• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGENALAN A. PENGERTIAN NYERI PINGGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGENALAN A. PENGERTIAN NYERI PINGGANG"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan yang nyata. Ia merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza. Sekitar 65%-80% manusia akan mengalami nyeri pinggang pada satu waktu selama hidupnya. Nyeri pinggang mencapai 30%-50% dari keluhan reumatik pada praktek umum.

Nyeri Pinggang Bawah (NPB) merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas manusia; 50-80% penduduk di negara industri pernah mengalami nyeri

pinggang bawah, prosentasenya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Nyeri pinggang bawah menghilangkan banyak jam kerja dan membutuhkan banyak biaya untuk penyembuhannya. Haanen et al. (1986) yang meneliti 3000 laki-laki dan 3500

wanita usia 20 tahun ke atas (1975 1978) menyatakan bahwa 51% laki-laki dan 57% wanita mengeluh NPB, 50% tidak bugar untuk bekerja selama beberapa waktu dan 8% harus alih

pekerjaan.

Banyak klasifikasi nyeri pinggang ditemukan dalam literatur, tetapi tidak ada yang benar-benar memuaskan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sangat beragamnya klasifikasi nyeri pinggangini antara lain karena banyaknya penyakit atau kelainan yangdapat menyebabkan nyeri pinggang. Penyebab nyeri pinggang sangat bervariasi, dari yang ringan (misalnya sikap tubuh yang salah) sampai yang berat dan yang serius (misalnya keganasan). Mengingat tingginya kekerapan nyeri pinggang dan banyaknya penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkannya,diperlukan suatu pendekatan yang sistemik dalam menangani kasus nyeri pinggang. Pendekatan sistemik ini memungkinkan waktu, tenaga dan biaya pemeriksaan dapat digunakan sehemat mungkin.

Pendekatan sistemik terhadap nyeri pinggang sebagaimana dikemukakan dibawah ini dihimpun dari berbagai sumber.

(2)

BAB II

PENGENALAN

A. PENGERTIAN NYERI PINGGANG

Nyeri merupakan suatu informasi yang menyatakan adanya suatu proses patologis dalam badan yang menimbulkan perangsangan ujung saraf atau serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri. Nyeri karena perangsangan ujung saraf (reseptor) disebut nyeri protopatik yang bersifat nyeri setempat, nyeri karena perangsangan serabut saraf disebut nyeri neuropatik yang sifatnya menjalar sesuai perjalanan sarafnya.Low back pain (nyeri pinggang) adalah nyeri di daerah lumbal dan sakral serta sekitarnya.

Jaringan peka nyeri di daerah vertebra dan sekitarnya adalah periostium, kapsula sendi, jaringan otot, jaringan ikat tendo, ligamentum, annulus fibrosus, meningen, radiks saraf, pleksus saraf, dan saraf tepi. Jika terjadi kerusakan oleh karena peradangan, trauma, iskemik, penekanan ataupun peregangan pada jaringan peka nyeri tersebut maka akan timbul nyeri. Tetapi proses di dalam abdomen dan pelvis juga dapat dirasakan di daerah pinggang yang disebut “referred pain”. Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai “low back”. Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang sakrum dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan dapat ditinjau dari sudut mekanika. Beban yang ditanggung oleh tulang belakang lumbal dapat dipelajari dengan diskus intervertebralis antara L-5 sampai S-1 atau L-4 dan L-5 sebagai titik tumpuan. Bila mengangkat benda berat, tangan, lengan dan badan dapat dianggap sebagai lengan beban posterior pendek, yang berjarak dari pusat diskus intervertebralis sampai prosessus spinosus belakang.

Penyelidikan itu menghasilkan perbandingan antara lengan beban anterior dan posterior, yakni 15 lawan 1. Ini berarti bahwa untuk dapat mengangkat benda seberat 50 kg lengan beban posterior itu harus diimbangi dengan bobot sebesar 750 kg. Tenaga yang mengimbangi lengan beban posterior itu adalah tenaga yang dihasilkan oleh kontraksi otot-otot.

Berdasarkan asas mekanika itu, perhitungan-perhitungan yang lebih kompleks telah dilakukan. Seseorang yang berat badannya 75 kg mengangkat benda seberat 90 kg. Benda itu berada 35 cm dari diskus intervertebralis antara L-5 dan S-1. Sedangkan fleksi tulang belakang pada pelvis adalah sebesar 40º. Dengan perhitungan bahwa bobot total dari kepala, leher, dan kedua lengan seberat 13 ½ kg dan bobot badan di atas L-1 sampai S-1 sepanjang 45 cm dan jarak antara toraks ke L-5 hingga S-1 sepanjang 15 cm, maka tenaga yang mengimbangi beban keseluruhan itu pada diskus intervertebralis L-5 sampai S-1 adalah 9391,9 kg.

Dari penyelidikan tersebut di atas telah jelas peranan otot-otot erektor trunksi yang memberikan tenaga imbangan ketika mengangkat benda. Di samping itu tenaga otot abdominalis berperanan

(3)

juga dalam masalah sokoguru. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang ditempatkan di dalam nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki pada berbagai sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal ketika berdiri tegak.

Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk tekanan di dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa 30% sampai 50% dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi dengan mengencangkan otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan pekerjaan dan dalam berbagai posisi.

Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna vertebralis torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta lumbal sebagai simpai tongnya.

B. PATOFISIOLOGI

Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut. Sokoguru bagian belakang tersebut terdiri dari lumbal dan tulang belakang pada umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nukleus pulposus.

Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis vertebralis yang didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah sampai L 2. Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke perifer. Di tingkat servikal dan torakal, berkas serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Namun di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba di tingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan medula spinalis membujur hanya sampai L 2 saja.

Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas kolumna vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh otot-otot tersebut. Ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.

C. EPIDEMIOLOGI

Kebanyakan nyeri pinggang tidak mengakibatkan kecacatan. Lebih dari 50% penderita nyeri pinggang membaik dalam 1minggu, sementara lebih dari 90% merasa lebih baik dalam 8

(4)

Pada nyeri pinggang terdapat faktor risiko, termasuk diantaranya pekerjaan dan kejiwaan; misalnya mengangkat barang di luar batas kesanggupan atau pada posisi yang tidak baik. Nyeri pinggang mungkin pula berkaitan dengan berbagai kondisi psikologis seperti neurosis, histeria dan reaksi konversi. Depresi lebih jarang menyebabkan nyeri pinggang akut, tetapi sering timbul sebagai komplikasi nyeri pinggang kronik. Obesitas dan merokok juga merupakan faktor risiko nyeri pinggang.

Sembilan puluh persen (90%) penderita nyeri pinggang mempunyai dasar mekanik. Nyeri pinggang mekanik (mechanical low back pain) didefinisikan sebagai nyeri pinggang pada struktur anatomik normal yang digunakan secara berlebihan (muscle strain) atau nyeri yang sekunder terhadap trauma atau deformitas (misalnya hernia nukleus pulposus); 10% penderita nyeri pinggang sisanya menunjukkan keluhan penyakit sistemik. Diperkirakan ada lebih dari 70 penyakit non-mekanik yang berkaitan dengan nyeri pinggang. Evaluasi klinis yang teliti dapat memisahkan penderita nyeri pinggang mekanik dari penderita nyeri pinggang non-mekanik/medik.

D. ANATOMI PINGGANG

Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang nyeri pinggang atau LBP, ada baiknya kita lihat dulu susunan normal/anatomi yang membentuk pinggang . Struktur penting yang membentuk pinggang antara lain : tulang belakang (vertebra), sendi tulang belakang, ligamentum yang mengikat tulang belakang, serat saraf, otot, organ dalam perut dan pelvis serta kulit yang menutupi daerah pinggang.

Secara anatomi, kolumna vertebra terdiri dari 33 ruas tulang yaitu 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5 ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang sakral dan 4 tulang koksigeal. Secara fungsional kolumna vertebralis merupakan suatu kesatuan, baik dalam fungsi statik maupun fungsi dinamik.

(5)

Kolumna vertebralis secara anatomi dan kinesiologi terdiri dari unit-unit fungsional dan tiap unit fungsional terdiri dari 2 segmen yaitu segmen anterior dan posterior.

1. Segmen anterior .

Segmen ini struktur utamanya adalah korpus vertebrae yang berfungsi untuk menyangga berat badan dan karena berat badan kita terpusat ditulang belakang bagian bawah, maka korpus vertebra di daerah lumbo sakral bentuknya lebih besar dan kuat dari pada di daerah servikal dan torakal. Diantara 2 korpus vertebra dihubungkan oleh diskus intervertebralis, yang bentuknya seperti cakram, konsistensinya kenyal dan berfungsi sebagai peredam kejut ( shock absorber ).

