• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH NILAI PELANGGAN TERHADAP MINAT MEREFERENSIKAN PADA PONSEL NOKIA DI “TRIKOMSEL”SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH NILAI PELANGGAN TERHADAP MINAT MEREFERENSIKAN PADA PONSEL NOKIA DI “TRIKOMSEL”SURABAYA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

0612010082 / FE / EM LINDAWATI FAUZIYAH

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(2)

MEREFERENSIKAN PADA PONSEL NOKIA

DI “TRIKOMSEL”SURABAYA

S K R I P S I

Oleh :

0612010082 / FE / EM LINDAWATI FAUZIYAH

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(3)

i Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Pelanggan Dan Dampak Terhadap Minat Mereferensikan Produk Ponsel Merek Nokia di “Trikomsel” Surabaya” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MT, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen UPN “Veteran” Jawa Timur.

(4)

ii

sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Februari 2010

(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ... 10

2.2.2. Kegunaan Produk ... 12

2.2.3. Kemudahan Penggunaan Produk ... 14

2.2.4. Pergaulan Sosial ... 16

(6)

iv

2.2.7. Pengaruh Kegunaan Produk Dengan Nilai Pelanggan 24 2.2.8. Pengaruh Kemudahan Penggunaan Produk Dengan

Nilai Pelanggan ... 25

2.2.9. Pengaruh Pergaulan Sosial Dengan Nilai Pelanggan 26

2.2.10 Pengaruh Nilai Pelanggan Dengan Minat Mereferensikan ... 27

2.3. Kerangka Konseptual ... 29

2.4. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 31

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 32

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.3.1. Jenis Data ... 34

3.3.2. Sumber Data ... 44

3.3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 35

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 35

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 36

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 36

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 36

(7)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 42

4.1.2. Deskripsi Kegunaan Produk (X1 4.1.3. Deskripsi Kemudahan Penggunaan Produk (X ) ... 44

2) .... 45

4.1.4. Deskripsi Pergaulan Sosial (X3 4.1.5. Deskripsi Nilai Pelanggan (Y) ... 48

) ... 47

4.1.6. Deskripsi Minat Mereferensikan (Z) ... 49

4.2. Analisis Data ... 50

4.2.1. Evaluasi Outlier ... 50

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 51

4.2.3. Evaluasi Validitas ... 53

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted ... 54

4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 55

4.2.6. Analisis Structural Equation Model (SEM) ... 56

4.2.7. Analisis ModelPengukuran ... 56

4.2.8. Uji Kesesuaian Model ... 58

(8)

vi

4.3.1. Pengaruh Kegunaan Produk Terhadap Nilai Pelanggan... 61 4.3.2. Pengaruh Kemudahan Pengunaan Produk

Terhadap Nilai Pelanggan ... 62 4.3.3. Pengaruh Pergaulan Sosial Terhadap Nilai

Pelanggan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 68 5.2. Saran ... 69

(9)

vii

Tabel 1.1 Nilai Brand Value (BV) pada Merek Hand Phone (HP) Periode

Tahun 2007 -2008 ... 3

Tabel 1.2 Penjualan Produk Nokia Di “Trikomsel” Surabaya Periode Januari – September 2009 ... 3

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menggunakan Ponsel Nokia ... 43

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah/Tidaknya Menggunakan Ponsel Merek Lain Sebelum Menggunakan Ponsel nokia ... 44

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kegunaan Produk (X1) ... 45

Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kemudahan Penggunaan Produk (X2) ... 46

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Pergaulan Sosial (Y1)... 47

Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Nilai Pelanggan (Y) ... 48

Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Mereferensikan (Z) ... 49

Tabel 4.10. Uji Outliers Multivariate ... 51

Tabel 4.11. Reliabilitas Data ... 52

Tabel 4.12. Validitas Data ... 53

Tabel 4.13. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 54

(10)

viii

Tabel 4.16. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

(11)

ix

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29 Gambar 4.1. Model Pengukuran Dan Struktural Kegunaan Produk,

(12)

x Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Kegunaan produk (X1),

Kemudahan pengunaan produk (X2), Pergaulan sosial (Y) dan minat

mereferensikan (Z)

(13)

Oleh:

Lindawati Fauziyah

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan pada “Trikomsel” Surabaya. Berdasarkan SWA, 18 / XXIV / 21 Agustus – 3 September 2008 dapat diketahui bahwa selama 2 tahun terakhir dari tahun 2007-2008 menunjukkan bahwa berdasarkan peringkat kinerja merek perkategori produk di urutan pertama masih dipegang oleh Nokia dengan brand value tahun 2007 sebesar 86,4 mengalami penurunan di tahun 2008 sehingga menjadi 82,1. Brand value Nokia turun mengindikasikan nilai pelanggan terhadap merek Nokia juga semakin lemah. Brand value merupakan nilai suatu merek, yang biasanya dijadikan panduan atau tolak ukur oleh para pemasar dan pemilik merek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegunaan produk, kemudahan penggunaan produk, dan pergaulan sosial terhadap nilai pelanggan dan dampaknya pada minat mereferensikan konsumen pengguna Ponsel Nokia di Surabaya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability

sampling tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu. Pada penelitian ini terdapat 15 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu antara 75-150. Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 105 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM diagram yang akan mempermudah untuk melihat pengaruh pengaruh kegunaan produk, kemudahan penggunaan produk, dan pergaulan sosial terhadap nilai pelanggan dan dampaknya pada minat mereferensikan konsumen yang akan diuji.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kegunaan produk, kemudahan pengunaan produk, pergaulan sosial mampu meningkatkan nilai pelanggan Ponsel Nokia di Surabaya, serta nilai pelanggan mampu meningkatkan minat mereferensikan konsumen pengguna Ponsel Nokia di Surabaya.

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jaman telah berhasil menciptakan tehnologi dan peralatan

canggih, ini menyebabkan tingkat penawaran produk baru berkembang dengan

pesat, serta penawaran barang dan jasa semakin banyak memenuhi kebutuhan

manusia. Perusahaan yang tidak dapat menciptakan produk baru akan tertinggal

dalam persaingan. Hal ini menyebabkan masing-masing perusahaan berusaha agar

produknya dapat bersaing dengan produk di pasaran dengan produk yang sejenis

baik karakteristik produk maupun variasi produk serta memberikan ciri tersendiri

terhadap produknya.

Pada era globalisasi saat ini ditandai dengan revolusi tehnologi informasi

dan tehnologi komunikasi mengakibatkan terjadinya perubahan (change) yang

luar biasa. Perkembangan tehnologi dan informasi mengalami kemajuan semakin

pesat. Selaras dengan perkembangan tersebut, mengakibatkan perubahan dalam

kehidupan masyarakat dari yang semula untuk memenuhi kebutuhan dasar, mulai

mengarah pada kebutuhan non dasar, salah satunya adalah komunikasi.

Melihat klasifikasi statistik perubahan kehidupan diawal abad 21 ini

telekomunikasi menjadi sangat penting karena merupakan sarana yang cepat bagi

masyarakat untuk berkomunikasi, komunikasi merupakan sesuatu yang sangat

vital dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang melakukan hubungan komunikasi

(15)

dengan sangat cepat melalui komunikasi.oleh sebab itu sangat diperlukan sarana

transformasi dan komunikasi yang handal untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menilai, memberi dan

memilih produk. Salah satu produk komunikasi yang mempunyai peran vital

dalam memenuhi kebutuhan konsumen dibidang komunikasi khususnya

komunikasi wireless adalah produk ponsel. Perusahan handphone yang

memproduksi berbagai macam merk handphone, misalnya: Nokia, Siemens,

Samsung, Ericsson. Perusahaan handphone dengan berbagai kegunaan untuk

mempermudah berkomunikasi dengan seseorang pada saat berada di luar rumah.

Menghadapi selera yang semakin beragam, perusahaan handphone dituntut

untuk selalu meningkatkan inovasi dan peka terhadap perubahan dan keinginan

pasar sehingga mampu memberikan derajat kepuasan yang memenuhi harapan.

Berbagai karakteristik banyak ditawarkan produsen ponsel dalam upaya untuk

menarik pembeli, misalnya tentang kualitas produk yang dihasilkan, kemampuan

dan keistimewaan produk tersebut, kehandalan produk, kemudahan pengoperasian

produk tersebut serta penampilan produknya baik itu corak dan warna dari

handphone tersebut sebab umumnya konsumen akan memutuskan untuk

melakukan pembelian atas suatu produk yang berkualitas baik dengan harga yang

sesuai dengan kemampuan belinya serta tingkat kepuasan yang menarik.

Hal tersebut membuat adanya persaingan yang semakin ketat antara

produsen untuk memenuhi keinginan selera konsumen. dengan adanya produk

yang sejenis maka konsumen mempunyai berbagai alternatif terhadap produk

(16)

Berikut ini akan disajikan nlai brand value (BV) merek-merek HandPhone

(HP) menurut Indonesian Best Brand mulai Tahun 2007-2008.

Tabel 1.1

Nilai Brand Value (BV) pada Merek Hand Phone (HP) Periode Tahun 2007 -2008

Merek Hand Phone (HP) Brand Value (BV)

Th. 2007 Th. 2008

Berikut ini akan disajikan hasil penjualan produk Nokia di “Trikomsel”

Surabaya dari Januari – September 2009.

Tabel 1.2

Penjualan Produk Nokia Di “Trikomsel” Surabaya Periode Januari – September 2009

Periode Target

Jan-09 950.000.000 920.457.014 372

Feb-09 950.000.000 901.463.331 429

Mar-09 950.000.000 863.457.009 353

Apr-09 950.000.000 828.509.335 296

Mei-09 950.000.000 787.475.434 313

Jun-09 950.000.000 750.700.933 268

Jul-09 950.000.000 740.754.433 205

Agu-09 950.000.000 697.815.500 186

Sep-09 950.000.000 661.457.000 142

(17)

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 2 tahun terakhir dari

tahun 2007-2008 menunjukkan bahwa berdasarkan peringkat kinerja merek

perkategori produk di urutan pertama masih dipegang oleh Nokia dengan brand

value tahun 2007 sebesar 86,4 mengalami penurunan di tahun 2008 sehingga

menjadi 82,1. Brand value Nokia turun mengindikasikan nilai pelanggan terhadap

merek Nokia juga semakin lemah. Brand value merupakan nilai suatu merek,

yang biasanya dijadikan panduan atau tolak ukur oleh para pemasar dan pemilik

merek. Brand value (nilai merek) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Nilai = Apa yang anda peroleh : Berapa banyak yang anda bayar Dalam formula nilai merek,”yang di peroleh” harus melebihi jumlah yang

di bayar. Tingkat melebihi jumlah yang di bayar akan menjadi penilaian akhir

konsumen terhadap kemampuan merek untuk memberikan nilai. (Sumber : Duane

E Knapp 2000). Berdasakan formula nilai merek tersebut menunjukkan bahwa

kenaikan atau penurunan nilai brand value disebabkan kenaikan atau penurunan

nilai pelanggan terhadap merek tersebut.

Selanjutnya berdasarkan tabel 1.2, diketahui bahwa penjualan produk

Nokia di “Trikomsel” Surabaya selama bulan Januari - September 2009 tidak

memenuhi target dan terus mengalami penurunan. (“Trikomsel” Surabaya, 2009).

Penurunan volume penjualan produk Nokia di “Trikomsel” di Surabaya

tersebut salah satunya disebabkan oleh nilai pelanggan terhadap produk Nokia dan

minat mereferensikan konsumen yang telah menggunakan produk Nokia. Nilai

pelanggan merupakan rasio dari manfaat yang didapatkan dari pengorbanan yang

(18)

keinginan konsumen untuk menceritakan pengalamannya setelah menggunakan

produk/jasa kepada orang lain (Budiman, 2003).

Peneliti berpendapat bahwa Nokia lebih banyak diminati konsumen di

Surabaya. Konsumen cenderung memilih ponsel merek Nokia di salah satunya

karenakan kegunaan produk Nokia, atribut produk Nokia yang bagus dan

kemudahan operasional sistemnya, meskipun harganya lebih mahal dibandingkan

ponsel merek lain. ini berarti ponsel merek Nokia mempunyai image yang baik di

masyarakat. Untuk menghadapi tuntutan yang semakin beragam perusahaaan

dituntut untuk selalu meningkatkan inovasi dan peka terhadap perubahan dan

keinginan pasar.

Kegunaan suatu produk atau jasa merujuk pada kemampuan produk atau

jasa tersebut memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen akan melakukan

perbandingan antara kinerja produk menurut persepsi mereka dengan harapan

mereka. Suatu produk dapat memuaskan konsumen bila di nilai dapat memenuhi

atau melebihi harapannya. Dalam hal ini dikatakan bahwa produk tersebut

mempunyai quality of design yang tinggi. (Oliver, 1997 dalam Budiman, 2003)

Atribut produk adalah keseluruhan bagian-bagian produk yang memiliki

kemampuan serta memberikan keuntungan dan dapat memberikan memuaskan

kebutuhan yang terdiri dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan desain produk.

(Kotler & Amstrong, 1996; 279, dalam Thamrin, 2003)

Kemudahan produk bagi konsumen merupakan derajad kepercayaan

seseorang atau persepsi seseorang bahwa dalam menggunakan produk tertentu,

(19)

penggunaan produk meliputi kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan

upaya fisik, kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan upaya mental, dan

kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan suatu sistem untuk dipelajari.

(Davis, 1989;325 dalam Budiman, 2003)

Data tersebut merupakan data secara umum atau global di Indonesia,

sedangkan dalam penelitian objek akan lebih dipersempit yaitu di “Trikomsel”

Surabaya yang merupakan salah satu agen dan distributor resmi penjualan Nokia

di Surabaya. Terdapat beberapa agen dan distributor resmi penjualan Nokia di

Surabaya, antara lain: Oke Shop, Global, Era Phone, Galaxi dan Trikomsel. Dari

beberapa agen dan distributor tersebut, Trikomsel paling kurang terkenal dan

familiar di masyarakat, padahal penjualan HP Nokia yang terjadi di Trikomsel

dalam setap bulannya juga cukup besar.

Dengan menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

pelanggan maka peluang pasar yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan

perusahaan sebaik mungkin sehingga dapat meningkatkan minat mereferensikan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian

ini mengambil topik tentang pengaruh nilai pelanggan dan dampak terhadap minat

mereferensikan produk ponsel merek Nokia di “Trikomsel” Surabaya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diajukan, maka

(20)

1. Apakah kegunaan produk berpengaruh terhadap nilai pelanggan Ponsel Nokia

di Surabaya?

2. Apakah kemudahan penggunaan produk berpengaruh terhadap nilai pelanggan

Ponsel Nokia di Surabaya ?

3. Apakah pergaulan sosial berpengaruh terhadap nilai pelanggan Ponsel Nokia

di Surabaya ?

4. Apakah nilai pelanggan berpengaruh terhadap minat mereferensikan

konsumen pengguna Ponsel Nokia di Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kegunaan produk terhadap nilai pelanggan

Ponsel Nokia di Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh kemudahan penggunaan produk terhadap nilai

pelanggan Ponsel Nokia di Surabaya

3. Untuk mengetahui pengaruh pergaulan sosial terhadap nilai pelanggan Ponsel

Nokia di Surabaya

4. Untuk mengetahui pengaruh nilai pelanggan terhadap minat mereferensikan

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan

informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada kaitannya dengan

kegunaan produk, kemudahan penggunaan produk, pergaulan sosial, nilai

pelanggan, dan minat mereferensikan konsumen pengguna Ponsel Nokia di

Surabaya

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan

pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan

memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai

(22)

9

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh:

Adi Santoso Budiman (2003) dengan judul “Minat Mereferensikan Dalam

Proses Adopsi Konsumen Pasca Masa Edukasi Pasar Fitur GPRS IM3 Smart di

Surabaya”. Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan snowball

sampling. Sampel yang digunakan adalah para pengguna kartu prabayar IM3 Smart yang termasauk dalam target market yang terdiri dari mahasiswa dan para

professional muda yang biasanya memiliki mobilitas yang tinggi, dan berusia

20-30 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, ditinjau dari indirect

efeect, konstruk-konstruk kegunaan produk, kemudahan penggunaan produk,

pengaruh pergaulan sosial mempunyai efek tidak langsung yang positif terhadap

minat mereferensikan. Kedua, persepsi pelanggan terhadap variable observasi

cukup tinggi, dan konsumen merasakan bahwa selama proses edukasi pasar

konsumen merasa didukung oleh informasi dan bantuan dalam pengoperasian

produk yang baik.

Atas dasar penelitian terdahulu, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian sekarang menggunakan analisis structural equation models sehingga

(23)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang

ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada

intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen.

Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan

manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Swasta (1999:5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan

dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur

pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta

mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang

membutuhkannya.

Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan

(24)

efisien dan efektif. Definisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli

dalam pemasaran.

Adapun definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler

dan Amstrong (1997:13) adalah bahwa manajemen pemasaran sebagai analsis,

perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk

menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan

dengan target pembeli dengan mencapai sasaran organisasi. Jadi manajemen

pemasaran termasuk olah permintaan yang akhirnya termasuk

menata-olah hubungan demi pelanggan.

Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Swasta

dan Handoko (2000:4) adalah manajemen pemasaran adalah penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan

menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju denga maksud untuk mencapai

tujuan perusahaaan. Titik berat diletakkan pada penawaran perusahaan dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,

mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu,

mendorong serta melayani pasar.

Ada empat tujuan pemasaran atau sasaran alternatif yang diajukan menurut

Kotler dan Armstrong (1997:17):

1. Memaksimalkan konsumsi

Banyak eksekutif bisnis percaya bahwa jabatan pemasaran semestinya dapat

mendorong konsumsi maksimum, yang pada gilirannya akan menciptakan

(25)

2. Memaksimalkan kepuasan konsumen

Pandangan lain menyatakan bahwa sistem pemasaran adalah untuk

memaksimalkan kepuasan konsumen, bukan jumlah konsumsinya.

3. Memaksimalkan pilihan

Memaksimalkan ragam produk dan pilihan konsumen akan memungkinkan

konsumen mendapatkan barang yang benar-benar memuaskan selera mereka.

4. Memaksimalkan mutu kehidupan

Mutu kehidupan ini tidak hanya mencakup kualitas, kuantitas, ketersediaan

dan harga barang, tetapi juga mutu lingkungan fisik dan budaya.

2.2.2. Kegunaan Produk

Kegunaan produk bagi konsumen merupakan derajad kepercayaan

konsumen bahwa dalam penggunaan produk atau jasa tertentu akan membawa

peningkatan terhadap kinerja pekerjaannya. Persepsi kegunaan produk tersebut

meliputi kegunaan produk pada efektifitas kerja, kegunaan produk pada

produktifitas dan penghematan waktu, dan pentingnya produk atau sistem pada

pekerjaan seseorang (Davis, 1989;325 dalam Budiman, 2003)

Swanson (1987) berpendapat bahwa dalam memutuskan untuk

menggunakan suatu produk atau jasa, konsumen akan mempertimbangkan antara

kegunaan yang diperoleh dengan pengorbanan untuk menggunakan produk

tersebut. Bila konsumen tidak mempersepsikan produk atau jasa yang mereka

gunakan tersebut berguna, maka mereka tidak akan menggunakannya (Budiman,

(26)

Gefen dan Straub (2000) menemukan bahwa kegunaan produk dalam

persepsi konsumen berpengaruh terhadap minat menggunakan produk. Oliver

(1997;167) mengatakan bahwa kegunaan suatu produk atau jasa merujuk pada

kemampuan produk atau jasa tersebut memenuhi kebutuhan konsumen.

