• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DAYA SAING EKSPOR BATU BARA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DAYA SAING EKSPOR BATU BARA INDONESIA"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

DAYA SAING EKSPOR BATU BARA INDONESIA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

Ade Prayoga Tarigan

103217021

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI

UNIVERSITAS PERTAMINA

JUNI 2021

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir

: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Daya Saing Ekspor Batu Bara Indonesia

Nama Mahasiswa

: Ade Prayoga Tarigan

Nomor Induk Mahasiswa

: 103217021

Program Studi

: Ekonomi

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir : 25 Juni 2021

Jakarta, 30 Juni 2021

MENGESAHKAN,

Pembimbing

: Nama

: Andika Pambudi, S.P., M.Si.

NIP

: 116077

Tanda Tangan

:

MENGETAHUI,

Ketua Program Studi Ekonomi

Eka Puspitawati, S.P., M.Si., PhD.

NIP. 116106

(3)
(4)

ABSTRAK

Ade Prayoga Tarigan. 103217021. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing

Ekspor Batu Bara Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing dan mengetahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia di pasar tujuan utama. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu gabungan dari data cross section yaitu sembilan negara teratas tujuan ekspor batu bara Indonesia dan time series dengan periode tahun 2011 hingga 2019. Komoditas yang menjadi fokus dalam studi ini adalah batu bara dengan klasifikasi Harmonized System (HS) 2701 Coal; briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), digunakan untuk mengidentifikasi daya saing ekspor batu bara Indonesia di pasar tujuan utama. Dan analisis data penel, diterapkan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) menunjukkan Indonesia memiliki daya saing yang kuat di sembilan negara tujuan utama ekspor. Hasil estimasi data penel menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi secara signifikan daya saing ekspor batu bara Indonesia adalah populasi negara tujuan, jarak ekonomi, dan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara tujuan (Rupiah/LCU). Sementara itu, hambatan tarif yang diberlakukan di negara tujuan dan harga batu bara tidak berpengaruh secara signifikan terhadap daya saing ekspor batu bara Indonesia. Kata kunci: daya saing, data penel, batu bara

(5)

ABSTRACT

Ade Prayoga Tarigan. 103217021. Analysis of Factors Affecting the Competitiveness of

Indonesian Coal Exports.

This study aims to analyze competitiveness and find out what are the factors that influence the competitiveness of Indonesian coal exports in the main destination market. The data used in this study is panel data, which is a combination of cross-sectional data, namely the top nine destinations for Indonesian coal exports and the time series for the period from 2011 to 2019. The commodity that is the focus of this study is coal with the Harmonized System (HS) classification. 2701 Coal; briquettes, ovoids, and similar solid fuels made from coal. The method used in this research is Revealed Comparative Advantage (RCA) analysis, which is used to identify the competitiveness of Indonesian coal exports in the main destination market. The panel data analysis, applied to analyze the factors that affect the competitiveness of Indonesian coal exports. The Revealed Comparative Advantage (RCA) method shows that Indonesia has strong competitiveness in nine main export destination countries. The estimation results of the panel data analysis show that the population of the destination country, economic distance, and the exchange rate of the Rupiah against the currency of the destination country (Rupiah/LCU) significantly affect the competitiveness of Indonesian coal exports. Meanwhile, tariff barriers imposed in destination countries and coal prices do not significantly affect the competitiveness of Indonesian coal exports.

(6)

Universitas Pertamina - i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Tugas Akhir (TA) ini dengan baik. Tugas Akhir (TA) adalah salah satu mata kuliah wajib yang ada pada kurikulum Program Sarjana (S1) Ekonomi, Universitas Pertamina.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk lulus Program Sarjana (S1) Ekonomi, Universitas Pertamina, dimana laporan Tugas Akhir (TA) merupakan sebuah proyek yang dilakukan oleh mahasiswa dan terdiri dari proses perancangan atau penelitian serta pelaporannya.

Dalam proses penyelesaian laporan TA ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu kepada:

 Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung penulis serta memberikan motivasi dalam menyelesaikan TA ini.

 Bapak Andika Pambudi, S.P., M.Si. selaku Dosen Wali dan Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir (TA).

 Ibu Eka Puspitawati, S.P.,M.Si., PhD. dan Bapak Dr. A Rinto Pudyantoro., M.M., Ak., CA selaku dosen penguji, yang sudah bersedia menguji dan memberikan masukan terkait dengan pengerjaan laporan Tugas Akhir (TA).

 Seluruh dosen, staf dan civitas Program Studi Ekonomi Universitas Pertamina yang telah banyak memberikan bimbingan dan pembelajaran materi selama berkuliah di Universitas Pertamina.  Sahabat-sahabat penulis dan teman-teman EC 17 atas kebersamaan, semangat, bantuan dan motivasi

selama menjalankan studi di Program Studi Ekonomi, Universitas Pertamina.

 Semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung selama proses penyelesaian laporan TA yang tidak dapat penulis sebutkan satau persatu.

Apabila terdapat kesalahan pada penulisan laporan ini, penulis meminta maaf. Semoga laporanTugas Akhir (TA) ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Terimakasih.

Jakarta, 25 Mei 2021

(7)

Universitas Pertamina - ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan ... 5 1.4 Manfaat ... 6 1.5 Ruang Lingkup ... 6

BAB II. TINJAUAN LITERATUR ... 7

2.1 Tinjauan Teori ... 7

2.1.1 Perdagangan Internasional ... 7

2.1.2 Daya Saing ... 8

2.1.3 Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 10

2.2 Tinjauan Empiris ... 12

2.3 Kerangka Penelitian ... 15

2.4 Hipotesis ... 17

BAB III. METODOLOGI ... 18

3.1 Waktu dan Tempat ... 18

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 18

3.3 Metode Analisis ... 18

3.3.1 Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 19

3.3.2 Analisis Data Panel ... 19

3.3.3 Uji Kesesuaian Model ... 22

3.3.4 Uji Asumsi Klasik ... 23

3.3.5 Uji Statistik ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

(8)

Universitas Pertamina - iii

4.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Ekspor Batu bara Indonesia ... 28

4.2.1 Uji Pemilihan Model Terbaik ... 28

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 28

4.2.3 Perbaikan Asumsi Klasik ... 30

4.3 Pembahasan Hasil Estimasi ... 31

4.3.1 Populasi Negara Tujuan Utama Ekspor ... 31

4.3.2 Jarak Ekonomi ... 32

4.3.3 Nilai Tukar Riil ... 32

4.3.4 Hambatan Tarif ... 33

4.3.5 Harga Batu bara ... 33

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN... 34

5.1. Simpulan ... 34

5.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR ... 37

LAMPIRAN ... 39

(9)

Universitas Pertamina - iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………... 14

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ………... 18

Tabel 4.1 Uji Model Terbaik………... 28

Tabel 4.2 Uji Autokorelasi ... 28

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ... 29

Tabel 4.4 Uji Heterokedastisitas ... 29

Tabel 4.5 Uji Normalitas... 30

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Model Random Effect dengan metode Generalized Least 30 Square (GLS) ...

(10)

Universitas Pertamina - v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 PDB Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian Atas Dasar Harga 2 Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2019...

Gambar 1.2 Negara Produsen Utama Batu bara Dunia 2011-2019………... 2

Gambar 1.3 Negara Eksportir Utama Batu bara Dunia (Metrik Ton) ……...………. 3

Gambar 1.4 Pangsa Pasar Ekspor Batu bara Indonesia 2019 ………...……….. 4

Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Perdagangan Internasional ………... 8

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian ………... 16 Gambar 4.1 Hasil Estimasi Rata-rata RCA Batu bara Indonesia di Negara Tujuan 26

Utama...

Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk India dan Tiongkok Tahun 31 2011-2019...

(11)

Universitas Pertamina - vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 39

Lampiran 2. Hasil Chow Test... 39

Lampiran 3. Hasil Hausman Test... 40

Lampiran 4. Hasil Lagrange Multiplier Test ... 40

Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas... 40

Lampiran 6. Hasil Uji Heterokedastisitas... 40

Lampiran 7. Hasil Uji Autokorelasi ... 41

Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas ... 41

(12)

Universitas Pertamina - vii

DAFTAR SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti Keterangan

CMSA Constant Market Share Analysis

ECM Error Component Model

FEM Fixed Effect Model

GDP Gross Domestic Product

GLS Generalized Least Square

HS Harmonized System

IEA International Energy Agency

KTI Kawasan Timur Indonesia

LCU Local Currency Unit

PLS Pooled Least Square

RCA Revealed Comparative Advantage

REM Random Effect Mode

SDA Sumber Daya Alam

(13)

Universitas Pertamina - 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perdagangan internasional menjadi kegiatan yang sangat penting di tengah keterbukaan ekonomi saat ini. Karena adanya perbedaan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) antarnegara, serta meningkatnya jumlah konsumsi setiap tahunnya akibat pertambahan jumlah penduduk, maka tidak ada satu pun negara di dunia yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa melakukan perdagangan dengan negara lain. Menurut Salvatore, perdagangan internasional dapat menjadi mesin penggerak bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara (Salvatore, 2013). Dengan adanya perdagangan internasional, maka pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara dapat ditingkatkan.

Menurut Todaro (2006) perdagangan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Peningkatan ekspor suatu komoditas akan mendatangkan devisa negara dan mampu meningkatkan daya saing suatu negara. Oleh karena itu pemerintah berusaha untuk mendorong produk domestik agar dapat dipasarkan secara global. Daya saing (competitiveness) merupakan hal yang sangat penting bagi suatu komoditas atau industri di era globalisasi saat ini. Komoditas yang mempunyai peran strategis terhadap suatu bangsa apabila tidak memiliki daya saing yang baik, pemenuhannya akan bergantung pada impor dari negara lain yang memiliki daya saing yang lebih baik. Suatu komoditas dapat memiliki daya saing di pasar karena adanya dukungan (campur tangan) kebijakan pemerintah, meskipun komoditas tersebut tidak memiliki daya saing yang baik.

Salah satu jenis komoditas yang menjadi barang andalan perdagangan Indonesia dalam pasar internasional adalah barang tambang. Letak Indonesia yang berada di sisi barat Cincin Berapi Pasifik (Pacific Ring of Fire) menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah berupa barang tambang. Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang mencakup 68% dari wilayah Indonesia atau seluas hampir 1,3 juta kilometer persegi juga diperkirakan menyimpan 81,2% cadangan bahan tambang Indonesia (Rudiono, 2013).

Sektor pertambangan menghasilkan berbagai jenis komoditas, salah satu diantaranya adalah komoditas batu bara. Batu bara adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia, kimia dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta temperatur tertentu pada jangka waktu yang sangat lama.

Batu bara sangat berarti untuk pertumbuhan ekonomi nasional karena keterkaitannya dengan penerimaan negara, seperti ekspor, penyediaan lapangan pekerjaan serta sumber energi untuk kegiatan perekonomian. Menurut International Energy Agency (IEA), pada tahun 2019 batu bara memberikan kontribusi sebesar 26% terhadap energi primer dunia, berada pada posisi kedua setelah minyak bumi dengan kontribusi sebesar 31%. Batu bara juga merupakan sumber energi yang mengalami pertumbuhan paling cepat di dunia dibandingkan dengan sumber energi lain seperti minyak bumi, gas, nuklir, air, angin dan sumber daya pengganti lainnya (International Energy Agency, 2019).

(14)

Universitas Pertamina - 2 Gambar 1.1 PDB Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2019 Sumber: Badan Pusat Statistik (2021)

Pada Gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa sub sektor pertambangan batu bara dan lignit berkontribusi sebesar 32% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2019. Menurut Kementerian ESDM, dari total 891 milyar ton cadangan batu bara dunia, Indonesia memiliki sekitar 32 milyar ton cadangan batu bara atau sekitar 3,5% dari total cadangan batu bara dunia saat ini, dan diperkirakan dapat bertahan hingga sekitar 50 tahun ke depan. Adapun negara dengan cadangan batu bara terbesar di dunia antara lain, Amerika Serikat (26%), Rusia (17%), China (12%), Australia (8%) dan India (6%) (Direktorat Sumber Daya Energi, 2016).

Gambar 1.2 Negara Produsen Utama Batu bara Dunia 2011-2019 Sumber: British Petroleum ( 2020)

Pada Gambar 1.2 dapat dilihat hingga saat ini ada lima negara produsen batu bara terbesar di dunia yang memiliki jumlah produksi di atas 400 juta ton setiap tahunnya. Meskipun Indonesia bukan sebagai negara produsen batu bara terbesar di dunia, tetapi ekspor batu bara yang dilakukan oleh Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2017 hingga 2019 Indonesia memegang peringkat pertama sebagai negara pengekspor batu bara terbesar di dunia dengan volume ekspor mencapai 394 metrik ton (2017) dan 455 metrik ton (2019) mengalahkan

36%

32% 11%

21% Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi

Pertambangan Batubara dan Lignit

Pertambangan Bijih Logam

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 3500,00 4000,00 4500,00 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

(15)

Universitas Pertamina - 3 Australia (Gambar 1.3). Secara keseluruhan, pada tahun 2019 Indonesia berkontribusi sebesar 23,97% terhadap total ekspor batu bara dunia.

Gambar 1.3 Negara Eksportir Utama Batu bara Dunia (Metrik Ton)

Sumber: International Energy Agency (2020) & Chief Executive In Council (2020)

Peningkatan volume produksi dan ekspor batu bara Indonesia setiap tahunnya tidak terlepas dari fenomena perekonomian global dan liberalisasi perdagangan antarnegara. Salah satunya sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk mendorong perkembangan sektor industri dan transportasi yang secara langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi penduduk dunia. Pertumbuhan populasi penduduk dunia yang tinggi telah mendorong peningkatan jumlah konsumsi serta meningkatkan penggunaan moda transportasi karena mobilitas masyarakat yang semakin tinggi setiap harinya. Pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan sektor industri semakin berkembang sehingga konsumsi listrik akan meningkat. Ketika konsumsi listrik meningkat, maka permintaan batu bara secara linear juga akan ikut semakin meningkat.

Di Indonesia sendiri, konsumsi batu bara sebagai sumber energi telah cukup tinggi digunakan. Meskipun konsumsi bahan bakar migas masih mendominasi, setidaknya > 30% sumber energi nasional disumbang oleh batu bara. Seiring dengan menurunnya produksi bahan bakar minyak dan gas bumi nasional, pemerintah berkomitmen agar konsumsi batu bara dalam negeri dapat ditingkatkan kedepannya. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, pada tahun 2025 dari total sumber energi primer nasional, batu bara diharapkan mampu menjadi penopang utama sumber energi domestik dengan proporsi sebesar 33%. Guna mendukung target tersebut dan menjaga agar produksi dan ekspor batu bara nasional tetap terjaga dan berkelanjutan, pemerintah juga telah membuat regulasi yang mengatur hal tersebut dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 78 K/30/MEM/2019 turunan dari Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara (ESDM, 2019).

