• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

53

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MENGGUNAKAN KARTU KALINO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL PERKALIAN

PADA SISWA KELAS III SD TERPADU MUHAMMADIYAH 1 BESUKI SITUBONDO

Oleh

Herlin Nur Hasanah(1), Vidya Pratiwi(2) ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino untuk meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa (2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghafal perkalian melalui metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino pada siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, disusun dalam siklus berrdaur terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilaksanakan 2 (dua) siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : 1) metode observasi untuk mengamati aktifitas siswa; 2) metode tes untuk mengetahui hasil belajar siswa; 3) metode wawancara untuk mengetahui pendapat siswa tentang kepuasan belajar. Data yamg terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif.Penelitian ini dilaksanakan di SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki Situbondo kelas III yang terdiri dari 30 siswa,14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang heterogen, untuk pembagian kelompoknya berdasarkan hasil pre-test sebelum siklus dilaksanakan. Data yang dikumpulkan merupakan hasil dari penelitian hasil tes individu pada saat penerapan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan Kartu kalino. Pada siklus I pertemuan I, hasil analisis tes individu 77%. Pada siklus II pertemuan II yang merupakan kegiatan pemantapan analisis tes individu mencapai 87%. Ketuntasan hasil belajar pada siklus I mencapai 83% dan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal di kelas III, sedangkan di siklus II sebagai kegiatan pemantapan persentase ketuntasan belajar mencapai 90%.

Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD. 1. PENDAHULUAN

Perbaikan mutu pendidikan di Indonesia selalu dilaksanakan dengan berbagai cara. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan proses pembelajaran yang inofatif. Sekolah adalah bagian dari masyarakat yang merupakan tempat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan jaman. Pendidikan di sekolah tak bisa lepas dari proses kegiatan belajar mengajar yang meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Proses pelaksanaan pemberian materi yang baik akan memudahkan siswa untuk memahami

(2)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

54

materi yang sedang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran akan mudah dicapai. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Menurut Muhsetyo (2011:1.2), matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis dan logis.Keabstarakan matematika karena obyek dasarnya abstrak yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik. Hal ini berarti perlu ada ‖ jembatan‖ yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami. ―Jembatan‖ inilah yang merupakan tantangan pendidikan matematika untuk mencari dan memilih model matematika yang menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menentang terlibat, dan pada akhirnya menjadikan siswa cerdas matematika.

Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di SD. Dalam pelajaran matematika dibutuhkan inovasi agar siswa SD mendapat pengalaman yang bermakna sehingga lebih memahami konsep-konsep matematika. Menurut Dienes (dalam Karso, 2008:1.17), ― Konsep matematika akan dapat dipahami dengan baik oleh siswa apabila disajikan dalam konkret dan beragam‖.

Keterampilan prasyarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Nasuprawoto:2012) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasyarat belajar (learning prerequisites). Dalam

(3)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

55

hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasyarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasyaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan khususnya hafal perkalian sampai 100.

Berdasarkan hasil dari tes secara lisan maupun tulis tentang perkalian, menunjukkan bahwa siswa kelas III SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo dalam menghafal perkalian menunjukkan bahwa 40% tidak hafal, 33% kurang hafal perkalian 1-5, 17% hafal perkalian, dan 10% sangat hafal perkalian 1-10. Padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru kembali bertanya hanya beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah. Hafal perkalian merupakan modal dasar atau prasyarat dalam memecahkan soal matematika pada materi perkalian.

Rendahnya kemampuan menghafal perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaran matematika. Siswa kelas III cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga siswa mengalami kesulitan dan bosan terhadap konsep yang diberikan oleh guru. Dan juga siswa lebih sering menggunakan jari dalam menghitung. Akibatnya siswa kesulitan dan membutuhkan waktu lama saat menyelesaikan soal matematika.

Di sisi lain kondisi siswa kelas III SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki sering kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode bersifat tradisional yaitu menggunakan metode yang berpusat pada guru (ceramah) dan media maupun alat peraga yang digunakan kurang menarik minat belajar siswa, contohnya yang bersifat permainan sehingga anak lebih senang dan menikmati pembelajaran seperti media kartu.

(4)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

56

Berdasarkan masalah di atas peneliti akan berupaya meningkatkan kemampuan menghafal perkalian dengan media kartu kalino yang dimodifikasi kartu permainan perkalian yang digunakan secara bersama sekelompok teman siswa (kooperatif). Dengan menggunakan media tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan menghafal hitung perkalian, lebih aktif, kreatif sehingga lebih banyak siswa yang mencapai ketuntasan dalan hafalan perkalian sampai bilangan 100.

Menurut Anitah (2008:3.7), belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota lainnya. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima pelajaran dari guru. Kemudian para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya.

Usaha-usaha kooperatif menghasilkan participant yang berusaha saling menguntungkan. Jadi, semua anggota kelompok tambahan dari usaha-usaha satu sama lain (Anda berhasil menguntungkan saya dan keberhasilan saya menguntungkan Anda), pengakuan bahwa semua anggota kelompok berbagi nasib bersama, pengenalan bahwa kinerja seseorang selain disebabkan oleh dirinya sendiri, juga saling membantu dengan temannya.

Metode kooperatif melibatkan banyak siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Pada kooperatif ini keterlibatan guru dalam belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Pelaksanaan metode koopoeratif yang bersifat kelompok, guru juga memberikan alat evaluasi berupa soal-soal yang harus dikerjakan secara bersama-sama. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru melakukan pengamatan terhadap siswa dalam kelompoknya. Siswa dibiarkan secara bebas melakukan permainan kartu kalino yang mereka gunakan, mereka dipersilakan bertanya pada guru apabila ada soal atau permasalahan yang tidak jelas mengenai perkalian.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino dapat dilihat pada pada tabel 1.1.

(5)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

57

dengan menggunakan kartu kalino

Langkah Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Pendahu- luan

a. Guru menyampaikan apresepsi dan motivasi tentang materi pelajaran,

b. Guru merumuskan tujuan yang akan dicapai siswa tentang materi perkalian

c. Guru merumuskan masalah yang akan didiskusikan tentang menghafal perkalian

a. Siswa mendengarkan penjelasan guru

b. Siswa mendengarkan penjelasan guru

c. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru

Kegiatan Inti

a. Guru menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis yaitu perkalian sampai 100 kemudian menjelaskan materi pelajaran

b. Guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok yang heterogen dengan jumlah 3-4 siswa pada setiap kelompok c. Guru memberikan contoh

permaiana kartu kalino melalui media yang disediakan

d. Guru membagikan LKS yang berisi tentang perkalian 100 yang sesuai permaianan yang dilakukan

e. Guru berkeliling untuk menjaga ketertiban atau mendorong pelajar menjawab pertanyaan f. Guru menyuruh kelompok -

kelompok diskusi melaporkan hasil yang telah dicapainya g. Guru memberikan tanggapan

terhadap hasil diskusi

h. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya

a. Siswa menulis penjelasan guru

b. Siswa bergabung sesuai dengan kelompoknya.

c. Siswa melakukan permaianan kartu kalino yang sesuai instruksi guru dengan alat peraga yang disediakan guru

d. Siswa mengerjakan tugas sesuai petunjuk LKS yang disediakan guru

e. Siswa mengerjakan tugas kelompok bersama kelompoknya.

f. Siswa mengumpulkan hasil diskusinya

g. Siswa menanggapi pertanyaan dari guru dan mencatat hasil diskusi. h. Siswa melakukan tanya

(6)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

58

Penutup a. Guru menarik kesimpulan

b. Guru menyuruh setiap siswa untuk mempresentasikan hasil hafalan perkalian didepan kelas dengan cara mencongak dari guru

c. Guru mengakhiri pelajaran.

a. Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan b. Setiap siswa presentasi

hafalan perkalian

c. Siswa berdoa

Menurut pandangan psikologi kuno, belajar ditafsirkan sebagai menghafal (Subori:2012). Oleh karena itu, belajar dilakukan semata-mata dengan menghafal. Hasil belajar ditandai dengan hafalnya seseorang tentang materi yang dipelajarinya.

Bahwa antara belajar dan menghafal terdapat hubungan timbal balik adalah benar. Menghafal merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara keseluruhan. Persamaan belajar dan menghafal adalah menyebabkan perubahan dalam diri individu.

Menghafal erat hubungannya dengan proses mengingat, yaitu proses menerima, menyimpan dan memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah diperolehnya melalui pengamatan (antara lain melalui belajar). Menghafal adalah kemampuan untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara cepat dan tepat, sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.

Dalam menghafal, aspek perubahan terbatas dalam kemampuan menyimpan dan memproduksi tanggapan. Adapun dalam belajar, perubahan itu tidak saja dalam hal kemampuan tersebut, namun juga meliputi perubahan tingkah laku lainnya, seperti sikap, pengertian, skills dan sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhasil dengan baik jika disertai kemampuan menghafal.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana penerapan metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino dapat meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa kelas III Semester I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013 ?; 2) Apakah penerapan metode kooperatif dengan menggunaan kartu kalino dapat meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa kelas III Semester I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013?.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino untuk meningkatkan kemampuan menghafal

(7)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

59

perkalian siswa kelas III semester I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013; 2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghafal perkalian melalui metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino pada siswa kelas III semester I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak terutama: 1) Bagi siswa, meningkatkan kemampuan menghafal perkalian, meningkatkan interaksi dan sosialisasi siswa dalam sebuah pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika; 2) Bagi Guru, memperbaiki proses belajar mengajar sebagai tugas dan tanggungjawab guru, memunculkan inovasi baru dalam pembelajaran yang selama ini masih menggunakan model pembelajaran tradisional, meningkatkan produktivitas dalam karya tulis ilmiah untuk meningkatkan profesionalisme guru; 3) Bagi Sekolah, meningkatkan pelayanan kepada peserta didik, meningkatkan sumber daya manusia (SDM ) guru, secara umum prestasi sekolah menjadi meningkat; 4) Bagi peneliti lain, dapat mengetahui apakah metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino dapat meningkatkan kemampuan menghafal perkalian pada siswa kelas III di SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki Situbondo.

2. METODE PENELITIAN

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas III SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013 Satu rombongan belajar kelas III tahun ini yang berjumlah 30 anak yang terdira atas 14: laki-laki dan 16 perempuan.

Desain penelitian ini direncanakan menggunakan adaptasi model Hopkins (dalam Permana, 2011:22) yaitu model skema yang menggunakan prosedur yang dipandang sebagai suatu siklus spiral. Siklus ini terdiri dari empat fase yaitu perencanaan (planning), penerapan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, tes, observasi, dan wawancara.

Data hasil tes dianalisa dengan menentukan target ketuntasan minimal. Ketuntasan minimal dalam menghafal perkalian yaitu 75% hafal perkalian sampai 100

(8)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

60

dari semua siswa kelas III. Untuk ketuntasan hasil belajar menghafal perkalian dapat dicari dengan rumus berikut :

H

P = —— x 100 % N

Keterangan: P : persentase menghafal perkalian H : jumlah siswa hafal

N : jumlah siswa keseluruhan

Tabel 2.1 Kriteria standar hafal siswa

Persentase kemampuan

hafal Kriteria

Target yang diinginkan

75% ≤ P ≤ 100% Sangat hafal Sangat Hafal

50% ≤ P < 75% hafal 25% ≤ P < 50% Sedang

P < 25% kurang hafal

Tabel 2.2 Kriteria standar berdasarkan nilai hafal siswa

Nlai Kriteria

P > 85 Sangat hafal

75 ≤ P < 85 hafal

65 ≤ P <75 sedang

P < 65 Kurang hafal

Kriteria ketuntasan belajar minimal siswa:

a. Ketuntasan belajar secara individu pada menghafal perkalian sampai 100 kelas III SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki Situbondo ≥ 65 dari skor maksimum 100. b. Ketuntasan belajar secara klasikal pada menghafal perkalian sampai 100 kelas III

SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki Situbondo adalah ≥ 75% dari jumlah keseluruhan siswa .

(9)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

61

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, langkah pertama adalah melakukan observasi dan tes pendahuluan.. Hasil observasi menunjukkan bahwa metode yang digunakan adalah ceramah, tidak digunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi, pertanyaan yang diajukan oleh guru hanya dijawab oleh beberapa siswa saja yang hafal perkalian sampai 100. Tes pendahuluan (pre-test) secara lisan satu persatu menghadap kepada peneliti tanya jawab perkalian sampai 100. Berdasarkan hasil pre-tes, diketahui persentase ketuntasan 27 % dari 30 jumlah siswa di kelas III yang hafal perkalian.

Tabel 3.1 Rekapitulasi hasil pre-test

Kriteria Jumlah siswa Persentase

Sangat hafal 3 10

Hafal 5 17

Sedang 10 33

Kurang hafal 12 40

Penelitian ini menggunakan dua siklus yaitu, siklus I (satu) dan sklus II (dua). Adapun data dari siklus I (satu) dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus I

Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase

P > 85 Sangat hafal 6 20

75 ≤ P < 85 Hafal 6 20

65 ≤ P < 75 Sedang 11 37

P < 65 Kurang hafal 7 23

(10)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

62

San

gat

Haf

Haf

al

Sed

ang

Kur

ang

Haf

0%

20%

40%

Hasil

Post Test

Pada Siklus I

Pembelajaran I telah dilaksanakan maka diadakan tes siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengahafal perkalian yang dilakukan melalui penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino. Pada pertemuan ini tidak ada permainan kartu kalino, siswa hanya mengerjakan tes yang diberikan sebanyak 5 soal dalam bentuk isian dengan waktu 20 menit. Materi soal sesuai dengan materi pada pertemuan I dengan soal pre-test.

Selama diadakan tes siswa terlihat tenang dalam mengerjakan soal yang dikerjakan secara individu. Persentase ketuntasan hasil belajar pada tes siklus I dapat dilihat pada Lampiran O.5 mencapai 83%. Hasil tes siklus I dapat dilihat dari tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 3.3 Perolehan hasil belajar pada tes siklus I

Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase

P > 85 Sangat hafal 8 27

75 ≤ P < 85 Hafal 17 56

65 ≤ P < 75 Sedang 0 0

P < 65 Kurang hafal 5 17

(11)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

63 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Sangat Hafal Hafal

Sedang

Kurang Hafal

Hasil Tes Siklus I

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi yang telah dilakukan serta dijelaskan di atas, maka melakukan refleksi bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan, pada pembelajaran I mencapai. Hasil dari tes siklus I sudah mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari post test pada siklus I mencapai 77 % (23 siswa) dan tes siklus I ini mencapai 83% (25 siswa) atau terdapat 5 siswa yang belum tuntas.

Dari hasil persentase ketuntasan secara klasikal pada siklus I sehingga sudah memenuhi standar ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu ≥75%, maka metode kooperatif menggunakan kartu kalino pada siklus I telah berhasil, akan tetapi masih banyak kelemahan yang terjadi pada siklus I.

Adapun kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki pada pembelajaran siklus 1 antara lain :

1) peneliti masih mengalami sedikit hambatan, masih ada sebagian perencanaan yang terlewati yaitu kurang memberi arahan dan sanksi bagi siswa kurang disiplin, akibatnya ada beberapa siswa yang bergurau pada saat permainan kartu kalino sehingga dampak untuk aktivitas dan hasil belajarnya dalam hafalan perkalian masih kurang dari kriteria yang ditentukan.

2) siswa kurang memanfaatkan kartu kalino sebagai latihan hafalan perkalian akibatnya siswa masih sembarangan dalam menyusun kartu kalino dengan benar.

3) siswa kurang memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru, sehingga masih ada soal yang diberikan oleh guru yang belum terselesaikan.

(12)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

64

4) observer dan peneliti masih kurang dalam mengamati aktivitas siswa yang terdiri 8 kelompok, untuk memastikan hasil belajar siswa pada saat siswa mengerjakan soal individu.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan pada siklus I tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan sebagai berikut:

1) membuat kesepakatan dengan siswa, memberi arahan dan sanksi bagi siswa yang tidak disiplin.

2) membimbing siswa dalam memanfaatkan kartu kalino agar selalu latihan di sekolah maupun di rumah bersama kelompoknya dalam permainan kartu kalino sehingga siswa lebih hafal perkalian dan permainan lebih lancar.

3) membimbing siswa dalam memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru sehingga permainan dalam kelompok berjalan maksimal dan soal dapat terselesaikan.

4) observer dan peneliti lebih serius dalam mengamati aktivitas siswa, serta memberikan arahan dan motivasi kepada siswa agar dalam mengerjakan soal sesuai kemampuan masing-masing siswa dengan jujur.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hasil aktivitas siswa pada siklus II secara klasikal aktivitas siswa mencapai 81%, sedangkan ketuntasan klasikal hasil belajar pada post-test II mencapai 87% dengan 4 siswa yang tidak mencapai ketuntasan.

Hasil dari pembelajaran pada siklus II dapat dilihat dari tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus II

Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase

P > 85 Sangat hafal 11 37

75 ≤ P < 85 Hafal 12 40

65 ≤ P <75 Sedang 3 10

(13)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

65

Gambar 3.3 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus II

0% 10% 20% 30% 40%

Sangat Hafal Hafal

Sedang

Kurang Hafal

Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Pertemuan II diadakan tes siklus untuk mengetahui apakah penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino untuk meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa. Siswa saat tes lisan merasa senang dan tenang dengan adanya tes lisan ini, karena merasa sangat hafal dengan sering kalinya berlatih menghafal perkalian dengan menggunakan kartu kalino. Soal pada tes siklus ini berjumlah 5 soal dalam bentuk lisan menghadap guru. Persentase ketuntasan hasil belajar pada tes siklus II mencapai 90% (27 siswa) dan siswa yang belum tuntas 10% (3 siswa).

Hasil tes siklus II dapat dilihat dari tabel dan grafik sebagai berikut. Tabel 3.5. Perolehan hasil belajar pada tes siklus II

Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase

P > 85 Sangat hafal 13 43

75 ≤ P < 85 Hafal 14 47

65 ≤ P < 75 Sedang 0 0

P < 65 Kurang hafal 3 10

(14)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

66 0% 20% 40% 60% Sangat

Hafal Hafal Sedang

Kurang Hafal

Hasil Tes Siklus II

Peningkatan kemampuan menghafal perkalian berdasarkan hasil pembelajaran dimulai pretest, siklus I dan siklus II. Tabel dan Grafik peningkatan menghafal perkalian peneliti paparkan sebagai berikut di bawah ini :

Tabel 3.6 Hasil Pembelajaran pada siklus I dan siklus II

Nlai Kriteria

Persentase ketuntasan Siklus I

Persentase ketuntasan Siklus II

Post test Tes siklus I Post test Tes siklus II

P > 85 Sangat hafal 20 27 37 43

75 ≤ P < 85 Hafal 20 56 40 47

65 ≤ P < 75 Sedang 37 0 10 0

P < 65 Kurang

hafal 23 17 13 10

(15)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

67 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Post Test Siklus I

Tes Siklus I Post Test Siklus II Tes Siklus II Sangat Hafal Hafal Sedang Kurang Hafal

Gambar 3.6 Ketuntasan secara klasikal pada siklus I dan siklus II

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Ketuntasan Pre-Tes Siklus I Siklus II

Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan informasi data tentang tanggapan guru dan siswa mengenai kegiatan penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino. Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Sedangkan pada siswa dilakukan setelah pembelajaran pada siklus II.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan dalam dua siklus maka diperoleh beberapa temuan penelitian sebagai berikut:

a Tahap penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi yang dilakukan guru sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa. Hal ini terlihat di pembelajaran berikutnya yang menunjukkan ketuntasan dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran melalui permainan kartu kalino;

b Tahap pembentukan kelompok belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa dengan pre-test, untuk permainan berikutnya pembagian kelompok diacak dari

(16)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

68

kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya, pembagian kelompok dilakukan terlebih dahulu, sebelum menjelaskan permaianan kartu kalino agar siswa tidak ramai dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran;

c Tahap membimbing kelompok belajar, guru dibantu 1 Observer bagi siswa yang masih bingung dalam permainan kartu kalino. Siswa diberi dorongan dalam menghadapi kesulitan bermain dengan menjelaskan kembali prosedur permainan; d Tahap evaluasi, dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan siswa. Guru

mengevaluasi hasil post-test yang telah dikerjakan, sehingga diketahui kesulitan belajar baik secara individu maupun kelompok.

e Tahap pemberian penghargaan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok disetiap akhir pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa agar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya;

f Selama kegiatan belajar siswa merasa senang dalam bermain permainan kartu kalino, siswa menjadi ramai tetapi dalam kondisi belajar, siswa saling memberikan masukan maupun pendapat apabila terjadi kesalahpahaman dan kesalahan baik dalam permainan kartu kalino maupun menjawab soal kelompok.

g Lembar skor kelompok sangat bermanfaat untuk mengetahui pemenang dalam permainan dengan jumlah skor tertinggi dan waktu tercepat, selain itu sebagai pedoman guru untuk mengetahui kesulitan individu dan kelompok.

Media pendidikan mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi sosial, fungsi edukafif, fungsi ekonomi, fungsi politik, dan fungsi budaya, Hamalik (dalam Nasuprawoto:2012). Dalam hubungannya dengan fungsi edukatif pada media pendidikan mempunyai beberapa ciri yaitu: 1) Media pendidikan identik artinya dengan alat peraga yang berarti alat yang bisa diraba, dilihat, didengar, dan diamati oleh panca indra; 2) Tekanan utama terdapat pada benda atau hal yang dapat didengar atau di lihat; 3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan murid; 4) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas; 5) Media pendidikan mengandung aspek–aspek sebagai alat dan teknik yang sangat erat hubungannya dengan metode mengajar.

Media merupakan alat bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada ketika dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya.

(17)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

69

Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan. Jika guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan (media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang memuaskan dan tak dapat dipertanggungjawabkan.

Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswa dan citra diri mereka, jika media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan mempertimbangkan ciri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan akan lebih efektif dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa menggunakannya.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino telah meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa pada kegiatan. Setelah diterapkan penerapan metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino persentase ketuntasan menjadi 83% pada siklus 1, dari siklus 2 pada kegiatan pemantapan persentase menghafal perkalian menjadi 90%. Kemampuan menghafal siswa mengalami peningkatan kerena siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam aktivitas kelompok dan sering latihan di sekolah maupun di rumah siswa dengan menggunakan kartu kalino sehingga mampu mengerjakan soal dan hafal perkalian serta memperoleh pengetahuan dari kegiatan kelompok yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar.

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu: a) Bagi siswa, melalui penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino dalam pembelajaran Matematika khususnya perkalian diharapkan bisa dijadikan semangat dan motivasi dalam belajar; b) Bagi guru, dalam penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino, guru harus benar-benar menguasai metode dan dapat menjelaskan materi perkalian kepada siswa secara jelas sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah; c) Bagi Sekolah, penelitian penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino dapat dijadikan alternatif dalam peningkatan kemampuan mengahafal perkalian siswa; d) Bagi peneliti lain, penelitian

(18)

1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki 2) Dosen FKIP UNEJ

3) Dosen FKIP UNARS

70

ini dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian yang sejenis menggunakan permainan kartu kalino dengan permasalahan yang sama yaitu dalam menghafal perkalian.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S.W. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Karso. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Muhsetyo, G. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Nasuprawoto. 2012. Laporan Penelitian Tindakan kelas. files.wordpress.com/

2010/10/a-a-laporan-sampul-dep.doc [17 November 2012]

Permana, R. D, A, A. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) dengan Media Permainan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas IV B SD Negeri Mumbulsari 01 Jember Tahun Pelajaran 2010/2011. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Jember : Universitas Jember

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria standar hafal siswa  Persentase  kemampuan
Tabel 3.1 Rekapitulasi hasil pre-test
Tabel 3.3 Perolehan hasil belajar pada tes siklus I
Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus II
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian parent coaching berpengaruh terhadap perilaku kurang gerak pada anak usia pra sekolah yang ditunjukkan dengan adanya penurunan skor perilaku kurang gerak

[r]

Penelitian dimulai dengan studi lapangan, dan studi literatur kemudian dilakukan identifikasi masalah terhadap pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard dan analisis

penerapan suatu system manajemen yang mempunyai mutu terutama didalam suatu perusahaan didalam dunia bisnis adalah dapat menghasilkan suatu produk atau jasa yang

Selain pengertian sama, ada beberapa perbedaan yang menyolok antara Hudo (Modang,Bahau,Ga‘ay) dengan Hudoq Kita (kenyah) seperti kostum, iringan, topeng dan

persidanganMajelis Hakim Pengadilan Negeri Bengkalisfakta yang dapat membuktikanbahwaTerdakwa bukanlah orang yang berhak untuk menguasai ataupun memiliki Narkotika

#erdasarkan hasil pengukuran awal yang telah kami lakukan dil!kasi pekerjaan maka dengan ini kami mengusulkan agar dilakukan addendum 102.1 9 pekerjaan tambah kurang ;

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali konsep belajar orang dewasa (andragogi). Karena pada dasarnya belajar orang dewasa dengan anak-anak berbeda. Dikatakan