebagainya.

Kegiatan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik tersebut akan

menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar dalam pembelajaran IPS. Produk tersebut dapat berupa produk

verbal dan non verbal. Produk jurnalistik verbal meliputi berita

reportase, artikel, feature, pojok opini, gambar-gambar atau foto-foto,

puisi, karangan dan sebagainya.

Sementara untuk karya verbal berupa simulasi hasil jurnalistik

siswa (show case) dengan pembacaan berita dikelas, diskusi kreatif dan

aksi-aksi peduli sosial “Geresan Dedikasi Kepedulian Kami’’ dan

Langkah Dedikasi Kepedulian Kami’’. Karya atau produk-produk siswa tersebut menjadi alternatif sumber belajar tekstual yang dapat

menunjang siswa dalam memperoleh pengalaman dan mengkristalisasi

pengetahuan dengan mewujudkan aksi peduli sosial siswa.

Satu penelitian sebelumnya yaitu judul penelitian “Upaya

Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa pada Korban Lumpur Lapindo

Sidoarjo’’ oleh Drs. H.M.Taufik IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun

2011. Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini :

Bagaimana upaya menumbuhkan kepedulian sosial siswa pada korban

(17)

entrepreneurship? Metode pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual (CTL).

Wawasan entrepreneurship (kewirausahaan) siswa mulai

tumbuh. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam merencanakan

dan melaksanakan program business day yang berwawasan

entrepreneurship. Mereka dapat menuangkan gagasan dalam berbisnis,

menata dan mengemas dagangan mereka, menawarkan/

mempromosikan dagangannya, dan cara komunikasi yang baik pada

calon pembeli. Akhirnya dagangan mereka laku dengan cepat dan

menghasilkan laba dan keuntungan.

Dengan dasar pemikiran demikian penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka mengembangan

sikap kepedulian sosial siswa dalam pembelajan IPS melalui

Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa. Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II

tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Secara khusus penulis melakukan observasi di kelas VIII A SMP

Negeri 19 Kota Bandung. Penulis melihat kondisi yang

menggambarkan suasana pembelajaran IPS dari sudut pandang

karakteristik pembelajaran di kelas dan karakteristik mengajar guru.

Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis

(18)

yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusiasme tidak terlihat

selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab

pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat,

terlebih untuk menyanggah pendapat orang lain.

Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu

yang menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika

ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung

tidak memperhatikan. Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak

penjelasan guru dan teman, serta siswa cenderung kurang mengetahui

dan memahami permasalahan sosial yang terjadi saat ini.

Keempat, ketika ada sampah disekitar, siswa cenderung acuh

terhadap kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka.

Kelima, ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang

dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini belum merdeka

karena banyak masalah sosial. Siswa cenderung kurang menunjukan

sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus

kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’ siswa cenderung acuh

dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.

Keenam, di kelas tersebut terdapat salah satu siswa yang

cenderung sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak

membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan

cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok

hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut.

Padahal seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab

(19)

Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. Penulis, melihat

beberapa indikasi yaitu : Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru

kurang mempasilitasi siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat,

menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran. Kedua, dalam

proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru hanya

menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini

menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya

antusiasme siswa.

Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung

menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis

siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer. Keempat, Guru

lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja tanpa disertai adanya

kajian dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa.

Sehingga, hal ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya

keritis siswa.

Kelima, Pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam

proses pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode

yang monoton yang hanya mengarah pada perkembangan kognisi

sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama aspek kepedulian

sosial yang dipandang penting dalam pendidikan karakter.

Guna memfokuskan dalam penelitian ini. Maka, penulis

membatasi permasalahan berdasarkan hasil observasi. Pembelajaran

IPS yang notabane dipandang siswa sebagai pembelajaran yang bersifat

tekstual menyebabkan terbentuknya situasi belajar di kelas yang

(20)

perlu adanya terobosan baru yang mengarahkan pada pembelajaran IPS

yang dinamis, kontekstual dan bermakna.

Melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa.

Maka, penulis berasumsi bahwa akan terwujud pembelajaran yang

dinamis, aktif dan bermakna sehingga menunjang keseimbangan

pencapaian pengetahuan siswa, sikap siswa dan keterampilan.

Dengan mengacu pada Sapriya, dkk (2008:4) yang menyebutkan “salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan

masyarakat’’. Sehingga, siswa diharapkan memiliki motivasi belajar

serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver

terhadap isu sosial kontenporer disekitar siswa agar pembelajaran lebih

bermakna dan bernilai serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan

sosial yang baik dan mengaplikasikan sikap kepedulian sosial.

“Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau

peristiwa sosial yang sedang terjadi” (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).

Berdasarkan dasar definisi diatas penulis berasumsi bahwa penerapan

pembelajaran IPS berbasis jurnlistik siswa dipandang relevan.