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2016 2017 2018 2019 V o lu m e Ek sp o r (M etri k T o n )

(16)

Universitas Pertamina - 4 Gambar 1.4 Pangsa Pasar Ekspor Batu bara Indonesia 2019

Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)

Berdasakan Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa pangsa pasar utama ekspor batu bara Indonesia didominasi oleh negara-negara di wilayah Asia. India dan Tiongkok menjadi 2 negara importir terbesar batu bara Indonesia, dimana dari keseluruhan total ekspor batu bara Indonesia pada 2019, kedua negara tersebut megimpor tidak kurang dari 50% untuk memenuhi konsumsinya.

Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara harus memiliki spesialisasi dan juga kemampuan untuk bersaing memperebutkan pasar yang ada. Penguasaan pasar oleh suatu negara dapat menjadi ukuran kemampuan bersaing suatu negara untuk suatu komoditas. Oleh sebab itu dalam rangka upaya meningkatkan pangsa pasar batu bara Indonesia, diperlukan analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia, sehingga ekspor batu bara negara Indonesia dapat meningkat dan mampu berkompetisi secara berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu penelitian ini akan membahas lebih lanjut terkait daya saing batu bara Indonesia di pasar internasional dan menganalisis apa saja faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia di negara tujuan.

1.2

Perumusan Masalah

Perkembangan produksi batu bara Indonesia dalam satu dekade terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (pembangkit listrik dan industri) dan permintaan luar negeri (ekspor). Pada tahun 2019, teracatat capaian produksi batu bara nasional mencapai 610 juta ton. Dari total produksi tersebut, porsi ekspor batu bara mencapai 455 juta ton (74%), yang sebagian besar digunakan untuk memenuhi permintaan India dan Tiongkok. Tingginya angka ekspor batu bara Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir batu bara terbesar di dunia.

Posisi Indonesia saat ini sebagai negara pengekspor batu bara terbesar di dunia tentu saja sangat menguntungkan secara ekonomi sebagai sumber devisa negara, dimana terdapat kecocokan antara permintaan batu bara dunia yang tinggi dan besarnya volume produksi dan ekspor batu bara yang tinggi. Selain itu, secara geografis Indonesia juga memiliki posisi yang lebih strategis dibanding negara lain

India 30% Tiongkok 19% Jepang 14% Korea Selatan 9% Malaysia 10% Philipina 9% Thailand 5% Hongkong 3% Spanyol1%

(17)

Universitas Pertamina - 5 untuk mencapai pasar batu bara dunia, tentunya hal ini menjadi sebuah keunggulan yang harus dimaksimalkan. Indonesia juga memiliki peluang yang baik untuk meningkatkan jumlah produksi dan nilai batu bara yang diekspor ke luar negeri karena adanya pembatasan ekspor batu bara yang dilakukan Tiongkok sebagai eksportir batu bara ke Jepang dan pembatasan ekspor batu bara oleh Australia ke Tiongkok karena perang dagang.

Dilain sisi, ekspor batu bara Indonesia yang mencapai 74% telah menempatkan industri batu bara Indonesia rentan terhadap gejolak global batu bara. Karena India dan Tiongkok memegang peran penting sebagai konsumen batu bara terbesar dunia, perubahan mendadak pada kedua negara tersebut akan memengaruhi harga batu bara global. Sehingga akan berpengaruh signifikan terhadap industri batu bara Indonesia karena harga batu bara Indonesia yang relatif lebih murah. Selain itu, jika negara-negara konsumen batu bara di dunia mengimplementasikan standar emisi gas rumah kaca (GRK) yang lebih tinggi untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, hal ini dapat mengancam ekspor batu bara Indonesia. Dalam kondisi ini, perkiraan nilai ekspor batu bara Indonesia dapat menurun hingga 14-72% dan volume ekspor batu bara turun hingga 23-84% (Adiatma, 2019).

Meskipun dianggap sebagai sumber energi yang murah, pada kenyataannya, efisiensi batu bara sebagai pembangkit listrik telah menurun pada satu dekade terakhir; hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah tua dan rendahnya kualitas batu bara yang dikonsumsi. Sehingga untuk menjaga agar ekspor batu bara Indonesia di pasar internasional tetap berjalan lancar, dibutuhkan suatu perhatian lebih seperti peningkatan kualitas batu bara dan pembuatan kebijakan yang mendukung industri hulu dan industri hilir batu bara.

Melihat bahwa ekspor batu bara Indonesia bergantung pada fluktuasi harga global dan volatilitas permintaan yang disebabkan oleh perubahan kebijakan di negara tujuan, maka daya saing ekspor batu bara Indonesia perlu diperhatikan dengan lebih baik agar memiliki pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pangsa pasar penjualan batu bara Indonesia agar tetap berkelanjutan, diperlukan analisis daya saing dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia sehingga ekspor batu bara negara Indonesia dapat meningkat dan mampu berkompetisi di pasar global. Selain itu, fakta bahwa permintaan batu bara mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik itu di negara-negara Asia, Eropa maupun benua lain cukup menjadi alasan kuat agar pemerintah menjaga industri batu bara nasional tetap berkembang. Karena pada era revolusi industri 4.0 saat ini, hampir semua orientasi perekonomian global cenderung bergerak pada sektor industri sehingga hal tersebut menjadikan batu bara sebagai komoditas yang sangat penting. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana daya saing ekspor batu bara Indonesia dengan sembilan negara tujuan utama? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi nilai ekspor batu bara Indonesia ke sembilan negara

tujuan utama?

1.3

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

Universitas Pertamina - 6 1. Mengidentifikasi posisi daya saing ekspor batu bara Indonesia di sembilan negara tujuan utama; 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia ke sembilan

negara tujuan utama.

1.4

Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan terkait dengan daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia. 2. Bagi pembaca, menambah wawasan mengenai bagaimana daya saing ekspor batu bara Indonesia

dan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia.

3. Bagi akademisi, dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan memberikan kontribusi baik itu hasil pemikiran maupun informasi guna memperdalam penelitian terkait.

4. Bagi industri batu bara, penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai bahan refrensi ataupun pertimbangan dalam pengambilan keputusan maupun pembuatan kebijakan terkait dengan ekspor batu bara Indonesia.

5. Bagi pemerintah atau instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk bisa mengoptimalkan daya saing dan potensi ekspor batu bara Indonesia di pasar global.

1.5

Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing dan mengetahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor batu bara Indonesia di pasar internasional. Data yang digunakan dari tahun 2011 hingga 2019 yang berasal dari sembilan negara tujuan ekspor batu bara Indonesia kesembilan teratas (India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Thailand, Hongkong dan Spanyol). Komoditas yang menjadi fokus dalam studi ini adalah batu bara dengan klasifikasi yang digunakan adalah Harmonized System (HS) 2701 Coal; briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal. Penelitian ini menggunakan indeks RCA batu bara Indonesia sebagai variabel terikat (dependen) dan Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan, jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan, nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara tujuan (Rupiah/LCU), hambatan tarif yang diberlakukan di negara tujuan dan harga batu bara sebagai variabel bebas (independen). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dan analisis data panel.

(19)

Universitas Pertamina - 7

BAB II. TINJAUAN LITERATUR

2.1

Tinjauan Teori

Untuk menganalisis daya saing dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia dinegara tujuan, maka pada bagian ini akan memuat landasan teori dan hasil-hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan guna mengetahui posisi penelitian.

2.1.1

Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional adalah sebuah konsep yang menganalisis dasar dan keuntungan dari perdagangan serta mengkaji bagaimana dampaknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Secara umum, berdasarkan historis waktu, teori perdagangan internasional terbagi menjadi dua bagian umum, yaitu:

a. Teori Perdagangan Klasik (Classical Trade Theory)

 Keunggulan absolut (Adam Smith)

Kemampuan suatu negara untuk menggunakan sumber dayanya guna menghasilkan barang / jasa lebih efisien daripada negara lain (menghasilkan output yang lebih besar/sama dengan sedikit sumber daya).

 Keunggulan komparatif (David Ricardo)

Kemampuan suatu negara agar dapat menghasilkan barang dengan biaya peluang yang lebih rendah daripada negara yang lain.

b. Teori Perdagangan Baru (The New Trade Theory)

Persaingan Strategis Global (Global Strategic Rivalry)

Perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif melalui: kekayaan intelektual, R&D, skala dan ruang lingkup ekonomi serta pengalaman (Salvatore, 2013).

Menurut Todaro (2006) perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan produksi (output) dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar internasional yang potensial untuk beragam produk ekspor. Perdagangan cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan dalam lingkup domestik dan internasional. Hal ini terjadi melalui suatu proses penyamaan biaya faktor produksi antar negara, peningkatan pendapatan riil di setiap negara yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional, serta memacu efisiensi penggunaan sumber daya (SDA & SDM) di setiap negara, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya di dunia secara keseluruhan.

(20)

Universitas Pertamina - 8 PX/PY PX/PY PX/PY Ekspor Impor P3 P2 P1 0 0 0 Sx Sx Dx Sx Sx Dx A E B A” ” B* A* E* S D P3 B’ E’ A’ X X X

Gambar 2.1. Kurva Keseimbangan Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore (2013)

Pada kurva di atas, di negara 1 keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada P1 (titik A), dalam hal ini negara 1 mengalami kelebihan penawaran (excess supply) terhadap komoditas X. Sedangkan di negara 2 keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada P3 (titik A’), dalam hal ini

negara 2 mengalami kelebihan permintaan (excess demand).

Karena adanya perbedaan harga pasar untuk komoditas X antara negara 1 dan negara 2, kedua negara sepakat untuk melakukan kerjasama perdangangan yang tercermin pada panel B. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditas X akan berada diantara P1 dan P3. Apabila harga yang berlaku di negara 1 lebih tinggi dari P1, maka negara 1

akan berproduksi jauh lebih banyak dari kebutuhan domestik akan komoditas X tersebut, sehingga kelebihan produksi tersebut diekspor ke negara 2. Begitu pula di negara 2, apabila harga yang berlaku setelah perdagangan lebih kecil dari dari P3, maka akan terjadi kelebihan permintaan X domestik

sehingga negara 2 tersebut akan mengimpor komoditas dari negara 1.

2.1.2

Daya Saing

Daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. Komponennya meliputi kebijakan yang tepat, karakter ekonomi yang mendukung, institusi yang sesuai serta terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan (Cann, 2016).

Daya saing internasional didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara atau perusahaan untuk menghasilkan lebih banyak kekayaan bagi rakyatnya daripada para pesaingnya di pasar dunia. Daya saing secara umum dihitung dengan kriteria yang lebih dari 300 kategori, dan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori besar (Salvatore, 2013):

1) kinerja ekonomi (evaluasi makroekonomi ekonomi domestik);

2) kinerja pemerintah (sejauh mana kebijakan pemerintah kondusif untuk daya saing);

Negara 1 Perdagangan Negara 2 Internasional

Komoditas

(21)

Universitas Pertamina - 9 3) efisiensi bisnis (sejauh mana perusahaan dapat tampil secara inovatif dengan cara yang

menguntungkan);

4) infrastruktur (dasar teknologi, ilmu pengetahuan, dan manusia sumber daya memenuhi kebutuhan bisnis).

Secara teori, daya saing didefenisikan sebagai kemampuan suatu komoditas untuk memasuki pasar luar negeri (internasional) dan kemampuan untuk bertahan di dalam pasar tersebut. Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan biaya yang cukup rendah sehingga harga yang terbentuk di pasar internasional menguntungkan secara ekonomi. Konsep daya saing dalam perdagangan internasional terkait dengan keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditas atau kemampuan suatu negara dalam menghasilkan komoditas tersebut secara lebih efisien dari pada negara lain.

Berdasarkan (Salvatore, 2013) dan penelitian (Lestari, 2020), dalam mengkaji daya saing ekspor suatu komoditas mengacu pada teori-teori terjadinya perdagangan internasional sebagai berikut:

A. Keunggulan Kompetitif

Teori keunggulan kompetitif digunakan untuk mengukur kelayakan suatu aktivitas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku (Lestari, 2020). Keunggulan kompetitif yang disebut juga sebagai keunggulan bersaing, merupakan nilai yang mampu diciptakan produsen untuk konsumen yang melebihi biaya produksi. Komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif dikatakan juga memiliki efisiensi secara finansial.

Keunggulan kompetitif juga mengacu pada kemampuan perusahaan untuk melakukan atau memiliki sesuatu yang sebelumnya dikehendaki oleh kompetitor. Sehingga, perusahaan harus menerapkan strategi tertentu demi meningkatkan kinerja setiap saat. Salah satu faktor untuk mencapai keunggulan kompetitif adalah teknologi, karena degan adanya kemajuan teknologi kemampuan untuk menghasilkan sejumlah output dapat ditingkatkan dengan jumlah input yang lebih sedikit.

B. Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif didefenisikan sebagai kemampuan suatu negara agar dapat menghasilkan barang dengan biaya peluang yang lebih rendah daripada negara yang lain (Salvatore, 2013). Biaya peluang suatu barang atau jasa adalah biayanya dalam hal peluang yang hilang untuk mengejar kesempatan terbaik dengan waktu atau sumber daya yang sama. Menurut teori keunggulan komparatif, meskipun suatu negara kurang efisien dalam memproduksi suatu komoditas dibanding negara lain, namun masih tetap dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Keunggulan komparatif merupakan indikator yang sangat baik untuk mengukur daya saing suatu komoditas dari suatu negara di pasar internasional dengan kondisi efisien, yaitu pasar tanpa distorsi. Dari analisis keunggulan komparatif dapat diperoleh informasi lainnya yang sangat berguna bagi penentuan kebijakan pemerintah.

Daya saing suatu komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis dengan berbagai macam metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Salah satu diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total negara tersebut dalam perdagangan dunia.

(22)

Universitas Pertamina - 10

2.1.3

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif disuatu wilayah (provinsi, kawasan, negara). Metode RCA diperkenalkan pertama kali oleh Béla Ballasa dan Mark Noland pada tahun 1965 (Puspitawati, 2019).

Metode RCA didasarkan pada konsep yang menganggap bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur dalam metode ini adalah kinerja ekspor suatu komoditas terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai komoditas dalam perdagangan dunia. Keunggulan metode RCA adalah mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu produk dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas. Sedangkan kelemahannya yaitu:

 Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal atau belum.

 RCA tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang.

 Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditas.

A.

Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur nilai moneter barang dan jasa akhir yang diproduksi di suatu negara dalam periode waktu tertentu (Fund, 2020).

Menurut Mankiw (2007) GDP merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa (Rudoturahman, 2015). GDP secara umum terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu GDP riil dan GDP nominal. GDP riil adalah nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan harga dasar konstan. Sedangkan GDP nominal adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga berlaku. Dalam menganalisis data dengan pendekatan analisis data penel, nilai GDP yang digunakan adalah GDP riil, hal ini karena ukuran kemakmuran ekonomi dari suatu negara lebih baik dihitung dengan menggunakan nilai output barang dan jasa yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.

Komponen GDP terdiri dari konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan net ekspor (NX) yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut.

Y = C+I+G+NX (2.1)

Semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara dapat mencerminkan semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan dengan negara lain.

B.

Populasi

Populasi di suatu sangat berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran akan barang dan jasa di negara tersebut. Pada sisi permintaan, peningkatan populasi di suatu negara dapat meningkatkan

(23)

Universitas Pertamina - 11 permintaan akan barang dan jasa di negara tersebut. Sedangkan di sisi penawaran, peningkatan populasi di suatu negara dapat mendorong jumlah produksi barang maupun jasa di negara tersebut.

Selain itu, pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor akan berimplikasi pada peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga kurva permintaan akan bergeser ke kanan dan menyebabkan terjadinya excess demand pasar internasional dengan asumsi penawaranan tetap (cateris paribus). Sebaliknya, pertumbuhan penduduk di negara pengekspor juga akan meningkatkan permintaan domestiknya dan menurunkan penawaran ekspor, sehingga menyebabkan terjadinya excess demand di pasar domestik dengan asumsi penawaranan tetap (cateris paribus).

C.

Jarak Ekonomi

Jarak menjadi variabel utama dalam aliran perdagangan dengan menggunakan model gravitasi. Jarak yang digunakan dalam adalah jarak ekonomi, karena jarak geografis antar ibu kota negara tidak akan berubah (konstan). Variabel jarak mengindikasikan biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh jarak antara dua negara, maka biaya transportasi yang dikeluarkan akan semakin mahal sehingga volume ekspor antara kedua negara tersebut semakin kecil (Salvatore, 2013).

Jarak ekonomi yaitu jarak yang dilihat dari jarak geografis antara negara pengekspor dan pengimpor dengan mempertimbangkan GDP negara tujuan ekspor utama dengan satuan km dan diubah ke dalam bentuk logaritma natural (ln). Penggunaan jarak ekonomi dalam model diharapkan dapat mengukur dampak biaya transportasi dan biaya lainnya terhadap arus perdagangan antar negara. Menurut Li, Song, dan Zhao (2008) variabel jarak diganti dengan menggunakan variabel jarak ekonomi yang telah dibobotkan untuk menunjukkan biaya perdagangan antarnegara (Rudoturahman, 2015). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jarak Ekonomi = Jarak Geografis x GDP Negara j

GDP Negara j

n j=1

(2.2)

D. Nilai Tukar Riil (Real Exchange Rate)

Menurut Mankiw (2007) kurs atau nilai tukar (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara tersebut untuk saling melakukan perdagangan (Rudoturahman, 2015).

Secara umum nilai tukar dibagi menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang kedua negara. Sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang antara dua negara (nilai tukar nominal yang sudah memperhitungkan harga relatif di kedua negara). Rumus perhitungan nilai tukar riil dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK Domestik

IHK Negara Tujuan (2.3)

Jika nilai tukar riil tinggi (apresiasi), maka harga barang-barang luar negeri akan relatif lebih murah dan harga barang-barang domestik akan relatif lebih mahal. Sebaliknya, apabila nilai tukar riil rendah (depresiasi), maka harga barang luar negeri akan relatif lebih mahal dan harga

(24)

barang-Universitas Pertamina - 12 barang domestik akan relatif lebih murah. Maka hubungan antara nilai tukar riil dan ekspor bersih adalah sebagai berikut:

NX = NX (nilai tukar riil) (2.4)

Dimana dalam persamaan ini ekspor bersih adalah fungsi dari nilai tukar riil. Bila nilai tukar riil lebih rendah (depresiasi), maka harga barang-barang domestik akan relatif lebih murah dibandingkan harga barang-barang luar negeri, dan ekspor bersih akan lebih besar/meningkat.

E. Tarif

Tarif merupakan salah satu hambatan yang penting dalam kegiatan perdagangan. Tarif dapat berupa pajak yang dibebankan secara tidak langsung kepada barang-barang perdagangan yang melewati perbatasan negara. Berdasarkan asal nya, tarif dapat dibagi menjadi dua jenis umum yaitu: tarif impor dan tarif ekspor. Tarif impor merupakan tarif yang dikenakan pada suatu barang ketika memasuki negara tujuan. Sedangkan tarif ekspor adalah tarif yang dikenakan ketika keluar dari negara eksportir (Salvatore, 2013). Berdasarkan mekanisme penghitungannya tarif dapat dikategorikan menjadi 3 jenis khusus, yaitu: 1. Specific tariff

Merupakan tarif yang dikenakan berdasarkan jumlah tetap per unit fisik barang komoditas yang diperdagangkan.

2. Ad valorem tariff

Merupakan tarif yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diperdagangkan.

3. Coumpound tariff

Merupakan tarif yang berasal dari penggabungan ad valorem tariff dan specific tariff.

F. Harga

Harga terhadap barang dan jasa merupakan suatu hal yang paling mendasar dalam kegiatan perdagangan. Harga diperkirakan memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah ekspor yang ditawarkan. Pada sisi penawaran, semakin tinggi harga suatu komoditas maka semakin banyak pula komoditas yang akan ditawarkan (ekspor). Sebaliknya pada sisi permintaan, semakin tinggi harga suatu komoditas maka jumlah barang yang diminta (impor) negara tujuan akan semakin sedikit. Secara matematis perhitungan harga dapat sebagai berikut:

Harga Ekspor = Volume Ekspor (Ton)Nilai Ekspor (US $) (2.5)

2.2

Tinjauan Empiris

Penelitian untuk menganalisis daya saing, meninjau kinerja perdagangan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara di pasar internasional telah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

Penelitian mengenai determinan ekspor produk manufaktur Indonesia dilakukan oleh Kahfi (2016) yang meneliti mengenai faktor penentu ekspor manufaktur di Indonesia sejak 2005 sampai 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel yang berasal dari

(25)

Universitas Pertamina - 13 World Bank dan UNCTAD. Metode yang digunakan dalam regresi data panel menggunakan pendekatan random effect model dan menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan relatif dari nilai tukar, GDP riil, jarak dua negara, dan tarif secara signifikan memengaruhi ekspor manufaktur di Indonesia.

Penelitian mengenai performa kinerja ekspor dan daya saing provinsi-provinsi di Indonesia dilakukan oleh Rosita (2017) menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dan menghasilkan kesimpulan bahwa hanya 11 provinsi yang memiliki indeks kinerja ekspor daerah lebih tinggi dari 1, sementara selebihnya memiliki indeks kurang dari satu (ini menunjukkan bahwa hanya sedikit provinsi yang mampu memberikan kinerja ekspor yang baik).

Penelitian mengenai daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor spare parts Indonesia ke kawasan Amerika Latin dilakukan oleh Rudoturahman (2015) menggunakan metode Constant Market Share Analysis (CMSA) dan gravity model dan menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata daya saing ekspor spare parts Indonesia ke kawasan Amerika Latin periode 2009 sampai 2013 dipengaruhi oleh efek daya saing. Hasil estimasi gravity model, faktor-faktor yang memengaruhi secara signifikan nilai ekspor spare parts Indonesia adalah interaksi GDP riil negara eksportir dan importir, nilai tukar terhadap dollar, dan harga ekspor. Sementara itu, jarak ekonomi dan tarif impor negara tujuan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor spare parts Indonesia.

Penelitian mengenai daya saing komoditas pulp dan kertas dilakukan oleh Safitri (2014) menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share dan menghasilkan kesimpulan bahwa pulp dan kertas Indonesia memiliki keunggulan komparatif di seluruh negara importir utama namun tidak semua mengalami peningkatan daya saing selama tahun 2000-2012.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor Medium Density Fibreboard (MDF) dilakukan oleh Abdul (2009) menggunakan metode regresi data panel dengan pendekatan Pooled Least Square dan menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan jumlah ekspor MDF sangat ditentukan oleh harga ekspor dan nilai tukar. Sedangkan, rata-rata PDB dunia tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan ekspor MDF.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, terdapat beberapa perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan terdapat pada komoditas yang akan diteliti, periode waktu yang akan diteliti, dan metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian.

Penelitian ini meneliti tentang komoditas batu bara dengan klasifikasi Harmonized System (HS) 2701 Coal; briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal, dengan periode waktu yang digunakan dari tahun 2011 hingga 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Gravity Model dengan pendekatan data panel. Hal ini yang membuat penelitian ini yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Berikut adalah beberapa jurnal penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini dan digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kerangka pemikiran penelitian ini:

(26)

Universitas Pertamina - 14 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Tujuan Metode Hasil

a. Kahfi (2016)

Menganalisis faktor

penentu ekspor manufaktur di Indonesia sejak 2005 sampai 2014. Regresi data panel dengan pendekatan random effect model

Perubahan relatif dari nilai tukar, GDP riil, jarak dua negara, dan tarif secara signifikan memengaruhi ekspor manufaktur di Indonesia.

b. 2

.

Rosita (2017) Menganalisis kinerja ekspor provinsi-provinsi di Indonesia, pengaruh ekspor dan persediaan modal pada jangka panjang dan jangka pendek Indonesia, serta daya saing provinsi-provinsi di dalam mengekspor produk unggulan Indonesia. Revealed Comparative Advantage (RCA)

Hanya 11 provinsi yang memiliki indeks kinerja ekspor daerah lebih tinggi dari 1, sementara selebihnya memiliki indeks kurang dari satu (ini menunjukkan bahwa hanya sedikit provinsi yang mampu memberikan kinerja ekspor yang baik).

c. Rudoturahman

(2015)

Menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor spare parts Indonesia ke kawasan Amerika Latin tahun 2009 sampai 2013 Constant Market Share Analysis (CMSA) dan gravity model

Hasil CMSA menunjukkan bahwa rata-rata daya saing ekspor spare parts Indonesia ke kawasan Amerika Latin periode 2009 sampai 2013 dipengaruhi oleh efek daya saing. Hasil estimasi gravity model, faktor-faktor yang memengaruhi secara signifikan nilai ekspor spare parts Indonesia adalah interaksi GDP riil negara eksportir dan importir, nilai tukar terhadap dollar, dan harga ekspor. Sementara itu, jarak ekonomi dan tarif impor negara tujuan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor spare parts Indonesia.

(27)

Universitas Pertamina - 15

No Peneliti

(Tahun) Tujuan Metode Hasil

d. Safitri

(2014)

Menganalisis

perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia ke negara importir utama, serta menganalisis posisi daya saing pulp dan kertas Indonesia di negara importir utama. Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share Analysis (CMSA)

Pulp dan kertas Indonesia memiliki keunggulan komparatif di seluruh negara importir utama namun tidak

semua mengalami

peningkatan daya saing selama tahun 2000-2012.

e. Rahim, Ashhari,

& Shahwahid

(2009)

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor Medium Density Fibreboard (MDF) Regresi data panel dengan pendekatan Pooled Least Square

Perubahan jumlah ekspor MDF sangat ditentukan oleh harga ekspor dan nilai tukar. Sedangkan, rata-rata PDB dunia tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan ekspor MDF.

2.3

Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing dan mengetahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara Indonesia di negara tujuan utama ekspor. Penelitian ini menggunakan indeks RCA ekspor batu bara Indonesia sebagai variabel terikat (dependen) dan Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan, jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan, nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara tujuan (Rupiah/LCU), hambatan tarif yang diberlakukan di negara tujuan dan harga batu bara sebagai variabel bebas (independen). Ada dua alat analisis yang diterapkan dalam penelitian ini. Pertama, analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), digunakan untuk mengidentifikasi daya saing ekspor batu bara Indonesia di pasar internasional. Kedua, analisis data penel diterapkan untuk menganalisis determinan daya saing ekspor batu bara Indonesia. Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti membuat kerangka pemikiran yang akan digunakan

(28)

Universitas Pertamina - 16 sebagai dasar pemikiran dalam penelitian. Berikut merupakan kerangka penelitian yang dibangun dalam penelitian ini.

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Komoditas Batu Bara Indonesia

Analisis Daya Saing Ekspor Batu bara Indonesia

GDP negara tujuan

Populasi negara tujuan

Jarak ekonomi

Nilai tukar (Rp/LCU)

Hambatan tarif

Harga

Nilai ekspor batu bara

Indonesia ke negara j

Nilai total ekspor Indonesia ke

negara j

Nilai ekspor batu bara dunia

Nilai total ekspor dunia

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Daya Saing Ekspor Batu bara Indonesia

Analisis Data Panel Kinerja Ekspor Batu Bara Indonesia di Pasar Internasional

Rekomendasi Kebijakan Ekspor Batu bara Indonesia

(29)

Universitas Pertamina - 17

2.4 Hipotesis

Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini yang mengacu pada (Rudoturahman, 2015) dan (Putra, 2020):

1. Ekspor batu bara Indonesia memilik daya saing yang kuat ke sembilan negara tujuan utama.

2. Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar riil (Rupiah/LCU), hambatan tarif yang diberlakukan di negara tujuan dan harga batu bara berpengaruh positif terhadap daya saing ekspor batu bara Indonesia di sembilan negara tujuan utama.

(30)

Universitas Pertamina - 18

BAB III. METODOLOGI

3.1

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu kurang lebih selama lima bulan yaitu dari bulan Januari 2021 hingga bulan Mei 2021.

3.2

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data cross section sembilan negara dan data time series selama sembilan tahun yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2019. Data cross section menggunakan sembilan negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia, yaitu India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Philipina, Thailand, Hongkong, dan Spanyol. Komoditas yang menjadi fokus dalam studi ini adalah batu bara dengan klasifikasi yang digunakan adalah Harmonized System (HS) 2701 Coal; briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal.

Pengumpulan data-data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui tinjauan literatur dari penelitian terdahulu dan sumber-sumber yang telah ada. Beberapa variabel seperti nilai eskpor, nilai tukar, GDP riil, jarak antara dua negara, dan tarif serta indikator ekonomi yang umum digunakan dalam membangun pemodelan perdagangan komoditas non migas internasional (Karomah, 2011; Amrullah, 2020; Dewi, 2018; dan Harum, 2013). Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data Satuan Simbol Sumber

1. Nilai Ekspor Batu bara Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor

Juta USD CEV WITS

2. Nilai Total Ekspor Indonesia ke Negara Tujuan Utama Ekspor

Juta USD TVIE UN Comtrade

3. Nilai Ekspor Batu bara Dunia Juta USD WCEV UN Comtrade

4. Nilai Total Ekspor Dunia Juta USD TVWE UN Comtrade

5. GDP riil Negara Tujuan Utama Ekspor Juta USD GDP World Bank 6. Populasi Negara Tujuan Utama Ekspor Juta Jiwa POP World Bank

7. Jarak Ekonomi KM/USD EDIS CEPII

8. Nilai Tukar Rp/LCU RER World Bank

9. Hambatan Tarif Persen TARF WTO

10. Harga Batu bara USD/Ton PRC Kementerian

ESDM RI

3.3

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif. Untuk mengestimasi daya saing ekspor batu bara Indonesia di negara tujuan utama ekspor, di analisis dengan

(31)

Universitas Pertamina - 19 menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Selanjutnya, untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor batu bara asal Indonesia di sembilan negara tujuan ekspor, diestimasi menggunakan metode analisis data panel. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel dan STATA 14.2.

3.3.1

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah sebuah indeks yang digunakan untuk menganalisis daya saing dan keunggulan komparatif suatu komoditas dalam suatu negara. Metode RCA diperkenalkan pertama kali oleh Ballasa dan Noland pada tahun 1965. Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antarwilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur pada metode ini adalah kinerja ekspor suatu komoditas terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai komoditas dalam perdagangan dunia. Mengikuti studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya, rumus yang digunakan untuk menganalisis nilai RCA suatu komoditas negara adalah sebagai berikut:

RCA = 𝐶𝐸𝑉/TVIE

WCEV/TVWE (3.1)

Dimana:

CEV = Nilai ekspor komoditas batu bara dari Indonesia ke negara j (Juta USD) TVIE = Nilai total ekspor Indonesia ke negara j (Juta USD)

WCEV = Nilai ekspor komoditas i dunia (Juta USD) TVWE = Nilai total ekspor dunia (Juta USD)

Nilai daya saing komoditas suatu negara yang diukur dengan metode RCA memiliki dua kemungkinan, yaitu:

 Nilai RCA > 1, berarti negara tersebut memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia sehingga komoditas tersebut memiliki daya saing kuat.

 Nilai RCA < 1, berarti negara tersebut memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing lemah.

3.3.2

Analisis Data Panel

Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Data runtut waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan dari jangka waktu ke waktu (berkala) terhadap satu individu untuk melihat perkembangannya. Sedangkan data silang (cross section) adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu terhadap banyak individu yang menggambarkan keadaan pada waktu tersebut.

Menurut Wibisono (2005), penggunaan data panel dalam sebuah observasi dapat memberikan keuntungan dibandingkan hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja, beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain:

(32)

Universitas Pertamina - 20 1) Mampu menyediakan data yang lebih banyak dan informatif sehingga akan lebih menghasilkan

degree of freedom yang lebih besar;

2) Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section, sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel);

3) Mampu memperhitungkan dan mengontrol heterogenitas individu;

4) Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.

Merujuk pada penelitian Amran (2013) untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi determinan dalam perdagangan (ekspor dan impor) multilateral Indonesia dengan menggunakan metode model gravitasi (analisis data panel), serta penelitian Yasri (2016) untuk mengetahui kinerja ekspor non migas Indonesia ke Uni Eropa dan menganalisa beberapa faktor yang dipertimbangkan mempengaruhi kinerja ekspor non migas Indonesia menggunakan pendekatan indeks daya saing (Revealed Comparative Advantage), maka model dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut.

Variabel yang digunakan dalam analisis data penel menggunakan beberapa variabel bebas yaitu Gross Domestic Product (GDP) sembilan negara tujuan ekspor batu bara Indonesia, populasi negara tujuan, jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan, nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara tujuan (Rupiah/LCU), hambatan tarif yang diberlakukan di negara tujuan dan harga batu bara. Sedangkan variabel terikatnya (y), yaitu indeks RCA ekspor batu bara Indonesia ke negara tujuan utama. Di dalam penelitian ini, model yang digunakan telah ditransformasi ke dalam bentuk logaritma natural. Penggunaan transformasi model dalam bentuk logaritma natural untuk mengurangi masalah heteroskedastisitas pada data yang digunakan. Berikut merupakan persamaan ekonometrik yang digunakan:

RCAit = a0 + b1 Ln_GDPit + b2 Ln_POP jt + b3 Ln_EDISit + b4 RERjt + (3.2)

b5 Ln_TARFjt + b6 Ln_PRCjt + uijt

Dimana:

RCA = Indeks daya saing komoditas batu bara Indonesia (Indeks) GDP = Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan utama (Juta USD) POP = Jumlah populasi negara tujuan utama ekspor (Juta jiwa)

EDIS = Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan utama ekspor (km/USD) RER = Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan (Rupiah/LCU)

TARF = Hambatan tarif yang diberlakukan di negara tujuan (persen) PRC = Harga batu bara

a

0 = Konstanta

(33)

Universitas Pertamina - 21 Dalam mengestimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pooled least square, fixed effect, dan random effect.

A. The Pooled Least Square Method (PLS)

Metode PLS atau biasa dikenal dengan metode kuadrat terkecil merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan data panel. Metode ini mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi/individu. Adapun persamaan regresi dalam metode PLS dapat ditulis sebagai berikut:

Yit = α + βXit + uit (3.3)

Dimana:

Yit = variabel endogen Xit = variabel eksogen α = intersep

β = slope

i = individu ke-i, t = periode waktu ke-t u = eror

B. Fixed Effect Model (FEM)

Model fixed effect mengasumsikan bahwa terdapat efek yang berbeda antar individu karena setiap individu dianggap mempunyai karateristik tersendiri. Untuk mengakomodasi perbedaan pada intersepnya, dapat digunakan dapat digunakan peubah dummy, sehingga metode ini juga sering dikenal sebagai Least Square Dummy Variabel (LSDV). Persamaan pada ini dapat ditulis sebagai berikut:

Yit = β0 + β1Xit + β2Xit + β3Xit+…..+βnXit +

uit

(3.4)

Dimana β0 merupakan intercept dan β1, β2 dan β3 merupakan slope. Diasumsikan bahwa nilai

slope konstan tetapi nilai intersep berbeda untuk setiap individu, dimana i menggambarkan intersep berbeda antar negara namun intersep masing-masing negara tidak berbeda antar waktu (time invariant).

C. Random Effect Model (REM)

Model random effect mengasumsikan bahwa nilai intersep tidak konstan, tetapi dianggap sebagai sebuah peubah random/acak. Nilai intersep dari masing-masing individu di definisikan sebagai berikut:

Yit = β0 + β1Xit + β2Xit +

eit

+ uit (3.5)

Model random effect juga sering disebut dengan error component model (ECM), hal ini karena pada model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan kedalam eror. Penggunaan model random effect dapat menghemat degree of freedom sehingga parameter hasil estimasi yang diperoleh akan menjadi lebih efisien.

