• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI MANAGER PROYEK

TERHADAP KINERJA PROYEK KONTRUKSI GEDUNG

DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR

TUGAS AKHIR

Oleh :

I Made Ardhiyana

1104105083

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ABSTRAK

Pembangunan proyek kontruksi di Bali sampai saat ini semakin meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, industri, dan pariwisata yang sangat maju,

khususnya di wilayah Denpasar dan Badung.Keberhasilan penyelenggaraan proyek

kontruksi dapat dilihat dari segi pencapaian biaya, mutu, dan waktu yang telah sesuai

dengan perencanaan.Namun, belum diketahui pengaruh komptensi manajer proyek

terhadap kinerja proyek kontruksi.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :1)

Bagaimanakah pengaruh kompetensi manager proyek terhadap keberhasilan

pelaksanaan proyek kontruksi ?. Bagaimana besarnya pengaruh kompetensi manajer

proyek terhadap kinerja proyek kontruksi ?

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1) Analisa Korelasi

Rank ; analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau

pengaruh antara dua variabel. 2) Analisa Determinasi ; analisis ini digunakan untuk

mengetahui variasi hubungan atau pengaruh antara dua variabel berdasarkan

persentase atau besarnya pengaruh antara variabel kompetensi manajer proyek dan

kinerja manajer proyek. 3) Analisa t-Test ; analisis ini bertujuan untuk membuktikan

dari korelasi yang diperoleh memang benar dan signifikan.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 22 didapat hasil

sebagai berikut: 1) Kompetensi manajer proyek berpengaruh terhadap kinerja proyek

kontruksi. Hal ini membuktikan bahwa kompetensi manajer proyek pada faktor

pendidikan memang benar berpengaruh terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor

biaya,mutu,waktu. 2) Besarnya pengaruh kompetensi manajer proyek terhadap

kinerja proyek kontruksi dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi adalah sebagai

berikut: faktor pendidikan terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor

biaya,mutu,waktu adalah sebesar 91,77 %, faktor pendidikan terhadap kinerja proyek

kontruksi pada faktor lingkungan adalah sebesar 79,03 %, faktor keterampilan

terhadap kinerja proyek kontruksi dari faktor biaya,mutu,waktu adalahsebesar 50,126

%, faktor keterampilan terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor keselamatan

kesehatan kerja adalah sebesar 37,577 %, faktor keterampilan proyek terhadap kinerja

proyek kontruksi pada faktor lingkungan adalah sebesar 16,322 %, faktor

prilaku/sikap proyek terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor biaya,mutu,waktu

adalah sebesar 77,616 %, faktor prilaku/sikap proyek terhadap kinerja proyek

kontruksi pada faktor keselamatan kesehatan kerja adalah sebesar 77,616 %, faktor

pendidikan proyek terhadap kinerja proyek kontruksi pada faktor lingkungan adalah

sebesar 66,096 %. Dengan demikian faktor pendidikan manajer proyek berkolerasi

tinggi bersifat positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja proyek

kontruksi.

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Kinerja Proyek Kontruksi”

sesuaidenganwaktu yang ditetapkan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada bapak Ir.

Nyoman Martha Jaya, M.Const.Mgt., Ph.D, GCinstCES., sebagai dosen pembimbing

I dan bapak Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Tidak lupa

juga kepada Orang Tua beserta teman-teman Teknik Sipil yang telah memberikan

dorongan dan motivasinya dankepada pihak proyek PT. Tunas Jaya Sanur, PT.

WASKITA KARYA, PT. Mataram Maju, PT. PP Persero,dan PT. Jaya Kusuma

Sarana yang telah memberikan data-data yang diperlukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Saran dan koreksi sangat

penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Denpasar,...April 2016

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... 2

UCAPAN TERIMA KASIH ... 3

DAFTAR ISI ... 4

HALAMAN JUDUL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 8

DAFTAR TABEL ... 9

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...

Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ...

Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat ...

Error! Bookmark not defined.

1.5 Batasan Masalah ...

Error! Bookmark not defined.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

(5)

2.6.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek

Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

2.7 Lingkungan Kerja ...

Error! Bookmark not defined.

2.7.1 Pengertian Lingkungan Kerja Proyek Kontruksi

Error! Bookmark not

defined.

2.7.2 Arti Penting Lingkungan Kerja ...

Error! Bookmark not defined.

2.7.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Pada Proyek Kontruksi ...

Error!

Bookmark not defined.

(6)

3.4.1 Langkah dan Teknik Pengumpulan Data

Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Sumber Data ...

Error! Bookmark not defined.

3.5 Validasi/Rehabilitas ...

Error! Bookmark not defined.

3.6 Metode Survai ...

Error! Bookmark not defined.

3.7 Pembuatan Kuesioner ...

Error! Bookmark not defined.

3.8 Tabulasi dan Pengolahan Data ...

Error! Bookmark not defined.

3.9 Analisa Data ...

Error! Bookmark not defined.

3.9.1 Metode Statistik ...

Error! Bookmark not defined.

3.9.2 Hipotesa ...

Error! Bookmark not defined.

3.9.3 Tingkat Signifikan ...

Error! Bookmark not defined.

3.10 Karakteristik Responden ...

Error! Bookmark not defined.

3.11 Kerangka Penelitian ...

Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

(7)

5.1

Kesimpulan ...

Error! Bookmark not defined.

5.2

Saran ...

Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...

Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ...

Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN A DATA SEKUNDER ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran A.1 Kuesioner (Pertanyaan) ...

Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN B HASIL PENGOLAHAN DATA ..

Error! Bookmark not defined.

Lampiran B.1 Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Kompetensi

Manajer Proyek ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran

B.2Jawaban

Responden

Terhadap

Kuesioner

Kinerja

Pelaksanaan Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran B.3 Output SPSS versi 22 ...

Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN C ANALISA DATA ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran C.1: Pembobotan Jawaban Responden Terhadap Kuesioner

Kompetensi Manajer Proyek...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran C.2 : Pembobotan Jawaban Responden Terhadap Kuesioner

Kinerja Proyek Kontruksi ...

Error! Bookmark not defined.

Lampiran C.3 Tabel Uji Signifikan Koefisien Korelasi

Error! Bookmark not

defined.

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t

..

Error!

Bookmark not defined.

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

pendidikan dengan faktor biaya, mutu, waktu

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

pendidikan dengan faktor keselamatan kesehatan kerja

.

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

pendidikan dengan faktor lingkungan

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

keterampilan dengan faktor biaya, mutu, waktu.

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.5 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

keterampilan dengan faktor keselamatan kesehatan kerja.Error!

Bookmark

not

defined.

Gambar 4.6 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

keterampilan dengan faktor lingkungan.

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.7 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

prilaku sikap dengan fakto biaya, mutu, waktu.

...

Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.8 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan uji t faktor

prilaku/sikap dengan faktor keselamatan kesehatan kerja.Error!

Bookmark

not

defined.

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1

Faktor/Variabel

Kinerja

Pelaksanaan

Proyek

Kontruksi

……….……….Error! Bookmark not defined.

Tabel

2.2

Faktor

Kompetensi

Manager

Proyek

Kontruksi……….……….Error! Bookmark not defined.

Tabel

2.3

Batas-batas

klasifikasi

kuesioner……….…………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.1

Gambaran

Umum

Proyek……….……...Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2

Skor

Nilai

Kuesioner

Kompetensi

Manajer

Proyek………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2.a

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Pendidikan……….……….Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2.b

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Keterampilan……….………….Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.2.c

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Prilaku/Sikap……….…….Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.3

Skor

Nilai

Kuesioner

Terhadap

Kinerja

Proyek

Kontruksi…….…………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.3.a

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Biaya,Mutu,

dan

Waktu………….….……Error! Bookmark not defined.

(10)

Tabel

4.3.c

Skor

Nilai

Kuesioner

Faktor

Lingkungan………Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Analisa Korelasi kompetensi manager proyek terhadap kinerja proyek

kontruksi………..Er

ror! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.a

Korelasi

faktor

pendidikan

dengan

faktor

biaya,mutu,waktu……..…….Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4.b Korelasi faktor pendidikan dengan faktor keselamatan dan kesehatan

kerja……….Er

ror! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.c

Korelasi

faktor

pendidikan

dengan

faktor

lingkungan………….………Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.d

Korelasi

faktor

keterampilan

dengan

faktor

biaya,mutu,waktu….……..Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4.e Korelasi faktor keterampilan dengan faktor keselamatan dan kesehat

kerja……….Er

ror! Bookmark not defined.

Tabele

4.4.f

Korelasi

faktor

keterampilan

dengan

faktor

lingkungan………….……Error! Bookmark not defined.

Tabel

4.4.g

Korelasi

faktor

lingkungan

dengan

faktor

biaya,mutu,waktu……….….Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4.h Korelasi faktor lingkungan dengan faktor keselamatan dan kesehatan

kerja……….Er

ror! Bookmark not defined.

(11)
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan proyek kontruksi bangunan gedung di Bali sampai saat ini

semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, industri, dan pariwisata

yang sangat maju, khususnya di wilayah Denpasar dan Badung.Namun dari sekian

banyak proyek yang dihasilkan oleh perusahaan jasa kontruksi tersebut tidak

semuanya dapat dikatakan berkualitas, karena masih banyak proyek yang dihasilkan

belum dapat memuaskan para konsumen.Apalagi ditambah semakin banyak

persaingan antar perusahaan kontruksi semakin ketat, terutama dalam menghadapi

perdagangan bebas saat ini.Selain persaingan dengan perusahaan lokal dan nasional,

juga ditambah dengan perusahaan dari luar negeri.Hanya perusahaan yang mampu

menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas yang dapat bersaing dalam pasar

kontruksi saat ini.

Keberhasilan penyelenggaraan proyek kontruksi dapat dilihat dari segi

pencapaian

biaya,

mutu,

dan

waktu

yang

telah

sesuai

dengan

perencanaan.Keberhasilan biaya proyek dicapai apabila biaya yang dikeluarkan telah

sesuai dengan atau lebih kecil dari rencana anggaran biaya (RAB).Ketidaktepatan

pencapaian biaya dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah akibat

penambahan pekerjaan di luar perencanaan, penambahan jam kerja akibat

keterlambatan penyelesaian pekerjaan, kurangnya pengendalian dan pengontrol

terhadap material dan peralatan yang digunakan, dan masalah non teknis lainya.

(13)

2

kerja

(Time Schedulle).Masalah-masalah

yang

berpengaruh dalam waktu

penyelenggaran proyek lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan,

seperti keterlambatan pengadaan peralatan material, keterlambatnya jadwal

perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya kontruksi,

kelayakan

jadwal

kontruksi,

dampak

lingkungan,

kebijakan

di

bidang

ketenagakerjaan dan sebagainya.Untuk menganalisis terjadinya penyimpangan

dilakukan dengan membandingkan kurun waktu yang digunakan dengan waktu yang

direncanakan.

Setiap proses pelaksanaan proyek kontruksi memerlukan pengendalian mutu

dan pekerjaan secara menyeluruh. Keberhasilan proyek dari segi mutu dapat dilihat

melalui kegiatan-kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian

laboratorium. Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu yaitu dengan dengan

melakukan penentuan langkah demi langkah terhadap proses pelaksanaan suatu

pekerjaan yang mencakup penilaian terhadap metode kerja, keterampilan kerja,

pengadaan material, peralatan, tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja demi

mencapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan tujuan fungsional proyek kontruksi.

(14)

3

keterampilan antara lain : pengalaman, menyelesaikan masalah,dan bekerja sama.

Faktor prilaku atau sikap adalah motivasi,komunikasi, dan bertanggung jawab.

Objek studi yang diambil dalam penelitian ini adalah proyek kontruksi bangunan

gedung di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung karena pembangunan di

dua wilayah ini lebih pesat di bandingkan daerah lain.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

1.

Bagaimanakah pengaruh kompetensi manager proyek terhadap kinerja

pelaksanaan proyek kontruksi ?

2.

Bagaimana besarnya pengaruh kompetensi manajer proyek terhadap

kinerja proyek kontruksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.

Untuk mengetahui pengaruh kompetensi manager proyek terhadap kinerja

suatu proyek kontruksi.

2.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi manajer proyek terhadap

kinerja proyek kontruksi.

1.4 Manfaat

1.

Dengan mengetahui pengaruh dari kompetensi tersebut akan dapat

dipergunakan untuk mengetahui kompetensi apa saja yang dibutuhkan

seorang manajer proyek untuk menghasilkan proyek yang berkualitas.

2.

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kompetensi dari

seorang manajer proyek

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(15)

4

2.

Kinerja proyek yang ditinjau adalah dari segi biaya, mutu, waktu

pelaksanaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan.

3.

Manager proyek yang dijadikan partisipasi penelitian adalah tim manager

proyek pelaksanaan suatu proyek kontruksi di lapangan.

4.

Proyek yang ditinjau adalah proyek kontrusi gedung yang memiliki nilai

proyek menengah dan besar yang berada di wilayah Denpasar dan

Badung.

(16)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Kontruksi

2.1.1 Pengertian Proyek Kontruksi

Proyek kontruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam

bentuk bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang

termasuk didalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, dan juga tidak jarang

melibatkan disiplin lain seperti; teknik industri, teknik mesin, teknik elektro dan

sebagainya. Adapun bentuk bangunan tersebut dapa berupa perumahan, gedung

bertingkat, bangunan berat (misalnya : bendungan, terowongan, bandara,

pelabuhan dan sebagainya), bangun industri, dan bangunan pendukung yang

banyak digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak.

Pekerjaan kontruksi memberikan tantangan yang bersifat khusus karena

hampir setiap kontruksi bangunan, apapun macamnya, selalu direncanakan atau

dilaksanakan dengan menggunakan sistem rekayasa tertentu khusus

diperuntukkan bagi bangunan tersebut. Dalam struktur suatu bangunan yang sama

atau ,merupakan duplikasi dari bangunan lainnya hampir tidak pernah ditemui

strukturnya yang sama. Walaupun struktur bangunan kelihatan cenderung sama

bahkan letaknya bedampingan, tuntutan persyaratan dilapangan dan faktor-faktor

teknis lainnya akan mengharuskan untuk dilakukan perubahan serta

penyesuaiannya.

Proyek kontruksi memiliki ciri-ciri pokok proyek yaitu :

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan

3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah

ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

4. Rangkaian kegiatan hanya sekali, tidak berulang-ulang, sehingga

menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).

Yang termasuk proyek kontruksi bangunan gedung adalah rumah, kantor,

(17)

6

1. Proyek kontruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal

2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi

pondasi pada umumnya sudah diketahui.

3. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progessing pekerjaan

2.2 Tim Proyek

Tim proyek adalah semua pihak atau peserta yang berkepentingan dan

terlibat dalam penyelenggaraan dan hasil proyek. Pihak-pihak ini mempunyai

peranan dan kepentingan tertentu atas kinerja proyek dan dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Pihak I : Pemilik proyek, penyandang dana dan pemakai produk

2. Pihak II : Organisasi atau perusahaan yang membangun proyek

3. Pihak III : Subkontraktor, supplier, konsultan, dan lain-lain

Masing-masing organisasi dan pihak diatas mempunyai tim tersendiri yang sesuai

dengan peranan dan kepentingan dalam proyek yang bersangkutan seperti biaya,

mutu, dan waktu. (Soeharto, 1995)

2.3 Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu,

sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi

untuk memperoleh aktiva.

Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990) yaitu

penggolongan biaya menurut:

a. Obyek Pengeluaran

Dalam penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan

bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar

disebut "biaya bahan bakar".

(18)

7 Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok: biaya produksi, biaya

pemasaran, dan biaya adaministrasi dan umum

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan:

1. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab

satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi

langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung.

2. Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan

oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak langsung dalam hubungannya

dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tak langsung

atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Contohnya biaya

yang terjadi di Pembangkit Tenaga Listrik (biaya ini dinikmati oleh

departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk

penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan equipment

yang pemakai listrik).

d. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat

digolongkan menjadi :

1.Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya

adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2.Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap

dan unsur biaya variabel.

3.Biaya semitetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada

volume produksi tertentu.

4.Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran

(19)

8

e. Jangka waktu manfaatnya

Dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran

pendapatan.

1. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu

tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadi dibebankan sebagai

harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang

menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi. diamortisasi atau

dideplesi.

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang

hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya

pengeluaran tersebut.

2.4 Mutu

Setiap proses pelaksanaan kontruksi memerlukan pengendalian mutu dan

pekerjaan secara menyeluruh. Penerapannya melalui kegiatan-kegiatan

pengawasan, pengukuran pengujian laboratorium dan pemeriksaan. Pelaksanaan

kegiatan pengendalian mutu pada hakekatnya penentuan langkah demi langkah

terhadap proses pelaksaan suatu pekerjaan yang mencakup penilaian terhadap

metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material, peralatan, tenaga kerja,

keselamatan dan kesehatan kerja demi tercapainya hasil pekerjaan yang sesuai

dengan kriteria mutu yang diisyaratkan. Ada beberapa hal yang ditinjau sesuai

dengan kriteria mutu yang diisyaratkan seperti :

1. Kinerja dan kehandalan mengenai ketepatan dalam prediksi analisis

telah sesuai dengan rencana.

2. Tenaga kerja yang terampil dan mempunyai komitmen yang taat dan

bertanggung jawab akan memberikan kualitas yang lebih baik

3. Pelaksanaan kontruksi yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi

teknis dan dokumen kontrak

4. Penetapan jenis material dan metode kontruksi yang dipakai telah

(20)

9

5. Pengajian kualitas dan kwantitas personil serta peralatan akan

memberikan hasil yang lebih baik.

2.5 Waktu dan Penjadwalan Proyek

Jadwal dan waktu merupakan jadwal yang mencakup seluruh item

pekerjaan atau paket pekerjaan yang ada dalam proyek tersebut sehingga dapat

memberikan gambaran rencana kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap

penyelesaian. Dengan menggunakan jadwal rencana kerja yang tepat, sumber

daya yang memadai dapat tersedia pada saat yang tepat, setiap tahap proses

mendapatkan alokasi yang cukup dengan berbagai kegiatan dapat dimulai pada

saat yang tepat pula. Dalam menyusun jadwal rencana kerja harus sudah

mempertimbangkan dan mencakup estimasi kebutuhan sumber daya dan dana

yang disertai dengan analisa penggunaannya yang tepat dan menentukan

rambu-rambu jalan pengukuran target kemajuan proyek.

Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan proyek

lebih banyak disebabkan oleh mekanis penyelenggaraan, seperti keterlambatan

jadwal perencanaan, keterlambatan pengadaan material, peralatan, kelayakan

jadwal kontruksi, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya

kontruksi, dampak lingkungan, ketenagakerjaan dan sebagainya.Untuk

menganalisis terjadinya penyimpangan dilakukan dengan membandingkan kurun

waktu yang dipakai dengan waktu yang direncanakan.

2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling

penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek.Hasil yang maksimal dalam

kinerja biaya, mutu, dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja

terabaikan.Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan yang tinggi seperti,

banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat permanen instalasi yang rusak, selain

kerugian materi yang besar. (Husen, 2009)

2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) dapat ditinjau dari dua aspek yakni

(21)

10 nyata untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, beserta

hasil-hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Secara

teknis K3 adalah perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di

tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sehingga setiap

sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. (Utama, 2001)

Dalam hal ini Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) amat berkaitan

dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan memiliki

jangkuan berupa terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat,

dan sejahtera, serta efisien dan produktif.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bertujuan :

1. Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam

berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan

2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman sehat dan

sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional dengan

prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.

2.6.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek

Kontruksi

Dalam bidang kontruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk

melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa

terjadi dalam proses kontruksi. Peralatan ini wajib digunakan seseorang yang

bekerja dalam suatu lingkungan kontruksi.Namun, tidak banyak yang menyadari

betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh

karenanya, semua pelaksana proyek berkewajiban menyediakan semua keperluan

peralatan/perlengkapan perlindungan diri untuk semua karyawan yang bekerja

yaitu (Ervianto, 2005)

1. Pakaian Kerja

Tujuan pemakaian kerja adalah melindungi badan manusi terhadap

(22)

11 karakter lokasi proyek kontruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi

yang keras maka selayaknya pakian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan

pakian yang digunakan oleh karyawan yang bekerja dikantor.

2. Kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi diri dari debu kayu, batu

atau serpihan besi berterbangan, di tiup angin.Mengingat partikel-partikel debu

berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh kasat mata.Oleh

karenanya, mata perlu diberikan perlindungan.Tidak semua jenis pekerjaan

membutuhkan kaca mata kerja.Namun, pekerjaan yang mutlak membutuhkan

perlindungan mata adalah mengelas.

3. Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang

dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan

bising.Namun demikian, bukan berarti seseorang pekerja tidak dapat bekerja bila

tidak menggunakan alat ini. Kemungkinan akan terjadi gangguan pada telinga

tidak dirasakan saat itu, namun melainkan pada waktu yang akan datang.

4. Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis kegiatan tujuan utama

penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan

tajam selama menjalankan kegiatannya.Namun, tidak semua jenis pekerjaan

memerlukan sarung tangan.Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan

adalah mengangkat tulangan besi dan tukang kayu.

5. Sepatu Kerja

Sepatu kerja merukapan perlindungan terhadap kaki.Setiap pekerja

kontruksi perlu memakai dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan

dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran

dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras ( dilapisi dengan pelat

besi ) supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas. Umumnya sepatu

kerja disediakan dua pasang dalam satu tahun.

(23)

12 Helm ( helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan

sudah merupakan keharusan setiap pekerja kontruksi untuk menggunakannya

dengan benar sesuai peraturan pemakai yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya.

Keharusan menggunakan helm lebih dipentingkan bagi keselamatan si pekerja

sendiri mengingat kita semua tidak pernah tahu kapan dan dimana bahaya yang

akan terjadi. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang

berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan maupun material

kontruksi yang jatuh dari ataskemudian kotoran ( debu ) yang berterbangan di

udara dan panas matahari. Kecelakaan saat bekerja dapat merugikan perkerja itu

sendiri maupun kontraktor yang lebih disebabkan kemungkinan terhambat dan

terlambatnya pekerjaan.

7. Masker

Perlindungan bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja kontruksi

mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri.Berbagai material kontruksi

berukuran besar sampai kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya

serbuk kayu sisa dari memotong, mengamplas, menyerut kayu.Tentu saja seorang

pekerja yang secara terus-menerus menghirupnya dapat mengalami gangguan

pada pernafasan, yang akibatnya tidak langsung dirasakan saat itu.Berbagai jenis

masker tersedia dipasaran, pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan.

8. Jas Hujan

Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja

adalah dengan menggunakan jas hujan.Pada tahap kontruksi, terutama di awal

pekerjaan umumnya masih berupa lahan terbuka dan tidak terlindungi dari

pengaruh cuaca, misalnya pada saat pelaksanaan pekerjaan pondasi.Pelaksanaan

kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung dengan panas matahari ataupun

hujan karena dilaksanakan pada ruang terbuka. Tujuan utama pemakaian jas hujan

tidak lain untuk kesehatan para pekerja.

9. P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat

pada saat pekerjaan kontrusksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama

(24)

13 digunakan untuk pertolongan pertama.Adapun jenis dan jumlah obat-obatan

disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

2.7 Lingkungan Kerja

2.7.1 Pengertian Lingkungan Kerja Proyek Kontruksi

Lingkungan kerja dalam setiap proyek mempunyai pengaruh sangat tidak

kecil terhadap kelancaran operasi proyek juga termasuk didalamnya proyek

kontruksi, lingkungan kerja tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi lamanya

waktu pengerjaan dan kaulitas produk yang akan dihasilkan. Lingkungan kerja

akan mempengaruhi karyawan/pekerja didalam melaksanakan pekerjaannya,

sehingga dengan adanya lingkungan kerja yang baik dan memuaskan para

karyawan tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari karyawan

tersebut. (Simanjuntak,1983). Berikut ini akan dijelaskan mengenai pendapat

beberapa ahli tentang pengertian/definisi lingkungan kerja.

1. Menurut Nitisemito menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

2. Menurut Sagir menjelaskan bahwa yang dimaksud lingkungan kerja

dapat diartikan dengan suasana kerja yang langsung berhubungan dengan

hubungan antar manusia, namun dapat juga diartikan suasana dalam arti

fisik ; tempat kerja luas, bersih, sehat dan membuat karyawan merasa

betah bekerja, yang akan mempengaruhi disiplin dan produktivitas kerja.

3. Menurut komarrudin mengatakan bahwa lingkungan kerja sebagai

kehidupan sosial, psiklogi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh

terhadap pekerjaan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah

segenap keadaan fisik dan non fisik yang berhubungan dengan keadaan disekitar

karyawan dan pekerja pada saat melakukan tugas yang dibebankan.

(25)

14 Memperhatikan lingkungan kerja ditempat kerja merupakan salah satu

cara yang dapat ditempuh agar pekerja dapat melakukan tugas yang dibebankan

kepadanya dengan baik.

Dengan menciptakan lingkungan kerja yang ideal sesuai dengan keinginan

dan kebutuhan pekerjaan akan dapat mempengaruhi kegairahan dan motivasi

kerja karyawan. Perhatian terhadap lingkungan kerja dapat berupa perbaikan,

penambahan, atau perubahan terhadap salahsatu elemen lingkungan kerja yang

kurang memuaskan seperti penambahan alat yang lebih modern menggantikan

peralatan manual contohnya penggunaan molen dalam membuat campuran beton

akan lebih mudah, cepat, dan lebih baik hasilnya karena campuran beton teraduk

lebih merata demikian juga penggunaan concrete pump dalam melakukan

pengecoran di tempat tinggi penggunaan alat ini dapat membuat pekerjaan selesai

dengan lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan menggunakan cara manual

yang mengakibatkan banyak waktu yang terbuang, maka dengan itu menggunakan

peralatan yang lebih modern produktivitas perusahan secara otomatis akan ikut

meningkat.

2.7.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Pada Proyek Kontruksi

a. Fasilitas

Dalam suatu proyek kontrusksi fasilitas dan peralatan yang digunakan

didalam pelaksanaan proyek adalah faktor yang sangat penting didalam

pengaruhnya terhadap produktivitas kerja.

Fasilitas-fasilitas yang diperlukan unutk mendukung jalannya suatu proyek

kontruksi antara lain :

 Kantor yang diperuntukkan untuk kontraktor maupun konsultan

proyek.

Pada dasarnya gedung ini dibangun dengan memperhatikan

fungsi utamanya yaitu mengelola dan mengadministrasikan kegiatan

dilokasi proyek.Ciri-ciri dari bangunan ini biasanya berupa semi

permanent dengan peredam suara dan air condition, perlengkapan

lainnya adalah sistem telekomunikasi dan reproduksi, kamar atau

(26)

15 personil kepegawaian, keuangan, pengadaan dan lain-lain juga

tersedia ruang rapat dan ruang tamu.

 Fasilitas fabrikasi

Fasilitas fabrikasi dilapangan akan mendukung pelaksanaan

pekerjaan dan jadwal secara lebih luwes. Dalam arti kapan

dipersiapkan menjadi barang jadi/ siap pakai sesuai dengan jadwal

pemakaian, sehingga penggunaan tenaga kerja dapat direncanakan

dengan teratur.Contoh umum untuk ini adalah pabrikasi dan merakit

bagian-bagian pipa dan struktur penyangga dari besi atau baja,

pembuatan bekesting, pembuatan tulangan kolom atau sloop dan

lain-lain. Manfaat lain dari adanya fasilitas fabrikasi dilapangan adalah

pekerjaan perbaikan yang tidak terlalu terlalu ekstensif dapat

dilakukan dengan segera.

 Gudang penyimpanan alat dan material

Alokasi biaya membangunan gudang untuk menyimpan material

curah dan melindunginya dari keganasan iklim hendaknya

dipertimbangkan, lebih-lebih lagi bagi material yng pemakiannya

regular dan harus didatangkan dari tempat jauh (import) seperti spare

parts, valve, packing dan lain-lain. Untuk peralatan utama umumnya

tidak diperlukan gudang karena diusahakan langsung akan dipasang

pada pondasi dan perumahan yang telah disiapkan. Disamping itu,

perlu direncanakan daerah penampungan terbuka untuk material

seperti pipa, tiang pancang, tiang baja ( steel structure), pasir, batu

pecah untuk membuat beton dan lain-lain.

 Kamar mandi/wc umum

 Sarana tempat ibadah

 Dapur umum

 Ruang kesehatan

b. Peralatan

Peralatan proyek merupakan sarana penunjang pelaksana pekerjaan namun

(27)

16 pekerjaan yang dilaksanakan sehingga efektivitas dari penggunaan tersebut dapat

tercapai. Alat-alat yang dipergunakan dalam pekerjaan proyek kontruksi antara

lain :

 Traktor

Adalah alat yang digunakan sebagai penarik atau pendorong beban

yang memerlukan tenaga yang agak besar.

 Power shovel

Alat yang dipergunakan untuk penggalian tebing yang letaknya lebih

tinggi dari tempat kedudukan alat.

 Loader

Alat yang dipergunakan untuk pemuatan material kepada dump truck

dan sebagainya, sebagai penggerak utamanya loader menggunakan

traktor.

 Tower crane

Alat ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan benda dari lantai

dasar ke lantai atas.

 Concrete vibrator

Alat ini berfungsi untuk menggetarkan pencampuran beton yang telah

dituangkan kedalam bekesting pada saat pengecoran dengan maksud

untuk menghilangkan rongga-rongga udara pada beton yang dapat

menyebabkan beton kropos.

 Compressor

Berfungsi untuk membersihkan lantai kerja yang akan dicor dari

sampah sisa pekerjaan sebelumnya sehingga lantai yang akan di cor

menjadi bersih.

 Bundoser

Alat ini berfungsi untuk mengeruk tanah sekaligus untuk meratakan

tanah disekitar lokasi proyek.

 Alat pengukur seperti : theodolite, waterpass, dan meteran.

(28)

17 Hubungan ini sedikit banyak juga berpengaruh terhadap produktifitas, baik

hungan ini akan benar-benar dirasakan pengaruhnya oleh pekerja setiap saat

pekerja melakukan pekerjaan karena hubungan ini merupakan masalah psikologis

apabila ia merasa tidak senang atau kurang cocok dengan rekan sekerjanya maka

akan sulit bagi dirinya untuk benar-benar focus pada pekerjaannya apabila

pekerjan diproyek kontruksi merupakan pekerjaan lapangan yang membutuhkan

kekompakan dan konsentrasi tinggi karena banyak pekerjaan yang dilakukan

dengan resiko tinggi maka rasa kepercayaan akan rekan sekerja merupakan hal

pokok yang seharusnya dipenuhi.Untuk memelihara hubungan ini hendaknya

mandor atau surveyor harus sering berdialog dengan pekerjanya sehingga apabila

terjadi sesuatu diantara mereka seperti kesalahpahaman dan hal-hal lain yang

dapat menimbulkan keretakan diantara pekerjanya, ia dapat segera mengetahui

dan berusaha menyelesaikan/mendamaikan permasalahan yang terjadi sehingga

tidak sampai berdampal pada hasil pekerjaan dilapangan.

Tabel2.1Faktor/Variabel Kinerja Pelaksanaan Proyek Kontruksi

No Faktor / Variabel Refrensi

1 Faktor Biaya, Mutu, Waktu

Setyowati (2003), Mulyadi (1990)

- Budgeting and Cost Skill

- Schedulling and Time Management

- Pengadaan tenaga kerja

- Pengadaan Peralatan

- Pengadaan material

2

Faktor Keselamatan Kesehatan Kerja (

K3 ) Refrensi

- Peralatan Standar K3

Ervianto (2005), - Pengawasan

- Petugas K3

- Peraturan K3

- Alat Pelindung Diri ( APD )

3 Faktor Lingkungan Refrensi

(29)

18

- Peralatan Kerja

- Penanggulangan sisa proyek

- Hubungan sesama pekerja

2.8 Manajer Proyek Kontruksi

2.8.1Pengertian Manajer

Manajer adalah seseorang yang diberi wewenang dan tanggung jawab

seluruh bagian perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan organisasi dengan usaha-usaha dilakukan oleh orang lain untuk

mencapai tujuan tersebut. Seorang pemilik perusahan bisa juga merangkap

sebagai manajer di perusahaannya sendiri.

Menurut Ruky,2002 (dalam Listiawati 2004) manajer dalam suatu

perusahan dapat dikategorikan menurut tingkatannya, antara lain :

1. Manajer Lini Pertama (First Line Manager)

Dikenal pula dengan manajemen operasinal, merupakan manajemen tingkatan

paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan.Dalam

praktek manajer lini pertama ini sering disebut supervisor.

2. Manajer Tingkat Menengah (Middle Manager)

Manajer tingkat menengah mencakup semua manajemen yang berada diantara

manajer lini pertama dan manajer puncak dan bertugas sebagai penghubung

antara keduanya. Tanggung jawab utama manajer tingkat menengah adalah

memimpin dan mengarahkan kegiatan-kegiatan penerapan kebijakan-kebijakan

organisasi dan menyeimbangkan tuntutan dari atasannya dengan kemampuan

bawahannya. Jabatan yang termasuk manajer tingkat menengah adalah kepala

bagian, pimpinan proyek dan pelaksana.

3. Manajer Puncak (Top Manager)

Istilah manajer puncak dikenal juga dengan executive officer.Manajer puncak

bertugas merencakan kegiatan dan strategi secara menyeluruh, dan menetapkan

kebijakan oprasional dan mengarahkan interaksi organisasi atau perusahaan

dengan lingkungan.Nama-nama jabatan dari manajer puncak biasanya Direktur

Utama atau President Director, CEO (Chief Executive Officer).

(30)

19 Menurut Dipohusodo (1996) manajer Proyek adalah orang yang ditunjuk

untuk menggerakkan organisasi proyek dan diberi wewenang tanggung jawab

oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta membuat

keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan.Manajer

proyek adalah posisi puncak yang luar biasa dalam proyek.

2.8.3 Peran dan Tugas Manajer

Dalam manajemen proyek seorang manajer proyek berperan memimpin,

mengarahkan, dan mengoganisir seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan

sampai dengan serah terima proyek yang ada dibawahnya dengan menetapkan

sumber daya yang dipakai agar mencapai sasaran produksi dan laba yang

diharapkan, sesuai dengan sistem manajemen dan sasaran mutu yang ditetapkan.

Adapun peran dan tugas dari manajer proyek adalah sebagai berikut :

1. Seorang manajer bekerja dengan dan melalui orang lain

Istilah orang yang digunakan mencakup bukan hanya bawahan tetapi juga

para manajer lain dalam perusahaan tersebut. Seorang manajer harus bekerja

dengan siapa saja dan pada tingkat apa saja di dalam dan di luar perusahaan

untuk mencapai tujuan unit yang dipimpinnya dan tujuan perusahaan secara

keseluruhan. Manajer juga berperan sebagai sarana komunikasi di dalam

perusahaan.

2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan

Seorang manajer mengelola pekerjaan dengan baik dan bertanggung jawab

menjamin bahwa tugas khususnya akan dilaksanakan dengan sukses. Manajer

juga bertanggung jawab atas tindak-tindakan yang diambil oelh bawahannya.

3. Berfikir secara analitis dan konseptual

Sebagai seorang yang analitis, manajer harus mampu merinci dan

memisahkan masalah yang lebih penting, menjadi beberapa komponen,

penyebab-penyebabnya, dampaknya, dan lainnya, dengan suatu cara

pemecahan yang baik. Seorang manajer menjadi pemikir yang konseptual,

mampu memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan

tugas yang lain.

(31)

20 Manajer adalah orang yang dibuat sebagai pemecah bagi masalah-masalah

yang sulit dan dapat mengambil keputusan yang akurat.

2.9 Kompetensi Manajer Proyek

2.9.1 Pengertian Kompetensi

Menurut Setyowati (2003) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah

penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang

diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Hal itu menunjukkan bahwa

kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki

peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan

jenis pekerjaan tertentu. .

Kompetensi pemimpin dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori

yaitu :

1. Leadership yaitu Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang

dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer

proyek menandakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja.

Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat

bertindak dan bereaksi terhadap isu-isu proyek.

2. Communication yaituperencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna

ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara manajer proyek dengan

timnya. Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka.

3. Technical Skills.Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman

dalam hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan

mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari penimbaan ilmu

khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan

sebagainya.

4. Budgeting and Cost Skills. Manajer proyek dituntut untuk memiliki

pengetahuan dalam hal analisis biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar

keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia

dana.

5. Schedulling and Time Management. Manajer proyek dituntut untuk dapat

(32)

21 yang diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus

mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang diperlukan, misalnya dengan teknik

WBS atau Work Breakdown Structure. Selain itu manajer proyek harus mampu

memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis. Hal ini memerlukan

kordinasi dengan tim proyek untuk menentukan estimasi berapa dalam

aktivitas tersebut dilakukan. Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu

peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal kritis selama proyek

berlangsung.

6. Managerial, yakni kompetensi yang secara khusus berhubungan dengan

pengaturan, pengawasan, dan pengembangan pegawai.

2.9.2 Kualifikasi Manajer Proyek

Menurut Soeharto (1997) karena tanggung jawab yang harus diemban oleh

manajer proyek cukup berat dalam melakukan keberhasilan proyek, maka seorang

manajer proyek harus mempunyai kualifikasi tertentu yaitu :

1. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang berorientasi kuat pada pencapaian

sasaran.

2. Seorang yang generalis yang berpandangan luas dan spesialis.

3. Memiliki kredibilitas secara teknis, latar belakang pengalaman yang

cukup dan pendidikan yang memadai.

4. Menguasai aspek sumber daya manusia.

Menurut Suprapto (2007), seorang manajer proyek harus mempunyai

kompetensi manajamen proyek yang meliputi pengontrolan simber daya dan

waktu pelaksanaan, manajemen sumber daya manusia dan manajemen strategik.

Manajer proyek harus terus mengetahui informasi dalam pelaksanaan pekerjaan

dan mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.Manajer

proyek harus dapat belajar dari pengalaman yang sudah didapatnya dalam

pelaksanaan proyek sebelumya untuk dapat diterapkan dalam metode kerja proyek

yang sedang dipimpinnya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan kriteria-kriteria yang

menunjukkan kompetensi seorang manajer proyek, yaitu :

(33)

22

2. Pengalaman dalam melaksanakan proyek

3. Mempunyai jiwa kepemimpinan

4. Kemampuan dalam memanajemen karyawan

5. Kemampuan dalam pelaksanaan penjadwal, cost control dan metode

pelaksanaan

6. Kemampuan dalam pengadaan tenaga kerja

7. Kemampuan pengadaan material

8. Mampu memecahkan masalah

9. Kemampuana memotivasi

10.Kemampuan dalam penguasaan dan pemeliharaan peralatan kerja

Dalam rangka melaksanakan prosedur penelitian, maka didiskusikan

[image:33.612.132.528.327.714.2]

aspek-asepek penelitian sebagai berikut :responden, data (koleksi data dan analisis data).

Tabel 2.2Faktor Kompetensi Manager Proyek Kontruksi

No Faktor / Variabel Refrensi

1 Faktor Pendidikan

Dipohusodo (1996), Setyowati

(2003), Suprato (2007)

- Leadership

- Technical Skill

- High learn

- Kedisiplinan

- Tingkat Pendidikan Formanl dan

Informal

2 Faktor Kerampilan

Suprapto (2007), Soeharto (1997)

- Mampu Memecahkan Masalah

- Pengalaman

- Memanage karyawan

- Penguasaan alat kerja

- Bekerja Sama

3 Faktor Prilaku/Sikap

Setyowati (2003), Suprapto (2007)

- Tanggung Jawab

- Communication

- Motivasi

(34)

23 - Suka bergaul/ramah

2.10 Jumlah Responden

Dalam penelitian ini jumlah responden ditentukan secara khusus

berdasarkan tujuan penelitian ini. Untuk meneliti pengaruh manejer proyek

terhadap keberhasilan manajer proyek dari segi biaya,mutu,waktu, maka yang

dijadikan responden adalah tim manager proyek pelaksanaan suatu proyek

kontruksi di lapangan. Karena terbatasan waktu dan biaya maka responden

ditentukan dengan teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu (metode

pourposive sampling)yaitu :

1. Pengawas Konsultan

2. Pemilik Proyek

3. Site Engeneer/Pelaksana

4. Pengawas Kontraktor

2.11 Jenis data

Jenis data dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu data ordinal, data interval ,

data rasio,

1. Data Ordinal

Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan.

Angka yang diberikan mengandung tingkatan.Digunakan untuk mengurutkan

objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau

sebaliknya.Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi

hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang

dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila

dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak

sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling

rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.Misalnya dalam skala

Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat

tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat

untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak

pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri,

(35)

24 dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari

hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data

ordinal.

2. Data Interval

Data interval memiliki sifat-sifat nominal dari data ordinal. Disamping itu ada

sifat tambahan lainnya pada data interval yaitu mempunyai mutlak nol.

Akibatnya ia mempunyai skala interval yang sama jaraknya. Pengukuran data

interval tidak memberikan jumblah absolute dari objek yang diukur.

3. Data Rasio

Data rasio mengandung sifat interval, dan selain itu ia sudah mempunyai nilai

nol mutlak. Data rasio ini sering di pakai dala penelitian keilmuan atau

enginnering.Karena data rasio, ordinbal dan interval merupakan hasil

pengukuran, maka ketiga data tersebut ditemui adanya bilangan pecahan.Data

rasio bersifat ekskuitif, mempunyai urutan, mempunyai ukuran baru,

mempunyai nilai nol mutlak.

2.12 Tabulasi dan Pengolahan Data

Untuk menjawab tujuan penulisan yang ingin dicapai dilakukan dengan

pengisian kuesiner tentang kompetensi mana proyek dan keberhasilan proyek

(dari segi waktu dan mutu). Dari pencarian data primer dengan cara kuesioner

terhadap pelaksanaan proyek-proyek yang ada di wilayah Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung.

Tabulasi data dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa data yang siap

dipergunakan pada tahap analisis.Dalam tahap ini terjadi pengkategorikan data

kedalam parameter-parameter dalam tahap analisis. Data awal yang akan diolah

masih berupa sekumpulan kuesioner hasil pengisian di lapangan (data mentah).

Tabulasi data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kompetensi manajer

proyek dan keberhasilan proyek (segi waktu dan mutu)

Untuk kauntifikasi penelitian terhadap kualitas variabel-variabel tersebut

dilakukan dengan skala linkert 1 sampai 5. Nilai 1 menunjukkan bahwa kualitas

dari variabel tersebut sangat rendah, nilai 2 rendah, nilai 3 sedang, nilai 4 tinggi,

(36)

25 Klasifikasi penilaian rata-rata skor kuesioner dapat dihitung dengan :

1. Jumlah klasifikasi 5 kelas,

2 Range : a. Nilai tertinggi = 5

b. Nilai terendah = 1

c. Range = 5-1 = 4

3. Panjang kelas ( interval kelas ) dapat dihitung dengan :

C = nilai range / nilai tertinggi

= 4 / 5 = 0.8

Diperoleh batas-batas klasifikasi penilaian kuesioner seperti di bawah ini

[image:36.612.131.401.292.394.2]

pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3Batas-batas klasifikasi kuesioner

4.21-5.00

Kurang Sekal i Kurang

Baik Baik Sekali

Cukup

Range Kret eri a

1.00-1.80 1.81-2.60 2.61-3.40 3.41-4.20

2.13 Teknik Analisa Data

Pada penulisan penelitian ini menggunakan teknik analisa data sebagai

berikut :

1. Data Korelasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua

varabel. Korelasi rank spearman dipakai apabila : kedua variabel yang akan

dikorelasi mempunyai tingkatan data ordinal, data tersebut memang diubah

dari data interval ke data ordinal dan data interval tersebut ternyata tidak

terdistribusi normal. Menurut Husman el at, menyatakan debgan rumus

sebagai berikut :

………..(1)

(37)

26 Dimana :

r = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Di = selisih setiap pasang rank X dan rank Y

Nilai r selalu terletak diantara -1 dan +1 (-1< r < +1)

r = +1, berarti adanya korelasi positif sempurna

r = -1, berarti adanya korelasi negative sempurna

r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y

Kriteria yang digunakan untuk menentukan derajat pengaruh antara dua

variabel adalah sebagai berikut :

0 .0 tidak berkorelasi

0.01-0.20 korelasi yang sangat rendah

0.21-0.40 korelasi yang rendah

0.42-0.60 korelasi yang agak rendah

0.61-0.80 korelasi yang cukup

0.81-0.99 korelasi yang tinggi

1 korelasi yang sangat tinggi

2. Analisa Determinasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui variasi hubungan antara dua variabel

berdasarkan persentase. Adapun rumusnya adalah

D = r².100% ……….

………..(2)

3. Analisa t-Test

Analisa ini bertujuan untuk membuktikan dari uji statistik yang digunakan

untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Untuk sampel kecil (n

< 30) dapat diuji menggunakan distribusi nilai t ( t-test) sedangkan sampel

besar (n > 30 ) digunakan distribusi nilai Z.

Dalam analisa t-test ini dipakai rumus sebagai berikut :

(38)

27 Keterangan :

t = test

r = korelasi

n = jumlah sampel

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

1. Perumusan hipotesis

Ho : r = ), artinya tidak ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y

Ha : r > 0, artinya adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y

2. Menentukan tingkat kepercayaan atau level of significant : 5%

3. Kriteria pengujian

Daerah

Tolak Ho Penerimaan H0 Tolak Ho

-t tabel +t tabel

Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan

ujitsumber Wirawan (2010)

Ho diterima apabila – tabael ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila – t hitung ≥ -t tabel atau +t tabel ≥ + t tabel

4. Kesimpulan

Nilai t yang kita peroleh dari sampel kemudan kita bandingkan dengan t

[image:38.612.199.465.297.433.2]

Gambar

Tabel 2.2Faktor Kompetensi Manager Proyek Kontruksi
Tabel 2.3Batas-batas klasifikasi kuesioner
Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan antara lain, data soil investigation berupa data boring dan uji laboratorium untuk mendapatkan informasi mengenai

Aktivitas guru dan siswa dapat dilihat dari lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti yang terdiri dari 24 indikator aktivitas guru dan 20 indikator

Indonesia - Program Penyelenggaraan Persandian untuk Pengamanan Informasi di Pemerintah Daerah Bappeda dan Sisitem Databse Dukungan Kebijakan Daerah (SDDKD) yang

Pengujian ini dilakukan dengan mengukur kadar MDA tikus jantan galur Wistar yang diberi paparan asap rokok dan ekstrak etanol daun P... cordifolia, vitamin E, etanol 70%

Penelitian pengaruh bahan logam terhadap sifat elastic recovery permukaan bahan UHMWPE hasil pemesinan untuk kondisi kontak mekanik metal on polymer implan orthopedi

Skripsi yang berjudul “PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN KONTRUKSI YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 – 2014” ini

Berdasarkan data hasil tes pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa penerapan model reciprocal teaching terintegrasi mind mapping

Dalam masa yang sama, sama-samalah kita merenungi kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, menginsafi diri, bertaubat dan bermunajat kepada Allah SWT agar kita menjadi hamba-Nya