• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502266459Bab 2 ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502266459Bab 2 ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN PERE

nasional dan amanat inte Milenium Development Go bidang Cipta Karya juga me pada suatu wilayah seperti faktor daya beli masyaraka khususnya pada kawasan

dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

angunan infrastruktur permukiman disusun dengan ya g maupun rencana pembangunan, baik skala nasional

/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, pere nan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat p internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. P memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi p erti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya pe rakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepada san perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan p erupakan tanggung jawab bersama antara pemerinta gan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dar

Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.

Diagram 1

an dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Ka

(2)

Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya. Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) bidang Cipta Karya.

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalamRPI2-JMtersebut harus tertuang dalam rencana kerja/RKP/RKPD.

Dengan demikian jelas bahwaRPI2-JMBidang Cipta Karya merupakan perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

(3)

Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014 dan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kab/Kota bidang Cipta Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP) Provinsi.

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

SEB Pagu

(4)

2.2. Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya mengacu pada kebijakan pembangunan nasional dengan mengsinkronkan kebijakan - kebijakan pembangunan infrastruktur permukiman terhadap arahan program pembangunan Ditjen Cipta Karya.

2.2.1. Rencana Pembanguanan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025

RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk:

a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang,

antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah,

c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan,

d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan

(5)

2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 - 2014 Visi dan Misi RPJPN 2005-2025

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, makaVisi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR Dengan penjelasan sebagai berikut:

Mandiri : Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Maju : Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.

Adil : Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

Makmur : Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Delapan Misi Pembangunan Nasionaladalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasilaadalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

(6)

berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil.

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatuadalah membangun kekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industry pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

(7)

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasionaladalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

Arah Kebijakan UmumPembangunan nasional

Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.

2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.50

(8)

dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.

Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam lima tahun sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan. Pendekatan yang bersifat kelembagaan ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang menyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada tatakelola yang baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang baik dan efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan, dan keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati proses yang telah disetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa memiliki yang tinggi dan akuntabel.

Pembangunan kelembagaan ini tidak hanya membangun mekanisme kelembagaan yang baru, tetapi juga mengembalikan kembali aturan lama yang dipandang lebih berkelanjutan ke dalam sistem. Sebagai contoh, program BOS selama ini lebih banyak dilakukan pemerintah pusat, padahal UU Otonomi Daerah menetapkan bahwa pendidikan merupakan tugas pemerintah kabupaten/kota, selanjutnya program ini akan lebih mengedepankan dan mengaktifkan peran pemerintah daerah.

2.2.3. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan

Penjelasan umum koridor ekonomi :

(9)

karet, dan besi baja. Selain itu ada tambahan satu kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan jembatan selat sunda.

2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong Industri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi baja, dan sektor lain.

3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.

4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah: pariwisata, peternakan, dan perikanan.

5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan peternakan.

6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional” adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.

2.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

(10)

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu :

TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8%-10% pada tahun 2014;

• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

Sustainable livelihoodsebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk

membangun keterkaitan dengan MP3EI;

• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)

• Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;

• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

(11)

TAHAP 3 (Periode 2020-2025)

• Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

• Sistem jaminan sosial mencapaiuniversal coverage.

2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

(12)

telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga negara, Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program :

1. Pro rakyat;

2. Keadilan untuk semua (justice for all);

3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals- MDG’s).

Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas: 1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

(13)

2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada: a. Program keadilan bagi anak;

b. Program keadilan bagi perempuan;

c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan; d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;

e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan; f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada: a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; d. Program penurunan angka kematian anak;

e. Program kesehatan ibu;

f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

2.3. Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/Cipta Karya.

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/kota.

Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya. Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) bidang Cipta Karya.

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalamRPI2-JMtersebut harus tertuang dalam rencana kerja/RKP/RKPD.

(14)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2.3.1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Pemerintah perlu berperan lebih dalam pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk :

a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR; c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan

perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Alat ukur pencapaian keluaran/output penyelenggaraan infrastruktur kawasan permukiman kumuh adalah meningkatnya kualitas lingkungan permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan cara pengembalian fungsi kawasan permukiman sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kawasan permukimannya dan menjadi bagian penting dalam pengembangan kota secara keseluruhan.

(15)

a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi; b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;

c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan

d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan:

a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;

c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;

d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan; e. kualitas bangunan; dan

f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

2.3.2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.

(16)

kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyeleng-garaan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :

1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;

2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjaminkeandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; 3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung;

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.

Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai hak:

(17)

b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;

c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Daerah;

d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundangundangan dari Pemerintah Daerah karena bangunannya ditetapkan sebagai bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan;

e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah Daerah; f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundangundangan apabila

bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban:

a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;

b. memiliki izin mendirikan bangunan (IMB);

c. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan rencana teknis yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin mendirikan bangunan; d. meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana teknis bangunan

gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan mengetahui tata cara/proses penyelenggaraan bangunan gedung;

b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan pada lokasi dan/atau ruang tempat bangunan akan dibangun;

c. mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan bangunan gedung; d. mendapatkan keterangan tentang ketentuan bangunan gedung yang laik fungsi;

e. mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/atau lingkungan yang harus dilindungi dan dilestarikan memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya; f. memelihara dan/atau merawat bangunan gedung secara berkala;

g. melengkapi pedoman/petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan gedung;

(18)

j. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya, atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan tidak mengganggu keselamatan dan ketertiban umum.

Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.

2.3.3. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

(19)

ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip :

1. Good governance principle,

2. Subsidiary principle,

3. Equity principle,

4. Priority use principle,

5. Prior appropriation principle,

6. Sustainable development principle,

7. Good sustainable development governance,

8. Principle of participatory development.

Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

b. wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;

c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

(20)

2.3.4. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana termuat pada Undang-undang No.18 Tahun 2008 terdiri atas:

a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah;

(21)

c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;

d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;

e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah; f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat

setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan

g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;

b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;

c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;

d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;

e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan

f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.

Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud diatas merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sesuai Undang-undang No.18 Tahun 2008 Pengurangan sampah dimaksud meliputi kegiatan:

a. pembatasan timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah; dan/atau c. pemanfaatan kembali sampah.

(22)

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam mewujudkan usaha bersama pengelolaan sampah terpadu, Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dan dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam melakukan pengelolaan sampah.

2.3.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun 2.4. Amanat Internasional.

2.4.1 Agenda habitat

Tujuan dari Agenda Habitat yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional. Sedangkan pentingnya kekhasan nasional dan regional serta berbagai sejarah, budaya dan latar belakang agama harus diingat, itu adalah tugas dari semua negara untuk mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak untuk pembangunan.

Pelaksanaan Agenda Habitat, termasuk implementasi melalui hukum nasional dan prioritas pembangunan, program dan kebijakan, adalah hak kedaulatan dan tanggung jawab masing-masing Negara sesuai dengan hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak atas pembangunan, dan mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai agama dan etika, latar belakang budaya, dan keyakinan filosofis individu dan masyarakat, memberikan kontribusi untuk menikmati hak asasi manusia untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman yang berkelanjutan.

(23)

lainnya, termasuk tujuan pemenuhan kebutuhan dasar dari semua orang, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kelompok yang kurang beruntung dan rentan. Khususnya di negara-negara berkembang di mana kemiskinan akut, yang memungkinkan semua perempuan dan laki-laki untuk mendapat mata pencaharian yang aman dan berkelanjutan dapat dipilih secara bebas untuk lapangan kerja yang produktif dan pekerjaan.

Pembangunan berkelanjutan. Sangat penting bagi pembangunan pemukiman manusia, dan memberikan pertimbangan penuh untuk kebutuhan dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Pertimbangan khusus harus diberikan untuk negara-negara berkembang dengan transisi ekonomi. Pemukiman manusia harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan. Pembangunan Pemukiman manusia berkelanjutan menjamin pembangunan ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan. Ini mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian terhadap daya dukung ekosistem, dan pelestarian peluang untuk masa depan generasi. Produksi, konsumsi dan transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan melestarikan stok sumber daya. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan mempertahankan ekosistem mereka. Keberlanjutan pemukiman manusia memerlukan distribusi geografis yang seimbang atau distribusi lainnya yang sesuai dengan kondisi nasional, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial, kesehatan manusia dan pendidikan, dan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara berkelanjutan komponen-komponennya, dan pemeliharaan keanekaragaman budaya serta udara, air, hutan, vegetasi dan kualitas tanah pada standar cukup untuk menopang kehidupan manusia dan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

(24)

memiliki pengaruh penting pada kualitas hidup dari pemukiman. Hal ini sangat penting bagi orang-orang yang rentan dan kurang beruntung, banyak dari mereka menghadapi hambatan dalam akses ke tempat penampungan dan berpartisipasi dalam membentuk masa depan permukiman mereka. Kebutuhan bagi masyarakat dan aspirasi mereka untuk lingkungan yang mereka tinggali dan permukiman harus terpadu dengan proses desain, manajemen dan pemeliharaan pemukiman manusia. Tujuan upaya ini termasuk melindungi kesehatan masyarakat, menyediakan keselamatan dan keamanan, pendidikan dan integrasi sosial, mempromosikan kesetaraan dan menghormati keragaman budaya dan identitas, peningkatan aksesibilitas bagi penyandang cacat, dan pelestarian bersejarah, bangunan spiritual, agama dan budaya yang signifikan dan kabupaten, menghormati lanskap lokal dan memperlakukan lingkungan lokal dengan hormat dan perawatan. Itu pelestarian warisan alam dan sejarah pemukiman manusia, termasuk situs, monumen dan bangunan, terutama yang dilindungi di bawah Konvensi UNESCO di Situs Warisan Dunia, harus dibantu, termasuk melalui kerja sama internasional. Hal ini juga sangat penting bahwa spasial diversifikasi dan campuran penggunaan perumahan dan jasa akan dipromosikan di tingkat lokal dalam rangka memenuhi keragaman kebutuhan dan harapan.

(25)

Kemitraan antara negara-negara dan swasta, sukarela dan organisasi berbasis masyarakat, sektor koperasi, lembaga swadaya masyarakat dan individu sangat penting untuk tercapainya pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan dan penyediaan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan layanan dasar. Kemitraan dapat mengintegrasikan dan saling mendukung tujuan partisipasi kebutuhan dasar, antara lain,

membentuk aliansi, mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, keterampilan dan kontribusi memanfaatkan keunggulan komparatif dari tindakan kolektif. Itu proses dapat dibuat lebih efektif dengan memperkuat organisasi masyarakat sipil di semua tingkatan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong kolaborasi dan kemitraan dari semua sektor masyarakat dan di antara semua aktor dalam proses pengambilan keputusan, yang sesuai.

Solidaritas dengan mereka yang termasuk kelompok yang kurang beruntung dan rentan, termasuk orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan, serta toleransi, non-diskriminasi dan kerja sama di antara semua orang, keluarga dan masyarakat adalah dasar bagi kohesi sosial. Solidaritas, kerjasama dan bantuan harus ditingkatkan oleh masyarakat internasional serta oleh Negara dan semua faktor yang relevan lainnya dalam menanggapi tantangan pembangunan pemukiman. Masyarakat internasional dan Pemerintah di semua tingkat yang berkaitan untuk mempromosikan kebijakan dan instrumen suara dan efektif, sehingga memperkuat kerjasama antar pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya tambahan untuk memenuhi tantangan ini.

(26)

tepat dan fleksibel dan instrumen ekonomi untuk mendukung tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan. Ini harus disertai dengan langkah-langkah konkret untuk teknis internasional kerjasama dan pertukaran informasi.

Kesehatan manusia dan kualitas hidup berada di tengah upaya untuk mengembangkan emukiman manusia yang berkelanjutan. Oleh karena itu harus dilakukan sosialisasi untuk mencapai tujuan universal dan sama akses ke pendidikan berkualitas, standar tertinggi kesehatan fisik, mental dan lingkungan, dan akses yang sama dari semua untuk perawatan kesehatan primer, membuat upaya khusus untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang berkaitan kondisi sosial dan ekonomi, termasuk perumahan, tanpa membedakan ras, asal negara, jenis kelamin, usia, atau cacat, menghormati dan mempromosikan budaya umum dan khusus.

2.4.2 Konferensi Rio +20

" Rio +20 " , merupakan konferensi PBB tentang pembangunan berkelanjutan , diadakan pada Juni 2012. Konferensi ini bertujuan untuk menjamin membaharuan komitmen politik global untuk Pembangunan Berkelanjutan .

Kemajuan pencapaian Rio +20 meliputi beberapa bidang:

• Ekonomi hijau merupakan instrumen penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

• Komitmen dibuat untuk tindakan di bidang kebijakan kunci, yang meliputi ketahanan pangan, lahan, pertanian berkelanjutan , air, energi berkelanjutan , kelautan dan perikanan , serta konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.

• Rio memutuskan untuk mengembangkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menjadi tujuan yang universal , berlaku untuk semua negara , dan untuk dikembangkan bersama pasca kebijakan pembangunan 2015 .

• Sarana Implementasi dan Pembiayaan untuk pembangunan berkelanjutan.

(27)

2.4.3 Millenium Development Goals (MDGs)

Delapan tujuan dan 18 Sasaran yang disepakati dalam Millenium Development Goals adalah sebagai berikut:

8 Tujuan 18 Sasaran

1. Memberantas kemiskinan dan

kelaparan yang ekstrim

1. Setengah proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya kurang dari satu dolar per hari pada tahun 2015.

2. Setengah proporsi penduduk yang menderita kelaparan tahun 2015

2. Mewujudkan pendidikan dasar 3. Pastikan bahwa semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2015

3. Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

4. Mengurangi perbedaan gender dalam

pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005

4. Menurunkan angka kematian anak 5. Mengurangi jumlah balita yang meninggal sebanyak dua pertiga pada 2015

5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Mengurangi rasio kematian ibu sebanyak tiga perempat tahun 2015

6. Memerangi HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya

7. Menghentikan dan mulai memulai pencegahan penyebaran HIV / AIDS pada tahun 2015 8. Menghentikan dan mulai mencegah penyebaran

malaria dan penyakit berat lainnya pada tahun 2015

7. Memastikan kelestarian lingkungan 9. Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan pada tahun 2015

10. Mengurangi setengah dari proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum yang aman pada tahun 2015

11. Membuat peningkatan kehidupan yang

signifikan, setidaknya 100 juta penghuni kawasan kumuh pada tahun 2020

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

12. Mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan terbuka yang berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan kemiskinan nasional dan internasional

13. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus

(28)

didalamnya pembebasan tarif dan kuota untuk ekspor; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.

14. Memenuhi kebutuhan khusus bagi

Negara-negara kepulauan kecil yang sedang

berkembang.

15. Penanggulangan Masalah utang negara

berkembang melalui upaya nasional dan

internasional untuk membuat hutang

berkesinambungan dalam jangka panjang. 16. Dalam kerjasama dengan negara-negara

berkembang, mengembangkan pekerjaan yang layak dan produktif bagi kaum muda.

17. Dalam kerjasama dengan perusahaan farmasi, menyediakan akses obat-obatan penting

dengan harga terjangkau di negara

berkembang.

18. Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

2.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015

Di Rio+20 dokumen hasil, negara-negara anggota sepakat bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) harus:

1. Didasarkan pada Agenda 21 dan Rencana Pelaksanaan Johannesburg. 2. Sepenuhnya menghormati semua Prinsip Rio.

3. Bersikaplah konsisten dengan hukum internasional. 4. Membangun komitmen yang telah dibuat.

5. Berkontribusi terhadap implementasi penuh dari hasil seluruh KTT utama dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.

6. Fokus pada bidang prioritas untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan, yang dipandu oleh dokumen hasil.

7. Alamat dan memasukkan secara seimbang ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan dan saling keterkaitan mereka.

(29)

9. Tidak mengalihkan fokus atau usaha dari pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium. 10. Termasuk keterlibatan aktif dari semua pihak terkait, sebagaimana mestinya, dalam

proses.

Lebih lanjut setuju bahwa SDGs harus:

• Aksi-oriented • Singkat

• Mudah untuk berkomunikasi • Terbatas jumlahnya

• Aspiratif • Global di alam

• Universal berlaku untuk semua negara dengan mempertimbangkan realitas nasional yang berbeda, kapasitas dan tingkat perkembangan dan menghormati kebijakan dan prioritas nasional.

Dokumen hasil lebih lanjut menetapkan bahwa pengembangan SDGs harus:

• Berguna untuk mengejar tindakan terfokus dan koheren tentang pembangunan berkelanjutan

• Kontribusi pada pencapaian pembangunan berkelanjutan

• Sajikan sebagai driver untuk pelaksanaan dan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam sistem PBB secara keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis gaya bahasa dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye, fungsi gaya bahasa dalam karya sastra adalah menambah

Berdasarkan hasil observasi obyek penelitian melalui interview dan data primer dapat diketahui bahwa selama ini pencatatan dan pengolahan data pendaftaran siswa dan

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X TEKNIK SEPEDA MOTOR HONDA 1 SMK NEGERI 1 ROTA

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Asimetri Informasi, Leverage, Earning Power, Kebijakan Dividen dan Kompensasi Bonus Terhadap Earnings

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang

Hasil analisa data yang diperoleh menyatakan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan psychological well-being.. Hasil

Strategi pembelajaran ekspositori tidak begitu sulit sehingga memudahkan dalam menyampaikan materi, terlebih ini materi untuk anak SD sehingga cukup sulit ketika

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik