• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1510217371BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN SL3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1510217371BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN SL3"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX

ASPEK PEMBIAYAAN

9.1. PROFIL PERKEMBANGAN APBD KOTA SALATIGA

Profil APDB Kota Salatiga menggambarkan kondisi struktur APBD selama kurun waktu 4 tahun. Komponen profil APBD tersebut antara lain :

a. Belanja Daerah yang meliputi : Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi : Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

9.1.1. Kinerja Pendapatan

Kinerja pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Salatiga. Capaian anggaran menunjukkan prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintah Daerah, yang digambarkan oleh besarnya perkembangan realisasi anggaran pendapatan. Capaian perkembangan realisasi pendapatan dan proporsi % (prosentase) rata-rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah yang memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan sebagai potensi sumber pendapatan di masa datang.

(2)

TABEL IX. 1

PERKEMBANGAN PROPORSI REALISASI PENDAPATAN DAERAH KOTA SALATIGA

Uraian 2013 (Rp) 2012 (Rp) 2011 (Rp) 2010 (Rp)

PENDAPATAN 603.204.201.915,00 100% 562.323.845.006,00 100% 496.936.015.921,00 100% 436.160.124.600,00 100% PENDAPATAN ASLI DAERAH 106.100.450.499,00 17,6% 77.798.870.961,00 13,8% 60.611.340.067,00 12,2% 51.549.747.508,00 11,8% Pendapatan Pajak Daerah 24.383.336.212,00 4,0% 18.695.207.840,00 3,3% 15.900.467.916,00 3,2% 9.206.459.923,00 2,1% Pendapatan Retribusi Daerah 13.120.666.772,00 2,2% 10.185.796.292,00 1,8% 7.558.789.810,00 1,5% 7.283.075.519,00 1,7% Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan 4.272.634.922,00 0,7% 3.386.255.556,00 0,6% 2.964.213.854,00 0,6% 2.469.461.328,00 0,6% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 64.323.812.593,00 10,7% 45.531.611.273,00 8,1% 34.187.868.487,00 6,9% 32.590.750.738,00 7,5% PENDAPATAN TRANSFER 497.103.751.416,00 82,4% 484.524.974.045,00 86,2% 417.562.170.854,00 84,0% 359.954.691.998,00 82,5% Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 403.863.968.133,00 67,0% 387.037.577.686,00 68,8% 308.552.525.942,00 62,1% 285.798.621.729,00 65,5% Dana Bagi Hasil Pajak 27.724.214.657,00 4,6% 32.771.843.178,00 5,8% 20.582.494.864,00 4,1% 26.035.796.351,00 6,0% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 849.126.476,00 0,1% 915.958.508,00 0,2% 1.776.381.078,00 0,4% 511.516.378,00 0,1% Dana Alokasi Umum 358.331.867.000,00 59,4% 325.710.016.000,00 57,9% 262.653.050.000,00 52,9% 238.069.009.000,00 54,6% Dana Alokasi Khusus 16.958.760.000,00 2,8% 27.639.760.000,00 4,9% 23.540.600.000,00 4,7% 21.182.300.000,00 4,9% Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 54.303.589.000,00 9,0% 46.948.716.000,00 8,3% 45.090.453.960,00 9,1% 23.319.876.400,00 5,3%

Dana Otonomi Khusus - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

Dana Penyesuaian 54.303.589.000,00 9,0% 46.948.716.000,00 8,3% 45.090.453.960,00 9,1% 23.319.876.400,00 5,3% Transfer Pemerintah Provinsi 38.936.194.283,00 6,5% 50.538.680.359,00 9,0% 45.156.685.952,00 9,1% 26.180.508.775,00 6,0% Pendapatan Bagi Hasil Pajak 28.205.198.085,00 4,7% 28.815.306.359,00 5,1% 24.142.436.952,00 4,9% 13.279.856.775,00 3,0% Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 10.730.996.198,00 1,8% 21.723.374.000,00 3,9% 21.014.249.000,00 4,2% 12.900.652.000,00 3,0%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - 18.762.505.000,00 3,8% 24.655.685.094,00 5,7%

Pendapatan Hibah - - - 0,0% 24.655.685.094,00 5,7%

Pendapatan Dana Darurat - - 0,0% 0,0%

Pendapatan Lainnya - - 18.762.505.000,00 3,8% 0,0%

(3)

Gambar 9. 1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dalam APBD

Dari tabel prosentase perkembangan proporsi pendapatan daerah selama kurun waktu 4 (empat) tahun, dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan terbesar adalah dari pendapatan transfer yang yang mempunyai proporsi prosentase antara 82%-86%. Proporsi terbesar kedua adalah dari PAD dengan prosentase antara 11%-17% dan yang paling kecil adalah lain-lain pendapatan asli daerah dengan prosentase antara 3%-5%. Hal ini menunjukkan bahwa sangat tinggi.

Penyebab terjadinya perkembangan kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan antara 11%-17% karena faktor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sementara itu perkembangan pendapatan transfer yang cenderung mengalami perkembangan fluktuatif setiap tahunnya dipengaruhi karena perkembangan pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi juga mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan pendapatan transfer.

Analisis dari sisi potensi, dapat dijelaskan apabila ditinjau dari besaran nilai, maka potensi DAU dan DAK merupakan pendukung utama Pendapatan Daerah. Namun apabila dilihat dari faktor kemandirian, maka ketergantungan pada kedua sumber tersebut harus dikurangi. Dilihat dari sisi peluang dan tantangan ke depan, dapat digarisbawahi bahwa 1) Potensi PAD yang saat ini masih kecil (antara 11%-17%) namun perlu dikembangkan sejalan dengan efektif diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bedasarkan itu perlu difikirkan potensi sistem pemetaan atau alokasi dan pemungutan yang melibatkan Kecamatan dan Kelurahan agar dapat lebih ditingkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan 2) Dilihat kedudukan Dana Perimbangan yang nilainya besar (82%-86%) maka kinerja penggunaan anggaran harus terus ditingkatkan didukung dengan kualitas baik dalam manajemen penyusunan dokumen laporan dan perencanaan perlu terus dijaga dan ditingkatkan agar DAU dan DAK tidak berkurang nilainya.

TABEL IX. 2

PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SALATIGA

Uraian 2012/2013 2011/2012 2010/2011

Rata-Rata perumbuhan

Tiap tahun

PENDAPATAN 6,8% 11,6% 12,2% 10,2%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 26,7% 22,1% 15,0% 21,2%

Pendapatan Pajak Daerah 23,3% 14,9% 42,1% 26,8%

Pendapatan Retribusi Daerah 22,4% 25,8% 3,6% 17,3%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

(4)

Uraian 2012/2013 2011/2012 2010/2011

Rata-Rata perumbuhan

Tiap tahun

PENDAPATAN TRANSFER 2,5% 13,8% 13,8% 10,0%

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 4,2% 20,3% 7,4% 10,6%

Dana Bagi Hasil Pajak -18,2% 37,2% -26,5% -2,5%

Transfer Pemerintah Provinsi -29,8% 10,6% 42,0% 7,6% Pendapatan Bagi Hasil Pajak -2,2% 16,2% 45,0% 19,7% APBD Kota Salatiga sejak tahun 2010-2013 mengalami perkembangan positif yaitu mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10,2% tiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah realisasi total pendapatan adalah sebesar Rp. 436.160.124.600,00 dan terakhir pada tahun 2013 jumlah realisasi total pendapatan mencapai Rp. 603.204.201.915,00.

