• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Hotel Graha Di Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Hotel Graha Di Gresik."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0412010252 / FE / EM Bramanto Arif Setiawan

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0412010252 / FE / EM Bramanto Arif Setiawan

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

i Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada

Hotel Graha Di Gresik” dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penelitian ini hingga selesainya skripsi penulis telah banyak

mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala

kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen

(4)

ii pembuatan skripsi.

5. Ibunda dan Ayahanda tercinta terima kasih atas doa dan limpahan kasih

sayang serta dukungannya yang sangat besar.

6. Seluruh staff Dosen yang telah memberi pengarahan dalam menempuh studi

di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberi sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Febuari 2010

(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11

2.2.2. Perilaku Konsumen... 13

2.2.3. Faktor–Faktor Yang Mendasari Perilaku Konsumen ... 14

2.2.4. Pengertian Jasa ... 18

2.2.5. Karakteristik Jasa ... 20

(6)

iv

2.2.9. Dimensi Pembentuk Kualitas Layanan ... 26

2.2.10. Pengertian Kepuasan Konsumen... 28

2.2.11. Atribut-Atribut Kepuasan Konsumen ... 30

2.2.12. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen ... 32

2.3. Kerangka Konseptual ... 35

2.4. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 37

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 41

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 41

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Jenis Data ... 43

3.3.2. Sumber Data ... 43

3.3.3. Pengumpulan Data ... 43

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 44

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 44

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 44

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 45

(7)

v

3.4.5. Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 51

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

4.1.2. Letak Geografis 4.1.3. ... 52

Perkembangan Fasilitas 4.1.4. ... 53

4.1.5. Tujuan Perusahaan ... 54

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

Struktur Organisasi ... 56

4.2.1. Hasil Jawaban Responden Tentang Bukti Fisik ... 60

4.2.2. Hasil Jawaban Responden Tentang Keandalan... 62

4.2.3. Hasil Jawaban Responden Tentang Ketanggapan.. 64

4.2.4. Hasil Jawaban Responden Tentang Jaminan ... 66

4.2.5. Hasil Jawaban Responden Tentang Kepedulian .... 68

4.2.6. Hasil Jawaban Responden Tentang Produk ... 70

4.2.7. Hasil Jawaban Responden Tentang Pelayanan ... 74

4.2.8. Hasil Jawaban Responden Tentang Pembelian ... 76

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 79

4.3.1. Uji Validitas ... 79

(8)

vi

4.3.5. Uji Outlier ... 84 4.3.6. Structural Equation Modeling (SEM) dan

Pengujian Hipotesis ... 85 4.3.6.1.Evaluasi Model One-Step Approach to

SEM ... 85 4.3.6.2.Uji Kausalitas ... 90

4.4. Pembahasan ... 91 4.4.1. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan

Konsumen ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 94 5.2. Saran ... 94

(9)

vii

Tabel 1.1 Peningkatan Jumlah Surat Komplain di HotelGraha Gresik

Pada Periode Tahun 2004–2008... 5

Tabel 3.1 Good of Fit Indices... 50

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 59

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 60

Tabel 4.4 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai bukti fisik ... 61

Tabel 4.5 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai keandalan ... 63

Tabel 4.6 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai ketanggapan . 65 Tabel 4.7 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai jaminan ... 67

Tabel 4.8 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai kepedulian .... 69

Tabel 4.9 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai produk ... 71

Tabel 4.10 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai pelayanan ... 74

Tabel 4.11 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai pembelian .... 76

Tabel 4.12 Standardize Faktor Loading dan construct dengan confirmatory factor analysis ... 79

Tabel 4.13 Pengujian Reliability Consistency Internal ... 80

Tabel 4.14 Perhitungan Contruct Reliability dan Variance Extracted.... 82

Tabel 4.15 Assesment of normality ... 83

Tabel 4.16 Uji Outlier Multivariate ... 85

Tabel 4.17 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 87

(10)
(11)

ix

Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 15

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 35

Gambar 3.1 Model Pengukuran Faktor Keterlibatan Konsumen ... 47

Gambar 3.2 Model Pengukuran Faktor Kepercayaan Merek ... 48

Gambar 3.3 Model Pengukuran Faktor Keputusan Pembelian ... 49

Gambar 3.5 Structural Equation Modelling Two – Step Approach ... 54

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Graha Hotel Gresik ... 57

Gambar 4.2 MODEL PENGUKURAN DAN STRUKTURAL Service Quality dan Customer Satisfaction. Model Specification : One Step Approach-Base Model ... 86

Gambar 4.3 MODEL PENGUKURAN DAN STRUKTURAL Service Quality dan Customer Satisfaction. Model Specification : One Step Approach-Eliminasi ... 88

(12)

x Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Tanggapan Responden

(13)

xi Oleh :

Bramanto Arif Setiawan

Abstraksi

Dalam persaingan yang kompetitif perusahaan jasa haruslah menonjolkan kualitas dari jasa yang ditawarkan. Kualitas jasa dari sebuah perusahaan jasa merupakan faktor yang sangat penting untuk memperoleh keberhasilan dalam suatu lingkungan yang sangat kompetitif. Keberhasilan dari sebuah perusahaan jasa ditandai dengan banyaknya konsumen yang merasa puas terhadap kualitas jasa yang diberikan. Kualitas jasa yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan pelanggan, namun untuk memahami bagaimana mengevaluasi kualitas yang diterima oleh konsumen tidaklah mudah. Oleh karena jasa merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan seperti barang, maka konsumen cenderung mencari dan memperhatikan bukti langsung kualitas (tangibles) yang ditawarkan jasa perhotelan. Jika konsumen merasa kurang puas dengan jasa yang di terima maka konsumen akan melakukan keluhan atau berpindah langsung ke pesaing lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pada Hotel Graha Gresik.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil jawaban responden dengan menyebarkan kuesioner kepada responden atau tamu hotel Graha Gresik. Teknik analisis yang digunakan adalah path diagram yang akan mempermudah untuk melihat hubungan kausalitas yang akan diuji dengan menggunakan SEM (Structural

Equation Modeling).

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa Faktor Service Quality

berpengaruh signifikan positif terhadap Faktor Customer Satisfaction pada Hotel Graha di Gresik.

(14)

1 1.1.Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, kualitas dipandang sebagai salah satu alat untuk mencapai keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemilihan produk dan jasa bagi konsumen.

Tujuan dari organisasi bisnis adalah untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat memuaskan konsumen. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila

kualitas produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

Kebutuhan akan jasa yang berkualitas dari seorang konsumen membuat perkembangan dalam sektor jasa semakin pesat. Dengan banyak

perusahaan-perusahaan jasa yang berdiri, akan tetapi tidak banyak yang berhasil dalam jangka panjang karena tanpa ditunjang dengan manajemen

yang profesional. Pada dasarnya suatu perusahaan jasa itu sudah dilengkapi dengan manajemen yang profesional, tetapi mungkin dalam penerapannya tidak sesuai dengan lingkungan internal maupun eksternal dari suatu

perusahaan jasa.

