• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamu

Definisi jamu menurut pasal 1 Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, jamu adalah obat tradisional Indonesia. Kemudian obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Manfaat jamu sangat luas digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti: amandel, asam urat, batuk, bisul, biduran, bronkitis, cacingan, campak, demam, diabetes, diare, disfungsi ereksi, epilepsi, gagal ginjal, gatal-gatal, gusi berdarah, hepatitis, influenza, jerawat, kanker, keputihan, maag, malaria, mimisan, osteoporosis, pegal linu, radang, sariawan, TB paru, wasir, dan lain-lain (Dalimartha dan Adrian, 2013).

Jamu terbuat dari bahan alami contohnya tumbuhan. Dari sejumlah besar tumbuhan, beberapa spesies yang banyak sebagai bahan jamu adalah jahe (Zingiberaceae), kunyit (Curcuma domestica), lengkuas (Languas galanga), kencur (Kaempferiagalanga), lempuyang pahit (Zingiberamaricans), lempuyung wangi (Zingiber aromaticum), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan jahe (Zingiberofficinale) (Beers, 2013).

Pada kenyataannya di masyarakat, terjadi kecurangan yang dilakukan sebagian penjual jamu yaitu dengan menambahkan obat-obat tertentu ke dalam jamu yang dijualnya. Menurut temuan BPOM, obat yang sering ditambahkan ke dalam jamu khususnya jamu pegal linu adalah Fenilbutason, Antalgin, Diklofenak, Piroksikam, Parasetamol, Prednison, dan Deksametason. Penambahan obat pada jamu tradisional juga tidak sesuai dosis dan indikasi penggunaan obat sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan (BPOM, 2006).

(2)

2.2. Jamu Pegal Linu

Jamu pegal linu digunakan untuk keluhan pegal linu (rematik). Terdapat banyak ramuan untuk jamu pegal linu baik ramuan yang digunakan dengan cara digosok maupun dengan cara diminum.

Salah satu contoh jamu pegal linu sebagai obat gosok yaitu ramuan jamu yang dibuat dari bahan daun jeruk nipis 1/3 genggam, daun ketepeng cina 1/3 genggam, daun sambiloto 1/3 genggam, daun sirih 10 lembar, akar pepaya seukuran 2 jari, akar kepayang seukuran 2 jari, akar kelor seukuran 3 jari, cabe rawit 10 buah, dan alkohol 70% 1 liter. Semua bahan tersebut dicampur dan ditumbuk sampai halus kemudian direndam ke dalam alkohol selama 7 hari lalu diperas airnya. Ramuan jamu digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit (Dalimartha dan Adrian, 2013).

Contoh jamu pegal linu yang diminum adalah ramuan jamu yang dibuat dari bahan daun sosor bebek segar sebanyak 30-60 g. Cara meramu jamu yaitu dengan merebus daun sosor bebek yang telah dicuci dalam 3 gelas air sampai air tersisa 1 gelas. Kemudian setelah dingin, air disaring dan diminum 2 kali sehari masing-masing sebanyak 1/2 gelas (Dalimartha dan Adrian, 2013).

2.3. Efek Samping Obat yang Ditambahkan pada Jamu Pegal Linu 2.3.1. Fenilbutason

Fenilbutason merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase nonselektif. Efek samping Fenilbutason dapat berupa gangguan saluran cerna, ruam kulit, vertigo, nyeri kepala. Efek yang lebih serius dapat berupa perdarahan lambung, hepatitis, ikterik, gagal ginjal, reaksi hipersensitif dan depresi sumsum tulang (MIMS, 2013).

2.3.2. Antalgin

Antalgin merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase. Efek samping dapat berupa agranulositosis dan alergi (MIMS, 2013).

(3)

2.3.3. Diklofenak

Diklofenak merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase. Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala (Wilmana dan Gan, 2012).

2.3.4. Piroksikam

Piroksikam merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase. Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung. Efek samping lain adalah pusing, tinnitus, nyeri kepala dan eritema kulit (Wilmana dan Gan, 2012).

2.3.5. Parasetamol

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan obat analgesik untuk terapi nyeri ringan sampai sedang. Obat ini adalah penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi bermakna. Efek samping pada dosis terapi kadang terjadi peningkatan ringan enzim hati tanpa ikterus, hal ini reversibel jika pemberian obat dihentikan. Pada dosis yang lebih besar, dapat timbul pusing, mudah terangsang, dan disorientasi. Pemberian 15 g asetaminofen dapat berakibat fatal, kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas berat dengan nekrosis lobulus sentral, kadang berhubungan dengan nekrosis tubulus ginjal akut (Furst dan Ulrich, 2006).

2.3.6. Prednison dan Deksametason

Prednison dan Deksametason merupakan obat steroid golongan glukokortikoid yang memiliki efek antiinflamasi. Obat ini dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi. Ada dua penyebab timbulnya efek samping penggunaan kortokosteroid. Efek samping dapat timbul karena penghentian obat secara tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar (Suherman dan Ascobat, 2012).

Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, artralgia,

(4)

dan malaise. Hal ini terjadi akibat kurang berfungsinya kelenjar adrenal yang telah lama tidak memproduksi kortikosteroid endogen karena rendahnya mekanisme umpan balik oleh kortikosteroid eksogen (Suherman dan Ascobat, 2012).

Komplikasi yang timbul akibat pemberian obat dalam jangka waktu lama ialah gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami perdarahan atau perforasi, osteoporosis, miopati, psikosis, habitus pasien Cushing (antara lain

moon face, buffalo hump, timbunan lemak supraklavikular, obesitas sentral, ekstremitas kurus, striae, ekimosis, akne, dan hirsutisme) (Suherman dan Ascobat, 2012).

2.4. Pengetahuan

2.4.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2010).

2.4.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajarinya antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

(5)

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasar pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

(6)

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menanggapi suatu respon eksternal terhadap dirinya. Orang yang berpendidikan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut.

2. Paparan media masa

Informasi banyak disebar melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Pemaparan terhadap media masa dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

3. Status ekonomi

Status ekonomi menentukan seberapa baik pemenuhan kebutuhan individu. Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah memenuhi kebutuhannya dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

4. Hubungan sosial

Individu yang memiliki hubungan interpersonal yang baik dan aktif secara sosial akan lebih terpapar dengan pengetahuan. Selain itu, faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

5. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan sekitarnya dalam proses perkembangannya.

Pengetahuan atau kognitif yang dipengaruhi faktor-faktor tersebut di atas merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

BAB 3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pengelol (sirkulasi kendaraan) tidak mengganggu kegiatan pengunjung museum. · Zona museum pada site tidak dilalui oleh kendaraan,

Pembahasan dalam penelitian ini Dibatasi hanya pada perkembangan bentuk dan tata ruang rumah Kampung Margasari dari sudut pandang pengembangan bentuk pada lingkungan sekitar

Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima yaitu: Ha1: Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan

(c) dalam menjalankan rencana, subjek yang satu tidak menggunakan metode pembuktian yang telah direncanakan pada langkah merencanakan pemecahan masalah sedangkan

Tujuan penelitian : (1) Untuk memperoleh lokasi-lokasi yang layak dan sesuai untuk dibudidayakan tanaman jarak pagar menggunakan system informasi geografis,(2) Untuk

Kurang lebih, demikian proses mengurus surat nikah secara umum. Di beberapa tempat mungkin ada beberapa aturan yang berbeda sedikit. Setelah proses mengurus

The robust hydro-thermal power system controller design with the ECS is proposed in order to improve system stability under wind power disturbance with 5% variation of

Secara operasional peneliti ini mene liti “Pengaruh Terapi Musik Islami untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout pada Pekerja Praktik Dokter di Sobontoro-