Konsumen akan melakukan perbandingan antara kinerja produk menurut persepsi

mereka dengan harapan mereka. Suatu produk dapat memuaskan konsumen bila

di nilai dapat memenuhi atau melebihi harapannya. Dalam hal ini dikatakan

bahwa produk tersebut mempunyai quality of design yang tinggi. (Budiman,

2003)

Kualitas produk merupakan salah satu faktor pembentuk persepsi nilai

pelanggan. Dalam pandangan konsumen, nilai suatu produk merupakan kualitas

produk yang dinikmati konsumen dengan pengorbanan sejumlah uang atau

sumber daya yang lain. (Oliver, 1997;167). Kualitas yang tinggi merupakan faktor

penting untuk menciptakan nilai pelanggan yang tinggi. Dengan kata lain persepsi

kegunaan produk di mata konsumen yang tinggi merupakan indikasi kualitas

produk yang tinggi pula. Oleh karena kualitas produk merupakan salah satu faktor

penentu persepsi nilai pelanggan, maka tingginya persepsi kegunaan produk akan

mengakibatkan persepsi pelanggan yang tinggi pula. (Budiman, 2003)

Menurut Budiman (2003) bahwa kegunaan produk (X1

1. Kegunaan produk pada efektifitas kerja

) dibentuk oleh

3 Indikator, antara lain :

2. Kegunaan produk pada produktifitas dan penghematan waktu

(27)

2.2.3. Kemudahan Penggunaan Produk

Kemudahan produk bagi konsumen merupakan derajad kepercayaan

seseorang atau persepsi seseorang bahwa dalam menggunakan produk tertentu,

mereka tidak mengeluarkan usaha yang berat. Persepsi terhadap kemudahan

penggunaan produk meliputi kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan

upaya fisik, kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan upaya mental, dan

kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan suatu sistem untuk dipelajari.

(Davis, 1989;325 dalam Budiman, 2003)

Helmi et, al dalam Budiman (2003) mengatakan bahwa bila suatu produk

dipersepsikan oleh konsumen rumit atau sulit untuk dipelajari dalam

penggunaannya, maka mereka telah terhambat dalam penggunaan teknologi

tersebut. Kebanyakan orang lebih suka mempelajari penggunaan produk baru

dengan langsung mencobanya daripada membaca terlebih dahulu buku panduan

pemakaian produk. Apabila konsumen mendapatkan kesulitan dalam mempelajari

produk, mereka baru akan berusaha mencari informasi untuk memecahkan

persoalan mereka.

Kepuasan konsumen pada saat menggunakan produk tidak hanya

bergantung pada kinerja produk itu sendiri, melainkan juga pada informasi

pendukung produk. Apabila informasi yang tersedia sesuai atau bahkan melebihi

harapan konsumen, maka akan timbul kepuasan dalam benak konsumen. (Spreng,

et.al, 1996;15 dalam Budiman, 2003). Informasi yang mudah dipahami dan dapat

(28)

berkualitas dan dapat menimbulkan persepsi dalam diri konsumen bahwa produk

tersebut merupakan produk yang baik. (Oliver, 1999;35 dalam Budiman, 2003)

Informasi produk yang baik akan mempermudah konsumen dalam

memahami cara penggunaan produk. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

semakin mudah suatu produk digunakan, maka semakin berguna produk tersebut

di mata konsumen, dan konsumenpun merasa nyaman dalam pemakaian produk

tersebut (Liao Landry, 2000;5 dalam Budiman, 2003)

Taylor & Todd (1995; 148) berpendapat bahwa semakin mudah suatu

produk digunakan akan berpengaruh positif pada minat pakai konsumen terhadap

produk. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa persepsi kemudahan

penggunaan produk merupakan konstruk penting dan mempunyai pengaruh

signifikan terhadap keputusan adopsi konsumen terhadap produk (Budiman,

2003)

Apabila konsumen mempersepsikan suatu sistem adalah mudah untuk

digunakan, maka mereka akan cenderung berminat untuk menjadi pemakai

produk. Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan untuk mempermudah

penggunaan produk akan meningkatkan minat pakai konsumen terhadap produk.

(Kwon & Chidambaran, 2000; 5 dalam Budiman, 2003)

Menurut Budiman (2003) bahwa kemudahan penggunaan produk (X2

1. Kemudahan dalam mengakses bantuan untuk mempelajari cara pemakaian

produk

)

dibentuk oleh 3 Indikator, antara lain :

(29)

3. Kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan kemudahan suatu

sistem dipelajari.

2.2.4. Pergaulan Sosial

Seorang individu selalu berinteraksi dengan lingkungan pergaulan

sosialnya. Dalam pergaulan dengan lingkungan sosialnya, perilaku tersebut akan

dibimbing oleh norma sosial yang berlaku dalam lingkungan sosialnya. Norma

sosial ini mengarahkan perilaku individu untuk berperilaku tertentu dalam

hubungan dengan lingkungan sosialnya.

Norma pada dasarnya merupakan pola-pola perilaku yang telah mapan

dalam sistem sosial yang diperuntukkan kepada anggota-anggota suatu sistem

sosial tersebut. Pola-pola perilaku pada sistem sosial tersebut berfungsi sebagai

tuntutan atau standar bagi anggota sistem sosial. Norma dalam sistem sosial

tersebut dapat menjadi suatu pendorong perubahan maupun halangan untuk

perubahan dalam diri individu anggota sistem sosial tersebut.

Pengaruh pergaulan sosial tersebut dibentuk dari berbagai hubungan

dengan anggota masyarakatnya. Sehubungan dengan hal ini, Battacherrjee

berpendapat bahawa pengaruh tersebut bisa datang dari pengaruh hubungan antar

pribadi, antara lain teman, kolega, atasan dan individu yang lain yang terlebih

dahulu telah memakai produk.

Individu pada dasarnya dipengaruhi oleh tuntutan pergaulan sosial dan

cenderung untuk menyesuaikan diri dengan pergaulan sosialnya. Mereka

(30)

mereka. Sebagai contoh, seseorang yang menjadi anggota organisasi pecinta atau

penggemar produk sepeda motor Harley Davidson akan cenderung menggenakan

atribut-atribut yang melambangkan eksistensi kelompoknya.

Beberapa penelitian dalam penggunaan telepon selluler menemukan

bahwa seorang individu berminat untuk memakai telepon selluler tidak hanya

semata-mata untuk keperluan bisnis saja, melainkan juga sebagai tuntutan

pergaulan sosial. Temuan Rogers tersebut mendapatkan dukungan dari penelitian

Kwon dan Chimbarran (2000) yang menemukan bahwa motivasi seorang individu

dalam memakai telepon selluler tersebut mereka akan mendapatkan status dan

posisi sosial yang lebih tinggi pada masyarakatnya.

Pengaruh dari pergaulan sosial tersebut membentuk persepsi seseorang

terhadap suatu produk yaitu perasaan suka / tidak suka atau memerlukan / tidak

memerlukan terhadap poduk. Persepsi nilai pelanggan yang tinggi terhadap

produk, akan terbentuk bila suatu produk dapat memberikan suatu manfaat

tertentu yang diharapkan oleh konsumen, misalnya manfaat untuk berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya.

Menurut Budiman (2003) bahwa pergaulan sosial (X3

1. Pengaruh hubungan dengan lingkungan pergaulan sehari-hari

) dibentuk oleh

3 Indikator, antara lain :

2. Pengaruh hubungan dengan orang yang dihormati

(31)

2.2.5. Nilai Pelanggan

Pengertian customer menurut Keegan, et. al, (1995: 7) adalah sebagai berikut: “Customer is the best buyer of a product, often someone with whom a

seller deals on a regular basis.” Pengertian ini menjelaskan bahwa konsumen adalah seorang pembeli produk, seringkali merupakan seseorang dengan siapa

penjual melakukan persetujuan. Namun konsumen bukan merupakan target yang

harus dicapai oleh badan usaha tetapi merupakan salah satu asset yang berharga

bagi badan usaha. Oleh karena itu konsumen harus dipelihara, dikembangkan dan

diperlakukan dengan tepat. Apabila hal ini dilakukan dengan baik, maka akan

memberikan suatu pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang yang baik bagi

badan usaha.

Konsumen memiliki peran yang sangat besar bagi badan usaha khususnya

dalam pembuatan keputusan pembelian oleh konsumen, sehingga konsumennya

harus benar-benar diperlakukan dengan baik. Mc. Kenna (1991:93) juga

mengatakan bahwa “Every customer is important, but your first customer can

make your product a booming successor a dialamal failure.” Setiap konsumen itu penting tetapi yang menjadi acuan keberhasilan awal dari suatu badan usaha

adalah konsumen pertama dari badan usaha tersebut, tetapi hal ini bukan berarti

tidak memperhatikan konsumen berikutnya karena setiap badan usaha harus mulai

memikirkan cara mendekati konsumennya serta mampu membangun hubungan

(32)

Kotler dan Levy (1969) mengatakan bahwa persepsi nilai pelanggan

merupakan faktor penentu kepuasan konsumen. Fornell, et.al, (1996; 9)

mengatakan bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan faktor penentu kepuasan

konsumen. (Budiman, 2003)

Menurut Pawitra (1995:31) bahwa customer value merupakan nilai

dirasakan oleh konsumen. Jadi konsumen yang menentukan apakah suatu barang

atau jasa memberikan nilai tersendiri dan seberapa besar nilai yang diperolehnya.

Tugas utama setiap organisasi, bagaimana memenuhi kebutuhan setiap konsumen.

Nilai pelanggan merupakan rasio dari manfaat yang didapatkan dengan

pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Persepsi nilai pelanggan terbentuk

dari tiga komponen utama yaitu kualitas produk, kualitas layanan dan harga /

pengorbanan yang harus dibayarkan / dikeluarkan oleh konsumen berupa uang

atau sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, dan upaya untuk mendapatkan

barang dan jasa. Nilai pelanggan yang tinggi bisa tercapai bila ketiga faktor

tersebut berada dalam keadaan keseimbangan dan harapan konsumen. (Budiman,

2003)

Nilai mengacu pada kualitas produk yang dapat dinikmati konsumen pada

suatu tingkat harga tertentu. Oleh karena itu manfaat dan pengorbanan ditentukan

oleh konsumen, maka dapat dikatakan bahwa konsumen pula yang menentukan

nilai suatu produk. (Budiman, 2003)

Customer value yaitu persepsi konsumen terhadap manfaat yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen. Albrecht (1994:176-177)

(33)

customer value, yaitu Environmental, sensory, interpersonal, procedural dan informational.

a. Environmental, yaitu persepsi konsumen terhadap keadaan produk.

b. Sensory, yaitu persepsi konsumen terhadap apa yang dirasakan mengenai

produk yang digunakan

c. Interpersonal, yaitu persepsi konsumen terhadap interaksi sales dengan

konsumen.

d. Procedural, yaitu persepsi konsumen terhadap berbagai macam prosedur

yang harus dijalani konsumen dalam melakukan pemesanan pembelian.

e. Informational, yaitu persepsi konsumen terhadap kemudahan memperoleh

informasi yang dibutuhkan dari produk.

Melalui penciptaan dan pengaturan lima elemen diatas diharapkan agar

badan usaha mampu meningkatkan daya saingnya terhadap lingkungan

persaingannya. Jadi tidak semata-mata menciptakan kepuasan konsumen saja

tetapi mampu juga dijadikan sebagai kekuatan yang dimiliki badan usaha

dibandingkan pesaingnya.

Nilai bagi konsumen bisa berarti harga yang murah, sesuatu yang

diinginkan oleh konsumen pada produk, kualitas yang didapat dengan

membayarkan sejumlah harga tertentu, atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu

yang didapatkan untuk sesuatu yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan keseluruhan penilaian konsumen

(34)

atas apa yang telah mereka berikan / korbankan untuk mendapatkan produk itu.

(Zeithaml, 1988;13 dalam Budiman, 2003)

Kepuasan timbul dalam benak konsumen bila kinerja produk sama atau

melebihi harapan konsumen. Dengan kata lain, bila persepsi nilai produk tinggi,

maka konsumen akan merasa puas. Pada gilirannya konsumen yang puas akan

menunjukkan sikap yang positif terhadap produk. Mereka akan memberikan

rekomendasi positif tentang produk tersebut kepada teman-teman, kolega,

keluarga dan orang-orang dalam lingkungan pergaulan mereka. (Anderson, et.al,

1994;55 dalam Budiman, 2003)

Konsumen mempunyai kebiasaan untuk berbagi informasi dengan

teman-teman mereka tentang produk-produk yang menurut mereka yang mempunyai

persepsi nilai yang tinggi. Komunikasi yang terjadi biasanya merupakan

komunikasi verbal dari mulut ke mulut dan bersifat personal dan merupakan

bentuk komunikasi yang sangat efektif untuk meneruskan informasi tentang

produk. Biasanya konsumen lebih jarang melakukan penolakan terhadap

informasi yang bersifat personal semacam ini. (Peter & Olson, 2002;441 dalam

Budiman, 2003)

Menurut Budiman (2003) bahwa nilai pelanggan (Y) dibentuk oleh

3 Indikator, antara lain :

1. Kualitas produk

2. Kualitas layanan produk

(35)

2.2.6. Minat Mereferensikan

Minat mereferensikan konsumen terhadap produk merupakan konstruk

yang penting dalam proses adopsi konsumen. Minat mereferensikan yang tinggi

mencerminkan rasa suka konsumen terhadap produk. Rasa suka ini timbul bila

konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas

baik dan memenuhi bahkan melebihi keinginan dan harapan konsumen. Tingginya

minat mereferensikan akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan

produk di pasar, mengingat efek berantai dari referensi konsumen pada jaringan

sosial yang terbentuk dalam relasi konsumen dengan lingkungan mereka

sehari-hari. (Budiman, 2003)

Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bisnis seorang

individu akan berinteraksi dengan orang-orang dalam lingkungannya. Rata-rata

orang akan berinteraksi kurang lebih dengan dua ratus lima puluh orang yang

meliputi tetangga, anggota keluarga / sanak keluarga, rekan kerja, teman-teman

dan sebagainya. Selanjutnya masing-masing individu tersebut akan berinteraksi

dengan kurang lebih dengan dua ratus lima puluh orang dan seterusnya hingga

terbentuk suatu jaringan interaksi sosial yang luas dari interaksi individu tersebut.

Dari sudut pandang dunia bisnis jaringan interaksi sosial ini mempunyai peranan

yang besar dalam penentuan kesuksesan produk di pasar. Orang-orang akan

berbicara tentang suatu produk baik secara positif maupun negatif sepanjang

waktu. (Wilson, 1991;19 dalam Budiman, 2003)

Jaringan interaksi sosial ini sangat berperan dalam keputusan pembelian

(36)

dan kinerja suatu produk yang timbul karena sulitnya mendapatkan sampel.

Kesempatan uji coba produk, informasi dan evaluasi tentang produk di media

massa yang bias dan sebagainya. Calon pembeli akan memanfaatkan jaringan

interaksi antara mereka untuk mengumpulkan informasi-informasi dalam upaya

menentukan keputusan pembelian mereka. (Gunn, 1993;42 dalam Budiman,

2003)

Oleh karena itu dapat dikatakan gagal atau suksesnya suatu produk dalam

persaingan bisnis dewasa ini tergantung pada pemahaman terhadap proses

pencarian informasi produk dan pengambilan keputusan konsumen terhadap

pemakaian produk pada pertama kali konsumen mendengar tentang keberadaan

suatu produk pada diri konsumen akan terbentuk harapan-harapan mengenai

produk dan jasa tersebut menurut persepsi mereka. Selanjutnya konsumen akan

mendapatkan informasi tentang produk tersebut dari komunikasi dari mulut ke

mulut yang akan mempengaruhi harapan mereka tentang produk tersebut.

(Boulding, et.al, 1993;7 dalam Budiman, 2003).

Kemudian pada saat konsumen mencoba produk tersebut maka mereka

akan melakukan perbandingan antara harapan dengan persepsi mereka terhadap

produk. Apabila konsumen merasaskan bahwa produk / jasa yang digunakan

sesuai atau bahkan melebihi harapan mereka, maka akan timbul minat

mereferensikan yang positif dalam benak konsumen terhadap produk. (Boulding,

et.al, 1993;712 dalam Budiman, 2003).

Referensi positif konsumen tentang produk bermula dari persepsi mereka

(37)

Produk dan jasa seharusnya mempunyai nilai yang tinggi di mata konsumen untuk

menghindari referensi negatif dari konsumen. Orang lebih berminat untuk

menceritakan pengalaman negatif daripada pengalaman positif mereka.

Menurut Budiman (2003) bahwa minat mereferensikan (Z) dibentuk oleh

3 Indikator, antara lain :

1. Minat mereferensikan kepada teman-teman

2. Minat mereferensikan kepada atasan / orang yang dihormati

3. Minat mereferensikan kepada orang dicintai / dikasihi

2.2.7. Pengaruh Kegunaan Produk Dengan Nilai Pelanggan

Nilai bagi konsumen bisa berarti harga yang murah, sesuatu yang

diinginkan oleh konsumen pada produk, kualitas yang didapat dengan

membayarkan sejumlah harga tertentu, atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu

yang didapatkan untuk sesuatu yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan keseluruhan penilaian konsumen

berdasarkan persepsi mereka terhadap manfaat yang diterima dari suatu produk

atas apa yang telah mereka berikan / korbankan untuk mendapatkan produk itu.

(Zeithaml, 1988;13 dalam Budiman, 2003)

Naumann (1995; 15) bahwa kualitas yang tinggi merupakan saslah satu

factor penting untuk menciptakan nilai pelanggan yang tinggi. Konsumen akan

melakukan perbandingan antara kinerja produk menurut persepsi mereka dengan

(38)

suatu produkmempunyai nilai yang tinggi bila kinerja produk sesuai / melebihi

harapan mereka. (Budiman, 2003)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa kegunaan produk dapat memberikan pengaruh yang positif

dengan nilai pelanggan.

2.2.8. Pengaruh Kemudahan Penggunaan Produk Dengan Nilai Pelanggan

Kualitas layanan informasi yang baik merupakan syarat yang mutlak untuk

menciptakan nilai pelanggan yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa nilai pelanggan yang tinggi tersermin pada perilaku konsumen yang positif,

dalam hal ini adalah minat pakai konsumen yang tinggi terhadap produk.

(Boulding, et.al, 1993 dalam Budiman, 2003)

Taylor & Todd (1995; 148) berpendapat bahwa semakin mudah suatu

produk digunakan akan berpengaruh positif pada minat pakai konsumen terhadap

produk. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa persepsi kemudahan

penggunaan produk merupakan konstruk penting dan mempunyai pengaruh

signifikan terhadap keputusan adopsi konsumen terhadap produk (Budiman,

2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Kwon & Chidambaran (2000;5) terhadap

penggunaan telepon selluler di daerah metropolitan Hawaii juga menemukan

bahawa bila konsumen merasa telepon selluler yang digunakannya mudak

dioperasikan, maka mereka akan cenderung merasa bahwa penggunaan telepon

(39)

mereka. Sehingga mereka berminat untuk memakai telepon selluler tersebut.

(Budiman, 2003)

Apabila konsumen mempersepsikan suatu sistem adalah mudah untuk

digunakan, maka mereka akan cenderung berminat untuk menjadi pemakai

produk. Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan untuk mempermudah

penggunaan produk akan meningkatkan minat pakai konsumen terhadap produk.

(Kwon & Chidambaran, 2000; 5 dalam Budiman, 2003)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa kemudahan penggunaan produk dapat memberikan pengaruh

yang positif dengan nilai pelanggan.

2.2.9. Pengaruh Pergaulan Sosial Dengan Nilai Pelanggan

Battacherrjee berpendapat bahwa pengaruh tersebut bisa datang dari

pengaruh hubungan antar pribadi, antara lain teman, kolega, atasan dan individu

yang lain yang terlebih dahulu telah memakai produk. Individu pada dasarnya

dipengaruhi oleh tuntutan pergaulan sosial dan cenderung untuk menyesuaikan

diri dengan pergaulan sosialnya. Mereka cenderung untuk menggunakan

produk-produk yang dapat menunjang pergaulan mereka. Sebagai contoh, seseorang yang

menjadi anggota organisasi pecinta atau penggemar produk sepeda motor Harley

Davidson akan cenderung menggenakan atribut-atribut yang melambangkan

eksistensi kelompoknya. (Budiman, 2003; 8)

Beberapa penelitian dalam penggunaan telepon selluler menemukan

(40)

semata-mata untuk keperluan bisnis saja, melainkan juga sebagai tuntutan

pergaulan sosial. Pengaruh dari pergaulan sosial tersebut membentuk persepsi

seseorang terhadap suatu produk yaitu perasaan suka / tidak suka atau

memerlukan / tidak memerlukan terhadap poduk. Persepsi nilai pelanggan yang

tinggi terhadap produk, akan terbentuk bila suatu produk dapat memberikan suatu

manfaat tertentu yang diharapkan oleh konsumen, misalnya manfaat untuk

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. (Budiman, 2003; 8)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa pergaulan sosial dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap nilai pelanggan.

2.2.10.Pengaruh Nilai Pelanggan Dengan Minat Mereferensikan

Kepuasan timbul dalam benak konsumen bila kinerja produk sama atau

melebihi harapan konsumen. Dengan kata lain, bila persepsi nilai produk tinggi,

maka konsumen akan merasa puas. Pada gilirannya konsumen yang puas akan

menunjukkan sikap yang positif terhadap produk. Mereka akan memberikan

rekomendasi positif tentang produk tersebut kepada teman-teman, kolega,

keluarga dan orang-orang dalam lingkungan pergaulan mereka. (Anderson, et.al,

1994;55 dalam Budiman, 2003)

Konsumen mempunyai kebiasaan untuk berbagi informasi dengan

teman-teman mereka tentang produk-produk yang menurut mereka yang mempunyai

persepsi nilai yang tinggi. Komunikasi yang terjadi biasanya merupakan

(41)

bentuk komunikasi yang sangat efektif untuk meneruskan informasi tentang

produk. Biasanya konsumen lebih jarang melakukan penolakan terhadap

informasi yang bersifat personal semacam ini. (Peter & Olson, 2002;441 dalam

Budiman, 2003)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa nilai pelanggan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap minat

(42)

2.3. K orang yang dicintai / dikasihi

(X3_3)

(43)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Kegunaan produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan Ponsel Nokia

di Surabaya

2. Kemudahan pengunaan produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan

Ponsel Nokia di Surabaya

3. Pergaulan sosial berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan Ponsel Nokia di

Surabaya

4. Nilai pelanggan berpengaruh positif terhadap minat mereferensikan

(44)

31

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kegunaan produk (X1

Indikator yang digunakan (Budiman, 2003):

) adalah derajad kepercayaan konsumen atau persepsi

seseorang terhadap manfaat dan kegunaan produk atau jasa tertentu.

a. Kegunaan produk pada efektifitas kerja

b. Kegunaan produk pada produktifitas dan penghematan waktu

c. Kegunaan produk pada sistem pada pekerjaan seseorang

2. Kemudahan penggunaan produk (X2

Indikator yang digunakan (Budiman, 2003):

) merupakan derajad kepercayaan

seseorang atau persepsi seseorang terhadap kegunaan produk atau jasa

tertentu.

a. Kemudahan dalam mengakses bantuan untuk mempelajari cara pemakaian

produk

b. Kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan upaya mental

c. Kemudahan penggunaan yang berhubungan dengan kemudahan suatu

(45)

3. Pergaulan sosial (X3

a. Pengaruh hubungan dengan lingkungan pergaulan sehari-hari

) merupakan interaksi individu dengan lingkungan

sosialnya. Indikator yang digunakan (Budiman, 2003):

b. Pengaruh hubungan dengan orang yang dihormati

c. Pengaruh hubungan dengan orang yang dicintai / dikasihi

4. Nilai pelanggan (Y) merupakan penilaian pelanggan atas keseluruhan

kegunaan suatu produk atau jasa yang didasarkan pada persepsi atas apa yang

diterima dan apa yang diberikan. Indikator yang digunakan (Budiman, 2003):

a. Kualitas produk

b. Kualitas layanan produk

c. Pengorbanan konsumen untuk mendapatkan produk

5. Minat Mereferensikan (Z) merupakan keinginan konsumen untuk

menceritakan pengalamannya setelah menggunakan produk/jasa kepada orang

lain. Indikator yang digunakan (Budiman, 2003):

a. Minat mereferensikan kepada teman-teman

b. Minat mereferensikan kepada atasan / orang yang dihormati

c. Minat mereferensikan kepada orang dicintai / dikasihi

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan semantic differential scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

(46)

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini

mengikuti pola sebagai berikut :

Jelek Baik

1 7

Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang pernah

menggunakan dan membeli Ponsel Nokia di “Trikomsel” Surabaya.

b. Sampel

Sampel penelitian adalah konsumen dengan ciri-ciri sebagai berikut: Saat ini

menggunakan Ponsel Nokia, Pernah menggunakan ponsel merek lain sebelum

(47)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability

sampling tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008: 85).

Jumlah sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa besarnya jumlah sampel

yaitu 5-10 kali parameternya yang di estimasi (Augusty, 2002:48). Pada

penelitian ini ada 15 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu

antara 75-150. Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah sebesar (15 x 7 = 105), sehingga dalam penelitian ini menggunakan

sampel sebesar 105 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis data yang diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung pada

konsumen yang sedang melakukan pembelian Ponsel Nokia di “Trikomsel”

Surabaya

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

hasil pengisian kuesioner oleh konsumen yang sedang melakukan pembelian

(48)

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan seperlunya.

b. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden.

c. Interview yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat

mereka secara langsung.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar

pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang

merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai

(49)

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,

dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

(50)

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai χ2Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

Kriteria Pengujian :

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

b. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi

adalah normal.

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

(51)

Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor

berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model

mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara

faktor. (Augusty, 2002 : 34).

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini

yang perlu dilakukan :

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.

Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama

akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan

peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram

alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data

yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya

menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data

(52)

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat

(misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai

kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan

perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

4. Multicolinierity and Singularity.

3.4.5. Uji Hipotesis

Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan

(53)

yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

a. χ2

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood

ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau

memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ

(Chi Square Statistic).

2

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off

value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi

chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

berdasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of Fit Index).

Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi

yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang

mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).

(54)

d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).

GFI adalah analog dari R2

e. CMIN/DF.

dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien

yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan

yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau

lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks

kovarians sampel.

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of

freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan

oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya

sebuah model. Nilai χ2

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari

3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very

good fit.

g. CFI (Comparative Fit Index).

Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana

semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi

(55)

42 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Tanggapan responden tentang pengaruh kegunaan produk, kemudahan

penggunaan produk dan pergaulan sosial terhadap nilai pelanggan dan dampaknya

terhadap minat mereferensikan konsumen pengguna Ponsel Merek Nokia di

Surabaya, dimana kuisioner disebarkan pada 105 orang. Untuk jawaban kuisioner

dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 7

pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7

menunjukkan nilai tertinggi. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada pelanggan

yang datang ke Trikomsel dan ketemu dengan peneliti. Penyebaran kuesioner

dilakukan sekitar 1 bulan yaitu pada 11 - 28 Januari 2010.

Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari

jenis kelamin dan usia responden yang disajikan dalam tabel frekuensi berikut :

1. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Pria 59 56,19

2 Wanita 46 43,81

Total 105 100,00

(56)

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden terbesar yang diambil

menjadi sampel adalah berjenis kelamin pria sebanyak 59 orang (56,19 %).

2. Berdasarkan Usia Responden

Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 17-30 tahun 48 45,71

2 31-45 tahun 34 32,38

3 ≥ 45 tahun 23 21,90

Total 105 100,00

Sumber : Lampiran 3

Dari tabel 4.2 diketahui responden terbesar yang diambil menjadi sampel

adalah responden yang berusia 17-30 tahun sebanyak 48 orang (45,71 %).

3. Berdasarkan Lamanya Menggunakan Ponsel Nokia

Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui lamanya responden menggunakan ponsel nokia yakni pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menggunakan Ponsel Nokia

No Lama Menggunakan Jumlah Prosentase (%)

1 < 1 tahun 27 25,71

2 1 - 3 tahun 42 40,00

3 > 3 tahun 36 34,29

Total 105 100,00

(57)

Dari tabel 4.3 diketahui responden terbesar yang diambil menjadi sampel

adalah responden yang menggunakan ponsel Nokia selama 1 – 3 tahun sebanyak

42 orang (40 %).

4. Berdasarkan Pernah/Tidaknya Menggunakan Ponsel Merek Lain Sebelum Menggunakan Ponsel Nokia

Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui pernah/tidaknya responden menggunakan ponsel merek lain sebelum

menggunakan ponsel nokia yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah/Tidaknya Menggunakan Ponsel Merek Lain

Sebelum Menggunakan Ponsel nokia

No Pernah/Tidaknya Jumlah Prosentase (%)

1 Tidak Pernah 0 0,00

2 Pernah 105 100,00

Total 105 100,00

Sumber : Lampiran 3

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa semua responden pernah menggunakan

ponsel merek lain sebelum menggunakan ponsel nokia.

4.1.2. Deskripsi Kegunaan Produk (X1

Kegunaan produk adalah derajad kepercayaan konsumen atau persepsi

seseorang terhadap manfaat dan kegunaan produk atau jasa tertentu. Hasil

tanggapan responden terhadap kegunaan produk (X )

1) dapat dilihat pada tabel

(58)

Tabel 4.5.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai

Kegunaan Produk (X1

No

)

Kuesioner Skor Jawaban Mean Skor 1 2 3 4 5 6 7

1

Menggunakan Ponsel Nokia mampu membantu efektifitas pekerjaan

anda dengan baik 0 0 0 7 41 49 8 5,55

2

Menggunakan ponsel Nokia mampu menghemat waktu dibandingkan

menggunakan ponsel merek lain 0 0 0 4 47 38 16 5,63

3

Sistem operasional Ponsel Nokia lebih mudah dibandingkan dengan

merek lain 0 0 0 3 36 57 9 5,69 Mean Skor Keseluruhan 5,62 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa pernyataan “Sistem operasional

Ponsel Nokia lebih mudah dibandingkan dengan merek lain” memiliki nilai

rata-rata tertinggi sebesar 5,69, yang berarti responden setuju bahwa Sistem

operasional Ponsel Nokia lebih mudah dibandingkan dengan merek lain.

Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap kegunaan

produk (X1) sebesar 5,62 yang berarti responden menilai bahwa kegunaan produk

ponsel Nokia cukup tinggi.

4.1.4. Deskripsi Kemudahan Penggunaan Produk (X2

Kemudahan penggunaan produk merupakan derajad kepercayaan

seseorang atau persepsi seseorang terhadap kegunaan produk atau jasa tertentu.

Hasil tanggapan responden terhadap kemudahan penggunaan produk (X )

2) dapat

(59)

Tabel 4.6.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai

Kemudahan Penggunaan Produk (X2

No

)

Pertanyaan Skor Jawaban Mean Skor 1 2 3 4 5 6 7

1

Ponsel Nokia memiliki kemudahan dalam mengakses bantuan untuk mempelajari cara pemakaian produk

0 0 0 6 46 48 5 5,50

2

Persepsi konsumen bahwa Ponsel Nokia mudah digunakan, suatu sistem untuk dipelajari

0 0 0 13 43 32 17 5,50

Mean Skor Keseluruhan 5,46 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa pernyataan “Ponsel Nokia

memiliki kemudahan dalam mengakses bantuan untuk mempelajari cara

pemakaian produk” dan “Ponsel Nokia memiliki kemudahan penggunaan yang

berhubungan dengan kemudahan suatu sistem untuk dipelajari” memiliki nilai

rata-rata tertinggi sebesar 5,50, yang berarti responden setuju bahwa ponsel Nokia

memiliki kemudahan dalam mengakses bantuan untuk mempelajari cara

pemakaian produk, dan Ponsel Nokia memiliki kemudahan penggunaan yang

berhubungan dengan kemudahan suatu sistem untuk dipelajari. Sedangkan secara

keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap kemudahan penggunaan

produk (X2) sebesar 5,46 yang berarti responden setuju bahwa Ponsel Nokia

Gambar

Tabel 1.2 Penjualan Produk Nokia Di “Trikomsel” Surabaya
Kemudahan penggunaan yang(Y) Kemudahan penggunaan yangberhubungan dengan upayaKemudahan PenggunaanNilai PelangganProduk (X2)Minat Mereferensikanmental (X2_2)(Z)Atasan / Orang yang dihormati(Z_2)Gambar 2.1
Tabel 4.2.
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menguji pengaruh risiko pasar berpengaruh positif terhadap

Seiring dengan berjalannya proses cara berpikir atau dinamika kognitif seseorang yang menjadi vegetarian murni juga merupakan dasar yang kuat di mana tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sikap terhadap eutanasia dengan tingkat religiositas pada mahasiswa Fakultas Kedok:teran. Penelitian ini

Wawasan itu membuat para mahasiswa seperti Erawan yang telah memiki dasar seni rupa tradisional Bali, mulai menyerap penciptaan seni rupa Barat terutama dalam

Dalam proses pembelajaran, sebaiknya metode tanya jawab selalu digunakan karena bagi siswa yang kurang memahami materi atau tidak menemukan jawaban atas

Hidraulička shema I hidrauličkog kruga (snježni plug) Slika 10.. CAD model snježnog pluga

Berdasarkan analisis data, penelitian ini memberikan kesimpulan: profil kecerdasan visual-spasial siswa (1) berdasarkan arah pandang, subjek cenderung menjawab salah ketika

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Sebelum melakukan penelitian ini, telah dilakukan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan