• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT), Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Penguasaan Matematika Siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT), Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Penguasaan Matematika Siswa."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOVERATIVE LEARNING TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PENGUASAAN

MATEMATIKA SISWA DI SMK GOTONG ROYONG TELAGA

Atun Umar, Prof. Dr. Nurhayati Abbas, M.Pd, Dewi Rahmawaty Isa, S.Si, M.Pd Jurusan Pendidikan Matematika

F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:Atunumar@yahoo.com

ABSTRAK

Atun Umar, NIM. 411409096. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooverative Learning Type Numbered Head Together (NHT) terhadap penguasaan matematika siswa di SMK Gotong Royong Telaga”. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model cooverative learning type Nht dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung

(Direct Instruction) pada materi keliling dan luas daerah bangun datar. Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMK Gotong Royong Telaga pada semester kedua untuk tahun pelajaran 2012/2013 dengan rancangan post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Gotong Royong Telaga. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Tekhnik Cluster Simple Random Sampling. Dari sampel yang terpilih, satu kelas menjadi kelas eksperimen, yaitu kelas yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type Nht dan satu kelas sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction).

Hipotesis penelitian adalah penguasaan matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Nht lebih tinggi dari penguasaan matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction). Pengukuran penguasaan matematika siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes penguasaan matematika siswa berbentuk tes essay. Instrumen ini telah memenuhi syarat validitas butir dan reliabilitas instrumen.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dan homogenitas varians. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan sampel berasal dari populasi yang homogen. Analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji t dengan taraf signifikan 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2). Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penguasaan matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooverative Learning Type Nht lebih tinggi dari penguasaan matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction).

Kata kunci : Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT), Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Penguasaan Matematika Siswa.

I. PENDAHULUAN

Fakta menunjukkan mengenai kualitas pendidikan matematika di Indonesia seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas (2007) menurut hasil dari The Third International Mathematics and Science Study Repeat, kemampuan siswa di bidang matematika berada

(2)

pada urutan ke 34 dari 38 negara, hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Demikian pula keadaan yang terdapat di SMK Gotong Royong Telaga provinsi gorontalo. Berdasarkan hasil observasi selama mengikuti kegiatan PPL-2 di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan pembelajaran didominasi oleh guru. Hal ini terjadi karena bahwa dalam pembelajaran beberapa siswa masih sulit untuk benar-benar menguasai materi matematika yang dijelaskan, seperti, (1) Banyak siswa mampu menyajikan hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak menguasai materi dari bahan ajar tersebut, (2) Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut digunakan atau dimanfaatkan, (3) Siswa memiliki kesulitan untuk menguasai materi akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa siswa hanya mampu menghafal konsep, dimana siswa lebih banyak berada dalam tahap pemahaman instrumental yang hanya mampu menghafal, mengerjakan soal dengan algoritma rutin tanpa mengetahui mengapa ia harus memilih algoritma tersebut. Selain itu, yang lebih memprihatinkan adalah siswa tidak tahu manfaat pengetahuan yang telah ia pelajari dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut terjadi salah satunya disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan lebih banyak dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penguasaan matematika siswa. Dari hasil kegiatan penulis model pembelajaran kooperatif memiliki peluang untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Slavin (dalam Kairupan, 2010: 36) pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat model-model pembelajaran kooperatif yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda.

Ada beberapa pembelajaran kooperatif, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together. Trianto (2007:62) Numbered head together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

(3)

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. Numbered head together (NHT) pertama kali di kembangkan oleh spenser kagen, 1993 (dalam Trianto, 2007: 62) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan penerapan model pembelajaran

numbered head together (NHT), mampu meningkatkan penguasaan matematika siswa. karena mereka termotivasi dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan berdasarkan nomor yang mereka miliki. Disamping itu juga mereka diharapkan terbiasa kerja dalam tim (kelompok), sehingga jika ada salah satu nomor yang agak sulit diselesaikan, maka hal ini dapat mereka bahas bersama sehingga kelompoknya memiliki penguasaan nomor yang lengkap.

Pengertian penguasaan dalam kamus besar bahasa Indonesia (dalam Abbas, 2006: 24) diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, Kepandaian, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa penguasaan adalah pemahaman. Pemahman bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan) saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah mengerti makna bahan yang dipelajari, tetapi tidak mengubah arti yang ada didalamnya.

Berdasarkan etimologis (dalam suherman dkk, 2001: 18) perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran.

Sedangkan Matematika menurut Syarif (dalam Latif, 2011: 14-15) bahwa matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topic itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2) cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3) suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan matematika, keadaan kehidupan riil

(4)

dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai pola berpikir untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai permasalahan baik itu masalah sosial, ekonomi dan alam. Matematika juga sebagai cara berfikir nalar memungkinkan siswa selalu berfikir kritis terhadap suatu kenyataan.

Menurut Suherman dkk, (2001: 9) Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak dan sering disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran, yang meliputi fakta, konsep, operasi dan prinsip. Dari objek dasar inilah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.

Fakta merupakan segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Menurut Frederick H. bell (dalam Abbas, 2006: 29) fakta dalam matematika adalah suatu konversi, suatu ide yang disajikan dalam bentuk simbol. Dari fakta yang diperoleh akan mewujudkan pengertian-pengertian baru yang dapat timbul sebagai hasil pemikiran, Hasil pemikiran ini akan melahirkan suatu konsep.

Trianto (dalam Tahira, 2012: 12) menguraikan konsep merupakan kondisi utama yang di perlukan untuk menguasai kemahiran dan proses kognitif fundamental berdasarkan kesamaan ciri dari sekumpulan symbol dan objek-objek. Konsep sebagai suatu gagasan/ide yang relative sempurna dan bermakna suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda), pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek dan kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu, apabila hal ini berada pada ranah kognitif seseorang maka dikatakan telah menguasai konsep. Seorang anak yang telah memahami suatu konsep maka ia akan menggeneralisasikannya dalam berbagai situasi lainnya di luar situasi belajar. Seperti yang di ungkapkan oleh Abbas, (2006: 31) bahwa pembentukan konsep merupakan langkah awal terhadap penamaan konsep. Sebuah konsep dikatakan telah dikuasai seseorang, apabila ia sudah dapat menentukan identitas dan definisi dari konsep itu serta dapat memisahkan contoh konsep dari bukan konsep.

(5)

Menurut Suherman dkk, (2001: 10) konsep berhubungan erat dengan definisi, definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Begitu halnya juga dengan operasi.

Dalam matematika tidaklah asing dengan kata operasi, Menurut Suherman dkk, (2001: 11) operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya penjumlahan, perkalian, gabungan, dan irisan.Unsur-unsur yang dioperasikan berupa abstrak. Pada dasarnya operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui.

Menurut Frederick H. bell, (dalam Abbas, (2006: 30) prinsip atau aturan sebagai objek matematika yang paling kompleks yang berupa rangkaian konsep-konsep yang secara bersama-sama saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

Suyono dan Hariyanto, (2011: 147) prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, paradigm, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Seseorang dikatakan telah menguasai dan menggunakan prinsip apabila ia telah mengetahui konsep-konsep yang ada dalam prinsip. Prinsip matematika dapat dipelajari siswa melalui penemuan, diskusi, pemecahan masalah, demonstrasi, dan lain-lain

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerapkan dan memahami sejumlah fakta, konsep, prinsip dan operasi pada materi yang diajarkan oleh guru. Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dapat diperoleh dari pemberian suatu tes ulangan yang diberikan oleh guru dengan memperhatikan indikator yang ingin dicapai pada suatu materi.

II. METODE PENULISAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Gotong Royong Telaga. Waktu penelitian dilaksanaan pada semester genap yaitu bulan Mei-juni tahun ajaran 2012/2013 . Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini adalah Kelas XI SMK Gotong Royong Telaga bertempat di kelurahan tomulabutao Kec. Telaga. Untuk kelas ekperimen berjumlah 29 orang dan untuk kelas kontrol 29 orang.

(6)

Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Cluster Simple Random Sampling, dengan langkah-langkah yaitu: Pada Tahap I dipilih dua kelas dengan melakukan undian terhadap tujuh kelas, siswa kelas XI SMK Gotong Royong Telaga. Undian tersebut dilakukan untuk menentukan kelas yang akan dikenai perlakuan. Pada tahap II, dipilih dengan cara mengundi yaitu kelas yang akan diajar dengan menggunakan model pembelajaran model cooperative learning type NHT dan kelas yang diajar dengan model pengajaran langsung (direct instruction). Berdasarkan hasil random, kelas XI 𝐴𝑇𝑃𝐻3 terpilih sebagai kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) berjumlah 29 orang, sedangkan kelas XI 𝐴𝑇𝑃𝐻2 terpilih sebagai kelas dengan perlakuan dengan menggunakan pengajaran langsung (Direct Instruction) berjumlah 29 orang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu dengan Rancangan desain penelitian True Experimental Design yaitu Posttes-Only Control Design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes penguasaan matematika siswa. Tes yang digunakan yaitu dalam bentuk essay pada materi keliling dan luas daerah bangun datar. Tes digunakan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemberian post-test untuk melihat penguasaan matematika siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes dibuat berdasarkan indikator soal yang diambil dari tujuan pembelajaran. indikator penguasaan matematika dalam penelitian ini adalah indikator fakta, konsep, operasi dan prinsip.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji coba instrument tes hasil penguasaan matematika siswa yang dilakukan pada tanggal 13 mei di kelas XI 𝐴𝑇𝑃𝐻1 dengan jumlah sampel 27 dan 7 butir soal yang diujikan. Setelah diujikan ternyata 7 butir soal tersebut valid atau diperoleh rdaftar < rhitung maka peneliti menggunakan 7 butir soal yang valid tersebut sebagai instrument

penelitian. Untuk pengujian Validitas tes, dilakukan dalam dua bentuk yang pertama adalah validasi konstruksi yaitu melalui bimbingan dosen yang kemudian divalidasi oleh dosen, dan yang kedua adalah validasi isi yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Dengan taraf nyata  0,05dan N = 27 serta dengan kriteria interval kepercayaan 95% maka harga rdaftar=r   n =r0.05 27 =0,381

(7)

Dengan membandingkan harga rdaftar dengan harga rhitung setiap item soal yang ada pada(

lampira 3), diperoleh bahwa rdaftar< rhitung . ini berarti semua item soal valid dan cukup baik

sebagai alat pengumpul data.

Berdasarkan data post-test (lampiran 4) serta perhitungan rata-rata, modus dan median (lampiran 6) terlihat bahwa penguasaan matematika siswa setelah diberikan perlakuan dengan model cooverative learning type nht cenderung tinggi. Untuk lebih jelas hasil perhitungan disajikan pada lampiran 6.

Selengkapnya uraian deskripsi data hasil penguasaan matematika siswa disajikan sebagai berikut.

1. Deskripsi Data Penguasaan Matematika Siswa Menggunakan Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT)

Berdasarkan hasil tes diperoleh Skor minimum yang diperoleh kelompok ini adalah 40 dan skor maksimum adalah 93. Berdasarkan skor minimum dan maksimum tersebut dapat ditentukan rentang (R) yaitu 53, banyaknya kelas 5,82  6 dan panjang kelas adalah 9 sehingga dapat diperoleh daftar distribusi frekuensi sebagai berikut. (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 6 sebaran data-data tersebut disajikan dalam tabel 4.1)

Tabel 4.1

Daftar Distribusi Frekuensi Penguasaan Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (Nht)

No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relative (%) 1 40 – 48 5 17,24% 2 49 – 57 4 13,79% 3 58 – 66 3 10,35% 4 67 – 75 5 17,24% 5 76 – 84 6 20,69% 6 85 – 93 6 20,69% Jumlah 29 100

Sesuai dengan kurval normal, letak median berada diposisi tengah. Dengan hasil perhitungan (lampiran 6) untuk kelas eksperimen nilai median adalah 74 sedangkan nilai rata-rata dan modus berturut-turut adalah 68,52 dan 84,5, dilihat dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan matematika siswa di kelas eksperimen yang diajarkan

(8)

dengan model pembelajaran Cooverative Learning Type Numbered Head Together (NHT)

cenderung tinggi.

Sebaran data pada tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram di bawah ini.

Gambar 4.1 Histogram Skor Penguasaan Matematika Siswa Yang Menggunakan Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT)

2. Deskripsi Data Penguasaan Matematika Siswa Menggunakan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Jumlah siswa pada kelompok ini adalah 29 orang. Data hasil penguasaan matematika siswa diperoleh dengan menggunakan instrument tes hasil penguasaan matematika siswa yang terdiri atas 7 soal dengan rentang skor 0-100. Skor minimum yang diperoleh kelompok ini adalah 40 dan skor maksimum adalah 93. Berdasarkan skor minimum dan maksimum tersebut dapat ditentukan rentang (R) yaitu 53, banyaknya kelas 5,82  6 dan panjang kelas adalah 9 sehingga dapat diperoleh daftar distribusi frekuensi sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7 1 FR EKU EN SI NILAI TENGAH 40-48 49-57 58-66 67-75 76-84

(9)

Tabel 4.2

Daftar Distribusi Frekuensi Penguasaan Matematika Siswa Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relative (%) 1 40 – 48 15 51,72% 2 49 – 57 5 17,24% 3 58 – 66 3 10,35% 4 67 – 75 1 3,45% 5 76 – 84 0 0% 6 85 – 93 5 17,24% Jumlah 29 100

Sesuai dengan kurval normal, letak median berada diposisi tengah. Dengan hasil perhitungan (lampiran 6) untuk kelas eksperimen nilai median adalah 48,2 sedangkan nilai modus dan rata-rata berturut-turut adalah 44,9 dan 56,10, dilihat dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan matematika siswa di kelas kontrol yang diajarkan dengan model pengajaran langsung (direct instruction) cenderung rendah.

Sebaran data pada tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram di bawah ini.

(10)

Gambar 4.2 Histogram Skor Penguasaan Matematika Siswa Yang Menggunakan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program Microsof Excel for windows 2010 diperoleh nilai varians terbesar S2= 316,94 dan varians terkecil S2 = 285,09 dengan demikian nilai Fhitung = 316,94285,09 = 1,12 sedangkan nilai Ftabel= pada taraf nyata α = 0,05

dengan (dk) v1v2 yang masing-masing adalah penyebut dan pembilang. Karena nilai Fhitung =

1,14 ≤ Ftabel= 1,84 ; maka disimpulkan bahwa varians data berasal dari populasi yang homogen atau dengan kata lain data penguasaan matematika siswa, baik kelas yang menggunakan model cooverative learning type nht maupun yang menggunakan model pengajaran langsung (direct instruction) berasal dari populasi yang homogen. (Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 5). Rangkuman hasil uji homogenitas varians data disajikan pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Hasil Uji Homogenitas Varians

Data/Sumber 𝐅𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 𝐅𝐭𝐚𝐛𝐞𝐥 Kesimpulan Kelas eksperimen 1,12 1,84 Homogen Kelas control 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 FR EKU EN SI NILAI TENGAH 40-48 49-57 58-66 67-75 76-84 85-93

(11)

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa persyaratan analisis uji t yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians penelitian dipenuhi. Dengan demikian, data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dapat menggunakan analisis uji t (t-test).

Hipotesis dalam penelitian ini : terdapat perbedaan antara penguasaan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Cooverative Learning Type Numbered Head Together (NHT) dengan yang menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction). Berdasarkan hasil perhitungan Uji t (t-test) diperoleh nilai thitung = 2,84 dan ttabel= 2,00. Nilai thitung ternyata lebih besar dari nilai ttabel pada taraf kepercayaan 0,05 dengan dk 56 (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 7). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis nol (H0)

yang menyatakan bahwa penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) lebih rendah dibandingkan dengan penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction) ditolak, dan menerima hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan bahwa penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction).

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dari pada penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pengajaran langsung (direct instruction). Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang menemukan bahwa rata-rata penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dari rata-rata penguasaan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pengajaran langsung (direct instruction) yaitu 68,52 > 56,10.

Berdasarkan pembahasan serta kesimpulan di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut.

1. Implementasi model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) secara tepat dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang

(12)

diajarkan. Selain itu, dapat pula meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, menambah motivasi dalam belajar, menciptakan rasa kebersamaan diantara para siswa serta dapat meningkatkan hasil penguasaan matematika siswa. Oleh karena itu, sebaiknya guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran ini pada pelajaran matematika.

2. Disarankan kepada pihak sekolah agar dapat memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan kreativitas dalam memodelkan pembelajaran

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya peningkatan penguasaan matematika siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nurhayati. 2006. Disertasi Hubungan antara minat terhadap profesi guru, keinovatifan guru, dan pengalaman diklat dengan kompetensi professional guru matematika Smp Negeri Di Provinsi Gorontalo. Jakarta: tidak di terbitkan

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Departemen pendidikan nasional. (2007). Pembelajaran berbasis kontekstal. [Online]. Tersedia: http://www.sosialisasiktsp.com[25juni2008]

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Kairupan, Bambang. 2010. Tesis pengaruh penerapan type pembelajaran NHT dan problem posing serta gaya belajar peserta didik terhadap hasil belajar matematika di SMA NEGERI 1 TELAGA. Gorontalo: tidak diterbitkan

Karim. 2009. Model pembelajaran direct instruction.[online]. Tersedia:

http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/

Kasmina dkk. 2008. MATEMATIKA Program Keahlian Tekhnologi, Kesehatan, Dan Pertanian. Jakarta: Erlangga

Latif. 2011. Tesis meningkatkan penguasaan konsep matematika dan minat belajar siswa pada pokok bahasan segitiga dan persegi melalui penemuan terbimbing di kelas V

(13)

SDN 3 hunggaluwa kecamatan limboto kabupaten gorontalo. Gorontalo: tidak di terbitkan

Pahantua, Noprianti. 2010. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowbaal throwing pada sub materi pokok prisma dan limas. Gorontalo: tidak di terbitkan Rudy, Unesa. 2011. Model pengajaran langsung. [Online]. Tersedia:

http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/05/model-pengajaran-langsung-direct.html Sudjana, Nana. 2002. Metode statistika. Bandung: tarsito

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alvabeta

. 2013. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, Eman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA- Universitas pendidikan Indonesia (UPI)

Suyono Dan hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest

Tahira. 2012. Tesis upaya meningkatkan penguasaan konsep materi pteridophyta dan kinerja ilmiah melalui model pembelajaran kooperatif type group investigation. Gorontalo: tidak diterbitkan

Trianto. 2011. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: prestasi pustaka.

Gambar

Gambar 4.1 Histogram Skor Penguasaan Matematika Siswa Yang Menggunakan  Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT)
Gambar 4.2 Histogram Skor Penguasaan Matematika Siswa Yang Menggunakan  Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Referensi

Dokumen terkait

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Implementasi Sistem ... Implementasi Antarmuka ... Form Informasi Jadwal ...

[r]

[r]

pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

Sehubungan dengan penaw aran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penaw aran paket pekerjaan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

a) Bagian pertama , di bagian depan, yaitu nama cabang (alkil). b) Bagian kedua , di bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam

[r]