Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No.02/Pkh.S1/FIP-UPI/Agustus/2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL
MELALUI PERMAINAN SUSUN BALOK
PADA ANAK TUNARUNGU USIA PRASEKOLAH
(Studi Eksperimen pada Siswa Tunarungu TK2 dan TK3
di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh
DEWI ANGGREANI USMAN
0703872
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MELALUI PERMAINAN SUSUN BALOK
PADA ANAK TUNARUNGU USIA PRASEKOLAH
(Studi Eksperimen pada Siswa Tunarungu TK2 dan TK3
di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi)
oleh
Dewi Anggreani Usman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Dewi Anggreani Usman 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : Dewi Anggreani Usman NIM : 0703872
MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN SUSUN BALOK
PADA ANAK TUNARUNGU USIA PRASEKOLAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Tunarungu TK2 dan TK3
di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi)
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing 1
Dr. Permanarian Somad, M.Pd NIP. 19540408 198103 2 001
Pembimbing II
Dr. Dudi Gunawan, M.Pd NIP. 19621121 198403 1 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
i
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Dewi Anggreani Usman, (2013). “Meningkatkan Kemampuan Interaksi
Sosial Melalui Permainan Susun Balok pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah (Studi Eksperimen pada Siswa Tunarungu TK2 dan TK3 di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi)”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Khusus. FIP-UPI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh observasi awal terhadap siswa Tunarungu usia prasekolah di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi, khususnya di TK2. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa dalam proses berinteraksi, khususnya dengan teman sebaya, beberapa siswa Tunarungu usia prasekolah interaksi sosialnya belum berkembangan dengan optimal. Masalah yang terjadi di TK2 yaitu tidak mau bekerjasama dengan temannya pada saat belajar kelompok di kelas, tidak mau berbagi mainan dengan teman, tidak membantu teman untuk merapihkan mainan, tidak mau meminta maaf apabila salah dan sulit memberi maaf jika temannya meminta maaf. Mengingat pentingnya anak memiliki kemampuan berinteraksi sosial, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya. Salah satunya melalui permainan susun balok. Permainan susun balok merupakan permainan yang dapat mengembangkan semua aspek kecerdasan jamak (multiple intelegensi) termasuk kemampuan interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu kerjasama, persaingan dan pertentangan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain control group pretest posttest. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan dengan permainan susun balok.
v
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Kegunaan Penelitian ... 5
F. Hipotesis... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Konsep Dasar Tunarungu... 7
a. Definisi Tunarungu... 7
b. Pengaruh Ketunarunguan Terhadap perkembangan Anak... 8
2. Konsep Dasar Anak Prasekolah... 10
a. Definisi Anak Prasekolah... 10
b. Perkembangan Anak Prasekolah... 11
3. Konsep Dasar Interaksi Sosial... 13
a. Definisi Interaksi Sosial... 13
b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 14
v
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian ... 21
2. Desain Penelitian ... 21
3. Tahapan Penelitian... 22
4. Lokasi Penelitian... 24
B. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel... 24
2. Definisi Operasional Variabel... 25
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 29
E. Pengolahan dan Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
B. Pembahasan... 46
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 52
B. Rekomendasi... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
1
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan ke dunia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang
selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Dalam mempertahankan
kehidupannya manusia selalu berusaha untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Aktivitas untuk melakukan hubungan sosial merupakan naluri kebutuhan
yang sangat mendasar bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan. Interaksi sosial
adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar
individu dengan kelompok. Melalui proses interaksi sosial maka kepribadian
seseorang akan terbentuk. Setiap individu memiliki potensi yang dapat
dikembangkan demi mencapai suatu keseimbangan, keserasian dalam menempuh
hidup untuk berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Menurut Daeng (1996: 114) ada empat faktor yang berpengaruh pada
kemampuan anak untuk berinteraksi sosial, yaitu: adanya kesempatan untuk
bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang,
adanya minat dan motivasi untuk bergaul, adanya bimbingan dan pengajaran dari
orang lain yang biasanya menjadi “model” bagi anak dan adanya kemampuan
berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Masalah-masalah yang sering
muncul pada anak usia prasekolah antara lain adalah rasa cemas yang
berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan keadaan, kecenderungan
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lingkungannya, sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain, gangguan
tidur; gelisah, mengigau, mimpi buruk dan gangguan makan misalnya selera
makan sangat menurun. Jika anak tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dikhawatirkan anak sulit menjalin komunikasi sosial, anak
menjadi pemurung, mudah marah ataupun mudah tersinggung.
Somad dan Hernawati (1996: 27) mengemukakan bahwa anak tunarungu
adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat
menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa
dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Dalam hidup bermasyarakat seseorang harus mampu memenuhi dan
memahami eksistensinya, statusnya serta kewajibannya. Bagi anak tunarungu
usia prasekolah untuk merealisasikan kebutuhannya sebagai makhluk sosial
merupakan permasalahan yang memerlukan perhatian. Keterbatasan yang
dialami anak tunarungu tidak hanya berakibat pada minimnya penguasaan bicara
dan bahasanya, namun dapat menghambat perkembangan interaksi sosialnya.
Berdasarkan studi pendahuluan di SLB B Prima Bhakti Mulia, khususnya
di TK2, masalah yang terjadi pada anak di TK2 yaitu tidak mau bekerja sama
dengan temannya pada saat belajar kelompok di kelas, tidak mau berbagi mainan
dengan teman, tidak membantu teman untuk merapihkan mainan, tidak mau
meminta maaf apabila salah dan sulit memberi maaf jika temannya meminta
maaf.
Usia prasekolah adalah usia atau masa dimana anak-anak masih senang
bermain. Menurut Bruner dalam Hurlock (1980: 12) bahwa “bermain dalam
masa kanak-kanak adalah “kegiatan yang serius” yang merupakan bagian penting
3
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak mulai lebih menyukai permainan yang dimainkan bersama teman-teman
sebaya daripada dengan orang-orang dewasa. Permainan ini terdiri dari beberapa
pemain dan melibatkan beberapa peraturan. Oleh karena itu, bermain dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan anak dalam
melatih penyesuaian diri dan berinteraksi sosial. Karena dalam bermain,
khususnya bermain yang melibatkan kelompok permainan akan menciptakan
terjalinnya interaksi timbal balik antar sesama teman, ada perasaan ingin diterima
menjadi anggota kelompok sepermainan dan ada peraturan tertentu yang harus
disepakati bersama dalam kelompok bermain. Dengan demikian secara langsung
bermain dapat menciptakan suasana kebersamaan, saling mengenal, yang pada
tahap selanjutnya dapat menjalin persahabatan yang lebih akrab, dan
menghilangkan rasa tertekan, minder dan diasingkan. Kemampuan interaksi
sosial anak adalah hasil belajar, tidak hanya sekedar hasil dari kematangan saja.
Perkembangan interaksi sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak. Perkembangan interaksi
sosial yang optimal diperoleh dari respon yang diberikan oleh tatanan kelas pada
awal anak masuk sekolah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan konsep diri yang positif, keterampilan sosial dan kesiapan
untuk belajar secara formal.
Salah satu upaya dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial
anak diantaranya melalui kegiatan bermain. Menurut Singer dalam Kusantanti
(2004) bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya,
mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan
untuk memahami konsep secara ilmiah dan tanpa paksaan.
Permainan susun balok berkaitan erat dengan kemampuan intelektual dan
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Anak mengekspresikan gagasan
yang ada dalam pikirannya, mengorganisasikan material yang ada, serta
berkonsentrasi membuat bangunan. Meskipun pada awalnya balok dirancang
untuk permainan kontruksi atau membuat bentuk/bangunan, balok juga dapat
mengembangkan semua jenis kecerdasan jamak (multiple intelengences). Salah
satunya dapat mengembangkan interaksi sosial dalam aspek kerjasama,
persaingan dan pertentangan. Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun
berkelompok dengan teman-temannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin mengetahui adakah
pengaruh permainan susun balok dalam meningkatkan kemampuan interaksi
sosial pada anak tunarungu usia prasekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di identifikasi bahwa
kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah belum begitu
berkembang secara optimal.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki batasan masalah. Batasan-batasan masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Subjek yang diteliti difokuskan pada anak tunarungu usia prasekolah TK2 dan
TK3 di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi.
2. Kemampuan interaksi sosial yang diukur adalah aspek kerjasama, aspek
persaingan dan aspek pertentangan.
5
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agar penelitian ini lebih terarah, maka dirumuskan sebuah rumusan
masalah yaitu: “Apakah permainan susun balok berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah TK2
di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi?”. Untuk lebih memfokuskan
permasalahan, peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana profil awal kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia
prasekolah TK2 dan TK3 di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi?
2. Bagaimana kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah TK2
di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi setelah mendapatkan perlakuan
dengan permainan susun balok?
3. Apakah terdapat peningkatan kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia
prasekolah melalui permainan susun balok di SLB B Prima Bhakti Mulia
Kota Cimahi?
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
pengaruh permainan susun balok dalam meningkatkan kemampuan interaksi
sosial pada anak tunarungu usia prasekolah. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini adalah:
a. Mengetahui profil awal kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia
prasekolah TK2 dan TK3 di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi.
b. Mengetahui kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah
TK2 di SLB B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi setelah mendapatkan
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mengetahui tentang peningkatan kemampuan interaksi sosial anak
tunarungu usia prasekolah melalui permainan susun balok di SLB B Prima
Bhakti Mulia Kota Cimahi.
2. Kegunaan penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki kegunaan.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan dan informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam penanganan kemampuan interaksi sosial anak tunarungu
usia prasekolah.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang
besar. Secara empiris dilapangan temuan penelitian ini nantinya dapat
digunakan sebagai masukan bagi sekolah dan tempat-tempat terapi dalam
upaya menangani permasalahan interaksi sosial anak tunarungu usia
prasekolah melalui permainan susun balok, sehingga hasilnya dapat
meningkatkan kemampuan interaksi sosial.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008: 96).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “permainan susun balok
dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunarungu usia
21
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan suatu
permasalahan yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan
logis. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
kuantitatif, dan metode yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu
metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena
sebab akibat. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (2002: 3) bahwa: “Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu”.
Perlakuan dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan permainan
susun balok, sedangkan akibat dari perlakuan yaitu peningkatan kemampuan
interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah. Dengan kata lain, metode
penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
antara variabel bebas dan variabel terikat.
2. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan adalah design control group pretest
posttest. Dalam rancangan ini digunakan dua kelompok subyek, yaitu satu
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Dua kelompok subyek
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlakuan (01), selanjutnya kelompok eksperimen mendapat perlakuan (X)
sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan, setelah selesai
mendapat perlakuan kelompok eksperimen diberi tes akhir (posttest) untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perlakuan yang diberikan (02)
begitu juga dengan kelompok kontrol. Adapun pola desain eksperimen design
control group pretest posttest sebagai berikut:
Tabel 3.1 (design control group pretest posttest)
Pretest
O1 O3
Treatment
X
Posttest
O2 O4
Keterangan:
O1 dan O3 = kedua kelompok (TK2 dan TK3) di observasi dengan pretest untuk mengetahui kemampuan awal interaksi sosialnya
X = treatment (perlakuan), dalam penelitian ini treatment yang diberikan yaitu permainan susun balok pada kelompok eksperimen (TK2)
O2 = kemampuan interaksi sosial kelompok eksperimen (TK2) yang diberikan treatment permainan susun balok
O4 = kemampuan interaksi sosial kelompok kontrol (TK3) yang tidak diberikan treatment permainan susun balok
3. Tahapan Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
23
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan pretest dilakukan sebanyak dua kali. Pretest yang
diberikan yaitu mewarnai gambar sesuai dengan contoh (gambar rumah
dan mobil). Setiap kelompok mendapat gambar-gambar yang harus
diwarnai. Waktu yang digunakan untuk melaksanakan pretest adalah 60
menit. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pretest,
sebagai berikut:
1) Mempersiapkan kelas untuk belajar,
2) Mengumpulkan siswa,
3) Membagi siswa dalam dua kelompok. Kelompok A dan kelompok
B,
4) Memberitahukan gambar yang diwarnai harus sesuai dengan contoh
(gambar rumah dan mobil),
5) Membagikan gambar, dan
6) Mengamati proses interaksi setiap anak, serta menceklis indikator
dari kemampuan interaksi sosial.
b. Pelaksanaan treatment (perlakuan)
Pelaksanaan treatment (perlakuan) dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan. Treatment (perlakuan) yang diberikan adalah permainan susun
balok. Skenario permainan menyusun balok yaitu: 10 siswa dibagi menjadi
2 kelompok, kelompok A dan kelompok B. Peneliti membagikan balok
plastik, setiap kelompok mendapatkan satu set balok plastik. Tugas
kelompok A dan kelompok B yaitu menyusun balok-balok tersebut
menjadi bentuk yang sudah ditentukan, yaitu bentuk robot, kereta api dan
mobil. Peraturannya, kelompok A tidak boleh mengganggu kelompok B,
begitu juga sebaliknya. Waktu yang digunakan untuk menyusun balok
yaitu 60 menit. Aspek yang dinilai dari permainan susun balok yaitu
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teman untuk mendapatkan prestasi terbaik dalam mengerjakan tugas, dan
pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai, atau kepentingan yang
bersifat positif. Tiga aspek tersebut merupakan bentuk-bentuk dari interaksi
sosial.
c. Melaksanakan posttest (evaluasi akhir)
Melaksanakan posttest yaitu pengukuran kembali tentang kemampuan
interaksi sosial anak tunarungu usia prasekolah setelah dilakukan treatment
dengan permainan susun balok. Waktu yang digunakan untuk
melaksanakan posttest yaitu 60 menit. Langkah-langkah dalam
melaksanakan posttest, sebagai berikut:
1) Membagi siswa dalam dua kelompok. Kelompok A dan kelompok
B,
2) Memberitahukan gambar yang diwarnai harus sesuai dengan contoh
(gambar rumah dan mobil),
3) Membagikan gambar, dan
4) Mengamati proses interaksi anak, serta menceklis indikator dari
kemampuan interaksi sosial.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SLB B Prima Bhakti Mulia, Jl. Budhi No. 123 Kota
Cimahi. Pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan
bahwa di SLB B Prima Bhakti Mulia, khususnya di TK2 interaksi sosial
dalam aspek kerjasama, persaingan/kompetisi dan pertentangan dengan teman
satu kelas masih perlu ditingkatkan.
B. Variabel Penelitian
25
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu permainan susun
balok. Permainan susun balok merupakan salah satu alat bermain konstruksi
yang mengembangkan aspek kerjasama, aspek persaingan, dan aspek
pertentangan. Dalam bermain susun balok, aspek kerjasama dapat dilihat pada
saat siswa bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan
tugas menyusun balok, aspek persaingan dapat dilihat pada saat siswa
berlomba dengan temannya untuk mendapatkan prestasi terbaik dalam
menyelesaikan tugas menyusun balok dan aspek pertentangan dapat dilihat
pada saat siswa memberikan saran positif kepada temannya yang berkaitan
dengan tugas.
Yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan interaksi sosial.
Menurut Gillin & Gillin dalam Haryanto dan Nugrohadi (2011: 215) interaksi
sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, dimana perilaku
individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku
individu yang lain, atau sebaliknya. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competetion) dan pertentangan
(conflict).
2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, Sugiyono
(2008: 61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
permainan susun balok.
Permainan susun balok sama halnya dengan permainan menyusun
lego, yaitu sejenis mainan bongkar pasang yang biasanya terbuat dari balok
plastik berukuran kecil hingga besar. Kepingan-kepingan balok plastik
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kapal, pesawat, robot dan lain-lain. Permainan susun balok merupakan
salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Tidak
hanya untuk aspek kognitif, motorik, tetapi juga untuk meningkatkan
kecerdasan emosi dan sosial anak. Balok dapat dimainkan sendiri oleh
anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya. Permainan balok
dapat mengembangkan semua jenis kecerdasan jamak, termasuk
kecerdasan sosial. Dapat juga mengembangkan interaksi sosial dalam
aspek kerjasama, aspek persaingan dan aspek pertentangan. Aspek
kerjasama dapat dilihat pada saat siswa bekerjasama dengan temannya
dalam menyelesaikan tugas menyusun balok, aspek persaingan dapat
dilihat pada saat siswa berlomba dengan temannya untuk mendapatkan
prestasi terbaik dalam menyelesaikan tugas menyusun balok dan aspek
pertentangan dapat dilihat pada saat siswa memberikan saran positif kepada
temannya yang berkaitan dengan tugas.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikat adalah kemampuan interaksi sosial. Menurut Gillin
dalam Haryanto dan Nugrohadi (2011: 215) interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau
sebaliknya. Interaksi sosial dalam penelitian ini di fokuskan pada tiga aspek
yaitu aspek kerjasama, aspek persaingan, dan aspek pertentangan. Ketiga
aspek tersebut merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial. Aspek
kerjasama terdiri dari tujuh (7) sub indikator, aspek persaingan terdiri dari
tujuh (7) sub indikator dan aspek pertentangan terdiri dari enam (6) sub
27
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan cara observasi. Skala penilaiannya yaitu 3 = sangat sering, 2 = sering,
dan 1 = kadang-kadang. Skor maksimum = 60.
Dalam bermain susun balok, aspek kerjasama dapat dilihat pada saat
siswa bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan tugas
menyusun balok, seperti menyesuaikan diri dengan teman dalam kelompok,
berkomunikasi dengan teman dalam mengerjakan tugas, membantu teman
dalam mengerjakan tugas, berbagi alat tulis ataupun mainan dengan teman,
bergiliran dengan teman dalam menggunakan alat tulis ataupun mainan,
bermain dengan mengikuti aturan dan saling membantu dalam merapihkan
alat tulis ataupun mainan. Aspek persaingan dapat dilihat pada saat siswa
berlomba dengan temannya untuk mendapatkan prestasi terbaik dalam
menyelesaikan tugas menyusun balok, seperti semangat dalam mengerjakan
tugas, berusaha mengerjakan tugas lebih cepat dari kelompok lain,
menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, fokus dalam
mengerjakan tugas, jujur dalam mengerjakan tugas, tidak mengejek teman
yang belum selesai mengerjakan tugas dan menerima kekalahan dalam
bermain. Aspek pertentangan yaitu pertentangan yang menyangkut suatu
tujuan, nilai, atau kepentingan yang bersifat positif, seperti memberitahukan
kepada teman yang ribut untuk diam saat guru berbicara, mengingatkan teman
untuk tidak mengganggu teman satu kelompok ataupun kelompok lain,
memberitahukan kepada teman satu kelompok apabila tugas yang dikerjakan
tidak sesuai dengan contoh, berusaha untuk tidak cemburu dan tetap
menyelesaikan tugas apabila kelompok lain sudah selesai mengerjakan tugas,
meminta maaf kepada teman apabila berbuat salah dan memaafkan teman
apabila ada teman yang berbuat salah dan meminta maaf.
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu di SLB B
Prima Bhakti Mulia TK1, TK2 dan TK3 yang berjumlah 28 orang. Atas dasar
teknik sampling sederhana (simple random sampling) yang dipilih sebagai
sampel adalah siswa TK2 dan TK3. Kelompok yang dipilih sebagai kelompok
eksperimen adalah TK2 dan kelompok kontrol adalah TK3. Dibawah ini
tercantum daftar subyek penelitian, sebagai berikut:
Tabel 3.2
Data Subyek Penelitian Kelompok Eksperimen
No. Subyek Jenis Kelamin
1. JJ Laki-laki
2. SN Laki-laki
3. NY Perempuan
4. SL Perempuan
5. VL Laki-laki
6. FI Perempuan
7. YU Laki-laki
8. DV Laki-laki
9. FT Laki-laki
10. FA Laki-laki
Tabel 3.3
29
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Subyek Jenis Kelamin
1. TI Perempuan
2. LT Perempuan
3. DN Laki-laki
4. AZ Laki-laki
5. SA Perempuan
6. IK Laki-laki
7. TL Laki-laki
8. AL Laki-laki
9. AS Laki-laki
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat
memperlihatkan ada tidaknya pengaruh dari permainan susun balok yang
diberikan. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan
interaksi sosial setelah diberikan permainan susun balok.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi
terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, gejala alam, proses kerja dan
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Instrumen Penelitian
Arikunto (2002: 136) mengemukakan bahwa, “instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan interaksi sosial.
Untuk menjabarkan instrumen kedalam bentuk tes, sebelumnya peneliti
menyusun kisi-kisi dan merumuskan indikator yang menjadi ruang lingkup
variabel interaksi sosial, penelaahan kisi-kisi dilakukan dengan cara menelaah
berbagai literatur yang relevan dengan variabel yang akan diukur. Selanjutnya
setiap bentuk-bentuk interaksi sosial dijabarkan dalam indikator, yaitu
indikator kerjasama, indikator persaingan dan indikator pertentangan.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Interaksi Sosial
Variabel penelitian
Tujuan Indikator Uraian Jumlah
item
1. Kerjasama a. Menyesuaikan diri dengan teman dalam
kelompok
b. Berkomunikasi dengan teman dalam
mengerjakan tugas
c. Membantu teman dalam mengerjakan
tugas
d. Berbagi alat tulis ataupun mainan
dengan teman
e. Bergiliran dengan teman dalam
menggunakan alat tulis atau mainan
31
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Persaingan
3. Pertentangan
f. Bermain dengan mengikuti aturan
g. Saling membantu dalam merapihkan
alat tulis ataupun mainan
a. Semangat dalam mengerjakan tugas
b. Berusaha mengerjakan tugas lebih
cepat dari kelompok lain
c. Menyelesaikan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan
d. Fokus dalam mengerjakan tugas
e. Jujur dalam mengerjakan tugas
f. Tidak mengejek teman yang belum
selesai mengerjakan tugas
g. Menerima kekalahan dalam permainan
a. Memberitahukan teman yang ribut
untuk diam saat guru berbicara
b. Mengingatkan teman untuk tidak
mengganggu teman satu kelompok
ataupun kelompok lain
c. Memberitahukan kepada teman satu
kelompok apabila tugas yang
dikerjakan tidak sesuai dengan contoh
d. Berusaha untuk tidak cemburu dan
tetap menyelesaikan tugas apabila
kelompok lain sudah selesai
mengerjakan tugas
7
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Meminta maaf kepada teman apabila
berbuat salah
f. Memaafkan teman apabila ada teman
yang berbuat salah dan meminta maaf
3. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu kiranya
melakukan uji coba instrumen penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui
layak atau tidak layaknya instrumen tersebut dijadikan sebagai alat tes. Data
hasil uji coba selanjutnya diolah dan dianalisis.
Instrumen yang telah disusun, sebelum digunakan diuji terlebih dahulu
validitasnya dengan menggunakan pendapat ahli (judgement experts). Menurut Sugiyono (2009: 177) bahwa “instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur”. Untuk pelaksanaan uji validitas dapat dilakukan oleh sek urang-kurangnya tiga orang ahli dalam bidang yang berhubungan dengan penelitian
ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan kesediaan tiga orang ahli untuk
memberikan judgement experts pada instrumen kemampuan interaksi sosial
yang telah disusun. Para ahli yang menilai instumen kemampuan interaksi
sosial yang telah disusun yaitu satu orang dosen Pendidikan Khusus dan dua
orang guru kelas TK di SLB B Prima Bhakti Mulia.
a. Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan pada instrumen penelitian yang telah dibuat
adalah menggunakan uji validitas isi (content validity) berkenaan dengan isi
dan format instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hasil yang ingin
33
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan diukur. Setelah data diperoleh, kemudian diolah dengan menggunakan
rumus:
F
P 100%
N
Keterangan:
1. P = Persentase
2. F = Jumlah Cocok
3. N = Jumlah Penilai ahli
Hasil dari judgement (penilaian) oleh satu orang dosen Pendidikan
Khusus dan dua orang guru kelas TK di SLB B Prima Bhakti Mulia, dari 20
indikator hasilnya valid. Dapat disimpulkan instrumen layak dan cocok untuk
digunakan (dapat dilihat pada lampiran).
b. Uji Realibilitas
Reliabilitas berkaitan dengan tingkat ketepatan hasil pengukuran. Suatu
instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai jika instrumen tersebut
digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa ahli hasilnya relatif sama.