Dalam pembelajaran ini siswa akan melakukan aktivitas

jurnalistik yang meliputi kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan,

dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu

sebagai sumber belajar. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan

sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat” (Syamsul, 200:12).

Pembelajaran di kelas sebagai miniature sosial yang didalamnya terjadi

(21)

murid yang merupakan gambaran interaksi kelas. Murid sebagai

makhluk sosial yang berkomunikasi dalam lembaga pendidikan dan

membentuk hasil pendidikan dengan hasil etnografi dan interaksi

simbolik untuk menggambarkan pola interaksi dan nilai sosial.

Sumber belajar dalam pembelajaran IPS sangat berkaitan dengan

dinamika kehidupan masyarakat mengingat bahawa salah satu

karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya

selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat

sehingga siswa diharapkan memiliki motivasi belajar serta dapat

menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver terhadap isu sosial

kontenporer disekitar kita. Pembelajaran lebih bermakna dan bernilai

serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan sosial yang baik dan

berkepedulian sosial. Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan

siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam

atau peristiwa sosial yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto,

2012:119).

Sumber belajar utama dalam pembelajaran IPS adalah dinamika

kehidupan masyarakat. Penulis memandang pembelajaran IPS berbasis

jurnalistik relevan. Sebab, dalam pembelajaran ini siswa melakukan

pembelajaran yang dinamis dan kontekstual. Melalui Jurnalistik siswa

akan mengaplikasikan pembelajaran melalui kegiatan penyiapan,

penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak

melalui saluran media tertentu. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari

peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat’’ (Syamsul,

(22)

Dalam pembelajaran IPS dinamika masyarakat merupakan

sebagai objek formal (Muchlis S, Hariyanto, 2012:122). Hal ini secara

tidak langsung mengharuskan terciptanya pembelajaran IPS di kelas

yang dinamis dengan disertai dinamika kreativitas pemikiran siswa dan

kritis siswa terhadap isu-isu sosial kontenporer. Dengan demikian fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Pembelajaran IPS

Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan

Kepedulian Sosial Siswa Kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dalam penelitian kali ini penulis merasa perlu untuk

merumuskan permasalahan agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Secara umum yang menjadi inti

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan

pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar

dalam upaya meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa kelas VIII A

SMP Negeri 19 Kota Bandung?”. Dari rumusan tersebut penulis rinci

menjadi lima sub rumusan yaitu :

1. Bagaimana merancang pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan

kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota

Bandung ?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya

meningkatkan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP

(23)

3. Bagaimana hasil peningkatan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung setelah pelaksanaan

penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa

sebagai sumber belajar ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban yang

dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh

gambaran secara faktual dan aktual mengenai penerapan pembelajaran IPS

berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya

meningkatkan kepedulian sosial siswa. Secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Melakukan rancangan penerapan pembelajaran IPS berbasis

jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya

meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A

SMP Negeri 19 Kota Bandung.

2. Melaksanakan penerapan pembelajaran IPS berbasis

jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya

meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A

SMP Negeri 19 Kota Bandung.

3. Menunjukan peningkatan sikap kepedulian sosial siswa di

kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung setelah

menggunakan pembelajaran berbasis jurnalistik siswa

sebagai sumber belajar.

(24)

Adapun manfaat dalam penerapan pembelajaran IPS berbasis

jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan

kepedulian sosial siswa yaitu :

Manfaat Teoretis

1. Untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai

referensi bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini

dapat digunakan untuk menunjang siswa melakukan

proses Jurnalistik yang mencakup kegiatan pencatatan

dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kegiatan

sehari-hari (Susanto, 1986:24), Sehingga dapat

menunjang peningkatan sikap kepedulian sosial siswa.

2. Terciptanya Pembelajaran IPS yang disertai dengan

keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari

pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial

yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).

3. Terwujudnya pengalaman belajar yang dinamis dan

bermakna dengan menjadikan hasil jrnalistik siswa

sebagai sumber belajar. Menunjang kekayaan

pengalaman siswa serta menunjang peningkatan

kepedulian sosial siswa sebagai manivestasi pengalaman

belajar yang dinamis dan bermakna (Mudjiono, 2009:

132).

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu

acuan guru dalam mengembangkan karakter lainnya

dalam pembelajaran IPS di kelas VIII A SMP Negeri 19

Kota Bandung.

(25)

1. Melalui penerapan inovasi pembelajaran IPS berbasis

jurnalistik siswa. Siswa akan melakukan kegiatan

mencari, mengolah dan melaporkan suatu informasi

yang siswa peroleh di lapangan mengenai kehidupan

sosial kemudian akan menunjang daya kreativitas

siswa serta daya kritis siswa hingga membentuk

konstruksi kepedulian sosial siswa .

2. Menjadikan dinamika kehidupan sosial sekitar siswa

sebagai sumber belajar bermakna. Siswa dapat

melakukan interpretasi dalam berbagai perspektif

materi IPS yang berkaitan dengan beragam aspek

kehidupan masyarakat melalui kreativitas jurnalistik

sosial yang bermakna.

3. Terciptanya pembelajaran IPS yang kontekstual,

dinamis, bermakna, kreatif dan kaya akan

pengalaman siswa yang dapat menunjang

peningkatan sikap peduli sosial siswa .

4. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat

dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran

khususnya dalam meningkatkan sikap peduli sosial

dalam berkehidupan sosial.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah

(26)

Bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai

latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang

mendukung penelitian yaitu terkait “Penerapan Pembelajaran

IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk

Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa’’ yang diambil dari

berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan

penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang

ditempuh untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari

persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencangkup

sumber data, teknik pengumpulan data dan alat pengumpul data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil yang didasarkan pada data,

fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai

literatur yang menunjang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian

(27)

diteliti serta saran dan rekomendasi yang diberikan penulis pada

berbagai pihak terkait guna menunjang pengembangan

penelitian dan progres hasil penelitian kedepannya dalam

pembelajaran IPS berbasis jurnalistik untuk meningkatkan

kepedulian sosial siswa .

(28)

Tella Wilia, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan

serta disesuaikan dengan permasalahan yang diketahui di kelas VIII A SMP 19

Kota Bandung. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab

masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik.

Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu penulis. Sehingga

penelitian berjalan lancar dan sesuai tujuan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian mengenai “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik

Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa”.

Dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII A semester II tahun ajaran 2013-2014 di

SMP Negeri 19 Jl Sadang Luhur XI Kecamatan Coblong Kota Bandung.

B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan oleh guru yang menjadi peneliti,

sehingga penelitian dan penyajian terjadi pada saat waktu yang bersamaan,

dilakukan secara kolaboratif dan proses pelaksanaan dilakukan secara bersiklus.

Siklus ini tidak hanya dilakukan satu kali tetapi beberapa kali sampai jenuh.

Adapun dalam penelitian tentang “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis

Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian

Sosial Siswa”. Penulis menggunakan prosedur berdasarkan model Lewin Menurut

(29)

1

2

Memeriksa dilapangan (Kelas VIII A SMP 19 Kota

Bandung)

Perencanaan Penerapan Pembelajaran IPS berbasis Jurnalistik siswa. Perencanaan dilakukan dari segi persiapan perangkat

pembelajaran, perencanaan peliputan jurnalistik, show case jurnalistik siswa, instrument dan evaluasi

Langkah tindakan 2 kegiatan

jurnalistik ( Peliputan di lapangan )

Pelaksanaan langkah 1 Langkah tindakan 1 :

pembelajaran berbasis kajian interpretasi materi holistickberbasis

Rencana baru

Ddiskusi kegagalan

dan pengaruh

Langkah tindakan 1

(kegiatan sama dengan

siklus sebelumnya dan

disesuaikan)

Langkah tindakan 2

Langkah tindakan 3

Observasi pengaruh Pelaksanaan langkah

Identifikasi masalah di kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung . yang dilakukan sebaganyak tiga kali selama proses pembelajaran SK 5. Memahami usaha persiapan

kemerdekaan

Langkah tindakan 3 Show case jurbnalistik kelas sebagai sumber belajar

Langkah tindakan 4 Pembelajaran

berbasis hasil jurnalistik sebagai

sumber belajar

(30)
[image:30.612.115.518.165.273.2]

3

Gambar 3.1 Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64).

Penelitian tindakan dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal didorong

oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk menghasilkan

suatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian peneliti berupaya

menemukan berbagai tindakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya.

Berbekal pengetahuan hasil dari analisis yang dilakukan peneliti, selanjutnya peneliti

menyusun rancangan umum yang berisi tentang langkah-langkah yang dapat

dilakukan dan kemudian diimplementasikan. Selama proses implementasi dilakukan

monitoring untuk melihat pengaruh dari tindakan.

Dari hasil monitoring selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai

kegagalan dari tindakan yang telah dilakukannya. Penjelasan inilah yang kemudian

akan menjadi masukan dalam merevisi rencana umum yang selanjutnya akan

melahirkan rencana implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua.

Bagitulah terus-menerus hingga putaran tertentu.

1. Tinjauan Lapangan dan Identifikasi Masalah

Penelitian ini diawali dengan kegiatan tinjauan lapangan yang

dilakukan tiga kali. Tinjauan dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan

Rencana baru tindakan

Pelaksanaan langkah

tindakan selanjutnya

Diskusi kegagalan dan

refleksi

(31)

indikasi permasalahan dikelas VIII A SMP 19 Kota Bandung dalam

pembelajaran IPS. Setelah melakukan tinjauan kemudian penulis

menentukan diagnosis masalah yang muncul dalan pembelajaran IPS.

2. Diagnosis Masalah

Setelah melakukan tinjauan lapangan selanjutnya diperoleh dasar

diagnosis permasalahan yang terindikasi di kelas VIII A SMP 19 Kota

Bandung. Diagnosis tersebut menjadi acuan dasar bagi penulis untuk

mengembangkan upaya penanganan berbasis inovasi pembelajaran IPS di

kelas VIII A SMP 19 Bandung. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan

tersebut diperoleh diagnosis yang berkaitan dengan kendala dalam

pembelajaran IPS dan kurangnya kepedulian sosial siswa. Dalam sudut

pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis menemukan beberapa

indikasi yaitu :

a) Pertama, kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.

Hal ini terlihat dari sikap siswa yang acuh terhadap proses

pembelajaran, antusias tidak terlihat selama proses pembelajaran,

siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau

teman, mengemukakan pendapat, terlebih untuk menyanggah dan

menyimak dengan baik pendapat orang lain.

b) Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu yang

menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika ada

salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung

tidak memperhatikan.

c) Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak penjelasan guru dan

(32)

d) Keempat, ketika ada sampah di sekitar, siswa cenderung acuh terhadap

kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka terhadap

kondisi lingkungan kelas.

e) Kelima, ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang

dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang belum

merdeka, karena banyak masalah sosial. Siswa cenderung kurang

menunjukan sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’

siswa cenderung acuh dan tidak ada yang memberikan kontribusi

pemikiran solutif.

f) Keenam, di kelas tersebut terdapat salah satu siswa yang cenderung

sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak

membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut

dan cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan

kelompok hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa

tersebut. Seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab

mereka dalam satu wadah sosial yang sama.

Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. Penulis, melihat

beberapa indikasi yaitu :

a) Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru kurang mempasilitasi

siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat, menyanggah, serta

melakukan kreativitas pemikiran.

b) Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru

hanya menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan

sehingga hal ini menunjang kebosanan siswa dan akhirnya

(33)

c) Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung

menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya

kritis siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer.

d) Keempat, guru lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja

tanpa disertai adanya kajian dan interpretasi konsep yang lebih

mendalam oleh siswa. Hal ini memicu sulitnya pengembangan

interpretasi dan daya keritis siswa.

e) Kelima, pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam proses

pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode

yang monoton sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama

aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan

karakter.

3. Rekomendasi Penanganan

Berdasarkan hasil diagnosis di atas. Maka, penulis mengajukan

inovasi pembelajaran IPS dalam rangka pengembangan sikap

kepedulian sosial siswa. Berikut penulis klasifikasikan skematik dasar

pembelajaran IPS berbasis Jurnalistik siswa, sebagai berikut :

Interpretasi SK dan KD kemudian pembagian KD dalam 5 Kelompok Besar di Kelas VIII A

Interpretasi Tema jurnalistik per kelompok

Kegiatan Jurnalistik Siswa

Reporter , Photografer, Writer, Presenter. Siswa secara berkelompok kelapangan untuk melakukan kegiatan jurnalistik

Karya Jurnalistik Siswa

Mading (Goresan Dedikasi Kepedulian Kami)

Simulasi hasil jurnalistik sebagai sumber Interpretasi oleh seluruh siswa sebagai

(34)
[image:34.612.215.519.135.211.2]

Gambar 3.2 Skematik Umum Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai

Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa

4. Perencanaan

a. Perencanaan dalam segi kegiatan pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, standar kompetensi

dan kompetensi dasar, RPP, sumber belajar penunjang, materi

pelajaran, media penunjang, LKS (lembar kegiatan siswa), perangkat

evaluasi (tes dan non tes).

b. Rancangan kegiatan jurnalistik yang meliputi pembagian kelompok, pembagian materi, pembagian tema, penentuan tempat dan objek

peliputan, jenis karya jurnalistik, skenario dan konsep simulasi hasil

jurnalistik, dedikasi jurnalistik dengan tema besar “Goresan Kepedulian Kami”dan “Langkah Kepedulian Kami’’.

Tabel 3.1 Pemetaan Siklus dan Standar Kompetensi Kelompok

Waktu SK 6

Memahami pranata dan penyimpangan sosial

SK 7

Memahami kegiatan perekonomian Indonesia

Minggu Ke 3 Bulan Februari

P 1

Interpretasi materi secara menyeluruh dan interpretasi isu sosial sekitar siswa, penentuan tema jurnalistik dan tempat peliputan jurnalistik siswa

Kegiatan Jurnalistik diluar jam Pelajaran 1 x 40 Menit

KD 6.1 KD 6.2 KD 6.3 KD 7.1 KD 7.2 KD 7.3 KD 7.4 Kelompok 1 Hubungan Sosial Kelompok 2 Pranata Sekitar Kita Kelompok 3 Penyimpagan Sekitar Kita Ketenaga kerjaan Pelaku Ekonomi sekitar kita Pajak Untuk Kita Harga Pasar

Minggu Ke 3 Bulan Februari (p 2)

Tampil hasil jurnalistik

Menyimak, mengapresiasi, mengidentifikasi, menanya, menjawab, mengasosiasi hasil kinerja kelompok sebagai sumber belajar

Memberikan penilaian kelompok

Siswa diluar kelompok yang tampil diberikan tugas untuk

a. Membuat catatan b. Memberi penilaian Refleksi, Evaluasi

[image:34.612.114.575.530.693.2]
(35)

20 Februari 2014 kelompok Mengkaji hasil jurnalistik perspektif materi dan kepedulian

Melaporkan hasil kajian dengan tema “aku dan dedikasi kepedulian sosial ku“ sebagai tugas kelompok

Minggu Ke 4 Bulan Februari (p 1) 25 Februari 2014

1. Pengayaan materi

2. Interpretasi materi berdasarkan hasil jurnalistik siswa 3. Pendalaman hasil jurnalistik siswa sebagai sumber belajar 4. Evaluasi

Minggu ke 4

Bulan Februari (P 2) 27 Februari 2014

Minggu ke 1 Bulan Maret (P 1 ) 4 Maret 2014

Minggu ke 1Bulan Maret ( P 2 ) 7 Maret 2014

Minggu ke 2 Bulan Maret (P 1 )

Dan seterusnya….. waktu disesuaikan dengan kondisi … Keterangan Tabel :

Pembelajaran sebelum kegiatan jurnalistik siswa

[image:35.612.112.578.110.391.2]

Jadwal persentasi kelompok (simulasi hasil jurnalistik)

Gambaran proses kinerja siswa di luar kelompok saat persentasi

Gambaran hari ke dua dalam tindakan untuk mengkaji hasil jurnalistik sebagai

(36)
[image:36.612.116.526.181.450.2]

Tabel 3.2 Rancangan Bentuk Karya Jurnalistik (Syamsul, 2009:34). Jenis Karya Jurnalistik Penjelasan Karya Reportase

Berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kajian yang baru, penting dan

bermakna, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak

dinikmati oleh mereka.

Peature “Feature merupakan sebuah karangan khas yang menuturkan fakta, peristiwa, dan

proses disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkaranya, proses

pembentukannya, dan cara kerjanya” (Syamsul, 2008:22). Sebuah feature

umumnya mengedepankan why dan how sebuah peristiwa .

Kolom atau

tajuk rencana

“Kolom adalah sebuah rubrik khusus media massa cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu

masalah” (Syamsul, 2009:89).

Artikel Artikel termasuk dalam katagori views yaitu tulisan yang berisi pandangan,

penilaian penulisan, tentang suatu masalah atau peristiwa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan-tahapan siklus yang terdiri

dari tiga tindakan persiklus. Berikut klasifikasi umum siklus

Tabel 3.3 Klasifikasi Umum Tindakan dalam Siklus

TINDAKAN 1

 Interpretasi materi pembelajaran IPS secara

holistik dan mendalam.  Mengkaji materi

perspektif isu-isu sosial

disekitar kehidupan

TINDAKAN 2  Mengunjungi tempat

peliputan yang

sesuai dengan tema

dan materi .  Kegiatan jurnalistik

yang meliputi

TINDAKAN 3

Show Case

Jurnalistik .  Kajian hasil

jurnalistik sebagai

sumber belajar.  Kajan materi dan

TINDAKAN 4  Pengayaan materi.  Interpretasi materi berdasarkan hasil

jurnalistik siswa.  Pendalaman hasil

[image:36.612.118.527.563.692.2]
(37)

siswa.

 Memilih topik untuk kegiatan jurnalistik

perspektif kepedulian

sosial siswa.

kegiatan penyiapan,

penulisan,

penyuntingan, dan

penyampaian berita

kepada khalayak

melalui saluran

media tertentu

(Syamsul, 2005:23).  Jurnalistik berbasis

kepedulian sosial.  Bimbingan mental

dan refleksi diri.

hasil jurnalistik

siswa perspektif

kepedulian sosial

siswa.

sebagai sumber

belajar.  Bimbingan

mental dan

refleksi diri .  Evaluasi

Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi

Show Case “Goresan Kepedulian Kami”

Praktikum Kepedulian Sosial “Langkah Kepedulian Kami”

Pembelajaran dipayungi tema yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan

materi. Tema tersebut kemudian siswa reduksi dalam kondisi sosial sekitar siswa

berbasis jurnalistik. Berikut klasifikasi pelaksanaan.

a) Mengkaji dan menginterpretasi materi.

b) Menentukan tema dan topik jurnalistik.

c) Memilih objek peliputan.

d) Mengunjungi tempat jurnalistik, melakukan kegiatan

jurnalistik (peliputan) .

e) Proses menyunting hasil peliputan.

f) Dedikasi kepedulian sosial.

g) Pelaporan hasil jurnalistik dekelas show case secara

kelompok sebagai sumber belajar baik berupa verbal

(38)

h) Proses interpretasi dan eksplorasi hasil jurnalistik secara

bersama dikaitkan dengan materi IPS terkait disertai isu-isu

untuk menstimulus kepedulian sosial siswa.

i) Dedikasi kepedulian sosial dengan tema besar “Goresan

Dedikasi Kepedulian Kami’’.

j) Refleksi

Klasifikasi di atas merupakan suatu putaran kegiatan (siklus) dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah satu putaran kegiatan (siklus)

selesai diimplementasikan, dan direfleksikan bila masih terdapat suatu

masalah atau belum memenuhi suatu keberhasilan maka akan dilanjutkan

kepada siklus selanjutnya sampai menemukan titik jenuh. Jadi setiap tahap

penelitian dilaksanakan secara berkesinambungan dari siklus satu ke siklus

berikutnya.

c. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik 1. Tes,

Hamid, Hasan dalam (Arifin, 2012:3) mengemukakan “tes adalah alat

pengumpulan data yang dirancang secara khusus”. Kekhususan tes dapat

terlihat dari konstruksi butir soal yang digunakan. Tes yang digunakan

dapat berupa tes objektif, uraian, lisan dan perbuatan.

2. Non Tes

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan

pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional

mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sederhana

(39)

Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut

pedoman observasi.

Tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan

data dan informasi dalam suatu fenomena baik yang berupa

peristiwa maupun tindakan, untuk mengukur prilaku kelas baik

prilaku guru maupun prilaku peserta didik, interaksi antara

peserta didik dan guru serta faktor-faktor yang dapat diamati

lainnya, terutama kecakapan sosial. Dengan demikian dalam

evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk

menganalisis proses dan hasil belajar peserta didik.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.

Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog secara lisan,

baik langsung maupun tidak langsung.

c. Sekala Sikap

Untuk melihat kecenderungan tingkah laku untuk berbuat

sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap

dunia sekitarnya baik berupa orang atau berupa objek tertentu.

d.Daftar Cek

Daftar cek merupakan suatu daftar yang berisi subjek

dan aspek yang akan diamati (Arifin, 2012:164).

(40)

No Nama B C K Tella Wilia

Nadia Zahra Asrifa Gania Keterangan :

B : Baik C : Cukup K : Kurang

e. Skala Penilaian

Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada

tidaknya variabel tingkah laku tertentu. “Dalam skala penilaian

fenomena yang dinilai disusun berdasarkan tingkatan yang telah ditentukan” (Arifin, 2012:165). Pencatatan melalui daftar cek termasuk dalam catatan kasar. Fenomena hanya dicatat ada

atau tidak ada. Sementara, prilaku manusia baik yang berwujud

sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam

tingkatan tertentu. Oleh karena itu untuk mengukur hal tersebut

penulis menggunakan sekala penilaian dalam (Arifin,

[image:40.612.178.466.112.225.2]

2012:166) sebagai berikut

Tabel 3.5 Skala Penilaian Siswa

Nama : Usia :

Kelas : Jenis Kelamin :

No Aspek yang dinilai B C K

a. Sopan santun

b. Tolong menolong

c. Ramah pada sesame

(41)

e. Studi Kasus

“Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu”

(Sugiono, 2009:134). Penekanan studi kasus adalah terhadap diagnosis

masalah peserta didik dan memberikan rekomendasi untuk

mengatasinya.

f. Inventori Kepribadian

Inventori kepribadian serupa dengan tes kepribadian. Bedanya

pada inventori kepribadian, jawaban peserta didik tidak memakai

critera benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama

dia menyatakan yang sesungguhnya.

d. Penilaian

Dalam penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai

suber belajar. Penulis menggunakan portofolio sebagai model dan penilaian

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan portofolio

sebagai model (Sugiono, 2009:135) :

1. Mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat 2. Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas

3. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji

4. Membuat portofolio kelas

5. Menyajikan portofolio atau dengar pendapat (show case) 6. Melakukan refleksi pengalaman belajar.

(42)

Portopolio Tayangan (Tampilan)

Portopolio Dokumentasi

Portofolio tayangan pada

umumnya berbentuk segi empat

namun tidak menutup

kemungkinan berbentuk lain

dengan syarat tetap

komunikatif. Terbuat dari

karton, kardus, gabus dan

sebagainnya.

Portofolio dokumentasi berisi kumpulan bahan-bahan

terpilih yang dapat diperoleh siswa dari riteratur atau

buku, kliping, dari koran, majalah, hasil wawancara

[image:42.612.113.515.112.309.2]

dengan berbagai sumber, Radio, TV, Foto, Gambar,

Grafik, petikan dari sejumlah publikasi pemerintah atau

suasta, observasi lapangan dan lain lain. Pada

prinsipnya portofolio dokumentasi merupakan bukti

telah dilakukan penelitian.

Portofolio penilaian (assessment) diartikan sebagai kumpulan fakta

atau bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas terorganisir secara sistematis

dalam proses pembelajaran. Selain itu juga diartikan sebagai koleksi

sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar.

Portofolio penilaian merupakan pembelajaran praktek dan memiliki beberapa

standar yang melibatkan perencanaan yang matang, interaksi siswa dengan

lingkungan dan masyarakat untuk menunjang pembelajaran dinamis dan

bermakna. Tipe-tipe portofolio dalam (Fajar, 2009:92) sebagai berikut :

1. Pengembangan portofolio = dokumen perkembangan individu

2. Bedah kasus portofolio = mengajukan argumentasi-argumentasi terbaik

3. Kelengkapan portofolio = keseluruhan hasil dari awal sampai akhir.

4. Di luar portofolio = kumpulan dari kompetensi.

5. Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tindakan disetiap siklus.

(43)

berbasis penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai

sumber belajar untuk meningkatkan kepedulian sosial siswa. Berikut penulis

klasifikasikan pelaksanaan dalam setiap tindakan.

a. Tindakan Satu

Pada tindakan satu siswa melakukan proses interpretasi materi

IPS secara holistik. Pada fase ini guru dan siswa melakukan proses

pembelajaran dengan beragam metode yang beragam untuk

menunjang antusias siswa untuk menginterpretasi materi. Setelah

siswa melakukan proses interpretasi selanjutnya siswa dibagi

dalam lima kelompok besar yang masing-masing memiliki

tanggung jawab terhadap materi yang berbeda.

Kompetensi Dasar pertama dalam penelitian ini guru serahkan

pada kelompok satu untuk melakukan interpretasi kontenporer

sehingga menghasilkan tema yang menarik sebagai bahan

jurnalistik. Kegiatan jurnalistik dilakukan pada pertemuan

berikutnya di luar jam pelajaran. Begitupun pada materi

berikutnya.

b. Tindakan Dua

Pada fase ini siswa secara berkelompok melakukan kegiatan

jurnalistik di lapangan dengan didampingi guru. Siswa melakukan

peliputan sesuai tema dan materi yang telah diinterpretasi pada

pertemuan sebelumnya. Kegiatan peliputan ini disertai dengan LKS

(Lembar Kegiatan Siswa) yang guru berikan sebagai panduan bagi

siswa dalam peliputan.

Pada kegiatan ini setiap anggota kelompok melakukan kinerja

(44)

instrument relevan yang disediakan. Pengamatan ini dilihat dalam segi

kinerja jurnalistik siswa dan unsur kepedulian sosial siswa yang

teraplikasi. Setelah melakukan kegiatan peliputan guru dan siswa

melakukan refleksi diri sekaligus bimbingan mental agar siswa bisa

menarik makna dari pengalaman belajar siswa.

c. Tindakan Tiga

Dalam tindakan tiga dilakukan pembelajaran yang berbasis

interpretasi hasil jurnalistik. Kelompok yang telah melakukan

peliputan melaporkan hasil peliputannya pada siswa dikelas untuk

dijadikan sumber belajar kontekstual. Siswa selain kelompok yang

tampil melakukan kegiatan interpretasi, menyimak dan mengasosiasi

hasil jurnalistik dengan panduan LKS yang disediakan guru. Diakhir

kegiatan pembelajaran guru melakukan konfirmasi dan refleksi dengan

dikaitkan nilai-nilai berharga yang terkandung dari pengalaman belajar

jurnalistik kelompok dalam perspektif materi terkait dan kepedulian

sosial.

d. Tindakan Empat

Tindakan ini merupakan akhir dari fase setiap siklus. Dalam

tindakan ini siswa melakukan pembelajaran yang berbasis

pengayaan hasil dari pengalaman belajar pada tindakan satu hingga

tindakan tiga. Dimana pengayaan ini diarahkan untuk mengetahui

ketercapaian kognisi siswa, afeksi siswa terutama aspek

kepedulian sosial serta motorik yang direfleksikan pada proses

penilaian diri yang dilakukan siswa dengan tema “Sudahkan Aku

(45)

dilakukan evaluasi baik secara tes dan non tes sebagai bahan

mengetahui indikasi ketercapaian hasil pengalaman belajar.

6. Refleksi

Dalam fase ini penulis sebagai peneliti melakukan kegiatan

reconnaissance, yang merupakan kegiatan memahami tentang situasi kelas

yang diteliti. Proses ini dilakukan dengan memonitor mulai dari fase orientasi

hingga tahapan selama proses tendakan berlangsung. Proses pengamatan

tersebut akan memberikan informasi pada peneliti untuk membantu kearah

mana perbaikan akan dilakukan. Refleksi merupakan kegiatan yang

dilakukan peneliti untuk mempertimbangkan baik dan buruknya atau berhasil

dan belum berhasilnya suatu siklus yang dilakukan sehingga memberikan

arahan bagi perhatian selanjutnya hingga mencapai satu titik progres yang

baik.

Proses refleksi ini didasarkan pada beberapa aspek utama yaitu

efektifitas pembelajaran setiap tindakan mulai dari proses interpretasi materi

holistik, kondisi siswa ketika melakukan proses peliputan jurnalistik

kelompok, proses penampilan simulasi hasil jurnalistik siswa sebagai sumber

belajar serta bagaimana transformasi sumber belajar tersebut pada siswa.

Terakhir tahapan pengayaan dan refleksi diri untuk mengetahui hasil proses

belajar dilihat dari pengetahuan, kebermaknaan dan kepedulian sosial siswa.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasrnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Wiriatmadja,

2012:3). Selanjutnya kata kunci dalam penelitian diungkapkan Sugiono

dalam (Sugiono, 2012:3) yaitu

Terdapat empat kata kunci dalam suatu metode penelitian. Cara

(46)

penelitian dilakukan dengan cara masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati cara yang digunakan.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang

dilakukan sesuai dengan metode ilmiah yang sistematis untuk

menemukan informasi ilmiah dan teknologi baru, membuktikan

kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan

sebuah teori atau proses gejala sosial. .

Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan

kuantitatif maupun kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postvositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.

2. Penelitian Tindakan Kelas

PTK berasal dari sebuah penelitian tindakan. Penelitian

tindakan memiliki cakupan ranah yang luas dibandingkan PTK.

Dimana penelitian tindakan ini dapat diterapkan diberbagai bidang

keilmuan dan PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan yang

terdapat dalam bidang pendidikan yang lebih spesifik

Tujuan dari PTK yang dilakukan penulis di kelas VIII A SMP

(47)

pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam

memecahkan polemik dan kendala dalam pembelajaran IPS,

meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu untuk memperbaiki praktik

pembelajaran secara langsung.

Seperti penelitian tindakan pada umumnya, ada sejumlaah

tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan PTK. Menurut Grundy dan Kemmis “tujuan penelitian tindakan meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan professional, dan peningkatan

situasi tempat praktik berlangsung” (Sanjaya, 2011:30). Sesuai dengan

tujuan dari PTK itu sendiri, maka PTK memiliki manfaat sebagai

berikut:

a. Manfaat untuk Guru

1) PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang

menjadi tanggung jawab guru .

2) Menumbuhkan kepuasan, dan rasa percaya diri yang

dapat dijadikan sebagai modal untuk meningkatkan

kinerja guru secara berkelanjutan.

3) Keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru

lain.

4) PTK dapat mendorong guru untuk memiliki sikap

professional.

5) Guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

b. Manfaat untuk Siswa

1) Melalui PTK dapat mengurangi bahkan menghilangkan

(48)

2) PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian

hasil belajar dan pengembangan karakter siswa.

c. Manfaat untuk Sekolah

Menunjang kemajuan kualitas pembelajaran di kelas

sehingga dapat mempengaruhi

Gambar

Gambar 3.1 Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64).
Gambar  3.2 Skematik Umum Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai
Gambaran proses kinerja siswa di luar kelompok saat persentasi
Tabel  3.3 Klasifikasi Umum Tindakan dalam Siklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

Proses pirolisis sangat banyak digunakan di industri kimia, misalnya, untuk menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia lainnya dari kayu, untuk

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak pengelola Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Utara dalam memelihara vegetasi hutan yang berfungsi sebagai

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga individu berada dalam kategori baik

[r]

To find out about the students interest in reading novel, the writer analyze the Sixth Semester Students as sample, in this step the research is trying to find out about the

Wati: “Halo, saya Wati, bisa bicara dengan Mira?” Mira : “O, Wati, saya sendiri, ada apa Wati?”.. Perikan dialog di atas adalah contoh pembicaraan

Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja.. Perpustakaan Nasional sebagaimana telah