STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION
(STAD) DALAM
KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Cibanteng Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)
SEKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Besar Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
ELIN
0908171
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDKAN
PENERAPAN COOPRATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cibanteng Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat )
Oleh
ELIN NIM : 0908171
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© ELIN2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)
Oleh
ELIN
NIM : 0908171
Disetujui dan Disahkan oleh
Pembimbing I
Drs. Dede Somarya, M.Pd
NIP. 19580305 198403 1 002
Pembimbing II
Drs. Muslim, M.Pd
NIP. 19640606 199003 1 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Elin , 2013
Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
ELIN
NIM : 0908171
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Latar belakang dari penelitian ini adalah kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan perolehan nilai yang masih rendah. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Elin , 2013
Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep
model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
THE APPLICATION OFCOOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM KONSEP ENERGI
PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
ELIN
NIM : 0908171
ABSTRACT
Elin , 2013
Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divission (STAD) Dalam Konsep
DAFTAR ISI
C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ……….……. 8
D.Definisi Operasional ……… 9
E. Hipotesis Tindakan ……… 10
BAB II PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION (STAD) A.Penerapan Cooperative Learning …..……… 11
B. Teori Belajar Mendukung Penerapan Cooperative Learning…………. 19
C.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ………. 20
D.Pembelajaran Konsep Energi Panas ……….. 22
E. Energi Panas dan Sumber-sumberya ……….. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ……….. 31
B. Model Penelitian ……… 33
C.Subjek Penelitian ……….. 34
D.Prosedur Penelitian ……… 34
E. Instrument Penelitian ……… 41
F. Pengolahan Data dan Anasilis Data ……….. 43
B. Pembahasan Penelitian ………. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ………. 69
B. Saran ………. 70
DAFTAR PUSTAKA ……… 72
LAMPIRAN – LAMPIRAN ……… 74
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau disebut juga dengan sains merupakan
pelajaran yang sudah dikenalkan sejak SD. Banyak orang menganggap bahwa
IPA merupakan mata palajaran yang membosankan. Padahal, sebenarnya
pembelajaran IPA sangat menyenangkan apabila pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. meskipun demikan masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor salahasatunya adalah penggunaan metode dan media pembelajaran yang
disajikan secara tidak tepat.
Menutur Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaraanya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau lingkungan sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan. Menurut
Powler (Samatowa, 2006 : 2) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis tersusun secara teratur,
berlaku umum, berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Untuk
itu IPA berperan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam
kerja ilmiah seperti melakukan keterampilan observasi, mengklasifikasi,
menginterprestasi, memprediksi, membuat hipotesis, mengendalikan variable,
eksperimen, mengaplikasi serta mengkomunikasikan.
Dalam GBPP pendidikan dasar (Depdikbud, 1994) dijelaskan bahwa
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah : (1) Memahami
konsep IPA, (2) Memiliki keterampilan proses (3) Bersikap ilmiah (4) Mampu
menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam
semesta dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (5) Memupuk
rasa cinta terhadap alam semesta dan menyadari kebebasan Tuhan Yang Maha
Esa.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyapa, 2007:111),
tujuan pelajaran IPA di SD adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memcahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Pembelajaran IPA saat ini sesuai dengan tujuan IPA, lebih
menitikberatkan pada proses aktif siswa dalam belajar dari pada gurunya,
sehingga hasil belajar tidak bergantung pada apa yang diberikan oleh guru,
tetapi dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati oleh
siswa dalam mengolah dan mengkorelasikan informasi tersebut berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelunrnya.
Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator yang selalu
membimbing dan mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengacu
dapat melatih siswa untuk menyampaikan gagasan dan memberikan respon
yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan. Semakin dan terarah
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan maka semakin memberi peluang kepada
siswa untuk secara baik membangun pengetahuan baru.
Pembelajaran IPA juga harus sesuai dengan karakteristik perkembangan
kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget
(Mikarsa, 2007: 69) bahwa tahap perkembangan kognitif individu melewati
empat tahapan, yaitu;
1. Tahap Sensor Motor (+ 0 - 2 tahun) 2. Tahap Praoperasional ( + 2 - 7 tahun) 3. Tahap Operasional Konkrit ( ± 7 - 12 tahun) 4. Tahap Operasional Formal ( ± 12 - 15 tahun)
Setiap individu mengalami perkembangan melalui tahapan-tahapan
tersebut, namun kadang kecepatan perkembangan setiap individu itu selalu
berbeda tergantung pada proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif
setiap individu. Usia anak sekolah dasar umumnya berada pada tahap
operasional konkrit artinya siswa berfikir atas dasar pengalaman nyata
(konkrit).
Berdasarkan pengalaman peneliti di SDN Cibanteng Desa Saguling
Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat didapati bahwa pencapaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA belum maksimal. Hal ini terlihat
randahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan
ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa seperti : 1) sering mengobrol ketika
pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering
keluar masuk kelas. 2) rendahnya prestasi belajar siswa pada materi energi
panas, hal tersebut dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang mencapai
tingkat penguasaan materi hanya 11 orang dengan nilai 68 ke atas dari 32
orang siswa, hal ini menunjukkan siswa yang masih belum mencapai KKM
yang telah ditetapkan yaitu 70 masih rendah. Hal ini dikarenakan di kelas
penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat sederhana
sehingga siswa kurang termotivasi dengan materi pembelajaran yang berakibat
pada perolehan nilai yang masih rendah.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka untuk memudahkan
siswa dalam pembelajaran IPA diperlukan suatu pendekatan pembelajaran
yang ditunjang oleh media pengajaran yang bersifat konkrit. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA untuk konsep energi
panas adalah penerapan Cooperative Learning tipe STAD dimana anak dibagi
ke dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan oleh guru. Dengan pengembangan penerapan cooperative learning
diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik dan meningkatkan hasil
belajar.
Adapun yang melatar belakangi mengambil penerapan cooperative
learning dikarenakan adanya pembelajaran yang monoton, sehingga aktivitas
timbulnya sifat keegoisan dari diri siswa pada waktu belajar, sehingga peneliti
mencoba melakukan perubahan pada iklim pembelajaran dengan menggunakan
penerapan Cooperative Learning tipe STAD dalam konsep energi panas.
Penerapan Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara struktur dalam kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri
dari dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah (Karli dan
Yuliartiningsih; 2002).
Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini siswa merupakan bagian
dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Belajar cooperative juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan
semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan juga dari pihak lain yang
terlibat dalam pembelajaran yaitu teman sebaya (tutor sebaya). Jadi
keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik bila
dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil terstruktur dengan baik.
Belajar dengan cooperatvie bisa dilakukan dengan metode diskusi, dengan kata
lain penerapan Cooperative Learning bisa dilakukan dengan cara berdiskusi
baik dengan bimbingan guru maupun dengan tutor sebaya.
Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa guru dalam mengajar harus
kebersamaan siswa sehingga mampu mengkondisikan dan menyatukan
kegiatan belajar siswa dalam interaksi yang aktif, interaktif dalam suasana
kebersamaan bukan saja di dalam kelas tetapi juga di luar lingkungan kelas,
keharmonisan dalam pembelajaran dapat terwujud bila masing-masing mau
terbuka, mau mendenganr dan saling memahami kekurangan serta kelebihan
orang lain, menyadari bahwa hal-hal yang besar dimulai dari hal-hal yang
kecil, jadi guru dapat memulainya dari muali anak-anak duduk di sekolah dasar
melalui proses pembelajaran.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran konsep energi panas dengan
menggunakan penerapan Cooperative Leraning tipe STAD untuk
meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran konsep energi panas dengan
menggunakan Penerapan Cooperative Learning tipe STAD untuk
meningkatkan hasil belajar siswa?
3. Seberapa besarkah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
tentang konsep energi panas di SD dengan menggunakan penerapan
Cooperative Learning tipe STAD?
C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model
Cooperative Learning sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA di SD.
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk membedakan gambaran tentang perencanaan pembelajaran
dengan penerapan Cooperative Learning tipe STAD pada materi
energi panas.
2. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran aktivitas siswa dalam
pembelajaran energi panas dengan menggunakan penerapan
Cooperative Learning tipe STAD.
3. Untuk mengetahui gambaran mengenai peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran energi panas dengan menggunakan
penerapan Cooperative Learning tipe STAD.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peserta Didik;
1. Menumbuhkan sikap kerjasama dengan teman satu kelompok semakin
berkembang yang dapat menimbulkan pengaruh positif.
2. Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
3. Motivasi belajar siswa semakin meningkat.
b. Bagi Guru;
1. Dapat menambah wawasan pemahaman dalam pembelajaran dengan
menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD.
2. Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
3. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan, melaksanakan
pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar akan semakin
meningkat.
4. Mendapatkan pengalaman kepada guru dalam mencari solusi pada
permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
c. Bagi Peneliti;
1. Mengetahuai masalah dan cara penyelesiannya.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian.
3. Menembah pengalaman menulis karya ilmiah.
d. Bagi Lembaga Pendidikan
1. Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang
bermutu.
2. Diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang
professional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan istilah tertentu
dari judul penelitian.
1. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dimana suatu
kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan
sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama yang lainnya (Tim MK PBM, 2004:218).
2. STAD (Student Team Achievment Division) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif dengan tahapan pembelajaran yaitu penyajian
materi, kegiatan kelompok, test, perhitungan skor perkembangan individu,
pemberian penghargaan kelompok.
3. Energi Panas adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena suhunya.
Energi panas (atau hanya panas) adalah suatu bentuk energi yang ditransfer
diantara partikel dalam suatu zat (atau system) dengan menggunakan energi
kinetik pertikel tersebut.
4. Hasil belajar adalah pengetahuan keterampilan dan sikap siswa setelah
proses pembelajaran berlangsung. Bloom (Supratman, 1996:126)
E.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut; “Jika pembelajaran materi energi panas di Kelas IV Sekolah Dasr
dibelajarkan dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah
bentuk penelitian yang reflekstif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas
secara professional (Suyanto, 1997:4). Pendapat senada dikemukakan oleh
Carr dan Kemmis (Wardani dkk, 2003:1,4) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat. Dengan demikian melalui penelitian
tindakan kelas dilakukan refleksi pembelajaran dengan melakukan tindakan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini disusun atas dasar
kekurang puasan guru terhadap hasil pembelajaran siswa yang dilakukan
sebelumnya.
Dalam penelitian tindakan kelas, peneltian difokuskan pada situasi kelas,
dimana guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tindakan yang direcanakan,
dilaksanakan, dan kemudian dievaluasi untuk memperoleh umpan balik
mengenai apa yang selalu dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung,
pelaksanaanya guru terlibat penuh secara langsung, baik dalam proses
perencaan, tindakan observasi maupun refleksi pembelajaran.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan dan
memperbaiki praktek pembelajaran, perbaikan dalam pelayanan pembelajaran,
memperbaiki dan meningkatkan layanan professional guru dalam menangani
kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan tujuan tersebut, maka secara tidak
langsung melalui penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan
professionalisme guru terhadap proses pembelajaran.
Peneliti mengambil penelitian ini karena hasil penelitian langsung bisa
diterapkan untuk mengatasi masalah yang dirasakan dalam proses
pembelajaran. Selain itu prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas yang dapat
dilakukan di kelas sendiri tanpa harus mengganggu tugas pokok sebagai guru.
Selanjutnya prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas tersebut meliputi:
1. Tidak mengganggu komitmen belajar,
2. Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus, 3. Metode pemecahan masalah realibel, dan
4. Permasalahan berorientasi pada pemecahan masalah guru dalam tugas keseharian (Ridwan S.,2002)
Dalam penelitian ini fokusnya adalah pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Sejalan dengan permasalahan yang dihadapi peneliti yang
notabene sebagai guru kelas, maka untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan kajian teori pembelajaran, strategi
belajar mengajar, dan teori pembelajaran IPA serta sumber lain yang
B.Model Penelitian
Model penelitian kelas ini merujuk pada model penelitian tindakan kelas
Kemmis dan MC Taggart (Hermawan et al 2007:235) yang menguraikan
bahwa tindakan yang digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dari
aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Model penelitian
tindakan kelas yang dimaksud sebagari berikut:
Identifikasi Masalah
Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti
gambar di atas adalah penelitian yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus
dimulai dari rancana (planning), kemudian tindakan (acting), dilanjutkan
dengan observasi (observing), dari tindakan yang telah dilakukan dan yang
terakhir adalah refleksi (reflecting). Jika pada siklus pertama penelitian
tersebut kurang baik, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua dengan
memperbaiki pada tahap perencanaan yang pertama. Siklus tersebut akan
berhenti dengan penelitian yang dilakukan dirasa cukup.
C.Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
Cibanteng Desa Saguling Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 32
orang. Dilihat dari segi intelektual siswa kelas IV ini normal, namun dengan
latar belakang keluarga yang berbeda maka dalam pembelajaran pun hasilnya
bervariatif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada mata
pelajaran IPA dengan pokok bahasan energi panas dengan menggunakan
penerapan Cooperative Learning tipe STAD.
D.Prosedur Penelitian
Penelitian PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Apabila dua siklus yang
perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun perencanaan yang dibuat dalam
setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Perancanaan Siklus I
Dalam perencanaan siklus I, peneliti menyusun rencana tindakan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPA untuk
mencapai tujuan penelitian. Rencana ini meliputi tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Menetapkan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan digunakan
yaitu sumber-sumber energi panas.
b. Menetapkan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang
sudah ada, agar tidak menganggu proses belajar mengajar yang sudah
berlangsung. Penelitian dilakukan pada hari Kamis tanggal 25 April
2013.
c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi
sumber-sumber energi panas dan benda-benda konduktor.
d. Merumuskan lembar pengamatan untuk guru dan siswa (terlampir).
e. Merumuskan dan membuat alat penelitian berupa LKS dan soal evaluasi
(preetes dan postes) untuk tes tertulis (terlampir).
f. Menyusun lembar catatan lapangan.
g. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan
observer, agar pelaksanaan penelitian terselenggara dengan baik.
Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai
peneliti, tetapi dalam proses observasi guru dibantu oleh teman sejawat
dengan menggunakan beberapa alat instrument penelitian yaitu LKS, lembar
observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, serta hasil tes belajar.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut :
a. Tahapan awal SiklusI
(1) Guru mengkondisikan siswa untuk berdoa dan menyiapkan alat
belajar.
(2) Guru membagikan soal pretes kemudian siswa mengisinya.
(3) Guru melakukan apresepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa.
(4) Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran yaitu agar peserta
didik dapat menyebutkan sumber-sumber energi panas
b. Tahap Inti Siklus I
(1) Guru melakukan Tanya jawab tentang sumber-sumber energi panas
dan cara perpindahan panas.
(2) Guru membentuk siswa ke dalam enam kelompok masing-masing
terdiri 5-6 orang.
(3) Guru membimbing siswa untuk mengindentifikasi sumber-sumber
(4) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan mereka melalui
kegiatan observasi terhadap lingkungan sekitar sekolah, kemudian
mempresentasikan di depan kelas secara berkelompok.
(5) Berdasarkan pengamatan, peserta didik bersama guru membuat
kesimpulan tentang sumber-sumber energi panas.
(6) Guru memberikan koreksi terhadap jawaban dan pendapat siswa.
c. Tahap Akhir Siklus I
(1) Guru membantu siswa untuk merekleksi terhadap kegiatan belajar
siswa yang telah dilakukan.
(2) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil
proses pembelajaran.
(3) Guru memberikan soal evaluasi berupa soal postes.
(4) Guru memberikan perbaikan dan pengayaan kepada siswa yang
belaum mencapai kompetensi disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
(5) Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
d. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat selaku observer untuk
mengobservasi aktivitas guru dan siswa selam proses pembelajaran
berlangsung, selanjutnya bersama-sama mendiskusikan temuan-temuan
merencanakan kebali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam
mencapai penelitian yang diharapkan.
e. Refleksi
Refleksi tehadap pelaksanaan siklus I didasarkan pada hasil, baik
pengamatan selama kegaitan pembelajaran maupun perolehan nilai
siswa. Bersama-sama dengan observer peneliti menganalisis dan
merefleksikan pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran siklus I.
untuk keperluan analisis dilakukan kegiatan memeriksa dan mengkaji
hasil belajar siswa pada siklus I. hasil refleksi ini digunakan untuk
mengevaluasi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan. Adapun
kekurangan dan kelebihan selama pelaksanaan tindakan menjadi bahan
rekomendasi dan revisi pada perencanaan dan pelaksanaan tindakan
berikutnya.
1. Perencanaan Siklus II
Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan kelemahan-kelemahan yang
ditemukan pada siklus pertama. Penelitian ini mengkaji lebih lanjut
komponen pembelajaran yang telah disusun sesuai hasil evaluasi dari siklus
pertama, selanjutnya apabila hasil dari pelaksaaan pertama belum sesuai
dengan apa yang diharapkan dari tujuan penelitian ini, untuk itu dilakukan
tindakan siklus II, adapaun tahapan-tahapannya sama dengan siklus
Perencanaan membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I. berdasarkan refleksi yang dilakukan siklus I, maka
dibuat perbaikan pembelajaran untuk siklus II dengan materi perpindahan
atau perambatan panas yaitu konveksi, konduksi dan radiasi.
Adapun tahapan perencaan siklus II yang dilakukan peneliti secara
konkrit adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan kompetensi dasar serta materi pokok perpindahan atau
perambatan panas.
b. Menetapkan jadwal penelitian yaitu pada hari Kamis tanggal 23 Mei
2013
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
perpindahan atau perambatan panas melalui benda cair dan udara
(konveksi).
d. Merumuskan lembar pengamatan untuk guru dan siswa (terlampir).
e. Merumuskan dan membuat alat penelitian berupa LKS dan soal evaluasi
(preetes dan postes) untuk tes tertulis (terlampir).
f. Menyusun lembar catatan lapangan.
g. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan dengan
observer, agar pelaksanaan penelitian terselenggara dengan baik.
2. Pelaksanaan Tindakan
Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan penjelasan dan
dilaksanakan, menunjukkan sikap ingin tahu dan bekerjsama secara
berkesinambungan, mempunyai rasa percara diri, jangan takut salah dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, dalam menjawa soal harus teliti
tidak boleh tergesa-gesa karena semua itu akan berdampak pada nilia akhir
pada pembelajaran.
Dijelaskan pula agar semua siswa saling menghargai perbedaan
pendapat, saling membantu dan selalu disiplin dalam belajar sehingga dapat
mengerjakan tugas tepat waktu. Guru juga memeriksa alat percobaan dan
mengatur tempat duduk siswa supaya semua siswa dapat mengamati
berlangsungnya percobaan, karena alat percobaannya terbatas.
3. Observasi
Pada tahap ini peneliti bersama observer melakukan pengamatan
terhadap aktivitas pembelajaran baik aktivitas guru maupun siswa. Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer ditulis pada lembar ovservasi
yang telah disediakan
4. Refleksi
Tahapan ini merupakan tahapan pengkajian tindakan yang dilakukan
untuk menyempurnakan kekurangan pada sikus sebelumnya. Hasil
observasi, hasil evaluasi pembelajaran, dan aktivitas siswa selama peroses
pembelajaran berlangsung direfleksi sehingga dapat mengukur keberhasilan
siswa, mengetahuai kekurangan dan kelamahan yang ditemukan dalam
apakah proses pembelajarajan siklus II telah mencapai tujuan pembelajaran
sebagaimana telah dirumuskan pada tahapan sebelumnya.
Selain itu guru dapat merefleksi diri untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah
melaksanakan rencana pembelajaran yang telah terprogram. Untuk
memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan sesuai yang
diharapkan.
E.Instrument Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan data yang otentik dan
sistematis. Untuk mendapatkan data yang otentik dan sistematis tersebut
diperlukan alat pengumpul data yang tepat sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian. Instrument yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk merekam yang terjadi saat kegiatan
pembelajaran, melalui lembar observasi dapat tergambar tampilan siswa dan
guru secara langsung dalam keadaan sebenarnya. Lembar observasi juga
berguna untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran
berlangsung, sehingga kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki untuk
pertemuan berikutnya.
Lembar wawancara merupakan suatu kegiatan dialog atau percakapan yang
dilakukan peneliti dengan siswa dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang pelaksanaan pembelajaran. Lembar wawancara berisi
beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa mengenai
ketertarikan, kesulitan, dan aktivitas selama pembelajaran berlangusng.
Dari hasil wawancara tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka
perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang terjadi, apa yang
didengar, dan apa yang dirasakan. Catatan lapangan digunakan untuk
mencatat data kualitatif yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, baik
yang bersifat negative maupun yang bersifat positif yang dilakukan siswa
dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir.
d. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siwa (LKS) yang dimaksudkan dalam penelitian kelas ini
adalah berupa panduan siswa untuk melaksanakan eksplorasi yang
dilakukan secara berkelompok. Kegiatan siswa dalam menyelesaikan LKS
dipantau oleh observer serta guru sebagai peneliti. Dari hasil LKS guru bisa
merefleksikan sejauh mana LKS dapat memudahkan siswa dalam
memahami konsep.
Lembar evaluasi merupakan instrument yang digunakan dan dilaksanakan
secara individu pada setiap akhir tindakan. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengukur kemampuan setiap siswa dalam memahami konsep yang telah
dipelajari.
f. Dokumentasi
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang kegiatan atau aktivitas siswa
dalam pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Maka
diperlukan alat yang dapat diandalkan. Alat yang tepat untuk
mendokumentasikan kegiatan tersebut adalah kamera foto. Sebagai alat
yang cukup efektif dan efesian, kamera foto digunakan untuk memotret
situasi proses pembelajaran yang hasilnya dapat dilampirkan dalam
penelitian sebagai bukti pembelajaran dalam penelitian benar-benar
dilaksanakan.
F. Pengolahan dan Anaisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang berfungsi untuk merekam peristiwa
yang rerjadi selama pembelajaran berlangsung dengan sebenar-benarnya.
Menurut Soedarsono (1997:16). Observasi adalah mencatat data dengan
mengamati dampak proses belajar mengajar. Jadi selama tindakan
aspek yang meliputi proses pembelajaran, guru siswa, ataupun situasi kelas
pada saat kegiatn pembelajaran berlangsung.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya
pertemuan langsung antara peneliti dengan sumber data (siswa).
Wawancara ini dilakukan dengan memberikan beberapa pretanyaan yang
telah ditentukan oleh peneliti. Siswa yang dipilih oleh peneltiti adalah siswa
yang dianggap bermasalah dan memiliki keunggulan. Hasil wawancara ini
digunakan sebagai data atau informasi yang dianalisis secara kualitatif.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah cataan peneliti yang muncul di luar dugaan selama
pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk
mengungkapkan hal-hal yang terjadi diluar lembar pengamatan / observasi
yang telah dibuat. Catatan yang diperoleh dapat dijadikan temuan yang
bermanfaat bagi peneliti untuk perbaikan terhadap tindakan selanjutnya.
d. Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk memperoleh informasi atau data mengengai hasil
belajar yang dicapai secara individual setelah dilakukan kegiatan
pembelajaran. Data hasil tes yang diperoleh pada setiap siklus melalui alat
tes, kemudian diberi skor untuk setiap item. Soal uraian yang benar diberi
kemudian menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk melihat
sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Data hasil
observasi yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai bahan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran. Setelah
data terkumpul kemudian peneliti melakukan pengolahan data, adapaun
teknik pengolahan data tersebut sebagai berikut:
Rumusan menghitung nilai siswa :
N =
X 100
Rumusan mengitung nilai rata-rata siswa :
X = ∑ Keterangan : X = Rata-rata
∑x = Jumlah keseluruhan nilai yang diperoleh N = Banyak data (Siswa)
Tabel 3.1
Kategori Nilai Rata-rata Siswa
Nilai Kategori
90 – 100 A (Sangat Baik)
75 – 89 B (Baik)
55 – 74 C (Cukup)
0 – 39 E (Kurang Sekali)
e. Lembar Kerja Siswa
Untuk mengetahui pemahman siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajran
secara berkelompok melalui penerapan Cooperative Lerning tipe STAD.
Rata-rata hasil lembar kerja siswa dapat dihitung dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut:
X = ∑
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
∑N = Total nilai yang diperoleh
n = Banyaknya item yang dinilai
2. Analisis data
a. Pensekoran
Kriteria penilaian pada postes siklus I dan siklus II adalah setiap soal
memiliki bobot skor sebesar 20 sehingga skor keseluruhan sebesar 100.
b. Pengujian Keberhasilan
Kriteria yang menjadi panduan untuk menguji keberhasilan
menggunakan Pedoman Kriteria Penguasaan dari Sabino (1987)
Tabel 3.2
Daftar Kategori Perolehan Prosentase KKM Siswa
Prosentase KKM Kategori
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diutarakan, kesimpulan yang
diambil adalah sebagai berikut:
1. Langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakana penerapan
Cooperative Learning tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, tahap ini ditempu dengan mempersiapkan terlibih
dahulu alat-alat pengamatan/percobaan yang akan digunakan pada saat
kegiatan kelompok, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan tanya
jawab (apresepsi) untuk mengetahui konsep awal siswa/pengetahuan
awal siswa terhadap materi pembelajaran.
b. Tahap penyajian materi, pada tahap ini guru membimbing dan
mengarahkan siswa pada pembelajaran yang talah dipersiapkan.
c. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini siswa secara berkelompok
mengerjakan LKS sesuai dengan perintah yang telah dibuat dengan
memperhatikan aturan-aturan yang telah disepakati.
d. Tahap tes hasil belajar, pada tahap ini guru melakukan penelitian sikap
ilmiah dan keterampilan sains dilakukan pada saat proses kerja
kelompok.
e. Tahap penghitungan skor, pada tahap ini dilakukan oleh guru pada saat
2. Aktivitas siswa selama pembelajaran terhadap konsep energi panas dengan
menggunakan penerapan Cooperative Learning tipe STAD mejadi lebih
bermakna. Dalam kegiatan kelompok semua anggota kelompok ikut terlibat
aktif dan bekerjasama dalam diskusi. Siswa mempunyai keberanian dalam
mengemukakan pendapat, keberanian untuk maju ke depan secara bergiliran
dan tumbuh rasa tenggung jawab terhadap kelompoknya.
3. Pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya melalui penerapan
Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pernyataan tersebut didasarkan atas adanya peningkatan keterampilan sains
siswa, sikap ilmiah siswa serta adanya peningkatan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran konsep energi panas dan perpindahannya dalam
proses pembelajaran keterampilan sains siswa yang berkembang antara lain
dengan aspek keterampilan mengamati, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan dan mengaplikasikan sikap ilmiah siswa juga
mengalami peningkatan selama dan setelah pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari perolehan nilai rata-rata dari hasil pretes postes siswa dari tiap
siklusnya. Siklus I sebesar 71.8, siklus II 81.20. Hal ini menunjukkan
pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan Cooperative Learning
tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B.Saran
Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan
1. Guru hendaknya memperhatikan dan menentukan langkah-langkah kegiatan
yang sistematis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah tersebut harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan
diterapkan serta mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran agar
siswa lebih memahami konsep dan tidak bersifat verbalisme.
2. Dalam pembelajaran sains penerapan Cooperative Learning tipe STAD
dapat dijadikan salah satu alternative yang dapat diterapkan, guna
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran
konsep energi panas. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya
menggunakan media pembelajaran yang relevan yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik, guru hendaknya
melakukan penilaian tindakan kelas sebagai salah satu upaya untuk
memperbaiki proses pembelajaran melalui kegiatan refleksi dengan
menggunakan penerapan Cooperative Learning. Dan dalam menerapkan
suatu model pembelajaran, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan
situasi lingkungan sekolah, sehingga hasil belajar siswa yang didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara
Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.
Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas
Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.
Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media
Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD
Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya
Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda
Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia : http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013]
Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo
Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti
Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.
Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur
Sudjana-Ibrahim N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo
Suyanto. (1996/1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Dirjen Dikti Depdikbud, IKIP Yogyakarta
Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar.
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI
Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013]
Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara
Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud
Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, dkk, (2004). Sains untuk Kelas 4 SD, Jakarta : Intimedia Ciptanusantara
Anita Lei. (2002). Cooperative Learning, mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Dahar R.W. (1996) Teori-teori Balajar, Jakarta, Erlangga.
Darmodjo H. dan Kaligis J. (1993). Pendidikan IPA 2, Jakarta : Depdiknas
Departeman Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum KTSP Kelas IV SD, Jakarta : Depdiknas.
Hilda Karli, Margaretha (2002), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran, Bandung: Biona Media
Kasbolah K. (1991). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD
Meloeng L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya
Mikarsa, H.L.dkk (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mulyasa E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rasda
Muhfida, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif (online). Tersedia : http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. [25 Pebruari 2013]
Rahmat – Suherli (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo
Samatowa, U (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti
Sunarto-Rahmat, (2007). Sains Sahabatku, Bandung: Ganeca Exact.
Silaban Permin. (2003). Undang-undang SisDikNas. Jakarta : Kloang Klede Putra Timur
Sudjana-Ibrahim N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo
Sutardi Didi, dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press
Trisila Cucu K. (2006). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Konsep Energi Alternatif di Kelas IV Sekolah Dasar.
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Perpustakaan UPI
Wahab-Gan S.L. (2002). Gan Siowek Lee’s Home Page for Education. (online). Tersedia : http://pppl.upm.edu.my/~gansl/cl.html. [22 Pebruari 2013]
Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD kelas IV. Jakarta : Pratama Mitra Aksara
Wardhani, dkk. (2008). Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Winataputra, U.S dan Rosita, T. (1997). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Univertisat Terbuka, Depdikbud
Yusti-Arini, (2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. (online). Tersedia :