OPTIMALISASI PEMBELAJARAN IPS MELALUI KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SD NEGERI 24 PONTIANAK TENGGARA
Oleh:
H. Mashudi
(Pendidikan IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)
Abstrak: Faktor yang mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan LKS. Pemikiran dasar penggunaan tipe pembelajaran ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi dengan yang lain. IPS merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Tingkat Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial menyangkut pengetahuan mengenai peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia untuk mengatasi masalah sosial. Berdasarkan hasil tindakan kelas yang dilaksanakan dan dari data-data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran tipe Jigsaw yang telah diterapkan dapat berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa, dimana secara berangsur-angsur terjadi peningkatan terhadap aktivitas siswa. Dengan pembelajaran tipe Jigsaw ini siswa menjadi lebih termotivasi unuk kreatif, berani, bertanggungjawab, saling menghargai satu sama lain serta bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase aktivitas belajar siswa, dimana pada siklus I sebesar 23,50% dan pada siklus II sebesar 39,10%, atau terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 15,60%,
2. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw ini juga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa, karena dengan pembelajaran ini siswa dapat saling bertukar pikiran dalam kegiatan belajar kelompok sehingga berpengaruh pada hasil belajar. Dengan timbulnya semangat siswa yang mau berperan aktif dalam pembelajaran, membuat siswa lebih bersemangat juga dalam mempelajari materi pelajaran IPS. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu pada siklus I sebesar 43,75% dan pada siklus II mencapai 68,75%, atau terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu 25,00%. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini ternyata berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Kata Kunci:Kooperatif Jigsaw.
Pendahuluan
Salah satu Tri Pusat
Pendidikan dalam pendidikan formal
adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan atas. Dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2003:3) dimana dinyatakan pada undang-undang tersebut berisikan tentang
perwujudan pendidikan yang
terencana dengan baik dan terarah.
Faktor yang mendukung
keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor siswa dan guru. Dari faktor siswa, keberhasilan menguasai pelajaran yang tercermin dari prestasi yang dicapai oleh siswa yang memiliki potensi. Potensi yang dimaksud seperti kemampuan awal dari materi yang dipelajari, kemampuan dan motivasi untuk belajar, aktivitas belajar siswa baik didalam kelas maupun diluar kelas dan sarana yang menunjang aktivitas belajar. Sedangkan dari faktor guru, keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh guru itu sendiri, Potensi yang dimaksud antara lain kemampuan
dalam penguasaan materi,
kemampuan dalam mengelola kelas, kemampuan dalam menggunakan berbagai metode mengajar yang dianggap tepat.
Kooperatif Jigsaw memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan belajar”
Holubec (2007:2). Dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok dan Pendekatan Struktural.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan LKS. Dasar penggunaan tipe pembelajaran ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan. Sedangkan tujuan diberikannya LKS adalah mengaktifkan variasi belajar, membangkitkan minat siswa dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin.
IPS merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Tingkat Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari sosial menyangkut pengetahuan mengenai peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia untuk mengatasi masalah sosial.
Hasil pengamatan awal dan hasil observasi terhadap siswa yang dilakukan pada tanggal 26 dan 28 Maret 2010 sehubungan dengan mata pelajaran yang penulis teliti ini, menunjukkan bahwa siswa kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara kurang tertarikan dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Agar dapat menganalisis ketuntasan belajar maka digunakan rumus ketuntasan belajar, dimana siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai yang diperoleh dalam satu mata pelajaran
65 % atau 65.
Melalui observasi secara langsung dilapangan inilah antara guru dan peneliti bekerjasama ingin melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif yaitu adanya kerjasama yang baik antara guru dan peneliti
untuk menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan menggunakan LKS sebagai alat dalam meningkatkan proses pembelajaran tersebut.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dan kondisi yang terjadi saat ini maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pembelajaran IPS di kelas masih belum pernah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
2. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses belajar,
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang ditunjukkan dengan masih sebagian besar siswa belum memahami materi pembelajaran IPS,
4. Keterbatasan sumber belajar. Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan solusi terhadap rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS di kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara ?
