• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu mendapatkan perhatian dengan sangat serius dari para pemangku kepentingan (stakeholders). Dengan struktur pertanian yang ada saat ini, sulit dikatakan perbaikan menuju kesejahteraan masyarakat. Saat ini pengembangan agribisnis memerlukan langkah nyata untuk merangsang investasi, meningkatkan nilai tambah, dan mencari pasar-pasar baru di dalam dan luar negeri. Keseriusan upaya merangsang pertumbuhan tinggi di sekor pertanian adalah suatu keharusan apabila ingin mengembangkan sistem agribisnis berkerakyatan yang lebih modern, mengikuti irama desentralisasi dan responsif terhadap perubahan global. Upaya perbaikan produktivitas dan penurunan harga input usaha tani untuk menekan biaya dirasa belum mencukupi untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat desa dan petani. Pembangunan agroindustri di daerah-daerah diarahkan pada pengembangan usaha mikro (UM) yang bersifat padat karya, mampu memperluas kesempatan kerja dan memeratakan kesempatan berusaha.

Data dari Biro Pusat Statistik (BPS 2009) menyatakan bahwa dari 44.6 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Indonesia, 36 juta diantaranya berupa UM yang mampu menyerap 96.77 % dari total tenaga kerja yang bekerja (sekitar 79.04 juta orang). Pembangunan agroindustri di daerah-daerah dapat diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan masyarakat serta optimalisasi nilai tambah setiap komoditi pertanian pada tingkat produsen. Diharapkan peran agroindustri perdesaan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, kualitas sumberdaya manusia, dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi yang sesuai (compatible) dengan masyarakat perdesaan, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan di perdesaan. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi yang besar adalah minyak atsiri yang termasuk kedalam sub sektor agrobisnis perkebunan.

(2)

Agroindustri minyak atsiri memiliki potensi sumberdaya alam dan peluang pasar yang sangat besar. Menurut BPS (Biro Pusat Statistik 2011), nilai ekspor minyak atsiri Indonesia pada tahun 2010 sebesar US$ 330,89 juta dan pada tahun 2011 sebesar US$ 438,16 juta. Sedangkan volume ekspornya pada tahun 2010 sebesar 330,879 ton dan pada tahun 66.742,46 ton. Walaupun volume ekspor pada tahun 2011 cenderung turun, tetapi karena harganya tinggi maka nilai ekspor pada tahun 2011 tetap meningkat. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk minyak nilam adalah 85 %, minyak pala 70 %, minyak cengkeh 63 %, dan minyak sereh 15 % (Departemen Perdagangan 2007). Dengan semakin ketatnya persaingan di pasar global dan tuntutan persyaratan pasar negara maju semakin berat dengan diterapkannya peraturan Registration Evaluation and Authorization Chemicals (REACH), maka industri minyak atsiri Indonesia harus bisa meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan mutu produk yang dihasilkan. Jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) minyak atsiri di Indonesia sebanyak 2.900 unit usaha yang tersebar di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua yang mampu menyerap 14 500 tenaga kerja. Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting bagi keberlanjutan produksi minyak atsiri di Indonesia, baik secara kuantitas maupun kualitas (Departemen Perindustrian 2007).

Industri minyak atsiri saat ini dicirikan dengan harga yang sangat fluktuatif. Kondisi ini tentunya tidak menguntungkan bagi semua pihak. Produsen menanggung resiko pendapatan yang tidak pasti bahkan kemungkinan merugi, sedangkan konsumen yang merupakan produsen personal/home care product seperti sabun, deterjen dan minyak wangi menanggung resiko biaya produksi yang tidak pasti. Program cultiva dengan prinsip perdagangan yang adil, transparansi dan tanpa spekulasi adalah suatu cara mengatasi hal tersebut. Program ini akan berhasil jika petani dan penyuling mendapatkan harga yang dapat memberikan keuntungan yang memadai (Dewan Atsiri Indonesia 2008).

Dalam penelitian ini minyak atsiri yang menjadi penelitian adalah minyak nilam. Di antara berbagai minyak atsiri yang ada di Indonesia, minyak nilam (patchouli oil) mempunyai pangsa pasar ekspor yang tinggi, dibandingkan dengan jenis minyak atsiri lainnya. Data Ditjenbun (2008) menunjukkan pasar tujuan ekspor

(3)

minyak nilam Indonesia antara lain Singapura (37.17%), Amerika Serikat (17.92%), Spanyol (16.45%), Perancis (8.856%), Switzerland (6.93%), Inggris (4.42%) dan negara lainnya (8.26%). Areal penanaman nilam yang tercatat lebih dari 29 000 Ha, secara teoritis bisa memenuhi permintaan dunia > 1 400 ton/th. Sebagian besar tanaman nilam diusahakan oleh petani di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, dan Jawa Tengah (Ditjenbun 1998).

Posisi Indonesia sebagai pemasok terbesar minyak nilam tetapi tidak mampu untuk menentukan harga minyak nilam di pasar dunia. Indonesia hanya sebagi price taker dalam perdagangan minyak nilam. Tingginya nilai minyak nilam dalam negeri dan di tingkat internasional ini tidak dirasakan manfaatnya secara signifikan ditingkat petani, ditambah lagi dengan permasalahan tingkat permintaan dunia yang semakin tinggi akan tetapi produksi minyak nilam Indonesia semakin menurun. Harga minyak nilam di pasar internasional sangat fluktuatif. Data dari Food and Agriculture Organization/FAO (2009) menunjukkan harga minyak nilam antara tahun 2000-2007 rata-rata sebesar US$ 28.83/kg dengan kisaran harga antara US$ 17-40 per kg. Fluktuasi harga di pasar internasional yang tinggi tersebut tentunya berimbas pada fluktuasi harga minyak nilam dan harga terna di dalam negeri. Pada September 2007 harga minyak nilam bergejolak sangat tajam karena jumlah produksinya menurun tajam, diperkirakan produksinya berkurang hampir separuh dari kondisi normal. Hal ini disebabkan pada tahun 2007 kombinasi cuaca tidak mendukung, harga yang tidak atraktif pada tahun 2006 dibandingkan dengan komoditas lainnya dan adanya penyakit tanaman (Dewan Atsiri Indonesia 2008). Kondisi ini menyebabkan tingkat resiko kerugian dari usahatani nilam dan usaha agroindustri minyak nilam menjadi tinggi.

Tinginya tingkat resiko kerugian ini merupakan suatu kendala bagi pengembangan industri nilam di Indonesia. Upaya untuk mengatasi hal tersebut tengah dilakukan dengan meluncurkan program Cultiva Nilam yang mengatur harga pembelian nilam dan minyak nilam dari petani hingga pemakai akhir di negara tujuan ekspor. Berdasarkan prinsip Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practice (GMP), fairly trade, peniadaan perdagangan spekulatif, transparansi, dan keikutsertaan secara sukarela diharapkan akan tercapai kesepakatan harga pada tingkat yang wajar diantara para pelaku industri nilam yang tergabung dalam program Cultiva Nilam (Rusli 2008).

(4)

Minyak nilam didapat dari hasil penyulingan daun dan ranting tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) dan banyak digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kosmetik, farmasi dan aromaterapi yang berfungsi sebagai zat pengikat/fixative agent. Bahkan saat ini minyak nilam mulai digunakan juga sebagai insektisida nabati (Ketaren 1985).

Minyak nilam sebagian besar diusahakan rakyat dalam usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), lahan yang relatif sempit, modal terbatas, ketrampilan terbatas, peralatan dan teknologi sederhana dan akses informasi terbatas. Pelaku usaha, industri/institusi pendukung dan pemerintah memiliki program pengembangan sendiri-sendiri, kurang terkoordinasi dan kurang saling mendukung. Kondisi tersebut menyebabkan daya saing minyak nilam rendah, karena produktivitas usaha dan kualitasnya rendah.

Menurut Syahza Almasdi (2006) dalam penelitiannya tentang kebijakan strategis untuk memperbesar atau mempercepat pertumbuhan sektor pertanian, khususnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Faktor pendukung pembangunan ekonomi pedesaan, antara lain peran perguruan tinggi, pengusaha, lembaga perkreditan, pengusaha tani (petani), instansi terkait, dan koperasi sebagai badan usaha. Metode yang digunakan adalah RRA (Rural Rapid Appraisal). Subejo dan Supriyanto (2004) meneliti tentang paradigma baru pendekatan pembangunan agroindustri dengan keberpihakan pada masyarakat pedesaan serta memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking.

Oleh karena itu salah satu upaya agar dapat menghasilkan minyak nilam dengan daya saing tinggi adalah dengan pembentukan klaster agroindustri minyak nilam yang pelakunya adalah petani nilam, industri kecil penyulingan minyak nilam, industri penyulingan besar dan eksportir minyak nilam, pedagang, lembaga keuangan, lembaga penelitian, industri pengguna, industri perkakas, dan industri terkait lainnya. Dalam klaster agroindustri minyak nilam akan terbentuk jaringan dan aliansi pelaku agribisnis sehingga menciptakan sebuah mata rantai nilai yang akan meningkatkan nilai tambah pada rantai nilai tersebut. Menurut Priyono (2008) dalam penelitiannya di

(5)

kabupaten Trenggalek, besarnya marjin pemasaran nilam untuk saluran (petani, tengkulak, sampai penyuling) adalah sebesar Rp 200 per kg. Distribusi ini merupakan distribusi terbesar yang dimiliki tengkulak. Selisih keuntungan untuk penjualan nilam dari petani langsung ke penyuling dan dari petani ke tengkulak adalah sebesar Rp 140 per kg. Dalam hal ini berarti petani akan lebih untung menjual hasil nilamnya langsung ke pabrik daripada menjual nilam ke tengkulak. Industri ini hanya akan berhasil jika memberikan keuntungan yang pasti dan layak bagi pelaku-pelaku agribisnis terutama usaha tani nilam dan usaha agroindustri penyulingan minyak nilam.

Berdasarkan berbagai fenomena tersebut diperlukan upaya yang dapat mendukung program industrialisasi berbasiskan minyak atsiri. Program industrialisasi ini merupakan pendukung pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Penelitian tentang rancang bangun model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan agroindustri minyak atsiri melalui peningkatan pendapatan para pelaku usaha dan peningkatan nilai tambah pada rantai nilai klaster agroindustri minyak atsiri.

Kebaruan dari penelitian ini adalah dihasilkannya model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri yang mengintegrasikan rantai pasok (supply chain) dan rantai nilai (value chain) dalam klaster agroindustri minyak atsiri.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan model sistem penunjang keputusan dalam klaster agroindustri minyak atsiri yang dapat digunakan oleh para pengambil keputusan

2. Menghasilkan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dalam meningkatkan nilai tambah pada rantai nilai.

(6)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Obyek penelitian ini pada klaster agroindustri minyak nilam di Kabupaten Kuningan dan Brebes yang terdiri dari petani nilam, industri kecil penyulingan minyak nilam, pedagang nilam, dan pedagang minyak nilam 2. Sistem rantai pasok yang dipelajari meliputi produksi nilam pada

usahatani, pasokan nilam pada industri kecil penyulingan, produksi minyak nilam, pasokan minyak nilam pada industri penyulingan/eksportir.

3. Evaluasi kelayakan usahatani dan industri kecil penyulingan ditinjau dari aspek analisis finansial.

4. Kesepakatan/keseimbangan harga difokuskan pada harga jual nilam dan minyak nilam.

5. Kinerja klaster agroindustri minyak nilam didasarkan pada kinerja usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk pengembangan ilmu maupun aplikasinya. Sebagai pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian lanjutan mengenai model pemberdayaan masyarakat perdesaan pada bidang lain. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan bagi pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengembangan agroindustri minyak atsiri.

Keluaran Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah: (1) suatu perangkat lunak sistem pendukung keputusan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri yang dinamakan “PAP-Klaster”, (2) rekomendasi model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri.

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan KO dan menyesaikan indikator yang kita buat dengan tujuan pembelajaran terntunya menyesuaikan dengan media yang ada Apa sajakah kesulitan yang Bapak/lbu rasakan

Hasil penilaian sensoris para panelis disimpulkan sebagai berikut : (a) Penambahan 10% tepung komposit pada adonan menghasilkan warna remah, aroma, citarasa yang

Meskipun demikian, lokasi kajian memiliki karteristik unik, di mana wilayah ini merupakan satu-satunya wilayah kepesisiran di Kabupaten Bantul yang memiliki sistem airtanah

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Pinang Masak Universitas Jambi khusunya pada anak usia 5-6 tahun di kelas A menunjukkan bahwa anak-anak di TK tersebut

Shalahuddin Al Ayyubi menjadi tokoh yang paling dikenal dalam peristiwa Perang Salib ini, peran dan perjuangannya yang cukup berarti demi mempertahankan

Pencegahan terjadinya ekstravasasi dapat dilakukan dengan menggunakan pembuluh darah yang paten dan dengan aliran yang cepat dan tetap memperhatikan keluhan yang

Menurutnya proses islamisasi sesungguhnya secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang kedua cara umat islam sendiri yang keliru dalam memahami

Meskipun memiliki kekuatan mekanik paling tinggi, kertas yang mengandung kitosan 1% dengan metode penambahan jalur C ini memiliki elastisitas lebih rendah dari kertas tanpa