Dengan bermunculnya perusahaan jasa yang begitu banyak maka

persaingan dalam sektor jasa akan sangat kompetitif. Dalam persaingan yang kompetitif perusahaan jasa haruslah menonjolkan kualitas dari jasa yang ditawarkan. Kualitas jasa dari sebuah perusahaan jasa merupakan faktor yang

(15)

sangat kompetitif. Keberhasilan dari sebuah perusahaan jasa ditandai dengan banyaknya konsumen yang merasa puas terhadap kualitas jasa yang

diberikan. Pada sebuah bisnis jasa, kualitas dari hasil jasa yang dikeluarkan akan sangat sulit di evaluasi. Hal ini dikarenakan dengan sifat jasa yang tak

berwujud. Jasa merupakan suatu tindakan ekonomi yang menciptakan nilai dan keuntungan kepada konsumen pada waktu dan tempat yang spesifik. Jadi jasa merupakan suatu tindakan yang tak terlihat sehingga susah untuk di

evaluasi.

Kualitas jasa yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam

menciptakan kepuasan pelanggan, namun untuk memahami bagaimana mengevaluasi kualitas yang diterima oleh konsumen tidaklah mudah. Kurtz dan Clow (1998) dalam Munawaroh (2000 : 177) menyatakan bahwa kualitas

jasa lebih sukar untuk dievaluasi dibandingkan dengan kualitas barang. Kualitas jasa tidak diciptakan melalui proses produksi dalam pabrik untuk

kemudian diserahkan kepada konsumen sebagaimana kualitas barang. Sebagian besar kualitas jasa diberikan selama penyerahan jasa terjadi dalam proses interaksi diantara konsumen dan terdapat kontak personil dengan

penyelenggara jasa tersebut.

Industri pariwisata khususnya di bidang perhotelan merupakan industri

yang fluktuatif, karena tinggi rendahnya tingkat hunian hotel sangatlah dipengaruhi oleh dua faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor dari luar perusahaan yaitu faktor sosial, ekonomi, dan

(16)

faktor dari dalam hotel itu sendiri yaitu fasilitas-fasilitas apa saja yang dimiliki oleh hotel dan juga kualitas pelayanannya.

Persaingan diantara pengusaha hotel, dapat dilihat dengan adanya berbagai macam fasilitas tambahan yang ditawarkan oleh pihak hotel kepada

konsumen, antara lain jasa transportasi, potongan harga pada hari–hari tertentu. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya telah dilakukan oleh Hotel Graha adalah upaya peningkatan kualitas jasa. Oleh karena jasa

merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan seperti barang, maka konsumen cenderung mencari dan memperhatikan bukti langsung kualitas (tangibles)

yang ditawarkan jasa perhotelan. Bukti kualitas jasa tersebut berupa kualitas fisik hotel, sarana perlengkapan yang tersedia, pegawai yang dapat berkomunikasi dengan baik dan mampu memberikan pelayanan seperti yang

dijanjikan jasa perhotelan.

Hotel merupakan salah satu akomodasi komersial yang menyediakan

akomodasi pelayanan penginapan, makanan dan minuman bagi siapa saja yang memerlukannya. Tiap hotel akan berusaha memberikan nilai tambah yang berbeda terhadap produk jasa serta pelayanan yang diberikan kepada

konsumen (tamu). Hal ini dilakukan karena adanya kenyataan bahwa konsumen yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya

akan mencari penyedia barang atau jasa dari perusahaan lain yang mampu memuaskan kebutuhannya. Sangat penting bagi pihak hotel mempunyai keunggulan kompetitif. Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, maka

(17)

didasarkan pada komitmen manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memuaskan konsumen secara terus menerus. Dengan

penambahan nilai tambah inilah yang akan membuat satu hotel berbeda dari yang lainnya dan membuat konsumen percaya dan yakin terhadap keunggulan

yang diberikan hotel tersebut yang akhirnya menyebabkan mengapa orang punya alasan sendiri memilih hotel itu dan akan mempunyai komitmen untuk memilih hotel itu kembali dibanding dengan hotel yang lainnya.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan lesunya tingkat hunian kamar hotel seperti pelayanan yang diberikan pihak hotel terhadap tamu yang kurang

maksimal dimulai dari proses konsumen mendaftarkan diri untuk menginap

(check in), selama tamu menginap (stay) sampai tamu meninggalkan hotel

(check out). Selain itu juga fasilitas yang disediakan oleh pihak hotel terhadap

tamu yang menginap seperti tempat parkir, sarana olah raga, laundry dan restaurant, apakah sudah sesuai dengan kepuasan yang diinginkan pihak tamu

yang menginap di HotelGraha Gresik.

Jika konsumen merasa kurang puas dengan jasa yang di terima maka konsumen itu mungkin akan melakukan beberapa tindakan yaitu melakukan

keluhan atau berpindah langsung ke pesaing lainnya. Keluhan konsumen itu diakibatkan oleh kualitas dari jasa yang diberikan kurang memuaskan.

Keluhan konsumen ini bisa terjadi karena karyawan Hotel Graha Gresik kurang sopan terhadap konsumen, bukti-bukti fisik tidak nyaman, keterlambatan dalam proses penyampaian jasa, dan lain-lainnya. Perilaku

(18)

bermacam-macam, misalnya konsumen langsung mengeluh pada karyawan yang menyampaikan jasa, konsumen mengeluh pada kerabat dekatnya, dan

konsumen mengeluh pada pihak ketiga. Konsumen yang mengeluh sangatlah dibutuhkan oleh Hotel Graha Gresik. Hal ini berarti bahwa Hotel Graha

Gresik masih diberi kesempatan untuk memperbaiki kualitas jasa yang telah disampaikan kepada konsumen. Jika penanganan keluhan konsumen ini dapat dilakukan dengan baik maka tingkat kepuasan yang akan diterima oleh

konsumen akan semakin tinggi. Jadi penanganan terhadap keluhan konsumen ini haruslah dilakukan secara efektif sehingga konsumen akan merasa lebih

terpuaskan dan akan kembali kepada perusahaan jasa tersebut.

Pada periode tahun 2004 sampai tahun 2008 diperoleh data mengenai surat komplain yang masuk di HotelGraha Gresik, sebagai berikut :

Tabel 1.1. Peningkatan Jumlah Surat Komplain di Hotel Graha Gresik Pada Periode Tahun 2004–2008

No Tahun Surat Komplain

(buah) Peningkatan

Pertumbuhan (%)

1 2004 105

2 2005 138 33 31,43

3 2006 152 14 10,14

4 2007 198 46 30,26

5 2008 215 17 8,59

Sumber : HotelGraha Gresik.

Dari tabel diatas diperoleh bahwa pada tahun 2004 surat komplain yang masuk sebanyak 105 buah, tahun 2005 surat komplain yang masuk meningkat sebanyak 138 buah (31,43%), tahun 2006 surat komplain yang

(19)

komplain yang masuk masih meningkat yaitu sebanyak 215 buah (8,59%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah surat komplain yang masuk di Hotel

Graha Gresik menunjukkan adanya peningkatan selama lima tahun terakhir. Adapun data surat komplain tersebut antara lain : merasa tidak adanya

tanggapan dari pihak HotelGraha Gresik terhadap keluhan yang disampaikan oleh para pengunjung hotel, layanan yang tidak tepat waktu dan tidak adanya fasilitas tambahan yang disediakan oleh pihak HotelGraha Gresik.

Menurut pendapat dari Sulastiyono, (1999 : 113) bahwa kotornya kamar, kurangnya fasilitas, lambatnya penanganan kedatangan/keberangkatan

tamu merupakan sumber datangnya keluhan-keluhan tamu. Tamu selalu menginginkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh hotel tempat ia menginap, hal tersebut wajar mengingat bahwa tamu mengharapkan

mendapatkan kontraprestasi yang seimbang dengan biaya yang telah dikeluarkan selama menginap. Oleh sebab itu, apapun jenis keluhan tamu

harus dapat diselesaikan dengan baik.

Perusahaan jasa harus berfokus secara khusus pada layanan pelanggan dan mempertahankan tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan kajian

berkesinambungan. Biasanya ada kebutuhan akan sistem keluhan atau komplain yang memungkinkan para pelanggan yang tidak puas teridentifikasi

(20)

Sebagai perusahaan jasa yang melayani konsumen maka Hotel Graha Gresik harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada konsumen.

Karena keluhan yang sering terjadi seperti keluhan di atas, harus diatasi segera dengan penanganan yang profesional untuk menciptakan kepuasan

pada konsumen. Menurut Cronin dan Taylor (1992 : 55), bahwa dengan kualitas layanan yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan. Kualitas layanan yang baik serta kepuasan konsumen tersebut dapat mempengaruhi

intensitas kunjungan konsumen pada kesempatan berikutnya pada badan usaha tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan skripsi ini

mengambil judul pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pada Hotel Graha Gresik.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

“Apakah terdapat pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pada Hotel Graha Gresik ?”

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

“Untuk menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan

(21)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :

1. Bagi Pihak Hotel Graha Gresik

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sumbangan yang berarti bagi pihak hotel sebagai dasar penelitian dalam pengambilan keputusan dimasa

yang akan datang dan dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada

kaitannya dengan kepuasan konsumen di Hotel Graha Gresik. 2. Bagi Fakultas

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan bagi

akademika Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Veteran Surabaya.

3. Bagi peneliti

(22)

9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kesumawatie dan Sukowaty (2005)

dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan PT. Pos Indonesia Surabaya Selatan”, dalam jurnal Media

Mahardhika Vol.3 No.2 Januari 2005.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, yang digunakan untuk melihat ketergantungan satu atau lebih variabel bebas

(independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah reliability,

responsiveness, assurance, empathy dan tangible berpengaruh nyata

terhadap kepuasan pelanggan PT. Pos Indonesia Surabaya Selatan Jl. Jemur Andayani baik secara simultan maupun secara parsial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel reliability, responsiveness,

assurance, empathy dan tangible secara simultan dan parsial

(23)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan, Surachman dan Fatchi (2003) dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan Dalam Hubungannnya

Dengan Kepuasan Nasabah Jasa Perbankan Di Kota Malang”, dalam jurnal Wacana Vol.6 No.1 Juli 2003.

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi dan analisis Quality

Funstion Deployment (QFD). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan dimensi kualitas yang terdiri dari staf dan

pelayanan fisik (staff and physical service), perusahaan (corporate), produk inovatif (innovativeness), harga (price), kemudahan

(convenience), keandalan (reliability) dan hubungan pribadi (personal

interaction) terhadap dimensi kualitas pelayanan jasa perbankan di kota

Malang. Serta menganalisis hubungan yang paling dominan dalam

dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari staf dan pelayanan fisik

(staff and physical service), perusahaan (corporate), produk inovatif

(innovativeness), harga (price), kemudahan (convenience), keandalan

(reliability) dan hubungan pribadi (personal interaction) terhadap

kepuasan nasabah dalam pelayanan jasa perbankan di kota Malang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kualitas yang terdiri dari staf dan pelayanan fisik (staff and physical service), perusahaan

(corporate), produk inovatif (innovativeness), harga (price), kemudahan (convenience), keandalan (reliability) dan hubungan pribadi (personal

interaction) mempunyai hubungan kepuasan nasabah dalam pelayanan

(24)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pada hakekatnya pemasaran bagi suatu perusahaan merupakan faktor yang sangat penting peranannya dalam kegiatan operasional

usahanya. Kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan ditentukan dalam kemampuan mengorganisir seluruh kegiatan usahanya, utamanya adalah pemasarannya. Untuk memasuki pasar persaingan serta dapat

menarik konsumen, maka perusahaan berupaya menciptakan minat pembeli. Hal ini secara jelas digarisi dalam ruang lingkup pemasaran

antara lain peningkatan kualitas layanan dalam pemasaran.

Seorang pemasar dapat dikatakan berhasil apabila dia berhasil memahami kebutuhan konsumennya, mengembangkan produk dengan

nilai yang superior, menawarkannya dengan harga yang cukup menarik dan kompetitif, pengaturan distribusi yang tepat, serta mempromosikan

produk tersebut secara efektif. Pemasaran memiliki tujuan khusus yaitu untuk menciptakan kemauan membeli pada calon konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui penetapan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh

konsumen, pengembangan produk yang dapat menciptakan kepuasan konsumen, serta dapat mengkomunikasikan kegunaan produk.

Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada

(25)

Menurut pendapat Kotler (1998 : 8), bahwa pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manejerial dimana individu dan kelompok

mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Sedangkan Swasta (2000 : 5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang membutuhkannya.

Dengan demikian jelas bahwa yang menjadi titik tolak dari pemasaran adalah kebutuhan dan keinginan manusia, dimana untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia tersebut akan menimbulkan

adanya sebuah konsep produk atau jasa. Dimana konsep produk atau jasa itu semakin dikonsumsi dan merupakan sesuatu yang dianggap mampu

(26)

2.2.2. Perilaku Konsumen

Salah satu faktor kesuksesan dari suatu perusahaan adalah mengerti

dan memahami perilaku konsumen dari suatu pasar sasaran. Hal ini disebabkan oleh tujuan dari pemasaran adalah pemenuhan kebutuhan dan

keinginan dari seorang konsumen sehingga pihak perusahaan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Jika suatu perusahaan dapat melaksanakan dengan baik maka kepuasan

konsumen akan tercapai. Oleh karena itu untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, maka perusahaan sangatlah perlu untuk memahami

perilaku konsumen tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen.

Perilaku konsumen itu sendiri menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995 : 4) mendefinisikan perilaku konsumen dapat diartikan

bahwa perilaku konsumen adalah sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghasilkan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Sedangkan pengertian perilaku konsumen menurut Tjiptono (1999 : 19) adalah merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung

(27)

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa perilaku konsumen pada dasarnya adalah tindakan seorang konsumen dalam usaha

memperoleh, menggunakan dan menentukan produk untuk memenuhi kebutuhannya serta tindakan-tindakan yang mendahului dalam

mendapatkan suatu produk.

Jika sebuah perusahaan ingin sukses maka dibutuhkan penelitian tentang perilaku dari konsumen tersebut. Perilaku konsumen sangatlah

cepat berubah. Hal ini dikarenakan oleh sifat dari manusia yang merasa selalu kurang puas sehingga permintaan dari konsumen selalu berubah

dengan cepat. Perubahan ini haruslah diantisipasi dengan cepat oleh sebuah perusahaan. Suatu perusahaan harus mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi para konsumen untuk membeli produk yang

ditawarkannya. Untuk mempengaruhi perilaku konsumen dibutuhkan pemasaran yang terampil sehingga para konsumen termotivasi untuk

membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.

2.2.3. Faktor–Faktor Yang Mendasari Perilaku Konsumen

Dalam melakukan pembelian, banyak faktor yang mendasari perilaku konsumen. Adapun faktor tersebut menurut Kotler dan Armstrong

(28)

BUDAYA SOSIAL - Peran dan Status

- Usia dan tahap siklus hidup

Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Sumber : Kotler dan Armstrong, 1996, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Keenam, Terjemahan Wilhemnus W. Bokowatum, Penerbit Intermedia, Jakarta, hal 153.

a. Faktor Budaya

Merupakan faktor penentu paling pokok dari keinginan perilaku

seseorang. Budaya dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Budaya

Kultur adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarganya dan lembaga–lembaga penting lain.

2. Sub–Budaya

Bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang dengan

sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Subkultural mencakup asas kebangsaan, agama, kelompok rasial, dan wilayah geografis.

3. Kelas Sosial

Susunan yang relatif permanen dan relatif dalam suatu masyarakat

(29)

b. Faktor Sosial

1. Kelompok acuan

Kelompok yang merupakan titik perbandingan atau ditujukan

langsung (tatap muka) atau tak langsung dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang.

2. Keluarga

Anggota keluarga pembeli dapat menanamkan suatu pengaruh yang kuat pada perilaku pembeli.

3. Peran dan status

Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi

peran dan status. Peran adalah kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang disekelilingnya. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan

umum oleh masyarakat sesuai dengan status itu.

c. Faktor Pribadi

1. Usia dan tahap siklus hidup

Orang yang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka serta orang juga berhubungan dengan usia dan

pembelian juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. 2. Pekerjaan

Jabatan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang

(30)

berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata– rata akan produksi atau jasa mereka.

3. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi akan sangat mempengaruhi pilihan produk. Jika

indikator-indikator ekonomi menunjukkan adanya resesi, pasar dapat mengambil langkah–langkah untuk merencanakan kembali, menentukan kembali posisi dan menetapkan kembali harga

produk–produknya. 4. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang menunjukan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatannya.

5. Kepribadian dan konsep diri

Tiap orang memiliki kepriadian yang khas dan kekhasan ini akan

mempengaruhi perilaku pembelinya.Untuk memahami perilaku konsumen, pertama-tama pemasar harus memahami hubungan antara konsep diri dengan harta milik konsumen.

d. Faktor Psikologis

1. Motivasi

(31)

2. Persepsi

Persepsi masing–masing konsumen berbeda terhadap barang atau jasa yang sama, sehingga mempengaruhi perilaku mereka.

3. Belajar

Belajar menggambarkan perubahan–perubahan dalam perilaku individu yang timbul dari pengalaman.

4. Kepercayaan dan sikap

Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan kepercayaan dan sikap. Pada gilirannya, hal ini mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Kepercayaan adalah suatu pemikiran yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif.

2.2.4. Pengertian Jasa

Pembedaan antara produk dan jasa sukar dilakukan, karena pembelian suatu produk seringkali disertai dengan jasa-jasa tertentu dan pembelian suatu jasa seringkali pula meliputi barang-barang yang

melengkapinya seperti makan di restoran, menginap di hotel.

Menurut Lupiyoadi (2001 : 5) pengertian jasa adalah semua

aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti

(32)

jasa menurut Rambat Lupiyoadi adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak

berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produk jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak.

Sedangkan menurut Kotler (1998 : 83) mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud

fisik) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Dari dua pengertian diatas dikatakan bahwa jasa merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang tidak bisa dilihat atau tidak berwujud tetapi bisa dirasakan dan dapat diambil manfaatnya baik bagi individu maupun

organisasi. Selain itu jasa juga dapat diberikan secara keseluruhan/murni ataupun dikaitkan dengan produk barang. Jasa/pelayanan juga merupakan

suatu kinerja penampilan dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Jasa meliputi suatu perbuatan, suatu kinerja, atau suatu upaya yang tidak bisa diproses secara fisik. Menurut Tjiptono (2002 : 134), jasa dapat

diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria-kriteria, yaitu : 1. Berdasarkan sifat tindakan jasa

(33)

3. Berdasarkan tingkat customization dan judgement dalam penyampaian jasa

4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa 5. Berdasarkan metode penyampaian jasa

2.2.5. Karakteristik Jasa

Kotler (1998 : 466) mengatakan bahwa ada empat karakteristik

pokok pada jasa yang membedakannya dengan barang. Keempat karakteristik tersebut meliputi :

1. Intangibility

Jasa tak berwujud. Hal ini berarti bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasa, atau didengar. Sehingga jasa susah untuk di evaluasi. Untuk

mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu suatu jasa dengan mengambil kesimpulan dari tempat, orang,

peralatan, materi komunikasi, bahan-bahan, dan harga yang mereka lihat. Karena itu tugas dari penyedia jasa adalah memberikan bukti fisik dan citra pada penawaran abstrak mereka.

2. Inseperability

Proses penyampaian jasa tidak dapat dipisahkan. Artinya pada saat jasa

disampaikan karyawan dan konsumen secara serentak berada pada proses tersebut. Jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dengan konsumen merupakan ciri

(34)

tersebut. Dalam hubungan penyedia jasa dengan konsumen ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur

penting.

3. Variability

Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non standardized

output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung

pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Hal ini

mengakibatkan kualitas dari jasa susah untuk di evaluasi. Kualitas dari jasa yang disampaikan harus dijaga agar kepuasan konsumen dapat

dicapai. Untuk menjaga mutu layanan dapat dilakukan melalui : a. Seleksi dan pelatihan personalia yang baik.

b. Melakukan standarisasi dalam proses kinerja diseluruh organisasi

tersebut.

c. Memonitor kepuasan konsumen baik meliputi sistem pesan dan

kesan, survey konsumen dan sebagainya.

4. Perishability

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat

disimpan. Jasa yang pemenuhannya ditunda, akan mempunyai nilai atau makna yang berbeda. Dalam kasus tertentu jasa bisa disimpan,

(35)

2.2.6. Strategi Pemasaran Jasa

Pemasaran jasa merupakan salah satu proses yang banyak

dipengaruhi oleh berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Sehingga dengan melihat kompleksitas pemasaran jasa. Kotler (1998 : 135) bahwa

“Pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal 4P saja, tetapi juga membutuhkan pemasaran yang lainnya yaitu pemasaran internal dan interaktif”. Adapun penjelasan dari tiga pemasaran tersebut

adalah sebagai berikut : 1. Pemasaran eksternal

Hal ini berarti bahwa pemasaran jasa menggambarkan kerja normal yang diajukan oleh perusahaan melalui strategi-strategi dalam mempersiapkan jasa, menentukan harga jasa, mendistribusikan jasa

dan mempromosikan jasa kepada para konsumen. 2. Pemasaran internal

Hal ini menggambarkan pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melatih dan mendorong konsumen internalnya, yaitu karyawan penghubung konsumen dan karyawan pendukung konsumen. Hal ini

dimaksudkan agar para karyawan dapat mempunyai ketrampilan yang baik dalam proses penyampaian jasa kepada konsumen. Dan juga

(36)

mempraktekkan orientasi konsumen. Jika tidak, suatu tingkat pelayanan yang tinggi dan konsisten tidak akan terwujud.

3. Pemasaran interaktif

Menjelaskan keahlian karyawan dalam menangani hubungan dengan

konsumen. Dalam pemasaran jasa, mutu pelayanan ditentukan oleh karyawan yang melakukan pelayanan kepada konsumen. Hal ini khususnya berlaku pada jasa profesional, konsumen ini menilai mutu

teknis. Para profesional tidak dapat menganggap bahwa mereka akan memuaskan konsumen hanya karena mereka telah melakukan

pelayanan teknis yang baik.

2.2.7. Kunci Sukses Jasa

Menurut Lupiyoadi (2001 : 7-9) kunci sukses dalam melakukan pelayanan jasa dibagi menjadi :

1. Renewing the service offering. Pembaharuan jasa dapat dideteksi dengan cara pendeteksian masalah seperti service econimics, consumer needs, service extension dan the key to service enhancement.

2. Localizing the point of service system. Penggunaan jasa ini menjadi suatu hal yang penting karena jasa itu tidak bisa disimpan sehingga

penggunaannya sebaiknya sesegera mungkin pada saat sedang dibutuhkan.

(37)

pelanggan dengan sistem kontrak atau memberi keanggotaan dengan memberikan anggota (member) berbagai fasilitas dan

kemudahan-kemudahan tertentu, sehingga perusahaan pun dapat menikmati keuntungan lain seperti produk jasa menjadi terdifferensiasi dan juga

membangun loyalitas pelanggan sehingga menjadi keunggulan tersendiri agar pelanggan tidak berpaling pada produk lain atau perusahaan jasa lainnya.

4. Using information power strategically. Bisnis jasa adalah suatu bisnis yang sangat sensitif terhadap kemajuan informasi dan teknologi karena

dalam operasi bisnis jasa data-data mengenai konsumen, transaksi dan karyawan-karyawan adalah alat yang esensial karena semuanya itu dapat membedakan jasa tersebut dengan pesaing, juga dapat

meningkatkan kualitas jasa dan pelayanan jasa itu sendiri.

5. Determining the strategic value of a service business. Nilai strategis adalah sebuah fungsi dari desain strategi bisnis dan penilaian terhadap segmen usaha jasa, tingkat persaingan, kekuatan dalam perbaikan kualitas jasa.

2.2.8. Pengertian Kualitas Layanan

(38)

Jadi secara umum kualitas layanan adalah permulaan dari kepuasan pelanggan. Pelanggan dalam menentukan kualitas layanan tidak hanya

berdasarkan pada hasil dari suatu layanan tersebut, tetapi juga memperhatikan proses pemberian layanan tersebut.

Menurut Parasuraman, Berry dan Zeithaml (1996 : 44), kualitas layanan adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu layanan. Pada dasarnya hanya pelanggan yang menilai kualitas layanan suatu

perusahaan berkualitas atau tidak.

Sedangkan kualitas layanan menurut Cronin dan Taylor (1992 : 55)

bahwa kualitas layanan yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan, sehingga kualitas layanan yang baik serta kepuasan pelanggan tersebut dapat mempengaruhi intensitas pelanggan menggunakan jasa pada

kesempatan berikutnya.

Kualitas pada dasarnya harus merupakan dorongan konsumen

bukan dorongan teknologi, produksi ataupun pesaing. Hal ini karena konsumen yang mengambil keputusan akhir tentang kualitas layanan dari badan usaha.

Kualitas layanan yang memuaskan akan memberikan image yang baik terhadap badan usaha, Sebaliknya bila mengecewakan maka kesan

yang diterima konsumen akan buruk. Kualitas layanan dapat dipandang sebagai proses kualitas dan hasil kualitas. Proses kualitas dinilai oleh pelanggan selama masa layanan, sedangkan hasil kualitas dinilai oleh

(39)

2.2.9. Dimensi Pembentuk Kualitas Layanan

Kualitas merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan, dalam

hal ini persyaratan pelanggan. Total quality service merupakan konsep tentang bagaimana menanamkan kualitas pelayanan pada setiap fase

penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua personal yang ada dalam organisasi (Handriana (1998) dalam Munawaroh, 2000 : 179).

Menurut pendapat Parasuraman et. al. dalam bukunya Lupiyoadi

(2001 : 148) menyebut lima dimensi penting yang menentukan tingkat

service quality (SERVQUAL), yaitu :

1. Dimensi tangibles (bukti fisik), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Misalnya kerapian penampilan karyawan, kemudahan dan keamanan tempat parkir, kelengkapan dan peralatan yang digunakan.

2. Dimensi reliability (keandalan), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi.

(40)

Misalnya kesigapan dalam menangani keluhan, kepastian lamanya layanan dan kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan.

4. Dimensi assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan karyawan untuk menumbuhkan rasa percaya kepada perusahaan. Misalnya pengetahuan karyawan, kesopanan karyawan dan kemampuan karyawan.

5. Dimensi empathy (kepedulian), yaitu perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Misalnya pengertian dan perhatian kepada pelanggan, menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan dan memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Kualitas layanan adalah permulaan dari kepuasan pelanggan. Pelanggan dalam menentukan kualitas layanan tidak hanya berdasarkan pada hasil dari suatu layanan tersebut, tetapi juga memperhatikan proses pemberian layanan tersebut. Kualitas layanan yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan, sehingga kualitas layanan yang baik serta kepuasan pelanggan tersebut dapat mempengaruhi intensitas pelanggan menggunakan jasa pada kesempatan berikutnya.

(41)

2.2.10. Pengertian Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen disebut sebagai salah satu strategi untuk

memenangkan persaingan. Secara tradisional falsafah marketing

merupakan pencapaian kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen adalah

kemenangan jangka panjang. Konsumen yang merasa puas cenderung untuk menggunakan jasa layanan dengan merek yang sama sebaliknya bila pelanggan tidak puas dengan jasa tersebut, maka konsumen akan mencari

jasa layanan lain yang dapat memberikan kepuasan dan kebutuhannya, karena kepuasaan pelanggan merupakan kunci penting untuk

mempertahankan pelanggan.

Setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan hidupnya. Produk atau jasa dibuat untuk

memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan. Kalau hal itu sudah tercapai, berarti kepuasan pelanggan sudah terjadi.

Meskipun demikian tidak mudah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sebab pelanggan yang dihadapi saat ini berbeda dengan pelanggan pada beberapa dasawarsa

yang lalu. Kini pelanggan semakin terdidik dan menyadari hak-haknya. Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa ada kalangan pakar pemasar

yang berpendapat bahwa tidak realistis bila suatu perusahaan mengharapkan tidak ada pelanggan yang tidak puas. Namun tentu saja setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan

(42)

baik. Oleh sebab itu, pada saat yang bersamaan, perusahaan perlu pula memperhatikan pelanggan yang tidak puas.

Menurut Kotler (1998 : 36), bahwa kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara

kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerjanya lebih rendah dari harapannya, maka pelanggan kecewa. Jika kinerja sama dengan harapannya, maka pelanggan puas. Jika

kinerjanya melebihi harapannya, maka pelanggan akan sangat puas.

Sedangkan menurut Mowen (2002 : 89) kepuasan konsumen

sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Ini merupakan penilaian evaluatif pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi

pembelian khusus dan pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.

Dari beberapa uraian definisi mengenai kepuasan, maka secara umum kepuasan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara layanan atau hasil yang diterima itu paling tidak harus sama dengan

harapan pelanggan atau bahkan melebihinya. Dalam era kompetisi yang ketat seperti sekarang, kepuasan pelanggan merupakan hal yang utama,

(43)

atau bersifat “win-win situation” yaitu keadaan dimana kedua belah pihak merasa menang dan tidak ada yang merasa yang dirugikan.

2.2.11. Atribut-Atribut Kepuasan Konsumen

Kepuasan pelanggan adalah faktor kunci dalam mempertahankan pelanggan. Atribut pembentuk kepuasan pelanggan tersebut merupakan atribut yang bersifat universal dimana atribut-atribut tersebut harus

didefinisikan dan diklasifikasikan dalam penelitian pelanggan.

Beberapa atribut-atribut penting yang membentuk kepuasan

konsumen secara universal menurut Dutka (1994 : 41) adalah :

1) Attributes related to the product, yaitu atribut-atribut yang berkaitan terhadap produk, meliputi Value-price relationship,merupakan faktor

sentral dalam menentukan kepuasan konsumen yang merupakan hubungan antara harga yang ditetapkan oleh badan usaha untuk

dibayar oleh konsumen terhadap nilai yang diperoleh konsumen. Apabila nilai yang diperoleh konsumen melebihi apa yang dibayar, maka suatu dasar yang penting dari kepuasan konsumen telah tercipta;

Product quality, merupakan penilaian dari mutu suatu produk; Product benefit: merupakan manfaat yang dapat diperoleh konsumen dalam menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dan kemudian dapat dijadikan dasar positioning yang membedakan badan usaha tersebut dengan badan usaha lainnya;

(44)

suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang ditawarkan pesaing; Product design, merupakan proses untuk merancang gaya dan

fungsi produk yang menarik dan bermanfaat; Product reliability and Consistency, merupakan keakuratan dan keterandalan produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam jangka waktu tertentu dan menunjukkan pengiriman produk pada suatu tingkat kinerja khusus; Range of products or service, merupakan macam dari produk/jasa yang ditawarkan oleh badan usaha.

2) Attributes related to service,yaitu atribut yang berkaitan terhadap jasa,

meliputi Guarantee or warranty, merupakan jaminan yang diberikan oleh suatu badan terhadap produk yang dapat dikembalikan bila kinerja produk tersebut tidak memuaskan; Delivery, menunjukkan kecepatan,

dan ketepatan dari proses pengiriman produk dan jasa yang diberikan badan usaha terhadap konsumennya; Complaint handling, adalah

penanganan terhadap keluhan yang dilakukan oleh konsumen terhadap badan usaha; Resolution of problems, merupakan kemampuan badan usaha memperhatikan dengan serius dan memecahkan masalah yang

dihadapi oleh konsumen.

3) Attributes related to purchase, yaitu atribut yang berkaitan terhadap pembelian, meliputi Courtesy, merupakan kesopanan, perhatian,

pertimbangan, keramahan yang dilakukan karyawan badan usaha dalam melayani konsumen; Communication, proses penyampaian

(45)

konsumennya; Ease or convenience of acquisition, merupakan kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang produk dari

badan usaha; Company reputation, merupakan reputasi yang dimiliki suatu badan usaha dapat mempengaruhi pandangan konsumen terhadap

badan usaha tersebut yang akan mengurangi ketidakpastian dan resiko dalam keputusan pembelian; Company competence, merupakan kemampuan suatu badan usaha untuk mewujudkan permintaan yang

diajukan oleh konsumen dalam memberikan pelayanan.

Kepuasan konsumen memiliki peran penting dalam mempertahankan pelanggan. Tanpa adanya kepuasan konsumen, badan

usaha akan sulit bertahan dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Dalam persaingan, mempertahankan pelanggan lebih sulit daripada mencari pelanggan baru. Satu–satunya cara untuk melakukan hal ini

adalah dengan mempertahankan dan terus meningkatkan kualitas pelayanan yang akan berpangkal pada kepuasan konsumen.

2.2.12. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen

Kualitas layanan adalah permulaan dari kepuasan konsumen.

Konsumen akan merasa puas, apabila mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Boone dan Kurtz (1995

:439) bahwa “Service quality is the primary determinant of consumer

satisfaction or dissatisfaction”. Kualitas layanan menentukan kepuasan

(46)

Menurut Cronin dan Taylor (1992 : 55) menyebutkan kualitas layanan sebagai berikut : “Kualitas layanan yang baik akan menciptakan

kepuasan pelanggan”. Kualitas layanan yang baik serta kepuasan konsumen tersebut dapat mempengaruhi intensitas kunjungan konsumen

pada kesempatan berikutnya pada badan usaha tersebut.

Menurut Kotler dan Armstrong (1996 : 583) bahwa kualitas produk dan kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, selain itu

juga berpengaruh menciptakan keuntungan badan usaha. Semakin tinggi kualitas badan usaha yang diberikan kepada pelanggan, semakin tinggi

pula kepuasan yang diperoleh oleh konsumen.

Dalam situasi persaingan yang semakin kompleks, kebutuhan dan keinginan konsumen selalu meningkat diikuti dengan tingkat kemampuan

tertentu dari pelanggan. Semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen maka semakin tinggi pula tuntutan yang diminta dalam pelayanan. Kalau

tuntutannya terpenuhi maka konsumen akan puas, yang kemudian akan melakukan pembelian ulang dan pada akhirnya konsumen menjadi tidak mudah untuk pindah ke badan usaha lain yang sejenis. Selain itu,

konsumen yang puas juga akan membantu kita untuk mendapatkan pelanggan baru.

Perusahaan jasa harus berfokus secara khusus pada layanan pelanggan dan mempertahankan tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan kajian berkesinambungan. Biasanya ada kebutuhan akan sistem keluhan

(47)

teridentifikasi dan tindakan korektif diambil. Selain itu perusahaan jasa harus terus beradaptasi dengan kebutuhan pelanggan yang selalu berubah

dalam hal layanan pelanggan. (Kesumawatie dan Sukowaty, 2005 : 29). Seperti yang telah dikemukakan maka dapat diketahui bahwa

kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen sangatlah penting untuk diperhatikan dan terus menerus dikontrol agar kinerja badan usaha jangan sampai berada dibawah pesaing. Konsumen yang puas dapat

(48)

Kualitas Layanan Kualitas jasa yang

beragam

2.3. Kerangka Konseptual

(49)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Diduga kualitas layanan mempunyai pengaruh positif terhadap

(50)

37

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kualitas Layanan (X)

Kualitas layanan (X) adalah suatu persepsi konsumen terhadap

suatu layanan yang diberikan oleh Hotel Graha Gresik, ditinjau dari persepsi konsumen terhadap layanan melalui lima dimensi kualitas layanan meliputi : (Lupiyoadi, 2001 : 148)

1. Bukti Fisik (X1

a. Kerapian karyawan dalam berpakaian (X

) yaitu bukti fisik yang meliputi penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik dari Hotel Graha Gresik,

dengan indikator :

1.1

b. Tempat parkir yang memadai (X

).

1.2

c. Fasilitas dan peralatan yang dimiliki Hotel Graha Gresik (X ).

1.3).

2. Keandalan (X2), yaitu kemampuan dari Hotel Graha Gresik dalam

memberikan layanan sesuai dengan yang telah dijanjikan, dapat

(51)

a. Pelayanan yang tepat waktu (X2.1

b. Pelayanan yang sama untuk semua pelanggan (X )

2.2

c. Sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi (X ).

2.3).

3. Ketanggapan (X3

a. Kesigapan karyawan Hotel Graha Gresik dalam menangani keluhan konsumen (X

), yaitu daya tanggap atau respon karyawan Hotel Graha Gresik dalam membantu dan memenuhi kebutuhan serta

merespon permintaan dari konsumennya, dengan indikator :

3.1

b. Memberikan kepastian dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan permintaan dari konsumen (X

).

3.2

c. Kecepatan karyawan Hotel Graha Gresik dalam melayani konsumen (X

).

3.3).

4. Jaminan (X4

a. Pengetahuan karyawan yang baik tentang hotel (X

), yaitu jaminan yang meliputi pengetahuan, keramahan,

sopan santun dari karyawan Hotel Graha Gresik untuk menimbulkan rasa percaya dan keyakinan dari konsumen, dengan indikator :

4.1

b. Kesopanan karyawan dalam melayani (X

).

4.2

c. Kemampuan karyawan untuk menumbuhkan rasa percaya terhadap

perusahaan (X

).

4.3).

5. Kepedulian (X5

a. Memberikan perhatian khusus kepada pelanggan (X

), yaitu perhatian dan kepedulian yang diberikan oleh Hotel Graha Gresik kepada konsumennya, dengan indikator :

(52)

b. Karyawan selalu berusaha menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan (X5.2

c. Memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan (X ).

5.3).

b. Kepuasan Konsumen (Y)

Kepuasan konsumen adalah keseluruhan sikap konsumen terhadap layanan di Hotel Graha Gresik setelah menggunakan jasa perhotelan, dengan atribut-atribut sebagai berikut : (Dutka, 1994 : 41)

1. Produk (Y1

a. Pelayanan yang diperoleh sesuai dengan harga yang dibayar (Y

) yaitu atribut kepuasan konsumen yang berkaitan dengan produk jasa yang diberikan oleh Hotel Graha Gresik,

dengan indikator :

1.1

b. Kualitas/mutu pelayanan yang diberikan Hotel Graha Gresik (Y

).

1.2

c. Fasilitas yang disediakan sangat bermanfaat (Y ).

1.3

d. Hotel Graha Gresik mempunyai ciri khas yang berbeda dengan hotel lainnya (Y

).

1.4

e. Mempunyai gaya tekstur bangunan yang menarik (Y ).

1.5

f. Peningkatan kualitas dan kinerja dalam jangka waktu

tertentu (Y

).

1.6

g. Fasilitas di Hotel Graha Gresik sangat banyak dan beraneka ragam (Y

).

(53)

2. Pelayanan (Y2

a. Jaminan yang diberikan oleh Hotel Graha Gresik terhadap

layanan jasa yang tidak memuaskan (Y

) yaitu atribut kepuasan konsumen yang berkaitan dengan pelayanan jasa yang diberikan oleh Hotel Graha Gresik,

dengan indikator :

2.1

b. Kecepatan dan ketepatan dari proses pelayanan jasa yang diberikan Hotel Graha Gresik terhadap konsumennya (Y

).

2.2

c. Penanganan terhadap keluhan yang dilakukan oleh konsumen terhadap Hotel Graha Gresik (Y

).

2.3

d. Kemampuan Hotel Graha Gresik memperhatikan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konsumen (Y

).

2.4).

3. Pembelian (Y3

a. Kesopanan, perhatian, pertimbangan, keramahan yang

dilakukan karyawan dalam melayani konsumen (Y

) yaitu atribut kepuasan konsumen setelah melakukan pembelian atau menginap di Hotel Graha Gresik,

dengan indikator :

3.1

b. Proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh karyawan kepada konsumennya (Y

).

3.2

c. Kemudahan mendapatkan pengetahuan fasilitas Hotel Graha Gresik (Y

).

3.3

d. Reputasi yang dimiliki Hotel Graha Gresik (Y ).

3.4

e. Kemampuan Hotel Graha Gresik dalam memahami keinginan dan kebutuhan konsumen untuk memberikan pelayanan (Y

).

(54)

1 7

Buruk Baik

3.1.2. Pengukuran Variabel

Untuk pengukuran variabel-variabel yang diteliti sebagai

indikatornya adalah jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan yang diajukan lewat kuesioner. Dari jawaban tersebut maka

akan dibentuk suatu skor (nilai) yang digunakan untuk satuan ukur dari variabel bebas dan variabel terikat.

Cara pengukuran variabel menggunakan skala interval, adapun

teknik pengukuran sikap menggunakan semantic differential yaitu metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang

menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrem. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya :

3.2. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

(55)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999 : 73). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Non Probability Sampling (penarikan sampel secara tidak acak) dengan tipe Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 1999 : 78). Dan mengenai kriteria yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Tamu yang telah dewasa dan mengerti tentang apa yang dimaksudkan oleh peneliti dengan usia diatas 17 tahun.

2. Tamu baik pria maupun wanita yang telah menginap lebih dari satu kali.

Untuk menetapkan jumlah sampel menggunakan pedoman (Ferdinand, 2002 : 48):

1. Ukuran sampel yang sesuai menurut para ahli adalah antara 100 -

200 sampel untuk teknik maksimum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi dengan

pedoman 5 - 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 –

(56)

Pada penelitian ini ada 31 indikator yang diestimasi sehingga jumlah besar sampel minimumnya adalah 31 x 5 = 155 responden. Adapun

jumlah sampel yang ditetapkan adalah sejumlah 155 responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan jumlah minimal sampel yang

dikehendaki oleh alat analisis kuantitatif yang ditetapkan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian yaitu semua tamu hotel Graha Gresik yang ditemui pada saat dilakukan pengambilan sampel yang telah menginap lebih dari satu kali.

3.3.2. Sumber Data

Data bersumber dari jawaban pertanyaan yang diajukan kepada responden, di lokasi pengumpulan data yaitu di Hotel Graha Gresik.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan

menggunakan cara : a. Wawancara

Yaitu mengumpulkan data-data atau bahan-bahan keterangan yang

(57)

b. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada pengunjung di Hotel Graha Gresik. Untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari konsumen.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya,

dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut : a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct

validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya yang kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat

diandalkan. (Ferdinand, 2002 : 193)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

(58)

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002:52).

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan

cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam

format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi),

pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score >

3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan walaupun

data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling

dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji

(59)

Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2

pada derajat kebebasan sebesar

jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ2

Tabel

3.4.3. Uji Normalitas Data

adalah Outlier Multivariat.

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical

ratio dari Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut : - Kriteria Pengujian

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

(a) Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka

distribusi adalah tidak normal.

(b) Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi adalah normal.

3.4.4. Analisis Menggunakan Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau

Model Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi

atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau

(60)

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini yang perlu dilakukan :

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian

atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas. Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram tersebut akan memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah

diagram alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM

(61)

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini : 1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar. 2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

seharusnya disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang

negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat (misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap

bebagai kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah : 1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan

dengan perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

(62)

3.4.5. Uji Hipotesis

Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan Model Persamaan Struktur atau Structural

Equation Model (SEM) dengan menggunakan paket program Amos 4,0

dan SPSS versi 13.0. Structural Equation Model (SEM) adalah teknik eknik multivariate yang mengkombinasikan aspek-aspek multiple

regression (menguji hubungan saling ketergantungan) dan faktor analysis

(menunjukkan konsep-konsep tak terukur faktor dengan banyak variabel) untuk mengestimasi hubungan saling ketergantungan secara simultan

(Hair et al., 1998).

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka

model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi,

“good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural

equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI,

(63)

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices

GOODNESS

OF FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

- Chi-square

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2. Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace

data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample

besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2

≥ 0,90 dalam regresi berganda].

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap

baseline model. ≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap

(64)

51 4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Sejarah perkembangan Hotel Graha sangat berkaitan dengan perkembangan perusahaan PT. Petrokimia Gresik (Persero). Sebagai

Badan Usaha Milik Negara yang memiliki jaringan kerja dan relasi yang amat luas diseluruh Indonesia, bahkan berhubungan dengan pasar di dunia

Internasional. Umumnya para tamu perusahaan yang datang dari luar kota membutuhkan fasilitas akomodasi yang memadai dalam rangka menyelesaikan bisnisnya di Gresik.

Melihat pada kenyataan ini, maka pada tahun 1991, melalui yayasan Petrokimia Gresik telah dibangun fasilitas akomodasi yang

diperuntukan menampung tamu perusahaan yang disebut Wisma 50 kamar. Pada tahap awal memang ada kecenderungan pengelolaan Wisma 50 kamar ini hanya untuk memenuhi kebutuhan akomodasi bagi Petrokima

Group saja (Petrokimia Gresik beserta anak-anak perusahaan lainnya). Namun kemudian realisasinya menuntut agar Wisma 50 kamar ini dikelola

Gambar

Tabel 1.1. Peningkatan Jumlah Surat Komplain di Hotel Graha Gresik Pada
Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi penelitian bertempat di Nagori (kelurahan) Dolok Merangir I dan Nagori (kelurahan) Dolok Merangir II, karena lokasi perkebunan karet Dolok Merangir berada

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari

Yanty Gurning (2012) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Petugas Kesehatan IGD Terhadap Tindakan Triage Berdasarkan Prioritas metode korelasional, sampel penelitian adalah

Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sobandi dan Sudarmadji, penelitian yang dilakukan penulis lebih

Following the migration of Sri Lankan Burghers to Australia, the Sri Lankan Malays too tried to migrate to Brunei in the 1960s, but the proposal did not find favour with the

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu website yang diberi nama Website Cyber Crime Info, karena penulis ingin memberikan informasi lebih dalam kepada para

 Untuk umpan dengan konsentrasi padatan terlarut total berapapun, disertai dengan kandungan organik lebih dari 15 g/l, reverse osmosis sangat baik untuk

Identifikasi diklasifikasikan ke dalam salah satu dari empat kategori yaitu tepat untuk level spesies, tepat hanya untuk level genus, tidak tepat dan tidak