• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hijau, Sampoerna A Mild, dan Raja Kretek yang melegenda, yaitu Dji Sam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hijau, Sampoerna A Mild, dan Raja Kretek yang melegenda, yaitu Dji Sam"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

38

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian1

HM Sampoerna adalah salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia dan produsen sejumlah merek rokok kretek ternama seperti Sampoerna Hijau, Sampoerna A Mild, dan “Raja Kretek” yang melegenda, yaitu Dji Sam Soe. Sejak akuisisi perusahaan oleh Philip Morris International pada tanggal 18 Mei 2005, HM Sampoerna telah menjadi bagian dari salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia. Kini HM Sampoerna juga mendistribusikan merek Marlboro di Indonesia, yang merupakan merek rokok terlaris di dunia.

Sejak didirikan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913, tujuan HM Sampoerna adalah untuk menawarkan pengalaman merokok yang terbaik kepada para perokok dewasa di Indonesia. HM Sampoerna meraih tujuan ini dengan terus mencari apa yang diinginkan oleh para konsumen, dan memberikan produk terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka. HM Sampoerna bangga atas reputasinya dalam kualitas, inovasi dan kesempurnaan.

Pada tahun 2008, HM Sampoerna memiliki pangsa pasar 29.5%, berdasarkan hasil Audit Ritel AC Nielsen. Pada akhir tahun 2008, jumlah karyawan HM Sampoerna dan anak perusahaannya mencapai sekitar 29.000 orang.

1

Situs resmi PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Diakses pada tanggal 5 Desember 2010 dari www.sampoerna.com

(2)

4.1.1 Sejarah Perusahaan2

Sejarah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. dimulai pada tahun 1913 oleh Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina. Ia mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek dan rokok putih secara komersial.

Rokok kretek tumbuh populer dengan pesat. Pada awal 1930-an Liem Seeng Tee mengganti nama keluarga dan perusahaanya menjadi Sampoerna. Setelah usahanya berkembang cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks gedung yang telah terbengkalai di Surabaya.Bangunan tersebut kemudian direnovasi, dan dikenal sebagai Taman Sampoerna yang masih memproduksi SKT HM Sampoerna.

Pada masa perang Dunia II dan penjajahan Jepang, Liem Seeng Tee ditahan dan usahanya ditutup oleh penjajah. Setelah perang berakhir, ia dibebaskan dan memulai usahanya kembali. Namun, pada tahun 1959, tiga tahun setelah Liem Seeng Tee wafat dan setelah perang kemerdekaan berakhir pada akhir 1950-an, perusahaan Liem Seeng Tee kembali terancam bangkrut. Pada tahun tersebut, Aga Sampoerna (putra kedua Liem Sieng Tee) ditunjuk untuk menjalankan perusahaan keluarga Sampoerna dan berhasil membangunnya kembali.

Putera kedua Aga, yaitu Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi HM Sampoerna pada tahun 1978. Di bawah kendalinya, HM Sampoerna berkembang

2 ibid

(3)

menjadi perseroan publik dengan struktur perseroan moderen dan memulai masa investasi dan ekspansi. Dalam proses, HM Sampoerna memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen rokok kretek terkemuka di Indonesia. Pada bulan Mei 2005, PT. Philip Morris Indonesia (anak perusahaan Philip Morris International Inc.) mengakuisisi mayoritas kepemilikan HM Sampoerna.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan3

Gambar 4.1 Logo Tiga Tangan

HM Sampoerna sebagai perusahaan kelas dunia berdiri dan berkembang berdasarkan suatu visi yang dibangun atas pemikiran yang jauh kemasa depan. Pemikiran tersebut muncul dari suatu filosofi Tiga Tangan yang mencerminkan keberadaan dan keberlangsungan perusahaan hanya akan tetap diterima bila ia memiliki kesuksesan yang dibangun atas kerjasama saling meguntungkan tiga pihak yaitu produsen, pedagang dan konsumen.

4.1.3 Struktur Organisasi4

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Matteo Pellegrini Wakil Presiden Komisaris : Douglas Walter Werth

Komisaris : Eunice Carol Hamilton

3

ibid 4

(4)

Komisaris Independen : Phang Cheow Hock Komisaris Independen : Ekadharmajanto Kasih Dewan Direksi

Presiden Direktur : John Gledhill

Direktur : Paul Janelle

Direktur : Shea Lih Goh

Direktur : Yos Adiguna Ginting

Direktur : Wayan Mertasana Tantra

4.1.4 Logo dan Lambang Perusahaan5

Gambar 4.2 Lambang Perusahaan

Gambar 4.3 Logo Perusahaan

Lambang Perusahaan : Lambang perusahaan merupakan suatu simbol yang merepresentasi perusahaan dan dipergunakan bagi semua keperluan dan kepentingan HM Sampoerna pada momen-momen resmi.

5

(5)

Logo Perusahaan : Logo ini merupakan sesuatu yang menjadi identitas yang membedakan produk-produk perusahaan dan produk lainnya.

Anggarda Paramita memiliki arti Menuju Kesempurnaan. Secara filosofi dua kata ini memiliki makna Sembilan (9) Langkah Menuju Kesempurnaan karena sesuai dengan sembilan unsur yang terdapat didalamnya yaitu :

1. Kepemimpinan dan Manajemen Profesional 2. Obyektif dan tidak memihak

3. Kerjasama kelompok dan tanggung jawab 4. Mengaktualisasikan seluruh profesi 5. Tiga Tangan

6. Bertenggung jawab atas kepercayaan yang diberikan para pemegang saham 7. Warga masyarakat dan warga usaha yang baik

8. Bertekat membangun bangsa

9. Berwawasan kedepan : ”Perusahaan untuk hari esok”

4.2 Hasil Penelitian

Tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya dapat diimplementasikan melalui berbagai macam cara, salah satu yang sering kali menjadi prioritas ialah pada bidang pendidikan. Pemberdayaan manusia lewat pendidikan membuat manusia menjadi individu yang mandiri bahkan mampu memberikan nilai tambah sebagai multi efek dari bekal ilmu yang ia peroleh, baik bagi dirinya maupun juga bagi lingkungan. Melalui upaya yang secara konsisten dikerjakannya, HM Sampoerna mengharapkan komitmen pemberdayaan masyarakat bidang pendidikan dapat menginsiprasi semua pihak untuk

(6)

berkontribusi dengan kreatifitas dan inovasi bagi kemajuan manusia Indonesia dimana ia tumbuh dan berkembang.

“Organisasi kami memerlukan tindakan-tindakan kreatif agar dapat memenangkan persaingan: mulai dari mengembangkan dan terus menerus memperbarui ekuitas merek premium untuk mencapai marjin yang lebih tinggi, menangani pengadaan bahan baku dan tantangan-tantangan produksi yang selalu muncul setiap musim, hingga mengorganisir dan mengembangkan sumber daya manusia yang akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan.”6

Ini merupakan petikan filosofi pengembangan bisnis HM Sampoerna yang ditampilkan disalah satu bagian dari situs resmi mereka. Kreatifitas menjadi salah satu poin penting yang melandasi segala unsur dalam aktifitas perusahaan. Dari konsep pemasaran produk ditengah persaingan usaha, pembentukan citra perusahaan, hingga menyangkut strategi Corporate Social Responsibility. Salah satu buah kreatifitas tersebut ialah Program Sampoerna Best Student Visit yang diadakan sejak tahun 2005 hingga saat ini.

Suatu program yang diadakan satu tahun sekali ini telah menghasilkan ratusan alumni hasil kunjungan kepusat produksi HM Sampoerna di Surabaya dan beberapa kota lain disekitarnya yang menjadi sentra produksi perusahaan di Jawa Timur. Peserta program ini diambil dari perguruan-perguruan tinggi ternama diseluruh Indonesia setelah melalui proses penyaringan yang cukup ketat.

Berdasarkan pengalaman yang peneliti peroleh dari hasil wawancara mendalam dengan para peserta dan pihak HM Sampoerna, sebenarnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari event ini. Bukan semata-mata membahas mengenai kegiatan CSR dan unsur manfaatnya, namun yang terpenting ialah

6 ibid

(7)

bagaimana ide ini dapat lahir dan dikerjakan atas dasar suatu visi yang jauh kedepan bagi kelangsungan hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan segenap elemen stakeholders yang ada. Beranjak dari sudut pandang itu peneliti termotivasi untuk belajar dan memahami fenomena ini secara lebih mendalam bagi pengembangan keilmuan peneliti dan manfaat praktis bagi semua pihak yang terkait.

Lebih lanjut dapat disampaikan pemaparan data, fakta dan analisa peneliti sebagai berikut dibawah. Hal-hal ini merupakan bentuk upaya penggambaran fenomena sosial yang telah berlangsung terkait strategi tanggung jawab sosial HM Sampoerna lewat Program Sampoerna Best Student Visit

4.2.1 Strategi CSR PT. HM Sampoerna Tbk.

Strategi CSR HM Sampoerna melalui program SBSV merupakan rangkaian upaya yang telah berlangsung cukup lama yaitu sejak tahun 2005. Banyak hal yang sudah dikerjakan dan akhirnya berkembang sebagai langkah strategi perusahaan melalui program CSR bidang pendidikan ini. Berawal dari

good will perusahaan yang berkolaborasi dengan inovasi para praktisi PR, HM Sampoerna melengkapi penyelenggaraan program ini tentu dengan riset yang baik agar program ini mampu menghasilkan output yang baik pula. Proses riset merupakan suatu bagian penting guna menopang pelaksanaan kegiatan baik saat penyelenggaraan pertama kali hingga dalam proses pengembangannya. Bagian penting itu mencakup apa dan bagaimana data-data terkait penyelenggaraan dikumpulkan dan berdasarkan data-data tersebutlah konsep kegitan dapat dibentuk dan dikembangkan.

(8)

Berbicara mengenai proses pengumpulan fakta, tentu salah satu hal yang paling sering menjadi perhatian ialah bagaimana tanggapan objek pelaksanaan suatu program atas program tersebut. Hal ini memang menjadi bagian yang juga terdapat dalam proses evaluasi, namun respon peserta tentu memberikan makna yang berbeda bagi tiap-tiap proses yang ada.

Pada awal penyelenggaraannya, Program SBSV tentu lebih banyak bertumpu dari hasil riset yag dikerjakan oleh Departemen CSR yang ada. Namun pada penyelenggaraan yang kedua dan seterusnya tentu panitia memperoleh banyak pelajaran dari proses sebelumnya untuk kemudian dilakukan penyempurnaan. Termasuk berdasarkan masukan dari tanggapan para peserta yang diterima.

Apabila kita berbicara mengenai manfaat, tentunya tidak hanya berbicara manfaat secara normatif, namun yang lebih penting ialah manfaat praktis yang dapat diimplementasikan secara langsung dan sungguh-sungguh berdampak bagi para peserta. Manfaat dari sisi inilah yang menjadi salah satu panduan penting bagi panitia untuk kemudian dikumpulkan dan dijadikan bahan pertimbangan bagi kegiatan berikutnya.

Membangun jaringan komunikasi antar peserta bukanlah menjadi satu-satunya hal yang dapat dipetik melalui kegiatan ini walupun hal itu penting. Beberapa hal yang fundamen seperti pengembangan karakter, kepemimpinan dan pelajaran mengenai bagaimana proses pengambilan keputusan rupanya dirasakan oleh peserta sebagai manfaat praktis yang diperoleh peserta seperti yang

(9)

diutarakan oleh saudara Endra Latri Nugroho7, peserta tahun 2008 dari Universitas Trisakti jurusan Civil Engineering berikut ini :

”Dari acara ini kita dapat mengembangkan potensi dari dalam diri kita... Kepemimpinan, dan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.”

Program SBSV selain sekedar sebagai bentuk kepedulian pada pendidikan generasi muda, kegiatan ini juga memvisikan para mahasiwa-mahasiswa ini akan dapat banyak berperan bagi pembangunan negeri ini kedepan. Dengan prestasi akademis masing-masing peserta dibidang pendidikan dan keahliannya yang beragam, HM Sampoerna juga memandang mereka akan berpeluang besar menjadi para pengambil keputusan strategis dinegeri ini kedepannya.

Oleh karena itu dalam keikutsertaan mereka dalam program ini banyak diberikan kegiatan bernuansa pendidikan karakter yang diharapkan dapat membentuk mereka menjadi orang-orang yang kelak bukan hanya ahli, namun juga bertanggung jawab atas kondisi sekitarnya. Hal ini seperti dikutip peneliti dari Kompas online yang memaparkan berita berisi pernyataan Manager

Corporate Social Responsibility HM Sampoerna Meta Rostiawati berkaitan dengan SBSV ini.

"Kelak, dengan pengenalan langsung metode CSR ini, mereka diharapkan bukan hanya menjadi pebinis handal, tetapi juga memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sekitarnya."8

7

Hasil wawancara mendalam dengan Endra Latri Nugroho 8

Sampoerna Best Student Visit 2009 usai Digelar (2009, 7 Agustus) Kompas (online). Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://edukasi.kompas.com/read/2009/08/07/09 542369/ Sampoerna.Best.Student.Visit.2009.usai.Digelar

(10)

Sebagian besar aktifitas dari program ini memang lebih banyak menyentuh bidang CSR, oleh karena itu hal ini sempat juga menjadi bagian dari masukan dari saudara Endra untuk terdapat pula kiranya kegiatan serupa yang memberikan porsi lebih bagi peserta untuk memperoleh pengetahuan secara lebih teknis. Tentu saja hal ini ia sampaikan dalam posisi saudara Endra sendiri yang memang memiliki latar belakang ilmu Tehnik.

Sementara itu berbeda dengan saudara Endra, walau lebih banyak memiliki konten non tehnik kegiatan ini bagi saudara Wildan Bagus Aditya, peserta tahun 2008 dari Universitas Teknologi Surabaya jurusan Sistem Informasi, ia tetap dapat memetik manfaat praktis dari kegiatan ini. seperti pernyataannya berikut ini.

”Setelah program ini saya mendapatkan bahan untuk presentasi mata kuliah Analisis Proses bisnis dan raw material tugas besar mata kuliah Supply Chain management tentang pabrik rokok. Mungkin ini gunanya secara langsung.”9

Peneliti berpandangan bahwa manfaat-manfaat seperti yang telah diutarakan diatas tak lepas dari kejelian praktisi CSR HM Sampoerna lewat riset pengumpulan data dan fakta dengan melihat kondisi dan kebutuhan para peserta dan secara umum generasi muda saat ini. Melalui data-data yang terkumpul kemudian akhirnya Departemen CSR menemukan permasalahan yang dihadapai generasi saat ini dan mencoba menemukan solusinya dalam formula kegiatan-kegiatan praktis dalam SBSV.

Departemen CSR dan HM Sampoerna. secara umum memandang bahwa dengan kondisi ekonomi dan persaingan kerja saat ini yang semakin kompetitif,

9

(11)

HM Sampoerna merasa perlu untuk menciptakan generasi muda yang bukan hanya siap menjadi tenaga kerja, namun yang paling dibutuhkan saat ini ialah munculnya jiwa kewirausahaan yang memotivasi mereka untuk menciptakan lapangan-lapangan kerja baru dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada disekitar mereka. Hal ini seperti disampaikan ibu Meta Rostiawati10 berikut :

"Ide kegiatan (SBSV) ini sangat sederhana, tapi kaya akan manfaatnya, bahwa setiap mahasiswa harusnya bisa menyikapi setiap kesempatan yang muncul untuk terjun ke dunia kerja."

Lewat tema-tema yang universal namun sangat membangun seperti

Entrepreneurship, Leadership dan CSR, peneliti menilai bahwa Departemen CSR HM Sampoerna sangat memahami dan memperhatikan unsur pengembangan karakter para peserta yang ada. Mahasiswa-mahasiswa terbaik ini dipandang memiliki kemampuan secara akademis dan berpotensi menjadi para pemimpin-pemimpin dibidangnya masing-masing. Oleh karena itu unsur entrepreneurship,

leadership menjadi hal pokok yang sering kali dijadikan tema utama dalam penyelenggaraan Program Sampoerna Best Student Visit11 untuk melengkapi penguasaan ilmu yang dimiliki peserta. Selain dari pada hal menyangkut CSR tentunya.

Semua menyangkut tema kegiatan ini dimaksudkan ialah selain agar peserta mampu sekali lagi mengembangkan diri mereka, namun yang paling esensi ialah mereka menjadi individu-individu yang berdampak bagi lingkungan sekitarnya dengan menginsiprasi dan memotivasi orang lain melalui apa yang

10

Sampoerna Best Student Visit 2009 usai Digelar (2009, 7 Agustus) Kompas (online). Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://edukasi.kompas.com/read/ 2009/08/07/095 42369/ Sampoerna.Best.Student.Visit.2009.usai.Digelar

11

(12)

mereka kerjakan. Maksud ini tercermin dari pernyataan Manager CSR HM Sampoerna Meta Rostiawati12 berikut.

"Kelak, dengan pengenalan langsung metode CSR ini, mereka diharapkan bukan hanya menjadi pebinis handal, tetapi juga memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sekitarnya."

Dilain kesempatan melalui wawancara mendalam bersama peneliti, saudara Wildan Bagus Aditya13 menjawab relevansi kuat antara tema Kepemimpinan dan Kewirausahaan dengan kondisi dan kebutuhannya saat ini sebagai respon positif dari ide dan inovasi yang diimplementasi HM Sampoerna melalui SBSV.

”(Tema kegiatan SBSV) Relevan, pada saat senggang para LO saling mengajak sharing para peserta untuk saling inspire others, dari sana saya bisa banyak belajar dari mahasiswa yang rata-rata punya pengalaman internasional dan nasional dan kejuaraan lainnya.”

Penetapan persyaratan peserta dan berapa lama proses penyelenggaraan merupakan bagian dari perencanaan oleh pihak Departemen CSR HM Sampoerna. Panitia menetapkan bahwa harus ada persyaratan bagi mahasiswa-mahasiwa terpilih untuk mengikuti program SBSV. Kriteria persyaratan tersebut seperti pengalaman berorganisasi, standard Indeks Prestasi Kumulatif, referensi prestasi di tingkat kampus, nasional hingga internasional. Selain itu calon peserta pun diminta membuat paper tentang bidang penjurusan yang diambil hingga wawancara. Selama masa penyaringan ini para calon peserta diberikan suatu pengenalan pada beberapa aktifitas utama produksi perusahaan, kegiatan ini dimaksudkan agar para mahasiswa memperoleh gambaran mengenai perusahaan

12 ibid 13

(13)

dan mampu menangkap relevansi dari kegiatan ini bagi pengembangan diri para peserta kedepannya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh saudara WGW14 (inisial), peserta tahun 2008 asal Universitas Kristen Petra Surabaya melalui surat elektronik berikut ini:

“Saya baca pengumuman yang ada di papan pengumuman Jurusan, ada persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dulu (pengalaman organisasi, IPK, prestasi di tingkat kampus/nasional/internasional), diminta mengumpulkan CV, kemudian Fakultas meminta semua calon membuat paper tentang bidang penjurusan yang saya ambil (Coporate Communication), wawancara, kemudian diberitahu bila lolos mewakili UK Petra.”

Melalui hal ini peneliti menangkap suatu pelajaran dan strategi menarik yang telah dikembangkan oleh para praktisi CSR HM Sampoerna Apabila kita berbicara mengenai CSR bidang pendidikan, pada umumnya tidak banyak beranjak dari aktifitas pemberian beasiswa, pembangunan infrastuktur belajar dan penayangan iklan layanan masyarakat.

Namun melalui kegiatan ini, praktisi CSR HM Sampoerna dapat dikatakan mengerjakan suatu terobosan baru untuk meminimalisir persepsi publik yang cenderung negatif mengenai perusahaan rokok dengan menyentuh langsung publik yang sangat berpengaruh membentuk opini publik yaitu dunia akademis. Hal ini nantinya tentu menjadi hasil yang sepadan yang diperoleh setelah secara konsisten berkontribusi positif yang disertai proses perencanaan yang matang sebelumnya.

Dengan mengemas acara kunjungan selama kurang lebih lima hari secara profesional dan unik, ditambah dengan pelayanan para peserta dengan akomodasi

14

(14)

yang sangat baik, HM Sampoerna dapat dikatakan memanjakan para peserta dengan tetap mempertahankan unsur manfaat dari kegiatan ini bagi mereka. Salah satu alumni peserta menyampaikan kepada peneliti bahwa perlakuan lewat pelayanan yang sangat baik yang dialaminya terkesan berlebihan, namun poin penting yang ingin peneliti lihat melalui sisi pandang yang lain ialah bahwa pelayanan sangat baik bagi peserta ini memang buah perencanaan profesional oleh panitia yang ada. Berikut pernyataan saudara WGW15 terkait pelayanan panitia penyelenggara SBSV :

”Kalau gue pribadi, merasa diperlakukan terlalu berlebihan. Pelayanan, makanan, merchandise semua bagus banget, tapi berasa kayak over.. but bener juga sih memang, kalo semua yg dikasih ke kita baik, ya kita pasti akan koar-koar yang baik juga kan? paling itu aja sih ya kalo menurut gue.”

Berkaitan dengan perencanaan dan program tema-tema kegiatan, panitia menetapkan bahwa semuanya lebih bersifat universal. Hal ini dimaksudkan agar para peserta yang terdiri atas mahasiswa-mahasiwa dari berbagai disiplin ilmu dapat tetap menyerap makna dan pelajaran penting bagi pengembangan diri dan paradigma berpikir mereka.

Kegiatan kunjungan oleh mahasiswa-mahasiswa terbaik kepusat aktifitas produksi HM Sampoerna ini ditetapkan panitia dengan tidak memungut biaya apapun untuk kebutuhan apapun kepada para peserta. Bukti dari hal ini telah peneliti konfirmasi kepada keempat alumni SBSV yang salah satunya dapat

15

(15)

dilihat melalui petikan pernyataan saudara Ruly yang seakan berbalik bertanya

”Biaya? Malah dibiayai Sampoerna”16

Dimulai dari transportasi ke Surabaya, para panitia mengelompokkan keberangkatan para peserta dengan selisih waktu yang tidak berjauhan dan sarana transportasi yang semuanya ditanggung oleh HM Sampoerna. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses penjemputan dengan mempertemukan para peserta yang ada disatu titik pertemuan. Bagi peneliti, hal ini sering kali terkesan sederhana namun sebenarnya dapat membentuk persepsi buruk jika tidak ditangani secara baik. Melalui proses penjemputan dan transportasi yang baik HM Sampoerna ingin menunjukkan kesungguhan mereka.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan program ini telah dipersiapkan dengan matang dan pengelolaan yang profesional. Berikut pengalaman saudara WGW17 mengenai hal ini :

”Meeting point di Bandara Juanda, terminal kedatangan dalam negeri. Semua peserta dari Surabaya meeting point nya ya Juanda. Dibagi 2 kloter. Jadi kenalan sama teman-teman peserta lain yg datang di waktu yg hampir berdekatan, dari luar kota dengan dibiayain Sampoerna.”

Sesampainya dibandara Juanda Surabaya, para peserta kemudian difasilitasi dengan akomodasi yang sangat baik dan sambutan serta pertemuan langsung dengan perwakilan Corporate Affair. Melalui pernyataan ini peneliti menilai bahwa perusahaan sekali lagi bermaksud memberikan gambaran akan keseriusan perusahaan dan Manajemen kepada program ini. Permainan ice

16

Hasil wawancara mendalam dengan Ruly Ramandha Lesmana 17

(16)

breaking tidak lupa diberikan guna menyambut dan menyegarkan konsentrasi sebagian besar peserta yang baru saja menempuh perjalanan cukup jauh18.

Rencana dan program bagian dari strategi pencitraan sudah sangat terlihat dari hal kecil seperti pemberian sepaket tas berisi Polo shirt, T-Shirt Sampoerna Rescue, T-Shirt Hijau, jacket, topi, notes, folder hingga pulpen yang kesemuanya berlogo Sampoerna kepada seluruh peserta. Semua merchandise ini akan digunakan oleh seluruh peserta yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan berbeda selama keikutsertaan mereka.

Pada awal program ini dijalankan pada tahun 2005, tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh para peserta. Mahasiswa-mahasiswa terbaik yang disaring hanya melalui 3 (tiga) hari kunjungan keperusahaan dengan lebih banyak pada aktifitas observasi dan diskusi dengan para jajaran manajemen perusahaan. Hal ini seperti dinyatakan oleh salah pesertanya, Ruly Ramandha Lesmana19, mahasiswa jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti.

”Pada saat itu karena kita yang pertama jadi seperti menjadi prototipe bagi pihak HM Sampoerna. Kami banyak diajak melihat proses produksi dan sharing dengan Board of Directors.”

Pada angkatan tahun 2005 ini salah satu kegiatan utamanya ialah pertemuan dengan para jajaran Manajemen perusahaan yang diisi oleh acara

sharing. Sementara kegiatan lain yang mendominasi acara ialah tentu kunjungan peserta ke Pabrik Rungkut milik HM Sampoerna. Ditempat ini para mahasiswa yang ada dibagi kedalam kelompok-kelompok yang diberi nama layaknya

18

ibid 19

(17)

klasifikasi produk-produk HM Sampoerna seperti kelompok U Mild dimana salah satunya diisi oleh saudara Ruly Ramandha Lesmana.

Pengelompokan ini selain untuk mengakrabkan para peserta, panitia juga memberikan tugas tertentu bagi kelompok-kelompok tersebut untuk mengobservasi proses kerja yang ada, dari proses penyimpanan material, pengolahan hingga keproses pengemasan produk untuk akhirnya dilepas kepasaran.

“Saat itu kami diajak ke Pandaan untuk melihat proses produksi produk Mild HM Sampoerna dari penyimpanan material, pengolahan sampai ke pengemasan. Dijelaskan juga bagiamana quality control dan sterilisasi produknya.”20

Dalam proses tadi ditempat yang sama peserta juga melihat langsung bagiamana HM Sampoerna menjaga kualitas produk yang dihasilkannya melalui proses sterilisasi dan pemilihan bahan baku rokok. Melalui pengalamannya, saudara Ruly Ramandha Lesmana menyampaikan kepada peneliti bahwa walaupun ia merupakan mahasiswa bidang Tehnik, namun melalui kunjungan ini ia dapat belajar banyak mengenai proses produksi perusahaan kelas dunia seperti HM Sampoerna. Pada menjelang akhir kunjungan, salah satu acara yang diikuti ialah makan malam bersama di House of Sampoerna dengan para jajaran Direktur HM Sampoerna yang juga diselingi dengan diskusi bersama mahasiswa-mahasiswa terbaik ini.

“Di House of Sampoerna kami dijelaskan tentang perjalanan sejarah perusahaan, visi Sampoerna, makan malam bersama dan sharing dengan Board of Director.”21

20

Hasil wawancara mendalam dengan Ruly Ramandha Lesmana 21

(18)

Melalui pengalaman penyelenggaraan dari tahun-ketahun terjadi beberapa penyempurnaan dan tambahan pada konten kegiatan. Hal itu tentu juga mempengaruhi durasi kunjungan yang pada awalnya hanya berlangsung 3 (tiga) hari, namun kemudian setelah melihat perkembangan kebutuhan dan kondisi yang ada maka pada tahun 2008 lama kunjungan bertambah menjadi 5 (lima) hari.

Melalui hasil wawancara peneliti dengan alumni peserta tahun 2008 terdapat beberepa kegiatan baru yang harus peserta ikuti selama kunjungan mereka dibandingkan dengan angkatan sebelumnya. Dari semua kegiatan itu tentunya tetap terselip pesan kepada para peserta akan kontribusi HM Sampoerna kepada masyarakat sekitarnya. Namun begitu, nuansa menyenangkan tetap menjadi hal yang menonjol agar para peserta merasa nyaman dan lebih mudah menyerap apa yang mereka terima selama kegiatan berlangsung22.

Pada penyelenggaraan tahun 2008 panitia mengajak peserta untuk menikmati kunjungan mereka dan tetap menyertakan misi pencitraan produk seperti yang telah dilakukan pada kunjungan-kunjungan sebelumnya. Panitia sekali lagi membagi peserta kedalam kelompok bermain dan observasi bernamakan produk-produk HM Sampoerna atau produk-produk yang berada dibawah pengelolaan Philip Morris yang beredar dipasaran seperti Kelompok

Marlboro Lights, U Mild, Hidup Taman Sampoerna dan lain-lain.

Hal-hal menyenangkan seperti permainan menjadi bagian dari aktifitas program ini. Namun begitu peserta tetap dapat memperoleh pelajaran melalui

22

Sampoerna Best Student Visit 2009 usai Digelar (2009, 7 Agustus) Kompas (online). Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://edukasi.kompas.com/read/2009/08/07/095 42369/ Sampoerna.Best.Student.Visit.2009.usai.Digelar

(19)

permainan-permainan tersebut. Salah satu contoh yaitu permainan yang kontennya memberi pelajaran bagaimana memproduksi suatu produk mulai dari membeli bahan, membuatnya, dan menjualnya. Semua lengkap dengan fluktuasi harga pasar dan quality control.

Hal ini sekaligus sebagai gambaran bagaimana perusahaan rokok raksasa ini menjalankan usahanya. Dalam kelompok-kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, peserta berkesempatan untuk melakukan praktek langsung aktifitas bisnis ini dimana mereka diminta melakukan permaian trading antar kelompok, dan teamwork ditekankan sebagai hal penting dalam proses kerjanya. Hal ini seperti dikatakan saudara WGW23 berikut :

”Belajar bagaimana memproduksi suatu produk mulai dari membeli bahan, membuatnya, dan menjualnya. Semua lengkap dengan fluktuasi harga pasar, quality control, trading antar kelompok, dan teamwork pastinya. Cukup mengagetkan buatku, karena sudah sangat lama aku tak berjumpa dengan angka. Aku belajar bahwa di luar sana, banyak hal yang bermain di luar kendali dan unpredictable, learing by doing lah secepat mungkin, jangan takut untuk mengambil resiko, dan kontrol itu berperan penting. Kelompokku Marlboro Lights, tak menang tapi juga tak kalah. Yang penting, kami tahu letak kesalahan kami.”

Sebagai salah satu bagian utama dalam proses penyelenggaraan program, publikasi merupakan hal yang sangat krusial untuk dibahas. Bagi kegiatan SBSV, secara umum upaya publikasi dilakukan selain melalui media cetak, berdasarkan data dan hasil wawancara peneliti menganalisa bahwa Departemen CSR lebih banyak memanfaatkan jaringan kerjasama dengan pihak perguruan-perguruan tinggi yang sudah terjalin dengan sangat baik selama ini untuk mengkomunikasikan kegiatan ini kepada para mahasiswa.

23

(20)

Strategi publikasi ini dapat peneliti lihat memang tidak banyak berubah dari tahun ketahun. Hal itu nampak dari hasil wawancara peneliti dengan para alumni-alumni peserta yang terdiri dari peserta tahun 2005 dan 2008 yang kesemuanya mengetahui program ini dari informasi mulut kemulut diantara mahasiswa dilingkungan kampusnya masing-masing. Keadaan ini juga nampak dari mimimnya informasi dan pemberitaan mengenai kegiatan ini yang peneliti coba cari melalui fasilitas mesin pencari online seperti www.google.com dan

www.yahoo.com.

Pada awal program ini dijalankan yaitu pada tahun 2005, salah satu alumni peserta program ini menyampaikan bahwa pihak Universitas yang menginformasikan dan memintanya secara langsung untuk mengikuti program yang digagas langsung oleh HM Sampoerna.

Berikut pengalaman yang disampaikan oleh Ruly Ramandha Lesmana24 mengenai bagaimana ia mengetahui program SBSV pertama kalinya.

“Pertama kali saya mengetahui program ini dari Sekretariat Jurusan yang memberitahukan perihal tersebut dan kemudian mendelegasikan saya sebagai perwakilan Jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti untuk program Sampoerna Best Student 2005 dengan pertimbangan dan persyaratan sesuai dengan yang di ajukan oleh PT. HM. Sampoerna.” Dari pengalaman Ruly digambarkan bahwa belum ada proses seleksi langsung oleh pihak HM Sampoerna. Proses pemilihan mahasiswa terbaik ini lebih banyak dipercayakan kepada Perguruan Tinggi yang ditunjuk untuk mencari dan menentukan mahasiswa yang mewakili institusinya. Namun begitu tentu saja

24

(21)

tetap ada kriteria yang harus dipenuhi oleh calon peserta yang direkomendasikan Universitas kepada HM Sampoerna.

Kriteria itu mencakup prestasi non akademis mahasiswa diberbagai kegiatan dan tentunya standard prestasi bidang akedemis peserta. Pada peserta tahun-tahun berikutnya, ternyata pihak HM Sampoerna pun melakukan hal yang tidak jauh berbeda yaitu lebih banyak mempercayakan proses seleksi kepada perguruan tinggi yang ditunjuk.

Kondisi ini membuat para perguruan tinggi menginformasikan kepada mahasiswanya proses seleksi dengan kriteria-kriteria dasar yang berpatokan dari permintaan pihak HM Sampoerna. Pada angkatan tahun 2008 tetap ada proses penunjukan langsung oleh rekomendasi universitas seperti pengalaman saudara Wildan Bagus Aditya25 dari Universitas Teknologi Surabaya seperti disampaikannya berikut :

“Dosen yang merekomendasikan saya untuk include dalam program ini sebagai perwakilan ITS. Kalau tidak direkomendsikan jujur saya tidak tahu apa itu SBSV. Promosinya tidak ada sama sekali. Yang terkenal cuma program beasiswa Sampoernanya saja dikalangan civitas akademika.” Walau begitu ada pula alumni yang menyampaikan bahwa inisiatif untuk keikutsertaannya muncul langsung dari diri sendiri. Setelah melihat persyaratan yang dicantumkan secara terbuka dipapan pengumuman di Universitas, alumni peserta tahun 2008, WGW26 menyampaikan bahwa ia harus melalui proses seleksi yang tergolong cukup sulit seperti petikan pernyataannya mengenai proses dan persyaratan yang cukup banyak yang harus dilewatinya.

25

Hasil wawancara mendalam dengan Wildan Bagus Aditya 26

(22)

”Saya baca pengumuman yang ada di papan pengumuman Jurusan, ada persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dulu (pengalaman organisasi, IPK, prestasi di tingkat kampus/nasional/internasional), diminta mengumpulkan CV, kemudian Fakultas meminta semua calon membuat paper tentang bidang penjurusan yang saya ambil (Coporate Communication), wawancara, kemudian diberitahu bila lolos mewakili UK Petra.”

Bila dipandang dari satu sisi yaitu menyangkut hubungan baik dengan

stakeholders yang dalam hal ini adalah pihak Perguruan Tinggi, tentu dapat dilihat proses kerjasama ini sebagai suatu hal yang sangat positif. Ini tentu peneliti yakini dimungkinkan terjadi oleh karena program ini bukanlah kerjasama CSR bidang pendidikan pertama yang mengikat kerjasama antara HM Sampoerna dengan para Universitas tersebut.

Dengan demikian aktifitas penyebaran informasi pun dapat berjalan jauh lebih mudah dibanding apabila keterkaitan dan kerjasama itu tidak terjalin dengan baik sebelumnya. Peneliti melihat hal ini membuktikan bahwa suatu hubungan baik dan harmonis antar suatu organisasi dan para publiknya tidak tercipta melalui upaya instan, namun dengan kesungguhan dan konsistensi. Sebagai hasil dari upaya yang serius dan kontinyu tersebut praktisi CSR akan sangat terbantu dalam upaya komunikasi kepada setiap target publik yang ingin ditujunya untuk suatu misi tertentu.

Semua akan menjadi jauh lebih mudah dibanding jika saja komunikasi baru dilakukan pertama kali saat suatu program ingin dilaksanakan. Selain harus memikirkan bagaimana pesan dapat disampaikan, sikap penerimaan dan kepercayaan publik-publik terkait tentu akan menjadi tantangan yang lebih sulit dihadapi oleh praktisi CSR.

(23)

Program Sampoerna Best Student Visit setiap tahunnya melibatkan jumlah Perguruan Tinggi dan peserta yang berbeda. Tidak ada kouta tertentu yang harus dicapai dan tidak ada dominasi salah satu perguruan tinggi yang mewakili suatu daerah yang akan terlibat dalam program ini. Contohnya pada tahun 2009 peserta yang terlibat sebanyak 69 mahasiswa dari 23 Perguruan Tinggi negeri dan swasta27, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 89 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi28. Hal ini semata-mata terkait pada hasil penyaringan yang memungkinkan jumlah tersebut tercapai sebagaimana adanya selama ini.

Dalam proses public relations evaluasi merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan secara serius. Berkaitan dengan program SBSV, tahapan ini peneliti intepretasikan sebagai tahapan dimana apa yang menjadi kekurangan dan kekuatan dari program ini harus dapat digali dan kemudian berkembang dengan pertanyaan layakah program ini untuk dilanjutkan?. Semua ini sangat penting untuk mengukur pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya serta dapat membantu menetapkan langkah selanjutnya dari segala upaya yang telah berlangsung.