(6)

2. Segmen posterior.

Segmenposterior terdiri atas : 2 arkus vertebra, 2 prosesus transversus, 1 prosesus spinosus dan 2 pasang artikulasio yang dibentuk oleh prosesus artikularis superior dan inferior. Sendi ini merupakan artikulasio sinovialis dan diselubungi oleh kapsul yang melekat erat pada tepi fasies artikularisnya.

Segmen posterior ini bentuknya seperti cincin dari tulang yang amat kuat dimana didalam lubang tengahnya terletak medula spinalis.

Kolumna vertebralis mempunyai 3 fungsi penting yaitu : fungsi statik, untuk menyangga beban dan menyokong sikap badan, fungsi dinamik ( pergerakan ) dengan adanya sendi faset dan diskus intervetebralis, fungsi protektif terhadap medula spinalis dan akar-akarnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat tulang belakang dapat dibagi :

a. Ligamen intersegmental, yang menghubungkan seluruh panjang tulang belakang. Pada kelompok ini terdiri dari :-. Ligamentum supraspinatus.

-. Ligamentum longitudinalis anterior. -. Ligamentum longitudinalis posterior. b. Ligamen intrasegmental.

Ligamen ini pendek-pendek dan menghubungkan 2 ruas tulang belakang yang berdekatan. Pada kelompok ini terdapat :

-. Ligamentum intertransversus -. Ligamentum flavum.

-. Ligamentum interspinosus.

c. Ligamen – ligamen yang menghubungkan tulang sakrum dan pelvis.

Otot – otot yang menyokong punggung bawah dikelompokkan sesuai dengan fungsi gerakannya :

-.Otot-otot ekstensor : m.quadratus lumborum, m.sacrospinalis, m.multifidius, m.intertransversarii dan m.interspinalis.

(7)

-.Otot-otot fleksor : m.obligus abdominis eksternus, m.obligus abdominis internus, m.transversalis abdominis, m. rectus abdominis, m.psoas mayor, m.psoas minor

-.Otot-otot laterofleksi : m.quadratus lumborum, m.psoasmayor, m.psoas minor,kelompok m.abdominis dan m.intertransversarii.

Semua ligamen, otot, tulang dan sendi-sendi faset adalah struktur tubuh yang sensitif terhadap rangsangan nyeri oleh karena terdapatnya saraf sensoris, kecuali ligamentum flavum, ligamentum interspinosum, dan diskus intervertebralis yang sifatnya resisten terhadap rangsangan nyeri karena tidak memiliki persarafan sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut diatas seperti tekanan dan tarikan, dapat menyebabkan keluhan nyeri. Nyeri punggung bawah muskuloskeletal sering berasal dari ligamentum longitudinalis anterior atau posterior yang mengalami iritasi. Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena : aktivitas motoneuron, iskemia muskuler dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat.

Serat saraf yang lewat melalui tulang belakang berfungsi untuk menghantarkan rasangan sensoris maupun motoris ke organ yang ada di bawahnya.

E. FAKTOR RESIKO NYERI PINGGANG 1. Faktor Umur

Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

3. Faktor Indeks Massa Tubuh a.Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

(8)

b. Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

4. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di

pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.3

5. Aktivitas / Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan

punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.

Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula

meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang. F. ETIOLOGI

1.Etiologi low back pain dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut : a. Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, osteoartritis.

Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses degneratif ini dikenal sebagai osteoartrosis deformans, tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif dapat juga mengenai anulus fibrosis diskus intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoartritis.

(9)

b. Penyakit inflamasi.

Nyeri pinggang akibat inflamasi terbagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah pada artritis rematoid, yang sering timbul sebagai penyakit akut. Persendian keempat anggota gerak dapat terkena secara serentak atau dengan selisih beberapa hari/minggu. Yang kedua adalah pada spondilitis angkilopoetika. Keluhan yang paling dini dihadapi oleh penderita ialah sakit punggung dan sakit pinggang. Sifatnya ialah pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu dirasakan.

c. Osteoporotik

Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau nyeri atau nyeri radikular dapat juga disajikan sebagai keluhan.

d. Kelainan kongenital

Anomali kongenital yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebrae lumbosakralis terlampau sering dianggap sebagai kelainan yang mendasari sakit pinggang. Spina bifida okultra sering ditemukan pada foto rontgen polos para penderita yang berkunjung ke dokter bukan karena sakit pinggang, melainkan, misalnya, keluhan urogenital atau gastrointestinal. Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.

e. Gangguan sirkulatorik

Adakalanya aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan sakit pinggang yang hebat, yang dapat menyerupai sprung back atau HNP. Seyogyanya aneurisma aorta abdominalis sebagai pembangkit sakit pinggang yang hebat teringat bilamana kita mengahadapi seorang pasien yang berumur lebih dari 50 tahun, yang sudah pernah mendapat ‘stroke’ ringan, sudah memperlihatkan tanda-tanda arteriosklerosis seperti tungkai bawah selalu dingin dan pulsasi arteri perifer yang lemah. Dalam hal ini palpasi abdominal untuk mencari benjolan yang berpulsasi adalah suatu tindakan untuk cepat mendiagnosa aneurisma aorta abdominalis.

Gangguan sirkulatorik yang lain, yaitu trombosis aorta terminalis, perlu mendapat perhatian oleh karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejala-gejala yang timbul akibat trombosis aorta terminalis ini dikenal sebagai sindrom Leriche. Anamnesa pasien biasanya seragam. Sakit pinggang yang dapat meluas ke bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi. Bilamana ditanyakan mengenai sifat-sifat sakit pinggangnya, terungkaplah bahwa sakit pinggangnya terasa kalau berbaring, duduk dan berdiri, tapi kalau berjalan baru timbul sakit pinggang.

(10)

f. Tumor

Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma,meningioma. Atau tumor ganas yang primer seperti mieloma multipel maupun sekunder seperti macam-macam metastasis.

g. Toksik

Keracunan logam berat, misalnya radium. h. Infeksi

Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan kronik contohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.

i. Masalah dalam abdomen/pelvis.

Gangguan ginjal yang sering dihubungkan dengan nyeri pinggang antara lain infeksi ginjal, batu ginjal, dan perdarahan pada ginjal akibat trauma. Diagnosa ditegakan berdasarkan pemeriksaan kencing, dan pemeriksaan radiologi. Wanita hamil sering mengalami nyeri pinggang sebagai akibat dari tekanan mekanis pada tulang pinggang dan pengaruh dari posisi bayi dalam kandungan. Beberapa masalah pada organ peranakan perempuan yang dapat menimbulkan nyeri pinggang antara lain kista ovarium, tumor jinak rahim dan endometriosis.

j. Problem Psikoneurotik

Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis.

2. Penyebab nyeri setempat :

a. Cedera karena tarikan pada otot, ligamen, sendi vertebra, sendi sakroiliaka, atau kerja berlebihan pada punggung.

b. Fraktur vertebra. c. Fibrositis

d. Osteoporosis

e. Spondilitis Ankilopoetika (Ankylosing spondylitis) f. Nyeri otot

3. Penyebab nyeri radikuler : a. HNP

b. Spondilitis TBC c. Tumor metastase

d. Tumor dalam kanalis vertebralis

e. Osteoartritis (pengrusakan tulang rawan sendi, spondilolysis) f. Stenosis spinal

g. Deformitas vertebra seperti skoliosis, kyphosis h. Spondylolisthesis

(11)

i. Spondiloartrosis deformans j. Fraktur vertebra lumbal, sakral

k. Fraktur pelvis, radang dalam rongga panggul, tumor rongga panggul l. Radikulitis TBC, luetika

m. Arakhnoiditis (perdarahan subarahnoid, obat-obatan intratekal) n. Herpes Zoster

o. Neuropati N.Iskhiadikus (rematik, diabetik dll) p. Artritis sakroiliaka

q. Kelainan kongenital

4. Nyeri pinggang karena masalah dalam abdomen / pelvis a. Penyakit peradangan pelvis

b. Aneurisma aorta c. Ulkus peptikum

d. Penyakit kandung empedu 5. Penyebab Tersering Nyeri Pinggang.

Berikut adalah beberapa penyebab tersering dari nyeri pinggang atau low back pain (LBP).

a. Peregangan tulang pinggang (akut, khronis)

Peregangan tulang pinggang adalah cidera regangan pada ligamentum, tendon dan otot pinggang. Regangan akan menyebabkan luka yang sangat kecil pada organ tersebut. Cidera yang paling sering menjadi biang kerok dari nyeri pinggang ini, disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pergerakan yang berlebihan, pergerakan yang tidak benar atau trauma. Disebut akut bila keadaan ini berlangsung dalam beberapa hari atau minggu, dan disebut khronis bila keadaan ini berlangsung lebih dari 3 bulan.

Peregangan tulang pinggang sering terjadi pada orang yang berumur diatas 40 tahun. Terkadang keadaan ini bisa menyerang tanpa batasan usia. Gejala yang timbul dari keadaan ini antara lain adanya rasa tidak nyaman atau nyeri pada pinggang setelah pinggang mengalami tekanan mekanis. Derajat nyeri sangat tergantung dari seberapa banyak otot yang mengalami cidera. Diagnosis peregangan pinggang ditegakan melalui wawancara untuk mengetahui riwayat trauma yang terjadi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan rontgen.

Penanganan nyeri pinggang oleh karena peregangan yang paling utama adalah mengistirahatkan pingang agar tidak terjadi cidera ulangan. Obat obatan diperlukan untuk meredakan nyeri dan melemaskan otot yang kaku. Bisa pula dilakukan pemijatan, penghangatan dan penguatan otot pinggang, namun tetapi harus dilakukan secara hati hati.

(12)

Serat serat saraf yang terbentang sepanjang tulang belakang dapat mengalami iritasi oleh karena pergeseran mekanis atau oleh penyakit. Keadaan ini termasuk penyakit diskus lumbar (radikulopathy), gangguan tulang, dan peradangan saraf akibat infeksi virus.

c. Radikulopathy lumbar

Radikulopathy lumbar adalah iritasi saraf yang disebabkan oleh karena rusaknya diskus antara tulang belakang. Kerusakan ini terjadi akibat dari adanya degenerasi dari cincin luar diskus, dan trauma atau kombinasi antara keduanya.

Penanganan penyakit ini memerlukan pengobatan konservatif dengan obat obatan atau bila keadaan parah bisa dilakukan tindakan pembedahan.

d. Kondisi tulang dan sendi

Kondisi tulang dan sendi yang bisa menyebabkan nyeri pinggang antara lain gangguan kongenital (bawaan), gangguan akibat proses degeneratif dan peradangan yang terjadi pada sendi.

6. Adapun beberapa faktor mekanik yang sering menyebabkan nyeri pinggang: a. Sikap tubuh yang jelek

Yang dimaksud dengan sikap tubuh jelek adalah sikap berdiri yang bungkuk, perut menonjol dan hyperlordosis lumbal. Keadaan ini akan membuat titik berat badan akan bergeser ke depan. Sebagai kompensasi punggung harus ditarik ke belakang yang akhirnya akan menimbulkan hyperlordosis lumbal makin hebat, sehingga terjadi kelelahan otot dan rangsangan pada ligamen yang akan menimbulkan sumber rasa nyeri.

b. Panjang tungkai tidak sama c. Kegemukan dan kehamilan

Kegemukan dan kehamilan juga dapat menyebabkan perpidahan pusat gaya berat ke depan. d.Sepatu dengan tumit yang terlalu tinggi

e. Kelemahan pada otot-otot dinding perut

Kelemahan pada otot ini akan menyebabkan perut menonjol ke depan dan selanjutnya berat badan condong ke depan yang akhirnya pusat gaya berat bergeser ke depan dengan segala akibatnya.

(13)

Kebiasaan duduk yang terlalu lama akan menyebabkan pemendekan pada otot hamstring yang selanjutnya akan mempengaruhi ritme lumbar pelvis (rasio antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal).

g. Kurang olahraga

Kekurangan olah raga menyebabkan kurangnya fleksibilitas pada sendi serta ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik.

G. KLASIFIKASI

ada beberapa hal yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah atau low back pain, oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda. Banyak klasifikasi nyeri pinggang yang kita temukan didalam literatur, dan tidak ada yang benar-benar memuaskan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam hal ini yang penting adalah bagaimana kita memanfatkan masing-masing klasifikasi tadi untuk memahami segala masalah yang berkaitan dengan nyeri punggung bawah.

1. Berdasarkan etiologi a. Mekanik:

- Statik - Kinetik b. Organik

-Gangguan osteogenik dan diskogenik -Lesi intraspinal

-Nyeri tersalur

c. Non organik/ psikogenik

2. Berdasarkan waktu dan intensitas a. Akut : 0 sampai kurang dari 7 minggu b. Sub akut: 7 sampai 12 minggu

c. Kronik : lebih dari 12 minggu

3. Klasifikasi lain yang dikemukakan dibawah ini, dibuat berdasarkan sumber rasa nyeri yaitu : • Viserogenik.

• Neurogenik. • Vaskuler. • Psikogenik. • Spondilogenik.

a. Nyeri Pinggang viserogenik

Nyeri pinggang ini dapat berasal dari ginjal, organ-organ pelvis, lesi omentum minus atau dari tumor retroperitoneal. Nyeri pinggang biasanya bukan merupakan keluhan satu-satunya. Nyeri ini dapat dibedakan dari nyeri pinggang yang berasal dari kelainan tulang belakang berdasarkan sifatnya yang tidak diperberat oleh aktifitas atau diperingan oleh istirahat.

(14)

Kelainan pada alat-alat viscera dan retroperitoneum

Pada alat-alat reproduksi wanita kelainannya berupa tumor dan infeksi, endometriosis dan dismenorhe. Sedang pada laki-laki kelainan yang menyebabkan nyeri pinggang adalah prostatitis dan karsinoma prostat. Alat dalam lain yang sering menimbulkan nyeri adalah penyakit ginjal dan ureter, gangguan pembuluh nadi besar, aneurisma aorta, trombosis bifurkasio aorta dan arteria iliaka komunis.

b. Nyeri Pinggang Vaskuler

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat mengakibatkan nyeri pinggang atau ischialgia. Aneurisma aorta abdominalis menimbulkan nyeri lumbal yang tidak berkaitan dengan aktifitas. Insufisiensi a. glutealis superior dapat menimbulkan nyeri bokong yang sifatnya hilang timbul, diperberat oleh berjalan dan hilang/berkurang kalau berdiri tanpa bergerak. Nyeri dapat menjalar ketungkai sesuai dengan daerah persarafan n. ischiadicus. Nyeri vaskuler tidak dipicu atau diperberat oleh membungkuk, stooping atau mengangkat barang. Ini penting untuk

membedakannya dengan nyeri diskogenik.

Keluhan yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah perifer dapat menyerupai stenosis spinalis. Penderita yang mengalami keadaan ini sering mengeluh akan nyeri dan kelemahan pada tungkai yang diawali dan diperberat oleh berjalan dalam jarak dekat. Satu sifat penting yang membedakannya dengan stenosis spinalis ialah bahwa pada stenosis spinalis nyeri tidak hilang dengan berdiri tanpa bergerak.

c. Neurogenik Nyeri Pinggang

Lesi susunan saraf pusat seperti tumor talamus dapat menimbulkan nyeri tungkai tipe kausalgia. Iritasi arachnoid atau tumor duramater dapat menimbulkan nyeri pinggang. Tetapi lesi yang paling mungkin menimbulkan kebingungan ialah neurofibroma, neuriloma, ependimoma dan kista atau tumor lain yang mengenai radiks saraf vertebra lumbal. Riwayat penyakit mungkin menyerupai penekanan saraf akibat HNP. Tetapi penderita biasanya menceritakan bahwa pada malam hari ia sering harus bangkit dari tidur untuk berjalan guna mengurangi keluhannya. d. Nyeri Pinggang Psikogenik

Pengaburan gambaran klinis oleh emosi sering ditemukan. Meskipun demikian, agaknya nyeri pinggang yang benar-benar disebabkan oleh faktor psikis tidak sesering yang umum diduga. Dilain pihak, mungkin saja nyeri pinggang berlangsung lebih lama pada penderita, berkaitan dengan klaim asuransi atau pada penderita yang memanfaatkannya untuk tidak masuk bekerja. Tetapi bukti yang pasti tidak mungkin diperoleh.

e. Nyeri Pinggang Spondilogenik

Nyeri pinggang spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari tulang belakang dan struktur yang berkaitan. Nyeri sering bertambah melalui aktifitas dan menghilang dengan berbaring. Ada beberapa perkecualian seperti nyeri dan kekakuan pada Spondilitis Ankilosa yang cenderung berkurang setelah aktifitas.

(15)

serta toraks dapat memberikan gambaran yang sangat karakteristik. Sebagai contoh, gerakan membungkuk kedepan biasanya memperberat nyeri diskogenik, sedangkan nyeri pada

spondilolistesis sering menghilang akibat gerakan ini. Nyeri dan kekakuan dialami oleh penderita dengan HNP pada fleksi dan ekstensi tulang belakang, tetapi biasanya tidak pada laterofleksi. Pada spondilitis, gerakan pada semua bidang terganggu.

Masalah yang spondilogenik, khususnya yang berkaitan dengan bidang reumatologi dibagi dalam 7 kelompok :

I. Kelainan degeneratif.

II. Spondilitis ankilosa dan kelainan lain yang berkaitan. III. Infeksi

IV. Osteochondritis V. Kelainan metabolic VI. Neoplasma

VII. Kelainan struktural I. Kelainan Degeneratif

Degenerasi diskus intervertebralis sering ditemukan pada semua golongan umur mulai dari dekade ke tiga dan kadang-kadang timbul pada usia muda. Keluhan awal biasanya terbatas pada nyeri akut pada daerah lumbosacral. Terdapat perbedaan pola nyeri pinggang antara prolapsus diskus dengan spondilitis ankilosa, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Nyeri siatika dapat muncul kemudian akibat diskus yang menekan atau menyebabkan peregangan saraf lumbal/sakral atau menekannya ke lamina atau ligamentum flavum dibelakang. Siatika dapat disertai postur dan langkah yang abnormal serta kelainan lain. Dalam hal ini kaku pinggang biasanya tidak begitu menonjol seperti pada spondilitis ankilosa.

Kelainan degeneratif diskus dapat menimbulkan nerve root entrapment pada keadaan-keadaan dibawah ini : ruptur diskus, penekanan radiks oleh tulang dsb. Penting untuk ditekankan bahwa nyeri tungkai yang berkaitan dengan penyakit diskus degeneratif dapat berupa referred pain, dan keluhan siatika penderita tidak selalu berarti bahwa terdapat iritasi radiks saraf.

Degenerasi diskus dapat hadir dalam berbagai bentuk :

asimtomatik, berkaitan dengan perubahan dalam diskus sendiri yang dapat menimbulkan nyeri atau dapat mengakibatkan ketidak-stabilan mekanik yang menyebabkan tulang belakang rentan terhadap trauma dan nyeri akibat kerusakan ligamentum atau sendi posterior.

Mekanisme pasti terjadinya ruptur diskus intervertebralis tidak diketahui, tetapi ada 2 lesi anatomis utama, yaitu protrusi diskus (penonjolan tanpa ruptur anulus) dan herniasi diskus (ruptur anulus disertai keluarnya materi diskus).

Osteoartritis dan spondilosis

(16)

mirip, meskipun istilah spondilosis sebenarnya berarti degenerasi diskus intervertebralis dengan perubahan radiologisnya sedangkan osteoartritis berarti penyakit sendi apofiseal (sindroma facet joint). Karakteristik dengan nyeri tulang belakang akut dengan skiatika, sering nyeri juga timbul saat penderita dalam keadaan istirahat. Posisi hiperekstensi akan mengaksentuasikan nyeri. Sering pada usia muda, dengan istirahat 48 jam dengan posisi supine dan kaki diangkat, diikuti terapi fisik dan exercises biasanya membaik.

Hiperostosis ankilosa

Dikenal juga sebagai penyakit Forestier, etiologinya belum diketahui. Diduga merupakan bentuk berat dari spondilosis. Merupakan kelainan yang jarang ditemukan, terjadi pada orang tua dan lebih sering pada penderita diabetes. Sering dikacaukan dengan spondilitis ankilosa.

II. Spondilitis ankilosa

Spondilitis ankilosa sering muncul pada pria muda (wanita lebih jarang) dalam bentuk nyeri dan kaku pada tulang belakang. Pada pemeriksaan, prosesus spinosus vertebra lumbal tidak dapat meregang dengan baik satu sama lain dan pengembangan rongga dada terbatas.

Pada fase awal penting untuk membedakannya dengan prolaps diskus vertebra lumbal. Pengembangan rongga dada biasanya normal pada prolaps diskus, kecuali penderita seorang perokok berat atau juga menderita penyakit didaerah dada. Gerakan diafragma dan menonjolnya dinding abdomen pada inspirasi meningkat pada spondilitis dan normal pada prolaps diskus. LED mungkin agak meninggi, sedangkan pemeriksaan laboratorium rutin lain dalam batas-batas normal. Antigen HLA-B27 terdapat pada 96 % penderita, tetapi ini bukan pemeriksaan rutin. Kelainan radiologis yang karakteristik terlihat pada sendi sakroiliaka dan tulang belakang. Penting juga untuk membedakan gambaran radiologis sendi sakroiliaka pada osteitis condensans ilii dengan sakroiliits awal pada spondilitis ankilosa. Yang disebut dahulu merupakan kelainan ringan/jinak, lebih sering pada wanita dan sering asimtomatik.

Dapat ditemukan penyakit lain yang berkaitan dengan spondilitis seperti psoriasis, kolitis ulseratifa, penyakit Crohn atau penyakit Reiter baik pada penderita maupun pada anggota keluarganya.

Penderita spondilitis ankilosa mungkin mengalami komplikasi diluar sistem muskuloskeletal seperti sistem kardiovaskuler (pembesaran jantung, gangguan hantaran, perikarditis dan insufisiensi aorta), mata (iritis) dll.

III.Infeksi

Infeksi tulang belakang meskipun relatif jarang tidak boleh dilupakan sebagai salah satu sumber nyeri pinggang. Penyebabnya misalnya infeksi piogenik, tuberkulosis, demam tifoid, bruselosis, jamu dan parasit.

Nyeri pinggang merupakan keluhan utama yang paling sering, dan pada fase awal tidak dapat dibedakan dari nyeri pinggang akibat faktor mekanis. Onset yang samar-samar dan tidak adanya kelainan radiologis merupakan penyebab terlambatnya penegakan diagnosis, dapat sampai 8-10 minggu. Dengan berlanjutnya penyakit, intensitas nyeri pinggang meningkat kemudian menetap dan lebih jelas pada malam hari. Setiap gerakan tulang belakang memperberat rasa nyeri.

(17)

IV.Osteochondritis

Osteochondritis tulang belakang (penyakit Scheuermann) serupa dengan osteochondritis pada bagian lain tubuh. Penyakit ini mengenai epifisis korpus vertebrae lumbal atas dan bawah bagian dorsal, etiologinya tidak diketahui. Nekrosis aseptik diduga merupakan salah satu faktor yang berperan. Terutama ditemukan pada pria dewasa yang mengalami kifosis, rounding of the shoulders dan flattening of the chest. Keadaan ini mungkin disertai nyeri. Keluhan mungkin makin berat dengan adanya perubahan degeneratif sekunder. Gambaran radiologis menunjukkan permukaan vertebra yang tidak rata (ireguler), penyempitan diskus intervertebralis, ‘wedging’ vertebra dan nodul Schmorl. Pengobatan terutama ditujukan untuk mempertahankan postur normal.

V.Kelainan metabolic

Tulang belakang dapat terkena pada penyakit tulang metabolik seperti osteofibrosis, osteopetrosis, alkaptonuria dan hipofosfatemia familier.

Penyakit tulang metabolik yang paling sering muncul dengan keluhan nyeri tulang belakang ialah osteoporosis. Nyeri bersifat kronik, mungkin berat jika terdapat fraktur kompresi. Yang khas ialah peningkatan rasa nyeri oleh gerakan yang ringan saja. Penderita sering mengeluhkan postur yang jadi bungkuk dan berkurangnya tinggi badan. Gambaran radiologi menunjukkan kelainan yang khas. Fraktur kompresi dapat terjadi pada satu atau beberapa vertebra.

Osteoporosis harus dibedakan dari osteomalacia atau penyakit tulang metabolik lain. VI. Neoplasma

Diagnosis tumor tulang belakang terutama bergantung kepada pemeriksaan radiologis. Tumor jinak dan keganasan primer tulang belakang jarang ditemukan. Secara radiologis, lesi pada tulang belakang baru terlihat setelah terjadi kerusakan paling sedikit 30 % massa tulang. Nyeri tulang belakang akibat metastasis dapat merupakan gejala utama pada 25 % penderita yang mengidap tumor ganas. Pada setiap penderita berumur diatas 50 tahun yang datang dengan riwayat nyeri pinggang yang timbul mendadak tanpa trauma, tidak hilang dengan istirahat, berkaitan dengan nyeri yang episodik disertai kenaikan LED yang bermakna harus dicurigai adanya metastasis sebelum dibuktikan sebaliknya. Kecurigaan ini lebih besar jika penderita mempunyai riwayat keganasan.

VII.Kelainan struktural Spondilolisis

Spondilolisis berarti defek pada pars interartikularis. Penyebabnya mungkin fraktur yang terjadi akibat trauma berulang pada tulang belakang. Kondisi ini saja biasanya tanpa keluhan, tetapi jika terjadi bilateral dapat mengakibatkan pergeseran antara ruas-ruas tulang belakang. Pergeseran ini disebut spondilolistesis. Baik spondilolisis maupun spondilolistesis dapat diketahui pada foto lateral dan oblik.

Spondilolistesis

(18)

terhadap segmen dibawahnya biasanya berupa pergeseran kedepan. Misalnya tergelincirnya L5 terhadap S1 akibat patah degeneratif dari prosesus spinosus. Keluhan berupa nyeri pinggang kronik dengan atau tanpa siatika, seringkali dirujuk kedaerah koksigeal atau bagian lateral dari tungkai bawah. Nyeri pinggang bertambah jika berdiri dan membaik kalau membungkuk. Jika pergeseran ini cukup berat, dapat dilihat atau diraba suatu lekukan diatas krista sakrum. Gerakan tulang belakang biasanya masih dalam batas-batas normal.

Kelainan kongenital

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang yang penting. Termasuk disini scoliosis, lumbalisasi S1, sakralisasi L5 dan kegagalan pemisahan vertebra. Tekanan dan tarikan pada daerah lumbal tiap gerakan menjadi lebih besar dari orang normal. Sehingga beban yang berat pada otot dan ligamen sering menimbulkan nyeri pinggang. Pada pemeriksaan ditemukan adanya kurvatura pada tulang belakang. Akibat lengkungan yang tajam dapat pula menimbulkan nyeri radikuler. Artritis degeneratif sekunder ini pada orang dewasa dapat menimbulkan rasa sakit yang menetap dan mungkin ketidakmampuan (disability).

Stenosis spinal

Stenosis spinal sekarang merupakan suatu sindroma klinis yang telah dikenal baik berupa nyeri pinggang dan tungkai waktu berjalan akibat penekanan radiks saraf didalam kanalis spinalis yang sempit. Dikenal 2 bentuk stenosis, yaitu stenosis sentral dan stenosis lateral. Penyebab stenosis spinal adalah kongenital, degeneratif, kongenital dan degeneratif, degeneratif disertai prolapsus diskus intervertebralis, kongenital dan degeneratif disertai prolapsus diskus intervertebralis. Dalam keadaan istirahat penderita mungkin tidak mempunyai keluhan atau gejala, denyut nadi perifer biasanya dapat diraba. Gejala-gejalanya mirip dengan klaudikasio, hanya pada stenosis spinal ditemukan juga disestesi dan kelemahan otot.

Stenosis spinal biasanya ditemukan pada pria usia pertengahan dan onsetnya mungkin timbul akibat trauma tulang belakang. Keluhan timbul lebih lambat dari yang diperkirakan karena pengaruh degeneratif terhadap efek kanalis spinalis yang sempit.

Trauma dan gangguan mekanis

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama nyeri pinggang. Trauma ini selalu dihubungkan dengan fraktur, baik fraktur prosesus transverses atau fraktur kompresi. Fraktur prosesus transversus sering mengakibatkan nyeri pinggang yang lama pada penderita. Fraktur biasanya merupakan akibat aktifitas muskuler yang hebat, seperti strain pada rotasi yang ekstrim. Nyeri menetap yang timbul setelah fraktur kompresi korpus vertebra biasanya disebabkan oleh kerusakan sendi posterior yang bersangkutan.

Nyeri setelah trauma yang berat jarang menimbulkan kesulitan dalam diagnosis, karena penderita dapat mengingat dengan jelas faktor presipitasi (trauma) dan keluhan yang timbul setelah itu. Dilain pihak, harus diingat bahwa trauma langsung terhadap tulang belakang jarang

menyebabkan nyeri pinggang yang menetap. Jadi jangan gegabah mengaitkan trauma terhadap tulang belakang dengan nyeri pinggang.

Strain atau sprain miofasial

Ditemukan nyeri tekan lokal dan nyeri yang berlangsung singkat. Selalu ada riwayat trauma yang spesifik. Nyeri yang ada dan nyeri tekan lokal selalu diluar garis tengah. Keluhan dapat

(19)

berlangsung sampai 3 minggu, selama waktu itu penderita dinasihatkan untuk menghindari aktifitas fisik yang berat.

Radang (inflamasi)

Radang sebagai penyebab nyeri pinggang banyak ditemukan, diantaranya adalah fibrositis, yaitu adanya nodul yang nyeri tekan bersamaan dengan nyeri tulang belakang dan menghilangnya (kadang-kadang) keluhan setelah suntikan anestetik lokal memperkuat konsep fibrositis. Tendinitis secara klinis ditandai dengan adanya daerah nyeri tekan dimana tendo atau ligamen melekat pada tulang, dan lesi ini berkaitan dengan nyeri yang menyebar secara difus. Pada tulang belakang, kelainan ini dapat ditemukan pada tempat perlekatan otot dengan sakrum atau krista iliaka, atau pada ligamen supraspinosum dan menimbulkan nyeri pinggang yang tidak begitu dipengaruhi oleh aktifitas.

Kissing spines dan sprung back

Kedekatan proses spinosus (kissing spines) dan terbentuknya bursa diantara mereka telah

dinyatakan sebagai salah satu penyebab nyeri pinggang. “Sprung back” adalah suatu istilah yang dikaitkan dengan ruptur ligamentum supraspinosum yang terjadi setelah strain akibat fleksi mendadak tulang belakang dengan pelvis yang terfiksasi, seperti pada keadaan jatuh terduduk dengan tungkai terjulur lurus kedepan.

Kelainan pada sakroiliaka

Sprain sakroiliaka diluar yang terjadi setelah proses melahirkan sangat jarang. Pada 30 % populasi berusia diatas 45 tahun terjadi ossifikasi kapsul anterior sendi sakroiliaka. Instabilitas sakroiliaka terjadi pada penderita yang mempunyai riwayat trauma yang ini mengakibatkan terjadinya disrupsi pelvic ring.

Kelainan sikap tubuh (posture)

Nyeri pinggang akibat kelainan sikap tubuh biasanya didapat pada orang-orang dengan tipe astenis, dimana tonus otot-otot rendah serta kebiasaan sikap yang tidak tegak atau pada orang-orang yang terlampau gemuk.

(20)

4. Dari berbagai jenis nyeri pinggang, yang sering dipakai yakni klasifikasi nyeri berikut ini: I. Nyeri setempat

II. Nyeri radikuler III. “Referred pain”

IV. Nyeri karena spasme otot sekunder I. NYERI SETEMPAT

Korpus vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menyebabkan nyeri selama periosteumnya tidak teregang atau terangsang, oleh Karena korpus vertebra tidak mengandung ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri. Proses patologik apapun yang membangkitkan nyeri setempat harus dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka-nyeri, yaitu jaringan yang mengandung ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri. Nyeri setempat biasanya terus menerus atau hilang timbul (intermiten). Nyeri bertambah pada suatu sikap tertentu atau karena gerakan. Pada penekanan nyeri dapat bertambah hebat atau di luar masa nyeri dapat ditimbulkan nyeri tekan.

II. NYERI RUJUKAN (REFERRED PAIN)

‘Referred pain’ yang dirasakan di daerah pinggang dapat bersumber pada proses patologik di daerah peka-nyeri di kawasan abdominal, pelvis atau pun belakang lumbalnya sendiri. ‘Referred pain’ yang berasal dari tulang belakang lumbal bagian atas dirasakan di daerah anterior paha dan tungkai bawah. Jika sumber nyerinya di bagian bawah tulang belakang lumbal, maka ‘referred pain’ terasa pada daerah gluteal(bokong), bagian posterior dari paha dan betis. Ciri khasnya ialah sukar terlokalisir karena terasanya dalam dan difus. Walaupun terasa di bagian anterior atau posterior paha, namun demikian tidak ada suatu tempat yang benar-benar nyeri tekan. ‘Referred pain’ yang bersal dari organ-organ abdominal dan di pelvis terasa di samping pinggang dan di daerah permukaan perut sendiri. Yang terasa di daerah garis tengah tulang belakang lumbal atas adalah ‘referred pain yang bersumber di dinding posterior duodenum (ulkus duodeni) atau dinding posterior lambung (ulkus ventrikuli). Pada pancreatitis, atau tumor pankreas dapat dirasakan nyeri pinggang. Tetapi lebih sering dirasakan di samping kanan bila kaput pankreas yang terkena atau di samping kiri pinggang jika kaudanya yang mengandung proses patologik. Pada kholesistitis pun dapat dirasakan ‘referred pain’ di samping kanan pinggang.

Proses patologik di bagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma, karsinoma atau sarkoma dan aneurisma aorta dapat membangkitkan “referred pain’di pinggang dengan penjalaran ke daerah perut bawah sampai garis inguinal bahkan ke labia atau testis.

Kolitis, diverkulitis atau tumor di kolon dapat menyebabkan nyeri sampai di pinggang serta bagian perut bawah. Bila proses patologik berlokalisasi di kolon transverses nyeri pinggang di samping kiri atau kanan setinggi L.1 sampai L.3 dapat dirasakan sesuai debgan lokalisasi di kolon transversusnya.

Jika sigmoideum yang mengandung proses patologik,’Referred pain’ dirasakan pada daerah lumbal bawah atau di sacrum.

(21)

‘Referred pain’ di pinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan oleh proses patologik apapun yang menegangkan ligamen turn sakrouterina. Posisi uterus yang salah dapat menarik ligamentum tersebut dan tumor ganas seperti endometriosis atau karsinoma uteri dapat melakukan infiltrasi di ligamen tersebut dan menimbulkan ‘Referred pain’ di pinggang bagian bawah.

Sistitis pada wanita dapat menimbulkan ‘Referred pain’ di pinggang bagian bawah, sebaliknya penyakit-penyakit ginjal jika menjadi sumber ‘Referred pain’, menimbulkan nyeri di pinggang bagian atas (torakolumbal) yang selanjutnya menyebar ke samping dan ke bawah ke jurusan perut atau daerah inguinal.

III. NYERI RADIKULAR

Nyeri radikular menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri radikular timbul karena perangsangan terhadap radiks, baik yang bersifat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan. Hal ini berarti bahawa proses patologik yang menimbulkan nyeri radikular harus berada di sekitar foramen intervertebralis. Batuk bangkis dan napas menimbulkan nyeri radikular jika ada proses patologik yang menekan atau menyentuh atau meregang radiks dorsalis. Hal ini disebabkan karena pada batuk dan bersin tekanan ruang subarakhnoidal melonjak sejenak dan memperhebat penekanan atau sentuhan atau peregangan pada radiks dorsalis yang sedang terganggu. Lonjakan tekanan di ruang subarakhnoidal dapat ditimbulkan juga dengan penekanan pada kedua vena jugularis selama 1 sampai 2 menit. Berdasarkan pada tindakan ini maka tes dari Naffziger dianggap sebagai diagnostikum paling eksak untuk menentukan adanya nyeri radikular. Pada penderita yang mengalami iskhialgia dilakukan penekanan pada vena jugularis selama 1 sampai 2 menit. Pada akhir masa penekanan ia diminta untuk mengejan sejenak. Bilamana nyeri

(22)

radikular timbul menjalar sesuai dengan perjalanan serabut radiks dorsalis L.5-S.1 yang dinamakan nervus iskhiadikus, maka test Naffzigger disebut positif. Dalam hal ini harus ditarik kesimpulan bahwa iskhialgia bersifat diskogenik.

Jika nyeri radikular sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus timbul pada waktu bersin atau batuk, belumlah pasti bahwa iskhialgia tersebut bersifat diskogenik. Oleh karena pada waktu batuk dan bersin ikut tergerak, sehingga bila nervus iskhiadikus ikut terlibat dalam proses radang di sendi panggul atau sakroiliaka, ia memperoleh perangsangan tambahan. Nyeri yang menjalar karena terlibatnya nervus iskhiadikus di tingkat sendi sakro-iliaka atau sendi panggul saat batuk atau bersin dinamakan nyeri pseudoradikular.

IV. NYERI AKIBAT SPASMUS OTOT

Otot dalam keadaan tegang secara terus-menerus menimbulkan perasaan yang dinamakan kebanyakan orang sebagaI ‘pegal’. Sikap duduk, tidur, jalan dan berdiri yang salah dapat menimbulkan ‘sakit pinggang’. Keadaan tegang mental menyebabkan ketegangan kepada otot-otot lumbal juga, sama halnya juga kepada otot-otot-otot-otot leher-bahu.

(23)

DIAGNOSA

Untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit perlu dilakukan anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Demikian juga untuk low back pain walaupun bukan suatu penyakit melainkan sekesar suatu gejala dari suatu perubahan patologik tertentu. Dengan demikian diagnosis low back pain di sini mempunyai kaitan pengertian sebagai diagnosis etiologic,

A. ANAMNESA

Anamnesa merupakan langkah penting dalam evaluasi penderita nyeri pinggang. Penderita dibiarkan menuturkan riwayat penyakitnya dengan kata-katanya sendiri sambil dipandu ke arah yang memungkinkan munculnya informasi penting yang diperlukan untuk diagnosis. Usia penderita dapat membantu dalam menentukan penyebab potensial nyeri pinggang mereka. Beberapa penyebab timbul lebih sering pada usia muda (spondilitis ankilosa, sindrom Reiter), sedangkan yang lain pada usia lebih tua (stenosis spinal, polimialgia reumatika). Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit lebih sering ditemukan pada pria (spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita (fibromialgia, osteoporosis). Ada pula yang kekerapannya sama pada kedua jenis kelamin (inflammatory bowel disease).

‘Sakit pinggang’ yang dikemukakan seorang penderita harus ditentukan dahulu arti yang dimaksud oleh penderita. Jenis ‘sakit pinggang’ harus digambarkan oleh penderita sendiri. Dan untuk itu penderita harus diberi waktu dan kebebasan yang cukup, bila perlu harus dibimbing tanpa mempengaruhi penggambaran oleh penderita. Dalam hal ini ditanyakan ciri-ciri ‘sakit pinggang’, sehinga dapat ditetapkan apakah ‘sakit pinggang’ yang dikemukakan itu:

1. Nyeri di pinggang setempat atau difus. 2. ‘Referred pain’ di pinggang.

3. Nyeri pinggang dengan nyeri radikular / pseudoradikular. 4. Nyeri akibat spasmus otot.

5. Nyeri yang tidak dapat dikelompokkan pada jenis jenis tersebut di atas.

Ciri-ciri khas bagi proses setempat yang menimbulkan nyeri setempat ialah bahwa nyeri timbul pada gerakan tubuh atau perubahan sikap tubuh. Selain itu didapat nyeri tekan pada tempat yang dapat ditunjuk oleh penderita sendiri secara tepat.

‘Referred pain’ pada daerah pinggang mudah teringat kalau penderita menyatakan adanya nyeri atau pegal di pinggang, akan tetapi tempat nyeri tidak dapat ditunjuk dengan tepat.

Kebanyakan nyeri pinggang terbatas pada daerah lumbo-sakral. Nyeri radikuler ke paha atau lutut biasanya berhubungan dengan nyeri referral dari unsur-unsur tulang belakang (otot

ligamen atau sendi apofiseal). Nyeri yang menjalar dari pinggang sampai ke bawah lutut biasanya neurogenik dan menunjukkan kemungkinan adanya proses patologik yang mengenai radiks saraf spinal.

(24)

Nyeri radikular dan pseudoradikular harus selalu dibedakan dan diselidiki baik secara anamnestik maupun dengan cara pemeriksaan sensibilitas. Secara spontan penderita dapat menyatakan bahwa nyeri yang timbul menjalar menurut suatu pola. Bila tidak diceritakan, orang sakit diingatkan debgan pertanyaan: “Apakah hanya terasa disitu ataukah menjalar atau meluas juga ke daerah lain?”

Ciri khas bagi nyeri akibat spasmus otot ialah bahwa pijat dan ‘urut’ meringankan bahkan melenyapkan keluhan.

‘Sakit pinggang’ yang secara anamnestik sukar dikenal, tetapi pada pemeriksaan radiologik mudah terungkap ialah ‘sakit pinggang’ pada osteoporosis.

Bilamana dari anamnesa sudah diketahui jenis ‘sakit pinggang’, maka sumber keluhannya, mudah terlokalisasi. Lokasi dan lamanya nyeri membantu menentukan pertanyaan berikutnya. Nyeri pinggang mekanik mempunyai onset yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan biasanya berlangsung singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu) sedangkan nyeri pinggang medik onsetnya lambat tanpa faktor presipitasi yang jelas dan sering berlangsung lama (beberapa minggu sampai beberapa bulan).

Sifat dan lokalisasi sumber itu dapat terungkapkan secara anamnestik melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai soal:

1.Bagaimana mula timbulnya dan bagaimana perkembangan selanjutnya. 2.Faktor-faktor yang dapat memperberat ‘sakit pinggang’

3.Faktor-faktor yang memperingan ‘sakit pinggang’

4.Gejala-gejala yang mendahului, menyusul atau umumnya menyertai bangkitnya ‘sakit pinggang’

Seringkali trauma dikemukakan sebagai informasi yang mungkin mempunyai arti

etiologik. Pada kebanyakan ‘sakit pinggang’ psikogen trauma yang banyak terjadi pada saat anak-anak dituturkan dalam bentuk pertanyaan dan pada kebanyakan ‘sakit pinggang’ psikogen seringkali penderita akan mengungkapkan sendiri sifat psikogennya.

Di samping menilai nyeri, menemukan faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri sangat membantu menentukan sumber keluhan. Yang khas, gangguan mekanik bertambah berat bila melakukan aktifitas, termasuk duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama, serta membaik jika berbaring.

Peninggian tekanan cairan serebrospinal akibat batuk atau bersin mengakibatkan eksaserbasi nyeri radikuler pada penderita dengan HNP. Gerakan yang tiba-tiba dapat menyebabkan kontraksi refleks otot paraspinal tanpa penjalaran nyeri ke tungkai bawah.

Beratnya nyeri dapat diukur dengan berbagai cara. Penderita mungkin menceritakan bagaimana rasa nyerinya telah mempengaruhi aktifitasnya sehari-hari. Contoh lain ialah dengan rnenggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Ada yang rnenggunakan diagram nyeri; penderita diminta mengisi diagram yang menggambarkan tempat, kualitas dan beratnya nyeri. Diagram nyeri ini membantu pencatatan luas daerah nyeri dan respon terhadap pengobatan.

(25)

Informasi mengenai gejala-gejala yang mendahului, menyertai atau menyusul timbulnya ‘sakit pinggang’ mempunyai arti yang menentukan. Terutama mengenai ‘Referred pain’, oleh karena keluhan tersebut jarang timbul secara sendiri, melainkan hampir selamanya secara bergandengan dengan nyeri atau gejala apapun yang merupakan manifestasi penyakit primernya. ‘sakit pinggang’ nefrogenik bergandengan dengan gejala-gejala kolik, disuria dan infeksi saluran air kencing secara hilang timbul (nefrolitiasis), oedem kedua tungkai, hematuria dan proteinuria ( trombosis vena renalis).

Sifat nyeri di pinggang dapat mengungkapkan jenis proses patologik. Misalnya nyeri yang pada mula timbulnya tidak begitu mengganggu, tetapi lambat laun bertambah keras secara progresif mencirikan proses neoplasmatik. Juga nyeri di pinggang yang menghebat pada waktu berbaring seringkali terbukti disebabkan oleh tumor.

Untuk mendapatkan kesan betapa hebat nyeri yang dirasakan adalah praktis dan tepat bila diperoleh informasi mengenai macam obat yang pasien pernah gunakan untuk melenyapkan nyeri. Nyeri sedang dapat dihilangkan dengan salisilat. Obat yang sering digunakan ialah Novalgin, Bodrex, Antalgin. Lebih tegas jika ditanyakan berapa jumlah tablet yang dikonsumsi untuk menghilangkan nyeri.

Nyeri di pinggang yang disebabkan proses reumatoid seringkali didahului oleh nyeri setempat di bagian lain tubuh, misalnya di sendi bahu, lutut atau jari jari. Nyeri di pinggang pada seseorang yang mempunyai saudara yang menderita spondiloisis ankilopoetika dapat bersifat imajiner. Secara faktual ia belum atau tidak menunjukkan tanda -tanda penyakit herediter tersebut ,tetapi kesadaran bahwa suatu saat penyakit tersebut dapat bermanifestasi pada dirinya sendiri mebuat ia tegang dan berobsesi ‘sakit pinggang’. Spondiloitis ankilopoetika benar bermula dari daerah sakrum dan lumbal bawah, tetapi ada orang-orang yang tegang karena khawatir akan mendapatkan manifestasi penyakit tersebut tidak menunjukkan tanda dini. Lagi pula dengan obat penenang tanpa analgetikum ‘sakit pinggang’ tersebut dapat dihilangkan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sebagian besar anamnesis digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri. Anamnesis diarahkan kepada pemahaman tentang perkembangan kronologis nyeri pinggang, karakteristik dan responnya terhadap pengobatan. Daerah lumbosakral mempunyai beberapa tipe persarafan sensoris spesifik yang menentukan perbedaan kualitas nyeri. Ada 6 kategori utama nyeri, yaitu :

·Nyeri somatik superfisial.

·Nyeri somatik dalam (spondilogenik). ·Nyeri radikuler.

·Nyeri neurogenik. ·Nyeri referal. ·Nyeri psikogenik.

(26)

Sebagai tambahan terhadap riwayat penyakit sekarang, riwayat keluarga dan riwayat sosial dapat membantu mengungkapkan kelainan yang merupakan dasar nyeri pinggang yang diderita sekarang; mungkin terdapat faktor predisposisi familial. Salah satu contoh penting ialah sekelompok penyakit yang menyebabkan spondiloartropati. Faktor etnispun dapat merupakan predisposisi terhadap penyakit tertentu, misalnya wanita kulit putih dari Eropa Utara mempunyai risiko besar menderita osteoporosis. Kelainan mekanik seperti HNP dan stenosis spinal mungkin mempunyai predileksi keluarga.Pekerjaan dan riwayat sosial penting untuk mengidentifikasi penderita-penderita yang mempunyai risiko mengalami nyeri pinggang mekanik. Hubungan kerja dengan onset nyeri penting dalam menentukan ganti rugi.

Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok, alkohol dan penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko yang independen pada nyeri pinggang. Penggunaan alkohol yang berlebihan berkaitan dengan osteoporosis, sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan predisposisi terhadap infeksi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu dan anamnesis sistem perlu ditinjau secara singkat. Biasanya tidak banyak informasi yang

dapat membantu. Meskipun demikian, pada penderita nyeri pinggang medik dapat diperoleh data yang berharga. Riwayat penyakit dahulu seperti keganasan, artritis atau penyakit tulang metabolik sangat membantu. Data dari anamnesis sistem dapat mengidentifikasi penderita yang mempunyai penyakit sistemik yang menyebabkan nyeri pinggang sekarang, tetapi tidak menyadari hubungan antara keduanya (misalnya ruam kulit

dengan spondiloartropati). B. PEMERIKSAAN

Evaluasi nyeri pinggang memerlukan pendekatan kritis dan sistematik, yang harus disesuaikan dengan keluhan spesifik penderita. Jarang keluhan dan gejala pada seorang penderita dapat segera dihubungkan dengan proses patologik pada organ tertentu. Jika dapat, pengobatan spesifik dapat segera diberikan.Tetapi, pada kebanyakan kasus, organ tubuh yang terkena seperti tulang, otot, ligamen, fasia atau saraf - tidak segera dapat dipastikan sebagai sumber nyeri pinggang.

• Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjalaran nyeri, posisi tubuh yang menimbulkan atau memperberat nyeri, trauma, ligitasi (medikolegal), obat-obat penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang dibutuhkan, kemungkinan keganasan. • Pemeriksaan fisis, dengan perhatian khusus pada tanda infeksi sistemis,

tanda-tanda keganasan yang tersembunyi, nyeri tekan lokal atau pada insisura iskiatika, spasme otot, ruang lingkup gerakan, tes angkat tungkai lurus (Laseque), dan pemeriksan rektum (tonus sfingter dan prostat).

• Pemeriksaan neurologis, dengan perhatian khusus pada afek dan alam perasaan, kelemahan otot, atrofi, atau fasikulasi, defisit sensorik termasuk perineum, refleks (tendon dalam, abdominal, anal, kremaster).

(27)

• Pemeriksaan laboratorium yaitu foto rontgen polos (anterior posterior, lateral, oblik) hitung darah lengkap dan laju endap darah, serum : kreatinin, kalsium, fosfat, alkali fosfatase, asam urat, fosfatase asam (pria), gula darah puasa.

• Pemeriksaan khusus (misalnya sken tulang, gula darah 2-jam postprandial, sken magnetik resonan, sken tomografik, mielografi) bergantung pada hasil pemeriksaan rutin di atas. 1. TINDAKAN DIAGNOSTIK FISIK PADA NYERI PINGGANG

Seringkali pasien tidak dapat menunjukkan lokasi sakit pinggangnya secara tepat. Oleh karena itu berbagai tindakan pemeriksaan dilakukan untuk membangkitkan nyeri pinggang.

Jika diduga terdapat nyeri pinggang medik, pemeriksaan jasmani lengkap harus dilakukan sebelum mengevaluasi pinggang. Tanda-tanda penyebab spesifik nyeri pinggang mungkin ditemukan pada waktu melakukan pemeriksaan umum. Kelainan pada berbagai organ (misalnya kulit, mata, saluran cerna) dapat ditemukan pada penderita dengan nyeri pinggang medik. Langkah-langkah sistematis dalam pemeriksaan klinis adalah inspeksi, langkah/gaya berjalan (gait), nyeri, mobilitas, berjongkok, refleks-refleks, panjang tungkai, sensibilitas, kekuatan otot motorik, mengangkat tungkai lurus, tes faber dan nadi.

Pemeriksaan dimulai pada saat pasien masuk ke dalam ruang periksa. Gaya berjalannya diperhatikan, cara pasien duduk diobservasi dan juga sikap duduk yang disukainya, cara pasien naik tempat tidur periksa untuk berbaring.

Sebagai titik tolak pemeriksaan dapat dipakai tempat nyeri yang ditunjuk pasien atau yang telah diprovokasi dengan gerakan tulang belakang atau dengan penekanan pada lamina-lamina.

Perhatian dan pemeriksaan diarahkan pada:

1. Posisi pelvis, selisih panjang tungkai, posisi krista iliaka.

2. Bentuk kolumna vertebralis torakolumbal dan lumbosakral berikut deformitasnya. 3. Meneliti adanya atrofi atau spasmus di sekitar lokasi nyeri.

4. Batas lingkup gerakan tulang belakang lumbosakral

5. Hasil tes Lasegue, tes O’Connel, tes Patrick, tes kebalikan Patrick, tes Gaenslen. 6. Kelainan-kelainan neurologik:

a. Adakah iskhialhia.

b. Adakah defisit motorik pada kedua tungkai. c. Adakah defisit sensorik pada kedua tungkai. d. Adakah gangguan sfinkter ani dan uretrae.

(28)
(29)

Penderita diperiksa pada posisi yang berbeda-beda, yaitu pada posisi tegak (erect position), posisi telentang (supine position) dan posisi tengkurap (prone position).

Pada posisi tegak diperiksa sikap tubuh dan kemiringan pelvis, deformitas, atrofi otot, spasme otot, pembengkakan lokal, nyeri (vertebra, sakroiliaka, perlekatan otot), derajat pergerakan (fleksi, ekstensi dan rotasi), langkah/gaya berjalan (gait) dan panjang tungkai.

Pada posisi telentang diperiksa tes Patrick, panjang tungkai, mengangkat tungkai lurus, tes Graenslen (tes regangan sakroiliaka), derajat pergerakan (fleksi, ekstensi, rotasi), sirkulasi darah (bising abdominal, nadi) dan refleks-refleks.

Pada posisi tengkurap diperiksa deformitas, inspeksi otot, atrofi otot (termasuk otot paha dan betis), spasme otot, nyeri (vertebra, sendi apofiseal, sendi sakroiliaka, otot-otot sakroiliaka dan pemeriksaan rectal.

Kondisi inflamatorik pada tulang lumbosakral mengakibatkan mendatarnya lordosis

lumbosakralis. Kolumna vertebralis bergerak sebagai suatu lesi padanya. Para penderita dengan spondilosis memperlihatkan pembatasan lingkup gerakan fleksi dan ekstensi, namun lingkup gerakan lateralnya masih cukup baik. Sebaliknya, pada spondilitis ankilopoetika fleksi lateral sudah sangat terbatas pada tahap dini.

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sebagian besar penderita nyeri pinggang tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium pada evaluasi awal. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bergantung kepada dugaan penyebab nyeri pinggang. Pemeriksaan yang paling bermanfaat dalam membedakan nyeri pinggang medik dari nyeri pinggang mekanik ialah pemeriksaan laju endap darah (LED). LED yang tinggi mengarah kepada adanya peradangan dalam tubuh, sehingga dapat dimulai pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap kemungkinan adanya kelainan inflamatif sistemik pada penderita. Pada satu penelitian, LED yang lebih dari 25 mm/jam mempunyai false positive rate hanya sebesar 6%.

(30)

Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan misalnya kadar kalsium dan fostatase alkali (penyakit tulang difus), peninggian aktifitas fostase asam (metastasis karsinoma prostat), darah samar pada tinja (pemeriksaan penyaring terhadap ulkus atau tumor saluran cerna) dan sebagainya.

3. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

Pemeriksaan radiologis penting segera dikerjakan pada penderita nyeri pinggang yang datang dengan riwayat trauma, kelainan tulang belakang setelah pemeriksaan fisik, pasien geriatric atau pada pasien dengan riwayat pengobatan yang mengganggu metabolisme tulang (steroid, dilantin, dsbnya). Pemeriksaan yang dilakukan adalah foto polos, scintigrafi tulang (untuk menilai akibat cedera olahraga, artritis inflamasi, osteomalacia, osteoporosis, osteomyelitis). Computerized tomography (CT-scan) dengan atau tanpa kontras akan membantu penderita dengan HNP, degenerasi facet dan spinal stenosis. Elektif mielografi dengan kontras akan membantu memeriksa pasien dengan diagnosis HNP bila dibandingkan dengan CT Scan, akurasi mielografi dengan kontras 83% dan CT Scan 72%. Magnetic resonance imaging (MRI) membantu pasien dengan diagnosis degenerasi diskus, infeksi diskus vertebralis dan kelainan jaringan lunak. Selain itu pemeriksaan lain yang digunakan adalah arthrografi untuk sindroma facet joint, termografi, angiografi spinal dan diskografi lumbal.

Foto rontgen biasa tulang belakang lumbosacral sebaiknya selalu dibuat pada setiap orang yang mengeluh tentang sakit pinggang. Oleh karena fraktur, osteoporosis, dislokasi, tumor dan infeksi dapat diperlihatkan oleh foto-foto tersebut. Foto rontgen yang harus dibuat ialah foto lumbalsacral dengan proyeksi anterior-posterior, lateral, oblik kanan dan kiri. Menurut penyelidikan diskus intervertebrale antara ruas lumbal terbawah dan S1 selalu menyempit pada orang-orang yang berusia 50 tahun ke atas, sehingga nyeri yang tidak berlokalisasi di tempat tersebut tidak boleh dihubungkan dengan lesi diskogen antara luas lumbal terbawah dan S.1. Pada foto dengan proyeksi lateral dapat ditinjau perbandingan antara jarak korpus vertebralis lumbal dan jarak kanalis vertebralis lumbal. Jarak anterior-posterior korpus vertebralis lumbal ialah 42 sampai 45 mm. Sebagai patokan dapat diambil separuh jarak tersebut sebagai jarak antero-posterior kanalis vertebralis lumbal yang normal. Bila jarak itu kurang dari 19 mm, maka stenosis kanalis vertebralis lumbal harus dipikirkan.

Pemeriksaan radiologik : pemeriksaan foto polos lumbosakral dengan proyeksi AP : untuk melihat deformitas susunan tulang bila ada fraktur, skoliosis, sakralisasi, serta destruksi gambaran tulang, proyeksi Lateral : melihat lordosis lumbalis, spondilolisthesis, posisi obliq : untuk melihat ada tidaknya penyempitan foramen intervertebralis dan untuk melihat keutuhan scotty dog.

(31)
(32)

Pemeriksaan radiologik yang dapat dilakukan:

·Foto polos ·Scintigrafi tulang

·Computerized tomography (CT-scan) ·Mielografi

·Magnetic resonance imaging (MRI)

·Lain-lain : angiografi spinal, diskografi lumbal, termografi dan sebagainya

selain pemeriksaan di atas, dapat dilakukan pula elektromiografi C. PENCEGAHAN LOW BACK PAIN

Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan

keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbo-sacral, otot gluteal, paha dan sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat. Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul setelah keluhan pada gangguan system pernafasan. Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP tidak diketemukan penyebabnya yang jelas (Croft, 1999). Croft juga menyebutkan bahwa 90 % klien dengan LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun nyerinya masih terasa.

(33)

Low back pain dikatagorikan sebagai akut (kurang dari 12 minggu), sub akut (6-12 minggu) dan

kronik (lebih dari 12 minggu). Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan ligament dan otot yang diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu. Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk.

Berikut ini akan diuraikan cara pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi.

1. Latihan Punggung Setiap Hari

• Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.

• Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

• Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.

2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

• Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya. • Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah • Peganglah benda dekat perut dan dada

• Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda

• Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda 3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

• Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama

• Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.

• Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.

• Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang. • Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi 4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

• Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah

Referensi

Dokumen terkait

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,

Dari hasil analisis Tabel 1dapat diketahui bahwa variabel responsiveness tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap satisfaction hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi

Observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran Problem Base Learning dengan media visual yang

Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan

Dengan integrasi antara KE dan TRIZ, diharapkan akan terciptanya suatu solusi yang kreatif dan inovatif, serta dapat mengakomodir kebutuhan emosional pelanggan terhadap

Selain itu, kita dapat mengatur pengetahuan ke dalam unit-unit yang lebih kompleks yang menggambarkan situasi atau obyek yang rumit dalarn domain. Unit-unit

Dari penyalahgunaan pada waktu persipan, pemberian dan pembuangan, perawat dan pekerja lainnya mempunyai resiko untuk mendapatkan dampak kemoterapi secara langsung apabila

2. Investasi yang dilaksanakan di Desa Beku, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten dinyatakan layak dari aspek manajemen keuangan. Jadi investasi dapat diterima.