• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Wilayah Administrasi - DOCRPIJM 1508747657BAB 2 RPIJM 2016 Profil Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1. Wilayah Administrasi - DOCRPIJM 1508747657BAB 2 RPIJM 2016 Profil Kabupaten"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 1 2.1. Wilayah Administrasi

Kabupaten Aceh Tamiang berada dalam wilayah pemerintahan Provinsi Aceh terletak pada koordinat geografis 030 53’ 18,81’’– 040 32’ 56,76’’ Lintang Utara, 970 43’ 41,51’’– 980

14’ 45,41’’ Bujur Timur dengan luas wilayah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, adalah 1956,72 Km2, namun berdasarkan interpretasi dan perhitungan digitasi spasial yang ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2032, adalah 2216,16 Km2 . Dengan batas-batas wilayah meliputi:

- sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa dan Selat Malaka;

- sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara;

- sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utaradan Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Lues; dan

- sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Serba Jadi dan Kecamatan BireunBayeum Kabupaten Aceh Timur.

Secara administratif kewilayahan, kabupaten administratif terbagi menjadi 12 Kecamatan dengan 213 Desa. Secara geografis regional, Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pintu gerbang memasuki wilayah Provinsi Aceh bagian pesisir timur pulau Sumatera yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan wilayah pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yaitu Kecamatan Seruway, Kecamatan Bendahara, Kecamatan Banda Mulia dan Kecamatan Manyak Payed.

(2)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 2 Kemudian 4 (empat) kecamatan wilayah pegunungan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Timur, Gayo Lues dan Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kecamatan Sekerak, Kecamatan Bandar Pusaka, Kecamatan Tamiang Hulu dan Kecamatan Tenggulun. Sedangkan 4 (empat) kecamatan lainnya merupakan wilayah perbukitan dan dataran, yaitu Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Rantau, Kecamatan Karang Baru dan Kecamatan Kota Kuala Simpang.

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten

(3)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 3 Kondisi fisik wilayah Kabupaten Aceh Tamiang memberikan potensi dari berbagai sumber daya, meliputi :

- Bidang Geologi, diantaranya energy panas bumi, air tanah, tenaga air dan geowisata.

- Bidang Energi, diantaranya minyak dan gas bumi.

- Bidang Pertanian, diantaranya

Struktur perekonomian sebagian masyarakat Aceh Tamiang menunjukkan bahwa sector terbesar bagi perekonomian adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 36,60 persen. Peringkat kedua kategori pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 19,68 persen.

Kategori peringkat ketiga adalah kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor mencapai 9,68 persen, peringkat berikutnya kategori konstruksi yang mencapai 5,73 persen, kategori industri pengolahan sebesar 5,20 persen dan kemudian diikuti oleh kategori transportasi dan pergudangan yang mencapai 4,14 persen.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang cenderung baik, dimana pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu empat tahun terakhir selalu positif dengan nilai 5,67 persen pertumbuhan ekonomi dengan migas. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas tertinggi nilainya dibandingkan tahun-tahun lain dalam empat tahun terkahir yaitu sebesar 5,55 persen.

2.3. Demografi

2.3.1. Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

Hasil proyeksi penduduk tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang adalah 272.228 jiwa yang tersebar di 12 Kecamatan. Penduduk laki-laki berjumlah 136.626 jiwa dan perempuan 135.602 jiwa, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 101. Ini berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 1 penduduk laki-laki lebih banyak.

(4)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 4 Tabel 2.1.

Indikator Kependudukan di Kabupaten Aceh Tamiang, 2014

Indikator Tahun 2014

Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%) 1,20

2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin

Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Penduduk miskin menurut BPS adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum non makanan yang mencakup perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Secara umum tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang terus mengalami penurunan dari 17,98 % pada tahun 2010, menjadi 14,58 % pada tahun 2014, dengan jumlah penduduk miskin sebesar 39.909 jiwa. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang berada di atas nasional (10,59 %), namun lebih baik jika dibandingkan dengan Provinsi Aceh yaitu sebesar 16,98 %.

2.3.3. Jumlah Penduduk Perkotaan

(5)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 5 Persebaran penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang terkonsentrasi di dua kecamatan yaitu, Kecamatan Karang Baru dan Kecamatan Rantau dengan persentase masing-masing sebesar 14,39 persen dan 13,06 persen. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kecamatan Sekerak dengan jumlah penduduk sebanyak 6.464 jiwa (2,37 persen).

Kecamatan Kota Kuala Simpang yang luasnya hanya 4,48 km2 (0,23 persen dari total luas Kabupaten Aceh Tamiang), merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk mencapai 4.380 jiwa per km2 tahun 2014.

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

2.4.1. PDRB dan Potensi Ekonomi

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat menggambarkan aktivitas ekonomi secara menyeluruh pada suatu daerah. Dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk tiap tahun, aktivitas ekonomi juga semakin meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan pula pada nilai PDRB ADHB secara kontinu dari tahun ke tahun.

PDRB ADHB dengan migas rata-rata mengalami peningkatan sebesar 6,74 persen atau sekitar 327 miliar rupiah tiap tahunnya. Tahun 2014 nilai PDRB ADHB dengan migas mencapai sebesar 5,71 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 yang sebesar 5,41 triliun rupiah. Sebelumnya, nilai PDRB ADHB juga meningkat dari sebesar 4,62 triliun rupiah menjadi 4,90 triliun rupiah selama tahun 2011-2012.

Tanpa memperhitungkan migas, PDRB ADHB juga selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,39 persen atau 309,31 miliar rupiah per tahun. PDRB ADHB tanpa migas tahun 2014 mencapai 5 triliun rupiah. Nilai ini meningkat sebesar 434,51 miliar rupiah dari tahun 2013 yang mencapai 4,64 triliun rupiah. Sebelumnya, tahun 2011-2012, PDRB juga mengalami peningkatan dari 3,95 triliun rupiah menjadi 4,21 triliun rupiah pada tahun 2012.

Nilai PDRB dengan mengabaikan faktor harga menunjukkan nilai PDRB secara riil yang secara umum disebut sebagai PDRB ADHK. Peningkatan yang kontinu menunjukkan produktivitas Aceh Tamiang yang terus meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, nilai PDRB ADHK dengan migas rata-rata mengalami peningkatan 151,30 miliar rupiah per tahun dari 4,41 triliun rupiah di tahun 2010 menjadi 5,01 triliun rupiah di tahun 2014.

(6)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 6 Terlihat bahwa rata-rata kenaikan PDRB ADHB cenderung lebih besar daripada kenaikan PDRB ADHK yang menunjukkan bahwa kenaikan harga lebih tinggi daripada kenaikan produktivitas.

Leading sektor perekonomian masyarakat Aceh Tamiang adalah pertanian, kehutanan dan perikanan dengan sumbangan kontribusi sebesar 36,60 persen. Leading sector peringkat kedua adalah pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 19,68 persen.

Kontribusi terbesar ketiga lainnya pada tahun 2014 adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor mencapai 9,68 persen. Kemudian disusul dengan konstruksi yang mencapai 5,73 persen, industri pengolahan sebesar 5,20 persen dan kemudian diikuti transportasi dan pergudangan yang mencapai 4,14 persen. Sementara peranan lainnya di bawah 4 persen.

Peranan pertanian, kehutanan dan perikanan semakin dominan mencapai kontribusi sebesar 41,87 persen. Kemudian diikuti oleh perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor sebesar 11,08 persen, kategori pertambangan dan penggalian menurun menjadi 8,11 persen. Berikutnya yaitu konstruksi, industri pengolahan, dan transportasi dan pergudangan. Peranan di bawah 4,10 persen.

Pertumbuhan ekonomi dan kondisi perekonomian Aceh Tamiang cenderung baik, dimana pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu positif.

Pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu kategori pertambangan dan penggalian dengan terkoreksi sebesar minus 5,33 persen. Selain kategori tersebut, kategori lain menunjukkan pertumbuhan yang positif. Kategori dengan pertumbuhan positif lainnya adalah kategori jasa keuangan dan asuransi mencapai 37,65 persen, kategori informasi dan komunikasi sebesar 6,80 persen, kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 6,15 persen, kategori penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 5,79 persen dan kategori real estate mencapai 5,43 persen.

2.4.2. Pendapatan Per-Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

(7)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 7 Merujuk periode 2010-2014, rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita dengan migas mencapai 4,85 persen. Capaian ini masih perlu ditingkatkan, mengingat masih berada dibawah PDRB per kapita Aceh, yakni 26,59 juta rupiah.

Sedangkan tinjauan ADHK 2010 sebagai indikasi pendapatan riil, PDRB per kapita tahun 2014 sebesar 18,41 juta rupiah, tumbuh sebesar 0,77 persen dibanding tahun 2013.

Tinjauan tanpa migas menggambarkan perkembangan PDRB yang meningkat selama tahun 2010-2014, dengan rata-rata pertumbuhan per kapita tanpa migas lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita dengan migas, baik ADHB maupun ADHK 2010 pada tahun 2010-2014.

PDRB per kapita tanpa migas pada tahun 2014 mencapai 18,35 juta rupiah, sementara PDRB per kapita ADHB tanpa migas tahun 2010- 2013 masing-masing sebesar 14,82 juta rupiah, 15,26 juta rupiah, 15,92 juta rupiah dan 17,25 juta rupiah.

Demikian juga dengan PDRB per kapita ADHK 2010 tanpa migas pada tahun 2014 sebesar 16,04 juta rupiah dan pada tahun 2013 sebesar 15,62 juta rupiah.

Garis kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang setiap tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 garis kemiskinan sebesar Rp. 322.629,-. Selama kurun waktu tiga tahun, garis kemiskinan mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 331.218,- pada tahun 2013. Diasumsikan bahwa pendapatan minimum per bulan yang harus dicapai penduduk untuk dapat hidup layak adalah sebesar 331.218 rupiah pada tahun 2013.

Meningkatnya garis kemiskinan disebabkan oleh inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa. Untuk memperoleh standar hidup layak maka daya beli masyarakat diharapkan tidak turun melalui peningkatan pendapatan.

Persentase penduduk miskin selama tiga tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011, persentase penduduk Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 17,49 persen, kemudian pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 15,13 persen.

2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis

Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada beberapa perbedaan topografi wilayah, yaitu: - ketinggian 0 sampai 50 m diatas permukaan laut (dpl) dengan morfologi datar meliputi

wilayah Kecamatan Seruway, Bendahara, Banda Mulia dan Kota Kuala Simpang;

(8)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 8 - ketinggian 500 sampai >1000 m diatas permukaan laut (dpl) dengan morfologi berombak, bergelombang sampai berbukit meliputi wilayah Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka.

Gambar 2.2

Peta Topografi Kabupaten Aceh Tamiang

Kabupaten Aceh Tamiang memiliki klasifikasi kelerengan 0 - 2%, 2 - 8%, 8 - 15%, 15 - 25%, 25 - 40%, dan >40%. Berdasarkan kelompok kelerengan tersebut dominan berkelerengan 2 - 8%, dengan luasan 81.850,65 Ha atau sebesar 37,17% dari total luas wilayah kabupaten. Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Tamiang secara keseluruhan berada di bawah kurang dari 2.000 m dpl.

Berdasarkan geologi regional wilayah, stratigrafi daerah Kabupaten Aceh Tamiang tersusun dari :

- Batuan tertua Formasi Bahorok (Pub) yang berumur Paleozoik;

- Secara takselaras tertindih oleh Formasi Batu Gamping Kaloi (MPkl);

- Diatasnya takselaras terdapat Formasi Batu Gamping Tampur (Totl) berumur Oligosen Awal;

(9)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 9 - Diikuti secara tak selaras berurutan berumur Miosen terdapat Formasi Bampo (Tmb) dengan anggotanya (Tmbb), Formasi Keutapang (Tuk), Formasi Seureula (Tps) dan Formasi Julu Rayeu (QTjr);

- Formasi Idi (Qpi) merupakan endapan kuarter tua (Plistosen) menindih tak selaras di bawahnya dan terus berkembang menjadi endapan alluvial (Qa).

Gambar 2.3

Peta Geologi Kabupaten Aceh Tamiang

Kondisi tanah secara keseluruhan di Kabupaten Aceh Tamiang didominasi oleh tekstur halus (98,59% dari luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang), sedangkan sisanya bertektur sedang (1,04%) dan bertekstur kasar (0,37%).

Dari kondisi fisiknya, Kabupaten Aceh Tamiang secara makro tersebar beberapa jenis tanah, diantaranya :

- Ultisol atau podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit;

(10)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 10 - Inceptisol atau tanah Latosol dari berbagai jenis bahan geologi yang beragam dengan

tingkat pelapukan sedang;

- Aluvial atau Entisol dari bahan endapan resen atau baru;

- Regosol/Entisol dari bahan pasir yang relatif baru; serta

- Organosol (tanah gambut) dan dan gley humus (Hidromorfik Kelabu) atau Trapaquepts.

Satuan Wilayah Sungai yang terbesar yang terdapat di Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang diantaranya adalah Sungai Tamiang, Sungai Simpang Kiri, Sungai Simpang Kanan, Sungai Telaga Meuku, Sungai Manyak Payed dan sungai-sungai kecil lainnya yang mengalir ke pantai timur.

Sungai-sungai di kabupaten ini merupakan sumber untuk pengairan ke persawahan dan perkebunan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan swasta. Aliran hidrologi dari sungai yang ada mengaliri irigasi semi teknis maupun irigasi sederhana di Kabupaten Aceh Tamiang sehingga sebagian besar sawah di kabupaten ini dapat ditanami 3 (tiga) kali setahun.

Di wilayah Aceh terdapat 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sampai kecil. Pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 11 Wilayah Sungai (WS) yang terdapat di Aceh, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006. Klasifikasi WS yang ada di Aceh Tamiang, yaitu: WS Tamiang-Langsa.

mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Aceh, dapat diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Aceh Tamiang adalah CAT Langsa dengan karakteristik sebagai berikut:

- Jumlah Imbuhan Air Tanah bebas: 256 juta m3/tahun.

- Jumlah Air Tertekan: 72 juta m3/tahun.

(11)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 11 Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November mencapai 316,5 mm. Curah hujan terendah pada umumnya terjadi pada bulan Juli mencapai 6,2 mm. Rata – rata curah hujan di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2009 sebesar 146,7 mm.

Gambar 2.4

Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Tamiang

2.4.4. Resiko Bencana Alam

Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari wilayah-wilayah yang sebagian besar merupakan perbukitan, bergelombang dan dataran. Potensi geodinamik gangguan kestabilan berupa perpindahan massa tanah atau batuan penyusun lereng sangat dominan. Faktor temperatur dan curah hujan, morfologi (kemiringan dan bentuk lereng), batuan penyusun lereng, struktur geologi, kondisi hidrologi lereng dan jenis pemanfaatan lahan lereng pada beberapa wilayah sangat berpotensi proses tanah longsor/gerakan tanah. Beberapa kawasan rentan gerakan tanah dengan potensi tinggi meliputi wilayah Kecamatan Bandar Pusaka, Sekerak, Tamiang Hulu dan Tenggulun.

(12)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 12 Angin kencang berkecepatan tinggi yang bergerak melingkar menyentuh permukaan bumi meliputi wilayah yang sangat luas berpotensi puting beliung, meliputi kawasan wilayah Kecamatan Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu.

Gambar 2.7

Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Aceh Tamiang

2.4.5. Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Perumusan isu-isu strategis dilakukan dari analisis berbagai fakta dan informasi yang telah diidentifikasi serta hasil telaah terhadap Visi, Misi dan Program Kepala Daerah terpilih. Sumber lain isu strategis meliputi masyarakat, dunia swasta, perguruan tinggi, dunia riset dan lembaga non-profit berskala regional maupun nasional.

(13)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 13 Permasalahan terhadap penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat diantaranya : (1) Terbatasnya akses masyarakat terhadap pembiayaan perumahan; serta (2) Belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung permukiman (sarana ibadah, jalan permukiman, drainase, tempat pembuangan sampah dan sebagainya).

Upaya pengendalian kerusakan lingkungan permukiman dilakukan dengan mempertahankan pelestarian dan meningkatkan kulitas daya dukung lingkungan terhadap infrastruktur yang ada. Beberapa hal yang dihadapi adalah : (1) Kecenderungan meningkatnya pencemaran lingkungan permukiman; (2) Masih rendahnya kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dan institusi pengelola lingkungan; dan (3) Kurang optimalnya partisipasi masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan permukiman dan infrastrukturnya; (4) Minimnya biaya anggaran pembangunan dan pengelolaan lingkungan permukiman meliputi infrastruktur drainase, persampahan, air bersih dan jalan permukiman.

Beberapa kondisi pelayanan dan kualitas eksisting Bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan, dimana dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang, meliputi kejadian/keadaan penting yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar serta akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan. Hal tersebut merupakan isu strategis yang perlu perhatian pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang diantaranya :

- Perumahan dan Kawasan Permukiman

Pelayanan pemerintah daerah bersinergis dengan pusat untuk penanganan dan peningkatan kualitas dilakukan melalui Kelompok Kerja dari beberapa Satuan Kerja terkait, institusi dan lembaga dalam mempersiapkan Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)

- Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

Langkah-langkah pelayanan pemerintah daerah bersinergis dengan pusat dalam rangka penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak melalui pendekatan yang terencana, sistimatik, terpadu dan menyeluruh dilakukan dengan sistem panitia kemitraan melibatkan unsur satuan kerja dan masyarakat.

- Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

(14)

R P I J M, 2016 - 2020 I - 14 - Perencanaan dan Pengendalian Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.3
Gambar 2.4 Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Tamiang
Gambar 2.7 Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Aceh Tamiang

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dari data hasil komentar dan saran perbaikan

Dalam sisi sistem informasi yang dibutuhkan oleh salesman untuk mengambil keputusan adalah salesman dapat mengambil keputusan mengenai harga produk yang diberikan

Untuk itu penulis melakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran TAPPS sebagai salah satu alternatif yang berpotensi untuk meningkatkan

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil belajar IPS adalah p= 0,160 (p>0,05), maka dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPS pada siswa

Titik impas ( break event point - BEP ) adalah suatu titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya, dengan kata lain laba sama dengan nol, margin of Safety adalah

Maka terjawab sudah pertanyaan penelitian dalam tulisan ini bahwa faktor yang mempengaruhi keluarnya Kebijakan Konservasi Hutan oleh APP di pengaruhi oleh Pertama,

Notulis adalah orang yang membuat notula rapat. Notula adalah catatan resume kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama.. Notula dapat digunakan sebagai bahan informasi ataupun

Kekuatan maksimal otot terjadi pada saat usia antara 20 - 29 tahun, dan pada usia mencapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot akan menurun sampai 20% dari faktor lain karena