• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Different Influent of The Model of Inquiri and Discovery Learning Toward The Outcome of Student Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Different Influent of The Model of Inquiri and Discovery Learning Toward The Outcome of Student Learning"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran

Menurut Peraturan Pemerintah RI No 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 menjelaskan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar (Mulyasa, 2014:204). Sedangkan menurut (Sani,

2014:40) pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang

mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Sagala (2011:62) menambahkan bahwa pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar. Selain sumber belajar, pembelajaran pada hakikatnya

diarahkan untuk membelajarkan peserta didik agar dapat mencapai

tujuan yang telah ditentukan (Sanjaya, 2008: 9). Jadi, dari teori di

atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi

antara guru dan peserta didik secara terencana yang mengakibatkan

aktivitas belajar untuk mencapai hasil kognitif, afektif dan

psikomotor melalui cara mengajar yang kreatif dan inovatif sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan

dapat dicapai atau dimiliki oleh peserta didik dengan melakukan

aktivitas belajar yang direncanakan (Sani, 2014:51). Sedangkan

Daryanto (2005: 58) menjelaskan tujuan pembelajaran adalah tujuan

yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan

sikap yang harus dimiliki peserta didik sebagai akibat dari hasil

(2)

7

diamati dan diukur. Guna mencapai tujuan pembelajaran, maka

pembelajaran di dalam kelas seharusnya merupakan proses

pembelajaran yang efektif. Seperti yang dijelaskan oleh (Sani,

2014:41) bahwa pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran

guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan

peserta didik, dan sumber atau lingkungan belajar yang mendukung.

Selanjutnya (Sani, 2014:46) menjelaskan kegiatan pembelajaran

yang efektif pada umumnya meliputi aspek kegiatan pembelajaran

yang berpusat pada peserta didik, interksi edukatif antara guru

dengan peserta didik, susasana demikratis, variasi model

pembelajaran, bahan yang sesuai dan bermanfaat, lingkungan yang

kondusif, dan sarana belajar yang menunjang. Dari pendapat para

ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pembelajaran merupakan harapan tentang ketercapaiannya

pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap oleh peserta

didik melalui kegiatan belajar yang efektif.

2.1.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru

pada saat proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang

akan disampaikan. (Sani, R.A., 2014:89) menyebutkan model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur

sistematik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan belajar. Selain itu Sani juga menambahkan bahwa

model pembelajaran memiliki sintaks (fase pembelajaran), sistem

sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak. Menurut

(Chatib M. 2013:128) model pembelajaran adalah sebuah sistem

proses pembelajaran yang utuh, mulai dari awal hingga akhir.

(Mulyasa, 2014:142) juga berpendapat bahwa model pembelajaran

adalah bentuk pembelajaran dari awal hingga akhir yang disajikan

(3)

8

Selain itu (Trianto, 2010:52) menambahkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat

digunakan untuk mendesign pola mengajar tatap muka dan untuk

menentukan material/perangkat pembelajaran seperti buku, film,

tipe, program komputer dan kurikulum (sebagai kursus untuk

belajar). Arends dalam (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa “the

term teaching model refers to a particular approach to instruction

that includes its goal, syntax, environtmen, and management

system.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya,dan sistem pengelolaannya.

Model pembelajaran yang dimaksudkan adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar dan fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi

perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran

(Trianto, 2010:53).

Melalui penjelasan para ahli sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah cara atau bentuk pembelajaran

serta pedoman yang disusun secara sistematis selama proses

pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model

pembelajaran yang tepat, diharapkan peserta didik dapat memahami

pelajaran yang disampaikan dan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri

2.1.3.1 Pengertian model pembelajaran inkuiri

Inkuiri merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta

didik lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Seperti yang

dikemukakan oleh Suchman (1996) dalam Sani R.A. (2014:113)

(4)

9

untuk membantu peserta didik dalam merumuskan dan menguji

pendapatnya serta memiliki kesadaran akan kemampuannya. Di

dalam model pembelajaran inkuiri, guru memegang peran

sebagai fasilitator yang bertugas memfasilitasi peserta didik

dalam usaha mencari tahu. Selain itu pembelajaran inkuiri

merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan semua

kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu

sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri (Ahmadi K., dkk, 2011:25).

Menurut Oemar Hamalik (1999) dalam (Setyawati, 2016:1)

menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu

yang berpusat pada peserta didik atau (

student-Centered-Strategy) dimana kelompok-kelompok peserta didik kedalam

suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap

pertanyan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang

digariskan secara jelas. Setyawati juga menyebutkan bahwa

kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri

bagi peserta didik diantaranya adalah sebagai berikut.

a. aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang

peserta didik berdiskusi;

b. inkuiri berfokus pada hipotesis; dan

c. penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan model

pembelajaran inkuri adalah model pembelajaran yang

menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran di mana

guru sebagai fasilitator yang membantu peserta didik dalam

merumuskan maupun menguji permasalahan sehingga peserta

(5)

10

2.1.3.2 Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri

Mulyasa H. E. (2014:143) menyatakan bahwa

mlangkah-langkah yang digunakan dalam model pembelajaran inkuiri adalah

sebagai berikut:

a. Mengobservasi berbagai fenomena alam. Kegiatan ini

memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana

mengamati berbagai fakta dan fenomena dalam mata pelajaran

tertentu.

b. Menanyakan fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih

peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan

menanya baik terhadap guru, teman, dan sumber lain.

c. Mengajukan dugaan sementara atau kemungkinan jawaban. Pada

tahap ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan

penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang

diajukan.

d. Mengumpulkan data terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang

diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat

memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk

merumuskan kesimpulan.

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang

telah diolah dan dianalisis, sehingga peserta didik dapat

mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

Ahmadi, dkk (2011:26) menjelaskan bahwa langkah-langkah

pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah dimana kemampuan yang dituntut adalah:

1. Kesadaran terhadap masalah

2. Melihat pentingnya masalah

3. Merumuskan masalah

b. Mengembangkan hipotesis dimana kemampuan yang dituntut

dalam mengembangkan hipotesis ini adalah:

(6)

11

2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis,

dan merumuskan hipotesis

c. Menguji jawaban tentatif di mana kemampuan yang dituntut

adalah:

1. Merakit peristiwa terjadi dari: mengidentifikasi peristiwa

yang dibutuhkan, mengumpulkan data dan mengevaluasi data

2. Menyusun data terdiri dari: menranslasikan data,

menginterpretasikan data dan mengklasifikasikan data

3. Analisis data terdiri dari: melihat hubungan, mencatat

persamaan dan perbedaan dan mengidentifikasikan trend,

sekuensi dan keteraturan

d. Menarik kesimpulan di mana kemampuan yang dituntut adalah:

1. Mencari pola dan makna hubungan

2. Merumuskan kesimpulan

e. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Menurut (Hamruni, 2009:138) secara umum proses

pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri

dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsif. Beberapa hal yang dapat

dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini

dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap

langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai

dengan merumuskan kesimpulan.

3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

(7)

12

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta

didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

Dikatakan teka-teki karena masalah tersebut memiliki jawaban,

dan peserta didik di dorong untuk mencari jawaban yang tepat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan

masalah, di antaranya:

1. Masalahnya hendaknya dirumuskan sendiri oleh peserta

didik.

2. Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya

pasti.

3. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang

sudah diketahui terlebih dahulu oleh peserta didik. Di mana

peserta didik harus sudah mengenal permasalahan yang sama

sebelumnya.

c. Mengajukan hipotesis

d. Mengumpulkan data di mana tugas dan peran guru dalam

tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat

mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang

dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

f. Merumuskan kesimpulan

2.1.3.3 Kelebihan model pembelajaran inkuiri

Menurut Roestiyah di kutip dalam Sofiani (2011;18)

kelebihan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada

peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengerti tentang

konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

b. Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada

(8)

13

c. Mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas

inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka.

d. Mendorong peserta didik untuk berfikir intuitif dan

merumuskan hipotesisnya sendiri.

e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

h. Memberi kebebasan peserta didik untuk belajar sendiri.

i. Dapat menghindari peserta didik dari cara-cara belajar yang

tradisional.

(Dharma, 2008:40) menyebutkan bahwa model

Pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang

banyak dianjurkan, karena model ini memiliki beberapa

keunggulan, di antaranya:

a. Model ini merupakan model pembelajaran yang menekankan

kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui

model ini dianggap lebih bermakna.

b. Model ini dapat memberikan ruang kepada peserta didik

untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Model ini merupakan model yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat

melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan

di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki

kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta

didik yang lemah dalam belajar.

Menurut (Sanjaya, 2010:208) kelebihan model

(9)

14

a. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran

yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor secara seimbang serta dianggap

lebih bermakna.

b. Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang,

kepada peserta didik untuk belajar sesuai gaya belajar

mereka.

c. Model pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat

melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata. Artinya peserta didik yang

memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat

oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.

2.1.3.4 Kelemahan model pembelajaran inkuiri

Di samping memiliki keunggulan, (Dharma, 2008:40) juga

menjelaskan bahwa model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu:

a. Jika model ini digunakan sebagai model pembelajaran, maka

akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta

didik.

b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh

karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam

belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,

memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit

(10)

15

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka

model ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Menurut (Sanjaya, 2010:208) model pembelajaran inkuiri juga

memiliki kelemahan. Diantaranya:

a. Jika menggunakan midel pembelajaran ini, akan sulit

mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh

karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam

belajar

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,

memerlukan watu yang panjang sehingga sering guru sulit

menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka

model pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan

oleh setiap guru.

2.1.4 Model Pembelajaran Discovery Learning

2.1.4.1 Pengertian model pembelajaran Discovery Learning

Seperti model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran

discovery learning merupakan model pembelajaran yang yang

menjadikan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran dan

menuntut peserta didik untuk dapat mengembangkan potensinya.

Menurut Depdikbud (2014:14) juga menyebutkan bahwa

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri

(inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini,

pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya

(11)

16

Perbedaannya discovery dengan inquiry ialah bahwa pada

discovery masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik

semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada

inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik

harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk

mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses

penelitian.

Seperti yang dijelaskan oleh Chatib M. (2013:130) discovery

learning adalah model pembelajaran yang cenderung meminta

peserta didik untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan

ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah

tersebut. Hal ini jelas menunjukan bahwa model dicovery learning

menuntut peserta didik memahami bahan ajar melalui percobaan

yang dilakukan di dalam proses pembelajaran yang selanjutnya akan

dimuat dalam sebuah kesimpulan. Hal serupa dijelaskan oleh

Daryanto (2014:41) bahwa menurut Pendidikan dan Kebudayaan

(2013) Bruner memakai model yang disebutnya Discovery Learning,

di mana peserta didik mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan

suatu bentuk akhir. Pengertian yang lebih sederhana disampaikan

oleh Mulyasa (2014:144) yang menjelaskan bahwa model

pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran

untuk menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran.

Menurut Suryosubroto dalam Risqi&Samsul (2014:41)

mengemukakan bahwa salah satu model pembelajaran yang sering

digunakan sekolah yang sudah maju adalah model pembelajaran

discovery. Hal ini disebabkan karena:

a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar

peserta didik menjadi aktif;

b. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil

yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak

(12)

17

c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang

betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam

situasi lain;

d. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery peserta

didik belajar menguasai salah satu model ilmiah yang akan

dapat dikembangkan sendiri;

e. Dengan model ini juga, peserta belajar berpikir analisis dan

mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,

kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari penjelasan yang dijabarkan oleh para ahli sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa discovery learning merupakan model

pembelajaran yang menuntut peserta didik dalam mencari tahu atau

melakukan sebuah eksperimen mengenai pelajaran yang sampaikan

secara mandiri sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.1.4.2 Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning

Menurut (Mulyasa, 2014:144) langkah-langkah di dalam model

pembelajaran discovery learning sebagai berikut.

a. Stimulus (stimulation). Pada kegiatan ini guru memberikan

stimulan, dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan

materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga peserta didik

mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca,

mengamati situasi, atau melihat gambar.

b. Identifikasi masalah (problem statement). Pada tahap ini, peserta

didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang

dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberikan pengalaman

untuk menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba

merumuskan masalah.

c. Pengumpulan data (data collecting). Pada tahap ini peserta didik

(13)

18

data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan

alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

d. Pengolahan data (data processing). Kegiatan mengolah data akan

melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi

kemampuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan

nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan

berfikir logis dan aplikatif.

e. Verifikasi (verification). Tahap ini mengarahkan peserta didik

untuk mengecek kebenaran dan keabsahan hasil pengolahan data,

melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman,

berdiskusi, dan mencari berbagai sumber yang relevan, serta

mengasosiasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan.

f. Generalisasi (generalization). Pada kegiatan ini peserta didik

digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada

suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan

ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

2.1.4.3 Kelebihan model pembelajaran discovery learning

(Suryosubroto, 2002:191) mengemukakan bahwa salah satu

metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di

sekolah-sekolah yang sudah maju adalah model discovery. Hal ini

disebabkan karena model pembelajaran ini:

a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar

peserta didik aktif.

b. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil

yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak

mudah dilupakan anak.

c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang

betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam

(14)

19

d. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery anak

belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat

dikembangkan sendiri.

e. Dengan metode ini juga, anak belajar berpikir analisis dan

mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,

kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

(Hosman, 2014:286) juga menjelaskan beberpa kelebihan

model pembelajaran discovery learning, diantaranya:

a. Membantu siwa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

b. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

memecahkan masalah.

c. Pengetahuan yang diperoleh melalui model pembelajaran ini

sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,

ingatan, dan trasfer.

d. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya

sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

e. Model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik

memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan

bekerja sama dengan yang lainnya.

f. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan bersama-sama

aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

g. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

h. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya

rasa menyelidiki dan berhasil.

2.1.4.4 Kelemahan model pembelajaran discovery learning

Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran inkuiri

juga memiliki kelemahan. Seperti yang dijelaskan oleh (Oemar,

1986:122) beberapa kelemahan model pembelajaran discovery

(15)

20

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

belajar menerima.

b. Model pembelajaran ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan

pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai,

akan mengalami kesulitan berfikir atau mengungkapkan

hubungan antara konsep-konsep, yang ditulis atau lisan,

sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Dari pihak

lain justu menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.

c. Model pembelajaran ini tidak efisien untuk mengajar sejumlah

peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang

lama untuk membantu mereka menemukan teori atau

pemecahan masalah lainnya.

d. Harapan-harapan yang terkandung dalam model pembelajaran

ini dapat buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang

telah terbiasa dengan cara belajar yang lama.

e. Pembelajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

f. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas

untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh peserta didik.

g. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikit yang

akan ditemukan oleh peserta didik telah dipilih lebih dahulu oleh

guru, dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru.

Suhana dalam (Hidayah, 2015: 17) juga menyebutkan beberapa

kelemahan model pembelajaran discovery learning yang sama

dengan pendapat ahli sebelumnya, yaitu:

a. Guru dan peserta didik yang sudah sangat terbiasa dengan PKM

(16)

21

b. Model pembelajaran ini terlalu mementingkan proses pengertian

saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan

keterampilan bagi peserta didik.

c. Keadaan kelas yang gemuk jumlah peserta didiknya maka

model ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

Roestiyah dalam (Hidayah, 2015:17) juga menjelaskan mengenai

kelemahan model pembelajaran discovery, diantaranya:

a. Pada peserta didik harus ada kesiapan dan kematangan

mental untuk model pembelajaran ini karena peserta didik

harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan baik.

b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang

berhasil.

c. Bagi guru dan peserta didik yang sudah biasa dengan

perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat

kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

d. Dengan teknik mungkin tidak memberikan kesempatan untuk

(17)

22

2.1.5 Perbedaan Model Pembelajaran Inkuiri dan Discovery Learning

Tabel 2.1

Perbedaan model pembelajaran inkuiri dan discovery learning

No Model Pembelajaran

Inkuiri Model Pembelajaran Discovery Learning

1.

Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang harus di capai dari

pembelajaran.

Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang harus di capai dari

pembelajaran.

2.

Guru menjelaskan langkah-langkah

kegiatan inkuiri yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.

Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan

discovery learning yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.

3.

Guru memberikan teka-teki yang akan membuat pesera didik menyimpulkan permasalahan yang harus diselesaikan.

Guru memberikan stimulus kepada peserta didik berupa cerita dan gambar mengenai materi yang diajarkan

4.

Peserta didik mengindentifikasi masalah berdasarkan teka-teki yang diberikan oleh guru.

Peserta didik mengindentifikasi masalah melalui bertanya, mengamati, mencari informasi dan merumuskan masalah.

5. Peserta didik mengajukan hipotesis untuk menguji dan menggolongkan data.

Peserta didik mengumpulkan data.

6. Peserta didik mengumpulkan data terkait hipotesis yang ada.

Peserta didik melakukan pengolahan terhadap data yang sudah diperoleh.

7.

Peserta didik menguji hipotesis dan menganalisis.

Peserta didik melakukan verifikasi guna mengecek kebenaran dan keabsahan hasil data yang sudah diolah.

8. Peserta didik membuat kesimpulan yang

berkaitan permasalahan.

Peserta didik melakukan generalisai permaslahan.

9. Pembelajaran inkuiri dilakukan secara berkelompok

Pembelajaran discovery learning dilakukan secara individual.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Supratiknya (2012:5) hasil belajar merupakan objek

penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh

murid sesudah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran tentang

mata pelajaran tertentu. Sedangkan Mulyasa H.E. (2008:212)

menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta

(18)

23

dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Selanjutnya

(Suprijono, 2013:5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi, dan keterampilan. (Majid, 2014:28) menyatakan hasil

belajar adalah suatu puncak dari proses belajar dan hasil belajar yang

berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Menurut

(Sudjana, 2009:3) hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku yang mana dianggap sebagai hasil belajar di

mana secara lebih luas mencangkup kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Sebagaimana di dalam kurikulum 2013 sendiri hasil

belajar yang diharapkan bukan hanya menyasar bagian kognitif

peserta didik. Seperti yang tercantum di dalam PP. 32 Tahun 2013

mengenai SKL atau standar kompetensi lulusan menyebutkan SKL

yang digunakan di dalam kurikulum 2013 diantaranya adalah

kompetensi untuk seluruh mata pelajaran yang mencangkup sikap

spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik baik

dalam bentuk perbuatan, pola pikir yang mencangkup kognitif,

afektif maupun psikomor dan juga keterampilan.

2.1.7 Ekosistem

Ekosistem adalah interaksi antara makhluk hidup dan

benda-benda tak hidup pada sebuah lingkungan dan tersusun atas individu,

populasi, dan komunitas (Karitas, dkk; 2014:2). Mikrodo dkk

(2007:37) juga menjelaskan pengertian yang sama yaitu ekosistem

merupakan tempat terjadinya hubungan timbal balik antara makhluk

hidup. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan

(19)

24

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan

produktivitas lingkungan hidup. (Utomo, Sutriyono, & Rizal,

2014:5) juga menambahkan bahwa ekosistem adalah tatanan

kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan

hidup yang saling mempengaruhi. Dari pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa ekosistem merupakan sebuah lingkungan dengan

benda hidup maupun tak hidup yang memiliki interaksi satu dengan

yang lainnya.

Pada dasarnya ekosistem yang ada di dunia dibagi menjadi dua,

yaitu ekosistem alami, dan ekosistem buatan. Ekosistem alami terdiri

dari ekosistem air dan ekosistem darat. Ekosistem air terdiri atas

ekosistem air tawar dan ekosistem air asin. Ekosistem darat terdiri

atas ekosistem hutan, padang rumput, padang pasir, tundra, dan

taiga. Sedangkan ekosistem buatan, merupakan ekosistem yang

diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sawah dan

bendungan, merupakan salah satu contoh ekosistem buatan.

Ekosistem air tawar meliputi ekosistem danau, kolam, dan sungai.

Ekosistem air tawar mendapatkan cukup sinar matahari. Tumbuhan

yang paling banyak pada ekosistem ini adalah ganggang. Ekosistem

air asin terdiri atas ekosistem terumbu karang, dan ekosistem laut

dalam. Berbagai jenis ikan, kerang, koral dan mahluk laut lainnya,

hidup pada ekosistem ini. Terdapat juga beberapa jenis hewan kecil

dan tumbuhan alga yang dapat membuat sendiri makanannya.

Ekosistem darat terdiri dari ekosistem hutan hujan tropis, sabana,

padang rumput, gurun, taiga dan tundra. Ekosistem darat ini

dibedakan oleh tingkat curah hujan dan iklimnya. Perbedaan tersebut

menyebabkan jenis tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya juga

berbeda. Tumbuhan seperti rotan dan anggrek, serta hewan seperti

kera, burung, badak, harimau, berada pada ekosistem hutan hujan

tropis. Ekosistem sabana memiliki curah hujan yang lebih rendah

(20)

25

sabana antara lain berbagai jenis serangga, dan mamalia seperti

zebra dan singa. (Buku peserta didik SD/MI Kelas V Tema 8)

2.2

Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang terdahulu yang menjadi acuan dalam pembuatan

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Terdapat bukti empirik bahwa penerapan model pembelajaran inquiri

maupun discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Hal ini dibuktikan dengan penelitian oleh Eriyan dkk. (2013: 38) yang

berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Model Discovery Dengan

Model Inquiry Pada Pelajaran Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Di SMK

N 2 Surabaya”, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

antara pembelajaran menggunakan model discovery, model inquiry dan

model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung lebih besar

dari pada F (8,99>3,11) serta rata rata nilai postes kelas inquiry sebesar

82,71, kelas discovery sebesar 79,67 dan kelas konvensional sebesar 77,7.

Penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan hasil belajar dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri dan discovery learning yang

mendukung penelitian ini sehingga terdapat perbedaan hasil belajar dari

hasil penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan 3 variabel

bebas dan 1 variabel terikat. Variable bebas yang digunakan diantaranya

adalah model pembelajaran discovery learning (X1), model pembelajaran

inkuiri (X2) dan model pembelajaran konvensional (X3) dengan variable

bebas yaitu hasil belajar (Y). Aktifitas peserta didik kelas yang mengunakan

model inquiry lebih baik dibandingkan peserta didik yang menggunakan

model discovery dan yang menggunakan model konvensional. Perbedaan

hasil belajar peserta didik ini disebabkan pada kelas yang memperoleh

pembelajaran memahami sifat dasar sisnyal audio dengan model inquiry,

peserta didik diberikan kebebasan berpikir untuk mencari berbagai macam

(21)

26

Sedangkan menurut Martisari (2014) dalam penelitiannya yang

berjudul Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Strategi Pembelajaran

Inquiry dan Discovery dalam Mata Pelajaran IPA Biologi Kelas VIII di SMP

Penda Tawangmangu Tahun Ajaran 2013/2014 menunjukan bahwa terdapat

perbedaan pada hasil belajar yang diperoleh peserta didik yaitu nilai rata-rata

kognitif tertinggi diperoleh kelas discovery 74,81, kemudian diperoleh kelas

kontrol 71,54 dan rata-rata terendah diperoleh kelas inquiry 70,49.

Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai signifikansi yaitu 0,013 < 0,05, sehingga

H0 ditolak maka ada perbedaan hasil belajar kognitif peserta didik

menggunakan strategi pembelajaran inquiry dan discovery. Hasil belajar

afektif mempunyai nilai signifikansi 0,147 > 0,05, sehingga H0 diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada terdapat perbedaan nyata

ada pada hasil kognitif menggunakan strategi pembelajaran discovery.

Penelitian ini menunjukan model pembelajaran inkuiri dan discovery

learning dapat digunakan dalam mata pelajaran IPA dan menunjukan

perbedaan hasil belajar di antara kedua model pembelajaran. Penelitian ini

memiliki relevansi dengan penelitian yang sedang dilaksanakan, di mana di

dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas (X) dan terikat (Y).

Variabel bebas yang di gunakan merupakan 2 model pembelajaran yaitu

model pembelajaran inkuiri (X1) dan model pembelajaran discovery

learning (X2) dengan variabel terikat yaitu hasil belajar (Y) sehingga

variabel yang digunakan sama dengan variabel yang ada di dalam penelitian

yang dilaksanakan. Penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran

discovery learning mendapat nilai rata-rata tertinggi karena dalam proses

(22)

27

2.3

Kerangka Pikir

Bagan I

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan peserta didik

secara terencana yang mengakibatkan aktivitas belajar untuk mencapai hasil

kognitif, afektif dan psikomotor melalui cara atau model pembelajaran yang

kreatif dan inovatif sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

adalah cara yang dilakukan oleh guru guna menyampaikan materi yang

dipelajari yang disusun secara sistematis selama proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat Proses pembelajaran

Model Pembelajaran Inquiri Model Pembelajaran discovery

learning

(23)

28

dapat disesuaikan dengan matapelajaran ataupun tema yang sedang

diajarkan. Model pembelajaran inkuiri dan discovery learning adalah model

pembelajaran yang sesuai apabila digunakan dalam pembelajaran IPA

maupn Matematika. Di dalam kedua model pembelajaran ini peserta didik

menjadi aktif berperan dalam proses pembelajaran karena peserta didik

merupkan pusat dari pembelajaran itu sendiri. Peserta didik dituntut untuk

menemukan apa yang menjadi permasalahan, menganalisis dan membuat

kesimpulan. Belajar melalui pengalaman adalah yang diharapkan melalui

diterapkannya kedua model pembelajaran ini.

Di dalam model pembelajaran inkuiri, peserta didik akan berkerja

bersama dalam sebuah kelompok untuk mencari jawaban dari sebuah

permalahan yang di dapat melalui teka-teki yang diberikan oleh guru.

Sedangkan di dalam model pembelajaran discovery learning peserta didik

akan diberikan stimulus berupa cerita bergambar yang kemudian setiap

peserta didik akan belajar secara mandiri untuk mendapatkan hasil dari

permasalahan yang diberikan oleh guru secara langsung. Hal ini

membuktikan bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan dampak

berbeda dan lebih baik daripada model pembelajaran discovery learning.

2.4

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pikir di

atas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan pengaruh

model pembelejaran inkuiri dan discovery learning terhadap hasil belajar

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Suplementasi vitamin E 300 ppm dan selenium 0.8 ppm dalam ransum dapat maningkatkan ukuran telur namun tidak mempengaruhi performa ayam petelur strain ISA-Brown umur

Penulis : Saya lihat di Renstra SKPD, kalau tidak salah di Renstra SKPD 2007-2011, 5 tahun ya, Itu kegiatan yang ditangani oleh Ekososbud jika di bandingkan atau komper dengan

[r]

Durian Sebatang (Lapen) Kec.. M.Si

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

Judul Skripsi : PerbedaanTingkat Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Keikutsertaan Dalam Organisasi

Lumpang batu yang digambarkan sebagai motif utama batik Mantyasih ini merupakan simbol pengingat jati diri (lihat hal. 56) yang dimiliki oleh masyarakat Magelang yang dulu