Pendukung peningkatan realisasi pendapatan berturut-turut dari yang laju perkembangannya besar ke yang terendah adalah : 1) Kelompok sumber pendapatan yang laju perkembangannya besar adalah PAD sebesar 21,2%, pendapatan transfer dengan laju pertumbuhan sebesar 10%. Potensi ke depan yang dimiliki Kota salatiga dari sisi pendapatan daerah adalah:

a. Dilihat dari proporsi perkembangan sebesar 21,2%, maka PAD merupakan potensi yang dapat digali untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan daerah.

b. Dana Perimbangan perkembangannya relatif rendah 10% namun karena nilainya besar maka posisinya masih dominan.

Tantangan ke depan yang dihadapi dengan kondisi tersebut adalah :

a. Bagaimana mengupayakan optimalisasi PAD melalui minimalisasi kebocoran terutama dari sektor retribusi. Perlu difikirkan upaya-upaya optimalisasi peningkatan PAD tanpa membebani masyarakat.

b. Meningkatkan investasi atau belanja modal agar dapat diperoleh PAD melalui tumbuh dan berkembangnya sektor industri dan juga NJOP yang dapat berakibat kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan.

9.1.2. Belanja Langsung dan Tidak Langsung

(5)

TABEL IX. 3

PERKEMBANGAN PROPORSI REALISASI BELANJA DAERAH KOTA SALATIGA

Uraian 2013 (Rp) % 2012 (Rp) % 2011 (Rp) % 2010 (Rp) %

BELANJA 529.237.634.485,00 100,0% 551.634.845.320,00 100,0% 458.618.399.163,00 100,0% 418.615.915.631,00 100,0% BELANJA OPERASI 460.019.271.066,00 86,9% 420.234.638.866,00 76,2% 380.076.035.954,00 82,9% 328.973.091.955,00 78,6% Belanja Pegawai 326.682.673.013,00 61,7% 309.315.405.554,00 56,1% 278.029.858.532,00 60,6% 241.205.368.023,00 57,6% Belanja Barang 112.206.179.848,00 21,2% 93.621.867.979,00 17,0% 83.537.355.548,00 18,2% 69.513.635.702,00 16,6%

Belanja Subsidi - 0,0% - 0,0% 0,0% - 0,0%

Belanja Bunga - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

Belanja Hibah 19.062.817.000,00 3,6% 15.823.569.000,00 2,9% 10.292.912.725,00 2,2% 8.954.166.355,00 2,1% Belanja Bantuan Sosial 1.234.885.000,00 0,2% 498.856.802,00 0,1% 6.825.816.368,00 1,5% 8.181.675.964,00 2,0% Belanja Bantuan Keuangan 832.716.205,00 0,2% 974.939.531,00 0,2% 1.390.092.781,00 0,3% 1.118.245.911,00 0,3%

Bantuan Keuangan Kepada Vertikal Dalam Negri - 0,0% - 0,0% 0,0% 0,0%

BELANJA MODAL 69.203.906.339,00 13,1% 124.905.280.107,00 22,6% 77.409.470.909,00 16,9% 89.642.823.676,00 21,4% Belanja Tanah 614.573.659,00 0,1% 2.081.264.867,00 0,4% 404.658.950,00 0,1% 4.597.077.250,00 1,1% Belanja Peralatan dan Mesin 18.207.545.480,00 3,4% 30.091.349.533,00 5,5% 24.457.427.292,00 5,3% 14.922.453.788,00 3,6% Belanja Gedung dan Bangunan 7.816.917.550,00 1,5% 29.364.900.491,00 5,3% 18.243.905.248,00 4,0% 21.298.693.974,00 5,1% Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 41.925.580.200,00 7,9% 62.941.248.166,00 11,4% 32.140.112.699,00 7,0% 47.708.661.624,00 11,4% Belanja Aset Tetap Lainnya 600.639.450,00 0,1% 377.767.050,00 0,1% 1.824.232.420,00 0,4% 407.752.040,00 0,1% Belanja Aset Lainnya 38.650.000,00 0,0% 48.750.000,00 0,0% 339.134.300,00 0,1% 708.185.000,00 0,2%

BELANJA TIDAK TERDUGA 14.457.080,00 0,0% 6.494.926.347,00 1,2% 1.132.892.300,00 0,2% - 0,0%

Belanja Tidak Terduga 14.457.080,00 0,0% 6.494.926.347,00 1,2% 1.132.892.300,00 0,2% - 0,0%

TRANSFER - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

TRANSFER BAGI HASIL KE KEL/DESA - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

Bagi Hasil Pajak - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

Bagi Hasil Retribusi - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - 0,0% - 0,0% - 0,0% - 0,0%

Surplus (Defisit) 73.966.567.430,00 10.688.999.686,00 19.555.111.758,00 (7.111.476.125,00)

(6)

Gambar 9. 2 Grafik Perkembangan Proporsi Belanja dalam APBD

Realisasi belanja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana dari pendapatan yang diperoleh. Semakin kecil realisasi belanja menunjukkan kinerja yang baik karena terbuka peluang diperolehnya surplus anggaran. Selain dari proporsinya belanja juga perlu dilihat dari jenisnya. Data yang disajikan menunjukkan bahwa belanja terbesar adalah pada Belanja Operasi yang mengalami peningkatan dari tahun 2009 dengan proporsi realisasi belanja sebesar 78,6% menjadi 82,9% di tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 76,2% dan kembali meningkat di tahun 2013 menjadi 86,9%. Sementara itu belanja modal mengalami penurunan prosentase setiap tahunnya dari tahun 2009 dengan prosentase proporsi sebesar 21,4% menurun menjadi 16,9% di tahun 2011, sedangkan di tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 22,6%.

Penyebab tingginya belanja operasi adalah karena proporsi belanja pegawai yang tinggi yaitu diantara 56%-61%% dari total proporsi belanja yang lainnya. Potensi ke depan yang bisa dilakukan untuk mencapai penghematan adalah mempertahankan atau bahkan kalau bisa menekan proporsi belanja pegawai. Hal ini dikemukakan karena belanja pegawai terbukti dapat ditekan dari 60,6% dari tahun 2011 menjadi 56% pada tahun 2012. Tantangannya adalah kebutuhan belanja barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya penurunan anggaran belanja operasi tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Salatiga dapat menekan belanja pegawai, maka hal ini patut dilakukan. Namun tentunya pembatasan kuantitas gaji dan tunjangan pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan agar tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah tenaga kerja juga dapat diimbangi dengan peningkatan penggunaan teknologi agar dapat dilaksanakan pelayanan yang cepat dan efisien. Di lain pihak kebutuhan pembangunan baik dalam bentuk belanja barang maupun belanja modal meningkat signifikan.

TABEL IX. 4

PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN BELANJA DAERAH KOTA SALATIGA

Uraian 2012/2013 2011/2012 2010/2011

BELANJA -4,23% 16,86% 8,70%

BELANJA OPERASI 8,65% 9,56% 13,43%

Belanja Pegawai 5,32% 10,11% 13,24%

Belanja Barang 16,56% 10,77% 16,73%

Belanja Subsidi

Belanja Bunga

Belanja Hibah 16,99% 34,95% 13,01%

Belanja Bantuan Sosial 59,60% -1268,29% -19,86%

Belanja Bantuan Keuangan -17,08% -42,58% 19,56%

(7)

Uraian 2012/2013 2011/2012 2010/2011

BELANJA MODAL -80,49% 38,03% -15,88%

Belanja Tanah -238,65% 80,56% -1036,04%

Belanja Peralatan dan Mesin -65,27% 18,72% 38,99%

Belanja Gedung dan Bangunan -275,66% 37,87% -3,94%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan -50,13% 48,94% -59,75%

Belanja Aset Tetap Lainnya 37,11% -382,90% 77,34%

Belanja Aset Lainnya -26,13% -595,66% -108,82%

BELANJA TIDAK TERDUGA -44825,58% 82,56% 100,00%

Belanja Tidak Terduga -44825,58% 82,56% 100,00%

TRANSFER

Perkembangan capaian pengelolaan belanja APBD Kota Salatiga menunjukkan keadaan yang makin membaik. Komposisi Belanja Daerah terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tak Terduga dan Transfer. Belanja operasi merupakan kelompok belanja yang tidak terkait langsung dengan kegiatan, termasuk belanja tak terduga dan transfer. Sedangkan Belanja Modal merupakan kelompok belanja yang terkait langsung dengan kegiatan.

Belanja operasi di Kota Salatiga mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan angka pertumbuhan rata-rata 8,70% per tahun. Peningkatan selama tahun 2011/2012 ini yang paling yaitu sebesar 16,86%. Komponen belanja operasi yang mendominasi pada belanja operasi adalah belanja pegawai dan belanja barang. Kedua komponen ini mempunyai laju pertumbuhan yang hampir sama bahkan melampaui dibandingkan laju pertumbuhan total belanja operasi. Prosentase peningkatan masing-masing sebesar 13,24% tiap tahun untuk belanja pegawai dan 16,73% per tahun untuk belanja barang.

Belanja modal di Kota Salatiga cenderung mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010 – 2012 cenderung mengalami peningkatan dari Rp. 77.357.430.859,00 menjadi Rp. 124.905.280.107,00 sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi Rp. 69.203.906.339,00.

9.1.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah

Perkembangan pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Perkembangan penerimaan daerah di Kota Salatiga mengalami perkembangan yang fluktuatif selama 4 (empat) tahun terakhir. Pemerimaan daerah pada tahun 2010 sebesar Rp.63.759.644.347,00 menurun di tahun 2011 menjadi Rp. 54.359.597.754,00. Pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 menjadi Rp.96.244.090.462,00 dan Rp.136.033.401.583,00 pada tahun 2013.

(8)

TABEL IX. 5

PERKEMBANGAN REALISASI PEMBIAYAAN DAERAH

Uraian 2013 (Rp) % 2012 (Rp) % 2011 (Rp) % 2010 (Rp) %

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 136.033.401.583,00 100,0% 96.244.090.462,00 100,0% 54.359.597.754,00 100,0% 63.759.644.347,00 100,0% Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 100.208.590.148,00 73,7% 71.087.709.512,00 73,9% 52.520.918.889,00 96,6% 63.393.483.347,00 99,4% Pencairan Dana Cadangan 35.500.000.000,00 26,1% 24.500.000.000,00 25,5% - 0,0% 0,0%

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - 0,0% - 0,0% - 0,0% 0,0%

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 324.811.435,00 0,2% 656.380.950,00 0,7% 1.660.160.300,00 3,1% 366.161.000,00 0,6%

Penerimaan Piutang Daerah - 0,0% - 0,0% 178.518.565,00 0,3% 0,0%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 12.835.650.000,00 100,0% 6.724.500.000,00 100,0% 2.827.000.000,00 100,0% 4.127.249.333,00 100,0%

Pembentukan Dana Cadangan - 0,0% - 0,0% - 0,0% 0,0%

Penyertaan Modal ( investasi ) Pemerintah Daerah 12.757.000.000,00 99,4% 6.200.000.000,00 92,2% 2.200.000.000,00 77,8% 3.127.249.333,00 75,8%

Pembayaran Pokok Hutang 78.650.000,00 0,6% - 0,0% - 0,0% 0,0%

Pemberian Pinjaman Daerah - 0,0% 524.500.000,00 7,8% 627.000.000,00 22,2% 1.000.000.000,00 24,2%

Pembiayaan Netto 123.197.751.583,00 89.519.590.462,00 51.532.597.754,00 59.632.395.014,00

(9)

9.2. PROFIL PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN (APBN, APBD PROVINSI, APBD KOTA SALATIGA, SWASTA, MASYARAKAT)

9.2.1. Perkembangan Alokasi Pembiayaan Pembangunan Bersumber Dari APBN dan APBD Provinsi

Perkembangan pembiayaan yang bersumber dari APBN dan APBD provinsi di Kota salatiga dapat dilihat dari penerimaan DAU, DAK dan transfer dari provinsi. Selengkapnya dapat dilihat tabel berikut ini :

TABEL IX. 6

PERKEMBANGAN ALOKASI APBN DAN TRANSFER PROVINSI DI KOTA SALATIGA

Sumber Pendanaan 2013 (Rp) 2012 (Rp) 2011 (Rp) 2010 (Rp) Dana Alokasi Umum 358.331.867.000 325.710.016.000 262.653.050.000 238.069.009.000 Dana Alokasi Khusus 16.958.760.000 27.639.760.000 23.540.600.000 21.182.300.000 Transfer Provinsi 38.936.194.283 50.538.680.359 45.156.685.952 26.180.508.775 Sumber: Laporan LPKJ Kota Salatiga, Tim Penyusun, 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi DAU dan DAK yang diberikan untuk Kota Salatiga meningkat setiap tahunnya, kecuali untukn DAK pada tahun 2013 mengalami penurunan. Di samping alokasi dana dari DAK dan DAU, terdapat pendanaan yang bersumber dari transfer provinsi yang meningkat setiap tahunnya dari tahun 2010-2012 dan di tahun 2013 mengalami penurunan.

9.2.2. Perkembangan Pembiayaan Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD

Perkembangan pembiayaan pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana APBD Kota salatiga secara umum dapat dilihat dari anggaran dan realisasi pembiayaan dari SKPD yang terkait dengan bidang Ke Cipta Karyaan, yaitu meliputi Dinas Kesehatan, DPU/Bina Marga, Bappeda, KLH dan Dinas Cikataru. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL IX. 7

PERKEMBANGAN REALISASI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KOTA SALATIGA

SKPD 2011 2012 2013

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

Dinkes 27.180.917.000 26.353.586.992 37.400.039.000 31.071.969.455 38.550.586.000 32.086.424.118 DPU 55.814.453.676 41.735.363.884 54.240.119.000 50.721.124.029 50.402.843.000 40.979.098.531 Bappeda 4.293.886.000 3.731.655.944 4.546.930.000 4.024.633.225 5.547.008.000 4.773.060.259 KLH 3.123.336.000 2.610.011.033 3.619.919.000 3.207.395.590 5.452.236.000 3.832.131.525 Cipkataru 23.932.737.000 19.647.199.588 54.874.417.000 48.997.293.131 80.218.401.000 30.783.353.059 Jumlah 114.345.329.676 94.077.817.441 154.681.424.000 138.022.415.430 180.171.074.000 112.454.067.492

Sumber: Laporan LPKJ Kota Salatiga Tahun 2011-2013 dan Tim Penyusun, 2014

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di SKPD yang mengemban sektor Cipta Karya secara umum mengalami peningkatan setiap tahun, kecuali pada SKPD DPU dan Dinas Cipkataru yang mengalami penurunan realisasi pembiayaan di tahun 2013. Realisasi pembiayaan tahun 2011 sebesar Rp. 94.077.817.441,00 atau sebesar 82% dari anggaran yang ditetapkan. Tahun 2012, realisasi pembiayaan sebesar Rp. 138.022.415.430,00 atau sebesar 89% dari anggaran yang ditetapkan dan di tahun 2013 realisasi pembiayaan sebesar Rp. 112.454.067.492,00 atau sebesar 62% dari anggaran yang ditetapkan.

9.2.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

(10)

menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented).

Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya yaitu PDAM.

Pengukuran kinerja perusahaan didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, yang meliputi aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tingkat kinerja PDAM Kota Salatiga selama kurun waktu 2008-2012 secara keseluruhan termasuk dalam kategori “Baik” Perkembangan kinerja PDAM Kota Salatiga dalam 5 tahun terakhir (2008-2012) dapat digambarkan sebagai berikut :

TABEL IX. 8

KINERJA PDAM DALAM KURUN WAKTU 5 TAHUN

Aspek Maksimum Nilai Bobot Perolehan Nilai Kinerja Untuk Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : RISPAM PDAM Kota Salatiga, 2014

Kemudian performa keuangan selama 4 tahun terakhir berdasarkan laporan yang telah diaudit disajikan dalam tabel di bawah ini :

TABEL IX. 9

NERACA KOMPARATIF PDAM KOTA SALATIGA TAHUN 2008 – 2012 (JUTA RUPIAH)

Uraian Tahun

Kewajiban Lain-lain Jk. Panjang 2.008 2.233 2.834 1.678 25.99 Modal dan Cadangan 13.000 13.343 13.601 11.730 14.730

Laba Rugi 1.270 2.089 2.159 2.205 2.459

Jumlah Hutang & Modal 17.393 19.447 19.925 19.916 24.393 Sumber : RISPAM PDAM Kota Salatiga, 2014

Hasil perhitungan laba dan rugi pada periode 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IX. 10

LABA DAN RUGI PDAM KOTA SALATIGATAHUN 2008 – 2012 (JUTA RUPIAH)

Uraian Tahun

Jumlah Pendapatan 15.553 17.182 16.315 17.063 19.505 Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya Operasi Sumber 221 235 264 252 335

(11)

Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Biaya Umum dan Administrasi 5.508 4.902 5.879 5.686 7.560

Biaya Lain-lain 0,17 0,17 0,195 0.145

Jumlah Biaya 11.919 12.084 13.501 14.176 16.264

Kerugian Luar Biasa

Laba/(Rugi) Operasi 1.680 2.586 2.815 2.887 3.240

PPh Badan 588 707 655 681 790

Laba/(Rugi) Setelah PPH 1.270 2.089 2.159 2.205 2.450 Sumber : RISPAM PDAM Kota Salatiga, 2014

9.3. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 9.3.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

(12)

TABEL IX. 11

PROYEKSI PENDAPATAN APBD KOTA SALATIGA

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

PENDAPATAN 623.542.746.599 624.332.552.258 625.123.551.422 625.915.746.315 626.709.139.170

PENDAPATAN ASLI DAERAH 106.551.621.993,61 106.777.926.676 107.004.712.007 107.231.979.006 107.459.728.698 Pendapatan Pajak Daerah 24.514.167.457,36 24.579.846.091 24.645.700.691 24.711.731.730 24.777.939.679 Pendapatan Retribusi Daerah 13.166.021.867,26 13.188.758.174 13.211.533.745 13.234.348.646 13.257.202.946 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4.286.860.296,11 4.293.990.734 4.301.133.032 4.308.287.211 4.315.453.289 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 64.576.211.558,20 64.702.782.192 64.829.600.907 64.956.668.189 65.083.984.525

PENDAPATAN TRANSFER 498.103.327.766,70 498.603.869.420 499.104.914.066 499.606.462.209 500.108.514.355

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 404.721.129.923,29 405.150.392.793 405.580.110.956 406.010.284.894 406.440.915.091 Dana Bagi Hasil Pajak 27.738.091.151,71 27.745.032.003 27.751.974.592 27.758.918.918 27.765.864.981 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 850.859.744,59 851.727.705 852.596.551 853.466.284 854.336.903 Dana Alokasi Umum 359.235.995.480,80 359.688.914.834 360.142.405.222 360.596.467.363 361.051.101.980 Dana Alokasi Khusus 17.001.900.552,48 17.023.511.965 17.045.150.848 17.066.817.237 17.088.511.166 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 54.542.004.180,79 54.661.604.012 54.781.466.103 54.901.591.027 55.021.979.361

Dana Otonomi Khusus - - - - -

Dana Penyesuaian 54.542.004.180,79 54.661.604.012 54.781.466.103 54.901.591.027 55.021.979.361 Transfer Pemerintah Provinsi 38.995.590.730,89 39.025.322.924 39.055.077.787 39.084.855.336 39.114.655.589 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 28.316.336.615,67 28.372.069.995 28.427.913.072 28.483.866.061 28.539.929.179 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 10.774.365.570,26 10.796.115.941 10.817.910.220 10.839.748.495 10.861.630.856 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 18.887.796.838,94 18.950.756.162 19.013.925.349 19.077.305.100 19.140.896.117

Pendapatan Hibah - - - - -

Pendapatan Dana Darurat - - - - -

Pendapatan Lainnya 18.887.796.838,94 18.950.756.162 19.013.925.349 19.077.305.100 19.140.896.117 Sumber: Tim Penyusun, 2014

TABEL IX. 12

PROYEKSI BELANJA APBD KOTA SALATIGA

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

BELANJA 529.802.862.529,25 530.085.702.886 530.368.694.239 530.651.836.671 530.935.130.260

BELANJA OPERASI 460.747.587.108,27 461.112.177.425 461.477.056.242 461.842.223.788 462.207.680.293

Belanja Pegawai 327.151.230.278,37 327.385.760.868 327.620.459.590 327.855.326.565 328.090.361.912 Belanja Barang 112.453.912.609,29 112.577.984.022 112.702.192.324 112.826.537.666 112.951.020.199

Belanja Subsidi - - - - -

Belanja Bunga - - - - -

(13)

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 Belanja Bantuan Keuangan 831.047.201,10 830.213.954 829.381.542 828.549.965 827.719.222

Bantuan Keuangan Kepada Vertikal Dalam Negri - - - - -

BELANJA MODAL 69.002.401.987,55 68.901.869.942 68.801.484.366 68.701.245.045 68.601.151.766

Belanja Tanah 578.427.269,16 561.159.303 544.406.843 528.154.500 512.387.342

Belanja Peralatan dan Mesin 18.200.663.719,76 18.197.223.815 18.193.784.561 18.190.345.956 18.186.908.001 Belanja Gedung dan Bangunan 7.717.940.161,98 7.668.922.432 7.620.216.020 7.571.818.950 7.523.729.256 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 41.812.753.008,49 41.756.453.326 41.700.229.450 41.644.081.277 41.588.008.706 Belanja Aset Tetap Lainnya 592.645.243,28 588.688.128 584.757.435 580.852.988 576.974.610

Belanja Aset Lainnya 37.250.984,00 36.570.582 35.902.608 35.246.835 34.603.040

BELANJA TIDAK TERDUGA 14.747.667,31 14.895.144 15.044.095 15.194.536 15.346.482

Belanja Tidak Terduga 14.747.667,31 14.895.144 15.044.095 15.194.536 15.346.482

TRANSFER - - - - -

TRANSFER BAGI HASIL KE KEL/DESA - - - - -

Bagi Hasil Pajak - - - - -

Bagi Hasil Retribusi - - - - -

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - -

(14)

Dari perhitungan proyeksi pendapatan APBD Kota Salatiga selama kurun waktu 5 tahun, dapat diproyeksikan total pendapatan Kota Salatiga sampai dengan tahun 2019 sebesar Rp. 626.709.139.170,00 dengan perincian PAD sebesar Rp. 107.459.728.698,00 ; pendapatan transfer sebesar Rp. 500.108.514.355,00 dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp. 19.140.896.117.

Perhitungan proyeksi pembiayaan belanja Kota Salatiga selama kurun waktu 5 tahun, dapat diproyeksikan total belanja pada tahun 2019 sebesar Rp. 530.935.130.260, 00 dengan perincian belanja operasi sebesar Rp. 462.207.680.293,00; belanja modal sebesar Rp. 68.601.151.766,00 dan belanja tak terduga sebesar Rp. 15.346.482,00.

Net Public Saving

Net Public Saving atau tabungan pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

Belanja mengikat : belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan berlaku.

Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan. TABEL IX. 13

PROYEKSI KEMAMPUAN ANGGARAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA

2015 2016 2017 2018 2019

Pendapatan 623.542.746.599 624.332.552.258 625.123.551.422 625.915.746.315 626.709.139.170 Belanja 529.802.862.529 530.085.702.886 530.368.694.239 530.651.836.671 530.935.130.260 NPS 93.739.884.070 94.246.849.372 94.754.857.183 95.263.909.644 95.774.008.910 Sumber: Tim Penyusun, 2014

Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

 Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

 Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

 Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

(15)

Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.

DSCR = PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

TABEL IX. 14

PROYEKSI KEMAMPUAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA DALAM MEMBAYAR PINJAMAN

Pendapatan Belanja Dana Netto Pokok Pinjaman DSCR

2013 (Rp) 603.204.201.915 529.237.634.485 73.966.567.430 - 0 2012 (Rp) 562.323.845.006 551.634.845.320 10.688.999.686 524.500.000,00 20,37940836 2011 (Rp) 496.936.015.921 458.618.399.163 38.317.616.758 627.000.000,00 61,11262641 2010 (Rp) 436.160.124.600 458.512.368.544 (22.352.243.944) 627.000.000,00 -35,64951187 Sumber: Tim Penyusun, 2014

Jika dilihat hasil perhitungan DSCR yang mempunyai nilai diatas 2,5 maka dapat disimpulkan bahwa Kota Salatiga mempunyai kemampuan keuangan untuk mengembalikan pinjaman daerah. Batas jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban APBD menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

TABEL IX. 15

PROYEKSI JUMLAH PINJAMAN YANG DIPERBOLEHKAN BAGI KOTA SALATIGA TAHUN 2015-2019

Tahun Pendapatan Batas Jumlah Pinjaman (75%)

2015 623.542.746.599 467.657.059.949

Rencana pembiayaan perusahaan daerah memuat informasi tentang rencana pengembangan 5 (lima) tahun ke depan dalam bentuk rencana kelayakan keuangan dalam RISPAM PDAM Kota Salatiga yang dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan Cipta Karya dalam 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan pembiayaan keuangan ini diperuntukan untuk pengembangan pemenuhan air bersih masyarakat melalui PDAM Kota Salatiga. Penilaian kelayakan finansial menggunakan beberapa teknik analisis yang digunakan, yaitu antara lain:

A. Pay Back Periode

Alat analisis ini digunakan untuk menentukan layak tidaknya usulan proyek investasi dengan membandingkan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk investasi dengan umur ekonomi proyek. Metode pemulihan investasi ini untuk menilai jangka waktu pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan dalam proyek.

(16)

TABEL IX. 16

PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE

Tahun Penerimaan Penyusutan Pengeluaran Arus Kas Bersih Investasi Payback Periode Payback

1 62.278.727.582 103.090.474.414 7.626.157.502 157.743.044.493

2.170.325.777.135

2.012.582.732.641 1 2 23.374.824.658 103.090.474.414 9.398.202.758 117.067.096.314 1.895.515.636.328 2 3 18.033.210.826 103.090.474.414 10.202.783.101 110.920.902.139 1.784.594.734.189 3 4 19.491.275.457 103.090.474.414 11.073.941.533 111.507.808.338 1.673.086.925.852 4 5 21.074.640.324 103.090.474.414 12.017.854.454 112.147.260.284 1.560.939.665.567 5 6 22.987.751.228 103.090.474.414 13.038.778.181 113.039.447.461 1.447.900.218.107 6 7 24.829.913.520 103.090.474.414 14.142.740.539 113.777.647.394 1.334.122.570.712 7 8 26.833.762.980 103.090.474.414 15.338.159.980 114.586.077.414 1.219.536.493.299 8 9 28.995.604.556 103.090.474.414 16.631.391.672 115.454.687.298 1.104.081.806.001 9 10 31.326.199.704 103.090.474.414 18.029.041.541 116.387.632.577 987.694.173.424 10 11 34.107.133.058 103.090.474.414 19.540.338.073 117.657.269.400 870.036.904.024 11 12 36.829.028.358 103.090.474.414 21.173.040.088 118.746.462.684 751.290.441.340 12 13 39.783.049.933 103.090.474.414 22.938.956.164 119.934.568.182 631.355.873.157 13 14 42.962.056.176 103.090.474.414 24.846.159.853 121.206.370.737 510.149.502.420 14 15 46.393.992.306 103.090.474.414 26.905.479.625 122.578.987.095 387.570.515.325 15 16 50.424.872.119 103.090.474.414 29.131.315.580 124.384.030.953 263.186.484.372 16 17 54.426.728.698 103.090.474.414 31.533.658.878 125.983.544.234 137.202.940.138 17 18 58.746.704.107 103.090.474.414 34.126.341.317 127.710.837.204 9.492.102.933 18 19 63.414.023.695 103.090.474.414 36.925.121.929 129.579.376.180 (120.087.273.247) 0,00 20 68.449.970.664 103.090.474.414 39.945.687.503 131.594.757.575

Jumlah 479.301.170.665,48 1.546.357.116.209 242.903.025.064 1.782.755.261.810

(17)

B. Net Present Value (NVP)

NPV adalah salah satu kreteria yang dipakai untuk menolak atau menerima suatu investasi dengan dasar mencari nilai bersih sekarang pada discount rate tertentu. Ternik analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu usulan proyek investasi dilaksanakan atau tidak dengan cara mengurangkan antara present value dan aliran kas bersih operasional atas proyek investasi selama umur ekonomis, termasuk terminal cash flow dan initial cash flow.

Dimana:

-Ao = pengeluaran investasi pada tahun ke 0 At = aliran kas masuk bersih pada tahun ke t

r = tingkat keuntungan yang disayaratkan oleh para pemilik modal sendiri dengan hanya memperhatikan resiko usaha

n = jumlah tahun (usia ekonomis) proyek

Jika NPV positif, pengembangan penyediaan air bersih dibangun dan sebaliknya jika NPV negatif pembangunan proyek pembangunan pengembangan penyediaan air bersih tidak layak dibangun. Dan jika nilai NPV = 0, berarti tingkat bunga proyek sama dengan tingkat bunga berlaku. Secara rinci perhitungan NPV dapat dilihat pada tabel berikut.

(18)

C. Financial Internal Rate of Return (FIRR)

Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal adalah tingkat suku bunga dari suatu proyek dalam jangka waktu tertentu . Konsep dalam analisis ini untuk menentukan apakah suatu usulan proyek investasi dianggap layak atau tidak, dengan cara membandingkan antara FIRR dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Perhitungan FIRR dengan cara mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi.

Dimana:

FIRR = Financial InternalRate of Return

I1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 I2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2 NPV1 = NPV pada tingkat bunga I1

NPV2 = NPV pada tingkat bunga I2

(19)

TABEL IX. 18 PERHITUNGAN IRR

DF Tahun (1+r)^t Arus Kas NVP DF Tahun (1+r)^t Arus Kas NPV

12,00% 1 1,12 157.743.044.493 140.842.004.012,01 1,01% 1 1,01 157.743.044.493 156.165.770.214 12,00% 2 1,254 117.067.096.314 93.325.172.443,88 1,01% 2 1,02 117.067.096.314 114.737.690.572 12,00% 3 1,405 110.920.902.139 78.951.307.211,88 1,01% 3 1,031 110.920.902.139 107.626.763.304 12,00% 4 1,574 111.507.808.338 70.865.228.081,91 1,01% 4 1,041 111.507.808.338 107.114.384.230 12,00% 5 1,762 112.147.260.284 63.635.367.280,50 1,01% 5 1,052 112.147.260.284 106.651.461.910 12,00% 6 1,974 113.039.447.461 57.269.302.004,24 1,01% 6 1,062 113.039.447.461 106.425.034.432 12,00% 7 2,211 113.777.647.394 51.467.229.521,71 1,01% 7 1,073 113.777.647.394 106.048.944.843 12,00% 8 2,476 114.586.077.414 46.279.394.827,31 1,01% 8 1,084 114.586.077.414 105.734.540.862 12,00% 9 2,773 115.454.687.298 41.634.117.670,83 1,01% 9 1,095 115.454.687.298 105.470.797.383 12,00% 10 3,106 116.387.632.577 37.473.702.759,94 1,01% 10 1,106 116.387.632.577 105.259.941.250 12,00% 11 3,479 117.657.269.400 33.823.653.425,89 1,01% 11 1,117 117.657.269.400 105.344.212.966 12,00% 12 3,896 118.746.462.684 30.479.259.346,42 1,01% 12 1,128 118.746.462.684 105.256.331.162 12,00% 13 4,363 119.934.568.182 27.485.907.531,75 1,01% 13 1,14 119.934.568.182 105.246.473.160 12,00% 14 4,887 121.206.370.737 24.801.224.868,14 1,01% 14 1,151 121.206.370.737 105.299.001.235 12,00% 15 5,474 122.578.987.095 22.394.722.651,87 1,01% 14 1,151 122.578.987.095 106.491.472.643 12,00% 16 6,13 124.384.030.953 20.289.729.835,82 1,01% 14 1,151 124.384.030.953 108.059.618.891 12,00% 17 6,866 125.983.544.234 18.348.790.268,15 1,01% 14 1,151 125.983.544.234 109.449.208.810 12,00% 18 7,69 127.710.837.204 16.607.464.923,57 1,01% 14 1,151 127.710.837.204 110.949.808.354 12,00% 19 8,613 129.579.376.180 15.045.043.719,76 1,01% 14 1,151 129.579.376.180 112.573.116.491 12,00% 20 9,646 131.594.757.575 13.642.002.819,40 1,01% 14 1,151 131.594.757.575 114.323.995.151

Jumlah 904.660.625.204,98 Jumlah 2.204.228.567.865

NPV -1.265.665.151.929,88 NPV 33.902.790.730,00

Investasi 2.170.325.777.134,87 Investasi 2.170.325.777.134,87

(20)

Hasil analisis kelayakan keuangan yang telah dilakukan periode pengembalian investasi dapat kembali pada 18,02 Tahun (lebih pendek dari nilai ekonomi yang direncanakan yaitu 20 tahun),

kemudian nilai NPV pada DF sebesar 12% tidak mampu memberikan NPV positif (sebesar Rp. -1.290.524.626.262,78 dan Nilai IRR memberikan nilai mendekati nol Rp. -553.723.548,5

pada DF 1,01%. Angka ini lebih rendah dari nilai bunga deposito yaitu 4 sampai dengan 6% per tahunnya. Dengan demikian secara keseluruhan analisis kelayakan keuangan memberikan indikasi pengembangan SPAM Kota Salatiga pada tahun yang direncanakan ini adalah tidak layak yaitu tidak sesuai dengan tingkat bunga berlaku. Dengan demikian rencana pengembangan SPAM Kota Salatiga ini tidak menarik bagi investor (swasta). Informasi kelayakan keuangan ini menjadi sinyal dalam rangka pengembangan SPAM Kota Salatiga menjadi tanggung jawab pemerintah (pemerintah pusat dan Pemkot Kota Salatiga).

D. Sumber Dan Pola Pendanaan

Pola investasi disusun dengan maksud untuk memudahkan para pengambil keputusan (stakeholder) dan investor terkait dalam mengambil kebijakan investasi air bersih/minum baik pada jangka pendek, menengah dan panjang. Pola investasi dalam pengembangan SPAM ini terkait dari item-item yang menjadi wewenang pembiayaan apakah kewajiban APBN, APBD provinsi, Kota/PDAM serta juga mengikutsertakan masyararakat.

Rencana investasi pengembangan SPAM Kota Salatiga untuk periode 2014-2034 dibutuhkan dana. Rp 2.170.325.777.135 denagan pola dan sumber pendanaan di sajikan pada tabel dibawah ini:

TABEL IX. 19

SUMBER DAN POLA PEMBIAYAAN RI SPAM KOTA SALATIGA TAHUN 2014-2034 (RP)

Tahap Tahun Pola Investasi (Rp.) Sumber Dana (Rp,)

APBN APBD PDAM

Tahap I (2014-2018) 2014 160.411.515.000 66.388.652.632 54.298.947.368 39.723.915.000 2015 152.842.509.211 84.062.778.947 28.422.105.263 40.357.625.000 2016 131.857.739.671 60.692.631.579 29.694.736.842 41.470.371.250 2017 92.374.655.967 61.934.736.842 0 30.439.919.125 2018 136.638.783.826 92.902.105.263 0 43.736.678.563 Sub Total 674.125.203.674 365.980.905.263 112.415.789.474 195.728.508.938

% 100% 54,29% 16,68% 29,03%

Tahap II (2019-2023) 2019 87.054.019.605 58.116.842.105 0 28.937.177.500 2020 94.257.651.102 26.725.263.158 34.361.052.632 33.171.335.313 2021 93.383.785.645 62.783.157.895 0 30.600.627.750 2022 141.367.358.132 66.601.052.632 26.229.240.000 48.537.065.500 2023 132.364.321.974 29.694.736.842 66.601.052.632 36.068.532.500 Sub Total 548.427.136.457 243.921.052.632 127.191.345.263 177.314.738.563

% 100% 44,48% 23,19% 32,33%

Tahap III (2024-2028) 2024 101.102.196.836 0 67.873.684.211 33.228.512.625 2025 48.891.357.599 31.815.789.474 0 17.075.568.125 2026 81.117.570.901 3.000.000.000 60.576.210.526 17.541.360.375 2027 51.953.937.355 33.936.842.105 0 18.017.095.250 2028 117.258.660.859 79.327.368.421 0 37.931.292.438 Sub Total 400.323.723.549 148.080.000.000 128.449.894.737 123.793.828.813

% 100% 36,99% 32,09% 30,92%

(21)

Tahap Tahun Pola Investasi (Rp.) Sumber Dana (Rp,)

APBN APBD PDAM

2033 117.792.667.566 77.630.526.316 0 40.162.141.250 Sub Total 547.449.713.454 153.201.052.632 219.128.378.947 175.120.281.875

% 100% 27,98% 40,03% 31,99%

Total 2.170.325.777.135 911.183.010.526 587.185.408.421 671.957.358.188

% 100% 41,98% 27,06% 30,96%

Sumber : RISPAM PDAM Kota Salatiga, 2014

Terlihat pada tabel diatas sumber dan Pola pembiayaan dibagi dalam beberapa tahapan (5 tahunan). Keutuhan dana untuk pengembangan SPAM Kota Salatiga pada tahap lima tahun I sebesar Rp. 674.125.203.674 (Proporsi APBN=54,29%; APBD=16,68% dan PDAM=29,03%); untuk lima tahun ke II; Rp.548.427.136.457 (Proporsi APBN=44,48%; APBD=23,19%; PDAM=32,33%) untuk lima tahun ke III sebesar Rp. 400.323.723.549 (Proporsi APBN=36,99%; APBD=32,09%; PDAM=30,92%) dan untuk tahap lima tahun ke IV sebesar Rp. 547.449.713.454 (Proporsi APBN=27,98%; APBD=40,03%; PDAM=31,99%).

Kebutuhan pendanaan pengembangan SPAM Kota Salatiga paling besar terjadi pada tahap I. Hal ini disebabkan rencana pengembangan kapasitas sumber sebagian besar dialokasikan pada awal tahun perencanaan yaitu 2014-2019,karena pada tahun ini adanya upaya pencapaian tarrget MDG’s. Selama periode perencanaan kebutuhan dana investasi sebesar Rp.2.170.325.777.135 dengan proporsi sumber pendanaan rencana dari sumber APBN sebesar 41,98%, APBD=27,06% dan PDAM sebesar 30,96%.

Gambar 9. 3 Sumber Pendanaan SPAM kota Salatiga Periode 2014-2033

9.3.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Rencana Kerjasama pemerintah dengan swasta di bidang Cipta Karya meliputi beberapa kegiatan yang ada di sektor Cipta Karya. Diharapkan, dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi sumber alternatif pendanaan yang dapat diterapkan dalam kegiatan sektor Cipta Karya. Beberapa kegiatan yang menggunakan pembiayaan dari sektor swasta dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IX. 20

PROYEK POTENSIAL YANG DAPAT DIBIAYAI SEKTOR SWASTA

Sektor Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan

(Rp.1.000) Perumahan

Permukiman

Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Penyusunan DED RSH Kecamatan Karangmalang Pendidikan Khusus Di Bidang

(22)

Sektor Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan

Pentahapan PDAM Optimalisasi Mata Air Kalisombo III Pemanfaatan Mata Air tuntang II

(23)

9.4. KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dilakukan untuk melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.4.1. Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dilihat pada uraian berikut ini : a) Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN)

Kemampuan pendanaan yang berasal dari APBN dapat diproyeksikan dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kemampuan pendanaan dari APBN dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL IX. 21

PROYEKSI PENDANAAN DARI PEMERINTAH PUSAT SELAMA KURUN WAKTU 5 (LIMA) TAHUN

Sumber Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019

Dana Alokasi Umum 433.581.559.070 476.939.714.977 524.633.686.475 577.097.055.122 634.806.760.634 Dana Alokasi Khusus 20.520.099.600 22.572.109.560 24.829.320.516 27.312.252.568 30.043.477.824 Transfer Provinsi 47.112.795.082 51.824.074.591 57.006.482.050 62.707.130.255 68.977.843.280 Sumber: Tim Penyusun, 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui proyeksi besaran pendanaan dari DAU, DAK maupun transfer provinsi sampai dengan tahun 2019. Besaran proyeksi pendanaan untuk DAU sebesar Rp. 634.806.760.634,00; DAK Rp. 30.043.477.824,00 dan transfer provinsi sebesar Rp. 68.977.843.280,00.

b) Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD)

(24)

TABEL IX. 22

PROYEKSI KEMAMPUAN PENDANAAN APBD SELAMA KURUN WAKTU 5 (LIMA) TAHUN

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

PENDAPATAN 623.542.746.599 624.332.552.258 625.123.551.422 625.915.746.315 626.709.139.170

PENDAPATAN ASLI DAERAH 106.551.621.993,61 106.777.926.676 107.004.712.007 107.231.979.006 107.459.728.698 Pendapatan Pajak Daerah 24.514.167.457,36 24.579.846.091 24.645.700.691 24.711.731.730 24.777.939.679 Pendapatan Retribusi Daerah 13.166.021.867,26 13.188.758.174 13.211.533.745 13.234.348.646 13.257.202.946 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4.286.860.296,11 4.293.990.734 4.301.133.032 4.308.287.211 4.315.453.289 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 64.576.211.558,20 64.702.782.192 64.829.600.907 64.956.668.189 65.083.984.525

PENDAPATAN TRANSFER 498.103.327.766,70 498.603.869.420 499.104.914.066 499.606.462.209 500.108.514.355

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 404.721.129.923,29 405.150.392.793 405.580.110.956 406.010.284.894 406.440.915.091 Dana Bagi Hasil Pajak 27.738.091.151,71 27.745.032.003 27.751.974.592 27.758.918.918 27.765.864.981 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 850.859.744,59 851.727.705 852.596.551 853.466.284 854.336.903 Dana Alokasi Umum 359.235.995.480,80 359.688.914.834 360.142.405.222 360.596.467.363 361.051.101.980 Dana Alokasi Khusus 17.001.900.552,48 17.023.511.965 17.045.150.848 17.066.817.237 17.088.511.166 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 54.542.004.180,79 54.661.604.012 54.781.466.103 54.901.591.027 55.021.979.361

Dana Otonomi Khusus - - - - -

Dana Penyesuaian 54.542.004.180,79 54.661.604.012 54.781.466.103 54.901.591.027 55.021.979.361 Transfer Pemerintah Provinsi 38.995.590.730,89 39.025.322.924 39.055.077.787 39.084.855.336 39.114.655.589 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 28.316.336.615,67 28.372.069.995 28.427.913.072 28.483.866.061 28.539.929.179 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 10.774.365.570,26 10.796.115.941 10.817.910.220 10.839.748.495 10.861.630.856 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 18.887.796.838,94 18.950.756.162 19.013.925.349 19.077.305.100 19.140.896.117

Pendapatan Hibah - - - - -

Pendapatan Dana Darurat - - - - -

(25)

c) Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah

Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Salatiga berdasarkan Laporan RISPAM PDAM Tahun 2014 berikut ini :

TABEL IX. 23

RENCANA PEMBIAYAAN PERUSAHAAN DAERAH PDAM KOTA SALATIGA

Tahap Tahun Pola Investasi (Rp.) Sumber Dana (Rp,)

APBN APBD PDAM

Tahap I (2014-2018) 2014 160.411.515.000 66.388.652.632 54.298.947.368 39.723.915.000 2015 152.842.509.211 84.062.778.947 28.422.105.263 40.357.625.000 2016 131.857.739.671 60.692.631.579 29.694.736.842 41.470.371.250 2017 92.374.655.967 61.934.736.842 0 30.439.919.125 2018 136.638.783.826 92.902.105.263 0 43.736.678.563 Sub Total 674.125.203.674 365.980.905.263 112.415.789.474 195.728.508.938

% 100% 54,29% 16,68% 29,03%

Tahap II (2019-2023) 2019 87.054.019.605 58.116.842.105 0 28.937.177.500 2020 94.257.651.102 26.725.263.158 34.361.052.632 33.171.335.313 2021 93.383.785.645 62.783.157.895 0 30.600.627.750 2022 141.367.358.132 66.601.052.632 26.229.240.000 48.537.065.500 2023 132.364.321.974 29.694.736.842 66.601.052.632 36.068.532.500 Sub Total 548.427.136.457 243.921.052.632 127.191.345.263 177.314.738.563

% 100% 44,48% 23,19% 32,33%

Tahap III (2024-2028) 2024 101.102.196.836 0 67.873.684.211 33.228.512.625 2025 48.891.357.599 31.815.789.474 0 17.075.568.125 2026 81.117.570.901 3.000.000.000 60.576.210.526 17.541.360.375 2027 51.953.937.355 33.936.842.105 0 18.017.095.250 2028 117.258.660.859 79.327.368.421 0 37.931.292.438 Sub Total 400.323.723.549 148.080.000.000 128.449.894.737 123.793.828.813

% 100% 36,99% 32,09% 30,92%

Tahap IV (2029-2033) 2029 74.414.758.855 36.936.842.105 18.476.800.000 19.001.116.750 2030 114.550.248.421 0 79.327.368.421 35.222.880.000 2031 114.601.757.684 35.633.684.211 39.875.789.474 39.092.284.000 2032 126.090.280.928 3.000.000.000 81.448.421.053 41.641.859.875 2033 117.792.667.566 77.630.526.316 0 40.162.141.250 Sub Total 547.449.713.454 153.201.052.632 219.128.378.947 175.120.281.875

% 100% 27,98% 40,03% 31,99%

Total 2.170.325.777.135 911.183.010.526 587.185.408.421 671.957.358.188

% 100% 41,98% 27,06% 30,96%

Sumber: RISPAM PDAM Kota Salatiga, 2014

9.4.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

a. Strategi Peningkatan DDUB oleh Kota

Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kota Salatiga dapat dilakukan melalui peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.

(26)

investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah Kota Salatiga sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.

b. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran

Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan strategi kebijakan keuangan daerah berikut:

1. Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan daerah – khususnya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi

daerah.

3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah.

5. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah. 6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kota Salatiga, terutama yang terkait

dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.

Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-Undang tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:

1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.

2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.

c. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah

(27)

1. Reformasi Misi Perusahaan Daerah

a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;

b) Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;

c) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian sosial;

d) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC).

2. Restrukturisasi Perusahaan Daerah

Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator

yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis; Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena selama ini Perusahaan Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah satu sumber keuangan daerah;

Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :

a) Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi yang tersedia; dan

b) Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang bersangkutan.

3. Profitisasi Perusahaan Daerah

Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut : a) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan

kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;

(28)

c) Bagi Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;

d) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test;

e) Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.

4. Privatisasi Perusahaan Daerah

Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan, profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah, serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.

Perusahaan Daerah infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi stragis dengan operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.

Untuk memelihara sense of belonging, daerah/ Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha di daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan pengawasan di berbagai bidang.

d. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

(29)

1. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah.

Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang sudah ada saat ini.

Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak Dispenda mencari sumber-sumber pajak dan retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.

2. Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.

Peningkatan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi terhadap Perda Pajak dan Retribusi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga menumbuhkan kesadaran hukum. Selain itu, pemberian insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dapat dilakukan untuk memberikan reward kepada masyarakat dan dunia usaha yang taat pajak.

3. Mengembangkan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan.

Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan sebagai upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia usaha merasa ikut andil dalam pembangunan.

e. Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur Permukiman Yang Sudah Ada

Strategi pendanaan yang dapat dilakukan oleh Kota Salatiga dalam operasionalisasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman dapat melalui :

1. Optimalisasi penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi

Dalam usaha peningkatan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi, beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah :

a. Melengkapi semua persyaratan dalam upaya penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD

b. Menyiapkan DDUB sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan diajukan dengan pendanaan APBN, APBD Provinsi

c. Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kota Salatiga untuk pekerjaan bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU

2. Optimalisasi pendanaan melalui upaya pinjaman daerah

Pinjaman daerah dapat dilakukan untuk pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya. Dari hasil analisis kemampuan daerah dalam mengembalikan pinjaman daerah dengan nilai DCSR lebih dari 2,5 maka Pemerintah Kota Salatiga memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman.

3. Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah

Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Salatiga. Peningkatan penarikan pajak dapat dilakukan secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.

(30)

 Melaksanakan sosialisasi pajak dan retribusi daerah;

 Menyelenggarakan undian Pajak Daerah bagi Wajib Pajak Daerah;

 Menyelenggarakan Pekan Panutan Pembayaran PBB;

 Melaksanakan Operasi Yustisi bersama instansi terkait;

 Mengintensifkan upaya penagihan piutang pajak dengan melakukan Operasi Sisir PBB;

Gambar

TABEL IX. 1
TABEL IX. 2
TABEL IX. 3
Gambar 9. 2 Grafik Perkembangan Proporsi Belanja dalam APBD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengering tipe Solar Dryer dengan media udara panas yang dihasilkan dari panas matahari yang ditangkap oleh kolektor termal..

Power Amplifier adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal input dengan. amplitude rendah menjadi output dengan amplitude yang lebih tinggi

Penelitian ini bertujuan untuk memudahkan staff umum dalam mengolah data inventarisasi barang milik negara dan penanggung jawab ruangan membuat laporan akurat

Hasil tes dan wawancara dianalisis mengacu pada kriteria kemampuan koneksi matematis yakni: kemampuan memahami topik antar matematika, kemampuan memahami konsep yang

Adapun perancangan antarmuka yang dibuat dalam aplikasi ini meliputi form monitoring utama, menu aktivasi suara peringatan, menu keluar dari sistem, menu manajemen

Aktivi Adapun tujuan dari penelitian ini adalah anthelmintik diperoleh dengan menghi untuk mengetahui efek ekstrak tanaman jumlah cacing gelang yang mati da putri malu

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di Rumah Sakit

oke setelah itu salah satu keputusannya adalah akan di Tanyakan kepada GM-GM yang lain, dibandingkan dengan GM-GM yang lain, pada tanggal 6 November dan tanggal 7 November ada