• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bunda Palembang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bunda Palembang)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS

PELAYANAN KESEHATAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

(Studi Kasus pada Rumah Sakit Bunda Palembang)

Divianto

Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Abstract

The purpose of this study was to determine the role of the operational audit of the effectiveness of health services at the Inpatient Bunda Hospital of Palembang. Author of distributing questionnaires to the respondents as many as 100 sheets of samples related to health care in the inpatient hospital Bunda Palembang or an employee who entered the middle management level in the organizational structure of the returned questionnaires will but as many as 94 questionnaires and questionnaires that are not feasible (defect data) total of 9 questionnaires so the number of questionnaires that deserve to be processed as many as 85 questionnaires. These results indicate that the role of the operational audit on the Bunda Hospital Kilkenny have an influence on the effectiveness of inpatient health care at the hospital with a significance of F count of 523 306 with a smaller significance level of 0.05 with a coefficient of determination for 0861 or 86.1%, the balance of 13.9% indicates that there are functions or anything else that may or may play a role in supporting the effectiveness of inpatient health services, but not the coverage or scope of the analysis of research. From the results obtained by testing the hypothesis that the sig. For 0000 (p <0.05), so that H0 is rejected and H1 accepted. Based on statistical analysis can be said that the operational audit has a significant role in supporting the effectiveness of inpatient health care.

Keywords: audit, operational effectiveness, health care

PENDAHULUAN

Dalam satu dasawarsa belakangan ini dunia medis mengalami perkembangan begitu pesat baik dari sisi pelayanan maupun penemuaan-penemuan dalam bidang pengobatan. Bukan itu saja, dari segi tempat-tempat pelayananpun mengalami perkembangan secara luas. Kebijakan pemerintah tentang pendirian rumah sakit, poliklinik dan puskesmaspun merambah ke berbagai daerah. Bukan hanya sekedar kuantitas tempat pelayanan saja yang menjadi sorotan masyarakat umum tetapi kualitas dari pelayananla yang menjadi prioritas utama yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan pengobatan.

Kesehatan merupakan hal terpenting dalam hidup manusia, terutama yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Tingkat aktivitas yang tinggi dan tingkat hasil pencapaian aktivitas yang sempurna dapat tercapai bila kondisi kesehatan seseorang tersebut telah cukup memadai. Oleh karenanya sulit bagi manusia dalam kondisi yang tidak sehat dapat bekerja dengan baik. Sehingga diperlukan suatu fasilitas yang

(2)

mendukung kesehatan yaitu Rumah Sakit, dimana di rumah sakit tersebut orang dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang cukup memadai.

Umumnya sebuah rumah sakit didirikan dengan tujuan untuk menberikan suatu pelayanan kesehatan, diantaranya adalah dalam bentuk perawatan,pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis, dan diagnostik lainnya yang dibutuhkan oleh pasien dalam batas-batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan oleh Rumah Sakit. Maka dalam hal ini pihak manajemen Rumah Sakit dituntut mampu untuk menggerakkan, mengatur, dan mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan dari berbagai kelompok tingkat professional dan tenaga kerja non professional yang ada untuk mencapai tujuan Rumah Sakit tersebut.

Dalam memenuhi tujuan dari pihak manajemen tersebut maka hal-hal mengenai pemeliharaan dan juga kestabilan organisasi tersebut harus di atur dan diawasi sedemikian rupa, agar dalam pelaksanaannya nanti dapat menjamin mutu pelayanan kesehatan sampai pada tingkat yang diharapkan.Rumah sakit merupakan suatu organisasi nirbala yang dalam kegiatannya Rumah Sakit tidak mencari keuntungan maksimum melainkan memberikan pelayanan jasa yang maksimum, sehingga didalam mencegah atau meminimumkan ketidakefektifan dan ketidakefesienan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan kegiatan penjualan jasa pelayanan kesehatan diperlukan adanya audit operasional terhadap kegiatan tersebut.

Audit operasional secara umum bertujuan untuk memeriksa apakah pelaksanaan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang diharapkan dan apabila didalam audit tersebut ditemukan hal-hal yang menyimpang dari apa yang diharapkan, maka pemeriksa melaporkan temuan- temuan tersebut kepada manajemen dan memberikan rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan penyempurnaan. Pihak manajemen yang berkepentingan langsung dengan pemeriksaan tersebut harus menerima setiap hasil pemeriksaan dan segera melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Dalam hal ini penulis membatasi diri pada salah satu aktivitas yaitu rawat inap dimana pengertian dari rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan Rumah Sakit di mana penderita tinggal / mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Menurut Steven (2000), orang biasanya dirawat inap di rumah sakit bila dia perlu pelayanan dari institusi secara total dalam waktu lama.

Sehubungan dengan pentingnya peranan audit internal dalam kegiatan perusahaan maka penulis memilih objek perusahaan Rumah Sakit Bunda) sebagai suatu organisasi yang menyelenggarakan dan mengelola pelayanan kesehatan masyarakat yang mengedepankan bahwa semua pasien wajib dilayani dengan prima. Rumah Sakit Bunda sendiri memiliki berbagai fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rawat inap. Tuntutan masyarakat dan perkembangan Rumah Sakit Bunda menyebabkan semakin pentingnya peranan audit operasional atas pelayanan kesehatan yang diberikan khususnya di bagian rawat inap. Rumah Sakit Bunda sendiri telah memiliki atau membentuk adanya Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Komite Medis yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kegiatan operasional Rumah Sakit. Oleh karena efektivitas atas pelayanan kesehatan khususnya di bagian rawat inap dirasakan menjadi perhatian khusus bagi Rumah Sakit Bunda saat ini maka diperlukan penilaian yang dapat melihat peranan audit operasional yang dilakukan selama ini dan memberikan masukan kepada pihak manajemen Rumah Sakit atas temuan-temuan yang terkait dengan cara-cara pengelolaan yang dilakukan dalam kegiatan tersebut apakah telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebijakan

(3)

yang telah ditetapkan.

Dengan penjelasan di atas, jelaslah bahwa audit operasional sangat diperlukan dalam mendukung kegiatan pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit. Masalah yang dibahas penulis sehubungan dengan penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Bunda Palembang adalah bagaimana peranan audit operasional terhadap efektivitas pelayanan kesehatan Rawat Inap pada Rumah Sakit Bunda Palembang ?

Kerangka Pemikiran

Dengan semakin meluasnya ruang lingkup aktivitas yang dilakukan suatu organisasi, maka tingkat pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pihak manajemen akan semakin bertambah. Oleh karena tingkat aktivitas yang semakin tinggi ini maka diharapkan pihak manajemen mampu untuk mngendalikan pelaksanaan kegiatan perusahaan ini secara efektif dan efesien. Seperti diketahui bahwa Rumah Sakit bergerak bukan pada bidang untuk mencari keuntungan maksimum, sehingga persaingan dengan badan usaha lain bukan menjadi salah satu ukuran keberhasilan melainkan pengelolaan pada pelayanan sumber daya manusia dan modal yang menjadi prioritas.

Audit operasional dapat dilakukan oleh manajemen dalam hal ini audit internal atau dapat juga dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk untuk memeriksa kegiatan dari rumah sakit tersebut. Audit operasional juga bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisien operasi dan melaporkan hasilnya kepada orang yang tepat disertai rekomendasi perbaikan. Audit operasional dapat juga dipandang sebagai suatu bentuk kritik membangun disertai rekomendasi yang dapat diterapkan pada perusahaan secara keseluruhan atau bagian tertentu suatu perusahaan untuk meningkatkan proses operasi kearah yang diharapkan. Audit operasional ini lebih ditekankan pada kegiatan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memeriksa apakah kebijakan, prosedur, dan kegiatan pelayanan kesehatan sudah mencapai tujuan yang diterapkan manajemen dan apakah tujuan tersebut dicapai dengan cara yang terbaik dan ekonomis. Pada akhir audit operasional biasanya dimuat beberapa rekomendasi untuk mengatasi beberapa kelemahan yang ada serta kemungkinan-kemungkinan untuk menuju perbaikan yang diharapkan dapat membantu manajemen dalam melaksanakan operasi perusahaan, khususnya pelayanan kesehatan Rawat Inap ini dengan lebih efektif dan efisien.

Dalam audit operasional menurut Tunggal (2003:48) memberikan definisi pemeriksaan operasional seperti berikut: ”Pemeriksaan operasional adalah suatu teknik untuk secara teratur dan sistematis digunakan untuk menilai efektifitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar-standar perusahaan dan industri, dengan menggunakan petugas yang bukan ahli dalam lingkup obyek yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen bahwa tujuannya dilaksanakan dan keadaan yang membutuhkan perbaikan ditemukan”.

Hubungan audit operasional dengan kegiatan pelayanan kesehatan Rawat Inap di rumah sakit adalah audit operasional sebagai suatu pendekatan yang dilaksanakan untuk memeriksa, mengevaluasi, mendeteksi, dan menelaah metode, prosedur, kebijakan dan kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan, dan umumnya auditor memberikan saran perbaikan kepada pihak rumah sakit sehingga tujuan audit operasional terhadap kegiatan pelayanan kesehatan Rawat Inap dapat tercapai.

(4)

Berdasarkan hal di atas maka hubungan antara audit operasional dan efektivitas pelayanan kesehatan Rawat Inap adalah audit operasional sebagai suatu pendekatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kriteria efektivitas pelayanan kesehatan Rawat Inap yang telah diterapkan, artinya dengan dengan dilaksanakannya audit operasional dalam kegiatan pelayanan kesehatan Rawat Inap, berupa kegiatan pemeriksaan, pengevaluasian, penelaahan, dan pendeteksian, maka akan ditentukan hambatan dan ketidakefektifan yang kemudian akan dicari dan dipikirkan cara-cara untuk mengantisipasi dan menanggulangi hal-hal tersebut. Sehingga pada akhirnya keefektifan pelayanan kesehatan akan tercapai dan lebih lanjut lagi tujuan perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis menarik hipotesis sebagai berikut:

Gambar 1.Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian:

Ha: Audit Operasional berpengaruh signifikan terhadap efektifitas pelayanan kesehatan pada Bagian Rawat Inap

LANDASAN TEORI Peranan

Peranan(role)menurut Komaruddin (2005:768)

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan seseorang dalam manajemen. 2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai status.

3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya. 5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Pengertian Audit

Ada beberapa pengertian mengenai auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli akuntansi dan pemeriksaan diantaranya pengertian yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:2) dalam bukunya Auditing, yang mendefinisikan Auditing sebagai berikut: Secara umum pemeriksaan Akuntan adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya. Selanjutnya Alvin menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:15) pengertian auditing yaitu : Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Dari kedua

(5)

definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melaksanakan audit harus diperhatikan adalah :

1. Audit suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti atau informasi.

2. Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atau keterangan yang digunakan oleh seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian informasi.

3. Adanya tingkat kesesuaian (Degree of Correspondence) dan criteria tertentu (Established Criteria).

4. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk melakukan audit. Seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha yang diperiksanya

5. Adanya pelaporan dan mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak yang berkepentingan.

Auditor

Auditor adalah seorang bertugas melakukan audit. Sedangkan pengertian audit (Arens dan Loebbecke, 1997) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan audit adalah:

Audit is the process of accumulating and evaluating of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria Auditng shoul be done by competent independent person.

Dari definisi tersebut menurut Arens dan Loebbecke di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur audit adalah:

a. Proses akumulasi informasi

Informasi dapat berupa berbagai macam bentuk, yaitu berupa informasi yang dapat diukur, sperti laporan keuangan perusahaan. Kriteria untuk mengevaluasi informasi tersebut bergantung dari jenis informasi yang akan diaudit, misalnya untuk laporan keuangan maka kriterianya adalah prinsip akuntansi keuangan yang diterima umum (generally Accepted Accounting Principle).

b. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti informasi

Bahan bukti adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk menetukan apakan informasi yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bahan bukti bentuknya dapat berupa lisan, tertulis atau hasil observasi oleh auditor. Bahan bukti harus mencukupi dalam jumlah dan kualitas untuk memenuhi tujuan audit.

c. Pelaporan

Hasil audit dalam bentuk laporan audit menginformasikan kepada para pemakai mengenai pendapat auditor atas tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.

d. Orang yang kompeten dan independen

Berdasarkan kegiatan di atas, auditor harus memiliki kemampuan yang memadai agar bisa memahami kriteria yang digunakan dan cukup kompeten untuk mengetahui jenis dan jumlah bukti-bukti yang diperoleh untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Adapun independen berarti seorang auditor harus dapat bersikap objektif dalam menjalankan tugasnya. Seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh siapaun dan bebas dari bias prasangka.

Menurut Halim (2001:21) ada tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan

(6)

dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3)

Independence in competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Ruang Lingkup Audit

Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan, serta efektifitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja ketika melaksanakan tanggung jawab penugasan. Standar ruang lingkup berkaitan dengan : a. Reliabilitas dan integritas informasi

Auditor internal harus menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, menilai, mengklarifikasikan dan melaporkan informasi tersebut.

b. Ketaatan pada Kebijakan, Perencanaan, Prosedur, Hukum dan Peraturan

Auditor internal harus menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan, serta harus menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.

c. Perlindungan Aktiva

Auditor internal harus menelaah kesesuian sarana yang digunakan untuk melindungi aktiva serta memverifikasi keberadaan aktiva tersebut.

d. Ekonomis dan Efisien Penggunaan Sumber Daya

Auditor internal harus menilai ekonomis dan efisien penggunaan sumber daya.

e. Pencapaian Tujuan dan Sasaran yang Ditetapkan Untuk Operasi Program Auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk memastikan hasil yang dicapai konsisten dengan tujuan serta yang ditetapkan dan apakah operasi dan program telah dilaksanakan sesuai rencana.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup audit internal harus meliputi pengujian dan pengevaluasian terhadap kememadaian dan efektivitas system pengendalian perusahaan dan kualitas kerja dengan tanggung jawab anggota organisasi, yang mencakup :

1) Keandalan informasi

2) Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, hokum dan peraturan serta kontrak 3) Perlindungan terhadap harta benda

4) Pengguanan sumber daya secara ekonomis dan efisien 5) Pencapaian tujuan perusahaan

Jenis-jenis Audit

Menurut Arens dan Loebbecke (2006:6), Audit dapat digolongkan menjadi 3 jenis: 1) Audit laporan keuangan (Financial Statement Audit)

Audit atas laporan keuangan merupakan audit yang dilakukan untuk menilai kejujuran atas penyajian laporan keuangan. Jadi audit ini dilakukan untuk menguji apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.

(7)

2) Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional adalah suatu penilaian terhadap metode dan prosedur operasi suatu organisasi dengan tujuan untuk menilai efektivitas dan efesiensi operasi tersebut. 3) Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai dan mengevaluasi apakah suatu unit ekonomi tertentu telah mengikuti, mentaati ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku atau yang ditetapkan, misalnya penilaian tingkat upah untuk menentukan kesesuaian dengan peraturan mengenai upah minimum, memeriksa surat perjanjian dengan bank atau kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi hukum yang berlaku.

Program Audit

Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit. Untuk dapat melaksanakan audit dengan hasil yang baik diperlukan program audit yang lengkap dan terperinci serta terarah. Menurut Brink dan Wiltt (2006;268) definisi dari program audit adalah Program audit merupakan suatu rencana langkah kerja yang harus dilakukan selama audit berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan serta informasi yang ada tentang objek yang diaudit. Sedangkan menurut Tugiman (2007;53) dalam bukunya Standar Profesi Audit Internal, dapat dijelaskan secara garis besar mengenai langkah-langkah audit adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan audit meliputi:

a) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.

b) Memperoleh informasi mengenai kegiatan yang akan diaudit. c) Penentuan staff yang diperlukan untuk pelaksanaan audit. d) Pemberitahuan kepada pihak yang dianggap perlu.

e) Melaksanakan survei secara tepat untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, resiko pengawasan, sasaran dari pihak yang akan diaudit.

2. Pengujian dan pengevaluasian hasil

Auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpertasikan dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.

3. Pemberitahuan hasil

Auditor harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya setelah pelaksanaan audit selesai. Laporan ini harus objektif, jelas, singkat, konsumtif, dan tepat waktu.

4. Tindak lanjut

Auditor harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan terhadap temuan audit yang telah dilaporkan, telah dilakukan tindakan yang tepat.

Audit Operasional

Walaupun audit operasional umumnya lebih dikaitkan dengan efektivitas dan efesiensi, tetapi dalam kenyataannya hanya sedikit kesepakatan dalam penggunaan istilah tersebut. Banyak orang lebih suka menggunakan istilah auditing manajemen atau auditing kinerja dari pada auditing operasional untuk menggambarkan kaji ulang perusahaan untuk efektivitas dan efesiensi.

Audit operasional adalah suatu audit yang bertujuan untuk memeriksa efektivitas dan efesiensi semua kegiatan dan menilai apakah cara-cara pengelolaan yang diterapkan dalam kegiatan tersebut telah berjalan dengan baik. Ruang lingkup audit operasional tidak hanya berkisar pada masalah keuangan saja tetapi juga masalah di luar keuangan.

(8)

Pengertian Audit Operasional

Menurut Phyrr, seperti yang dikutip oleh Widjayanto (2006;16) adalah sebagai berikut: ”Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan penelaahan efektivitas serta efesiensi suatu kegiatan atau prosedur-prosedur kegiatan pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberi informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi meskipun tujuan sebenarnya adalah membantu manajemen untuk memecahkan berbagai masalah dengan merekomendasikan berbagai tindakan yang diperlukan”.

Menurut Noorgard yang dikutip Widjayanto (2006;15) sebagai berikut: ”Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan evaluasi sistematis atas suatu organisasi atau bagian dari organisasi atau bagian dari organisasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menetapkan apakah organisasi tersebut beroperasi secara efesiensi”.

Jadi audit operasional adalah suatu penelitian yang terorganisasi mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi organisasi. Dari definisi-definisi di atas dapat dijelaskan beberapa hal yang menjadi inti dari audit operasional yaitu:

1. Audit operasional merupakan penelaahan sistematis yang menentukan bahwa proses pengumpulan dan penganalisaan bukti dilakukan secara sistematis berdasarkan pengamatan dan analisa objektif.

2. Objek audit operasional mencakup beberapa kegiatan, program, unit atau fungsi yang menjadi bagian dari suatu organisasi.

3. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah menilai efektivitas, efesiensi, kehematan serta lebih lanjut mengidentifikasikan kemungkinan perbaikan.

4. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil penilaian berbagai kegiatan operasional diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

5. Melalui audit operasional, hasil evaluasi dapat dilaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi yang berguna bagi peningkatan perbaikan kepada pihak manajemen.

Tujuan Audit Operasional

Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah prestasi manajemen perusahaan telah sesuai dengan kebijakan ketentuan dan peraturan yang ada dalam perusahaan, serta untuk mengetahui apakah prestasi manajemen perusahaan lebih baik dari pada masa sebelumnya, dan untuk menentukan apakah aktivitas atau program perusahaan tersebut telah dikelola secara ekonomis, efektif dan efesiensi.

Menurut Widjayanto (2006;81) tujuan penugasan audit operasional adalah: 1. Untuk menilai kegiatan yang tengah berjalan.

2. Untuk mengidentifikasikan berbagai kelemahan untuk perbaikan. 3. Mencari peluang untuk penyempurnaan dan pengembangan.

4. Pengembangan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas, dan efesiensi. Tujuan audit operasional yang dikemukakan oleh Cashin (2006,51-51) adalah: 1. Appraisal of control, penilaian pengendalian ini berhubungan dengan administrasi

pada semua tingkat usaha. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah pengendalian dalam rencana operasi telah memadai dan efektif dalam mencapai tujuan manajemen. Auditor ingin memastikan apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan standar dan pengendalian yang telah ada.

2. Evaluating of performance, auditor mengumpulkan informasi kuantitatif untuk mengukur efektivitas dan efesiensi serta kehematan terhadap pekerjaan yang telah

(9)

ditentukan untuk menunjukan baik buruknya pelaksanaan pekerjaan kepada manajemen, dimana informasi tersebut akan menjadi masukan kepada manajemen sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam peubahan rencana serta perbakan pengendalian.

3. Appraisal of objektive and plans, auditor memperhatikan tujuan dari organisasi atau perusahaan, yang mana tujuan tersebut harus jelas serta dapat dimengerti, memadai, layak dan mencerminkan tanggung jawab kepada pemegang saham, karyawan, masyarakat, dan pemerintah secara secara tepat, dan dikomunikasikansecara baik kepada personal operating sehingga tidak akan mengakibatkan kebingungan. Auditor memperhatikan pula perencanaan yang dibuat, apakah perencanaan itu fleksibel apabila diubah dengan metode yang efesien.

4. Appraisal of organization structure, auditor mengamati apakah stuktur organisasi harmonis dengan tujuan perusahaan, adanya tanggung jawab yang jelas dari top manajemen sampai tingkat yang paling bawah, stuktur organisasi telah mempunyai fungsi yang seimbang, stuktur organisasi telah memberikan unity of comand (satu orang memberikan laporan hanya kepada satu orang supervisor), terdapat fungsi-fungsi yang sesuai dengan satu group.

Sedangkan Widjayanto (2006;11) mengemukakan bahwa: ”Audit operasional terutama bertujuan untuk memeriksa kehematan, efektivitas dan efesiensi kegiatan, dan juga menilai apakah cara-cara pengelolaanyang diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit operasional adalah sebagai berikut:

1. Untuk memeriksa menelaah kegiatan perusahaan atau kegiatan perusahaan dan menilai efektivitas dan efesiensi kegiatan tersebut.

2. Untuk menilai apakah prestasi manajemen telah sesuai dengan ketentuan, kebijaksanaan dan peraturan yang ada dalam perusahaan dan lebuh baik dari pada masa sebelumnya.

3. Untuk menilai kecermatan dan keberhasilan pengendalian manajemen yang digunakan peusahaan dalam mencapai tujuan dan rencana yang telah ditetapkan manajemen.

Jenis-jenis Audit Operasional

Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006;766) membagi audit operasional menjadi tiga jenis:

1. Audit Fungsional (functional audit) 2. Audit Organisasi (Organizational Audit) 3. Penugasan Khusus (Special Assigment)

Kriteria Audit Operasional

Kriteria adalah nilai-nilai ideal yang digunakan sebagai tolak ukur dalam melakukan perbandingan. Dengan adanya kriteria, pemeriksa dapat menetukan apakah suatu kondisi yang ada menyimpang atau tidak dan kondisi yang diharapkan. Karena pemeriksaan pada intinya merupakan proses perbandingan antara kenyataan yang ada dengan suatu kondisi yang diharapkan, maka dalam audit operasional pundiperlukan adanya kriteria. Kesulitan utama yang umumnya dihadapi dalam audit operasional adalah menetukan kriteria audit untuk menilai efektivitas dan efesiensi organisasi. Berbeda

(10)

dengan ausdit keuangan, dalam audit operasionaltidak terdapat kriteriatertentu yang belakuumum untuk setiap audit.

Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006;771) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit operasional yaitu:

1. Historical performance 2. Engineered standard 3. Discussion and agreement

Manfaat Audit Operasional

Audit operasional adalah teknik pengendalian yang dapat membantu manajemen dengan menerapkan metode untuk mengevaluasi efektivitas prosedur kegiatan dan pengendalian intern. Audit operasional merupakan suatu bentuk pemeriksaan yang paling luas dan mempunyai cakupan audit atas semua fungsi perusahaan. Menurut Widjayanto (2006;28) manfaat yang dapat diperoleh dari audit operasional antara lain adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya tidak jelas.

2. Identifikasi kriteria yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen.

3. Evaluasi yang independen dan objektif atas suatu kegiatan tertentu.

4. Pencapaian apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan, kebijaksanaan serta tujuan yang telah ditetapkan.

5. Penetapan efektivitas dan efesiensi sistem pengendalian manajemen.

6. Penetapan tingkat kehandalan (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai laporan manajemen.

7. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya.

8. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan laba, mendorong pendapatan, dan mengurangi biaya atau hambatan dalam organisasi. 9. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat audit operasional adalah untuk:

a) Menilai ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. b) Mengevaluasi suatu kegiatan.

c) Mengidentifikasi berbagai bidang yang bermasalah dan mencari penyebabnya. d) Melakukan perbaikan dan mendorong efektivitas dan efesiensi.

Keterbatasan Audit Operasional

Audit operasional tidak dapat memecahkan masalah dalam organisasi, audit operasional tetap memiliki keterbatasan. Menurut Widjayanto (2006;23) keterbatasan utama dari audit operasional adalah: 1. Waktu, 2. Keahlian, dan 3. Biaya.

Waktu adalah faktor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan informasi kepada manajemen dengan segera untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh para audtor operasional, adalah tidak mungkin bagi seorang auditor untuk mengetahui dan menguasai berbagai disiplin bisnis. Menurut aturannya pemeriksa operasional hanya lebih ahli dalam bidang pemeriksaan dari pada bidang bisnis nasabahnya. Audit operasional harus menekan biaya audit sehingga

(11)

seringkali mengabaikan situasi permasalahan yang lebih kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.

Ruang Lingkup Audit Operasional

Ruang lingkup audit operasional meliputi semua aspek manajemen yang perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan mutu penanganannya oleh manajemen atas kegiatan atau program yang diperiksa. Aspek manajemen tersebut yaitu sistem organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan dan personal. Untuk menentukan ruang lingkup pemeriksaan, pemeriksa harus memperhatikan tujuan pimpinan perusahaan yang menjalankan pemeriksaan, sebab setiap pimpinan selalu mengharapkan agar tujuan penugasannya tercapai.

Dengan demikian dalam hal penentuan ruang lingkup pemeriksaan diperlukan komunikasi yang baik antara pemeriksa dengan pimpinan perusahaanyang memberikan penugasan. Hal ini akan ditegaskan dalam surat penugasan yang salah satu isinya adalah tentang ruang lingkup kerja pemeriksaan.

Tahap-tahap Audit Operasional

Dalam melaksanakan audit operasional, seringkali auditor memerlukan suatu kerangka tugas atau tahapan tugas yang berguna sebagai pedoman di dalam melaksanakan pemeriksaan tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik. Auditor akan banyak menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat bahwa stuktur perusahaannya kegiatannya sekarang ini sudah semakin maju dan rumit. Menurut Widjayanto (2006;30) tahap-tahap audit operasional dibagi dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap pendahuluan

Tahap survei pendahuluan memberikan kemungkinan untuk terselenggaranya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit secara teratur. Ruang lingkup survei pendahuluan dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya banyak tergantung pada keahlian dan pengalaman auditor, pengetahuannya atas bidang yang diperiksa, ukuran dan kerumitan aktivitas atau program, tipe pemeriksaan yang akan dilakukan, serta daerah geografis kegiatan organisasi. Tahap pendahuluan terdiri dari:

a. Pengamatan fisik sekilas. b. Mencari data tertulis.

c. Wawancara dengan personil manajemen. d. Analisa keuangan.

Hasil dari tahap pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam suatu laporan audit pendahuluan yang lazim disebut memoranda survei.

a. Pengamatan fisik sekilas.

Dalam pengamatan fisik sekilas harus dipelajari indikasi dan permasalahannya. Disini pemeriksa juga perlu untuk memewancarai masing-masing pimpinan yang bertanggung jawab atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan kuisioner yang telah tersusun menurut tekanan permasalahan tertentu. Tahap pengamatan fisik sekilas dapat menjadi alat bantu yang amat baik bagi kemampuan auditor dalam menemukan hal-hal penting.

b. Mencari data tertulis

Tujuan dari audit operasional adlah menetapkan apakah perusahaan telah menerapkan praktek manajemen yang konsisten. Untuk itu auditor harus medapatkan dokumentasi yang dijadikan bahan banding dengan data per departement. Tipe dokumen-dokumen tertulis yang harus didapat oleh auditor

(12)

adalah” sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan dan prosedur perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, anggaran, laporan-laporan intern per departemen, laporan keuangan, katalog-katalog, bagan arus, formulir-formulir, manajemen letter yang dibuat oleh auditor keuangan eksternal, peraturan-peraturan pemerintahinstansi lain yang berwenang.

c. Wawancara dengan personil manajemen

Wawancara dengan masing-masing manajer adalah bagian ketiga dari fase pendahuluan audit operasional. Audit operasional harus belajar dari karyawan perusahaan, dalam arti memahami apa yang mereka rasakan dan bagaimana pandangan mereka terhadap suatu perusahaan tertentu. Para ahli dalam suatu perusahaan adalah mereka yang berwenang menjalankan perusahaan, karenanya pemeriksa dapat memperoleh informasi yang terbaik dengan jalan mewawancarai para manajer untuk mengidentifikasikan permasalahan.

d. Analisa keuangan

Dalam kegiatan ini pemeriksa juga harus eninjau pengendalian intern dan arus data transaksi yang bergerak dalam sistem akuntansi. Hasil dalam tahap pendahuluan ini disimpulkan dalam laporan pemeriksa yang lazim disebut memoranda survei. Memoranda survei tidak diserahkan pada pihak lain, tetapi semata-mata hanya diajukan untuk menetapkan bagaimana kiranya memerlukan pemeriksa.

2. Tahap pemeriksa mendalam

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pendahuluan. Dalam tahap ini pemeriksaan lebih lanjut atas penilaian kegiatan-kegiatan perusahaan guna mencapai tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan sejak semula, yaitu efektivitas dan efesiensi. Dengan melaksanakanpemeriksaan mendalam, pemeriksa akan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk memperkuat dan meyakinkan kesimpulannya. Dalam pemeriksaan mendalam tercakup kegiatan-kegiatan:

1. Studi lapangan yang meliputi:

a. Wawancara dengan semua pegawai inti pada semua tingkatan organisasi.

b. Mengidentifikasi dan mewawancarai sumber-sumber ekstern yang dianggappentingtanpa melanggar kerahasiaan penugasan.

c. Observasi aktivitas operasional dan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian)

d. Penelitian sistem pengendalian intern. e. Penelitian arus transaksi dalam penisahaan.

f. Penelitian penempatan pegawai, peralatan, formulir dan laporan. g. Penelitian aspek-aspek inti aktivitas fungsional.

h. Pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria penggunaan pegawai yang sesuai.

2. Analisa yang meliputi antara lain:

a. Penghubung data yang dikumpulkan dengan kriteria pengukurankegiatan, apabila diperlukan.

b. Penilaian resiko pemisahan untuk menentukan bidang dan aktivitas yang dapat ditingkatkan, pendokumentasian temuan-temuan dan manfaat potensial.

c. Penegasan kembali kriteria pengukuran dengan pegawai yang bersangkutan. d. Pengembangan alternatif, rekomendasi dan sran-saran untuk melakukan studi

(13)

Temuan

Temuan-temuan merupakan himpunan informasi mengenai aktivitas, organisasi, keadaan atau hal-hal lain yang telah dianalisis dan dinilai oleh auditor dan harus dikomunikasikan lebih lanjut pada pimpinan perusahaan.

Syarat-syarat temuan yang harus dikomunikasikan ini diantaranya: a. Cukup berarti untuk dikomunikasikan pada bagian-bagian ini. b. Berdasarkan pada fakta-fakta dan bukti yang tepat serta nyata. c. Disusun atau dikembangkan secara objektif

d. Berdsarkan atas kegiatan-kegiatan audit yang memadai guna mendukung setiap simpulan yang diambil.

e. Simpulan-simpulan yang dibuat harus logis, layak, jelas dan bertolak ukur pada fakta-fakta yang disajikan.

Rekomendasi

Pada umumnya temuan-temuan diakhiri dengan rekomendasi dari auditor yang ditujukan pada pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab melaksanakan perbaikan dan kekurangan atau penyimpangan untuk mencegah supaya hal tersebut tidak terulang lagi. Pelaksanaan rekomendasi ini diserahkan pada pimpinan tingkatan yang lebih rendah.

Rekomendasi yang merupakan pendapat yang telah dipertimbangkan untuk suatu situasi tertentu harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian mengenai pokok persoalannya, apabila tindakan yang akan direkomendasi merupakan tindakan yang harus diuraikan sejelas-jelasnya.

3. Tahap Pelaporan

Setelah tahap pendahuluan selesai, pemeriksa dapat menyusun laporan audit formal, yang mana hasil akhhir operasional adalah suatu laporan formal tertulis yang disampaikan pada manajemen perusahaan sebagai pengambilan tindakan perbaikan atau sebagai informasi laporan audit berbagai masalah yang ditelusuri. Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Pengorganisasian laporan yang meliputi pengutaraan temuan, rekomendasi dan manfaat.

b. Pengembangan rencana implementasi dan label waktu rekomendasi bilamana sesuai.

c. Pendiskusian konsep laporan dengan para pejabat dan manajer yang sesuai dari organisasi yang diteliti apabila berbeda dengan pihak yang memberikan tugas. d. Pengajuan laporan.

Isi laporan audit operasional akan banyak berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang perlu ditelaah. Akan tetapi pada umumnya suatu laporan audit operasional akan meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Tujuan dan ruang lingkup penugasan.

b. Prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor c. Temuan-temuan khusus.

(14)

Pelaksana Audit Operasional

Diadaptasikan oleh Jusuf (2005;767) audit operasional dapat dilaksanakan oleh pihak sebagai berikut:

1. Auditor Internal 2. Auditor Pemerintah 3. Audit Eksternal

Laporan Audit Operasional

Laporan audit operasional adalah barang bukti nyata mengenai pemeriksaan yang telah dilakukan operasi penisahaan. Bentuk serta sifat laporan dibuat berdasarkan tugas pimpinan penisahaan. Suatu laporan biasanya mengandung uraian tentang kegiatan yang dilakukan dalam audit, bagian mana yang perlu mendapat laporan, dan rekomendasi yang diperlukan. Langkah-langkah dalam pelaporan audit operasional:

a. Reviewatas kertas kerja audit operasional. b. Menyusun draft laporan hasil audit operasional. c. Diskusi hasil temuan dan rekomendasi.

d. Menyusunfinal operational audit report. e. Tindakan koreksi atas penyimpangan.

Adapun sifat dan isi laporan audit operasional menurut Widjayanto (2006;88) adalah:

1) Ruang lingkup dan tujuan audit.

2) Menyajikan hal-hal aktual dan lengkap, akurat, dan wajar. 3) Menjelaskan temuan-temuan dan rekomendasi.

4) Membuat identifikasi dan penjelasan tentang masalah dan pernyataan yang melakukan penelaahan dan pertimbangan lebih lanjut dan auditor.

5) Menyertakan tindakan manajer yang patut untuk diperhatikan, terutama dalam perbaikan manajemen yang dilaksanakan serta peluasan lebih lanjut.

6) Menempatkan tekanan pokok pada perbaikan dimasa mendatang dan bukan pada kritikan dimasa lalu. Komentar negatif disampaikan dalam perspektif yang seimbang dengan mengemukakan kesulitan dan keterbatasan yang dihadapi dengan pimpinan yang bersangkutan.

Efektivitas

Untuk lebih memahami pengertian audit operasional, perlu dipahami pula pengertian dari efektivitas. Menurut Setyawan (2005;56) menyatakan: “ Efektivitas (hasil guna) dapat dipahami sebagai derajat keberhasilan suatu organisasi (sampai seberapa jauh organisasi dapat dinyatakan berhasil) dalam usahanya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut”.

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Sedangkan pengertian efektifitas menurut John (1986:35) adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif. Adapun

(15)

pengertian efektifitas menurut Saksono (1984) adalah Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1

- Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.

- Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa efektivitas lebih menitik beratkan pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain, penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan organisasi dapat tercapai.

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan menurut Azwar (2006:68) adalah “Setiap upaya diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat”. Jadi, pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk usaha dari individu atau kelompok untuk sedapat mungkin menghindari penyakit.

Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang tujuan utamanya lebih mementingkan fungsi sosial yaitu memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat. Kata “Rumah Sakit dalam bahasa Inggris adalah Hospital, yaitu berasal dari kata Yunani

Hospitus. Hospitium adalah suatu tempat untuk menerima orang asing dan peziarah dizaman dahulu, pertamanya Rumah Sakit hanya melayani para peziarah, orang miskin dan penderita pes. Namun lambat laun arti Rumah Sakit bertambah luas. Pengertian Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 159 b/Menkes/Per 11/2005 adalah: ”Rumah Sakit adalah suatu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.”

Dari definisi di atas jelas bahwa Rumah Sakit adalah instuisi atau organisasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas secara komprehensif dan juga dalam penyelenggaraan pelatihan untuk para dokter dan para medis serta pengembangan penelitian. Rumah Sakit pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi dan tugas. Tugas Rumah Sakit adalah sebagai tempat untuk :

a) Kegiatan penyembuhan

b) Pemulihan keadaan cacat badan jiwa c) Upaya peningkatan dan pencegahan

d) Melaksanakan upaya rujukan kesehatan dan rujukan medik untuk menunjang upaya kesehatan puskesmas.

Sedangkan fungsi Rumah Sakit adalah: 1. Melaksanakan usaha pelayanan medik. 2. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik.

(16)

3. Usaha mencegah komplikasi dan peningkatan pemulihan kesehatan 4. Melaksanakan usaha perawatan.

5. Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan para medis. 6. Melaksanakan sistem rujukan.

7. Sebagai tempat penelitian.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu dengan cara mengumpulkan dan menyajikan data yang disertai analisis yang dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Data yang berhasil diperoleh, dikumpulkan selama penelitian kemudian diproses untuk dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis meliputi:

1. Riset lapangan (field research), penelitian lapangan dilakukan melalui:

a. Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu secara tertulis maupun lisan mengenai masalah-masalah akan diteliti kepada karyawan/staf Rumah Sakit khususnya pada Bagian Rawat Inap dan unit terkait lainnya. Pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

b. Kuesioner, yaitu seperangkat pertanyaan yang diberikan penulis secara langsung kepada karyawan perusahaan untuk diisi. Kuesioner ini diberikan kepada karyawan/staf Rumah Sakit yang berhubungan dengan peranan audit operasional terhadap efektivitas pelayanan kesehatan pada Bagian Rawat Inap.

c. Observasi atau pengamatan langsung untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Dengan cara ini penulis mengamati sendiri keadaan dari objek penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Penulis melakukan observasi khususnya pada Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Bunda.

2. Riset kepustakaan (library research)

Upaya untuk memperoleh data yang dilakukan oleh penulis melalui buku- buku sebagai landasan teori dalam penelitian.

Sedangkan data yang dikumpulkan bersumber pada :

1. Data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari objek penelitian adapun data tersebut diperoleh dengan cara memantau langsung terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan seperti wawancara dan menyebarkan kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data-data yang didapatkan dari buku-buku, serta catatan kuliah yang dipergunakan sebagai landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) Bagian Rawat Inap, Daftar Jenis Pelayanan Pemeriksaan dan Fasilitas Bagian Rawat Inap, Jumlah Pegawai Bagian Rawat Inap, Struktur Organisasi, Visi dan Misi Rumah Sakit, Sejarah, dan lain sebagainya.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai pada tiap Bagian Rawat Inap pada Rumah Sakit Bunda Palembang dan unit yang terkait (bagian keperawatan, bagian rawat jalan, dan lainnya) yang berjumlah 168 pegawai (Profil Rumah Sakit Bunda

(17)

Palembang, 2010). Jadi dalam penelitian ini tidak digunakan teknik pengambilan

proportional sampling. Masing-masing akan diambil 20 orang untuk diminta menjadi responden dalam penelitian ini dari 5 bagian yang terkait langsung dalam pelayanan dan perawatan yakni: instalasi, sub bagian, seksi, dan SMF, serta keuangan sehingga keseluruhan responden berjumlah 100 pegawai Rumah Sakit Bunda Palembang. Adapun pegawai yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai yang terkait dengan pelayanan kesehatan pada bagian rawat inap atau pegawai yang masuk dalam levelmiddle managementdalam struktur organisasi.

Operasionalisasi Variabel

Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Merupakan suatu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, dan merupakan faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam hal ini yang merupakan variabel bebas tersebut adalah Peranan Audit Operasional.

2. Variabel tidak bebas (Dependent Variable)

Merupakan suatu variabel yang keberadaanya dipengaruhi oleh variabel sebelumnya. Dalam skripsi ini variabel tidak bebasnya adalahPelayanan Kesehatan Rawat Inap

Tabel di bawah ini akan menyajikan Operasionalisasi variabel dan pengukuran yang digunakan adalah:

Tabel 1.Variabel, Indikator dan Sub Indikator, Skala pengukuran, dan Instrumen

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengukuran

Instrumen

Audit Operasional

Kualifikasi auditor Independensi Ordinal Kuesioner

Kompetensi Ordinal Kuesioner

Program audit Objek pelaksanaan audit

Ordinal Kuesioner Ruang lingkup

audit

Ordinal Kuesioner Tujuan audit Ordinal Kuesioner Sasaran audit Ordinal Kuesioner Pelaksanaan

kegiatan audit

Prosedur audit Ordinal Kuesioner Tahap pendahuluan Ordinal Kuesioner Tahap audit

mendalam

Ordinal Kuesioner Laporan hasil audit Ordinal Kuesioner

Tindak lanjut Ordinal Kuesioner

Efektivitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Manfaat/hasil untuk peningkatan pelayanan kesehatan Ordinal Kuesioner

(18)

Instrumen Penelitiaan

Instrumen penelitian digunakan untuk menilai variabel yang diteliti dengan tujuan untuk menghasilkan data kualitatif yang akurat. Dalam proses pengumpulan data, instrumen atau alat yang dipakai adalah kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden yaitu auditor internal bank. Kuesioner dinilai dengan menggunakan skala Likert, menurut Sugiyono (2006:104), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel menggunakan skala Likert. Kemudian indikator variabel tersebut ditetapkan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai kepada sangat negatif. Guna keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut akan diberikan skor pada setiap pertanyaan dari nilai 1 sampai dengan 5. Alternatif jawaban pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kinerja auditor internal adalah sebagai berikut :

Tabel 2.Nilai Jawaban

Jawaban Nilai Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Cukup Setuju (CS) 3 Kurang Setuju (KS) 2 Tidak Setuju (TS) 1

Nilai jawaban ini berlaku juga untuk butir pertanyaan yang sifatnya negatif, hanya saja jawaban responden dibalik. Jika responden menjawab pertanyaan dengan nilai 5, maka jawaban tersebut diubah menjadi nilai 1, nilai 4 diubah menjadi nilai 2, tetapi nilai 3 tetap. Oleh karena ada tingkatan yang dimaksudkan dalam skor tersebut maka tipe jenis data yang dipilih adalah data ordinal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:24) bahwa data ordinal adalah data yang didasarkan padarankingyang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :

Y = β + βX +ε

Keterangan :

Y = Efektivitas Pelayanan Kesehatan

β = Konstanta

X = Peranan Audit Operasional β0dan β = konstanta dan koefisien regresi ε = variabel pengganggu

(19)

Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi, untuk itu dilakukan uji heteroskedastisitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Data Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner sebanyak 100 lembar kepada responden sampel yang terkait dengan pelayanan kesehatan pada bagian rawat inap Rumah Sakit Bunda Palembang atau pegawai yang masuk dalam level middle managementdalam struktur organisasi akan tetapi kuesioner yang dikembalikan sebanyak 94 kuesioner dan kuesioner yang tidak layak (cacat data) sebanyak 9 kuesioner sehingga jumlah kuesioner yang layak untuk diolah sebanyak 85 kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yang pertama pernyataan responden mengenai peranan audit operasional dan yang kedua adalah pernyataan responden mengenai efektivitas. Dalam rangka mendapatkan gambaran mengenai responden dalam penelitian ini, berikut akan diuraikan data responden berdasarkan pendidikan, jenis kelamin responden, usia, dan lama bekerja responden. Adapun data yang penulis peroleh mengenai profil responden adalah sebagai berikut :

Tabel 3.Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase

D3 13 10.59

D4 4 15.29

S1 41 31.76

S2 24 42.35

Total 85 100%

Sumber : diolah dari data primer 2011

Berdasarkan Tabel 3. di atas, dari 85 orang responden yang menjadi objek penelitian terlihat bahwa rata-rata pegawai yang berlatar belakang pendidikan S2 (42.35%) dan yang berlatar belakang S1 (31.76%) bidang kesehatan.

Sedangkan gambaran mengenai responden jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 45 52.94

Wanita 40 47.06

Total 85 100%

Sumber : diolah dari data primer 2011

Berdasarkan Tabel 4. di atas, dari 85 orang responden yang menjadi objek penelitian terlihat bahwa 45 orang responden berjenis kelamin Pria (52.94%) dan 40 orang berjenis kelamin wanita (47.06%).

(20)

Tabel 5.Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden Jumlah Persentase

< 25 Tahun 6 7.06 25 – 35 Tahun 30 35.29 36 – 45 Tahun 28 32.94 46 – 55 tahun 12 14.12 >55 tahun 9 10.59 Total 85 100%

Sumber : diolah dari data primer 2011

Berdasarkan Tabel 5. di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia diantara 25 - 35 tahun.

Tabel 6.Responden Berdasarkan Masa Kerja

No Masa Kerja Jumlah Persentase (%)

1 0 – 2 tahun 9 10.59

2 2 – 5 tahun 13 15.29

3 5 – 10 tahun 36 42.35

4 >10 tahun 27 31.76

Jumlah 85 100

Sumber : diolah dari data primer 2011

Dari tabel 6. di atas, diketahui rata-rata responden telah bekerja selama 5 - 10 tahun. Kesimpulannya, pegawai sudah memiliki masa kerja atau pengalaman bekerja yang cukup lama di Rumah Sakit Bunda Palembang.

Hasil Uji Validitas

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n-k, dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah konstruk. Pada penelitian ini besarnya df dihitung dengan 40 - 2 atau df 38 dengan alpha 0.05 didapat r table 0.3120. Jika r hitung (untuk r tiap butir data dilihat pada kolomCorrected Item-Total Correlation) lebih besar darir table dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Oleh karena butir pernyataan dalam kuesioner semuanya valid (corrected item total correlation > r tabel), jadi jumlah seluruh item yang diujikan pada pilot test seluruhnya layak untuk dianalisis.

Hasil Uji Reliabilitas

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan reliabilitas untuk setiap variabel penelitian dengan menggunakan metodeCronbach’s Alphadisajikan pada tabel di bawah ini.

(21)

Tabel 7.Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Cronbach’s Alpha

Peranan Auditor Internal 0.991

Efektivitas Pengendalian Biaya Operasi 0.983

Sumber: Data Primer diolah, 2011

Rules of thumbmenyarankan bahwa nilai cronbach’s alpha harus lebih besar atau sama dengan 0,50 (Hair et. al 1998). Jika nilai item to total correlationyang kurang dari 0,50, item tersebut dapat dipertahankan jika bila dieliminasi justru menurunkancronbach’s alpha (Purwanto, 2002). Jadi berdasarkan Rules of thumb terlihat bahwa uji reliabilitas konsistensi internal koefisien Croncbach’s Alpha untuk semua variabel berada pada tingkat yang dapat diterima.

Pengujian Asumsi Klasik

Analisis regresi linear sederhana yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Sebelum digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu model regresi yang diperoleh dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Data yang normal atau mendekati distribusi normal memiliki bentuk seperti lonceng. Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Normalitas P-Plot dan Grafik Histogram digambarkan dalam Gambar 1. dan Gambar 2. berikut ini :

(22)

Gambar 2.Grafik Histogram

Dari grafik histogram di atas model regresi cenderung membentuk kurva normal yang cembung dengan angka standar deviasi mendekati satu yaitu sebesar 0,994 dan pada

normal probability plotmengikuti garis diagonal. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.

Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedositas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2001). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y’ adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-standardized (Ghozali, 2001). Hasil deteksi dengan melihatscatterplotdisajikan dalam gambar 3. di bawah ini.

Gambar 3.Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 3. terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga terlihat titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

(23)

Analisis Regresi dan Hasil Pengujian Hipotesis

Regresi adalah hubungan fungsional yang terjadi antara satu atau lebih variabel dependen dengan variabel independen, agar dapat diketahui nilai duga rata-rata variabel dependen atas pengaruh variabel independen tersebut. Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 16.0. Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2001). Adapun hasil pengolahan data sebagi berikut :

Tabel 8.Hasil Analisis Regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -12.214 2.608 -4.684 .000 PERANAN .310 .014 .929 22.876 .000

a. Dependent Variable: efektivitas_pelayanan

Model persamaan regresi linier berganda dan hasil analisis yang diperoleh adalah : Y = -12.214 + 0.310 (X) + e

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa efektivitas pelayanan kesehatan pada Rmah Sakit Bunda Palembang dipengaruhi oleh peranan auditor internal dalam perusahaan tersebut. Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada peranan audit operasional pada Rumah Sakit Bunda Palembang tersebut, maka efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap pada rumah sakit tersebut akan sebesar -12.214. Artinya tidak terjadi efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap pada Rumah Sakit Bunda Palembang.

b. Nilai koefisien peranan audit bernilai poperasional sitif sebesar 0.310 dan signifikan, artinya jika peranan audit operasional dalam Rumah Sakit Bunda Palembang meningkat, maka efektivitas pelayanan kesehatan pada bagian rawat inap rumah sakit tersebut akan meningkat sebesar 0.310 atau 31%.

Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut :

Tabel 9.Hasil Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5871.108 1 5871.108 523.306 .000a

Residual 931.198 83 11.219

Total 6802.306 84

(24)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5871.108 1 5871.108 523.306 .000a

Residual 931.198 83 11.219

Total 6802.306 84

b. Dependent Variable: efektivitas_pelayanan

Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen peranan audit operasional pada Rumah Sakit Bunda Palembang mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pelayanan kesehatan pada rawat inap tersebut dengan signifikansi F hitung sebesar 523.306 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa audit operasional memiliki peranan yang memadai dan signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan pada rawat inap. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah terima H1 dan tolak H0. Dari perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa audit operasional sangat berperan dalam menunjangefektivitas pelayanan kesehatan pada rawat inap, sehingga hipotesis yang penulis tetapkan yaitu “Audit operasional Memiliki Peranan yang Signifikan dalam menunjang efektivitas pelayanan kesehatan pada Bagian Rawat Inap”Dapat Diterima.

Pengujian Determinan (R2)

Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) diperoleh hanya sebesar 0.861 atau 86.1%. Hal ini menunjukkan bahwa 86.1% efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap dipengaruhi oleh variabel peranan audit operasional Rumah Sakit Bunda Palembang tersebut. Sedangkan sisanya sebesar 13.9% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 10.Hasil Uji Determinasi

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .929a .863 .861 3.350

a. Predictors: (Constant), PERANAN

b. Dependent Variable: efektivitas_pelayanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dengan berbagai pengujian yang dilakukan menyatakan kesimpulan akhir seperti disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 11.Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisien T P (sig) Konfirmasi sig.

Peranan Audit

Operasional (X1)

0.310 22.876 0.000 Bermakna

/signifikan R Square = 0.863 F= 523.306 p(sig) = 0.000 Konstanta = -12.214

(25)

Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah prestasi manajemen perusahaan telah sesuai dengan kebijakan ketentuan dan peraturan yang ada dalam perusahaan, serta untuk mengetahui apakah prestasi manajemen perusahaan lebih baik dari pada masa sebelumnya, dan untuk menentukan apakah aktivitas atau program perusahaan tersebut telah dikelola secara ekonomis, efektif, dan efesiensi. Pelaksanaan audit operasional yang dilakukan di Rumah Sakit Bunda Palembang ditujukan untuk menjawab atau mengatasi berbagai persoalan yang ada pada rawat inap, menilai keefektifan kegiatannya serta menguji ketaatannya terhadap berbagai prosedur pelayanan kesehatan rawat inap. Pelaksanaan audit operasional pada Rumah Sakit Bunda Palembang dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki independensi dan kompetensi yang memadai dibantu oleh SPI (Satuan Pengawas Intern) dan Komite Medis. Efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap pada Rumah Sakit Bunda Palembang turut didukung oleh peranan audit operasional, antara lain:

1. Kualifikasi audit operasional

Audit operasional pada Rumah Sakit Bunda Palembang merangkap sebagai audit intern resmi dengan berdasarkan Surat Keputusan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Bunda Palembang. Pelaksana audit operasional pada Rumah Sakit Bunda Palembang adalah auditor yangt independen dan kompeten.

2. Dalam pelaksanaan audit operasional, sebelum sampai pada tahapan-tahap pelaksanaannya terlebih dahulu auditor menyusun program audit operasional yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan audit operasional. Program audit operasional meliputi: objek pelaksanaan audit, ruang lingkup audit operasional, tujuan audit, sasaran audit dan prosedur audit. Setelah melakukan pengamatan terhadap Rumah Sakit Bunda Palembang dan berdasarkan wawancara dan kuesioner, maka penulis dapat memberi simpulan bahwa program audit untuk kegiatan pelayanan kesehatan rawat inap sudah memadai.

3. Tahap audit operasional

Audit operasional yang dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap audit mendalam.

1. Tahap pendahuluan

Auditor melakukan survey terlebih dahulu pada bagian yang diaudit, yaitu bagian rawat inap untuk memiliki pengetahuan yang lebih terhadap objek yang diaudit. Pada tahap ini auditor melakukan pengamatan sekilas atas fisik, mencari data tertulis, melakukan wawancara dengan pihak manajemen, serta melakukan kegiatan analisis.

2. Tahap audit mendalam

Audit mendalam dilakukan berdasarkan pada temuan-temuan yang diperoleh dari tahap pendahuluan. Pada tahap ini auditor melakukan penyelidikan lebih lanjut pada bagian rawat inap yang bermasalah serta yang memerlukan tindak lanjut. Dalam tahap ini auditor melakukan studi lapangan dan kegiatan analisis.

3. Laporan audit operasional

Laporan hasil audit dibuat oleh auditor operasional dengan suatu standar format tertentu. Laporan dibicarakan dan dibahas bersama pimpinan unit yang diaudit sebelum pada akhirnya diserahkan pada pimpinan rumah sakit. Dalam laporan audit dijelaskan mengenai tujuan audit, waktu pelaksanaan, ruang lingkup langkah-langkah audit, simpulan dan rekomendasi yang dapat diberikan.

(26)

4. Tindak lanjut hasil audit

Dalam melaksanakan audit ada kalanya auditor memberikan rekomendasi pada unti yang diaudit. Rekomendasi ini terkadang dilaksanakan tetapi bisa juga tidak. Oleh karena itu auditor harus meninjau dan menindaklanjuti apakah rekomendasi yang diberikan telah dilaksanakan oleh unit rawat inap yang bersangkutan, dalam bentuk temuan dan rekomendasi.

PENUTUP

Peranan Audit operasional pada Rumah Sakit Bunda Palembang mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap pada rumah sakit tersebut dengan signifikansi F hitung sebesar 523.306 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dengan koefisien determinasi sebesar 0.861 atau 86.1%, sisanya sebesar 13.9% menunjukkan bahwa terdapat fungsi atau hal lain yang dapat atau berperan dalam menunjang efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap, namun bukan merupakan cakupan atau lingkup analisis peneliti. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa sig. Sebesar 0.000 (p < 0.05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan analisis statistik tersebut dapat dikatakan bahwa audit operasional memiliki peranan yang signifikan dalam menunjang efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap.

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yaitu:

1. Keterbatasan waktu penelitian yang dilakukan hai ini menyebabkan kesulitan menemui responden disamping kesibukan yang dimiliki responden.

2. Tidak menutup kemungkinan bahwa data jawaban yang diberikan oleh responden adalah bias karena penelitian ini berdasarkan pengukuran sikap skala likert yang disampaikan secara tertulis melalui kuisioner yang memiliki kelemahan menghasilkan respon bias dan mempengaruhi validitas internal.

3. Penulis sulit mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak dan yang lebih spesifik karena keterbatasan pengalaman yang dimiliki.

4. Jumlah sampel yang diambil dan spesifikasi responden yang tergolong ke dalam

middle management.

Setelah dilakukan penelitian atas peranan auditor internal dalam menunjang efektivitas pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Bunda Palembang, penulis mengemukakan beberapa saran antara lain:

1. Penulis menyarankan kepada auditor operasional Rumah Sakit Bunda Palembang dalam melaksanakan tugas pengauditannya agar dapat lebih memahami dan mengerti fungsinya dalam organisasi sesuai standar yang telah ditetapkan dan melaksanakan tugas sesuai perannya tersebut.

2. Penulis menyarankan kepada auditor operasional Rumah Sakit Bunda Palembang agar terus meningkatkan independensi, kemampuan/keahlian diri dan profesionalisme kerjanya, meningkatkan pengetahuan mengenai pelaksanaan kegiatan audit internal serta untuk mempertajam kemampuan auditor internal maka para auditor melakukan studi banding ke negara-negara maju untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan dapat diandalkan terutama untuk meningkatkan kinerja serta peranannya dalam perusahaan.

(27)

3. Penulis menyarankan kepada kepala auditor internal Rumah Sakit Bunda Palembang agar dapat lebih menekankan lagi kepada auditornya/tim tentang pengetahuan bagaimana cara menghadapi auditee dan mendapatkan informasi yang relevan, yang mana hal ini telah didukung oleh standar yang telah ditetapkan Rumah Sakit Bunda Palembang maka hal ini akan berperan dalam menunjang efektivitas apapun bentuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, A.A, Elder, R, J. A and Beasley, M.S. 2003.Auditing and Assurance Service : An Intergrated Approach. Ninth Edition. Prentice Hall. New Jersey.

Arens, A.A., dan J.K Loebbecke. 1997. Auditing, Buku Dua. Diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf . Salemba Empat, Jakarta.

Arens, Alvin A, Ronald J Elder and Mark S Beasley, 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan Terpadu, Edisi sembilan, PT. Indeks, Jakarta.

Azrul, Azwar. 2000.Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan. Azwar, Saifuddin. 2006.Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Brink, Viktor Z., dan Herbert Witt, 2006, Modern Internal Auditing:Appraising Operations and Controls, four editions, New York : John Willey, Sons Inc.

Cashin, P. dan McDermott, J., 2006,The Long-Run Behavior of Commodity Prices: Small Trends and Big1. Variability, IMF Staff Papers.

Ghozali, Imam. 2001.Aplikasi Analisis dengan Program SPSS. Undip: Semarang. Hair, Joseph F.et al. 1998.Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Halim, Abdul. 2001. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba Empat.

Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta. Nugroho Widjayanto.2004.Pemeriksaan operasional perusahaan.Jakarta: FEUI. Prasetyo Budi Saksono, 1984. Dalam Menuju SDM Berdaya.Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto, M.Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Setiawan, I.A. (2005). Hubungan antara komitmen organisasional, kepuasan kerja, dan inrensi keluar di kantor akuntan publik di Indonesia. Disertasi Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI (tidak dipublikasikan)

(28)

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas 2008. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Tugiman, Hiro. 2007. Standar Profesional Audit Internal. Cetakan ke-9. Yogyakarta. Kanisisus.

Tunggal, Amin Widjaja. 2008. ”Dasar-Dasar Audit Operasional”. Edisi Revisi. Jakarta: Harvarindo.

Tunggal, Amin Widjaja.2003. Audit Manajemen Kontemporer. Edisi Revisi. Jakarta: Harvarindo.

Gambar

Tabel di bawah ini akan menyajikan Operasionalisasi variabel dan pengukuran yang digunakan adalah:
Tabel 2. Nilai Jawaban
Tabel 3. Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5. Responden Berdasarkan Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui Samsat J’bret pada kantor Cabang Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Berdasarkan Keputusan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 188.4/100/BPBD/2021 tentang Penetapan Kelulusan Seleksi

beberapa perhitungan yang telah dilakukan baik untuk kapal dengan tipe lambung monohull maupun katamaran pada displasement yang sama yaitu sebesar 6 ton, didapatkan besaran

Kepada Perusahaan yang dinyatakan sebagai pemenang, diharapkan menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Swasta, Satuan Kerja

2 Kepada Perusahaan yang dinyatakan sebagai pemenang, diharapkan menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah, Satuan Kerja Deputi

Terdapat beberapa risiko potensial yang dimiliki oleh suatu daerah terkait dengan peningkatan kasus dan penyebaran TB pasca tsunami, antara lain kondisi lingkungan yang padat

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Desiyanti (2015) bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian pernikahan dini adalah peran orang tua dalam