Arikunto (2005: 86) menyatakan bahwa “suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat”. Pengujian reliabilitas pada penelitian yang berjudul meningkatkan kemampuan interaksi sosial melalui permainan susun balok
pada anak tunarungu usia prasekolah, diukur dengan cara internal reliabilitas.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini yaitu dengan internal
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan rumus KR 21 (Kuder
Richardson).
r
11=(
)
(Arikunto, 2002: 164)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen kemampuan interaksi sosial
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt = varians total
Untuk menghitung reliabilitas instrumen kemampuan interaksi sosial
dengan menggunakan rumus KR 21, terlebih dahulu mencari varians total
butir soal dengan rumus sebagai berikut:
Vt = ∑ 2 – ((∑ )2 / N )
N
(Arikunto, 2002: 160)
35
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Vt = varians total
X = jumlah skor total dari masing-masing butir soal dan jumlah perolehan dari
masing-masing anak tunarungu
N = jumlah siswa
Perhitungan Hasil Uji Coba Instrumen
Diketahui: X = 133, X2 = 2977, N = 6, k = 20
Ditanya: Vt
Jawaban: Vt = 2977 – ((133)2 / 6) : 6
Vt = 2977 - 2948 : 6
Vt = 29 : 6 = 4,83
Setelah varians total diketahui, kemudian dimasukkan ke dalam rumus
KR 21, sebagai berikut:
r11 = ( )
Diketahui: k = 20, Vt = 4,83 M = 22,16
r11 = ( )
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r11 = ( )
r11 = 1,053 x 0,501
r11 = 0,527
Dari perhitungan di atas, diperoleh r11 = 0,527 untuk instrumen
kemampuan interaksi sosial. Skor tersebut dapat dikategorikan cukup atau
sedang. Hal ini berdasarkan interpretasi besarnya koefisien korelasi (r)
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes
Nilai r Interpretasi
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Cukup/sedang
37
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,81 – 1,000 Sangat tinggi
(Arikunto, 2002: 158)
Berdasarkan interpretasi besarnya koefisien korelasi (r), maka instrumen
kemampuan interaksi sosial yang dibuat dapat dinyatakan reliabel dan dapat
digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan metode kuantitatif
menggunakan alat bantu statistik non parametrik. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan Uji Mann-Whitney. Setelah data hasil penelitian terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data yang meliputi:
1. Penilaian
Setelah semua jawaban terkumpul, dilakukan pengkodean pada nama siswa
dan memberikan penilaian pada jawaban siswa sesuai dengan kriteria
penilaian yang telah ditetapkan.
2. Pengelompokkan jenis data
Data yang telah terkumpul dan diberi nilai, selanjutnya memisahkan antara
lembar jawaban pretest dan posttest.
3. Perhitungan
Setelah selesai dilaksanakan eksperimen, maka hasil kedua kelompok
diolah dengan Uji Mann-Whitney atau U test digunakan pada analisis
komparatif untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang independen
untuk data yang ordinal. Untuk n < 20 prosedur uji statistiknya sebagai
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Menentukan hipotesis
H0 : tidak terdapat perbedaan kemampuan interaksi sosial antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H1 : terdapat perbedaan kemampuan interaksi sosial antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
b) Menentukan taraf nyata dan Utabel
Taraf nyata yang biasa digunakan yaitu 5 % dan nilai U dilihat dari tabel
harga-harga kritis dalam Uji Mann-Whitney. Utabel = 20.
c) Menentukan kriteria uji
Tolak H0 jika Uhitung < Utabel
Terima H1 jika Uhitung > Utabel
d) Menentukan nilai uji statistik (nilai U)
Penentuan nilai uji statistik melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Menggabungkan kedua sampel dan memberi urutan tiap-tiap
anggota, dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.
2) Menjumlahkan urutan masing-masing sampel (U1 dan U2).
3) Menghitung uji statistik dengan rumus:
Keterangan:
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
n1 = jumlah sampel 1
39
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai U = n1.n2– U1
4) Membuat kesimpulan
52
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa permainan susun balok dapat meningkatkan kemampuan interaksi
sosial anak tunarungu usia prasekolah, khususnya pada aspek kerjasama dapat
dilihat saat siswa bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk
menyelesaikan tugas, seperti menyesuaikan diri dengan teman dalam
kelompok, berkomunikasi dengan teman dalam mengerjakan tugas,
membantu teman dalam mengerjakan tugas, berbagi alat tulis ataupun mainan
dengan teman, bergiliran dengan teman dalam menggunakan alat tulis
ataupun mainan, bermain dengan mengikuti aturan dan saling membantu
dalam merapihkan alat tulis ataupun mainan. Aspek persaingan dapat dilihat
pada saat siswa berlomba dengan temannya untuk mendapatkan prestasi
terbaik dalam menyelesaikan tugas menyusun balok, seperti semangat dalam
mengerjakan tugas, berusaha mengerjakan tugas lebih cepat dari kelompok
lain, menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, fokus dalam
mengerjakan tugas, jujur dalam mengerjakan tugas, tidak mengejek teman
yang belum selesai mengerjakan tugas dan menerima kekalahan dalam
bermain. Aspek pertentangan yaitu pertentangan yang menyangkut suatu
tujuan, nilai, atau kepentingan yang bersifat positif, seperti memberitahukan
kepada teman yang ribut untuk diam saat guru berbicara, mengingatkan
teman untuk tidak mengganggu teman satu kelompok ataupun kelompok lain,
memberitahukan kepada teman satu kelompok apabila tugas yang dikerjakan
tidak sesuai dengan contoh, berusaha untuk tidak cemburu dan tetap
53
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meminta maaf kepada teman apabila berbuat salah dan memaafkan teman
apabila ada teman yang berbuat salah dan meminta maaf.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Mann–
Whitney, diperoleh Uhitung = 72 dan Utabel = 20 dengan tingkat signifikan 0,05.
Dengan demikian H0 ditolak karena Uhitung > Utabel, artinya terdapat perbedaan
kemampuan interaksi sosial antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Hipotesis yang diajukan diterima dan menunjukkan bahwa
permainan susun balok dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak
tunarungu usia prasekolah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa permainan
susun balok dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunarungu
usia prasekolah, maka penulis mengajukan rekomendasi kepada:
1. Guru dan Orangtua
Saran yang diajukan kepada pendidik dan orangtua yaitu membuat
lingkungan sosial sedemikian rupa sehingga lingkungan fisik yang telah
sesuai dengan tahapan perkembangan anak dapat berfungsi secara optimal.
Permainan menyusun balok dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
permainan untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak.
2. Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan yang diperoleh dari
penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
Dalam penelitian ini membahas mengenai pengaruh permainan susun
balok dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunarugu usia
prasekolah. Aspek yang diukur yaitu aspek kerjasama, aspek persaingan
dan aspek pertentangan. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
melanjutkan kembali penelitian ini dengan menambah aspek yang diamati
dan lebih menjabarkan indikator dari setiap aspek tersebut. Tujuannya agar
54
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. ( 2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aril (2013). Bermain Balok Untuk Latihan Kemampuan Otak Anak.[Online].
Tersedia:http://duniaanak9.blogspot.com/2013/04/bermain-balok-untuk-latih-kemampuan.html [30 November 2012]
Anmum (2009). Main Susun Balok.[Online].
Tersedia:http://www.anmum.com/id/main.aspx?sid=2215&sva=3 [30
November 2012].
Dwi, G. (2012). Bermain Pada Anak usia Dini.[Online].
Tersedia:http://elearning.unesa.ac.id/myblog/galuh-dwi-b/bermain-pada-anak-usia-dini [30 November 2012]
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi kelima). Jakarta:
Erlangga.
Haryanto, D. dan Hugrohadi, G.E. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Kartadinata, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
55
Dewi Anggreani Usman,2013
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Permainan Susun Balok Pada Anak Tunarungu Usia Prasekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mariani, D. (2011). Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini.[Online].
Tersedia:http://paudanakceria.wordpress.com/2011/08/06/bermain-dan-kreativitas-pada-anak-usia-dini/ [30 November 2012]
Muliawan, J.U. (2009). Tips Jitu Memilih Mainan Positif & Kreatif Untuk
Anak Anda. Jogjakarta: DIVA Press.
Patmonodewo, S. (1995). Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sudono, A. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan
Usia Dini). Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Somad, P. dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu.
Jakarta: Depdikbud Republik Indonesia.
Somad, P. dan Tarsidi. (2008). Dampak Ketunarunguan terhadap
Perkembangan Individu. [Online]. [29 Maret 2008]
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.