• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II METODOLOGI PENELITIAN..."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 iii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 3 1.3. Dasar Hukum ... 3 1.4. Tim Penyusun ... 4

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 5

2.1. Pengumpulan Data ... 5

2.2. Pengolahan dan Analisis Data ... 6

BAB III PERMUKIMAN TRANSMIGRASI BINA TAHUN 2014 ... 8

3.1. Permukiman Transmigrasi menurut Umur Bina Tahun 2014 8

3.2. Permukiman Transmigrasi menurut Pola Permukiman Tahun 2014 ... 11

3.3. Jumlah Transmigran menurut Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014 ... 13

3.4. Jumlah Transmigran menurut Pola Permukiman Tahun 2014 ... 16

BAB IV PENDAPATAN TRANSMIGRAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI BINA TAHUN 2014 ... 19

4.1. Pendapatan Menurut Provinsi ... 19

4.2. Pendapatan Menurut Tahun Bina Permukiman ... 20

4.3. Pendapatan Menurut Pola Permukiman ... 24

BAB V PENGELUARAN TRANSMIGRAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI BINA TAHUN 2014 ... 26

5.1. Pengeluaran Transmigran menurut Provinsi ... 26

5.2. Pengeluaran Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Pangan ... 28

5.3. Pengeluaran Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Non Pangan ... 31

5.4. Pengeluaran Transmigran untuk Kebutuhan Sekunder ... 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(5)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jumlah Provinsi yang Mengirimkan Data Kesejahteraan dan Pendapatan Transmigran Tahun 2014 ... 5 Tabel 2.2. Permukiman Transmigrasi yang Data Kesejahteraan dan

Pendapatan Transmigrannya Dilaporkan Tahun 2014 ... 6 Tabel 3.1. Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina menurut Umur Bina

Tahun 2014 ... 9 Tabel 3.2. Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina menurut Pola

Permukiman Tahun 2014... 12 Tabel 3.3. Jumlah Transmigran (KK) menurut Permukiman Transmigrasi

Bina Tahun 2014 ... 15 Tabel 3.4. Jumlah Transmigran (KK) menurut Pola Permukiman Tahun

2014 ... 18 Tabel 4.1. Pendapatan Transmigran menurut Provinsi ... 20 Tabel 4.2. Pendapatan Transmigrasi pada Permukiman Transmigrasi T+2 .. 21 Tabel 4.3. Pendapatan Transmigrasi pada Permukiman Transmigrasi T+3 .. 22 Tabel 4.4. Pendapatan Transmigrasi pada Permukiman Transmigrasi T+4 .. 23 Tabel 4.5. Distribusi Permukiman Transmigrasi menurut Pendapatan

Standar Bina dan Garis Kemiskinan Desa di Provinsi Tahun

2014 ... 24 Tabel 4.6. Pendapatan Transmigran menurut Pola Permukiman

Transmigrasi ... 25 Tabel 5.1. Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran menurut Provinsi ... 27 Tabel 5.2. Pengeluaran Kebutuhan Dasar Pangan ... 30 Tabel 5.3. Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran untuk Kebutuhan

Dasar Non Pangan ... 32 Tabel 5.4. Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran untuk Kebutuhan

(6)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014 ... 10 Gambar 3.2. Jumlah Transmigran (KK) menurut Permukiman

(7)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Provinsi Sumatera Utara ... 42

Lampiran 2 Provinsi Jambi ... 49

Lampiran 3 Provinsi Sumatera Selatan ... 56

Lampiran 4 Provinsi Kalimantan Barat ... 63

Lampiran 5 Provinsi Sulawesi Utara ... 70

Lampiran 6 Provinsi Gorontalo ... 77

(8)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transmigrasi merupakan salah satu bagian dari Pembangunan Nasional, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari ruang lingkup Pembangunan Nasional. Kegiatan-kegiatan penyelenggaraan transmigrasi termasuk dalam lingkup pembangunan nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam Penyelenggaraan Transmigrasi diarahkan untuk mewujudkan suksesnya pembangunan daerah, terutama di bidang pembangunan pertanian. Dengan adanya pembangunan pertanian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dengan demikian pada hakekatnya transmigrasi membantu meningkatkan martabat manusia.

Peningkatan kesejahteraan, dimaksudkan bahwa melalui perpindahan untuk bermukim menetap serta berusaha di daerah yang baru dengan dukungan fasilitas yang disiapkan melalui program transmigrasi diharapkan dapat mengubah tingkat kehidupan transmigran kearah yang lebih baik daripada sebelum berpindah. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup transmigran, upaya pembinaan daerah transmigrasi diarahkan pada pembinaan ekonomi yang semakin meningkat dan intensif sejak awal penempatan transmigran di lokasi. Titik penekanan pembinaan masyarakat transmigrasi adalah pada kegiatan ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pusat pertumbuhan atau kawasan ekonomi yang mampu memberi kontribusi bagi pembangunan wilayah.

Dalam unit permukiman transmigrasi terdapat tahapan-tahapan guna mengembangkan permukiman menjadi permukiman yang mandiri. Adapun Tingkat perkembangan permukiman transmigrasi dan kesejahteraan transmigran dilakukan melalui tahapan:

1. Tingkat penyesuaian adalah kondisi perkembangan permukiman dimana transmigrannya sedang beradaptasi di lingkungan baru (sosial ekonomi, budaya dan fisik) untuk mampu melaksanakan kehidupan di

(9)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 2

lokasi baru. Pada tahap penyesuaian berlangsung selama satu setengah tahun.

2. Tingkat pemantapan adalah kondisi perkembangan permukiman dimana transmigrannya telah berkemampuan mengelola asset produksi secara optimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada tahap pemantapan berlangsung selama satu setengah sampai dengan dua tahun.

3. Tingkat pengembangan adalah kondisi perkembangan permukiman dimana transmigrannya telah mandiri dalam arti mampu mengembangkan potensi diri dan masyarakatnya dalam bentuk partisipasi aktif guna mengembangkan usaha dan kehidupannya secara berkelanjutan. Pada tahap pengembangan berlangsung kurang lebih selama dua tahun.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan suatu permukiman transmigrasi diperlukan suatu analisis tingkat kesejahteraan transmigran. Dalam Buku Data dan Informasi Analisis Kesejahteraan Transmigran ini menyajikan data statistik dan indikator kesejahteraan rakyat dari aspek pendapatan dan pengeluaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar analisis terhadap upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya para transmigran.

Aspek pendapatan yaitu Upah / Gaji yang diterima oleh setiap pekerja yang digunakan demi memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan baik untuk kebutuhan dirinya sendiri maupun untuk kebutuhan keluarganya. Aspek pengeluaran yaitu jumlah uang dalam rupiah yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan dan non pangan, kebutuhan sekunder dan barang tahan lama, dan tabungan.

Adapun dalam peningkatan taraf hidup transmigran terdapat hambatan atau kendala yang dihadapi, pengalaman selama ini menunjukan bahwa terjadi variasi tingkat kesejahteraan transmigran dan tidak seluruh transmigran mampu memenuhi indikator kesejahteraan yang sudah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai kendala / permasalahan antara lain yang terkait sumber daya alam seperti tanah yang kurang subur, topografi yang kurang mendukung, atau yang terkait sumber daya manusia seperti terbatasnya tingkat keterampilan dan

(10)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 3

modal yang dimiliki serta bangunan / infrastruktur yang kurang mendukung seperti jalan dan jembatan dari dan ke lokasi rusak berat, serta sarana / prasarana pendidikan dan kesehatan yang belum memadai / tersedia.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk menyajikan data dan informasi tingkat kesejahteraan transmigran ditinjau dari tingkat pendapatan dan pengeluaran, Keluarga Transmigran di Pemukiman Transmigrasi yang masih di bina Tahun 2014, berdasarkan ketentuan yang mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.25/Men/IX/2009 tentang Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi dan Kesejahteraan Transmigran.

1.3. Dasar Hukum

Beberapa landasan hukum yang terkait dengan Penyusunan Buku Data dan Informasi Analisis Kesejahteraan Transmigran Tahun 2014:

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi dan Kesejahteraan Transmigran.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Ketransmigrasian.

4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(11)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 4

1.4. Tim Penyusun Pengarah

Ir. Anto Pribadi, MM., MM.Si.

Penanggung Jawab Ir. Elly Sarikit, MM

Tim Penyusun

Ria Fajarianti, SE., MM. Anton Tri Susilo, BE., SE. Alfandi Pramandanu, ST. Esti Afriyani, S.Sos. Dian Mariyani, SE. Firda Shintia Dewi, S.Si.

(12)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 5

BAB II

METODOLOGI

2.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data tingkat kesejahteraan transmigran yang berasal dari laporan Dinas Provinsi tahun 2014. Form isian data adalah form pada data kesejahteraan transmigrasi yang mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Ketransmigrasian.

Berdasarkan data tahun 2014, terdapat jumlah permukiman transmigrasi (Kimtrans) Bina sebanyak 168 unit. Dari jumlah tersebut terdapat 157 unit yang usia binanya berumur T+2 s.d T≥5 harus melaporkan data kesejahteraan transmigrannya.

Dari 24 Provinsi secara nasional, Provinsi yang melaporkan data kesejahteraan transmigran ada 7 (tujuh) Provinsi, terdiri dari data kesejahteraan transmigran sebanyak 26 unit permukiman transmigrasi dan data pendapatan sebanyak 22 unit permukiman transmigrasi. Pengumpulan data dilakukan secara acak kepada 579 responden. Persebaran perolehan data menurut Provinsi disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Jumlah Provinsi yang Mengirimkan Data Kesejahteraan dan Pendapatan Transmigran Tahun 2014

PROVINSI Jambi Kalimantan Barat Sulawesi Utara Sumatera Selatan Sumatera Utara Gorontalo Nusa Tenggara Timur Jumlah

KIMTRANS TARGET LAPOR UPT (T + 2 S/D T ≥ 5) 3 4 0 5 0 5 3 20 KK 343 3225 0 2430 0 1000 1201 8199 KIMTRANS LAPOR KESTRAN 4 5 1 4 1 6 5 26 PENDAPATAN 4 4 1 4 1 6 2 22 RESPONDEN (KK) 105 89 15 108 22 179 61 579

Sumber: Provinsi yang Melaporkan Data Perkembangan dan Kesejahteraan Transmigran ke Pusat Data dan Informasi, 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(13)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 6

Berdasarkan Tabel 2.2., pada tahun bina ke 2 atau (T+2) terdapat unit permukiman yang melaporkan data kesejahteraan transmigran dan pendapatan masing-masing sebanyak 1 unit, sedangkan pada tahun bina ke 3 atau (T+3) terdapat unit permukiman yang melaporkan data kesejahteraan transmigran dan pendapatan sebanyak 7 dan 4 unit, dan pada tahun bina lebih dari 5 tahun atau (T ≥ 5) terdapat unit yang melaporkan data kesejahteraan transmigran dan pendapatan sebanyak 18 dan 17 unit.

Tabel 2.2.

Permukiman Transmigrasi yang Data Kesejahteraan dan Pendapatan Transmigrannya Dilaporkan Tahun 2014 1 Total Kimtrans target

Lapor Jumlah Kimtrans Jumlah KK

T + 2 4 1730

T + 3 4 2388

T ≥ 5 12 4081

TOTAL 20 8199

2 Kimtrans Lapor Kestran Pendapatan Kimtrans Sampel (KK)

T + 2 1 1 1 30

T + 3 7 4 7 119

T ≥ 5 18 17 18 430

TOTAL 26 22 26 579

Sumber: Provinsi yang Melaporkan Data Perkembangan dan Kesejahteraan Transmigran ke Pusat Data dan Informasi, 2014 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Dari data yang melaporkan kesejahteraan transmigrannya kemudian dapat dianalisis tingkat pendapatan dan dapat mengetahui tingkat kesejahteraan transmigran sampai sejauh mana keberhasilan program transmigrasi berjalan efektif dan untuk menjadi acuan pemerintah dalam memberi kebijakan selanjutnya dalam meningkatkan taraf hidup para transmigran.

2.2. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan fasilitas program aplikasi Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi dan Kesejahteraan Transmigrasi. Hasil olahan data kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sehingga dapat menjawab fenomena yang berhubungan aspek

(14)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 7

kesejahteraan transmigran dengan mengidentifikasi pendapatan dan pengeluaran transmigran. Untuk lebih jelas hasil dari olahan aplikasi termuat di dalam lampiran. Adapun rincian lampiran sebagai berikut:

1. Tabel 30 menjelaskan tentang Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Pangan;

2. Tabel 31 menjelaskan tentang Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Non Pangan;

3. Tabel 32 menjelaskan tentang Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran untuk Kebutuhan Sekunder dan Tabungan;

4. Tabel 33 menjelaskan tentang Pengeluaran Rumah Transmigran untuk Pembelian Barang Tahan Lama;

5. Tabel 34 menjelaskan tentang Rekapitulasi Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran;

6. Tabel 35 menjelaskan tentang Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Transmigran Setara Beras, Pendapatan Per Kapita Transmigran.

Analisis pendapatan transmigran dilakukan untuk menyajikan informasi tentang pendapatan transmigran menurut Provinsi, Tahun Bina, dan Tipologi Permukiman. Pendapatan disajikan dalam bentuk total pendapatan setahun (per KK/tahun) dan pendapatan sebulan (per kapita/bulan). Pendapatan transmigran dihitung dari besarnya pengeluaran keluarga transmigran selama setahun terakhir.

Pendekatan ini didasarkan pada asumsi dan kenyataan bahwa pada dasarnya neraca ekonomi rumah tangga adalah seimbang (balance) antara pendapatan dan pengeluaran. Artinya setiap pendapatan pasti akan dikeluarkan, baik dalam bentuk belanja kebutuhan konsumsi, maupun dalam bentuk kebutuhan sekunder lainnya, serta dalam bentuk investasi dan tabungan (saving).

Analisis pengeluaran untuk menyajikan informasi tentang distribusi pengeluaran pada keluarga transmigran, serta penggunaan pengeluaran antara lain untuk: 1) pangan, 2) kebutuhan dasar non pangan, 3) kebutuhan sekunder dan barang tahan lama, 4) tabungan, serta 5) investasi.

(15)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 8

BAB III

PERMUKIMAN TRANSMIGRASI BINA TAHUN 2014

3.1. Permukiman Transmigrasi menurut Umur Bina Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 3.1. dan Gambar 3.1. dapat digambarkan bahwa jumlah permukiman transmigrasi bina tahun 2014 terdapat 168 unit permukiman transmigrasi yang tersebar di 24 (dua puluh empat) Provinsi. Sebanyak 29 unit atau sebesar 17.26% merupakan pemukiman transmigrasi dengan usia bina lebih dari 5 tahun (T≥5), dengan jumlah unit permukiman transmigrasi terbanyak terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 6 unit atau sebesar 20.69% dan jumlah unit permukiman transmigrasi paling sedikit terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua dengan masing-masing berjumlah 1 unit atau sebesar 3.45%. Sedangkan, jumlah unit permukiman transmigrasi dengan usia bina (T+1) terbanyak terdapat di Provinsi Aceh sebanyak 5 unit atau sebesar 45.45%, di Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, tidak terdapat permukiman transmigrasi dengan usia bina T+1.

Dari data tersaji, dapat dilihat bahwa Provinsi dengan jumlah permukiman transmigrasi tertinggi terdapat di Provinsi Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah dengan masing-masing berjumlah 17 unit atau sebesar 10.12%, kemudian Provinsi Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara dengan masing-masing berjumlah 13 unit atau sebesar 7.74%. Selanjutnya Provinsi Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Timur dengan jumlah permukiman transmigrasi masing-masing 11 unit atau sebesar 6.55% dan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah 10 unit atau sebesar 5.95%. Serta Provinsi dengan jumlah permukiman transmigrasi terendah terdapat di Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Timur dengan jumlah masing-masing 1 unit atau 0.60%.

(16)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 9

Tabel 3.1.

Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina menurut Umur Bina Tahun 2014

NO PROVINSI

STATUS UMUR PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

JUMLAH 2014 2013 2012 2011 2010 ≥ 2009

T+1 T+2 T+3 T+4 T+5 >T+5

PERMUKIMAN TRANSMIGRASI UPT %

1 ACEH 5 7 3 2 0 0 17 10.12 2 SUMATERA BARAT 0 0 0 0 0 1 1 0.60 3 RIAU 0 0 0 1 0 1 2 1.19 4 JAMBI 0 0 0 0 1 1 2 1.19 5 SUMATERA SELATAN 0 4 1 4 0 2 11 6.55 6 BANGKA BELITUNG 1 0 0 0 0 0 1 0.60 7 BENGKULU 0 2 0 1 2 0 5 2.98 8 KALIMANTAN BARAT 1 3 5 1 7 0 17 10.12 9 KALIMANTAN TENGAH 0 1 2 4 0 6 13 7.74 10 KALIMANTAN SELATAN 0 0 0 0 1 1 2 1.19 11 KALIMANTAN TIMUR 0 0 0 0 0 1 1 0.60 12 KALIMANTAN UTARA 1 2 2 0 1 1 7 4.17 13 SULAWESI UTARA 0 1 0 0 0 1 2 1.19 14 GORONTALO 1 1 0 3 1 1 7 4.17 15 SULAWESI TENGAH 1 3 3 2 5 3 17 10.12 16 SULAWESI SELATAN 0 3 1 3 1 2 10 5.95 17 SULAWESI BARAT 0 0 0 2 0 0 2 1.19 18 SULAWESI TENGGARA 1 4 1 3 3 1 13 7.74

19 NUSA TENGGARA BARAT 0 1 1 0 1 3 6 3.57

20 NUSA TENGGARA TIMUR 0 6 3 2 0 0 11 6.55

21 MALUKU 0 1 2 1 1 1 6 3.57 22 MALUKU UTARA 0 1 0 4 1 2 8 4.76 23 PAPUA 0 2 0 0 1 1 4 2.38 24 PAPUA BARAT 0 0 1 1 1 0 3 1.79 JUMLAH 11 42 25 34 27 29 168 100 PERSENTASE 6.55 25 14.88 20.24 16.07 17.26 100

Sumber : Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(17)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 10

Gambar 3.1.

Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014

Sedangkan, Permukiman Transmigrasi dengan Umur Bina (T+1) terdapat 11 unit permukiman atau sebesar 6.55%, (T+2) terdapat 42 unit permukiman atau 25.00%, (T+3) terdapat 25 unit permukiman atau sebesar 14.88%, (T+4) terdapat 34 unit permukiman atau sebesar 20.24% dan (T+5) terdapat 27 unit permukiman atau sebesar 16.07%.

Pada Umur Bina (T+5), jika transmigran berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Dirjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT) / Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PKT) telah mencapai kesejahteraan yang cukup baik, maka pembinaan unit permukiman akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 T+1 T+2 T+3 T+4 T+5 >T+5 2014 2013 2012 2011 2010 ≥ 2009

STATUS UMUR PERMUKIMAN TRANSMIGRASI 0 11 42 25 34 27 29 6,55 25,00 14,88 20,24 16,07 17,26

Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina Menurut Umur Bina Tahun 2014

Jumlah permukiman Persentase permukiman

(18)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 11

3.2. Permukiman Transmigrasi menurut Pola Permukiman Tahun 2014 Pola permukiman transmigrasi dikelompokkan menjadi Pola Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK), Pola Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB), dan Pola Rintisan (meliputi pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR), usaha nelayan, tambak, HTI Trans). Pola Tanaman Pangan lahan kering mendominasi permukiman transmigrasi dengan jumlah 124 unit atau sebesar 73.81%.

Provinsi Aceh memiliki Pola Tanaman Pangan Lahan Kering terbanyak dengan jumlah 17 unit atau sebesar 10.12%. Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Kalimantan Timur adalah Provinsi yang memiliki unit permukiman transmigrasi dengan Pola TPLK paling sedikit, dimana pada provinsi tersebut masing-masing terdapat 1 (satu) unit atau sebesar 0.60%.

Provinsi Kalimantan Barat memiliki Pola Tanaman Pangan Lahan Basah terbanyak dengan jumlah 13 unit atau sebesar 7.74%. Sedangkan, untuk Pola TPLB paling sedikit terdapat di Provinsi Riau dengan jumlah 1 unit atau sebesar 0.60%. Serta Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat yang tidak memiliki Pola TPLB.

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki Pola Rintisan terbanyak dengan jumlah 2 unit atau sebesar 1.19%. Sedangkan, untuk Pola Rintisan paling sedikit terdapat di Provinsi Jambi, Kalimantan Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tengah dengan jumlah 1 unit atau sebesar 0.60%. Sedangkan di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat tidak terdapat permukiman transmigrasi yang dibangun dengan pola rintisan.

Secara keseluruhan, jumlah Permukiman Transmigrasi Bina menurut pola permukiman terbanyak dengan jumlah 17 unit atau sebesar 10.12% terdapat di Provinsi Aceh, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. Sedangkan, paling sedikit

(19)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 12

dengan jumlah 1 unit atau sebesar 0.60% terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Bangka Belitung dan Kalimantan Timur.

Uraian secara rinci mengenai jumlah permukiman menurut pola permukiman pada tahun 2014, dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2.

Jumlah Permukiman Transmigrasi Bina menurut Pola Permukiman Tahun 2014

NO PROVINSI

POLA PEMUKIMAN

JUMLAH

TPLK TPLB RINTISAN

UPT % UPT % UPT % UPT %

1 ACEH 17 10.12 17 10.12 2 SUMATERA BARAT 1 0.60 1 0.60 3 RIAU 1 0.60 1 0.60 2 1.19 4 JAMBI 1 0.60 1 0.60 2 1.19 5 SUMATERA SELATAN 1 0.60 10 5.95 11 6.55 6 BANGKA BELITUNG 1 0.60 1 0.60 7 BENGKULU 5 2.98 5 2.98 8 KALIMANTAN BARAT 3 1.79 13 7.74 1 0.60 17 10.12 9 KALIMANTAN TENGAH 4 2.38 9 5.36 13 7.74 10 KALIMANTAN SELATAN 2 1.19 2 1.19 11 KALIMANTAN TIMUR 1 0.60 1 0.60 12 KALIMANTAN UTARA 2 1.19 5 2.98 7 4.17 13 SULAWESI UTARA 2 1.19 2 1.19 14 GORONTALO 6 3.57 1 0.60 7 4.17 15 SULAWESI TENGAH 16 9.52 1 0.60 17 10.12 16 SULAWESI SELATAN 8 4.76 2 1.19 10 5.95 17 SULAWESI BARAT 2 1.19 2 1.19 18 SULAWESI TENGGARA 13 7.74 13 7.74

19 NUSA TENGGARA BARAT 6 3.57 6 3.57

20 NUSA TENGGARA TIMUR 11 6.55 11 6.55

21 MALUKU 6 3.57 6 3.57 22 MALUKU UTARA 8 4.76 8 4.76 23 PAPUA 4 2.38 4 2.38 24 PAPUA BARAT 3 1.79 3 1.79 JUMLAH 124 38 6 168 100 PERSENTASE 73.81 22.62 3.57 100

Sumber : Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(20)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 13

3.3. Jumlah Transmigran menurut Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014

Dari data permukiman transmigrasi bina tahun 2014 yang disajikan pada Tabel 3.3. dan Gambar 3.3., terlihat bahwa dari sebanyak 168 Unit Permukiman Transmigrasi terdapat 30.271 Kepala Keluarga (KK). Jumlah transmigran terbanyak berada di Provinsi Kalimantan Barat 3.385 KK (11.18%) dan jumlah transmigran paling sedikit berada di Provinsi Bangka Belitung, yaitu sebanyak 43 KK (0.14%). Jika dilihat berdasarkan usia bina, jumlah transmigran terbanyak terdapat pada UPT dengan usia bina (T+3), yaitu sebanyak 7.294 KK (24.10%), dan jumlah transmigran paling sedikit terdapat pada UPT dengan usia bina 1 tahun (T+1), yaitu sebanyak KK 2.114 (6.98%).

Jumlah Transmigran pada UPT dengan usia bina 1 tahun (T+1) sebanyak 2.114 KK (6.98%), dimana jumlah transmigran terbanyak yaitu 449 KK (1.48%) berada di Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan, jumlah transmigran paling sedikit yaitu 10 KK (0.03%) berada di Provinsi Sulawesi Utara. Tidak terdapatnya jumlah transmigran di Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat, disebabkan karena pada tahun 2014, Provinsi tersebut tidak menjadi target Pembangunan dan Penempatan Transmigrasi.

Jumlah Transmigran pada UPT dengan usia bina 2 tahun (T+2) sebanyak 6.314 KK (20.86%), dimana jumlah transmigran terbanyak yaitu 750 KK (2.48%) berada di Provinsi Aceh. Tidak terdapatnya jumlah transmigran di Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, disebabkan karena pada tahun 2013, Provinsi tersebut tidak menjadi target Pembangunan dan Penempatan Transmigrasi.

Jumlah Transmigran pada UPT dengan usia bina 3 tahun (T+3) sebanyak 7.294 KK (24.10%), dimana jumlah transmigran terbanyak yaitu 1.150 KK (3.80%) berada di Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan, jumlah transmigran paling sedikit yaitu 50 KK (0.17%) berada di Provinsi Sumatera Barat. Tidak terdapatnya jumlah transmigran di Provinsi Riau, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara, disebabkan karena

(21)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 14

pada tahun 2012, Provinsi tersebut tidak menjadi target Pembangunan dan Penempatan Transmigrasi.

Jumlah Transmigran pada UPT dengan usia bina 4 tahun (T+4) sebanyak 6.476 KK (21.39%), dimana jumlah transmigran terbanyak yaitu 810 KK (2.68%) berada di Provinsi Kalimantan Tengah, sedangkan jumlah transmigran paling sedikit yaitu 45 KK (0.15%) berada di Provinsi Riau. Tidak dilaksanakannya pembangunan dan penempatan transmigran pada tahun 2011 menyebabkan di Provinsi Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat, tidak memiliki permukiman transmigrasi dengan usia bina T+4.

Jumlah Transmigran pada UPT dengan usia bina lebih dari 5 tahun (T≥5) sebanyak 3.345 KK (11.05%), dimana jumlah transmigran terbanyak yaitu 400 KK (1.32%) berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Gorontalo. Sedangkan, jumlah transmigran paling sedikit yaitu 70 KK (0.23%) berada di Provinsi Kalimantan Utara. Tidak terdapat permukiman transmigrasi dengan usia bina lebih dari 5 tahun di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua Barat, sebagai akibat pada tahun 2009, atau sebelumnya tidak terdapat Pembangunan dan Penempatan Transmigrasi.

Menurut UU 29 Tahun 2009, UPT yang pembinaannya masih menjadi tanggung jawab Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi adalah UPT dengan usia bina 5 tahun (T+5), dari data yang terkumpul diketahui bahwa jumlah transmigran pada UPT bina (T+5) sebanyak 4.728 KK (15.62%), dimana jumlah transmigran terbanyak yaitu 900 KK (2.97%) berada di Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan, jumlah transmigran paling sedikit yaitu 37 KK (0.12%) berada di Provinsi Kalimantan Timur.

(22)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 15

Tabel 3.3.

Jumlah Transmigran (KK) menurut Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014 2014 2013 2012 2011 2010 ≥ 2009 T+1 % T+2 % T+3 % T+4 % T+5 % >T+5 % KK % 1 ACEH 313 1.03 750 2.48 447 1.48 200 0.66 0 0 0 0 1710 5.65 2 SUMATERA BARAT 0 0 0 0 50 0.17 0 0 0 0 0 0 50 0.17 3 RIAU 0 0 0 0 0 0 45 0.15 0 0 250 0.83 295 0.97 4 JAMBI 0 0 0 0 0 0 100 0.33 66 0.22 177 0.58 343 1.13 5 SUMATERA SELATAN 150 0.50 475 1.57 737 2.43 668 2.21 200 0.66 350 1.16 2580 8.52 6 BANGKA BELITUNG 43 0.14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 43 0.14 7 BENGKULU 46 0.15 164 0.54 100 0.33 150 0.50 186 0.61 0 0 646 2.13 8 KALIMANTAN BARAT 160 0.53 455 1.50 1150 3.80 720 2.38 900 2.97 0 0 3385 11.18 9 KALIMANTAN TENGAH 0 0 545 1.80 1030 3.40 810 2.68 225 0.74 400 1.32 3010 9.94 10 KALIMANTAN SELATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 252 0.83 223 0.74 475 1.57 11 KALIMANTAN TIMUR 0 0 0 0 0 0 0 0 37 0.12 147 0.49 184 0.61 12 KALIMANTAN UTARA 449 1.48 610 2.02 450 1.49 0 0 250 0.83 70 0.23 1829 6.04 13 SULAWESI UTARA 10 0.03 100 0.33 0 0 0 0 50 0.17 100 0.33 260 0.86 14 GORONTALO 20 0.07 100 0.33 100 0.33 575 1.90 100 0.33 125 0.41 1020 3.37 15 SULAWESI TENGAH 124 0.41 507 1.67 899 2.97 504 1.66 795 2.63 400 1.32 3229 10.67 16 SULAWESI SELATAN 78 0.26 490 1.62 270 0.89 650 2.15 350 1.16 250 0.83 2088 6.9 17 SULAWESI BARAT 0 0.00 100 0.33 100 0.33 300 0.99 0 0 0 0 500 1.65 18 SULAWESI TENGGARA 261 0.86 367 1.21 672 2.22 751 2.48 442 1.46 100 0.33 2593 8.57

19 NUSA TENGGARA BARAT 75 0.25 250 0.83 175 0.58 0 0 375 1.24 300 0.99 1175 3.88

20 NUSA TENGGARA TIMUR 125 0.41 700 2.31 401 1.32 100 0.33 0 0 0 0 1326 4.38

21 MALUKU 50 0.17 150 0.50 150 0.50 300 0.99 100 0.33 0 0 750 2.48 22 MALUKU UTARA 10 0.03 151 0.50 298 0.98 333 1.10 250 0.83 253 0.84 1295 4.28 23 PAPUA 100 0.33 250 0.83 165 0.55 120 0.40 50 0.17 200 0.66 885 2.92 24 PAPUA BARAT 100 0.33 150 0.50 100 0.33 150 0.50 100 0.33 0 0 600 1.98 2114 6314 7294 6476 4728 3345 30271 6.98 20.86 24.10 21.39 15.62 11.05 100 JUMLAH 100 PERSENTASE KEPALA KELUARGA (KK) NO PROVINSI

PENEMPATAN TRANSMIGRAN JUMLAH

TRANSMIGRAN SAAT INI

Sumber: Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(23)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 16

Gambar 3.2.

Jumlah Transmigran (KK) menurut Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014

Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2014 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

3.4. Jumlah Transmigran menurut Pola Permukiman Tahun 2014

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah transmigran (KK) yaitu sebesar 30.271 KK. Jika dilihat berdasarkan pola permukiman terlihat bahwa:

1. Sebagian besar transmigran yaitu sebanyak 20.639 KK (68.18%) berada pada unit permukiman yang dibangun dengan pola pengembangan tanaman pangan lahan kering (TPLK), terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Tengah 3.029 KK (10.01%) dan paling sedikit berada di Provinsi Bangka Belitung 43 KK (0.14%).

2. Sebanyak 8.459 KK (27.94%) berada pada unit permukiman yang dibangun dengan pola pengembangan tanaman pangan lahan basah (TPLB), terbanyak berada di Provinsi Kalimantan Barat 2.610 KK (8.62%). Sedangkan, paling sedikit berada di Provinsi Riau 45 KK (0.15%). Tidak terdapat transmigran di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 T+1 T+2 T+3 T+4 T+5 >T+5 2014 2013 2012 2011 2010 ≥ 2009 0 2114 6314 7294 6476 4728 3345 K e p al a K e lu ar ga (K K ) Penempatan Transmigran

Jumlah Transmigran Menurut Permukiman Transmigrasi Bina Tahun 2014

(24)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 17

Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, yang dibangun dengan pola tanaman pangan lahan basah.

3. Sebanyak 1.173 KK (3.87%) transmigran yang ditempatkan pada unit permukiman yang dibangun dengan pengembangan pola-pola rintisan (Perikanan Tambak, Nelayan, Peternakan, Ulat Sutera, Jasa Industri, Pola Hutan Rakyat) terbanyak terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan 560 KK (1.85%). Sedangkan, paling sedikit terdapat di Provinsi Gorontalo 20 KK (0.07%). Di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat tidak terdapat permukiman transmigrasi yang dibangun dengan pola rintisan.

Uraian secara rinci mengenai jumlah transmigran (KK) menurut pola permukiman pada tahun 2014, dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut:

(25)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 18

Tabel 3.4.

Jumlah Transmigran (KK) menurut Pola Permukiman Tahun 2014

NO PROVINSI POLA PEMUKIMAN JUMLAH TPLK TPLB RINTISAN KK % KK % KK % KK % 1 ACEH 1710 5.65 1710 5.65 2 SUMATERA BARAT 50 0.17 50 0.17 3 RIAU 250 0.83 45 0.15 250 0.83 4 JAMBI 200 0.66 143 0.47 200 0.66 5 SUMATERA SELATAN 200 0.66 2380 7.86 200 0.66 6 BANGKA BELITUNG 43 0.14 43 0.14 7 BENGKULU 646 2.13 646 2.13 8 KALIMANTAN BARAT 525 1.73 2610 8.62 250 0.83 3385 11.18 9 KALIMANTAN TENGAH 965 3.19 2045 6.76 3010 9.94 10 KALIMANTAN SELATAN 475 1.57 475 1.57 11 KALIMANTAN TIMUR 184 0.61 184 0.61 12 KALIMANTAN UTARA 450 1.49 1379 4.56 1829 6.04 13 SULAWESI UTARA 260 0.86 260 0.86 14 GORONTALO 1000 3.30 20 0.07 1020 3.37 15 SULAWESI TENGAH 3029 10.01 200 0.66 3229 10.67 16 SULAWESI SELATAN 1528 5.05 560 1.85 2088 6.90 17 SULAWESI BARAT 500 1.65 500 1.65 18 SULAWESI TENGGARA 2593 8.57 2593 8.57

19 NUSA TENGGARA BARAT 1175 3.88 1175 3.88

20 NUSA TENGGARA TIMUR 1326 4.38 1326 4.38

21 MALUKU 750 2.48 750 2.48 22 MALUKU UTARA 1295 4.28 1295 4.28 23 PAPUA 885 2.92 885 2.92 24 PAPUA BARAT 600 1.98 600 1.98 JUMLAH 20639 8459 1173 30271 100 PERSENTASE 68.18 27.94 3.87 100

Sumber : Pusat Data dan Informasi, 2014 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(26)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 19

BAB IV

PENDAPATAN TRANSMIGRASI DI PERMUKIMAN

TRANSMIGRASI BINA TAHUN 2014

Pendapatan Transmigran adalah pendapatan yang diperoleh keluarga transmigran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan transmigran diolah berdasarkan data dan informasi pendapatan transmigran dan pendapatan per kapita setahun.

Sedangkan, Pengeluaran Transmigran adalah biaya yang dikeluarkan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam analisis ini, jenis pengeluaran rumah tangga dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Pengeluaran untuk kebutuhan pangan;

(2) Pengeluaran untuk kebutuhan dasar non pangan; (3) Pengeluaran untuk kebutuhan sekunder inventaris; (4) Pengeluaran untuk tabungan; dan

(5) Pengeluaran untuk investasi.

Variabel diatas merupakan topik utama yang akan dibahas pada buku ini, berikut untuk penjelasan lebih lanjut.

4.1. Pendapatan Transmigran menurut Provinsi

Berdasarkan hasil analisis dari data yang disajikan pada Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan keluarga transmigran per kapita per bulan adalah sebesar Rp 347.655,-. Pendapatan per kapita tertinggi terdapat di Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp 717.500,-. Sedangkan, Pendapatan per kapita terendah terdapat di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp 265.000,-. Apabila dibandingkan dengan garis kemiskinan desa di Provinsi, Provinsi Sumatera Utara memiliki tingkat pendapatan per kapita (Rp/bulan) dibawah garis kemiskinan, dimana garis kemiskinan desa di Provinsi Sumatera Utara berada pada angka Rp 312.493,-, sedangkan pendapatan keluarga transmigran perkapita per bulan adalah sebesar Rp 265.000,-.

(27)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 20

Tabel 4.1.

Pendapatan Transmigran menurut Provinsi

No Provinsi Rata-rata Anggota (Jiwa) Pendapatan Per Kapita/Bln

Garis Kemikinan Desa di Provinsi (Rp/Bln) 1 Sumatera Utara 4 265.000 312.493 2 Jambi 4 559.917 302.162 3 Sumatera Selatan 4 717.500 285.791 4 Kalimantan Barat 4 463.333 294.044 5 Sulawesi Utara 4 583.667 264.321 6 Gorontalo 4 523.167 246.290

7 Nusa Tenggara Timur 4 303.500 251.040

Rata-rata 347.655

Sumber: - Hasil Analisis Pendapatan Transmigran Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

- Data dan Informasi Kemiskinan 2014, Badan Pusat Statistik.

4.2. Pendapatan Transmigran menurut Tahun Bina Permukiman

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3.1., terlihat bahwa jumlah permukiman transmigrasi bina pada tahun 2014 sebanyak 168 unit permukiman transmigrasi. Dari jumlah tersebut sebesar 11 unit (6.55%) merupakan permukiman tahun pembinaan pertama, sebesar 42 unit (25%) merupakan tahun pembinaan kedua, sebesar 25 unit (14.88%) merupakan tahun pembinaan ketiga, 34 unit (20.24%) merupakan tahun pembinaan keempat, sebesar 27 unit (16.07%) merupakan tahun pembinaan kelima dan sebesar 29 unit (17.26%) merupakan tahun pembinaan lebih dari lima tahun.

Perkembangan permukiman transmigrasi menurut Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2009 dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tingkat penyesuaian, tingkat pemantapan, dan tingkat pengembangan. Tahap penyesuaian adalah kondisi perkembangan permukiman dimana transmigrannya sedang beradaptasi di lingkungan baru (sosial ekonomi, budaya dan fisik) untuk mampu melaksanakan kehidupan di lokasi baru, tingkat pemantapan adalah kondisi perkembangan permukiman dimana transmigrannya telah berkemampuan mengelola aset produksi secara optimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya; sedangkan tingkat perkembangan adalah kondisi perkembangan permukiman dimana transmigrannya telah mandiri, dalam arti mampu mengembangkan potensi diri dan masyarakatnya

(28)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 21

dalam bentuk partisipasi aktif guna mengembangkan usaha dan kehidupannya secara berkelanjutan.

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan kesejahteraan transmigran adalah parameter ekonomi, dimana pendapatan merupakan indikator utama yang dapat menunjukkan kondisi dimaksud secara signifikan.

Tingkat pendapatan transmigran sesuai standar pembinaan pada masing-masing tingkat perkembangan permukiman transmigrasi per KK per tahun dengan satuan Kg setara beras adalah:

a. Tingkat Penyesuaian (T < 1.5) : 1600 Kg/KK/Th; b. Tingkat Pemantapan (T.1.5 – 2) : 2400 Kg/KK/Th; c. Tingkat Pengembangan (T > 2) : 3000 Kg/KK/Th.

Pada Tabel 4.2. dibawah ini, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dan analisis pendapatan dari 7 Provinsi yang melapor pada tahun bina kedua (T+2), hanya terdapat satu Provinsi yang pendapatan transmigrannya dibawah standar bina dalam tahap pemantapan yaitu Provinsi Gorontalo. Dengan pendapatan transmigran per KK/tahun adalah Rp 5.115.000,-, Provinsi Gorontalo memiliki rata-rata pendapatan transmigran lebih rendah dari standar bina (2400 Kg/KK/Th) yaitu sebesar 639. Apabila dibandingkan dengan garis kemiskinan desa di Provinsi, Provinsi Gorontalo memiliki tingkat pendapatan transmigran per KK/tahun diatas garis kemiskinan, dimana garis kemiskinan desa di Provinsi Gorontalo berada pada angka Rp 246.290,-, sedangkan pendapatan keluarga transmigran perkapita per KK/tahun adalah Rp 5.115.000,-.

Tabel 4.2.

Pendapatan Transmigrasi pada Permukiman Transmigrasi T+2

No Provinsi Jumlah Kimtrans Lapor Pendapatan Per KK/Thn (x Rp.1000) Pendapatan Setara Beras (Kg/KK/Thn) Garis Kemiskinan Desa di Provinsi (Rp/Bln) 1 Gorontalo 1 5115 639 246.290

Sumber : - Hasil Analisis Pendapatan Transmigran Pusat Data dan Informasi, 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

(29)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 22

Pada Tabel 4.3. dibawah ini, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dan analisis pendapatan dari 7 Provinsi yang melapor pada tahun bina ketiga (T+3), terdapat 2 (dua) Provinsi yang pendapatan keluarga transmigrannya diatas standar bina dalam tahap pengembangan yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Selatan. Dengan rata-rata pendapatan transmigran per KK/tahun adalah Rp 20.843.000,-, kedua Provinsi memiliki rata-rata pendapatan transmigran lebih rendah dari standar bina (3000 Kg/KK/Th) yaitu sebesar 2.526. Apabila dibandingkan dengan garis kemiskinan desa di Provinsi, Kedua Provinsi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Selatan memiliki tingkat pendapatan perkapita per KK/tahun diatas garis kemiskinan, dimana garis kemiskinan desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada angka Rp 251.040,- dan di Provinsi Sumatera Selatan berada pada angka Rp 258.791,-, sedangkan pendapatan keluarga transmigran perkapita per KK/tahun adalah Rp 20.843.000,-.

Tabel 4.3.

Pendapatan Transmigran pada Permukiman Transmigrasi T + 3

No Provinsi Jumlah Kimtrans Lapor Pendapatan per KK/Thn (x Rp.1000) Pendapatan Setara Beras (Kg/KK/Thn) Garis Kemiskinan Desa di Provinsi (Rp/Bln) 1 Sumatera Selatan 2 20.889 2.742 285.791 2 NTT 1 20.798 2.311 251.040 Rata-rata 3 20.843 2.526

Sumber: - Hasil Analisis Pendapatan Transmigran Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

- Data dan Informasi Kemiskinan 2014, Badan Pusat Statistik.

Pada Tabel 4.4. dibawah ini, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dan analisis pendapatan dari 7 Provinsi yang melapor pada tahun bina ke empat (T+4), terdapat 3 (tiga) provinsi yang pendapatan keluarga transmigrannya diatas standar bina dalam tahap pengembangan yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan dan Gorontalo. Dengan rata-rata pendapatan transmigran per KK/tahun adalah Rp 34.657.000,-, ketiga Provinsi memiliki rata-rata pendapatan transmigran lebih tinggi dari standar bina (3000 Kg/KK/Th) yaitu sebesar 3.951. Apabila dibandingkan dengan garis kemiskinan desa di Provinsi, kedua Provinsi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Selatan memiliki tingkat

(30)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 23

pendapatan perkapita per KK/tahun diatas garis kemiskinan, dimana garis kemiskinan desa di Provinsi Gorontalo berada pada angka Rp 251.040,-, di Provinsi Sumatera Selatan berada pada angka Rp 258.791,- dan di Provinsi Gorontalo berada pada angka Rp 246.290,-, sedangkan pendapatan keluarga transmigran perkapita per KK/tahun adalah Rp 34.657.000,-.

Tabel 4.4.

Pendapatan Transmigran pada Permukiman Transmigrasi T + 4

No Provinsi Jumlah Kimtrans Lapor Pendapatan per KK/Tahun (x Rp.1000) Pendapatan Setara Beras (kg/KK/Thn) Garis Kemiskinan Desa di Provinsi (Rp/Bln) 1 Sumatera Selatan 1 73.844 8.205 285.791 2 Gorontalo 2 17.479 2.161 246.290 3 NTT 1 12.650 1.488 251.040 Rata-rata 4 34.657 3.951

Sumber: - Hasil Analisis Pendapatan Transmigran Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

- Data dan Informasi Kemiskinan 2014, Badan Pusat Statistik.

Seperti yang disajikan pada Tabel 4.5. dibawah ini, menurut umur bina yang kondisinya di bawah standar bina pada permukiman transmigrasi T+2 sebanyak 1 unit, pada permukiman T+3 tidak terdapat jumlah transmigrannya dan pada permukiman T ≥ 4 sebanyak 3 unit. Sedangkan, menurut umur bina yang kondisinya di atas standar bina pada permukiman transmigrasi T+2 tidak terdapat jumlah transmigrannya, pada permukiman T+3 sebanyak 3 unit dan pada permukiman T ≥ 4 sebanyak 1 unit. Secara keseluruhan, proporsi permukiman transmigrasi yang berada di bawah standar bina mencapai 50.00% dan di atas standar bina mencapai 50.00%.

Menurut Garis Kemiskinan Desa di Provinsi, yang kondisinya di bawah garis kemiskinan pada permukiman T+2 tidak terdapat jumlah transmigrannya, pada permukiman T+3 tidak terdapat jumlah transmigrannya dan pada permukiman transmigrasi T ≥ 4 sebanyak 2 unit. Sedangkan, yang kondisinya di atas garis kemiskinan pada permukiman T+2 sebanyak 1 unit, pada permukiman T+3 sebanyak 1 unit dan pada permukiman T ≥ 4 sebanyak 1 unit. Secara keseluruhan, proporsi permukiman transmigrasi yang berada di bawah garis kemiskinan desa di Provinsi mencapai 40.00% dan di atas garis kemiskinan desa di Provinsi mencapai 60.00%.

(31)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 24

Tabel 4.5.

Distribusi Permukiman Transmigrasi menurut Pendapatan Standar Bina dan Garis Kemiskinan Desa di Provinsi

Tahun 2014

TAHUN BINA

STANDAR BINA GARIS KEMISKINAN

< > < > Jumlah Kimtrans % Jumlah Kimtrans % Jumlah Kimtrans % Jumlah Kimtrans % T + 2 1 - - 1 T + 3 - 3 - 1 T ≥ 4 3 1 2 1 Jumlah 4 50.00 4 50.00 2 40.00 3 60.00

Sumber : - Hasil Analisis Pendapatan Transmigran Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

- Data dan Informasi Kemiskinan 2014, Badan Pusat Statistik.

4.3. Pendapatan Transmigran menurut Pola Permukiman

Pola usaha di permukiman transmigrasi terdiri dari Transmigrasi Pola Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK), Transmigrasi Pola Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB) dan Transmigrasi Pola Rintisan.

Seperti yang disajikan pada Tabel 4.6. dibawah ini, berdasarkan masing-masing pola pada permukiman transmigrasi pola TPLK sebanyak 9 unit (50.00%), pola TPLB sebanyak 1 unit (5.56%) permukiman transmigrasi, dimana pendapatan keluarga transmigrannya berada dibawah standar bina (Kg Setara Beras/KK/Tahun). Sedangkan, pada permukiman transmigrasi pola TPLK sebanyak 5 unit (27.78%), pola TPLB sebanyak 1 unit (5.56%) dan pola PIRTRANS sebanyak 2 unit (11.11%) pendapatan keluarga transmigrannya berada di atas standar bina (Kg Setara Beras/KK/Tahun). Secara keseluruhan, proporsi permukiman transmigrasi dengan pendapatan keluarga transmigran yang berada di bawah standar bina mencapai 10 unit (55.56%) dan yang berada di atas standar bina mencapai 8 unit (44.44%).

(32)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 25

Tabel 4.6.

Pendapatan Transmigran menurut Pola Permukiman Transmigrasi

No POLA

JUMLAH KIMTRANS DENGAN

STANDAR BINA JUMLAH KIMTRANS 2400 3000 3000 STANDAR BINA T+2 T+3 T ≥ 4 < > < > < > < > 1 TPLK 1 - 2 - 6 5 9 50.00 5 27.78 2 TPLB - - - 1 - 1 1 5.56 1 5.56 3 PIRTRANS - - - 2 - - 2 11.11 JUMLAH 1 - 2 1 6 8 10 55.56 8 44.44

Sumber : - Hasil Analisis Pendapatan Transmigran Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

- Data dan Informasi Kemiskinan 2014, Badan Pusat Statistik.

(33)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 26

BAB V

PENGELUARAN TRANSMIGRAN DI PERMUKIMAN

TRANSMIGRASI BINA TAHUN 2014

Dari data Kesejahteraan Transmigran untuk selanjutnya dapat di susun hasil analisis kesejahteraan transmigran dari aspek pengeluaran tahun 2014. Pengeluaran rumah tangga transmigran digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan, kebutuhan dasar non pangan, kebutuhan sekunder dan barang tahan lama, tabungan, dan investasi.

5.1. Pengeluaran Transmigran menurut Provinsi

Seperti disajikan pada Tabel 5.1., dari data rekapitulasi rata-rata pengeluaran rumah tangga transmigran, diketahui rata-rata pengeluaran rumah tangga transmigran secara nasional adalah sebesar Rp 22.923.000,- per tahun. Pengeluaran tertinggi berada pada keluarga transmigran di Provinsi Sumatera Selatan yaitu Rp 30.454.000,-, sedangkan pengeluaran terendah ada pada keluarga transmigran di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar Rp 11.709.000,-.

Pengeluaran untuk pangan tertinggi ada pada rumah tangga transmigran di Provinsi Kalimantan Barat yaitu Rp 9.300.000,-, pengeluaran pangan terendah ada pada Provinsi Gorontalo yaitu Rp 557.000,-, dengan rata-rata pengeluaran pangan transmigran seluruh Indonesia yaitu Rp 6.317.000,- per tahun.

Pengeluaran untuk non pangan tertinggi ada pada rumah tangga transmigran di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Rp 13.528.000,-, pengeluaran non pangan terendah ada pada Provinsi Gorontalo yaitu Rp 120.000,-, dengan rata-rata pengeluaran non pangan transmigran seluruh Indonesia yaitu Rp 5.283.000,- per tahun.

Pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tabungan tertinggi ada pada rumah tangga transmigran di Provinsi Gorontalo yaitu Rp 23.383.000,-, pengeluaran kebutuhan sekunder dan tabungan terendah ada pada Provinsi Sumatera Utara yaitu Rp 2.887.000,-, dengan rata-rata pengeluaran kebutuhan sekunder dan tabungan transmigran seluruh Indonesia yaitu Rp 11.323.000,- per tahun.

(34)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 27

Tabel 5.1.

Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran menurut Provinsi

Sumber : - Hasil Analisis Pengeluaran Transmigran Pusat Data dan Informasi 2014, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Disamping itu, pada Tabel 5.1. disajikan data secara persentase dari pola pengeluaran rumah tangga transmigran. Dari pendapatan yang diperoleh 49% dipergunakan untuk pengeluaran kebutuhan sekunder dan tabungan, disusul pengeluaran untuk kebutuhan dasar pangan sebesar 28% dan kebutuhan dasar non pangan sebesar 23%. Dasar Pangan Dasar Non Pangan Sekunder dan Tabungan Total Pengeluaran Per KK / Tahun 1 Sumatera Utara 4,957 3,865 2,887 11,709 2 Jambi 7,573 8,497 10,242 26,312 3 Sumatera Selatan 7,424 5,306 17,724 30,454 4 Kalimantan Barat 9,300 2,406 9,535 21,241 5 Sulawesi Utara 7,037 13,528 8,850 29,415 6 Gorontalo 557 120 23,383 24,060 7 Nusa Tenggara Timur 7,369 3,262 6,026 16,657 Rata-rata 6,317 5,283 11,323 22,923 Presentase 28 23 49 100 Jumlah 44,217 36,984 78,647 159,848

No Provinsi

(35)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 28

5.2. Pengeluaran Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Pangan

Seperti disajikan Tabel 5.2., pengeluaran rumah tangga transmigran untuk kebutuhan dasar pangan digunakan untuk konsumsi padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, daging, sayuran, buah-buahan dan konsumsi lainnya seperti garam, gula pasir, minyak goreng, rokok, dll. Rata-rata total pengeluaran untuk kebutuhan dasar pangan sebesar Rp 6.317.000,-. Rata-rata pengeluaran kebutuhan dasar pangan terbesar ada pada keluarga transmigran di Provinsi Kalimantan Barat, yaitu sebesar Rp 9.300.000,- per tahun, dan terendah ada pada keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo, sebesar Rp 557.000,- per tahun.

Pengeluaran kebutuhan dasar pangan paling besar digunakan untuk pembelian padi-padian yaitu senilai Rp 19.071.000,-, diikuti pengeluaran untuk konsumsi lain Rp 8.057.000,-, ikan Rp 5.567.000,-, daging Rp 3.917.000,-, dan sayuran Rp 2.322.000,-. Jika dikaji lebih lanjut, terlihat bahwa dalam hal pengeluaran kebutuhan dasar pangan, keluarga transmigran di Provinsi Nusa Tenggara Timur paling besar mengalokasikan pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli padi-padian, yaitu sebesar Rp 4.288.000,- atau 22,48%, dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 365.000,- atau 1,91%.

Dalam pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli umbi-umbian, keluarga transmigran di Provinsi Sulawesi Utara mengalokasikan paling besar yaitu sebesar Rp 480.000,- atau 24,68%, dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 13.000,- atau 0,67%. Sedangkan pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli kacang-kacangan, keluarga transmigran di Provinsi Sulawesi Utara paling besar yaitu sebesar Rp 540.000,- atau 29,83%, dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 17.000,- atau 0,94%.

Pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli ikan, keluarga transmigran di Provinsi Sulawesi Utara paling besar yaitu sebesar Rp 1.512.000,- atau 27,16%, dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 50.000,- atau 0,90%.

Sementara pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli daging, keluarga transmigran di Provinsi Sulawesi Utara paling besar yaitu sebesar

(36)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 29

Rp 1.008.000,- atau 25,73%, dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 44.000,- atau 1,12%. Diikuti pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli sayur-sayuran, keluarga transmigran di Provinsi Sumatera Selatan paling besar yaitu sebesar Rp 695.000,- atau 29,93% dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 27.000,- atau 1,16% dan Pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk membeli buah-buahan, keluarga transmigran di Provinsi Sumatera Selatan paling besar yaitu sebesar Rp 344.000,- atau 22,48% dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo paling sedikit yaitu Rp 15.000,- atau 0,98%.

Serta pengeluaran kebutuhan dasar pangan untuk konsumsi lain, keluarga

transmigran di Provinsi Kalimantan Barat paling besar yaitu sebesar Rp 2.273.000,- atau 28,21%, dan keluarga transmigran di Provinsi Gorontalo

(37)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 30

Tabel 5.2.

Pengeluaran Kebutuhan Dasar Pangan

Sumber: Aplikasi Database Permukiman Transmigrasi 2014

Padi-padian

Padi-padian

(%)

Umbi-umbian

Umbi-umbian

(%)

Kacang-kacangan

Kacang-kacangan

(%)

Ikan Ikan (%) Daging

Daging

(%)

Sayur-sayuran

Sayur-sayuran

(%)

Buah-buahan

Buah-buahan

(%)

Konsumsi

Lain

Konsumsi

Lain (%)

Jumlah

1 Sumatera Utara

3,041

15.95

235

12.08

179

9.89 559

10.04

380

9.70

260

11.20

82

5.36

221

2.74 4,957

2 Jambi

3,381

17.73

130

6.68

135

7.46 776

13.94

759

19.38

300

12.92

228

14.90

1,864

23.14 7,573

3 Sumatera Selatan

2,882

15.11

396

20.36

406

22.43 1,087

19.53

775

19.79

695

29.93

344

22.48

839

10.41 7,424

4 Kalimantan Barat

4,186

21.95

284

14.60

189

10.44 1,100

19.76

559

14.27

428

18.43

282

18.43

2,273

28.21 9,300

5 Sulawesi Utara

928

4.87

480

24.68

540

29.83 1,512

27.16 1,008

25.73

140

6.03

316

20.65

2,113

26.23 7,037

6 Gorontalo

365

1.91

13

0.67

17

0.94

50

0.90

44

1.12

27

1.16

15

0.98

27

0.34

557

7 Nusa Tenggara Timur

4,288

22.48

407

20.93

344

19.01 483

8.68

392

10.01

472

20.33

263

17.19

720

8.94 7,369

Jumlah

19,071

1,945

1,810

5,567

3,917

2,322

1,530

8,057

44,217

Rata-rata

2,724

278

259

795

560

332

219

1,151

6,317

No

Provinsi

(38)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 31

5.3. Pengeluaran Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Non Pangan Kebutuhan dasar non pangan rumah tangga transmigran dibedakan atas sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, alat memasak dan transportasi. Seperti disajikan pada Tabel 5.3, Rata-rata nasional kebutuhan rumah tangga transmigran untuk memenuhi dasar non pangan sebesar Rp 5.283.000,- per tahun. Rata-rata total pengeluaran untuk kebutuhan dasar non pangan terbesar ada pada

rumah tangga transmigran di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar Rp 13.528.000,- per tahun dan terendah ada pada rumah tangga transmigrasi di

Provinsi Gorontalo, yaitu Rp 120.000,- per tahun.

Pengeluaran terbesar digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan transportasi yaitu masing-masing sebesar Rp 13.379.000,- dengan nilai

rata-rata Rp 1.911.000,- per tahun dan Rp 7.738.000,- dengan nilai rata-rata-rata-rata Rp 1.105.000,- per tahun, pengeluaran untuk pendidikan sangat besar dikarenakan

masyarakat transmigran saat ini sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak dan keturunan mereka, terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dengan kesejahteraan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk cenderung semakin tinggi juga tingkat kesejahteraannya.

Pengeluaran transportasi nomor dua dikarenakan akses mereka ketempat jual beli (pasar) atau ke pusat perdagangan cukup jauh sehingga mereka mengeluarkan ongkos yang tidak sedikit. Sedangkan pengeluaran terkecil dialokasikan untuk kebutuhan alat memasak sebesar Rp 934.000,-, dikarenakan masyarakat transmigran dalam membeli perabot memasak cukup jarang. Alokasi pengeluaran lainnya untuk kebutuhan sandang sebesar Rp 7.129.000,-, perumahan Rp 4.943.000,- dan kesehatan Rp 2.861.000,-.

Pengeluaran untuk kesehatan dan perumahan porsinya relatif kecil, karena pemerintah menyediakan layanan kesehatan dan penyediaan rumah bagi keluarga transmigran. Pengeluaran untuk sandang, pendidikan dan transportasi lebih tinggi dibandingkan pengeluaran lainnya. Letak lokasi yang cukup jauh dari kota dapat menyebabkan harga pakaian dan ongkos transport cukup mahal.

(39)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 32

Tabel 5.3.

Pengeluaran Rumah Tangga Transmigran untuk Kebutuhan Dasar Non Pangan

Sumber: Aplikasi Database Permukiman Transmigrasi 2014

Sandang

Sandang

(%)

Perumahan

Perumahan

(%)

Pendidikan

Pendidikan

(%)

Kesehatan

Kesehatan

(%)

Alat

Memasak

Alat

Memasak

(%)

Transportasi

Transportasi

(%)

Jumlah

1 Sumatera Utara

938

13.16

115

2.33

2,089

15.61

267

9.33

145

15.52

311

4.02

3,865

2 Jambi

1,976

27.72

639

12.93

4,112

30.73

501

17.51

149

15.95

1,119

14.46

8,497

3 Sumatera Selatan

1,056

14.81

1,304

26.38

1,005

7.51

669

23.38

193

20.66

1,080

13.96

5,306

4 Kalimantan Barat

238

3.34

459

9.29

495

3.70

102

3.57

121

12.96

991

12.81

2,406

5 Sulawesi Utara

2,035

28.55

1,669

33.76

4,880

36.48

1,080

37.75

224

23.98

3,640

47.04

13,528

6 Gorontalo

9

0.13

19

0.38

20

0.15

16

0.56

16

1.71

40

0.52

120

7 Nusa Tenggara Timur

877

12.30

738

14.93

778

5.82

226

7.90

86

9.21

557

7.20

3,262

Jumlah

7,129

4,943

13,379

2,861

934

7,738

Rata-rata

1,018

706

1,911

409

133

1,105

5,283

No

Provinsi

(40)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 33

5.4. Pengeluaran Transmigran untuk Kebutuhan Sekunder

Pengeluaran kebutuhan sekunder merupakan pengeluaran kebutuhan pokok rumah tangga diluar kebutuhan dasar, terdiri dari pengeluaran untuk pesta dan upacara, rekreasi dan olahraga, pemeliharaan badan (odol, sabun, sikat gigi, dll), sumbangan ke daerah asal/pendidikan anak, pulang pergi ke daerah asal,surat/komunikasi ke daerah asal, iuran/pajak, tabungan dan investasi barang tahan lama.

Semakin tinggi pengeluaran rumah tangga transmigran untuk kebutuhan sekunder maka semakin kecil peluang rumah tangga transmigran dikategorikan miskin. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pendapatan transmigran maka pengeluaran kebutuhan dasar (dibelanjakan untuk makanan) semakin rendah, dan porsi pengeluaran kebutuhan sekunder akan semakin tinggi. Ini sesuai dengan hukum ekonomi, dimana penduduk/transmigran sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup, maka pengeluaran lebih digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder (barang bukan makanan), sehingga menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan transmigran yang bersangkutan.

Seperti disajikan Tabel 5.4, rata-rata nasional pengeluaran rumah tangga transmigran untuk memenuhi kebutuhan sekunder sebesar Rp 11.323.000,- per tahun. Pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tabungan terbesar berada pada rumah tangga transmigran Provinsi Gorontalo yaitu Rp 23.383.000,- per tahun, pengeluaran terkecil berada pada rumah tangga Provinsi Sumatera Utara yaitu Rp 2.887.000,- per tahun.

Investasi atau pembelian barang tahan lama rumah tangga transmigran, terdiri dari perabotan (kursi, meja, dan tempat tidur), emas/perhiasan, lampu petromak, radio, televisi, sepeda, sepeda motor, mobil, perahu, tanah dan rumah, perbaikan rumah serta sapi/ternak lainnya. Semakin tinggi investasi/pembelian barang tahan lama rumah tangga transmigran maka semakin kecil peluang rumah tangga transmigran dikategorikan miskin. Semakin tinggi pendapatan transmigran maka semakin tinggi tingkat pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang bukan makanan (pembelian barang tahan lama/investasi).

Alokasi terbesar pengeluaran rumah tangga transmigran adalah untuk memenuhi kebutuhan investasi barang tahan lama yaitu sebesar Rp 59.950.000,-

(41)

Analisis Kesejahteraan Transmigrasi Tahun 2014 34

dengan nilai rata-rata Rp 8.564.000,- per tahun, diikuti pemeliharaan badan sebesar Rp 4.331.000,- dengan nilai rata-rata Rp 619.000,- per tahun. Barang tahan lama relatif cukup mahal di permukiman transmigrasi, mengingat barang tersebut harus dibeli di luar permukiman. Transmigran juga perlu mendapat bimbingan dalam mengelola keuangan rumah tangga, agar tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk barang-barang konsumtif.

Pengeluaran pemeliharaan badan urutan kedua setelah pengeluaran untuk investasi, dalam hal ini rumah tangga transmigran lebih sering membeli kebutuhan badan seperti odol, sabun, sikat gigi, dll. Pengeluaran tabungan sebesar Rp 3.691.000,- atau nilai rata-rata Rp 615.000,- per tahun, pesta/upacara sebesar Rp 3.590.000,- atau nilai rata-rata Rp 513.000,- per tahun, pulang pergi ke daerah asal sebesar Rp 3.115.000,- atau nilai rata-rata Rp 445.000,- per tahun, untuk pengeluaran tabungan transmigran masih sedikit melakukannya dikarenakan lokasi transmigrasi jauh dari pelayanan perbankan, sehingga ongkos/transportasi yang dikeluarkan lebih banyak. Pengeluaran komunikasi sebesar Rp 1.840.000,- atau nilai rata-rata Rp 263.000,- per tahun, sumbangan ke daerah asal sebesar Rp 1.361.000,- atau nilai rata-rata Rp 194.000,- per tahun.

Pada permukiman transmigrasi yang masih dibina, transmigran dibebaskan dari pembayaran pajak (tanah dan rumah), sehingga iuran/pajak hanya sebesar Rp 432.000,- atau nilai rata-rata Rp 62.000,- per tahun. Pengeluaran terkecil untuk kebutuhan rekreasi sebesar Rp 337.000,- atau nilai rata-rata Rp 48.000,- per tahun, dalam kajian ini masyarakat transmigran masih belum mengutamakan kebutuhan rekreasi.

Gambar

Tabel 2.1.  Jumlah  Provinsi  yang  Mengirimkan  Data  Kesejahteraan  dan  Pendapatan Transmigran Tahun 2014 .........................................

Referensi

Dokumen terkait

Transliterasi Arab-Latin memang dihajatkan oleh bangsa Indonesia karena huruf Arab dipergunakan untuk menuliskan kitab agama Islam berikut penjelasannya (Al-Qur’an dan

Menganalisis pembinaan karier Bintara unggulan TNI AD pada talenta atlet berprestasi (studi kasus di Disjas AD TA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

Berdasarkan hasil perancangan sebelumnya maka terbentuklah sistem managemen rantai pasok yang terdiri dari 8 user dan 1 admin. Masing-masing user memiliki hak akses

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Metode penentuan sampel yaitu dengan metode sensus dengan jumlah sampel sebanyak 12 pengolah. Metode

PLASMA NUTFAH JAMBU METE Pengelolaan plasma nutfah jambu mete dan kakao meliputi (a) penetapan blok penghasil tinggi sebagai sumber benih, (b) seleksi pohon induk secara individu,

Tanaman jambu mete merupakan tanaman tahunan yang berproduksi sekali dalam setahun, dalam menanti masa panen tiba untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya petani

Mengingat bahwa wilayah usahatani mete merupakan wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pengaruh penambahan

mangga terbesar di Provinsi Jawa barat tetapi hanya 11% saja produksi mangga gedong gincunya, varietas yang mendominasi adalah varietas jenis mangga dermayu