Peserta sebagai target kegiatan tentunya menjadi tolak ukur pertama yang harus diketahui tanggapannya agar penilaian dapat lebih objektif. Dengan terus berlangsungnya kegiatan ini hingga saat ini dari tahun 2005 dan semakin bertambahnya durasi penyelenggaraan memang sedikit banyak menunjukan respon positif dari kegiatan ini. Namun untuk lebih memahami lebih mendalam

27

Sampoerna Best Student Visit 2009 usai Digelar (2009, 7 Agustus) Kompas (online). Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://edukasi.kompas.com/read/2009/08/07/095 42369/ Sampoerna.Best.Student.Visit.2009.usai.Digelar

28

(24)

penilaian ini, peneliti melalui wawancara mendalam dengan para alumni program SBSV menemukan jawaban-jawaban penyeimbang yang dapat membangun program ini.

Hal ini seperti yang disampaikan saudara Rully berikut menyangkut faktor kekuatan apa yang dapat menunjang kesuksesan kegiatan ini, dan bahkan menjadikannya sebagai kelebihan dari kegiatan-kegiatan lain. Saudara Rully menyampaikan bahwa : ”Kekuatan (program ini) adalah Dana dari Sampoerna, Pilihan tema dan tempat kegiatan. Seleksi mahasiswa yang semakin selektif”29

. Berbeda dengan saudara Rully yang melihat dari sisi Tema atau message

yang disampaikan, saudara Adit menilai bahwa tanpa adanya pungutan apapun atau ”Free dan cukup memberikan wawasan luas” telah menjadikan keunggulan dari program SBSV. Sementara itu saudara WGW menyampaikan bahwa komunikasi yang terjalin antara perusahaan dan peserta ini akan sangat membantu kedua belah pihak bagi kepentingan-kepentingan terkait dimasa mendatang seperti disampaikannya melalui pernyataan berikut :

”Sampoerna pinter ya kalo menurut gue, setidaknya dia sudah punya kontak dan pernah memberikan pengalaman yang baik untuk "mahasiswa yg terbaik menurut kategori nya mereka". Jadi seandainya ada sesuatu yang mau dilakukan, sudah ada nama-nama pilihan yg bisa dihubungi. Ya itu mungkin dari sisi Sampoerna-nya. Kalo bagi pesertanya sendiri, ini hal yang bagus dan we believe one day ini bisa jadi sesuatu, jaringan yang udah terjalin ini bisa jadi sesuatu yg baik dan kita uda ngerasain one by one manfaat baiknya.”30

Mengenai kekurangan dari program ini, masing-masing alumni pun memiliki pandangan berbeda seperti yang disampaikannya kepada peneliti

29

Hasil wawancara mendalam dengan Ruly Ramandha Lesmana 30

(25)

dibawah ini contohnya. Saudara Adit mengkritisi konsistensi HM Sampoerna terkait semboyan atau jargonnya yang tidak diimplementasikan langsung dilapangan.

”Unsur nasionalisme dari tiap event saya rasa masih kurang. kalau jargonnya Sampoerna Untuk Indonesia ya saya rasa unsur nasionalisme seperti menyanyikan Indonesia Raya itu gak ada”31

.

Berbeda dengan saudara Adit, saudara Rully lebih melihat bahwa penyelenggaraan ini masih kurang maksimal yang tak sebanding biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai seperti yang disampaikannya berikut ini lengkap dengan kalkulasi pribadinya :

”Program ini belum mampu mengorganisir dan me-Manage secara keseluruhan, Karena sangat disayangkan program yang sudah 5 (lima) angkatan, jika tiap angkatan rata-rata 80 orang berarti sudah 400 orang, jika budget per orang 5 Juta, 5 juta x 400 = Rp. 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah).”32

Dari semua upaya terbaik sekalipun tentu selalu ada yag perlu dievaluasi, bahkan bagi perusahaan sekelas HM Sampoerna pun tidak berarti semuanya dilakukan dengan Sampoerna. Hal lain lagi menyangkut kekurangan yang harus dibenahi menurut saudara WGW dalam tanggapan dari kaca mata pribadinya untuk kedepan mungkin perlu dipertimbangkan untuk dievaluasi. Saudara WGW menyampaikan bahwa :

”Kalau gue pribadi, merasa diperlakukan terlalu berlebihan. Pelayanan, makanan, merchandise semua bagus banget, tapi berasa kayak over hahaha.. but bener juga sih memang, kalo semua yang dikasih ke kita baik, ya kita pasti akan "koar-koar" yang baik juga kan? paling itu aja sih ya kalo menurut gue.... Mungkin kekritisan best student yang bikin kita jadi bisa bertanya-tanya sendiri, ini maksudnya apa ya?.”33

31

Hasil wawancara mendalam dengan Wildan Bagus Aditya 32

Hasil wawancara mendalam dengan Ruly Ramandha Lesmana 33

(26)

Satu hal lagi yang perlu peneliti angkat ialah terkait kalimat terakhir dari pernyataan saudara WGW mengenai harapannya untuk dapat bertemu kembali kedepannya dengan peserta SBSV. Melalui wawancara mendalam dengan para alumni-alumni yang ada, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana tindak lanjut dari pihak HM Sampoerna kepada para alumni setelah keikutsertaan mereka berakhir. Peneliti menemukan jawaban-jawaban dari para alumni bahwa hingga saat ini mereka masih dalam komunikasi yang cukup baik.

Hal itu tergambar dengan adanya grup khusus dalam jejaring sosial

Facebook bagi para alumni program SBSV. Dalam wadah yang diinisiasi oleh para alumni ini juga mendapat perhatian dari pihak HM Sampoerna. Melalui sarana ini pihak HM Sampoerna dan para alumni dapat tetap saling berkomunikasi secara intens. Bahkan untuk menyampaikan informasi-informasi tertentu seperti pembukaan kesempatan untuk menjadi sukarelawan lingkungan

Sampoerna Rescue, pihak HM Sampoerna menyampaikannya melalui media

Facebook.

Selain dari pada pemanfaatan sarana jejaring sosial, untuk beberapa kesempatan pihak HM Sampoerna juga melibatkan beberapa alumninya untuk ditawarkan terlibat dalam kepanitiaan penyelenggaraan program SBSV tahun-tahun berikutnya34.

Melalui hasil wawancara mendalam peneliti terhadap empat alumni peserta program SBSV, peneliti menilai bahwa peserta dan pihak HM Sampoerna telah merasakan hasil positif dari kegiatan ini. Bagi perusahaan, program ini telah

34

(27)

menjadi bentuk kontribusi dan komitmen HM Sampoerna pada pemberdayaan masayarakat bidang pendidikan manusia Indonesia. Sebagai hasil dari upaya tersebut HM Sampoerna melalui SBSV telah mampu merubah sebagian besar cara pandang peserta mengenai aktifitas usaha perusahaan kearah yang lebih positif dan pada akhirnya dapat menerima keberadaan perusahaan.

Bagi peserta secara umum mereka merasakan bahwa kegiatan ini mampu menciptakan jaringan dan relasi diantara mereka dengan sangat erat. Selain tentunya dengan program ini peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih mendalam mengenai perusahaan rokok. Berikut tanggapan beberapa peserta akan manfaat dari mengikuti kegiatan ini. Wawancara dengan Ruly Ramandha Lesmana35 dan WGW, ulumni peserta SBSV tahun 2005 dan 2008.

“Mendapat pengalaman berinteraksi dengan teman-teman mahasiswa terbaik se-Indonesia, yang paling utama adalah mendapatkan pengalaman untuk berinteraksi dengan jajaran tertinggi dalam perusahaan.

Adanya kesempatan merasakan irama kerja HM Sampoerna, dengan melakukan kunjungan ke site area (pabrik) dan Meeting dengan Direksi HM Sampoerna secara langsung.”

Dapat membangun jaringan dengan mahasiswa-mahasiswa diseluruh Indonesia dan memperoleh kesempatan untuk bertanya jawab dengan para jajaran penting Manajemen merupakan suatu hal langka yang manfaatnya sangat penting dirasakan oleh Ruly Ramandha Lesmana dari Program SBSV. Sementara itu WDW36 menyatakan manfaat yang ia rasakan dari SBSV sebagai berikut :

“Karena background saya memang dari Public Relations atau Corporate Communication, dan SBSV ini adalah salah satu program CSR, jadi saya bisa mengamati dan observasi langsung program CSR tersebut. Koneksi

35

Hasil wawancara mendalam dengan Ruly Ramandha Lesmana 36

(28)

dan hubungan baik dengan peserta lain yang hebat di bidangnya masing-masing. Mengenal Sampoerna lebih dekat.”

WGW37 bahkan menggunakan kata privilage sebagai ungkapan dari manfaat besar yang ia peroleh dari kesempatan untuk berdiskusi dengan jajaran Manajemen HM Sampoerna pada keikutsertaannya dalam SBSV seperti berikut :

”Sangat berkesan. Karena seperti privilage aja, pihak manajemen di tingkat tinggi itu mau menyambut kita, meluangkan waktu untuk jawab pertanyaan kita.”

4.2.2 Program Sampoerna Best Student Visit

Berikut dibawah ini kegiatan-kegiatan inti Sampoerna Best Student Visit

hasil penyempurnaan oleh Departemen CSR HM Sampoerna dalam program kunjungan mahasiswa terbaik yang dilakanakan mulai dari angkatan tahun 2008.

4.2.2.1Kunjungan ke Pandaan Plant

Salah satu kegiatan inti bagi peserta dalam program ini ialah kunjungan ke Pandaan Plant dimana salah satu area produksi perusahaan berada. Pandaan Plant merupakan sentra produksi vital bagi HM Sampoerna yang memproduksi produk-produk yang masuk klasifikasi Mild. Ditempat inilah diproduksi rokok-rokok olahan HM Sampoerna melalui proses pabrikasi dengan mesin-mesin yang tergolong canggih38.

Standarisasi produk melalui proses sterilisasi menjadi sesuatu yang sangat penting dijaga perusahaan, oleh karena itu tidak sembarang orang dapat memasuki wilayah yang cukup terisolasi ini. Saat tiba pertama kali di Pandaan Plant, para peserta disambut oleh Panitia dan Jajaran Manajemen HM Sampoerna dengan

37 Ibid. 38

(29)

memberikan pengarahan singkat dan diskusi akan arti penting kunjungan dan kegiatan ini bagi masing-masing pihak yaitu para mahasiswa terbaik dan perusahaan. Dalam pertemuan ini peserta program mahasiswa terbaik diberi kesempatan untuk bertanya jawab guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mereka mengenai perusahaan dan proses kerjanya.

Hal ini tentu merupakan suatu kesempatan yang sangat langka yang dapat dirasakan oleh para peserta. Oleh karena itu sebagian besar peserta memanfaatkan momen ini untuk dapat memperoleh pelajaran sebanyak-banyaknya dari para pengambil keputusan perusahaan ini dengan aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini seperti yang digambarkan oleh saudara WGW39 berikut ini :

”Saya sendiri sangat impressed karena melihat feedback peserta yang luar biasa ingin tahu tentang kegiatan Sampoerna yang jujur aja sensitif dengan 90 persen peserta angkat tangan saat sesi pertanyaan di buka.”

Peneliti melihat hal ini tentu merupakan gambaran umpan balik positif dari diadakannya program ini, selain tentu atas kesempatan langka yang mereka peroleh. Dilokasi yang sama peserta dapat melihat pula bagaimana bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dikembangkan melalui pembuatan alat-alat produksi Usaha Kecil Menengah (UKM) binaan HM Sampoerna. Alat-alat itu berupa perangkat keras dan bahan penunjang proses produksi UKM seperti alat pemecah kopi, kompor gas dengan sumber energi dari biogas, pembuatan pupuk organik dan lain-lain. Semua alat dan bahan penunjang ini dibuat sendiri oleh HM Sampoerna bekerja sama dengan kelompok-kelompok UKM binaannya40.

39

Hasil wawancara mendalam dengan WGW 40

(30)

Bagi peneliti hal ini tentu sangat positif dan mampu meningkatkan keunggulan usaha karena manfaat dari upaya ini ialah biaya produksi UKM dapat ditekan dan yang juga sangat penting ialah menumbuhkan jiwa inovasi para pelaku UKM yang ada.

Dengan membuat perangkat-perangkat keras penunjang ini tanpa harus membeli produk jadinya yang pasti lebih tinggi tentunya dapat membantu para penggiat UKM binaan HM Sampoerna dapat menjual harga produknya lebih murah dipasaran sehingga mereka dapat mejadi lebih mandiri.

Selain memahami bagaimana proses produksi dikelola, melalui kunjungan ini pula para peserta berkesempatan belajar bagaimana suatu usaha dapat berjalan bersamaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya.

4.2.2.2 Kunjungan ke Sentra UKM dan Taman Baca Sampoerna

Setelah melihat proses produksi di Pandaan dan pembuatan alat produksi UKM, kemudian peserta dipisah menurut kelompoknya masing-masing menuju kelompok-kelompok UKM yang ada. Ditempat ini peserta dapat langsung menyaksikan sendiri sentra produksi UKM binaan HM Sampoerna dalam kelompok PPKS, yaitu Pusat Pelatihan Kewiusahaan Sampoerna.

Para peserta dapat mengobservasi bagaimana salah satu program CSR HM Sampoerna dikerjakan bagi masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan sebagai upaya pemberdayaan dalam bidang ekonomi. Para peserta dapat memahami bagimana HM Sampoerna mencoba menggali kebutuhan dan potensi komunitas lokalnya untuk kemudian dibentuk menjadi

(31)

kelompok masyarakat yang memiliki nilai tambah dan kemandirian bukan saja secara finansial namun juga ide-ide yang inovatif.

Bentuk-bentuk pelatihan itu seperti pelatihan Budidaya Padi SRI, pelatihan Budidaya Jamur Tiram dan UKM Center. Pada akhir kunjungan ditempat ini pun selain pengetahuan, para peserta dapat memperoleh buah tangan dari para lompok unit usaha kecil menengah binaan HM Sampoerna. Hal ini seperti yang disampaikan berdasarkan pengalaman WGW41 berikut :”Kami diajak

ke PPKS melihat salah satu CSR Sampoerna, dan sebelum kembali kami diberi oleh-oleh produk UKM binaan.”

Tidak terbatas pada kegiatan UKM, salah satu kelompok peserta juga ditugaskan mengobservasi kegiatan CSR HM Sampoerna lainnya bidang pendidikan yaitu Taman Baca Sampoerna. Taman Baca Sampoerna merupakan perpustakaan bagi masyarakat sekitar yang didirikan oleh HM Sampoerna untuk meningkatkan minat baca dan pengetahuan komunitas lokal yang ada.

Dalam kelompok-kelompok peserta yang ada panitia mencampur semua mahasiswa dari berbagai universitas yang berbeda dan dengan latar belakang jurusan yang berbeda. Peserta diminta menganalisis program CSR yang ada, mengobservasi langsung di lapangan dan mempresentasikannya di hadapan Departemen CSR pada akhir kseluruhan kunjungan nantinya. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda ini panitia berharap dapat menerima masukan dari hasil observasi kelompok dengan pertimbangan dan sudut pandang disiplin ilmu yang masing-masing peserta.

41

(32)

Menurut saudara WGW42 hal ini merupakan suatu simbiosis mutualisme yang sangat jeli dimanfaatkan oleh panitia dimana para mahasiswa ini bisa belajar dengan melihat aplikasi di lapangan, sementara pihak HM Sampoerna mendapatkan masukan dari para peserta yang dianggap baik di bidang ilmunya masing-masing untuk mengembangkan program CSR yang ada dimasa kini dan masa mendatang.

4.2.2.3 Kunjungan ke Pabrik Pengolahan di Rungkut

Kunjungan berikutnya dilakukan peserta ke pabrik di Rungkut. Ditempat ini peserta dapat melihat bagaimana karyawan yang notabene ialah perempuan melinting dan menggunting produk-produk rokok HM Sampoerna untuk kemudian dikemas dan dipasarkan. Tempat ini merupakan sentra produksi HM Sampoerna bagi produk-produk kreteknya. Semua proses pengolahan menggunakan tenaga manusia yang cukup besar jumlahnya dengan standard kuota pengerjaan setiap harinya.

Salah satu alumni peserta kegiatan ini ialah saudara WGW memberi tanggapan yang berbeda dan menarik dibandingkan dengan alumni-alumni lain yang peneliti wawancara sebagai nara sumber. Sebagian besar alumni saat peneliti tanyakan mengenai tanggapannya berkaitan dengan kunjungan ke pabrik Rungkut lebih banyak menjawabnya dari aspek manfaat bagi pengetahuan mereka. Namun berbeda dengan saudari WGW yang melihatnya dari sudut pandang human interest.

”Kalau soal pelintingan rokok itu aku lebih melihatnya ke sisi human interestnya sih ya. Aku sedih sekaligus terpesona. Terpesona oleh keahlian

42 Ibid.

(33)

Ibu-Ibu pelinting dan penggunting SKT (Sampoerna Kretek Tangan). Tapi sedih karena mereka seakan menjadi mesin hidup. Belasan tahun bekerja setiap hari sepuluh jam mengerjakan tugas yang sama! Benar apa yang kupelajari di mata kuliah management. Supaya produktivitas tinggi, seseorang harus ahli di bidangnya, spesifikasi, turn over rendah, dan semua teori itu benar dipraktekan. Tapi aku membayangkan, di satu sisi ibu-ibu harus memenuhi tuntutan ekonomi, tapi apa mereka tidak stress mengerjakan hal yang sama setiap harinya selama belasan tahun? Tapi itulah pilihan hidup mereka. Paling tidak, mereka telah bertanggung jawab menjalani pilihan hidupnya”43

Pada kenyataannya tidak sedikit memang dari karyawan tersebut merupakan tenaga kerja yang telah bekerja selama belasan tahun dengan sepuluh jam waktu kerja per hari. Hal ini dirasakan menjadi pelajaran tersendiri bagi saudara WGW.

Ia beruntung dapat menyaksikan secara langsung aplikasi teori yang ia terima dibangku kuliah mengenai bagaimana proses produksi itu berjalan. Produktivitas dapat dicapai maksimal apabila setiap individu menjadi ahli di bidangnya dan melakukan tugas tertentu secara spesifik.

Lebih dari itu, ia melihat juga betapa luar biasanya para perempuan-perempuan di pabrik Rungkut telah bekerja bukan hanya dengan motivasi untuk memajukan perusahaan, tetapi juga dalam tanggung jawab besar untuk keberlangsungan hidup keluarga. Demi hal itu saudara WGW menggambarkan kondisi itu dengan mengunakan kata mesin hidup yang mengerjakan hal sama setiap hari dalam durasi kerja yang menyita sebagian besar waktu mereka beraktifitas sepanjang hari.

Hal ini tentu bukan dinyatakan oleh saudara WGW untuk menyudutkan perusahaan yang mempekerjakan mereka. Hanya saja dengan latar belakang

43

(34)

jurnalis yang pernah ia geluti menimbulkan baginya pemikiran ini sebagai pelajaran mengenai hidup yang penuh dengan pilihan.

Kadang kala yang terpenting bukanlah apa yang kita pilih, namun bagaimana kita bertanggung jawab akan pilihan yang kita telah ambil. Demikian seperti yang dinyatakan oleh saudara WGW dalam tanggapannnya dalam kunjungan kesalah satu Site produksi HM Sampoerna ini44.

4.2.2.4 Sampoerna Rescue

Sebagai gambaran bentuk kepedulian lingkungan, panitia juga menyelipkan kegiatan penyelamatan lingkungan yang dibimbing oleh tenaga-tenaga profesional bidang lingkungan HM Sampoerna dalam wadah Sampoerna Rescue.

Dalam kegiatan ini perusahaan ingin menyampaikan pesan melalui peserta kepada publik akan kontribusi mereka kepada kelesatarian lingkungan dengan melibatkan peserta untuk turut menanam bakau didaerah-daerah pesisir yang mengalami degradasi hutan mangrove. Contohnya pada penyelenggaraan Program SBSV tahun 2009, peserta dan panitia dalam Sampoerna Rescue melakukan penanaman bakau di kawasan pesisir Wonorejo Jawa Timur. Sebagian peserta sangat menyambut positif kegiatan ini walau tentu ada beberapa sudut pandang peserta yang peneliti lihat sebagai suatu hal yang kritis namun membangun.

Kunjungan kekawasan mangrove di Wonorejo, pantai timur Surabaya ini hanya memberikan peserta kesempatan untuk menanam beberapa bibit bakau bagi

44

(35)

masing-masing peserta, sehingga saudara WGW peserta tahun 2008 melihat bahwa hal itu menjadi kurang efisien.

Sikap kritis itu nampak dari kalkulasi saudara WGW seperti banyaknya energi yang harus dikeluarkan bagi sarana transportasi kelapangan tidak sebanding dengan jumlah bibit bakau yang ditanam. Hal itu belum lagi jika dihitung dengan jumlah bakau yang rusak akibat terinjak oleh peserta selama proses kunjungan berlangsung. Memang esensi dari kegiatan inilah yang menjadi paling utama bagi peserta, namun segala maksud baik itu tentu menjadi kontra produktif jika kalkulasi sederhana ini tidak diperhitungkan dengan baik oleh panitia. Peneliti melihat melalui tanggapan peserta bahwa mungkin lebih baik apabila kegiatan yang cukup menguras waktu, energi serta biaya ini tak mengapa pula jika harus membuat para peserta berkesempatan menanamkan lebih banyak bibit bakau.

Walau demikian pada umumnya peserta memperoleh banyak pelajaran baru dari hasil kunjungan dan kegiatan Sampoerna Rescue ke Wonorejo ini. Melalui kegiatan ini dalam waktu yang sama HM Sampoerna juga berkesempatan untuk menunjukan bahwa mereka sangat peduli terhadap kualitas lingkungan dan sangat amat penting untuk dapat tetap menjaganya sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka. Sebagai dampak dari upaya kepedulian akan lingkungan ini, HM Sampoerna pun akhirnya pada 5 Mei 2010 kemarin memperoleh piagam Wanalestari dari Kementrian Kehutanan RI. Melalui ini bukan hanya peserta, namun masyarakat luas dapat melihat kesungguhan tersebut diapresiasi dengan

(36)

baik karena dampak positifnya memang telah dirasakan secara nyata oleh warga Jawa Timur dan Wonorejo khususnya45.

4.2.2.5 Kunjungan ke Museum House of Sampoerna

Dalam kunjungan ke Museum House of Sampoerna selain melihat sejarah dan hal-hal penting lainnya menyangkut HM Sampoerna, ditempat ini dalam program kunjungan ini para peserta memperoleh perlakuan sangat istimewa dengan menikmati makan malam bersama jajaran Manajemen HM Sampoerna. Pada saat yang sama panitia menutup tempat bagi publik dan khusus dibuka hanya bagi peserta program kunjungan saja.

Setelah beberapa kunjungan dengan kegiatan yang dapat menjadi bekal kewirausahaan, melalui kunjungan ke House of Sampoerna ini peserta dapat memahami sejarah dan tonggak dasar berdirinya perusahaan melalui tampilan-tampilan menarik yang ada di Museum House of Sampoerna.

Walau mungkin tidak banyak mamfaat praktis diperoleh dalam kesempatan ini, pada umumnya peserta sekali lagi melihat kunjungan ini sebagi suatu yang positif karena segala sesuatu tentu tak hanya selalu menyangkut belajar namun juga komunikasi antar individu dan keakraban yang memang menjadi hal penting yang dirangkai oleh panitia sebagai Fun Learning Visit. Dengan cara itu tentu para peserta dapat lebih menikmati kunjungan sehingga apa yang disampaikan kepada mereka dapat diterima lebih mudah.

Dalam kesempatan ini para peserta berkesempatan menjalin komunikasi diantara mereka yang memang terkumpul dari seluruh tempat di Indonesia.

45

(37)

Dengan latar belakang disiplin ilmu dan budaya yang berbeda, kesempatan ini dipandang sangat baik untuk peserta dapat saling belajar dan bertukar pikiran satu dan lainnya.

Hal itu tergambar dari sebagian besar jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti mengenai manfaat dari keikutsertaan mereka dalam Program

Sampoerna Best Student Visit berikut. Saudara WGW46 memberikan tanggapan terkait manfaat hubungan dan komunikasi yang terjalin baik antar mahasiswa terbaik pada keikutsertaannya tahun 2008. ”Manfaatnya ialah Koneksi dengan best student yang lain.” Hal serupa disampaikan pula oleh saudara Wildan Bagus Aditya47 seperti berikut :

”Manfaatnya ialah jaringan luas relasi, wawasan tentang dunia bisnis tembakau dan menadapatkan banyak teman dari seluruh Indonesia”48

. Sementara itu menyangkut hal yang sama saudara Ruly menyampaikan sebagai berikut : ”Mendapat pengalaman berinteraksi dengan teman-teman mahasiswa terbaik se-Indonesia, yang paling utama adalah mendapatkan pengalaman untuk berinteraksi dengan jajaran tertinggi dalam perusahaan.”

4.2.2.6 Presentasi Hasil Kunjungan

Kegiatan presentasi oleh masing-masing kelompok yang dibentuk pada awal kunjungan ialah salah satu kegiatan inti akhir dari kunjungan para mahasiswa terbaik ini. Pada kesempatan ini masing-masing kelompok mengutarakan pandangan dan masukan mereka dihadapan segenap jajaran Manajemen HM Sampoerna. Semua ini ialah hasil dari obeservasi yang dilakukan melalui kunjungan kesentra UKM dan Perpustakaan Taman Baca Sampoerna seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Analisa dan masukan menyangkut kegiatan-kegiatan CSR HM Sampoerna tentu menjadi hal utama yang menjadi

46

Hasil wawancara mendalam dengan WGW 47

(38)

bahan bahasan presentasi para peserta. Sekali lagi kegiatan ini menjadi semacam

mutual beneficial antara peserta dan HM Sampoerna.

Para peserta yang memiliki latar belakang ilmu yang berbeda tentu banyak memberikan analisa dan masukan dari sudut pandang keilmuan mereka masig-masing kepada para praktisi CSR HM Sampoerna dan itu tentu suatu hal yang sangat bermanfaat bagi perusahaan. Disisi lain tentu peserta dapat belajar keseluruhan proses produksi dan irama kerja di HM Sampoerna yang memiliki budaya kerja yang berbeda tentunya dengan perusahaan lain yang menjadi pelajaran yang sangat berguna bagi masing-masing peserta.

Kegiatan ini tentu bukanlah suatu hal yang secara formal dilakukan, presentasi dilakukan dalam suasana yang santai namun tetap kritis. Sebagian besar peserta yang bukanlah mahasiswa komunikasi tetap mampu menyajikan presentasi dengan percaya diri dan pandangan-pandangan yang kritis. Hal ini seperti yang diutarakan oleh saudara WGW49 kepada peneliti berikut ini :

”Ketika diberi kesempatan bertanya oleh management, lebih dari 80% mengangkat tangan. Pada saat diskusi, tak ada yang menunduk takut bersuara justru semua bergantian speak up dengan ide briliant. Pada saat presentasi, tak ada tampang nervous, semua seakan sudah terbiasa.”

Selain dari pada antusiasme peserta yang tinggi dan pemahaman yang baik dari hasil komunikasi panitia dan peserta selama kunjungan, kemasan CSR Fun Learning oleh panitia mungkin yang menjadi faktor dari hidupnya suasana diskusi dalam proses presentasi oleh masing-masing kelompok. Melalui ini proses diskusi menjadi bahan pelajaran yang sangat maksimal bagi kedua belah pihak.

49

(39)

Salah satu contoh dari presentasi kelompok ialah seperti yang dialami oleh saudara WGW yang memiliki pengalaman tersendiri dari kegiatan ini. Saudara WGW mengaku tidak dapat mengingat lagi kegiatan CSR bidang UKM apa yang ia dan teman-temannya presentasikan saat itu karena memang sudah berlangsung dua (2) tahun lalu. Namun pengalaman yang ingin ia sampaikan ialah lebih kepada bagaimana proses kegiatan ini berlangsung. Hal ini tentu menarik bagi peneliti karena memang objektif dari penelitian ini bukan kepada hasil presentasi para peserta, namun bagaimana menggambarkan pengalaman nara sumber yang ada. Berikut petikan pernyataan saudara WGW50 terkait pengalamanya selama proses kegiatan presentasi kelompoknya :

”Karena persiapannya cukup memakan waktu ... presentasi bukan cuma di manajemen bagian CSR aja, tp lebih tinggi dari itu, tepatnya level apa, gw lupa, pokoknya ada perwakilan dari beberapa bidang manajemen mereka.

Kelompok aku kebagian observe CSR-nya yg PPKS. Aduh sorry beneran deh, try to recall my memory but not working. Jangankan hasilnya, kelompok aku obervasi apanya PPSK aja lupa kok. Cuma pas presentasi ya gitu, gantian, semua kebagian untuk nyampein aspirasi. dan sewaktu dibantai dengan pertanyaan dari kelompok lain dan manajemen, cukup grogi abis juga pas itu, mana power point yang uda disiapin ga berjalan seperti yang diharapkan, gangguan teknis. tapi presentasi secara keseluruhan berjalan dengan baik dan hidup! mungkin karena itu tadi, isinya canggih semua jadi kritis-kritis tapi tetap fun”

Berbeda dengan saudara WGW, kelompok Sukerejo yang salah satu anggotanya ialah Wildan Agus Aditya51 dan beberapa rekannya bertugas mengobeservasi CSR HM Sampoerna bidang pendidikan yaitu Perpustakaan Taman Baca Sampoerna.

50

Hasil wawancara mendalam dengan WGW 51

(40)

Setelah melalui proses analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity,

Threat) yang dibuat secara sederhana, hasil dari pengamatan kelompok ini seperti yang utarakan oleh saudara Wildan Agus Aditya kepada peneliti, kelompoknya menyampaikan bahwa perlu adanya suatu sistem infomasi sederhana di Taman Baca ini sebagai dokumentasi alur keluar masuk buku. Selama ini semuanya dikerjakan secara manual sehingga dianggap kurang efisien dalam proses kerjanya.

Diharapkan dengan adanya sistem dokumentasi digital secara komputerisasi akan dapat membantu petugas yang ada mengerjakan tugas-tugasnya lebih mudah. Masukan kedua yang disampaikan kepada pihak HM Sampoerna oleh kelompok Sukerejo ialah perlu adanya penataan ruang yang lebih memiliki kesan universal sehingga dapat diterima oleh semua kalangan dan usia. Selama ini melalui tanya jawab kelompok Sukerejo dengan warga sekitar, tanggapan dan persepsi masyarakat mengenai Taman Baca ini ialah diperuntukan hanya bagi anak-anak.

Persepsi ini tidak mereka anggap salah karena memang situasi penataan dan terutama desain ekterior tempat ini lebih cenderung memiliki kesan bahwa perpusatakaan ini hanya bagi anak-anak dari sisi dekorasi warnanya yang ceria dan ada beberapa tokoh kesenangan dunia anak yang tampil didepannya. Tentu saja pada kenyataannya kondisi ini tidak dimaksudkan seperti itu, fasilitas ini dibangun untuk seluruh lapisan umur dimasyarakat. Kelompok Sukerejo menyarankan untuk mengevaluasi bahkan merubah persepsi ini dengan mengubah tampilian ekterior yang ada saat itu.

(41)

Masukan terakhir dari kelompok Sukerejo ialah dibentuknya semacam wadah untuk mengelola aktifitas ibu-ibu rumah tangga yang sering kali berkumpul diarea Taman Baca ini menjadi sentra kegiatan yang lebih produktif seperti membuat kerajinan tangan dan lain-lain.

Saran ini muncul atas dasar informasi yang diterima oleh peserta bahwa pihak HM Sampoerna berkeinginan Taman Baca ini dapat mandiri secara finansial kedepannya. Dengan adanya sentra kegiatan kerajinan yang produktif, para peserta dalam kelompok Sukerejo berpikir bahwa hal ini akan dapat membantu rencana HM Sampoerna bagi kelangsungan Taman Baca ini menjadi lebih mandiri52.

4.2 Pembahasan

Semua hasil yang diperoleh melalui Program SBSV tentu tidak cukup jika hanya dilihat dari sudut pandang HM Sampoerna saja sebagai penyelenggara, namun yang terpenting ialah bagaiamana respon dari para peserta mengenai apa yang mereka rasakan dan terima.

Melalui kesempatan wawancara mendalam dengan empat nara sumber yang merupakan alumni-alumni dari program SBSV, peneliti menemukan hal-hal baik sebagai tanggapan dari pengalaman mereka. Respon positif banyak disampaikan para alumni yang menjadi nara sumber peneliti. Bahkan kesluruhan dari mereka beranggapan bahwa program ini layak untuk terus dapat dilanjutkan. Penilaian para alumni tersebut sudah tentu beranjak dari manfaat-manfaat yang

52

(42)

mereka dirasakan melalui program SBSV. Hal ini seperti dinyatakan saudara Ruly berikut :

”Program ini layak untuk dilanjutkan, karena setiap angkatan akan mengalami kebutuhan dan perkembangan yang berbeda-beda sesuai dengan jamannya”53

Sementara itu saudara Adit yang merupakan alumni SBSV tahun 2009 menyampaikan ”Layak. Cukup mengubah paradigma berpikir tentang rokok yang negatif menjadi semakin berkurang”54

.

Hal positif serupa disampaikan saudara Endra, alumni SBSV tahun 2008 mengenai layak tidaknya program ini dilanjutkan. Saudara Endra menyampaikan bahwa program ini layak ”dilanjutkan, kegiatan ini sangat berguna bagi

mahasiswa, mereka bisa saling tukar pengalaman dan sharing informasi beasiswa”55

.

Walau demikian, tanggapan-tanggapan itu tidaklah melulu menyampaikan hal positif, ada pula masukan-masukan membangun bagi keberlangsungan program ini selanjutnya. Hal itu seperti yang dikemukakan oleh saudara Wildan Bagus Aditya yang menyinggung perihal lagu Indonesia Raya seperti telah disampaikan sebelumnya.

Tanggapan saudara Adit ini tentu sungguh sangat menarik, dari hal ini peneliti melihat bahwa hal yang mungkin terdengar sederhana ini ternyata memberi makna yang sangat mendasar yang menjadi perhatian dari peserta. Terlebih lagi para peserta program ini merupakan para mahasiswa yang bukan saja identik dengan idealisme, namun yang lebih penting ialah betapa sangat

53

Hasil wawancara mendalam dengan Ruly Ramandha Lesmana 54

Hasil wawancara mendalam dengan Wildan Bagus Aditya 55

(43)

disayangkan kesempatan ini tidak dimanfaatkan untuk mempererat ikatan para peserta yang berasal dari seluruh penjuru negeri dengan suatu simbol atau unsur perekat nasionalisme seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama.

Walau demikian, saudara Adit memandang bahwa program ini tetap harus dilanjutkan karena ia merasa bahwa dengan adanya program ini paradigmanya terkait dengan perusahaan rokok semakin berkurang. Dengan melihat apa yang telah dikerjakan HM Sampoerna kepada komunitasnya, serta bagaimana keberadaan perusahaan ini telah mampu memberi manfaat berarti bagi lingkungan, ia merasa sangat perlu untuk generasi-generasi berikutnya mengalami pengalaman yang sama seperti halnya dia.

Terlebih lagi untuk mengikuti kegiatan ini mahasiswa tidak perlu mengeluarkan biaya apapun karena segalanya ditanggung oleh pihak HM Sampoerna56 seperti yang disampaikannya yang bahkan seakan mempertanyakan balik kepada peneliti. ”Biaya? Malah dibiayai Sampoerna”.

Dengan kunjungan-kunjungan yang dilakukan melalui SBSV ini tentu para peserta dapat melihat segala sesuatu lebih jelas untuk kemudian memberikan penilaian yang lebih berimbang. Tentunya menyangkut keeradaan perusahaan rokok diIndonesia.

Tidak banyak jauh berbeda dengan saudara Adit, ketiga nara sumber lainnya pun menilai hal yang sama bahwa kiranya kegiatan ini dapat dilanjutkan karena mampu memberikan pengalaman dan wawasan tersendiri bagi mereka. Jaringan luas dengan para peserta lain yang berasal dari berbagi Perguruan Tinggi

56

Gambar

Gambar 4.2 Lambang Perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamalan industri takaful, syarikat merupakan wakil (al-Wakil) kepada peserta dan peserta sebagai pewakil (al-muwakkil), skim takaful atau dana yang diuruskan

Mencermati latar belakang serangan suku Sulu ke Sabah-Malaysia serta eksaminasi konsep dan aturan yang berkaitan dengan status pasukan Kesultanan Sulu dan jenis konlik bersenjata

Berdasarkan grafik hubungan pengembangan dengan waktu di titik C pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, tanah tanpa perkuatan kolom T-shape, mengalami pengembangan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1 UNY program kependidikan karena orientasi utamanya adalah kependidikan. Dalam

Untuk mengetahui pengaruh campuran pasir sungai Lumajang terhadap kualitas batu bata lumpur Lapindo dilakukan dengan cara memberikan penambahan pada bahan baku

yang diam eaktor kartini 2001-20010 dirasa cukup EMBAHASA utput program angkum dalam ebut kemudian m gambar 1 s/ k Pemanfaatan grafik 1 dia atan reaktor m ada tahun 200 mpa yang

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri