• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN KLOROFIL-A DI DAERAH FISHING GROUND IKAN PELAGIS BESAR PERAIRAN KEPALA BURUNG PULAU PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN KLOROFIL-A DI DAERAH FISHING GROUND IKAN PELAGIS BESAR PERAIRAN KEPALA BURUNG PULAU PAPUA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SEBARAN KLOROFIL-A DI DAERAH FISHING GROUND IKAN PELAGIS BESAR

PERAIRAN KEPALA BURUNG PULAU PAPUA

Alianto1*, Fitri I. E. Saleh1, Hendri2, Suhaemi3, Thomas Gaite1, Nofti V. Awak1 & Hugo S. R. Rumbewas1

1Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Papua

2Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas Papua

3Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

*e-mail: a.alianto@unipa.ac.id Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi klorofil-a di daerah fishing ground ikan pelagis besar Perairan Laut Kepala Burung Pulau Papua. Penelitian berlangsung dari bulan Juli 2014 sampai September 2014 dengan lokasi di Samudera Pasifik dengan jarak dari 3-46 mil Laut Pantai Kepala Burung Pulau Papua. Pengambilan contoh air laut untuk pengukuran konsentrasi klorofil-a dilakukan pada 3 lokasi, dimana lokasi 1 mewakili Kota dan Kabupaten Sorong serta Kabupaten Tambrauw, lokasi 2 mewakili Kabupaten Manokwari, Kabupaten Biak, Kabupaten Biak Nunfor dan Kabupaten Manokwari Selatan, serta lokasi 3 mewakili Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Secara keseluruhan pengambilan contoh air untuk pengukuran klorofil-a dilakukan pada 12 stasiun dengan 4 stasiun pada setiap lokasi. Pengambilan contoh air laut dilakukan secara in situ dilanjutkan dengan pengukuran konsentrasi klorofil-a secara ex situ. Hasil pengukuran diperoleh konsentrasi klorofil-a di ketiga lokasi pengamatan dari bulan Juli sampai September 2016 berkisar dari 0,102-0,425 µg/l. Konsentrasi klorofil-a di daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 5-15 mil laut pantai Kota dan Kabupaten serta Kabupaten Tambrauw berkisar dari 0,306-0,425 µg/l. Konsentrasi ini cenderung sama dengan konsentrasi klorofil-a pada daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 22-46 mil laut pantai Kabupaten Manokwari, Kabupaten Biak, Kabupaten Biak Nunfor dan Kabupaten Manokwari Selatan yang berkisar dari 0,188-0,391 µg/l. Hal yang sama terlihat pula dengan konsentrasi klorofil-a di daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 3-5 mil laut pantai Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire berkisar dari 0,102-0,322 µg/l. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebaran konsentrasi klorofil-a di tiga lokasi pengamatan sebagian besar berada pada kategori sedang dengan kecenderungan homogen.

Kata kunci: fishing ground, homogen, klorofil-a, konsentrasi, sebaran Pengantar

Klorofil-a dengan rumus kimia C55H72O5N4Mg (Weyl, 1970) merupakan salah satu pigmen

fotosintesis atau dengan kata lain merupakan pigmen fotosintesis utama bagi organisme fotosintesis. Semua organisme fotosintesis mengandung klorofil-a baik itu pada tumbuhan tingkat tinggi, alga maupun bakteri fotosintesis. Pada tumbuhan tingkat tinggi mengandung klorofil termasuk klorofil-a sekitar 9% (Kirk, 1994). Sedangkan pada alga yang terdiri atas 13 kelompok seluruhnya mengandung klorofil-a (Miller, 2004) termasuk kelompok mikroalga seperti fitoplankton terdapat dalam jumlah yang banyak dengan konsentrasi yang sangat tinggi untuk mendukung pertumbuhan yang cepat (Ara et al., 2011).

Oleh karena itu, klorofil-a sering digunakan untuk mengukur biomass fitoplankton (Strickland & Parsons, 1972) karena klorofil-a pada fitoplankton seluruhnya masuk dalam rantai makanan (Hanisak, 1983) dan keberadaan klorofil-a sering pula digunakan sebagai indikator untuk mempelajari produktivitas perairan (Strickland & Parsons, 1972). Selain itu, keberadaan klorofil-a di perklorofil-airklorofil-an sering pulklorofil-a dijklorofil-adikklorofil-an sebklorofil-agklorofil-ai indikklorofil-ator dklorofil-aerklorofil-ah penklorofil-angkklorofil-apklorofil-an ikklorofil-an (fishing ground) yang baik terutama bagi daerah penangkapan bagi perikanan ikan pelagis kecil maupun ikan pelagis besar.

PI-11

11

(2)

Berdasarkan beberapa uraian di atas yang berkaitan dengan arti penting keberadaan klorofil-a, maka sangatlah diperlukan informasi tentang klorofil-a khususnya pada lokasi-lokasi yang menjadi daerah penangkapan ikan pelagis. Informasi tentang keberadaan klorofil-a termasuk sebaran dan konsentrasinya di daerah penangkapan ikan pelagis besar di Perairan Laut Kepala Burung Pulau Papua belum banyak diketahui. Oleh karena itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi klorofil-a di daerah penangkapan ikan di Perairan Laut Kepala Burung Pulau Papua.

Bahan dan Metode

Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian berada di Samudera Pasifik dengan jarak dari 3-46 mil Laut Pantai Kepala Burung Pulau Papua (Gambar 1.) yang berlangsung dari bulan Juli 2014 sampai September 2014. Penelitian dilakukan pada 3 lokasi, dimana lokasi 1 mewakili Kabupaten dan Kota Sorong serta Kabupaten Tambrauw, lokasi 2 mewakili Kabupaten Manokwari, Kabupaten Biak, Kabupaten Biak Nunfor dan Kabupaten Manokwari Selatan serta lokasi 3 mewakili Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Jumlah keseluruhan stasiun pengamatan pada ketiga lokasi adalah sebanyak 12 stasiun dimana setiap lokasi terdiri atas 4 stasiun. Pengambilan contoh air laut dilakukan secara in situ pada setiap lokasi dan stasiun pengamatan dilakukan pada kedalaman sekitar 50 cm dari permukaan laut.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian pada daerah fishing ground di kepala burung Pulau Papua ( = stasiun penelitian). Bahan

1

2

3

4

2

1

3

4

1

4

3

2

Lokasi

1

Lokasi

2

Lokasi

3

(3)

Mengukur konsentrasi

Contoh air laut untuk analisis klorofil-a masing-masing diambil sebanyak 1 l atau 1000 ml di kedua belas stasiun pengamatan. Selanjutnya contoh air tersebut dimasukkan kedalam botol polietilen kapasitas 1000 ml (ditutup rapat dengan plastik polibek hitam) dan disimpan dalam box ice bersuhu dingin untuk dianalisis secara ex situ di laboratorium. Contoh air laut disaring dengan bantuan pompa vakum tekanan 200 mm Hg, kedalam millipore filter aparatus (Whatman GF/C, diameter 47 mm porositas 1,2 μm). Kemudian diekstraksi dengan aseton 90% sebanyak 10 ml dan digerus sampai halus selama 10 sampai 15 menit. Setelah itu dimasukkan dalam tabung lalu ditutup dengan aluminium foil dan didinginkan dalam freezer pada suhu 0-4 °C selama 24-36 jam sebelum dianalisis (Strickland & Parsons, 1972). Setelah itu ditimbang lalu disentrifus pada putaran 3600 rpm selama 5 menit. Selanjutnya diukur dengan spekrofotometer (SHIMAZU UV-1601) pada panjang gelombang 750 nm dan 665 nm. Selanjutnya ditambahkan asam dengan 1 N HCL dan diukur pula pada panjang gelombang yang sama. Konsentrasi klorofil-a dihitung dengan menggunakan metode Lorenzen (1967) sebagai berikut:

I

V

v

K

A

L

g

a

Klorofil

a

*

*

)

665

665

(

*

)

/

(

0

...(1)

Keterangan: A = koefisien absorpsi klorofil-a = 11,0 K = faktor konversi absorbansi = 2,43

665o = absorbansi pada panjang gelombang 665 nm dikurangis absorbansi

pada panjang gelombang 750 nm sebelum pengasaman

665a = absorbansi pada panjang gelombang 665 nm dikurangi absorbansi

pada panjang gelombang 750 nm setelah pengasaman V = volume aseton yang digunakan untuk ekstraksi (ml) V = volume air yang disaring (l)

I = panjang kuvet (cm). Hasil dan Pembahasan

Pada bulan Juli konsentrasi klorofil-a pada ketiga lokasi pengamatan berkisar dari 0,101-0,427 µg/l dengan konsentrasi tertinggi terdapat di lokasi 1 dengan konsentrasi sebesar 0,427 µg/l dan terendah di lokasi 3 sebesar 0,101 µg/l. (Tabel 1) dengan rata-rata bulanan sebesar 0,305 µg/l. Hal yang sama terjadi pula dengan konsentrasi klorofil-a pada Agustus (Tabel 1.), pada bulan ini konsentrasi klorofil-a pada ketiga lokasi pengamatan berkisar dari 0,101-0,422 µg/l dengan konsentrasi tertinggi pada lokasi 3 sebesar 0,422 µg/l dan terendah di lokasi 3 sebesar 0,101 µg/l dengan rata-rata bulanan sebesar 0,304 µg/l. Kondisi konsentrasi klorofil-a seperti ini berlanjut pula sampai dengan bulan September, konsentrasi klorofil-a pada bulan September berkisar dari 0,102-0,425 µg/l dengan konsentrasi tertinggi terdapat pada lokasi 1 sebesar 0,425 µg/l dan terendah di lokasi 3 sebesar 0,102 µg/l dengan rata-rata bulanan sebesar 0,302 µg/l.

(4)

Tabel 1. Konsentrasi klorofil-a selama pengamatan di daerah fishing ground Kepala Burung Pulau Papua.

Keterangan: Lokasi 1 = mencakup Kabupaten/Kota Sorong dan Kabupaten Tambrauw Lokasi 2 = mencakup Kabupaten Manokwari, Kabupaten Biak, Kabupaten Biak

Nunfor dan Kabupaten Manokwari Selatan

Lokasi 3 = mencakup Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Berdasarkan uraian di atas (Tabel 1.) menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a pada tiga bulan pengamatan memperlihatkan perbedaan yang relatif kecil dengan kecenderungan sama atau homogen. Hal ini dapat dilihat selama pengamatan dari bulan April sampai September rata-rata konsentrasi klorofil-a pada lokasi 1, 2 dan 3 secara berturut-turut sebesar 0,305 µg/l, 0,304 µg/l dan 0,302 µg/l. Rata-rata konsentrasi klorofil-a yang diperoleh selama pengamatan tergolong sedang (berada diantara konsentrasi klorofil-a yang tergolong rendah dan tinggi). Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Han & Takahashi (2000) yang berlokasi di eastern northern North Pacific (arah utara timur Pasifik Utara) mendapatkan konsentrasi klorofil-a dengan rata-rata berkisar dari 0,17-0,33 µg/l dimana konsentrasi yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil yang di peroleh pada penelitian ini (Tabel 1 dan 2). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut, Han & Takahashi (2000) menggolongkan konsentrasi klorofil-a di arah utara timur Pasifik Utara termasuk rendah bila konsentrasinya di bawah 0,2 µg/l dan tinggi bila konsentrasinya di atas 0,5 µg/l.

Tabel 2. Rata-rata konsentrasi klorofil-a pada setiap stasiun pengamatan. Stasiun Lokasi 1 2 3 1 0,309 0,183 0,330 2 0,304 0,325 0,330 3 0,425 0,385 0,101 4 0,424 0,320 0,205

Keterangan: Lokasi 1 = mencakup Kabupaten/Kota Sorong dan Kabupaten Tambrauw Lokasi 2 = mencakup Kabupaten Manokwari, Kabupaten Biak dan Kabupaten

Biak Nunfor dan Kabupaten Manokwari Selatan

Lokasi 3 = mencakup Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire.

No. Pengamatan Lokasi Rata-Rata

Bulan Stasiun 1 2 3 1. Juli 1 0,318 0,175 0,336 0,305 2 0,304 0,332 0,325 3 0,427 0,383 0,101 4 0,426 0,327 0,207 2. Agustus 1 0,304 0,186 0,332 0,304 2 0,303 0,321 0,342 3 0,422 0,381 0,101 4 0,422 0,326 0,203 3. September 1 0,306 0,188 0,322 0,302 2 0,306 0,322 0,322 3 0,425 0,391 0,102 4 0,423 0,306 0,205

(5)

Gambar 1). Berdasarkan hasil penelitian Han & Takahashi (2000) konsentrasi klorofil-a di arah utara timur Pasifik Utara tergolong rendah dengan konsentrasi berkisar dari 0,001-0,04 µg/l dengan rata-rata berkisar dari 0,008-0,010 µg/l.

Gambar 2. Profil sebaran konsentrasi klorofil-a berdasarkan stasiun pengamatan. Bervariasinya konsentrasi klorofil-a dari kategori rendah sampai sedang pada lokasi 1, 2 dan 3 disebabkan karena klorofil-a di ketiga lokasi tersebut kemungkinan di grazing oleh herbivorous zooplankton (Lalli & Parsons, 1988). Hal ini disebabkan karena lokasi 1, 2 dan 3 tersebut merupakan lokasi fishing ground (daerah penangkapan) ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) di Kepala Burung Pulau Papua. Selanjutnya Lalli & Parsons (1995) menyebutkan bahwa dalam rantai makanan klorofil-a (fitoplankton) berfungsi sebagai produsen dan selanjutnya dikonsumsi atau di grazing oleh konsumer tingkat 1 (herbivorous zooplankton) dan herbivorous zooplankton dikonsumsi oleh konsumer tingkat 2 (ikan kecil) atau langsung dikonsumsi oleh konsumer tingkat yang ada di atasnya berupa ikan-ikan besar termasuk ikan tuna dalam hal ini tuna madidihang (T. albacares). Fenomena seperti ini didukung pula oleh pernyataan bahwa fitoplankton dalam perairan sebagian besar bahkan 100% masuk dalam rantai makanan (Hanisak, 1983).

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Sebaran konsentrasi klorofil-a pada tiga lokasi daerah fishing ground ikan pelagis besar cenderung bervariasi dengan kategori rendah sampai sedang. Konsentrasi klorofil-a di daerah fishing ground ikan pelagis besar cenderung sebagian besar berada pada kategori sedang baik dilihat menurut bulan maupun lokasi maupun stasiun.

Saran

Perlu adanya penelitian yang membahas tentang adanya hubungan antara ketersediaan klorofil-a dengan kelimpahan ikan madidihang (T. albacares), nutrien inorganik terlarut, intensitas cahaya matahari yang berada di zona eufotik.

(6)

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, atas bantuan dana penelitian melalui Program Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025).

Daftar Pustaka

Ara, K., S. Fukuyama, M. Tashiro & J. Hiromi. 2011. Seasonal and year-on-year variability in chlorophyll a and microphytoplankton assemblages for 9 years (2001-2009) in the neritic area Sagami Bay, Japan. Plankton Benthos Res. 6 (3): 158-174

Han, D.O. & M.M. Takahashi. 2000. Chlorophyll a biomass of netplankton in surface waters of the Northern North Pacific Ocean and the adjacent seas from summer to autumn. J. Oceanogr. 56: 213-222

Hanisak, M.D. 1983. The nitrogen relationships of marine makroalga.in Nitrogen in the Marine Environment. Carpenter, E.J. & D.G. Capone. (eds.). Academi Press. New York. 699-730 pp.

Kirk, J.T.O. 1994. Light and photosynthesis in aquatic ecosystem. Cambridge University Press. Cambridge.

Lalli, C.M. & T.R. Parsons. 1995. Biological oceanography: An introduction. Butterworth- Heinemann. Oxford. 301 p.

Lorenzon, C.J. 1967. Determination of chlorophyll and phaepigments: spectrophotometric equations. Limnol. Oceanogr. 12: 343-346

Miller, C.B. 2004. Biological oceanography. Blackwell Science. USA. 402 p.

Strickland, J.D.H. & T.R. Parsons. 1972. A practical handbook of seawater analysis. Second Edition. Bull Fish. Res. Bd. Can. No. 167. 310 p.

Weyl, P.K. 1970. Oceanography an introduction to the marine environment. Wiley and Sons. Inc.

Tanya Jawab Penanya :Yopi Pertanyaan :

Bukankah klorofil a memiliki hubungan tidak langsung dengan ikan pelagis besar yang termasuk karnivora?

Jawaban :

Benar, tetapi ikan pelagis besar memangsa ikan pelagis kecil yang plandivorous (yang makan plankton). Pada rantai makanan dibawahnya yaitu fitoplankton (klorofil a).

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian pada daerah fishing ground di kepala burung Pulau Papua   (   = stasiun penelitian)
Tabel  1.  Konsentrasi  klorofil-a  selama  pengamatan  di  daerah  fishing  ground  Kepala  Burung  Pulau Papua
Gambar 1). Berdasarkan hasil penelitian Han & Takahashi (2000) konsentrasi klorofil-a di arah  utara  timur  Pasifik  Utara  tergolong  rendah  dengan  konsentrasi  berkisar  dari  0,001-0,04  µg/l  dengan rata-rata berkisar dari 0,008-0,010 µg/l

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat dari latar belakang para anggotanya yang merupakan Mahasantri Pesantren Mahasiswa (Pesma) K.H. Selain itu, nilai-nilai keIslaman yang mereka miliki juga

Analisis data penelitian kualitatif menurut Bogdan (sebagaimana dikutip Sugiyono) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

[r]

Untuk semua anggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu untuk kebutuhan

Menjawab tujuan kedua yaitu mengukur mengukur kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di Kecamatan Makarti Jaya

Ke-2. Barangsiapa yang turut serta bermain judi di jalan umum atau di suatu tempat terbuka untuk umum, kecuali jika untuk permainan judi tersebut telah diberi ijin

Sehingga, berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas XI MIA 2 dan XI MIA 3 di SMA Negeri 7 Kota Jambi belum sepenuhnya namun ada juga yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan hukum