• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.3 Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2010:31) terdapat lima

unsur yang menjadi prinsip model pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil

yang maksimal. Lima unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, tanggung

jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses

kelompok. Unsur pertama yaitu mengenai saling ketergantungan positif adalah

anggota dalam kelompok. Maka dari itu setiap anggota kelompok merasa terikat dan

memiliki ketergantungan positif. Unsur selanjutnya adalah tanggung jawab

perseorangan yaitu setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk menguasai materi

sebab keberhasilan kelompok juga ditentukan dari seberapa besar sumbangan yang

diberikan setiap individunya. Tatap muka adalah unsur model pembelajaran

kooperatif selanjutnya dimana dalam belajar kelompok setiap individu harus

memiliki kesempatan bertemu atau bertatap muka dan melakukan diskusi.

Selanjutnya adalah komunikasi antar anggota dimana setiap individu akan saling

bertatap muka maka keterampilan berkomunikasi sangatlah penting. Unsur terakhir

adalah evaluasi proses kelompok untuk melihat sejauh mana keberhasilan belajar

dalam kelompok melalui proses kerja kelompok.

2.1.2.4Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

1. Definisi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah jigsaw. Pola cara kerja

tipe jigsaw adalah zigzag (seperti gergaji) dimana siswa melakukan suatu kegiatan

belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain. Secara umum tipe jigsaw ini

mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang

yamg heterogen, saling bekerjasama, ketergantungan positif, serta bertanggung

jawab. Lie (2010: 69) menjelaskan bahwa teknik jigsaw biasa digunakan dengan

mengkombinasikan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun

seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama, dan

Bahasa. Dalam teknik jigsaw guru harus memperhatikan karakteristik siswa dan

menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Selain itu dengan kerja kelompok

siswa mempunyai banyak kesempatan untuk memperoleh informaasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Menurut Mel Siberman (2001: 60) teknik

jigsaw adalah teknik yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari

kelompok ke kelompok dan yang membedakan adalah setiap siswa ditugaskan

menguasai materi dan mengajarkan materi tersebut. Kemudian setiap peserta didik

mengkombinasikan materi yang telah dikuasai dengan materi yang dipelajari dari

peserta didik lainnya. Tipe jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

diadaptasi oleh Slavin.

Gambaran umum kegiatan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw adalah

langkah pertama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya

beranggotakan 5-6 orang. Materi yang diberikan kepada siswa berupa teks yang telah

dibagi-bagi menjadi beberapa subbab. Kemudian setiap anggota kelompok ditugaskan

membaca subbab dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Anggota kelompok

lain yang mempelajari subbab yang sama kemudian bertemu dan membentuk

kelompok yang disebut kelompok ahli dan mendiskusikannya. Selanjutnya setiap

anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bertugas mengajar

Teknik jigsaw memiliki beberapa tipe yaitu tipe jigsaw I, Jigsaw II, dan

Jigsaw III. Pada penelitian ini tipe jigsaw yang akan dibahas adalah tipe Jigsaw II.

Jigsaw tipe II yang dikembangkan oleh Slavin memiliki sedikit perbedaan. Menurut

Slavin ( 2008:237) Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dibahas

adalah yang berbentuk narasi tertulis. Teknik jigsaw ini dianggap paling sesuai

dengan subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, atau ilmu pengetahuan

ilmiah yang tujuan pembelajarannya lebih menekankan pada penguasaan konsep

daripada penguasaan kemampuan. Sumber belajar dalam Jigsaw II ini biasanya

berupa sebuah bab, cerita, biografi ataupun materi-materi narasi atau deskripsi serupa.

Secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam segi kemampuan.

Hal yang paling mendasari perbedaan tipe jigsawI dan II adalah jika jigsaw I

awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya

sementara konsep-konsep yang lainnya ia dapatkan melalui diskusi dengan teman

kelompoknya. Namun pada Jigsaw II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar

secara keseluruhan sebelum ia belajar spesialisasinya untuk mejadi ahli atau expert.

Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh

mengenai konsep yang akan dibicarakan. Setelah siswa melalui proses belajar maka

diakhir kegiatan, para siswa akan mengikuti kuis yang akan menjadi skor tim.

Kontribusi setiap individu sangat berpengaruh dalam keberhasilan kelompok

sehingga kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan reward dalam

termotivasi untuk dapat mempelajari materi dengan baik dan mau bekerja keras

dalam kelompok ahli supaya dapat membantu kelompoknya melakukan tugas dengan

baik. Setiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk mendapatkan informasi

yang diperlukan supaya saat penilaian mendapatkan hasil yang baik.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

Trianto (2009:74) mengemukakan langkah-langkah dalam pembelajaran

Jigsaw II menjadi enam langkah yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan

pembinaan kelompok expert, diskusi kelompok ahli dalam grup, tes (penilaian), dan

pengakuan kelompok.

Langkah pertama adalah orientasi dimana guru menyampaikan tujuan dari

pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Guru juga memberikan penekanan

tentang manfaat dari belajar menggunakan teknik Jigsaw II. Selain itu pada langkah

orientasi ini guru juga harus memotivasi siswa agar percaya diri, mau kritis, bisa

bekerjasama dan menghargai teman dalam kelompok. Seluruh peserta didik

kemudian diminta mempelajari konsep secara keseluruhan untuk mendapat gambaran

menyeluruh tentang konsep yang akan dipelajari. Hal ini bisa dilakukan dirumah

untuk menjadi tugas siswa, bisa pula dilakukan disekolah.

Langkah kedua adalah pengelompokan siswa dengan memperhatikan

kemampuan siswa agar setiap kelompok heterogen dimana dalam satu kelompok

saja dalam satu kelas akan di bagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok A,B,C,D,dan

E dimana setiap kelompok berjumlah 4 siswa (apabila jumlah siswa dalam satu kelas

ada 20). Pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen dilakukan dengan

cara memberi indeks 1 pada siswa dalam kelompok yang sangat baik, indeks 2 untuk

kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok

rendah. Pemberian indeks tersebut didasarkan pada rangking atas kemampuan siswa

yang sudah guru buat sebelumnya.Berikut adalah gambaran pengelompokan siswa:

Grup A (A1, A2, A3, A4)

Grup B (B1, B2, B3, B4)

Grup C (C1, C2, C3, C4)

Grup D (D1, D2, D3, D4)

Grup E (E1, E2, E3, E4)

Selanjutnya kelompok tersebut dipecah menjadi kelompok expert yang

merupakan langkah ke tiga dalam teknik Jigsaw II. Kelompok expert atau kelompok

ahli merupakan pecahan dari kelompok asal yang akan mempelajari materi yang akan

Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}

Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2}

Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3}

Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}

Tentunya setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang didapat dengan

sebaik mungkin sebelum kembali ke kelompok asal sebagai tim ahli dan peran

pendidik sangat penting pada tahap ini. Dalam diskusi kelompok ahli, guru menunjuk

seorang pemimpin diskusi pada masing-masing kelompok. Pemimpin diskusi tidaklah

harus berasal dari siswa yang memiliki kemampuan sangat baik tetapi semua siswa

mendapatkan kesempatan yang sama. Tugas pemimpin diskusi adalah memoderatori

diskusi, menunjuk anggota kelompok yang mengangkat tangan dan berusaha untuk

melihat bahwa setiap anggota telah berpartisipasi dengan baik. Berikan waktu

secukupnya untuk kelompok ahli mendiskusikan topik-topik mereka dan dalam

diskusi, mereka harus bisa saling bertukar informasi serta harus mencatat semua poin

penting yang telah didiskusikan. Guru harus mengamati jalannya diskusi dan

menyempatkan diri mendatangi setiap kelompok untuk membantu menjawab

Langkah selanjutnya adalah diskusi kelompok ahli dalam grup dimana para

siswa harus kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap mengajarkan

topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Guru kemudian mempersilakan

anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada kelompoknya

masing-masing. Dalam tahap ini diharapkan terjadi proses sharing pengetahuan antar

siswa. Guru harus menekankan pada siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab

untuk mengajarkan teman-temannya dengan baik dan juga menjadi pendengar yang

baik . setiap anggota harus benar-benar menguasai konsep yang dipelajari sehingga

diskusi tidak akan diakhiri apabila ada siswa yang belum paham atau belum

menguasai konsep tersebut. Perlu diperhatikan juga bahwa pembicaraan dalam

diskusi harus dilakukan secara pelan sehingga tidak mengganggu grup lain. Apabila

diskusi sudah selesai makan dapat diakhiri dengan “merayakannya” agar siswa

merasa memperoleh kepuasan. Kegiatan perayaan yang dimaksud bisa

bermacam-macam tergantung situasi kelas misalnya saja dengan bernyanyi bersama.

Kemudian berlanjut ke tahap berikutnya yaitu tes atau penilaian yang

dilakukan secara individu dalam bentuk tes tertulis. Isi dari tes tersebut harus memuat

seluruh konsep yang didiskusikan. Siswa tidak diperbolehkan bekerjasama dalam tes

ini dan jika mungkin setiap tempat duduk diberi jarak. Setelah dilakukan tes atau

penilaian maka pada tahap selanjutnya setiap individu atau mendapatkan skor

melainkan pada seberapa jauh skor melampaui skor rata-rata sebelumnya. Setiap

siswa memberikan kontribusi dalam menyumbangkan skor dalam kelompoknya.

3. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II apabila di bandingkan dengan tipe

jigsaw terdahulu atau tipe jigsaw I yang yang diadaptasi dari Elliot dan Aronson dan

dimodifikasi oleh Slavin menjadi lebih praktis dan mudah. Dalam jigsaw I para siswa

membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya.

Hal ini dimaksudkan dengan tujuan agar para ahli menguasai informasi yang unik,

sehingga membuat tim menghargai kontribusi anggotanya. Akan tetapi terkadang hal

tersebut tidak efektif dikarenakan siswa tidak memiliki gambaran umum tentang

keseluruhan materi yang dipelajarinya. Menurut Slavin (2008:245) kelebihan dari

Jigsaw II adalah seluruh siswa membaca semua materi terlebih dahulu sehingga akan

membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Selain itu jigsaw I menuntut siswa untuk menuliskan kembali tiap bagian agar dapat

dapat memahami materi dan hal tersebut merupakan kebalikan dari Jigsaw II.

Kelebihan lain dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II adalah

selalu ada perayaan disetiap kegiatannya. Perayaan tersebut dimaksudkan sebagai

Dokumen terkait