• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION

(STAD) DALAM

KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Cibanteng Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)

SEKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Besar Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ELIN

0908171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDKAN

(2)

PENERAPAN COOPRATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cibanteng Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat )

Oleh

ELIN NIM : 0908171

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© ELIN2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

ELIN

NIM : 0908171

Disetujui dan Disahkan oleh

Pembimbing I

Drs. Dede Somarya, M.Pd

NIP. 19580305 198403 1 002

Pembimbing II

Drs. Muslim, M.Pd

NIP. 19640606 199003 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(4)
(5)

Elin , 2013

Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ELIN

NIM : 0908171

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Latar belakang dari penelitian ini adalah kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan perolehan nilai yang masih rendah. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(6)

Elin , 2013

Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep

model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

THE APPLICATION OFCOOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI

PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ELIN

NIM : 0908171

ABSTRACT

(7)

Elin , 2013

Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep

(8)

DAFTAR ISI

C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ……….……. 8

D.Definisi Operasional ……… 9

E. Hipotesis Tindakan ……… 10

BAB II PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION (STAD) A.Penerapan Cooperative Learning …..……… 11

B. Teori Belajar Mendukung Penerapan Cooperative Learning…………. 19

C.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ………. 20

D.Pembelajaran Konsep Energi Panas ……….. 22

E. Energi Panas dan Sumber-sumberya ……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ……….. 31

B. Model Penelitian ……… 33

C.Subjek Penelitian ……….. 34

D.Prosedur Penelitian ……… 34

E. Instrument Penelitian ……… 41

F. Pengolahan Data dan Anasilis Data ……….. 43

(9)

B. Pembahasan Penelitian ………. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ………. 69

B. Saran ………. 70

DAFTAR PUSTAKA ……… 72

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……… 74

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau disebut juga dengan sains merupakan

pelajaran yang sudah dikenalkan sejak SD. Banyak orang menganggap bahwa

IPA merupakan mata palajaran yang membosankan. Padahal, sebenarnya

pembelajaran IPA sangat menyenangkan apabila pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik. meskipun demikan masih banyak siswa yang

mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA, hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor salahasatunya adalah penggunaan metode dan media pembelajaran yang

disajikan secara tidak tepat.

Menutur Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaraanya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

(11)

inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau lingkungan sekitar.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang

mempunyai peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan. Menurut

Powler (Samatowa, 2006 : 2) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan

gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis tersusun secara teratur,

berlaku umum, berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Untuk

itu IPA berperan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam

kerja ilmiah seperti melakukan keterampilan observasi, mengklasifikasi,

menginterprestasi, memprediksi, membuat hipotesis, mengendalikan variable,

eksperimen, mengaplikasi serta mengkomunikasikan.

Dalam GBPP pendidikan dasar (Depdikbud, 1994) dijelaskan bahwa

tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah : (1) Memahami

konsep IPA, (2) Memiliki keterampilan proses (3) Bersikap ilmiah (4) Mampu

menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam

semesta dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (5) Memupuk

rasa cinta terhadap alam semesta dan menyadari kebebasan Tuhan Yang Maha

Esa.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyapa, 2007:111),

tujuan pelajaran IPA di SD adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

(12)

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi

dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memcahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Pembelajaran IPA saat ini sesuai dengan tujuan IPA, lebih

menitikberatkan pada proses aktif siswa dalam belajar dari pada gurunya,

sehingga hasil belajar tidak bergantung pada apa yang diberikan oleh guru,

tetapi dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati oleh

siswa dalam mengolah dan mengkorelasikan informasi tersebut berdasarkan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelunrnya.

Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator yang selalu

membimbing dan mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengacu

(13)

dapat melatih siswa untuk menyampaikan gagasan dan memberikan respon

yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan. Semakin dan terarah

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan maka semakin memberi peluang kepada

siswa untuk secara baik membangun pengetahuan baru.

Pembelajaran IPA juga harus sesuai dengan karakteristik perkembangan

kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget

(Mikarsa, 2007: 69) bahwa tahap perkembangan kognitif individu melewati

empat tahapan, yaitu;

1. Tahap Sensor Motor (+ 0 - 2 tahun) 2. Tahap Praoperasional ( + 2 - 7 tahun) 3. Tahap Operasional Konkrit ( ± 7 - 12 tahun) 4. Tahap Operasional Formal ( ± 12 - 15 tahun)

Setiap individu mengalami perkembangan melalui tahapan-tahapan

tersebut, namun kadang kecepatan perkembangan setiap individu itu selalu

berbeda tergantung pada proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif

setiap individu. Usia anak sekolah dasar umumnya berada pada tahap

operasional konkrit artinya siswa berfikir atas dasar pengalaman nyata

(konkrit).

Berdasarkan pengalaman peneliti di SDN Cibanteng Desa Saguling

Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat didapati bahwa pencapaian

hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA belum maksimal. Hal ini terlihat

randahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan

(14)

ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa seperti : 1) sering mengobrol ketika

pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering

keluar masuk kelas. 2) rendahnya prestasi belajar siswa pada materi energi

panas, hal tersebut dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang mencapai

tingkat penguasaan materi hanya 11 orang dengan nilai 68 ke atas dari 32

orang siswa, hal ini menunjukkan siswa yang masih belum mencapai KKM

yang telah ditetapkan yaitu 70 masih rendah. Hal ini dikarenakan di kelas

penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat sederhana

sehingga siswa kurang termotivasi dengan materi pembelajaran yang berakibat

pada perolehan nilai yang masih rendah.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka untuk memudahkan

siswa dalam pembelajaran IPA diperlukan suatu pendekatan pembelajaran

yang ditunjang oleh media pengajaran yang bersifat konkrit. Dalam hal ini

pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA untuk konsep energi

panas adalah penerapan Cooperative Learning tipe STAD dimana anak dibagi

ke dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang

diberikan oleh guru. Dengan pengembangan penerapan cooperative learning

diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik dan meningkatkan hasil

belajar.

Adapun yang melatar belakangi mengambil penerapan cooperative

learning dikarenakan adanya pembelajaran yang monoton, sehingga aktivitas

(15)

timbulnya sifat keegoisan dari diri siswa pada waktu belajar, sehingga peneliti

mencoba melakukan perubahan pada iklim pembelajaran dengan menggunakan

penerapan Cooperative Learning tipe STAD dalam konsep energi panas.

Penerapan Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu

diantara struktur dalam kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri

dari dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah (Karli dan

Yuliartiningsih; 2002).

Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap

anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini siswa merupakan bagian

dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Belajar cooperative juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan

semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan juga dari pihak lain yang

terlibat dalam pembelajaran yaitu teman sebaya (tutor sebaya). Jadi

keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh

kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik bila

dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil terstruktur dengan baik.

Belajar dengan cooperatvie bisa dilakukan dengan metode diskusi, dengan kata

lain penerapan Cooperative Learning bisa dilakukan dengan cara berdiskusi

baik dengan bimbingan guru maupun dengan tutor sebaya.

Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa guru dalam mengajar harus

(16)

kebersamaan siswa sehingga mampu mengkondisikan dan menyatukan

kegiatan belajar siswa dalam interaksi yang aktif, interaktif dalam suasana

kebersamaan bukan saja di dalam kelas tetapi juga di luar lingkungan kelas,

keharmonisan dalam pembelajaran dapat terwujud bila masing-masing mau

terbuka, mau mendenganr dan saling memahami kekurangan serta kelebihan

orang lain, menyadari bahwa hal-hal yang besar dimulai dari hal-hal yang

kecil, jadi guru dapat memulainya dari muali anak-anak duduk di sekolah dasar

melalui proses pembelajaran.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran konsep energi panas dengan

menggunakan penerapan Cooperative Leraning tipe STAD untuk

meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran konsep energi panas dengan

menggunakan Penerapan Cooperative Learning tipe STAD untuk

meningkatkan hasil belajar siswa?

3. Seberapa besarkah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

tentang konsep energi panas di SD dengan menggunakan penerapan

Cooperative Learning tipe STAD?

C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

(17)

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model

Cooperative Learning sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPA di SD.

b. Tujuan Khusus :

1. Untuk membedakan gambaran tentang perencanaan pembelajaran

dengan penerapan Cooperative Learning tipe STAD pada materi

energi panas.

2. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran aktivitas siswa dalam

pembelajaran energi panas dengan menggunakan penerapan

Cooperative Learning tipe STAD.

3. Untuk mengetahui gambaran mengenai peningkatan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran energi panas dengan menggunakan

penerapan Cooperative Learning tipe STAD.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peserta Didik;

1. Menumbuhkan sikap kerjasama dengan teman satu kelompok semakin

berkembang yang dapat menimbulkan pengaruh positif.

2. Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

3. Motivasi belajar siswa semakin meningkat.

(18)

b. Bagi Guru;

1. Dapat menambah wawasan pemahaman dalam pembelajaran dengan

menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD.

2. Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar.

3. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan, melaksanakan

pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar akan semakin

meningkat.

4. Mendapatkan pengalaman kepada guru dalam mencari solusi pada

permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Bagi Peneliti;

1. Mengetahuai masalah dan cara penyelesiannya.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian.

3. Menembah pengalaman menulis karya ilmiah.

d. Bagi Lembaga Pendidikan

1. Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang

bermutu.

2. Diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang

professional

(19)

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan istilah tertentu

dari judul penelitian.

1. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dimana suatu

kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan

sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu

untuk mencapai tujuan bersama yang lainnya (Tim MK PBM, 2004:218).

2. STAD (Student Team Achievment Division) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif dengan tahapan pembelajaran yaitu penyajian

materi, kegiatan kelompok, test, perhitungan skor perkembangan individu,

pemberian penghargaan kelompok.

3. Energi Panas adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena suhunya.

Energi panas (atau hanya panas) adalah suatu bentuk energi yang ditransfer

diantara partikel dalam suatu zat (atau system) dengan menggunakan energi

kinetik pertikel tersebut.

4. Hasil belajar adalah pengetahuan keterampilan dan sikap siswa setelah

proses pembelajaran berlangsung. Bloom (Supratman, 1996:126)

E.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut; “Jika pembelajaran materi energi panas di Kelas IV Sekolah Dasr

dibelajarkan dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah

bentuk penelitian yang reflekstif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu

agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas

secara professional (Suyanto, 1997:4). Pendapat senada dikemukakan oleh

Carr dan Kemmis (Wardani dkk, 2003:1,4) penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi

diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil

belajar siswa menjadi meningkat. Dengan demikian melalui penelitian

tindakan kelas dilakukan refleksi pembelajaran dengan melakukan tindakan

untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini disusun atas dasar

kekurang puasan guru terhadap hasil pembelajaran siswa yang dilakukan

sebelumnya.

Dalam penelitian tindakan kelas, peneltian difokuskan pada situasi kelas,

dimana guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tindakan yang direcanakan,

dilaksanakan, dan kemudian dievaluasi untuk memperoleh umpan balik

mengenai apa yang selalu dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung,

(21)

pelaksanaanya guru terlibat penuh secara langsung, baik dalam proses

perencaan, tindakan observasi maupun refleksi pembelajaran.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan dan

memperbaiki praktek pembelajaran, perbaikan dalam pelayanan pembelajaran,

memperbaiki dan meningkatkan layanan professional guru dalam menangani

kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan tujuan tersebut, maka secara tidak

langsung melalui penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan

professionalisme guru terhadap proses pembelajaran.

Peneliti mengambil penelitian ini karena hasil penelitian langsung bisa

diterapkan untuk mengatasi masalah yang dirasakan dalam proses

pembelajaran. Selain itu prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas yang dapat

dilakukan di kelas sendiri tanpa harus mengganggu tugas pokok sebagai guru.

Selanjutnya prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas tersebut meliputi:

1. Tidak mengganggu komitmen belajar,

2. Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus, 3. Metode pemecahan masalah realibel, dan

4. Permasalahan berorientasi pada pemecahan masalah guru dalam tugas keseharian (Ridwan S.,2002)

Dalam penelitian ini fokusnya adalah pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Sejalan dengan permasalahan yang dihadapi peneliti yang

notabene sebagai guru kelas, maka untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan kajian teori pembelajaran, strategi

belajar mengajar, dan teori pembelajaran IPA serta sumber lain yang

(22)

B.Model Penelitian

Model penelitian kelas ini merujuk pada model penelitian tindakan kelas

Kemmis dan MC Taggart (Hermawan et al 2007:235) yang menguraikan

bahwa tindakan yang digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dari

aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Model penelitian

tindakan kelas yang dimaksud sebagari berikut:

Identifikasi Masalah

(23)

Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti

gambar di atas adalah penelitian yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus

dimulai dari rancana (planning), kemudian tindakan (acting), dilanjutkan

dengan observasi (observing), dari tindakan yang telah dilakukan dan yang

terakhir adalah refleksi (reflecting). Jika pada siklus pertama penelitian

tersebut kurang baik, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua dengan

memperbaiki pada tahap perencanaan yang pertama. Siklus tersebut akan

berhenti dengan penelitian yang dilakukan dirasa cukup.

C.Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri

Cibanteng Desa Saguling Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat.

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 32

orang. Dilihat dari segi intelektual siswa kelas IV ini normal, namun dengan

latar belakang keluarga yang berbeda maka dalam pembelajaran pun hasilnya

bervariatif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada mata

pelajaran IPA dengan pokok bahasan energi panas dengan menggunakan

penerapan Cooperative Learning tipe STAD.

D.Prosedur Penelitian

Penelitian PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Apabila dua siklus yang

(24)

perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun perencanaan yang dibuat dalam

setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Perancanaan Siklus I

Dalam perencanaan siklus I, peneliti menyusun rencana tindakan

pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPA untuk

mencapai tujuan penelitian. Rencana ini meliputi tahapan-tahapan sebagai

berikut:

a. Menetapkan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan digunakan

yaitu sumber-sumber energi panas.

b. Menetapkan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang

sudah ada, agar tidak menganggu proses belajar mengajar yang sudah

berlangsung. Penelitian dilakukan pada hari Kamis tanggal 25 April

2013.

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi

sumber-sumber energi panas dan benda-benda konduktor.

d. Merumuskan lembar pengamatan untuk guru dan siswa (terlampir).

e. Merumuskan dan membuat alat penelitian berupa LKS dan soal evaluasi

(preetes dan postes) untuk tes tertulis (terlampir).

f. Menyusun lembar catatan lapangan.

g. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan

observer, agar pelaksanaan penelitian terselenggara dengan baik.

(25)

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang

telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai

peneliti, tetapi dalam proses observasi guru dibantu oleh teman sejawat

dengan menggunakan beberapa alat instrument penelitian yaitu LKS, lembar

observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, serta hasil tes belajar.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai

berikut :

a. Tahapan awal SiklusI

(1) Guru mengkondisikan siswa untuk berdoa dan menyiapkan alat

belajar.

(2) Guru membagikan soal pretes kemudian siswa mengisinya.

(3) Guru melakukan apresepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa.

(4) Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran yaitu agar peserta

didik dapat menyebutkan sumber-sumber energi panas

b. Tahap Inti Siklus I

(1) Guru melakukan Tanya jawab tentang sumber-sumber energi panas

dan cara perpindahan panas.

(2) Guru membentuk siswa ke dalam enam kelompok masing-masing

terdiri 5-6 orang.

(3) Guru membimbing siswa untuk mengindentifikasi sumber-sumber

(26)

(4) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan mereka melalui

kegiatan observasi terhadap lingkungan sekitar sekolah, kemudian

mempresentasikan di depan kelas secara berkelompok.

(5) Berdasarkan pengamatan, peserta didik bersama guru membuat

kesimpulan tentang sumber-sumber energi panas.

(6) Guru memberikan koreksi terhadap jawaban dan pendapat siswa.

c. Tahap Akhir Siklus I

(1) Guru membantu siswa untuk merekleksi terhadap kegiatan belajar

siswa yang telah dilakukan.

(2) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil

proses pembelajaran.

(3) Guru memberikan soal evaluasi berupa soal postes.

(4) Guru memberikan perbaikan dan pengayaan kepada siswa yang

belaum mencapai kompetensi disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

(5) Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

d. Observasi

Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat selaku observer untuk

mengobservasi aktivitas guru dan siswa selam proses pembelajaran

berlangsung, selanjutnya bersama-sama mendiskusikan temuan-temuan

(27)

merencanakan kebali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam

mencapai penelitian yang diharapkan.

e. Refleksi

Refleksi tehadap pelaksanaan siklus I didasarkan pada hasil, baik

pengamatan selama kegaitan pembelajaran maupun perolehan nilai

siswa. Bersama-sama dengan observer peneliti menganalisis dan

merefleksikan pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran siklus I.

untuk keperluan analisis dilakukan kegiatan memeriksa dan mengkaji

hasil belajar siswa pada siklus I. hasil refleksi ini digunakan untuk

mengevaluasi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan. Adapun

kekurangan dan kelebihan selama pelaksanaan tindakan menjadi bahan

rekomendasi dan revisi pada perencanaan dan pelaksanaan tindakan

berikutnya.

1. Perencanaan Siklus II

Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan kelemahan-kelemahan yang

ditemukan pada siklus pertama. Penelitian ini mengkaji lebih lanjut

komponen pembelajaran yang telah disusun sesuai hasil evaluasi dari siklus

pertama, selanjutnya apabila hasil dari pelaksaaan pertama belum sesuai

dengan apa yang diharapkan dari tujuan penelitian ini, untuk itu dilakukan

tindakan siklus II, adapaun tahapan-tahapannya sama dengan siklus

(28)

Perencanaan membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil

refleksi pada siklus I. berdasarkan refleksi yang dilakukan siklus I, maka

dibuat perbaikan pembelajaran untuk siklus II dengan materi perpindahan

atau perambatan panas yaitu konveksi, konduksi dan radiasi.

Adapun tahapan perencaan siklus II yang dilakukan peneliti secara

konkrit adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan kompetensi dasar serta materi pokok perpindahan atau

perambatan panas.

b. Menetapkan jadwal penelitian yaitu pada hari Kamis tanggal 23 Mei

2013

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi

perpindahan atau perambatan panas melalui benda cair dan udara

(konveksi).

d. Merumuskan lembar pengamatan untuk guru dan siswa (terlampir).

e. Merumuskan dan membuat alat penelitian berupa LKS dan soal evaluasi

(preetes dan postes) untuk tes tertulis (terlampir).

f. Menyusun lembar catatan lapangan.

g. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan

observer, agar pelaksanaan penelitian terselenggara dengan baik.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan penjelasan dan

(29)

dilaksanakan, menunjukkan sikap ingin tahu dan bekerjsama secara

berkesinambungan, mempunyai rasa percara diri, jangan takut salah dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, dalam menjawa soal harus teliti

tidak boleh tergesa-gesa karena semua itu akan berdampak pada nilia akhir

pada pembelajaran.

Dijelaskan pula agar semua siswa saling menghargai perbedaan

pendapat, saling membantu dan selalu disiplin dalam belajar sehingga dapat

mengerjakan tugas tepat waktu. Guru juga memeriksa alat percobaan dan

mengatur tempat duduk siswa supaya semua siswa dapat mengamati

berlangsungnya percobaan, karena alat percobaannya terbatas.

3. Observasi

Pada tahap ini peneliti bersama observer melakukan pengamatan

terhadap aktivitas pembelajaran baik aktivitas guru maupun siswa. Hasil

pengamatan yang dilakukan oleh observer ditulis pada lembar ovservasi

yang telah disediakan

4. Refleksi

Tahapan ini merupakan tahapan pengkajian tindakan yang dilakukan

untuk menyempurnakan kekurangan pada sikus sebelumnya. Hasil

observasi, hasil evaluasi pembelajaran, dan aktivitas siswa selama peroses

pembelajaran berlangsung direfleksi sehingga dapat mengukur keberhasilan

siswa, mengetahuai kekurangan dan kelamahan yang ditemukan dalam

(30)

apakah proses pembelajarajan siklus II telah mencapai tujuan pembelajaran

sebagaimana telah dirumuskan pada tahapan sebelumnya.

Selain itu guru dapat merefleksi diri untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah

melaksanakan rencana pembelajaran yang telah terprogram. Untuk

memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan sesuai yang

diharapkan.

E.Instrument Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan data yang otentik dan

sistematis. Untuk mendapatkan data yang otentik dan sistematis tersebut

diperlukan alat pengumpul data yang tepat sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian. Instrument yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk merekam yang terjadi saat kegiatan

pembelajaran, melalui lembar observasi dapat tergambar tampilan siswa dan

guru secara langsung dalam keadaan sebenarnya. Lembar observasi juga

berguna untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran

berlangsung, sehingga kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki untuk

pertemuan berikutnya.

(31)

Lembar wawancara merupakan suatu kegiatan dialog atau percakapan yang

dilakukan peneliti dengan siswa dengan tujuan untuk mengumpulkan

informasi tentang pelaksanaan pembelajaran. Lembar wawancara berisi

beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa mengenai

ketertarikan, kesulitan, dan aktivitas selama pembelajaran berlangusng.

Dari hasil wawancara tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka

perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang terjadi, apa yang

didengar, dan apa yang dirasakan. Catatan lapangan digunakan untuk

mencatat data kualitatif yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, baik

yang bersifat negative maupun yang bersifat positif yang dilakukan siswa

dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir.

d. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siwa (LKS) yang dimaksudkan dalam penelitian kelas ini

adalah berupa panduan siswa untuk melaksanakan eksplorasi yang

dilakukan secara berkelompok. Kegiatan siswa dalam menyelesaikan LKS

dipantau oleh observer serta guru sebagai peneliti. Dari hasil LKS guru bisa

merefleksikan sejauh mana LKS dapat memudahkan siswa dalam

memahami konsep.

(32)

Lembar evaluasi merupakan instrument yang digunakan dan dilaksanakan

secara individu pada setiap akhir tindakan. Evaluasi dilaksanakan untuk

mengukur kemampuan setiap siswa dalam memahami konsep yang telah

dipelajari.

f. Dokumentasi

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang kegiatan atau aktivitas siswa

dalam pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Maka

diperlukan alat yang dapat diandalkan. Alat yang tepat untuk

mendokumentasikan kegiatan tersebut adalah kamera foto. Sebagai alat

yang cukup efektif dan efesian, kamera foto digunakan untuk memotret

situasi proses pembelajaran yang hasilnya dapat dilampirkan dalam

penelitian sebagai bukti pembelajaran dalam penelitian benar-benar

dilaksanakan.

F. Pengolahan dan Anaisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang berfungsi untuk merekam peristiwa

yang rerjadi selama pembelajaran berlangsung dengan sebenar-benarnya.

Menurut Soedarsono (1997:16). Observasi adalah mencatat data dengan

mengamati dampak proses belajar mengajar. Jadi selama tindakan

(33)

aspek yang meliputi proses pembelajaran, guru siswa, ataupun situasi kelas

pada saat kegiatn pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya

pertemuan langsung antara peneliti dengan sumber data (siswa).

Wawancara ini dilakukan dengan memberikan beberapa pretanyaan yang

telah ditentukan oleh peneliti. Siswa yang dipilih oleh peneltiti adalah siswa

yang dianggap bermasalah dan memiliki keunggulan. Hasil wawancara ini

digunakan sebagai data atau informasi yang dianalisis secara kualitatif.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah cataan peneliti yang muncul di luar dugaan selama

pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk

mengungkapkan hal-hal yang terjadi diluar lembar pengamatan / observasi

yang telah dibuat. Catatan yang diperoleh dapat dijadikan temuan yang

bermanfaat bagi peneliti untuk perbaikan terhadap tindakan selanjutnya.

d. Evaluasi

Evaluasi digunakan untuk memperoleh informasi atau data mengengai hasil

belajar yang dicapai secara individual setelah dilakukan kegiatan

pembelajaran. Data hasil tes yang diperoleh pada setiap siklus melalui alat

tes, kemudian diberi skor untuk setiap item. Soal uraian yang benar diberi

(34)

kemudian menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk melihat

sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Data hasil

observasi yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai bahan untuk

mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran. Setelah

data terkumpul kemudian peneliti melakukan pengolahan data, adapaun

teknik pengolahan data tersebut sebagai berikut:

Rumusan menghitung nilai siswa :

N =

X 100

Rumusan mengitung nilai rata-rata siswa :

X = ∑ Keterangan : X = Rata-rata

∑x = Jumlah keseluruhan nilai yang diperoleh N = Banyak data (Siswa)

Tabel 3.1

Kategori Nilai Rata-rata Siswa

Nilai Kategori

90 – 100 A (Sangat Baik)

75 – 89 B (Baik)

55 – 74 C (Cukup)

(35)

0 – 39 E (Kurang Sekali)

e. Lembar Kerja Siswa

Untuk mengetahui pemahman siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajran

secara berkelompok melalui penerapan Cooperative Lerning tipe STAD.

Rata-rata hasil lembar kerja siswa dapat dihitung dengan menggunakan

rumusan sebagai berikut:

X = ∑

Keterangan :

X = Nilai rata-rata

∑N = Total nilai yang diperoleh

n = Banyaknya item yang dinilai

2. Analisis data

a. Pensekoran

Kriteria penilaian pada postes siklus I dan siklus II adalah setiap soal

memiliki bobot skor sebesar 20 sehingga skor keseluruhan sebesar 100.

b. Pengujian Keberhasilan

Kriteria yang menjadi panduan untuk menguji keberhasilan

menggunakan Pedoman Kriteria Penguasaan dari Sabino (1987)

Tabel 3.2

Daftar Kategori Perolehan Prosentase KKM Siswa

Prosentase KKM Kategori

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diutarakan, kesimpulan yang

diambil adalah sebagai berikut:

1. Langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakana penerapan

Cooperative Learning tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, tahap ini ditempu dengan mempersiapkan terlibih

dahulu alat-alat pengamatan/percobaan yang akan digunakan pada saat

kegiatan kelompok, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan tanya

jawab (apresepsi) untuk mengetahui konsep awal siswa/pengetahuan

awal siswa terhadap materi pembelajaran.

b. Tahap penyajian materi, pada tahap ini guru membimbing dan

mengarahkan siswa pada pembelajaran yang talah dipersiapkan.

c. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini siswa secara berkelompok

mengerjakan LKS sesuai dengan perintah yang telah dibuat dengan

memperhatikan aturan-aturan yang telah disepakati.

d. Tahap tes hasil belajar, pada tahap ini guru melakukan penelitian sikap

ilmiah dan keterampilan sains dilakukan pada saat proses kerja

kelompok.

e. Tahap penghitungan skor, pada tahap ini dilakukan oleh guru pada saat

(38)

2. Aktivitas siswa selama pembelajaran terhadap konsep energi panas dengan

menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD mejadi lebih

bermakna. Dalam kegiatan kelompok semua anggota kelompok ikut terlibat

aktif dan bekerjasama dalam diskusi. Siswa mempunyai keberanian dalam

mengemukakan pendapat, keberanian untuk maju ke depan secara bergiliran

dan tumbuh rasa tenggung jawab terhadap kelompoknya.

3. Pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya melalui penerapan

Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pernyataan tersebut didasarkan atas adanya peningkatan keterampilan sains

siswa, sikap ilmiah siswa serta adanya peningkatan pemahaman siswa

terhadap pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya dalam

proses pembelajaran keterampilan sains siswa yang berkembang antara lain

dengan aspek keterampilan mengamati, mengklasifikasi,

mengkomunikasikan dan mengaplikasikan sikap ilmiah siswa juga

mengalami peningkatan selama dan setelah pembelajaran. Hal ini dapat

dilihat dari perolehan nilai rata-rata dari hasil pretes postes siswa dari tiap

siklusnya. Siklus I sebesar 71.8, siklus II 81.20. Hal ini menunjukkan

pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning

tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan

(39)

1. Guru hendaknya memperhatikan dan menentukan langkah-langkah kegiatan

yang sistematis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah tersebut harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan

diterapkan serta mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran agar

siswa lebih memahami konsep dan tidak bersifat verbalisme.

2. Dalam pembelajaran sains penerapan Cooperative Learning tipe STAD

dapat dijadikan salah satu alternative yang dapat diterapkan, guna

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran

konsep energi panas. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya

menggunakan media pembelajaran yang relevan yang dapat meningkatkan

aktivitas siswa.

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik, guru hendaknya

melakukan penilaian tindakan kelas sebagai salah satu upaya untuk

memperbaiki proses pembelajaran melalui kegiatan refleksi dengan

menggunakan penerapan Cooperative Learning. Dan dalam menerapkan

suatu model pembelajaran, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan

situasi lingkungan sekolah, sehingga hasil belajar siswa yang didapatkan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara

Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.

Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas

Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.

Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media

Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD

Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya

Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda

Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia : http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013]

Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo

Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.

Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur

Sudjana-Ibrahim N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo

(41)

Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Dirjen Dikti Depdikbud, IKIP Yogyakarta

Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI

Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013]

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara

Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud

Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara

Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.

Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas

Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.

Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media

Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD

Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya

Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda

Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia : http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013]

Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo

Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.

Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur

Sudjana-Ibrahim N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sutardi Didi, dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press

(43)

Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI

Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013]

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara

Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud

Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :

Gambar

gambar di atas adalah penelitian yang terdiri dari dua siklus.  Tiap siklus
Tabel 3.1 Kategori Nilai Rata-rata Siswa
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

1. Menjelaskan pengertian salat jamak 2. Menyebutkan macam-macam salat jamak 3. Mengidentifikasi syarat salat jamak 4. Menjelaskan tata cara salat jamak 5. Menjelaskan pengertian

// Berperahu mengelilingi waduk dan mendatangi rumah makan terapung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.// Mereka dengan mudah juga bisa mendapatkan ragam ikan segar

Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dan guru sangat setuju bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode Saintifik dapat membuat

YOGYAKARTA / MENARGETKAN PADA TAHUN 2010 / PEMKOT TELAH MEMILIKI PARAMETER PENGANGGURAN SEHINGGA ANGKA YANG DITEMUKAN DAPAT SESUAI DENGAN. KENYATAAN

meminda hkan loyang- loyang yang telah kosong ke stasiun pemoton gan meminda hkan loyang- loyang yang telah kosong ke stasiun pemoton gan dari meja kerja 6 Operator mengamb il roti

Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Sumatera Utara. Sriatun,O

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat normatif yaitu penelitian yang mencakup asas-asas hukum, sistematika hukum,