Cara Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw. Dengan metode ini diharapkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS meningkat.
Adapun langkah-langkah
pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kolaborasi, peneliti bersama guru mitra melakukan kerjasama dalam menyiapkan, menyajikan dan melakukan evaluasi pada siswa, 2. Penyusunan skenario tindakan,
peneliti bersama guru mitra melakukan musyawarah untuk menentukan tindakan yang dilakukan dan dipersiapkan dalam
pembelajaran dengan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
3. Pelaksanaan tindakan dan
observasi, guru mitra
melaksanakan tindakan dan peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya proses
pembelajaran berdasarkan
skenario yang telah ditetapkan. Dari observasi tersebut diperoleh informasi tentang keberhasilan atau kegagalan,
4. Refleksi, peneliti bersama guru mitra melakukan diskusi guna membahas dan menganalisa hasil pengamatan. Hasil refleksi ini akan memberikan data yang
berguna dalam menemukan
pemecahan masalah yang
dihadapi dan selanjutnya akan menjadi pertimbangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah
penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin memperoleh informasi tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menjadikan model pembelajaran yang baik,
2. Ingin memperoleh informasi tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara, 3. Ingin memperoleh informasi
tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara,
Kerangka Teori dan Hipotesis Tindakan
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas disebut juga Classroom Action Research (CAR) yang artinya penelitian yang dilakukan guru didalam kelas atau penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran menurut Susilo, (2007:16) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran”.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Dilakukannya PTK adalah dalam rangka agar guru bersedia untuk menginstopeksi diri, bercermin, merefleksi atau mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru diharapkan menjadi profesional untuk selanjutnya
diharapkan dari peningkatan
kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan, hubungan sosial, maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik.
3. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Dalam prakteknya, menurut PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat langkah yaitu:
(1) Merumuskan masalah dan
merencanakan tindakan
(planning), karena rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan,
(2) Melaksanakan tindakan (acting) dan pengamatan (observing), karena tanpa tindakan, rencana hanya berupa angan-angan dan harus dilaksanakan,
(3) Merefleksikan (reflecting) hasil
pengamatan, agar proses
pelaksanaan tindakan yang kita lakukan dapat diketahui dampak akibat yang ditimbulkannya, (4) Perbaikan atau perubahan
perencanaan (replanning) untuk
pengembangan tingkat
keberhasilan dan keaktifan.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Ibrahim (2001:21) langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok 5 sampai 6 anggota yang heterogen,
b) Setiap anggota bertanggung jawab mempelajari bagian tertentu teks yang diberikan, c) Anggota dari kelompok lain yang
sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut,
d) Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali kekelompok awal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan di diskusikan dikelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompok sendiri.
e) Menyusul pertemuan dan diskusi kelompok awal, siswa-siswi diberikan ujian tertulis secara individual tentang materi pelajaran.
5. Hipotesis Tindakan
Adapun rumusan hipotesis tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: “Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara benar, aktivitas belajar siswa kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara pada mata pelajaran IPS dapat ditingkatkan.
Prosedur PTK
1. Setting Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan fokus mata pelajaran IPS pada kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara dengan jumlah siswa 32 orang. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pelajaran IPS.
2. Faktor-faktor yang Diselidiki
Adapun faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a). Faktor siswa, menyangkut kemamuan siswa dalam pembelajaran, b). Faktor guru, menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
3. Rencana Tindakan
a) Refleksi,
b) Menyusun Strategi Pembelajaran, c) Penyajian Materi Pelajaran,
d) Melakukan Pengamatan Kelas, e) Membuat Rencana Lanjutan, 4. Sumber Data adalah siswa kelas 4
SD Negeri 24, kuantitatif dan kualitatif.
Indikator Kinerja Tindakan
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Adanya kesesuaian antara urutan penyajian materi dengan alokasi waktu, strategi pembelajaran yang telah direncanakan,
2. Adanya perubahan peningkatan aktivitas siswa yang berhubungan dengan: meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif dalam belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah sisiwa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran, 3. Adanya perubahan sikap siswa
yang berhubungan dengan
perasaan senang, bosan ataupun tertekan,
4. Adanya perubahan peningkatan proses dan hasil dalam kegiatan kelompok,
5. Kemampuan siswa berdasarkan hasil belajar,
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil dan Pembahasan Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II, diperoleh data berikut ini : rata-rata aktif pada pertemuan 1 siklus 1 21,9%, pertemuan 2 siklus 1 25,0%, pertemuan 1 siklus 2 37,5% dan pertemuan 2 siklus 2 40,6% dan
kurang aktif 78,1%, 75,0%, 62.5%, 59,4% .
2. Hasil dan Pembahasan Perkembangan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 24 Pontianak Tenggara setelah diadakan tindakan kelas siklus I dan siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Sebelum diberikan tindakan (pra PTK) siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau mendapat nilai 65 hanya mencapai 37,50%. Setelah diberikan tindakan dalam setiap siklus mengalami ketuntasan belajar yang sangat berarti. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat sebesar 43,75% walaupun belum memenuhi indikator kerja yang telah ditetapkan, pada siklus II meningkat menjadi 68,75%.
Perkembangan nilai rata-rata mata pelajaran IPS. Pada pra PTK sebesar 64,06, dan pada siklus I nilai rata-rata meningkat sebesar 66,25 dan pada siklus II meningkat 70,94.
Penutup
1. Model pembelajaran tipe Jigsaw yang telah diterapkan dapat berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa, dimana secara berangsur-angsur terjadi peningkatan terhadap aktivitas siswa. Dengan pembelajaran tipe Jigsaw ini siswa menjadi lebih termotivasi unuk kreatif, berani,
bertanggungjawab, saling
menghargai satu sama lain serta bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase aktivitas belajar siswa, dimana pada
siklus I sebesar 23,50% dan pada siklus II sebesar 39,10%, atau terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 15,60%.
2. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw ini juga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar
siswa, karena dengan
pembelajaran ini siswa dapat saling bertukar pikiran dalam kegiatan belajar kelompok sehingga berpengaruh pada hasil belajar. Dengan timbulnya semangat siswa yang mau
berperan aktif dalam
pembelajaran, membuat siswa lebih bersemangat juga dalam mempelajari materi pelajaran IPS. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu pada siklus I sebesar 43,75% dan pada siklus II mencapai 68,75%, atau terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu 25,00%. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini ternyata berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, (1985),
Metode Pembelajaran Jigsaw,Bina Aksara: Jakarta. --- (1988), Pengelolaan Kelas
dan Siswa, sebuah pendekatan Evaluatif, CV. Rajawali: Jakarta.
Asmara, U. Husna, (2002), Aplikasi Statistika Dalam Pendidikan,
Romeo Grafika, Pontianak. Azwar, Saifudin, (200), Metode
Penelitian, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003,
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berdasarkan Kurikulum Bebrbasis Kompetensi,
Depdiknas: Jakarta.
Dimyati, dan Moedjiono, (1994),
Belajar dan Pembelajaran,
IKIP Malang: Malang.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas
Tanjungpura, (2007),
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edukasi Press FKIP UNTAN Pontianak.
Hakim Thursan, 2002, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara: Jakarta.
Hidayat, Sutopo, Wasti, Sumanto,
(1985), Administrasi
Pendidikan: Jakarta.
Maman, Rachman, (1999),
Manajemen Kelas,
Depdikbud: Semarang.
Majid, 2005, nline diakses tanggal 6 Oktober 2010.
Mulyasa, E., (2002), Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi,