• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi ataau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, baahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis dan beragam.

Bahasa merupakan sebuah sistem, yang artinya bahasaa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD karena dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

(2)

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah. Langkah awal yang harus dilalui oleh guru sebelum merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah memahami benar-benar pedoman petunjuk atau karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia. Pedoman pelaksanaan tersebut bersumber pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Pada kurikulum termuat, Silabus, RPP, Progam Tahunan, program Semester, Kalender Pendidikan, Jadwal Pelajaran, serta perangkat lain yang wajib dipersiapkan oleh guru.

Pembelajaran di sekolah dasar salah satunya ada pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pkn dan sebagainya. Dalam pembelajaran tersebut memerlukan pendekatan belajar yang perlu dilakukan sebagai alat penunjang pembelajaran.

Dalam pembelajaran di sekolah dasar, mata pelajaran yang diajarkan salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di Sekolah Dasar.

Keberadaan bahasa Indonesia merupakan hal yang paling dominan di bidang pendidikan sebagai pembentuk karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemerintah mewajibkan pada dunia pendidikan untuk mengajarkan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran utama yang menentukan kelulusan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.

(3)

Di dalam pelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang akan mahir dalam berbahasa Indonesia manakala ia bisa mendengar atau menyimak dengan baik, menulis dengan tulisan yang mudah dipahami, membaca dengan pemahaman yang tinggi, dan akhirnya sampai dengan berbicara dengan lancar.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat beberapa kendala yang terjadi diperkirakan adanya kesalahan persepsi dari banyak kalangan, termasuk guru SD yang menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia sudah selesai ketika siswa telah selesai mengerjakan soal, pembelajaran bahasa Indonesia di SD pada umumnya cenderung statis dan rutin, seperti siswa diminta mengerjakan soal yang terdapat di dalam buku pegangan siswa atau LKS, dan guru hanya memberi nilai berdasarkan jawaban yang dikerjakan siswa tanpa mengetahui pemahaman siswa. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran kurang menarik dan membosankan sehingga ketercapaian hasil pembelajaran kurang maksimal. Selain itu siswa lebih suka bermain dan bercanda dengan temannya karena menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia itu mudah hanya membaca dan menulis. Siswa tak tahu apa sebenarnya yang diharapkan dari pelajaran Bahasa Indonesia tersebut dan guru pun sering tidak mengindahkan harapan dari pelajaran bahasa Indonesia anak.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN 1 Karangklesem kurang menunjukkan keaktifan siswa dalam berbicara dan kurang berinteraksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasi hal tersebut. Di SDN 1 Karangklesem ini terdapat beberapa

(4)

masalah yang dialami oleh siswa pada pelajaran bahasa Indonesia terutama dalam kemampuan berbicara. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, salah satu keterampilan berbahasa aspek kemampuan berbicara. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan Tarigan (1992: 138).

Dari pemaparan tersebut jelas sudah tidak tercapai apa yang menjadi keterampilan dasar dari pelajaran bahasa Indonesia dapat dibuat semenarik dan menyenangkan bagi anak, sehingga apa yang menjadi harapan dari pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai dengan baik di SDN 1 dan 2 Karangklesem. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna ketercapaian keterampilan bahasa Indonesia aspek berbicara dengan metode simulasi. Dengan metode simulasi akan menjadikan siswa untuk belajar berbicara dan berkomunikasi dengan lawan bicaranya serta menjadikan siswa meningkatkan keaktifan belajar karena dengan metode simulasi menjadikan siswa mempunyai usaha untuk menyampaikan informasi kepada lawan bicara sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.

Metode simulasi dalam pembelajaran bahasa mengarah pada pencapaian tujuan yang mengutamakan pemerolehan keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi (Walija 2007: 1). Metode simulasi siswa diajarkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam hidup sehari-hari. Tujuannya agar siswa memahami pembelajaran tersebut lebih bermakna. Dengan metode ini siswa lebih bisa berkomunikasi dengan baik dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa lebih memahami makna arti bahasa Indonesia yang sesungguhnya, sehingga dapat diaplikasikan pada kehidupan nyata. Disamping

(5)

itu, dengan metode simulasi ini juga dapat menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman.

Pada metode simulasi ini cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu Suyatno (2008: 32). Metode simulasi, siswa dilibatkan langsung dalam situasi yang nyata. Misalnya siswa melakukan kegiatan bermain peran. Dengan bermain peran tersebut siswa akan memperolah pemahaman yang lebih jelas tentang diri orang yang diperankannya, sehingga siswa dapat mengekspresikan perannya itu kedalam nada bicaranya, suaranya, maupun ekspresi wajahnya. Pemberian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan.

B. Rumusan Masalah

Setelah memperhatikan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah metode simulasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada siswa kelas IV SDN 1 Karangklesem?

2. Apakah metode simulasi berpengaruh terhadap keaktifan belajar pada siswa kelas IV SDN 1 Karangklesem?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh metode simulasi terhadap kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 1 Karangklesem.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode simulasi terhadap keaktifan belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas IVdan SDN 1 Karangklesem ?

D. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan dan menjadi inti penelitian. Inti pertama dalam penelitian ini adalah tentang metode Simulasiyang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.Metode Simulasi disebut variabel bebas (X) atau variabel penentu dikarenakan variabel tersebut akan menentukan variabel-variabel lainnya. Kemampuan berbicara di dalam hal ini diartikan sebagai hasil pengaruh dari metode Simulasi yang menggabungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan baru dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik kemampuan berbicara.

Inti kedua di dalam penelitian adalah kemampuan berbicara sebagai variabel (Y1). Inti tersebut mengacu pada metode simulasi yang akan mempengaruhi kemampuan berbicara. Di mana diharapkan metode simulasi dapat mempengaruhi terhadap kemampuan berbicara.

Inti ketiga di dalam penelitian ini yaitu keaktifan belajar yang dalam hal ini sebagai variabel terikat (Y2). Fokus tersebut mengacu pada kedudukan metode simulasi yang akan mempengaruhi keaktifan belajar.

(7)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai beikut.

a. Penelitian ini dapat mengetahui pengaruh metode simulasi terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

b. Penelitian ini dapat mengetahui pengaruh simulasi terhadap keaktifan belajar siswa kelas IV SDN 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. 2. Manfaat Praktis

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut :

a. Bagisiswa

untuk melatih agar mampu berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya.

b. Bagi guru

Penelitian bermanfaat untuk mengembangkan kurikulum baik dalam aspek pengembangan, materi, metode, media, dan alat evaluasi pembelajaran di kelas.

c. Bagi peneliti

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pendekataan pembelajaran.

d. Bagi lembaga

Sebagai bahan rujukan bagi para guru SD dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui proses belajar mengajar di kelas.

Referensi

Dokumen terkait

Mina and Lucy characteristic are representing certain issue of women related to their attitude in the Victorian society such as firstly a woman working hard to study and learn

Perbaikan Rumah dan Jalan Lingkungan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh di Perkotaan Purbalingga. Kel. Purbalingga Wetan, Kel. Purbalingga Lor, Kel. Purbalingga

Pemilihan penggunaan kompos kotoran sapi dan paitan dalam usaha mencari alternatif penyedia unsur hara makro yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman cabai keriting

Dengan tanya jawab guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan fungsi obyektif dan sistem pertidaksamaan linear dari permasalahan program linear.. Memberikan penguatan

1 Zehirlenme... 1 eylül 1930 günü Yalova’da Muzaffer Bozok'un sünnetinde Atatürk’ün kaleme alıp orada bulananların da imzaladığı bir not: "Muzaffer sünnet

Jawab: Menurut saya diantara semua kegiatan yang telah dilaksanakan yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi yaitu pemantapan petugas karena kegiatan ini

Seperti tampak pada tabel, gas mulia terdapat dalam bentuk monoatomik sehingga bersifat non polar maka gaya yang bekerja antar atomnya hanyalah gaya London atau gaya

(PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa.Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu