i
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Irene Ika Kusuma Yunita
101134008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Irene Ika Kusuma Yunita
101134008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD
ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW II
Oleh:
Irene Ika Kusuma Yunita
NIM: 101134008
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
(Drs. Y.B. Adimasana, M.A) Tanggal 26 Mei 2014
Tanggal 28 Mei 2014 Pembimbing II,
iii
SKRIPSI
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD ATAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
Disusun oleh
Irene Ika Kusuma Yunita
NIM: 101134008
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
Pada tanggal 12 Juni 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama lengkap Tanda Tangan
Ketua : Gregorius Ari Nugrahanta,S.J., S.S., BST., M.A.
Sekretaris : E. Catur Rismiati,S.Pd., M.A. Ed.D.
Anggota 1 : Drs. Y.B. Adimasana, M. A.
Anggota 2 : Rusmawan, S.Pd., M.Pd.
Anggota 3 : Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A.
Yogyakarta 12 Juni 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi setiap
langkahku.
Kedua orang tuaku, Bapak Yohanes Budi Nurseto dan Ibu
Helena Ni Made Hariantini.
Adikku, Angelina Lintang Venta Dewanti
Mbah Putri dan Mbah kakung
Kekasihku, I Made Denistya Bagas Sayogi
Keluarga besarku
Sahabatku, Septi Widiasari
Serta rekan-rekan seperjuangan almamaterku
Yang telah memberikan inspirasi dan motivasi, atas dukungan
v
HALAMAN MOTTO
Bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan
kepadamu apa yang diinginkan hatimu
Mazmur 37: 4
Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan
doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal
itu akan diberikan kepadamu
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis ini tidak
memuat hasil karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Juni 2014
Yang menyatakan,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Irene Ika Kusuma Yunita
NIM : 101134008
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang
berjudul: PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD
ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW II kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 12 Juni 2014
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Yunita, Irene Ika Kusuma. (2014). Perbedaan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar atas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum diketahuinya perbedaan prestasi belajar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II atau kelompok eksperimen dan yang tidak menggunakannya atau kelompok kontrol dalam hal prestasi belajar siswa khususnya kelas IV SD pada mata pelajaran IPS materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
Penelitian ini merupakan quasi eksperimental dengan populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan pada tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 56. Sampel penelitian untuk kelompok eksperimen adalah kelas IV A dengan jumlah siswa 28 dan sampel penelitian untuk kelompok kontrol adalah kelas IV B dengan jumlah siswa 28. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes tertulis objektif (pretest dan posttest) pada setiap kelompok. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS 20 dan melalui 3 langkah yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji beda posttest menggunakan
independent t-test pada masing-masing kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
dengan kelompok yang tidak menggunakannya dalam hal prestasi belajar siswa yang menunjukkan sebesar 0,003 atau < 0,05. Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPS kelas IV SD dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.
ix
ABSTRACT
Yunita, Irene Ika Kusuma. (2014). The Difference of Learning Achievement of Social Sciences of Students of Grade IV Elementary School and the Application of Cooperative Learning Model of Jigsaw I Type. Minithesis. Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher, University of Sanata Dharma.
The background of this study because unknown the difference of learning achievement of social sciences of students of grade IV elementary school and the application of cooperative learning model Jigsaw II type. This study was conducted to know the difference between classes using model of cooperative learning type of
Jigsaw II or experimental group and classes that did not use it or controlled groups achievement in term of students learning achievement, especially for grade of IV elementary school in the subject of social sciences concerning about economical activities related to the natural resources and other potentials in the region.
The used kind of research was quasy experimental with the population of all students of grade IV elementary school of Kanisius Sorowajan, academic year of 2013/2014 that consisted of 56 students. The sample of experimental group was grade IVA consisting of 28 studentss and sample of controlled group was grade IVB consisting of 28 students. The collecting data technic used objective written tests (pretest and posttest) performed in all groups. We performed data analysis by using program of SPPS and conducted through 3 stages: test of normality, test of homogenity, and differential test of posttest using independent sample t-test in all groups.
The study results showed that it existed a significant difference between group that used the cooperative learning model of jigsaw II type and group that did not use it in term of learning achievement that rated of 0.003 or <0.05. Based on it, it could be concluded that it existed a different learning achievement of social sciences in grade IV of elementary school students with the application of cooperative learning model of jigsaw II type.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
penyertaan dan berkat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbedaan Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Mata Pelajaran IPS SD” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak mungkin
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., dosen pembimbing I, yang telah memberikan
arahan, dorongan semangat, serta sumbangan pemikiran yang peneliti butuhkan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Rusmawan,S.Pd., M.Pd. , dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan
ide, saran, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna selama penelitian
maupun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Suwardi, S.Pd., kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan yang telah memberikan
izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini di kelas IV SD Kanisius
Sorowajan.
7. Rosalia Septi Wulansari, S.Pd., wali kelas IV A yang telah memberikan bantuan
xi
8. Alexandra Sandra Kusmainah, S.Pd., wali kelas IV B yang telah memberikan
masukan dan bantuan waktu kepada peneliti.
9. Siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan yang telah bersedia menjadi subjek
dalam penelitian ini.
10.Bapak dan ibu yang telah memberikan fasilitas serta support yang tidak pernah
berhenti selama melakukan penelitian ini.
11.Teman-teman peneliti, terutama teman-teman kelompok penelitian kolaboratif
yang telah memberikan masukan ide, semangat, dan dorongan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyatakan bahwa skripsi ini mash jauh dari kesempurnaan. Semoga
skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membaca. Terima Kasih.
Yogyakarta, 12 Juni 2014
Peneliti,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
2.1.1.1 Pengertian Belajar... 9
xiii
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran kooperatif ... 14
2.1.2.3 Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 15
2.1.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II... 15
2.1.3 Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II……… 23
2.1.3.1 Orientasi... 24
2.1.3.2 Pengelompokan ... 24
2.1.3.3 Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Ahli ... 25
2.1.3.4 Diskusi Kelompok Ahli dalam Grup ... 25
2.1.3.5 Tes (Penilaian) ... 25
2.1.3.6 Pengakuan Kelompok ... 26
2.1.4 Hakekat Pembelajaran IPS di SD ... 26
2.1.4.1 Pengertian IPS ... 27
2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran IPS di SD ... 28
2.1.4.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 28
2.1.4.4 Materi Ajar ... 29
2.2 Kajian Penelitian Relevan ... 31
xiv
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.4 Variabel Penelitian ... 44
3.5 Definisi Operasional ... 45
3.6 Instrumen Penelitian ... 45
3.7 Validitas dan Reliabilitas ... 47
3.7.1 Validitas Instrumen ... 47
3.7.1.1Validitas Konstruk ... 48
3.7.1.2Validitas Isi ... 48
3.7.1.3Validitas Empiris ... 49
3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 51
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.9 Teknik Analisis Data ... 52
3.9.1 Statistik Deskriptif ... 53
3.9.2 Statistik Inferensial ... 54
3.9.2.1Uji Asumsi ... 55
3.9.2.2Uji Hipotesis... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 58
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 58
4.1.1.1 Data Prestasi Belajar ... 59
4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 59
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 60
4.1.2.2 Uji Homogenitas ... 65
4.1.2.3 Uji Beda Pretest ... 65
4.1.2.4 Uji Hipotesis ... 65
xv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 73
5.3 Saran ... 74
xvi
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1. Jadwal Penelitian... 41
Tabel 2. Waktu Pengambilan Data ... 42
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 46
Tabel 4. Kriteria Interpretasi Skor ... 48
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 50
Tabel 6. Reliabilitas ... 51
Tabel 7. Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 51
Tabel 8. Pengumpulan Data Variabel Prestasi Belajar ... 52
Tabel 9. Data Prestasi Belajar ... 59
Tabel 10. Data Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ... 61
Tabel 11. Data Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol... 62
Tabel 12. Data Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen... 63
Tabel 13. Data Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... 64
Tabel 14. Perbandingan Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 65
Tabel 15. Uji Beda Pretest ... 66
Tabel 16. Perbandingan Rata-Rata Skor Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel Prestasi Belajar ... 68
Tabel 17. Rangkuman Homogenitas Pretest ... 69
Tabel 18. Rangkuman Pretest dan Posttest ... 69
Tabel 19. Rangkuman Perbandingan Skor Posttest ... 69
xvii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Literatur Map ... 36
Gambar 2. Desain Penelitian ... 40
Gambar 3. Variabel Penelitian ... 44
Gambar 4.Kurva Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ... 61
Gambar 5. Kurva Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol ... 62
Gambar 6. Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen ... 63
Gambar 7. Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... 64
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 78
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 79
Lampiran 3. Silabus Kelompok Eksperimen ... 80
Lampiran 4. Silabus Kelompok Kontrol ... 89
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 96
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 115
Lampiran 7. Lembar Evaluasi ... 133
Lampiran 8. Materi Ajar ... 136
Lampiran 9. Validasi Instrumen ... 158
Lampiran 10. Hasil Rekap Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen .. 168
Lampiran 11. Hasil Rekap Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 170
Lampiran 12. Analisis Data Penghitungan Prestasi Belajar... 172
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Proses Jigsaw II ... 174
Lampiran 14. Hasil Expert Judgement ... 175
Lampiran 15. Foto Pelaksanaan Penelitian ... 186
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan perilaku manusia khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan memang
membuat kehidupan masyarakat menjadi semakin modern dan praktis karena sarana
komunikasi yang semakin berkembang memungkinkan masyarakat mengakses
informasi dari berbagai belahan dunia secara cepat. Akan tetapi perkembangan global
ini diiringi pula dengan berbagai permasalahan sosial. Banyaknya kriminalitas
merupakan salah satu contoh dari permasalahan yang terjadi karena ketidakmampuan
masyarakat bersaing dalam era globalisasi. Indonesia sebagai negara berkembang
turut terpengaruh dengan pesatnya perkembangan global. Permasalahan yang timbul
pun begitu kompleks baik terkait kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya,
kemasyarakatan, termasuk permasalahan kualitas pendidikan yang masih jauh
ketinggalan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Kualitas bangsa tentu dapat
ditengok dari seberapa berkualitas pendidikan yang dihasilkan. Untuk mendapatkan
pendidikan yang baik salah satu faktor kunci keberhasilan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus
dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Kegiatan pendidikan
yang baik harus direncanakan dengan baik.
Kurikulum merupakan hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan
pendidikan. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang
Melalui kurikulum yang dirancang lembaga pendidikan tercantum berbagai mata
pelajaran yang diharapkan tidak hanya memberikan sekedar pengetahuan namun
bekal untuk menghadapi pengaruh globalisasi dengan berbagai tantangan dan
pengaruh negatif. Kurikulum untuk sekolah dasar menetapkan IPS sebagai salah satu
mata pelajaran yang diberikan kepada siswa secara umum dimaksudkan dengan
tujuan untuk menghadapi tantangan zaman atau pengaruh globalisasi. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendiknas) nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi, melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk menjadi warga
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai.
Peserta didik akan menghadapi tantangan yang semakin berat karena masyarakat
global yang mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS
diadakan dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis. Penyampaian materi pembelajaran tidak lepas dari
campur tangan pendidik atau guru dalam upaya memaksimalkan perkembangan
peserta didik. Terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki guru sebagaimana yang
dikemukakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen yaitu; (1) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran, (2) kompetensi kepribadian yang menunjukkan sikap
yang baik dalam membantu siswa belajar, (3) kompetensi sosial merupakan
merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan. Oleh karena itu guru
khususnya guru mata pelajaran IPS diharapkan memiliki pemahaman yang baik
tentang ilmu-ilmu sosial yang tidak hanya menguasai wawasan yang luas terhadap
konsep IPS namun juga memiliki keterampilan tentang kiat-kiat mendidik atau
mengajar.
Telah terjadi pergeseran dalam pandangan masyarakat dimana pembelajaran
yang dulunya bersifat teacher centered atau berpusat pada guru kini berubah menjadi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student centered. Seperti yang
diungkapkan Harsanto (2007:16) bahwa proses pembelajaran yang baik dirancang
oleh siswa, dari siswa dan untuk siswa (student centered). Jika dahulu guru lebih
banyak menuangkan apa yang ada dalam pikirannya kepada siswa lewat metode
ceramah, sekarang sudah banyak metode interaktif yang dikembangkan untuk
memberikan pembelajaran yang lebih bermakna. Maka munculah alternatif-alternatif
mengajar bagi guru yang menuntut guru berkreasi menciptakan suatu pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswanya. Hal itu sejalan dengan teori konstruktivisme
yang dikemukakan Vygotsky dalam Suparno (1997:48) yang menyatakan bahwa
“pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia.” Manusia mengkonstruksi
pengetahuan mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka.
Suatu pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan itu dapat berguna untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Namun
kenyataan dilapangan menunjukkan banyak kendala yang dihadapi guru khususnya
Kebanyakan guru memilih menggunakan strategi mengajar yang berpusat pada guru
(teacher centered) dimana kegiatan pembelajaran berpusat pada guru yang aktif dan
siswa cenderung pasif. Hal ini menyebabkan pembelajaran IPS dianggap
membosankan karena sebagian besar merupakan hapalan dan rangkaian teori-teori
yang hanya diterima mentah-mentah oleh siswa. Banyak siswa yang akhirnya hanya
sekedar hafal namun tidak mendalami makna dari apa yang dihafalkan. Akhirnya
siswa kebanyakan berpandangan bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran
yang monoton dan membosankan. Semakin lama pelajaran IPS akan dianggap
pelajaran membosankan sehingga siswa menganggap tidak ada pelajaran hidup atau
kegunaan yang dapat dipetik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bertolak dari 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, maka seorang guru
memiliki tanggung jawab baik dari segi prestasi akademik siswa maupun membangun
karakter siswa agar dapat menjadi pribadi yang tangguh di masa depan. Sesuai
dengan tujuan pembelajaran IPS yang telah dikemukakan diatas, guru haruslah
mampu mengoptimalkan 4 kompetensinya dalam proses pembelajaran. Guru yang
baik mampu menciptakan pembelajaran bermakna bagi siswanya. Tentunya banyak
faktor yang menyebabkan pembelajaran menjadi lebih berrmakna, antara lain cara
atau gaya mengajar guru yang menyenangkan, media yang menarik bagi siswa,
maupun kesesuaian dalam menerapkan model pembelajaran.
Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
digunakan dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif. Sugiyanto
(2010:37) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif adalah sistem
pengajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Sesuai dengan
namanya, pembelajaran ini mengedepankan pencapaian tujuan pembelajaran melalui
mekanisme kerjasama antar siswa. Model pembelajaran ini didasari konsep bahwa
siswa akan lebih mudah memahami sesuatu apabila saling berdiskusi atau bertukar
pendapat dengan temannya. Siswa melalui kegiatan diskusi mampu mengasah
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah khususnya dalam mata pelajaran IPS
yang terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang
mengarahkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lain dalam memecahkan persoalan pembelajaran ini memiliki banyak macam
atau tipe. Salah satu tipe yang bisa di gunakan adalah tipe jigsaw.
Beberapa penelitian terdahulu tentang pembelajaran kooperatif tipe tipe jigsaw
menjelaskan bahwa setiap anggota memiliki peran sehingga setiap anggota kelompok
akan bertanggung jawab pada tugas-tugas yang dibebankan kepadanya lalu siswa
berbagi pengetahuan dan informasi dengan teman-temannya yang lain. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok sejumlah 4-5 orang siswa yang heterogen baik dari jenis kelamin,
kemampuan berpikir, latar belakang ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan
siswa tidak hanya belajar dari buku saja melainkan melalui teman-temannya. Banyak
penelitian terdahulu yang membahas mengenai penggunaan model pembelajaran
kooperatif khususnya tipe jigsaw.
Penelitian yang diadakan Mustamiin (2013:3) melihat bahwa pembelajaran IPS
masih banyak menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga kurang
meningkatkan motivasi berprestasi siswa. kemudian penelitian ini melihat bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ternyata terdapat perbedaan
motivasi dan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Motivasi dan hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ternyata lebih
tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Tidak
berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan Gusti Bagus Wacika (2013:11) yang
meneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar IPS ditinjau dari sikap sosial dalam pembelajaran IPS. Kesimpulan dari
penelitian ini kurang lebih juga sama yaitu terdapat pengaruh hasil belajar IPS yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada, kebanyakan peneliti memilih
sebut tipe jigsaw I. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di bagi menjadi tiga
tipe yaitu tipe jigsaw I, tipe Jigsaw II, dan tipe Jigsaw III. Berdasarkan pengamatan,
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan berbagai macam
kekhasannya masih jarang ditemui di sekolah-sekolah dasar. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melihat perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD antara kelas
atas penerapan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Jigsaw II dan kelas
yang tidak menerapkannya. Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPS yang telah
dipaparkan diatas dan diperkuat dengan penelitian-penelitian yang terdahulu maka
peneliti tertarik mengangkat topik mengenai “ Perbedaan Prestasi Belajar IPS Siswa
Kelas IV SD atas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II.”
1.2 Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini pada perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas
IV SD atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam mata
pelajaran IPS kelas IV semester 2 kompetensi dasar 2.1 mengenai mengenal aktivitas
ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD
antara kelompok yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS
siswa kelas IV SD atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.1.1Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap prestasi
belajar IPS.
1.5.1.2Memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan mengenai model
pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.1.1Memberikan manfaat bagi orang tua maupun pendidik dan pihak sekolah
mengenai pembelajaran kooperatif sehingga dapat memberikan dukungan positif
pada siswa.
1.5.2.2Memotivasi guru agar mampu memanfaatkan dengan maksimal model-model
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar
2.1.1.1Pengertian Belajar
Belajar adalah kata yang sudah ada sejak dahulu dalam masyarakat.
Pengertian para ahli tentang belajar juga beragam tergantung dari bidang dan keahlian
masing-masing. Para penulis umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari
sebuah pengalaman. Bahri (2011:13) mengartikan belajar sebagai serangkaian
kegiatan baik jiwa maupun raga yang bertujuan memperoleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang menyangkut tiga
ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor maka dari itu belajar adalah suatu
proses. Proses yang dimaksud adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu
hasil atau tujuan dimana belajar tidak hanya soal mengingat tapi juga pengalaman
(Hamalik, 200:27).
Belajar juga merupakan sebuah proses yang kompleks seperti yang
dikemukakan Siregar (2010:4) dimana terkandung beberapa aspek yaitu
bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan
mereproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan
dan mengaitkannya dengan realitas, serta adanya perubahan sebagai pribadi.
seperti yang diungkapkan Hamalik (200:28) yang menyatakan bahwa belajar adalah
memperoleh pengetahuan serta latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis.
Seperti yang dikemukakan diatas, pengertian belajar lebih tertuju pada proses dan
bukan pada hasil semata. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Suyono dan
Hariyanto (2011:9) tentang belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk
mendapatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan memperbaiki perilaku, sikap,
dan mengokohkan kepribadian. Berdasarkan berbagai perspektif atau pandangan para
ahli mengenai pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan sehingga
menghasilkan perubahan. Aktivitas mental yang dialami merupakan suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan keprobadian.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa belajar mengakibatkan perubahan terhadap
tingkah laku maka beberapa perubahan yang terjadi dalam belajar diantaranya
perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar yang bersifat
fungsional, perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif, perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Bahri, 2002:15). Perubahan yang
terjadi secara sadar maksudnya adalah setiap individu menyadari bahwa telah terjadi
perubahan dalam dirinya entah itu pengetahuan yang bertambah, keterampilan yang
bertambah ataupun kecakapan yang bertambah. Siregar (2011: 5) menyatakan bahwa
(psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif). Perubahan dalam belajar juga bersifat
fungsional maksudnya perubahan terjadi terus menerus dalam diri individu, tidak
berlangsung sesaat saja melainkan menetap dan dapat disimpan. Selanjutnya
perubahan dalam belajar juga bersifat positif dan aktif dimana perubahan tersebut
akan tertuju pada sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Maka dari itu perubahan
dalam belajar tidak terjadi begitu saja melainkan melalui usaha dan interaksi yang
baik dengan lingkungan dan tidak semata-mata dikarenakan pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, kelelahan ataupun sakit. Perubahan dalam belajar akan bersifat menetap
atau permanen dimana tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap. Perubahan tingkah laku ini juga terjadi karena adanya tujuan yang dicapai.
Hal tersebut tumbuh dari motivasi individu yang berkelanjutan yang memiliki tujuan
dan merupakan suatu kebutuhan (Hamalik, 2003:31). Perubahan dalam belajar akan
mencakup seluruh aspek tingkah laku dimana jika seseorang belajar sesuatu maka ia
akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik dalam hal sikap
kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
2.1.1.2Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan bagian dari belajar itu sendiri dimana belajar
merupakan suatu proses dan hasil dari proses tersebut adalah prestasi belajar.
Menurut Arifin (2009:12) prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar dimana
prestasi belajar berhubungan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar
prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan serta sikap seseorang dalam
menyelesaikan masalah dalam bidang pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Winkel (dalam Hartanto, 2011:9) tentang prestasi belajar yaitu suatu bukti
dari keberhasilan siswa dalam belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Masidjo
(dalam Wahyu, 2010:8) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil dari proses
belajar yang memiliki kekhasan dan dilakukan dengan sengaja sebagai hasil dari
pengukuran proses belajar. Pengukuran proses pembelajaran tersebut dilaksanakan
dalam suatu tes evaluasi hasil belajar. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa berdasarkan
kemampuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang mengakibatkan
perubahan dari individu sebagai hasil dari apa yang telah dipelajari yang merupakan
pengalaman yang bermakna.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
2.1.2.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Adanya model pembelajaran kooperatif didasari falsafah yang menekankan
bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Seperti yang diutarakan Lie (2002:28) dimana
kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan makhluk
hidup. Slavin (2005) menyatakan bahwa belajar kooperatif adalah kegiatan belajar
siswa bersama, saling menyumbangkan pikiran, dan memiliki tanggung jawab dalam
pencapaian hasil belajar baik secara individu maupun kelompok. Belajar kooperatif
Trianto (2009:56) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan belajar dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat namun heterogen baik dari segi
kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan diharapkan satu sama lain dapat saling
membantu dan melengkapi. Artzt dan Newman (dalam Trianto, 2009) menyatakan
bahawa dalam belajar kooperatif siswa melakukan kerja sama sebagai satu kelompok
atau satu tim dan menyelesaikan tugas-tugas kelompok dan memiliki tujuan yang
sama.
Pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kolompok
siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini guru diharapkan mampu membentuk
kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggota dapat
bekerjasama untuk memaksimalkan kemampuannya sendiri dan juga teman-teman
satu kelompok. Singkatnya, model pembelajaran kooperatif mengacu pada model
pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil dan
saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif berlandaskan teori
konstruktivisme dimana pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah memahami sesuatu yang sulit apabila mereka saling berbagi dan berdiskusi
dengan temannya. Melalui pembelajaran kooperatif siswa belajar
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya.
Keterampilan-keterampilan tersebut misalnya menjadi pendengar yang aktif dan
2.1.2.2Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim (2000) model pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan
pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan
individu,dan pengembangan keterampilan sosial. Pokok utama dari pembelajaran
kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada
kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok bukan hanya individu sehingga hanya dapat dicapai apabila
semua anggota kelompok dapat menguasai materi dan mencapai tujuan. Johnson
(dalam Trianto, 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok dari belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi terutama dalam
bidang akademik serta pemahaman pengetahuan baik secara individu maupun
kelompok. Selain itu dalam belajar kooperatif siswa dapat belajar memperbaiki
hubungan antar para siswa dengan latar belakang berbeda dan mampu lebih mengenal
dan saling menghargai satu sama lain.
2.1.2.3Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2010:31) terdapat lima
unsur yang menjadi prinsip model pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil
yang maksimal. Lima unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses
kelompok. Unsur pertama yaitu mengenai saling ketergantungan positif adalah
anggota dalam kelompok. Maka dari itu setiap anggota kelompok merasa terikat dan
memiliki ketergantungan positif. Unsur selanjutnya adalah tanggung jawab
perseorangan yaitu setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk menguasai materi
sebab keberhasilan kelompok juga ditentukan dari seberapa besar sumbangan yang
diberikan setiap individunya. Tatap muka adalah unsur model pembelajaran
kooperatif selanjutnya dimana dalam belajar kelompok setiap individu harus
memiliki kesempatan bertemu atau bertatap muka dan melakukan diskusi.
Selanjutnya adalah komunikasi antar anggota dimana setiap individu akan saling
bertatap muka maka keterampilan berkomunikasi sangatlah penting. Unsur terakhir
adalah evaluasi proses kelompok untuk melihat sejauh mana keberhasilan belajar
dalam kelompok melalui proses kerja kelompok.
2.1.2.4Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
1. Definisi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah jigsaw. Pola cara kerja
tipe jigsaw adalah zigzag (seperti gergaji) dimana siswa melakukan suatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain. Secara umum tipe jigsaw ini
mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang
yamg heterogen, saling bekerjasama, ketergantungan positif, serta bertanggung
jawab. Lie (2010: 69) menjelaskan bahwa teknik jigsaw biasa digunakan dengan
mengkombinasikan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun
seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama, dan
Bahasa. Dalam teknik jigsaw guru harus memperhatikan karakteristik siswa dan
menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Selain itu dengan kerja kelompok
siswa mempunyai banyak kesempatan untuk memperoleh informaasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Menurut Mel Siberman (2001: 60) teknik
jigsaw adalah teknik yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari
kelompok ke kelompok dan yang membedakan adalah setiap siswa ditugaskan
menguasai materi dan mengajarkan materi tersebut. Kemudian setiap peserta didik
mengkombinasikan materi yang telah dikuasai dengan materi yang dipelajari dari
peserta didik lainnya. Tipe jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
diadaptasi oleh Slavin.
Gambaran umum kegiatan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw adalah
langkah pertama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya
beranggotakan 5-6 orang. Materi yang diberikan kepada siswa berupa teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa subbab. Kemudian setiap anggota kelompok ditugaskan
membaca subbab dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Anggota kelompok
lain yang mempelajari subbab yang sama kemudian bertemu dan membentuk
kelompok yang disebut kelompok ahli dan mendiskusikannya. Selanjutnya setiap
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bertugas mengajar
Teknik jigsaw memiliki beberapa tipe yaitu tipe jigsaw I, Jigsaw II, dan
Jigsaw III. Pada penelitian ini tipe jigsaw yang akan dibahas adalah tipe Jigsaw II.
Jigsaw tipe II yang dikembangkan oleh Slavin memiliki sedikit perbedaan. Menurut
Slavin ( 2008:237) Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dibahas
adalah yang berbentuk narasi tertulis. Teknik jigsaw ini dianggap paling sesuai
dengan subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, atau ilmu pengetahuan
ilmiah yang tujuan pembelajarannya lebih menekankan pada penguasaan konsep
daripada penguasaan kemampuan. Sumber belajar dalam Jigsaw II ini biasanya
berupa sebuah bab, cerita, biografi ataupun materi-materi narasi atau deskripsi serupa.
Secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam segi kemampuan.
Hal yang paling mendasari perbedaan tipe jigsawI dan II adalah jika jigsaw I
awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya
sementara konsep-konsep yang lainnya ia dapatkan melalui diskusi dengan teman
kelompoknya. Namun pada Jigsaw II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar
secara keseluruhan sebelum ia belajar spesialisasinya untuk mejadi ahli atau expert.
Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh
mengenai konsep yang akan dibicarakan. Setelah siswa melalui proses belajar maka
diakhir kegiatan, para siswa akan mengikuti kuis yang akan menjadi skor tim.
Kontribusi setiap individu sangat berpengaruh dalam keberhasilan kelompok
sehingga kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan reward dalam
termotivasi untuk dapat mempelajari materi dengan baik dan mau bekerja keras
dalam kelompok ahli supaya dapat membantu kelompoknya melakukan tugas dengan
baik. Setiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan supaya saat penilaian mendapatkan hasil yang baik.
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Trianto (2009:74) mengemukakan langkah-langkah dalam pembelajaran
Jigsaw II menjadi enam langkah yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan
pembinaan kelompok expert, diskusi kelompok ahli dalam grup, tes (penilaian), dan
pengakuan kelompok.
Langkah pertama adalah orientasi dimana guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Guru juga memberikan penekanan
tentang manfaat dari belajar menggunakan teknik Jigsaw II. Selain itu pada langkah
orientasi ini guru juga harus memotivasi siswa agar percaya diri, mau kritis, bisa
bekerjasama dan menghargai teman dalam kelompok. Seluruh peserta didik
kemudian diminta mempelajari konsep secara keseluruhan untuk mendapat gambaran
menyeluruh tentang konsep yang akan dipelajari. Hal ini bisa dilakukan dirumah
untuk menjadi tugas siswa, bisa pula dilakukan disekolah.
Langkah kedua adalah pengelompokan siswa dengan memperhatikan
kemampuan siswa agar setiap kelompok heterogen dimana dalam satu kelompok
saja dalam satu kelas akan di bagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok A,B,C,D,dan
E dimana setiap kelompok berjumlah 4 siswa (apabila jumlah siswa dalam satu kelas
ada 20). Pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen dilakukan dengan
cara memberi indeks 1 pada siswa dalam kelompok yang sangat baik, indeks 2 untuk
kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok
rendah. Pemberian indeks tersebut didasarkan pada rangking atas kemampuan siswa
yang sudah guru buat sebelumnya.Berikut adalah gambaran pengelompokan siswa:
Grup A (A1, A2, A3, A4)
Grup B (B1, B2, B3, B4)
Grup C (C1, C2, C3, C4)
Grup D (D1, D2, D3, D4)
Grup E (E1, E2, E3, E4)
Selanjutnya kelompok tersebut dipecah menjadi kelompok expert yang
merupakan langkah ke tiga dalam teknik Jigsaw II. Kelompok expert atau kelompok
ahli merupakan pecahan dari kelompok asal yang akan mempelajari materi yang akan
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3}
Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}
Tentunya setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang didapat dengan
sebaik mungkin sebelum kembali ke kelompok asal sebagai tim ahli dan peran
pendidik sangat penting pada tahap ini. Dalam diskusi kelompok ahli, guru menunjuk
seorang pemimpin diskusi pada masing-masing kelompok. Pemimpin diskusi tidaklah
harus berasal dari siswa yang memiliki kemampuan sangat baik tetapi semua siswa
mendapatkan kesempatan yang sama. Tugas pemimpin diskusi adalah memoderatori
diskusi, menunjuk anggota kelompok yang mengangkat tangan dan berusaha untuk
melihat bahwa setiap anggota telah berpartisipasi dengan baik. Berikan waktu
secukupnya untuk kelompok ahli mendiskusikan topik-topik mereka dan dalam
diskusi, mereka harus bisa saling bertukar informasi serta harus mencatat semua poin
penting yang telah didiskusikan. Guru harus mengamati jalannya diskusi dan
menyempatkan diri mendatangi setiap kelompok untuk membantu menjawab
Langkah selanjutnya adalah diskusi kelompok ahli dalam grup dimana para
siswa harus kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap mengajarkan
topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Guru kemudian mempersilakan
anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada kelompoknya
masing-masing. Dalam tahap ini diharapkan terjadi proses sharing pengetahuan antar
siswa. Guru harus menekankan pada siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab
untuk mengajarkan teman-temannya dengan baik dan juga menjadi pendengar yang
baik . setiap anggota harus benar-benar menguasai konsep yang dipelajari sehingga
diskusi tidak akan diakhiri apabila ada siswa yang belum paham atau belum
menguasai konsep tersebut. Perlu diperhatikan juga bahwa pembicaraan dalam
diskusi harus dilakukan secara pelan sehingga tidak mengganggu grup lain. Apabila
diskusi sudah selesai makan dapat diakhiri dengan “merayakannya” agar siswa
merasa memperoleh kepuasan. Kegiatan perayaan yang dimaksud bisa
bermacam-macam tergantung situasi kelas misalnya saja dengan bernyanyi bersama.
Kemudian berlanjut ke tahap berikutnya yaitu tes atau penilaian yang
dilakukan secara individu dalam bentuk tes tertulis. Isi dari tes tersebut harus memuat
seluruh konsep yang didiskusikan. Siswa tidak diperbolehkan bekerjasama dalam tes
ini dan jika mungkin setiap tempat duduk diberi jarak. Setelah dilakukan tes atau
penilaian maka pada tahap selanjutnya setiap individu atau mendapatkan skor
melainkan pada seberapa jauh skor melampaui skor rata-rata sebelumnya. Setiap
siswa memberikan kontribusi dalam menyumbangkan skor dalam kelompoknya.
3. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II apabila di bandingkan dengan tipe
jigsaw terdahulu atau tipe jigsaw I yang yang diadaptasi dari Elliot dan Aronson dan
dimodifikasi oleh Slavin menjadi lebih praktis dan mudah. Dalam jigsaw I para siswa
membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya.
Hal ini dimaksudkan dengan tujuan agar para ahli menguasai informasi yang unik,
sehingga membuat tim menghargai kontribusi anggotanya. Akan tetapi terkadang hal
tersebut tidak efektif dikarenakan siswa tidak memiliki gambaran umum tentang
keseluruhan materi yang dipelajarinya. Menurut Slavin (2008:245) kelebihan dari
Jigsaw II adalah seluruh siswa membaca semua materi terlebih dahulu sehingga akan
membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Selain itu jigsaw I menuntut siswa untuk menuliskan kembali tiap bagian agar dapat
dapat memahami materi dan hal tersebut merupakan kebalikan dari Jigsaw II.
Kelebihan lain dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II adalah
selalu ada perayaan disetiap kegiatannya. Perayaan tersebut dimaksudkan sebagai
2.1.3 Pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Mata pelajaran IPS memiliki cakupan materi yang luas dan pada umumnya
berupa sekumpulan teori maupun permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Seringkali hal ini menjadi kendala bagi guru untuk
memberikan pengajaran yang efektif dan dapat dipahami siswa karena cakupannya
yang luas. Salah satu model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru adalah
model pembelajaran kooperatif karena model pembelajaran ini memberikan
kesempatan bagi siswa mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan
ide-ide mereka.
Model pembelajaran kooperatif memungkinkan komunikasi banyak arah yang
memungkinkan terjadinya aktivitas dan kreativitas. Model pembelajaran ini peneliti
terapkan dalam pembelajaran di kelas IV SD Kanisius Sorowajan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada matapelajaran IPS pada materi mengenal
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya. Materi ini memiliki cakupan yang luas dan berupa narasi sehingga model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini sesuai untuk digunakan pada materi ini.
Adapun gambaran langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
menurut Trianto (2009:74) yang peneliti terapkan dalam kelas atau kelompok
2.1.3.1Orientasi
Langkah pertama adalah orientasi dimana guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yaitu mengenai mengenal aktivitas
ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
Guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini. Kemudian guru memberi motivasi kepada
siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Sebelum masuk kedalam kegiatan
kelompok, seluruh siswa diberi kesempatan untuk mempelajari konsep secara
keseluruhan agar memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai materi yang ia
pelajari.
2.1.3.2Pengelompokan
Siswa dikelompokkan berdasarkan taraf kemampuannya dan cakupan materi
yang dipelajari. Jumlah siswa pada kelompok atau kelas eksperimen ada 28 siswa dan
Kelas menjadi 6 kelompok berdasarkan materi yang telah di bagi. Adapun pembagian
materi pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut : (1) Sumber daya alam yang
dapat diperbarui, (2) sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, (3) persebaran
sumber daya alam di Indonesia berupa bahan galian logam, (4) persebaran sumber
daya alam di Indonesia yang berupa bahan galian non logam, (5) persebaran sumber
2.1.3.3Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli (expert)
Siswa membentuk kelompok ahli (expert) dengan format sebagai berikut :
Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3
Ahli 4 Ahli 5
Siswa kemudian berdiskusi dalam kelompok ahli dengan bagian materi yang
menjadi tugas dari masing-masing anggota kelompok.
2.1.3.4Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Siswa dalam kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal dan
mengkomunikasikan hasil diskusi mereka dalam kelompok ahli secara bergantian.
Siswa harus mampu menjelaskan bagian materinya dengan baik sehingga anggota
kelompok yang lain dapat memahami materi tersebut.
2.1.3.5Tes (penilaian)
Pada bagian ini guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai hal-hal
yang belum dipahami siswa. Guru memberikan penguatan kepada siswa, meluruskan
kesalahpahaman, kemudian bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang mereka
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
pelajari hari ini. Guru kemudian membagikan lembar evaluasi yang dikerjakan secara
individu dan memberikan penilaian atau pencapaian skor setiap kelompok.
2.1.3.6Pengakuan kelompok
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor
tertinggi berupa poin yang akan ditotal dan dikumpulkan pada pertemuan terakhir
untuk ditukarkan dengan hadiah. Skor tersebut didapatkan evaluasi individu maupu
peningkatan hasil dari kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dan pertemuan ketiga
memiliki langkah-langkah yang hampir sama dengan pertemuan pertama. Hal yang
membedakan adalah materi yang dibahas dan kegiatan perayaan atau pemberian
hadiah yang dilakukan pada pertemuan terakhir atau pertemuan ketiga. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II memungkinkan siswa untuk mengenal
materi dan memahami kosep materi secara keseluruhan. Selain itu adanya diskusi
dalam kelompok dan sistem kompetisi antar kelompok tentunya memicu siswa untuk
dapat mencapai hasil yang lebih baik sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.1.4 Hakekat Pembelajaran IPS di SD
2.1.4.1Pengertian IPS
IPS merupakan bidang ilmu yang mendalami tentang keadaan sosial yang
sekarang dan masa depan. Ilmu Pengetahuan Sosial berkaitan dengan manusia yang
merupakan makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup.
Supardi (2011:21) menyatakan ilmu sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku dan aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Obyek dari
ilmu sosial adalah manusia dan hubungannya dengan lingkungannya. Ilmu sosial
mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam dan semua perilaku tersebut
merupakan gejala sosial yang menjadi wilayah kajian utama ilmu-ilmu sosial. Ralf
Dahrendorf (dalam Supardan, 2008: 30) menjelaskan bahwa ilmu sosial merupakan
suatu konsep yang ambisius tentang seperangkat disiplin akademik yang memberikan
perhatian pada aspek kemasyarakatan. IPS merupakan mata pelajaran yang
memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial diantaranya ilmu geografi,
sejarah, sosiologi, ekonomi, politik dan pemerintahan, antropologi, serta psikologi.
IPS sendiri diartikan sebagai kumpulan fakta dan peristiwa yang berkaitan dengan
perilaku manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya
yang didasarkan pada pengalaman masa lalu yang menjadi pelajaran untuk masa kini,
dan antisipasi untuk masa yang akan mendatang. Secara umum ilmu pengetahuan
sosial berhubungan dengan kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam
rangka mempertahankan kesejahteraan diri dan juga sesama dalam kehidupan
2.1.4.2Tujuan Pembelajaran IPS di SD
Tujuan mata pelajaran IPS di SD sebagaimana dijabarkan dalam Standar
Kompetensi Kurikulum 2004 antara lain:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
2.1.4.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Dalam penelitian ini akan dibahas materi kelas IV semester 2 mengenai
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
2. Kompetensi Dasar
Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan
2.1.4.4Materi Ajar
Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain didaerahnya.
1. Pengertian Sumber Daya Alam
Sadiman (2008:29) menjelaskan bahwa sumber daya alam merupakan
kekayaan alam di suatu tempat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Berbagai jenis tumbuhan, hewan dan barang tambang termasuk sumber
daya alam. Setiap daerah memiliki sumber daya alam.Sumber daya alam begitu
banyak jenisnya. Semuanya bermanfaat bagi manusia. Secara umum sumber daya
alam dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui:
2. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang dapat
dihasilkan kembali (dilestarikan) setelah kita menggunakannya. Contohnya
adalah berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Sumber daya alam yang selalu
tersedia setiap saat di alam juga termasuk sumber daya alam yang dapat
3. Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang
tidak dapat kita hasilkan kembali setelah kita menggunakannya. Sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui ada yang dapat dihasilkan kembali namun
membutuhkan waktu yang sangat lama. Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui dapat dibedakan menjadi tiga, yakni sebagai berikut:
a. Sumber daya alam mineral logam
b. Sumber daya alam mineral bukan logam (batu-batuan)
c. Sumber daya energi
4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Kegiatan Ekonomi
Semua sumber daya alam bermanfaat bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
dinamakan kegiatan ekonomi. Manusia melakukan berbagai jenis usaha dalam
memanfaatkan sumber daya alam. Sumber daya alam ada yang dapat
dimanfaatkan atau dikonsumsi secara langsung. Namun ada pula sumber daya
alam yang harus diolah terlebih dahulu. Maka dilakukanlah usaha pengolahan
atau produksi. Seperti usaha mengolah sawah dan kebun, usaha kerajinan dan
industri. Selain itu agar sumber daya alam dan hasil pengolahannya dapat tersebar
di berbagai tempat dilakukan upaya distribusi. Usaha ini dinamakan usaha
5. Bentuk Kegiatan Ekonomi
Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam
antara lain Pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kerajinan, perdagangan,
perindustrian, jasa, dan pertambangan.
6. Pengaruh Kondisi Alam Terhadap Kegiatan Ekonomi
Bentuk alam beserta sumber daya alam yang terdapat di dalamnya bepengaruh
terhadap mata pencaharian masyarakat. Misalnya desa yang berupa dataran
rendah yang tanahnya subur pada umumnya penduduknya bermata pencarian
sebagai petani. Penduduk yang tinggal di pegunungan biasanya berkebun tanaman
keras ataupun sayuran. Sedangkan penduduk yang tinggal di daerah pantai maka
kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan Penduduk yang tinggal di
wilayah yang memiliki sumber bahan tambang, kebanyakan juga terlibat di
proyek penambangan.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Pada bagian ini akan di paparkan beberapa hasil penelitian yang relevan.
2.2.2 Penelitian yang dilakukan Olyn Suyanti Darmada, Ngurah Semara Putra, dan
I Gede Meter dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV di SDN 1 dan 2 Rendang “
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Penelitian eksperimen semu ini mengambil sampel
penelitian sebanyak 88 orang dari seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 dan SD Negeri
2 Rendang di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbeda
dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain dilihat dari
rata-rata hitung, ternyata kelompok eksperimen (siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol (siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional). Kesimpulan
dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar IPS siswa
yang dibuktikan dengan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Rendang selaku
kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
lebih tinggi daripada hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Rendang selaku
kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Bagus Wacika, Nyoman Dantes, dan I
Wayan Lasmawan dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS ditinjau dari Sikap Sosial dalam Pembelajaran IPS
pada Siswa Kelas V di SDN Panjer” bertujuan menguji pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari sikap sosial dalam
desain eksperimen ini memiliki tiga variabel yaitu model pembelajaran kooperatif
jigsaw sebagai variabel bebas, sikap sosial sebagai variabel moderator, dan hasil
belajar IPS sebagai variabel terikat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif jigsaw dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran kovensional.
Selain itu hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
jigsaw lebih tinggi dari siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional setelah sikap sosial dikendalikan. Kesimpulan yang terakhir adalah
terdapat kontribusi sikap sosial terhadap hasil belajar IPS siswa baik yang mengikuti
pembelajaran kooperatif jigsaw maupun model pembelajaran konvensional.
2.2.3 Penelitian M. Zainal Mustamiin, I Wayan Lasmawan, dan I Nengah Bawa
Atmaja yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe
Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS ditinjau dari Motivasi Berprestasi” bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terhadap hasil belajar IPS dan motivasi berprestasi. Penelitian yang melibatkan
sampel sebanyak 80 orang siswa ini mendapatkan hasil analisis sebagai berikut.
Pertama, terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan kelompok yang mengikuti tipe
konvensional. Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan
motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS. Ketiga, terdapat perbedaan hasil
dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi. Keempat, terdapat perbedaan hasil belajar IPS
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa
yang mengikuti model konvensional pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah.
2.2.4 Penelitian Rochmad Noor Haryanta yang berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar
IPS siswa atas Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan dalam hal prestasi belajar IPS antara
kelompok yang menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw II dan yang tidak
menggunakan Jigsaw II. Penelitian ini melibatkan 29 orang sampel kelompok
eksperimen dan 27 sampel kelompok kontrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hal prestasi belajar IPS antara kelompok
yang menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw II dan yang tidak mengunakan
metode kooperatif tipe Jigsaw II. Hal tersebut dilihat dari harga sig. (2-tailed) adalah
0,000 atau < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya terdapat perbedaan
antara skor posttest pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol. Dapat
dikatakan juga bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar.
Hasil penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa penggunaan model