• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL"

Copied!
361
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 15 TAHUN 2013

TANGGAL 24 DESEMBER 2013

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010-2015

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TAHUN 2010 - 2015

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TAHUN 2013

(3)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 15 TAHUN 2013

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010-2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010;

b. bahwa dalam Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu diintegrasikan pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengubah Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

(4)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170);

5. Peraturan Pemerintah 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari hal Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2008 Nomor 01 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 07 Seri E);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 2 Seri E);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010– 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 12 Seri E);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2030 (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 Nomor 3 Seri E); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18

Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 Nomor 11 Seri E);

(5)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GUNUNGIDUL

dan

BUPATI GUNUNGKIDUL MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010-2015.

Pasal I

Beberapa ketentuan Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 12 Seri E) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 2A , sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2A

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) disajikan dengan sistematika :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB VI STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2015 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

(6)

2. Naskah lampiran diubah sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul.

Ditetapkan di Wonosari

pada tanggal, 24 Desember 2013 BUPATI GUNUNGKIDUL, ttd

BADINGAH Diundangkan di Wonosari

pada tanggal 24 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL,

ttd

BUDI MARTONO

(7)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 15 TAHUN 2013

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010-2015

I. UMUM

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 –2015. Sebagai dokumen perencanaan jangka menengah yang berlaku selama 5 tahun telah diupayakan disusun sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam penyusunannya juga telah memperhatikan dinamika perkembangan masyarakat, lingkungan strategis daerah untuk menjawab segala isu dan permasalahan pembangunan selama periode RPJMD. Namun dalam perjalanan pelaksanaan RPJMD terdapat beberapa hal yang harus disesuaikan guna penyempurnaan dokumen RPJMD.

Berdasarkan hasil konsultasi dan klarifikasi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, diamanatkan bahwa dalam dokumen RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 perlu dipaparkan perhitungan kemampuan keuangan daerah agar lebih dapat menunjukkan kapasitas dan tingkat kemandirian daerah dari sisi keuangan. Dalam dokumen RPJMD Kabupaten Gunungkidul juga perlu ditampilkan kondisi dan upaya pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta target Millenium Development Goals (MDGs). Selain itu, dinamika perkembangan masyarakat dan lingkungan strategis yang berbeda dengan proyeksi juga perlu disikapi agar program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Salah satu perubahan lingkungan strategis itu diantaranya adalah dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga perlu diselaraskan dalam RPJMD Kabupaten Gunungkidul

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 –2015.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. // ---

(8)

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN

DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010-2015

(9)

ii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ……… i Daftar Isi ... ii Daftar Tabel ... v BAB I PENDAHULUAN ... I - 1 1.1. Latar Belakang ... I - 1 1.2. Maksud dan Tujuan ... I - 3 1.3. Dasar Hukum ... I - 4 1.4. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya …….. I - 6 1.5. Proses Penyusunan RPJMD ... I - 8 1.6. Sistematika Penulisan ... I - 10 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... II - 1

2.1. Sejarah Kabupaten Gunungkidul ………. II - 1 2.2. Kondisi Umum Daerah ... II - 4 2.2.1. Aspek Geografi dan Demografi ……… II - 4 2.3. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ………... II - 22

2.3.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ……… II - 22 2.3.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat ……… II - 30 2.3.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga ……… II - 38 2.4. Aspek Pelayanan Umum ………... II - 39 2.4.1. Fokus Pelayanan Urusan Wajib ... II - 39 2.4.2. Fokus Pelayanan Urusan Pilihan …... II - 118 2.5. Aspek Daya Saing Daerah ... II - 131 2.5.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ………. II - 131 2.5.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur ... II - 132 2.5.3. Fokus Iklim Berinvestasi ... II - 135 2.5.4. Fokus Sumber Daya Manusia ... II - 136 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA

KERANGKA PENDANAAN ………. III - 1 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu ………... III - 2 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD... III - 3 3.1.2. Neraca Daerah ………... III - 9 3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu ………. III - 14

3.2.1. Kondisi Belanja Daerah Tahun 2006-2010 ……….. III - 18 3.2.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah ……… III - 19 3.2.3. Arah Pengelolaan Pembiayaan Daaerah ………. III - 22 3.2.4 Kebijakan Pagu Indikatif. ... III - 26 3.2.5. Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... III - 30 3.2.6. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) ... III - 34 3.2.7. Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah ... III - 35 3.2.8. Aturan Hukum Keuangan Daerah ... III - 36 3.2.9. Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan Daerah .. III - 38 3.3. Kerangka Pendanaan ………... III - 40 3.3.1. Pendapatan Daerah ……… III - 52 3.3.2. Belanja Daerah ……… III - 54 3.3.3. Pembiayaan Daerah ……….. III - 56

(10)

iii BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ... IV - 1

4.1. Identifikasi Masalah ... IV - 1 4.1.1. Bidang Sosial dan Budaya ... IV - 1 4.1.2. Bidang Ekonomi ... IV - 1 4.1.3. Bidang Fisik Prasarana ... IV - 2 4.1.4. Bidang Pemerintahan ... IV - 3 4.1.5. Ketentraman dan Ketertiban ………. IV - 3 4.2. Analisis Isu-Isu Strategis ... IV - 4 4.2.1. Analisis Eksternal ... IV - 4 4.2.2. Analisis Internal ... IV - 5 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... V - 1

5.1. Filosofi Pembangunan ……… V - 1 5.2. Visi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015…. V - 3 5.3. Misi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015.... V - 6 5.4. Tujuan Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 V - 8 5.5. Sasaran Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun

2010-2015………. V - 9

BAB VI STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH... VI - 1 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ... VII - 1

7.1. Agenda Pembangunan Tahun 2010 – 2015 ... VII - 1 7.2. Prioritas Pembangunan dan Arah Kebijakan Umum Tahun 2010 –

2015 ... VII - 2 7.3. Tema dan Program Prioritas Pembangunan Tahunan ... VII - 7 7.3.1. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2011 ... VII - 7 7.3.2. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2012 ... VII - 8 7.3.3. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2013 ... VII - 8 7.3.4. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2014 ... VII - 9 7.3.5. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2015 ... VII - 9 BAB VIII PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2015 ... VIII - 1

8.1. Program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ... VIII - 1 8.2. Program Kewilayahan ... VIII - 11

8.2.1. Program Kewilayahan Internal ... VIII - 11 8.2.2. Program Kewilayahan Eksternal ... VIII - 15 8.3. Pogram Pendukung ... VIII - 16 8.4. Rencana Kerja ………...… VIII - 17 8.4.1. Rencana Kerja Regulasi ... VIII - 17 8.4.2. Rencana Kerja Pendanaan ... VIII - 18 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX - 1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN... X - 1

10.1. Program Transisi ... X - 2 10.2. Kaidah Pelaksanaan ... X - 2 10.3. RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 Merupakan

(11)

iv 10.4. RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 digunakan

Sebagai Pedoman Dalam Penyusunan RKPD ... X - 3 10.5. Penguatan Peran Para Pemangku Kepentingan Dalam

Pelaksanaan RPJMD ... X - 4 10.6. RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 Merupakan

Dasar Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan atas Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Lima Tahunan dan Tahunan ... X - 4

(12)

I - 1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 15 TAHUN 2013

TANGGAL 24 DESEMBER 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN

GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010-2015

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2010 - 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara normatif penyusunan RPJM Daerah merupakan tuntutan yuridis konstituisional dalam melaksanakan pembangunan lima tahun ke depan serta memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang berkembang melalui mekanisme yang berlaku guna mewujudkan pemerintahan yang baik. Penyusunan RPJM Daerah ini, menggunakan pendekatan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.

Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

(13)

I - 2 Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.

Pendekatan atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.

Penyusunan RPJM Daerah Tahun 2010–2015 adalah untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Pembangunan yang telah dilaksanakan selama 5 (lima) tahun atau kurun waktu 2005 – 2010 telah menghasilkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat dan telah meletakkan landasan yang kuat bagi Kabupaten Gunungkidul untuk melanjutkan pembangunan pada tahun yang akan datang. Pembangunan pada tahun mendatang akan menghadapi banyak perubahan dan kendala, akibat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia yang mengakibatkan kegiatan pembangunan daerah akan semakin terkait dengan perkembangan dunia internasional. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD Tahun 2005-2010 masih diperlukan upaya mengakselerasi pencapaian sasaran RPJM Daerah Tahun 2010 – 2015. Sasaran target yang belum dicapai diupayakan menjadi prioritas RPJM Daerah Tahun 2010 – 2015 untuk melanjutkan pencapaian target dengan program kegiatan di RPJM Daerah periode tahapan ke dua.

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang, sangat penting dan mendesak untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah, baik dibidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaannya sehingga Kabupaten Gunungkidul akan semakin maju, makmur, dan sejahtera.

RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 telah diupayakan disusun dengan menerapkan berbagai pendekatan

(14)

I - 3 perencanaan. Dalam penyusunannya juga telah diupayakan menggunakan asumsi dan proyeksi kondisi lingkungan strategis selama lima tahun rencana. Namun ternyata dalam perjalanan terdapat perubahan kondisi lingkungan strategis yang harus disikapi oleh pemerintah daerah untuk menjamin tujuan pembangunan dapat terwujud, antara lain adanya kebijakan nasional berupa penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang harus diintegrasikan dalam dokumen perencanaan, serta diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta juga menjadi salah satu substansi materi sinkronisasi RPJMD. Meskipun Keistimewaan berada pada level Pemerintah DIY, namun secara tidak langsung filosofi dan tata nilai keistimewaan DIY juga harus menjadi acuan filosofi dan tata nilai pembangunan di Kabupaten/Kota. Beberapa catatan dalam klarifikasi Gubernur terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, Hasil Konsultasi Perubahan Perda RPJMD Kabupaten Gunungkidul kepada Pemerintah DIY, dan hasil evaluasi pelaksanaan RPJMD juga menjadi dasar perlunya pelaksanaan review RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.

1.2 Maksud Dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Maksud penyusunan RPJMD Tahun 2010-2015 adalah:

1. Sebagai penjabaran Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;

2. Sebagai pedoman bagi SKPD dalam menyusun dokumen Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disebut Renstra SKPD; dan

3. Sebagai alat koordinasi dan acuan kerja bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan

(15)

I - 4 pelayanan masyarakat di daerah dalam periode waktu 5 (lima) tahun.

1.2.2 Tujuan

Tujuan penyusunan RPJMD Tahun 2010-2015 adalah:

1. Memberikan arah dan acuan bagi seluruh komponen pembangunan baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, strategi, dan sasaran pembangunan daerah;

2. Terlaksananya koordinasi antar pelaku pembangunan melalui penyusunan rencana kerja dalam mengisi kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang bersifat indikatif; 3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergitas

baik antar wilayah, antar ruang, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; dan

4. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengendalian.

1.3 Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan RPJMD Tahun 2010-2015 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

(16)

I - 5 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dan Hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

15. Peraturan Pemerintah 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Kementerian dan Lembaga Negara;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

17. Peraturan Pemerintah 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

20. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(17)

I - 6 22. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005 - 2025; 23. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4

Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 - 2013; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2030;

26. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025; dan

27. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan.

1.4 Hubungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun RPJP Daerah sebagai dokumen perencanaan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, RPJM Daerah sebagai dokumen perencanaan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dan RKPD sebagai dokumen perencanaan pembangunan operasional tahunan. Hal ini berimplikasi adanya penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, baik dari aspek proses, mekanisme maupun tahapan pelaksanaan musyawarah perencanaan di tingkat Pusat dan Daerah.

Sehubungan dengan itu dalam rangka memenuhi semua ketentuan normatif peraturan perundang-undangan tentang

(18)

I - 7 perencanaan pembangunan, terdapat hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya yaitu:

1.4.1. Hubungan RPJMD dengan RPJPD

Dokumen RPJMD Kabupaten merupakan penjabaran RPJPD berpedoman pada RPJPD Kabupaten sebagai dokumen perencanaan berwawasan 20 (dua puluh) tahun. RPJMD Kabupaten memuat Visi, Misi, Gambaran Umum, Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal, Arah Kebijakan, Strategi dan Indikasi Rencana Pembangunan Lima Tahunan secara lintas sumber pembiayaan, baik pembiayaan atas indikasi rencana program yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, dan sumber dana lainnya.

1.4.2. Hubungan RPJMD Kabupaten dengan RPJMD DI Yogyakarta Penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten/Kota harus memperhatikan Dokumen RPJMD Provinsi. Sehubungan adanya penetapan Perda RPJMD DIY Tahun 2013-2018 sebagai salah satu tindak lanjut disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, maka RPJMD Kabupaten Gunungkidul juga diupayakan untuk disinkronkan dengan RPJMD DIY. Sinkronisasi perlu dilakukan, karena meskipun keistimewaan berada pada level Pemerintah DIY akan tetapi filosofi dan nilai-nilai keistimewaan, serta beberapa kewenangan urusan keistimewaan khususnya urusan kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang, pada tataran implementasi program juga akan terkait dengan Kabupaten/Kota, sehingga perlu sinkronisasi dokumen RPJMD Kabupaten Gunungkidul dengan RPJMD DIY.

1.4.3. Hubungan RPJMD dengan RKPD

Dokumen RPJMD dijabarkan ke dalam RPKD sebagai dokumen operasional tahunan yang memuat rancangan kerangka ekonomi makro daerah beserta kerangka pendanaan, prioritas, sasaran pembangunan, dan rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

(19)

I - 8 Dokumen RPJMD Kabupaten sebagai pedoman penyusunan dan penetapan Renstra SKPD. Renstra SKPD memuat gambaran pelayanan SKPD, isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi, visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.

1.4.5. Hubungan RPJMD dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 harus memperhatikan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001-2010, agar pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat tetap memperhatikan tata ruang yang ditetapkan.

1.5 Proses Penyusunan RPJMD

Proses Penyusunan RPJMD sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah melalui tahapan :

1.5.1 Penyusunan Rancangan Awal

1) Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD.

2) Rancangan awal disamping menjabarkan Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih juga memperhatikan hasil evaluasi RPJMD periode sebelumnya.

3) RPJMD memuat visi, misi, dan program Kepala Daerah. 4) Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan

memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.

5) Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD.

6) Rancangan Renstra SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Bapppeda.

(20)

I - 9 7) Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra SKPD sebagai masukan.

1.5.2 Pelaksanaan Musrenbang

1) Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJMD.

2) Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan.

3) Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan, dan penyepakatan rancangan RPJMD.

4) Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh Kepala Daerah. 1.5.3 Perumusan Rancangan Akhir

1) Rancangan akhir RPJMD dirumuskan oleh Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah.

2) Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJMD dipimpin oleh Kepala Daerah.

1.5.4 Penetapan dan Penyebarluasan

1) RPJMD ditetapkan Pemerintah Daerah bersama DPRD dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Gubernur sebagai wakil pemerintah.

2) Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.

3) Peraturan Daerah tentang RPJMD disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala BAPPENAS.

4) Bupati menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD kepada masyarakat.

(21)

I - 10 Gambar 1.1

Bagan Proses Penyusunan dan Penetapan RPJM Daerah

1.6. Sistematika Penulisan.

RPJM Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 disusun dengan sistematika penulisan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 sebagai berikut:

BAB 1. Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Penyusunan RPJM Daerah, Maksud dan Tujuan Penyusunan, Landasan Hukum Penyusunan, Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya, dan Sistematika Penulisan. Penetapan RPJM Daerah Pembahasan di DPRD Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Daerah Musrenbang Jangka Menengah Penyusunan Rancangan RPJM Daerah Penyusunan Rancangan Renstra SKPD Penyusunan Rancangan Awal RPJM Daerah Konsultasi Publik Sosialisasi Publik Konsultasi Publik

Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Dokumen Rancangan akhir RPJM Daerah Dokumen Rancangan RPJM Daerah yg sudah disepakati Dokumen Rancangan RPJM Daerah Dokumen Rancangan Renstra SKPD Dokumen Rancangan awal RPJM Daerah Wilayah Legislatif Wilayah eksekutif

(22)

I - 11 BAB 2. Gambaran Umum Kabupaten Gunungkidul

Bab ini menguraikan data dan gambaran umum kondisi Kabupaten Gunungkidul dalam 5 (lima) tahun terakhir dengan maksud mengetahui keadaan daerah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial ekonomi yang akan diintervensi melalui berbagai kebijakan, program, dan kegiatan daerah dalam jangka waktu lima tahunan. Bab ini antara lain berisi tentang : aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah.

BAB 3. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Bab ini memaparkan perihal Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah, Arah Pengelolaan Belanja Daerah, Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah, dan Kebijakan Umum Anggaran, serta Proyeksi APBD Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015.

BAB 4. Analisis Isu- Isu strategis

Bab ini memaparkan identifikasi masalah di berbagai bidang, dan analisis isu-isu strategis yang meliputi aspek kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman.

BAB 5. Visi dan Misi

Dalam bab ini diuraikan mengenai Visi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul yang diadopsi dari Visi Kepala Daerah kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

BAB 6. Strategi Pembangunan Daerah

Berisikan strategi dan arah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 - 2015.

BAB 7. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Bab ini berisikan uraian mengenai agenda utama pembangunan, arah kebijakan umum serta program- program pembangunan daerah tahun 2010-2015. Dalam Bab ini juga diuraikan peta jalan (road map) pembangunan daerah yang memuat tema dan program pembangunan tahunan.

(23)

I - 12 Bab ini memuat uraian tentang indikasi rencana program, baik program SKPD, program lintas SKPD maupun program kewilayahan baik internal maupun eksternal yang akan dibiayai dari sumber dana APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN serta sumber dana lainnya. serta rencana kerja pendanaan yang meliputi rencana kerja regulasi dan rencana kerja pendanaan.

BAB 9. Penetapan Indikator Kinerja Daerah

Bab ini berisi penetapan indikator Kinerja daerah dilengkapi dengan target kinerja sasaran pembangunan, SKPD yang bertanggung jawab atas pencapaian target kinerja serta indikasi anggaran yang diperlukan yang bersumber dana dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, sumber dana lainnya, dan SKPD Pelaksana. Untuk mempermudah pemahaman, bab ini disajikan dalam bentuk tabel. BAB 10. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Bab ini memuat uraian tentang program transisi, kaidah pelaksanaan, kedudukan RPJMD Kabupaten Gunungkidul yang merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra SKPD dan pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan RKPD. Bab ini juga membahas tentang penguatan peran pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pelaksanaan RPJMD serta kedudukan RPJMD yang merupakan dasar evaluasi dan pelaporan pelaksanaan atas kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan tahunan dan lima tahunan.

(24)

II - 1 BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2.1. SEJARAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Pada waktu wilayah yang sekarang ini bernama Kabupaten Gunungkidul masih merupakan hutan belantara, terdapat suatu desa yang dihuni oleh beberapa orang pelarian dari Majapahit. Desa tersebut adalah Pongangan, yang dipimpin oleh R. Dewa Katong yang merupakan saudara raja Brawijaya. Setelah R Dewa Katong pindah ke desa Katongan 10 km utara Pongangan, puteranya yang bernama R. Suromejo membangun desa Pongangan, sehingga semakin lama semakin ramai. Beberapa waktu kemudian, R. Suromejo pindah ke Karangmojo.

Perkembangan penduduk di daerah Gunungkidul itu didengar oleh raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Kemudian ia mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah dinyatakan kebenarannya, Tumenggung Prawiropekso menasehati R. Suromejo agar meminta ijin pada raja Mataram, karena daerah tersebut masuk dalam wilayah kekuasaannya.

R. Suromejo tidak mau, dan akhirnya terjadilah peperangan yang mengakibatkan dia tewas. Begitu juga 2 anak dan menantunya. Ki Pontjodirjo yang merupakan anak R Suromejo akhirnya menyerahkan diri, oleh Pangeran Sambernyowo diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I. Namun Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Gunungkidul (selain Ngawen sebagai daerah enclave Mangkunegaran) menjadi kabupaten di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta. Mas Tumenggung Pontjodirjo diganti Mas Tumenggung Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota Kabupaten dari Ponjong ke Wonosari.

Menurut Mr R.M Suryodiningrat dalam bukunya ”Peprentahan Praja Kejawen” yang dikuatkan buku de Vorstenlanden terbitan 1931 tulisan G.P Rouffaer, dan pendapat B.M.Mr.A.K Pringgodigdo dalam bukunya Onstaan En Groei van het Mangkoenegorosche Rijk, berdirinya Gunungkidul (daerah administrasi) tahun 1831 setahun seusai Perang Diponegoro, bersamaan

(25)

II - 2 dengan terbentuknya kabupaten lain di Yogyakarta. Disebutkan bahwa ”Goenoengkidoel, wewengkon pareden wetan lepen opak. Poeniko siti maosan dalem sami kaliyan Montjanagari ing jaman kino, dados bawah ipun Pepatih Dalem. Ing tahoen 1831 Nagoragung sarta Mantjanagari-nipoen Ngajogjakarta sampoen dipoen perang-perang, Mataram dados 3 wewengkon, dene Pangagengipoen wewengkon satoenggal-satoenggalipoen dipoen wastani Boepati Wadono Distrik kaparingan sesebatan Toemenggoeng, inggih poeniko Sleman (Roemijin Denggong), Kalasan serta Bantoel. Siti maosan dalem ing Pengasih dipoen koewaosi dening Boepati Wedono Distrik Pamadjegan Dalem. Makanten oegi ing Sentolo wonten pengageng distrik ingkang kaparingan sesebatan Riya. Goenoengkidoel ingkang nyepeng siti maosan dalem sesebatan nipoen Riya.”

Dan oleh upaya yang dilakukan panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul tahun 1984 baik yang terungkap melalui fakta sejarah, penelitian, pengumpulan data dari tokoh masyarakat, pakar serta daftar kepustakaan yang ada, akhirnya ditetapkan bahwa Kabupaten Gunungkidul dengan Wonosari sebagai pusat pemerintahan lahir pada hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 dan dikuatkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul No : 70/188.45/6/1985 tentang Penetapan hari, tanggal bulan dan tahun Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang ditandatangani oleh bupati saat itu Drs KRT Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni 1985.

Sedangkan secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta dan berkedudukan di Wonosari sebagai ibukota kabupaten, ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT Labaningrat.

Guna mengabadikan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul dibangun prasasti berupa tugu di makam bupati pertama Mas Tumenggung Pontjodirjo dengan bertuliskan Suryo sangkala dan Condro sangkala berbunyi : NYATA WIGNYA MANGGALANING NATA ” HANYIPTA TUMATANING SWAPROJO” Menuruut Suryo sangkala tahun 1831 dibalik 1381, sedang Condro sangkala 1758 dibalik 8571.

(26)

II - 3 Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT Labaningrat.

Bupati yang pernah memimpin Kabupaten Gunungkidul antara lain : 1. Mas Tumenggung Pontjodirjo;

2. Raden Tumenggung Prawirosetiko; 3. Raden Tumenggung Suryokusumo; 4. Raden Tumenggung Tjokrokusumo; 5. Raden Tumenggung Padmonegoro; 6. Raden Tumenggung Danuhadiningrat; 7. Raden Tumenggung Mertodiningrat; 8. KRT.Yudodiningrat; 9. KRT.Pringgodiningrat; 10. KRT.Djojodiningrat; 11. KRT.Mertodiningrat; 12. KRT.Dirjodiningrat; 13. KRT.Tirtodiningrat; 14. KRT.Suryaningrat; 15. KRT.Labaningrat; 16. KRT.Brataningrat; 17. KRT.Wiraningrat; 18. Prawirosuwignyo; 19. KRT.Djojodiningrat,BA;

20. Ir.Raden Darmakum Darmokusumo; 21. Drs.KRT.Sosrodiningrat;

22. Ir.Soebekti Soenarto; 23. KRT.Harsodingrat,BA;

24. Drs.KRT.Hardjohadinegoro (Drs.Yoetikno); 25. Suharto,SH;

26. Prof.Dr Ir Sumpeno Putro, MSc; dan 27. Hj Badingah S.Sos (Bupati saat ini).

(27)

II - 4 2.2. Kondisi Umum Daerah

2.2.1 Aspek Geografi dan Demografi A. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1) Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Secara geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada 746 LS-809 LS dan 11021 BT-11050 BT, berada di bagian tenggara dari Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, kurang lebih 39 km dari kota Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas wilayah dapat dirinci sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Secara administratif Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 18 Kecamatan yang meliputi 144 desa dan 1.431 padukuhan. Luas dan pembagian wilayah administratif Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Luas Dan Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Gunungkidul

No. KECAMATAN LUAS (km2) PERSENTASE (%) DESA PADUKUHAN 1 Panggang 99,8 6,72 6 44 2 Purwosari 71,76 4,83 5 32 3 Paliyan 58,07 3,91 7 50 4 Saptosari 87,83 5,91 7 60 5 Tepus 104,91 7,06 5 83 6 Tanjungsari 71,63 4,82 5 72 7 Rongkop 83,46 5,62 8 100 8 Girisubo 94,57 6,37 8 82 9 Semanu 108,39 7,30 5 106 10 Ponjong 104,49 7,03 11 119

(28)

II - 5 No. KECAMATAN LUAS

(km2) PERSENTASE (%) DESA PADUKUHAN 11 Karangmojo 80,12 5,39 9 104 12 Wonosari 75,51 5,08 14 103 13 Playen 105,26 7,09 13 101 14 Patuk 72,04 4,85 11 72 15 Gedangsari 68,14 4,59 7 67 16 Nglipar 73,87 4,97 7 53 17 Ngawen 46,59 3,14 6 67 18 Semin 78,92 5,31 10 116 Jumlah 1.485,36 100,00 144 1.431 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Gunungkidul 2012

Gambaran wilayah secara administratif dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Peta Administratif Kabupaten Gunungkidul

2) Topografi

a. Kemiringan Lahan

Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi 18,19%, diantaranya merupakan daerah datar dengan tingkat kemiringan 0% – 2%, sedangkan daerah dengan

(29)

II - 6 tingkat kemiringan antara 15% – 40% sebesar 39,54% dan untuk tingkat kemiringan lebih dari 40% sebesar 15,95%.

b. Ketinggian Lahan

Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33 % berada pada ketinggian 100 – 500 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75% terletak pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, dan 1,92% terletak pada ketinggian lebih dari 500 – 1.000 m dpl.

Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :

a. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200m - 700m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m – 12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong bagian utara.

b. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150m – 200m di atas permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi di musim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60m – 120m di bawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara.

c. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0m – 300m di atas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi

(30)

II - 7 kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Semanu bagian selatan.

3) Geologi

Secara regional wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan bagian dari zona fisiografi pegunungan selatan Jawa Timur, yang merupakan bagian dari sayap geantiklin Jawa yang batuannya miring ke selatan. Di zona fisiografi ini, batuan penyusunannya terdiri dari batuan vulkanik tersier dan batuan karbonat.

Kabupaten Gunungkidul memiliki batuan penyusun yang bervariasi. Bagian utara, daerah Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong batuannya tersusun oleh kumpulan batuan produk aktivitas vulkanisme zaman tersier. Pada masa kini Gunungapi purba tersebut telah terkikis oleh proses erosi, sehingga bagian dalamnya tersingkap. Batuan-batuan Gunungapi Purba yang terkena proses alterosi hidrotermal pada umumnya sering diikuti pula oleh proses mineralisasi mineral-mineral logam. Di daerah Sawahan Kecamatan Ponjong terindikasi adanya urat-urat kuarsa hidrotermal yang kemungkinan mengandung mineral-mineral logam. Maka dapat diinterpretasikan di wilayah Gunungapi Purba memiliki potensi sumberdaya alam mineral-mineral logam. Bahan bangunan banyak dijumpai di wilayah ini (penambangan andesit dari lava andesit, di Kecamatan Gedangsari). Demikian juga bahan ornamen (batu tempel) memiliki potensi yang besar, sebagian sudah ditambang (breksi pumis dan batupasir tufan).

Bagian tengah yang terletak di daerah Wonosari dan sekitarnya yaitu Kecamatan Wonosari, Playen, Karangmojo, sebagian Kecamatan Ponjong, Semanu, dan Paliyan yang batuannya tersusun oleh batugamping berlapis dan napal, memiliki potensi bahan bangunan dan ornamen. Kondisi geomorfologis yang secara genetik terbentuk oleh proses pengangkatan dan perlipatan dataran tinggi dengan batuan induk utama berupa batugamping tersebut, dan secara geodinamik dipengaruhi oleh proses deposisional rombakan lereng

(31)

II - 8 perbukitan di sekitarnya, pada perkembangannya berpengaruh terhadap pembentukan tanah yang relatif bersifat homogen.

Bagian selatan yaitu wilayah Karst meliputi Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, dan Girisubo. Berdasarkan klasifikasi tipologi karst, maka dapat dikatakan bahwa karst di Kabupaten Gunungkidul termasuk dalam tipe Holokarst. Topografi karst di Kabupaten Gunungkidul terbentuk oleh lapisan batugamping murni terumbu yang sangat tebal dan sangat mudah larut, berkedudukan pada elevasi perbukitan yang cukup tinggi, dengan curah hujan tinggi pada daerah tropis. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan terbentuknya topografi karst yang cukup unik dan ideal di Kabupaten Gunungkidul. Karst di wilayah Kabupaten Gunungkidul ini merupakan bagian dari topografi karst Gunungsewu di bagian barat, yang didominasi oleh bentuk-bentuk kerucut atau sinoid. Namun demikian secara acak ditemukan juga bentuk-bentuk lain, seperti karst menara. Walaupun mempunyai bentuk yang hampir sama, secara lebih rinci karst Gunungsewu yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu: tipe polygonal (polygonal), labirin (labyrint), dan tower (tower-cone karst).

4) Hidrogeologi

Karakteristik hidrogeologi di Kabupaten Gunungkidul dipengaruhi oleh jenis litologi yang menyusun lapisan akuifer. Daerah Kabupaten Gunungkidul pada umumnya tersusun atas litologi berupa batuan vulkanik tersier, batu gamping berlapis, dan batugamping terumbu yang membentuk daerah karst. Keberadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh porositas batuan dan rekahan-rekahan pada batuan, baik yang disebabkan oleh proses pelarutan maupun proses tektonik. Satuan Hidrogeologi berdasarkan litologi penyusun di daerah Kabupaten Gunungkidul dapat dipisahkan menjadi 3 (tiga) satuan hidrogeologi, yaitu:

a. Satuan Hidrogeologi Baturagung

Satuan ini tersusun oleh endapan vulkanik yang berupa breksi vulkanik, batupasir, serpih, tuf, aglomerat, andesit basaltic,

(32)

II - 9 batu lempung dan aliran lava yang bersifat kompak. Sifat-sifat terhadap air adalah kelulusan airnya kecil, aliran permukaan lebih dominan dibandingkan dengan resapan ke bawah dan air tanah cukup dalam dan hanya terdapat lembah-lembahnya atau di kanan kiri sungai. Potensi air tanah ini termasuk kecil, disebut akuifer minor.

b. Satuan Hidrogeologi Dataran Wonosari

Satuan hidrogeologi dataran Wonosari, penyebarannya memanjang dari timur ke barat tersusun oleh sedimen-sedimen laut berupa batugamping berlapis (kalkernit), lensa-lensa batupasir gampingan dan batugamping lempungan. Batu gamping pada satuan ini mempunyai tingkat kelulusan terhadap air kecil sampai dengan sedang, bila terdapat rekahan-rekahan kelulusannya semakin besar. Kondisi muka air tanah dibeberapa tempat dangkal dan sebagian dalam, potensi air tanahnya cukup besar, disebut sebagai akuifer mayor.

c. Satuan Hidrogeologi Karst Gunungsewu

Gunungsewu mempunyai fisiografi yang khusus, yaitu topografi karst yang tersusun oleh batugamping tufan dan terumbu. Pada daerah ini jarang dijumpai adanya aliran air permukaan karena air hujan langsung masuk ke dalam tubuh batugamping terumbu tersebut dan menyebabkan terjadinya pelarutan pada batugamping yang melalui rekahan-rekahannya yang akan membentuk dolin, goa, sungai bawah tanah, dan lain-lain. Limpasan air permukaan akan segera masuk kedalam sistem luweng atau inflow.

Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan yaitu DAS Opak–Oyo dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS itu terdiri dari beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian, juga terdapat DAS bawah permukaan yaitu DAS Bribin.

Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Gunungkidul ada 215 buah, sedangkan jumlah telaga ada 252 buah. Di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian tengah dan sebagian kecil wilayah selatan

(33)

II - 10 terdapat sumur bor (deep well) sebanyak 55 buah dengan fungsi untuk irigasi pertanian dan untuk air minum penduduk setempat. Untuk kepentingan irigasi, satu sumur bor mempunyai kemampuan oncoran antara 15–50 ha. Kemampuan masing-masing sumur tergantung pada debit airnya.

Jumlah sungai di Kabupaten Gunungkidul ada 14 buah, sebagian besar terdapat di wilayah utara. Sungai terbesar di Kabupaten Gunungkidul adalah Sungai Oyo dengan lokasi mata air di Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah) dan bermuara di Samudera Hindia. Beberapa sungai bawah tanah dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan air baku/air bersih bagi rumah tangga antara lain, di Bribin, Ngobaran, Seropan, dan Baron. Air sungai bawah tanah juga dirintis untuk kepentingan irigasi pertanian seperti Seropan untuk wilayah Kecamatan Semanu.

5) Klimatologi a. Curah Hujan

Jumlah Curah hujan Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 sebesar 2.059 mm dengan jumlah hari hujan 89 hari. Rata-rata bulan basah tiap tahun berkisar 4-5 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 7–8 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–Nopember dan berakhir pada bulan Maret–April setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember – Pebruari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan mempunyai awal hujan paling akhir. b. Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian

27,7° C, suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar antara 80% – 85%. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari– Maret, sedangkan terendah pada bulan September.

(34)

II - 11 6) Penggunaan Lahan

a. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya meliputi kawasan peruntukan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman.

Kondisi tahun 2010 luas Hutan rakyat 30.576 ha dan luas kawasan Hutan Negara 13.221,5 ha. Sedangkan luas lahan potensial kritis yang perlu ditangani seluas 42.178,3087 ha, dan secara kuantitatif di Kabupaten Gunungkidul terdapat lahan kritis seluas 15.611 Ha yang berada di kawasan Pegunungan Batur Agung maupun Pegunungan seribu. Lahan pertanian pangan berkelanjutan pada lahan beririgasi seluas kurang lebih 7.865 Ha meliputi:

(1) Sawah beririgasi teknis berada di Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo.

(2) Sawah beririgasi non teknis (setengah teknis, sederhana dan/atau air permukaan tadah hujan) meliputi 13 kecamatan.

Lahan pertanian pangan berkelanjutan pada lahan tidak beririgasi seluas kurang lebih 36.065 Ha terletak pada lahan kering di semua kecamatan.

b. Kawasan Lindung

Menurut Perda No. 6 Tahun 2011 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2013, penetapan kawasan lindung terdiri dari :

(1) Penetapan hutan lindung terletak di Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Playen dan Kecamatan Panggang seluas 1.016 Ha.

(2) Penetapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya seluas + 6.310 Ha terdiri atas :

 kawasan resapan air di 6 kecamatan

 kawasan karst yang berfungsi sebagai perlindungan hidrologi dan ekologi seluas + 80.704 Ha di 11 kecamatan

(35)

II - 12 (3) Penetapan kawasan perlindungan setempat terdiri atas :

 Kawasan sempadan pantai seluas + 770 Ha sepanjang daratan pantai selatan

 Kawasan sempadan sungai + 2.300 Ha

 Kawasan sempadan waduk, embung, telaga dan laguna + 743 Ha

 Kawasan sempadan mata air  Kawasan sempadan goa

 Kawasan sempadan jaringan irigasi  Kawasab jaringan SUTT/SUTET

 Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan (RTHP) (4) Kawasan suaka alam, peletarian alam dan cagar budaya

7) Potensi Pengembangan Wilayah

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul 2010 – 2030, potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Gunungkidul meliputi beberapa kawasan antara lain :

a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Rencana penetapan kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 12.810,100 Ha yang berada di 10 kecamatan.

b. Kawasan Hutan Rakyat;

Kawasan hutan rakyat meliputi 18 kecamatan seluas kurang lebih 38.444 Ha

c. Kawasan Peruntukan Pertanian; 1) Kawasan Tanaman Pangan :

a. Lahan pertanian pangan pada lahan beririgasi seluas kurang lebih 7.865 Ha meliputi:

1. Sawah beririgasi teknis seluas 2.355 (dua ribu tiga ratus lima puluh lima) hektar meliputi: Kecamatan Ponjong; dan Kecamatan Karangmojo.

2. Sawah beririgasi non teknis (setengah teknis, sederhana dan/atau air permukaan tadah hujan) seluas kurang lebih 5.510 Ha meliputi: Kecamatan Ponjong, Karangmojo, Semin, Ngawen, Gedangsari,

(36)

II - 13 Nglipar, Patuk, Purwosari, Semanu, Panggang, Paliyan, Wonosari dan Kecamatan Playen.

b. Lahan pertanian pangan pada lahan tidak beririgasi seluas kurang lebih 36.065 Ha terletak pada lahan kering di semua kecamatan.

c. Lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih 5.500 Ha berada pada lahan pertanian pangan beririgasi dan lahan pertanian pangan tidak beririgasi.

2) Kawasan hortikultura meliputi kawasan pengembangan buah-buahan dengan komoditas utama sawo, mangga, rambutan, srikaya, pisang dan durian serta pengembangan kawasan sayuran.

3) Kawasan perkebunan seluas kurang lebih 189 Ha meliputi: Kecamatan Patuk, Gedangsari, Ponjong, Karangmojo, Panggang, Purwosari, Paliyan Wonosari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan Semanu

4) Kawasan peternakan meliputi:

a. Kawasan pengembangan pembibitan ternak sapi potong meliputi: Kecamatan Ponjong, Semanu, Semin, Nglipar, Ngawen, Patuk, Playen, Wonosari, Karangmojo dan Kecamatan Gedangsari.

b. Kawasan pengembangan penggemukan ternak sapi potong dan kambing meliputi seluruh kecamatan;

c. Kawasan pengembangan kambing bligon meliputi: Kecamatan Girisubo, Rongkop, Tepus, Tanjungsari, Saptosari, Paliyan, Panggang, dan Kecamatan Purwosari. d. Kawasan pengembangan ternak unggas meliputi:

Kecamatan Ponjong, Karangmojo, Semanu, Wonosari, Patuk, Semin dan Kecamatan Playen.

d. Kawasan peruntukan perikanan;

1) kawasan budidaya air tawar meliputi seluruh kecamatan; 2) kawasan budidaya perikanan laut di Kecamatan Tepus; dan 3) kawasan perikanan tangkap di sepanjang kawasan pesisir

meliputi Kecamatan Panggang, Saptosari, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Tepus dan Kecamatan Girisubo.

(37)

II - 14 e. Kawasan peruntukan pertambangan;

1) KPP Playen dan sekitarnya dengan jenis usaha kalkarenit dan batupasir gampingan berada di Desa Banyusoco, Desa Bleberan, Desa Ngunut, Desa Gading, Desa Banaran, Desa Getas, Desa Dengok, Desa Logandeng, Desa Ngunut, Desa Playen, Desa Ngawu, Desa Ngleri, dan Desa Bandung;

2) KPP Gedangsari dan sekitarnya dengan jenis usaha batupasir, zeolit, breksi andesit, batupasir tufan, breksi pumis dan andesit berada di Desa Watugajah, Desa Serut, Desa Sampang, Desa Tegalrejo, Desa Hargomulyo, Desa Mertelu dan Desa Terbah;

3) KPP Patuk-Nglipar dan sekitarnya dengan jenis usaha breksi andesit, tanah urug, batupasir tufan, breksi pumis dan andesit berada di Desa Ngoro-oro, Desa Patuk, Desa Semoyo, Desa Pengkok, Desa Bunder, Desa Putat, Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Salam, Desa Ngalang, Desa Pengkok, Desa Kedungpoh, Desa Pilangrejo, Desa Natah;

4) KPP Karangmojo-Nglipar-Wonosari dan sekitarnya dengan jenis usaha kalkarenit dan batupasir gampingan dan mangaan berada di Desa Bejiharjo, Desa Ngawis, Desa Jatiayu, Desa Karangmojo, Desa Ngipak, Desa Kelor, Desa Nglipar, Desa Kedungkeris, Desa Gari, Desa Karangtengah; 5) KPP Semin-Ngawen dan sekitarnya dengan jenis usaha

kalkarenit dan breksi pumis, kaolin, felspar, zeolit, mangaan, tras, dan tanah urug berada di Desa Candirejo, Desa Rejosari, Desa Karangsari, Desa Pundungsari, Desa Semin, Desa Kemejing, Desa Kalitekuk, Desa Bulurejo, Desa Sumberejo, Desa Bendung, Desa Sambirejo, Desa Tancep, Desa Jurangjero, Desa Kampung, Desa Beji, Desa Watusigar;

6) KPP Panggang dan sekitarnya dengan jenis usaha batugamping, phospat dan kalsedon berada di Desa Girijati, Desa Giriasih, Desa Giritirto, Desa Giriharjo, Desa Giripurwo, Desa Giricahyo, Desa Giriwungu, Desa Girikarto, Desa Girisekar, Desa Girisuko;

(38)

II - 15 7) KPP Tepus dan sekitarnya dengan jenis usaha batugamping

berada di Desa Sumberwungu;

8) KPP Semanu dan sekitarnya dengan jenis usaha batugamping dan pasir kwarsa berada di Desa Semanu dan Ngeposari; dan 9) KPP Ponjong – Semanu Selatan – Paliyan dan sekitarnya

dengan jenis usaha batugamping, kalsedon dan mangaan berada di Desa Jetis, Desa Ngloro, Desa Krambilsawit, Desa Karangduwet, Desa Karangasem, Desa Mulusan, Desa Duwet, Desa Mulo, Desa Wunung, Desa Pacarejo, Desa Candirejo, Desa Dadapayu, Desa Sidorejo, Desa Gombang, Desa Bedoyo, Desa Karangasem, Desa Kenteng, Desa Ponjong, Desa Sumbergiri, Desa Umbulrejo, Desa Sawahan dan Desa Tambakromo.

f. Kawasan peruntukan industri;

1) kawasan sentra industri kecil terletak di seluruh kecamatan 2) kawasan agroindustri meliputi :

a) Agroindustri Mangga Malam di Kecamatan Gedangsari; b) Agroindustri Patillo di Kecamatan Tepus;

c) Agroindustri Mete di Kecamatan Karangmojo; d) Agroindustri Kakao di Kecamatan Patuk;

e) Agroindustri Tepung Cassava di Kecamatan Paliyan; f) Agroindustri Srikoyo di Kecamatan Tepus;

g) Agroindustri Sawo di Kecamatan Gedangsari; h) Agroindustri Pisang di Kecamatan Patuk; i) Agroindustri Garut di Kecamatan Gedangsari; j) Agroindustri Biofuel di Kecamatan Tepus; dan k) Agroindustri Jagung di Kecamatan Semin. 3) kawasan industri menengah.

a) Kawasan peruntukan industri Mijahan di Kecamatan Semanu seluas kurang lebih 315 Ha.

b) Kawasan peruntukan industri Mulo di Kecamatan Wonosari seluas kurang lebih 75 Ha.

c) Kawasan peruntukan industri Candirejo di Kecamatan Semin seluas kurang lebih 75 Ha.

(39)

II - 16 1) Kawasan wisata alam terletak di:

a) Pantai Gesing di Kecamatan Panggang; b) Pantai Ngrenehan di Kecamatan Saptosari;

c) Pantai Ngobaran dan Nguyahan di Kecamatan Saptosari; d) Pantai Baron di Kecamatan Tanjungsari;

e) Pantai Krakal di Kecamatan Tepus;

f) Pantai Sundak dan Pantai Watu Lawang di Kecamatan Tepus;

g) Pantai Drini dan Pantai Sepanjang di Kecamatan Tepus; dan

h) Air Terjun Ngrancah di Desa Ngleri, Kecamatan Playen. 2) Kawasan desa wisata terletak di:

a) Dusun Bobung Desa Putat dan Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk;

b) Dusun Garotan, Desa Bendung, Kecamatan Semin; c) Dusun Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu; d) Desa Beji, Kecamatan Ngawen;

e) Desa Bleberan Kecamatan Playen;

f) Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong; dan g) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari. 3) Kawasan wisata budaya meliputi:

a) Kawasan Wisata Budaya Gunung Gambar di Kecamatan Ngawen dan Wisata Budaya Wonokobaran di Kecamatan Panggang.

b) Kawasan desa budaya terletak di:

1. Dusun Bobung Desa Putat Kecamatan Patuk; 2. Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo;

3. Desa Kepek Kecamatan Wonosari; 4. Desa Giring Kecamatan Paliyan; 5. Desa Girisekar Kecamatan Panggang; 6. Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari; 7. Desa Jerukwudel Kecamatan Girisubo; 8. Desa Katongan Kecamatan Nglipar; 9. Desa Semin Kecamatan Semin; dan 10. Desa Semanu Kecamatan Semanu.

(40)

II - 17 4) Kawasan wisata minat khusus meliputi:

a) kawasan segmen karst Kalisuci di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu sebagai kawasan eko wisata;

b) kawasan karst lembah Mulo di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari sebagai kawasan wisata minat khusus geowisata karst;

c) kawasan Goa Pindul di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo sebagai kawasan wisata minat khusus wisata air susur goa;

d) kawasan Goa Cokro di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong sebagai kawasan wisata minat khusus geowisata karst;

e) kawasan minat khusus Pantai Girijati di Kecamatan Purwosari sebagai kawasan wisata minat khusus terbang layang (gantole);

f) kawasan Parangracuk di Kecamatan Saptosari sebagai Kawasan Taman Wisata Teknologi dan pusat studi pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan,

g) kawasan Pantai Kukup di Kecamatan Tanjungsari sebagai aquarium ekosistem laut, sentra budi daya ikan hias, fasilitas gardu pandang dan konservasi pelestarian alam pantai;

h) kawasan Pantai Siung di Kecamatan Tepus sebagai kawasan wisata minat khusus panjat tebing, dan petualang;

i) kawasan Pantai Timang di Kecamatan Tepus sebagai kawasan ekowisata;

j) kawasan Pantai Wediombo di Kecamatan Tepus sebagai kawasan wisata bersifat petualangan dan wisata minat khusus menyelam serta outbond;

k) kawasan Gunung Nglanggeran Kecamatan Patuk dan Sungai Kali Ngalang sebagai kawasan wisata minat khusus geowisata gunung api purba;

l) kawasan Sungai Bengawan Solo Purba sebagai kawasan wisata minat khusus keunikan proses geologi; dan

(41)

II - 18 m) kawasan Hutan Wanagama di Kecamatan Playen sebagai kawasan wisata minat khusus untuk pendidikan dan outbound.

8) Wilayah Rawan Bencana

a. Kawasan rawan gempa bumi di seluruh wilayah Kabupaten dengan tingkat resiko paling tinggi berada pada jalur sesar patahan aktif;

b. kawasan rawan gerakan tanah dan longsor meliputi :

1. Kecamatan Patuk meliputi Desa Patuk, Desa Semoyo, Desa Ngoro-oro, Desa Terbah, Desa Nglanggeran, Desa Nglegi;

2. Kecamatan Gedangsari meliputi Desa Watugajah, Desa Ngalang, Desa Mertelu, Desa Tegalrejo, Desa Sampang, Desa Serut, Desa Hargomulyo;

3. Kecamatan Nglipar meliputi Desa Natah, Desa Pilangrejo, Desa Kedungpoh, Desa Pengkol, Desa Katongan;

4. Kecamatan Ngawen meliputi Desa Jurangjero, Desa Tancep, Desa Sambirejo;

5. Kecamatan Semin meliputi Desa Pundungsari, Desa Karangsari, Desa Rejosari, Desa Candirejo;

6. Kecamatan Ponjong meliputi Desa Sawahan dan Desa Tambakromo; dan

7. Wilayah lain dengan kemiringan lereng lebih dari atau sama dengan 40%.

c. Kawasan rawan banjir di Sungai Oyo meliputi:

1. Kecamatan Semin meliputi Desa Karangsari, Desa Semin, Desa Kemejing dan Desa Kalitekuk;

2. Kecamatan Ngawen meliputi Desa Watusigar;

3. Kecamatan Nglipar meliputi Desa Kedungkeris, Desa Nglipar, dan Desa Katongan;

4. Kecamatan Karangmojo meliputi Desa Bejiharjo;

5. Kecamatan Wonosari meliputi Desa Gari, dan Desa Karangtengah;

6. Kecamatan Playen meliputi Desa Banyusoco; dan 7. Kecamatan Gedangsari meliputi Desa Ngalang

(42)

II - 19 d. Kawasan rawan angin topan di seluruh wilayah kecamatan; e. Kawasan rawan kekeringan meliputi di 12 wilayah kecamatan; f. kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami meliputi; dan g. kawasan pantai di Kecamatan Purwosari, Kecamatan Panggang,

Kecamatan Saptosari, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Tepus, dan Kecamatan Girisubo.

9) Demografi

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di wilayah DIY dengan jumlah penduduk cukup besar, jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk 2011 berjumlah 677.998 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 327.841 jiwa dan perempuan sebanyak 350.157 jiwa. Hasil perhitungan proyeksi penduduk 2011 dapat disimpulkan bahwa hampir separuh jumlah penduduknya berada di 6 Kecamatan antara lain Wonosari (11,70%), Playen (8,08%), Semanu (7,65 %), Ponjong (7,36 %), Semin (7,26 %) dan Karangmojo (7,21 %).

Tabel 2.2.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 No. Kecamat an Laki-laki (Jiwa) Perem-puan (Jiwa) Rasio Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persen -tase (%) 1 Panggang 12.760 3.844 92,17 26.604 3,92 2 Purwosari 9.331 10.162 91,83 19.493 2,88 3 Paliyan 14.001 15.153 92,40 29.154 4,30 4 Saptosari 16.563 17.790 93,10 34.353 5,07 5 Tanjungs ari 12.397 13.363 92,77 25.760 3,80 6 Rongkop 13.004 13.963 93,13 26.967 3,98 7 Playen 26.488 28.308 93,57 54.796 8,08 8 Gedangsa ri 17.322 18.029 96,08 35.351 5,21 9 Nglipar 14.442 15.339 94,15 29.781 4,39 10 Tepus 15.252 16.714 91,25 31.966 4,71 11 Girisubo 10.567 11.675 90,51 22.242 3,28 12 Semanu 24.998 26.866 93,05 51.864 7,65 13 Ponjong 24.151 25.772 93,71 49.923 7,36 14 Karangmo jo 23.570 25.317 93,10 48.887 7,21

Referensi

Dokumen terkait

pelepasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahkan pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) atau yang lebih kenal dengan

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan dengan banyaknya berbagai dukungan, bantuan serta doa dari berbagai pihak sehingga saya ingin mengucapkan

In early June, southern right whales leave their Antarctic feeding ground to frolic in the warmer waters of the Western Cape coast.. Here they mate, calve and generally hang

karimah melalui metode service learning. 2) Meningkatkan motivasi belajar anak didik agar lebih percaya diri. 3) Mengenalkan lebih dekat pada anak didik tentang service learning.

Tujuan penelitian dan pengembanga ini adalah untuk mengetahui kelayakan LKS bernuansa islami dengan pendektan kontekstual pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Alat Pembuat Pupuk Organik Kapasitas 1400 - 1500 kg/jam..

Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan,

Brecklin dan Chambers [2], memperkenalkan analisis Regresi M-kuantil yang merupakan suatu analisis regresi yang mempelajari cara mengetahui hubungan antara variabel bebas