(34)

Universitas Pertamina - 22

3.3.3

Uji Kesesuaian Model

A. Chow Test

Uji Chow merupakan sebuah pengujian yang digunakan untuk menentukan model yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel, apakah model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Pooled Least Square

H1 : Fixed Effect

Jika nilai p-value lebih besar dibandingkan taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen maka gagal tolak H0 dan model yang digunakan adalah Pooled Least Square. Sedangkan, jika nilai p-value lebih

kecil dibandingkan taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen maka tolak H0 dan model yang digunakan

adalah Fixed Effect.

B. Hausman Test

Uji Hausman merupakan sebuah pengujian yang digunakan untuk menentukan model apa yang paling tepat digunakan antara model Fixed Effect atau Random Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Jika nilai p-value lebih besar dibandingkan taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen maka gagal tolak H0 dan model yang didunakan adalah Random Effect. Sedangkan, jika nilai p-value lebih kecil

dibandingkan taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen maka tolak H0 dan model yang digunakan adalah

Fixed Effect.

C. Breusch and Pagan Lagrange Multiplier Test

Breusch and Pagan Lagrange Multiplier Test merupakan sebuah pengujian yang hanya digunakan jika pada uji Chow yang terpilih adalah Pooled Least Square. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Pooled Least Square

H1 : Random Effect Model

Jika nilai p-value lebih besar dari taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen, artinya gagal tolak H0 sehingga model yang digunakan adalah Pooled Least Square. Sedangkan, jika nilai p-value lebih

kecil dari taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah Random Effect Model.

(35)

Universitas Pertamina - 23

3.3.4

Uji Asumsi Klasik

Apabila model yang akan digunakan telah terbentuk, maka selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model yang terpilih merupakan model yang efisien serta terbebas dari penyimpangan asumsi klasik atau tidak.

A. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan periode t-1 (sebelumnya). Masalah autokorelasi bisa muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Sering ditemukan pada data runtut waktu (time series), hal ini karena sampel/observasi saat ini bisa dipengaruhi oleh sampel/observasi sebelumnya.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi antar sampel dapat dilihat dengan uji Wooldrige dengan asumsi jika probabilitas lebih besar dari taraf nyata maka residual diseluruh individu tidak berkorelasi (Drukker, 2003).

B. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahwa dalam suatu model/persamaan, variabel yang digunakan tidak memiliki hubungan atau korelasi dengan variabel lain. Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan linier antar variabel independen yang akan menyebabkan error pada model.

Suatu model dapat dikatakan baik jika tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas pada suatu model, dapat dilihat dari nilai toleransi yang harus diatas 10%, sehingga bisa disebut bahwa model bebas dari gejala multikolinearitas. Dan jika menggunakan variance inflation factor (VIF), nilai VIF harus sama atau lebih besar dari 10 agar model terbebas dari gejala multikolinearitas antar variabel dan layak digunakan.

C. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan pada asumsi klasik statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika sebaran varian setiap variabel tidak konstan. Sedangkan jika sebaran varian setiap variabel bersifat konstan, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk melihat gejala heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik plot (scatterplot) dan uji Breusch-Pagan. Untuk uji grafik plot (scatterplot), model yang terbebas dari gejala heteroskedastisitas dapat dilihat dari penyebaran titik-titik/plot yang di timbulkan terbentuk secara acak atau tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah penyebarannya berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sedangkan untuk uji Breusch-Pagan, model yang terbebas dari gejala heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai Probability > Chi2 lebih dari taraf nyata 5%. Jika salah satu dari pengujian tersebut telah

(36)

Universitas Pertamina - 24

D. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang digunakan dalam penelitian telah terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data terdistribusi secara normal atau mendekati normal.

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dengan metode uji Shapiro-Francia (1975). Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-Francia adalah:

• Jika nilai Prob > z lebih besar daripada taraf nyata 5%, maka data terdistribusi normal. • Jika nilai Prob> z lebih kecil daripada taraf nyata 5%, maka data tidak terdistribusi normal.

E. Metode Generalized Least Square (GLS)

Metode Generalized Least Square (GLS) adalah sebuah metode estimasi yang digunakan untuk untuk mengatasi pelanggaran asumsi klasik, seperti adanya autokolerasi dan heteroskedasitas yang akan diselesaikan dengan mentransformasi data pengamatan model. Estimasi menggunakan metode GLS dilakukan dengan cara menambahkan bobot pada parameter yang mengalami masalah heteroskedastisitas. Hasil estimasi menggunakan metode GLS juga mampu mempertahankan sifat-sifat estimator yaitu mempertahankan sifat tak bias dan konsisten (Setyawan, 2019).

3.3.5

Uji Statistik

A. Uji Parsial (t-statistik)

Uji t adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari variabel bebas yang digunakan terhadap variabel terikat yang ada pada model secara individu. Uji t dilakukan dengan melihat signifikansi dari variabel bebas pada taraf nyata sebesar 1 persen, 5 persen atau 10 persen. Pengujian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

H0 : t-stat<t-tabel (tidak berpengaruh)

H1 : t-stat > t-tabel (berpengaruh)

Apabila nilai p-value yang diperoleh lebih besar dari nilai t-statistik, maka cukup bukti untuk menerima H0. Begitu pula dengan sebalikya, apabila nilai p-value lebih kecil dari t-statistik, artinya

cukup bukti untuk menolak H0.

B. Uji Keseluruhan (F-statistik)

Uji f merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji dan mengetahui apakah seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat yang digunakan. Pengujian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

H0: seluruh variabel bebas tidak memengaruhi variabel terikatnya.

(37)

Universitas Pertamina - 25 Apabila nilai f-statistik lebih besar dari f-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0. Begitu pula dengan sebalikya, apabila nilai f-statistik lebih kecil dari f-tabel, artinya cukup

bukti untuk menolak H0.

C. Uji Goodness of Fit (R2)

Goodness of fit atau koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran

yang penting dalam proses regresi data, karena dapat menginformasikan baik atau buruknya sebuah model regresi yang terestimasi.

Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat diterangkan oleh variabel bebas (X).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0< R2<1). Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel bebas (X) dalam menjelaskan variasi terikat (Y) amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel bebas (X) mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat (Y).

Gambar

Gambar 1.2 Negara Produsen Utama Batu bara Dunia 2011-2019  Sumber: British Petroleum ( 2020)
Gambar 1.3 Negara Eksportir Utama Batu bara Dunia (Metrik Ton)
Gambar 2.1. Kurva Keseimbangan Perdagangan Internasional  Sumber: Salvatore (2013)
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Komoditas Batu Bara Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

penghubung dari katub peralatan pengangkat (blade lift valve). n) Lepaskan hose katup balik dan tabung penghisab dari hydraulic tank. o) Pindahkan penutup bagian depan

Bibit tanaman C3 yang menerima intensitas cahaya tinggi dan kelebih- an nitrogen akan mengalami ganggu- an pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi perkembangan dan

Penelitian lain yang mendukung adalah yang dilaksanakan oleh Pare, Amiruddin dan Leida (2012), yang menemukan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan konsumen membeli kosmetika perawatan wajah, yaitu faktor

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam film &#34;Alangkah Lucunya (Negeri Ini)&#34; , maka dapat penulis simpulkan

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kemandirian anak usia dini adalah seorang anak yang memiliki rasa tanggung jawab dan kepercayaan

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX