PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN
PROSES SAINS SISWA SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ASISTER FERNANDO SIAGIAN NIM: 8126176003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ABSTRAK
Asister Fernando Siagian (NIM : 8126176003) “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA”
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui apakah ada perbedaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, apakah ada perbedaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa. Sampel penelitian ini dilakukan secara random sampling
sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk uraian sebanyak 4 soal dan insrumen tes keterampilan proses sains dalam bentuk uraian sebanyak 9 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, Kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pembelajaran konvensional Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa, Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pembelajaran konvensional.
ABSTRACT
Asister Fernando Siagian (NIM: 8126176003) "Effect of Guided Inquiry Learning Model for Critical Thinking Skills and Science Process Skills High School Students"
This study aims: To determine whether there was an diversification of guided inquiry learning model and conventional learning on students 'critical thinking skills, there is the diversification of guided inquiry learning model and conventional learning model for students' science process skills. The sample in this study conducted by random sampling of two classes, where first class as a class experiment applied guided inquiry learning model and the second class as a class of conventional learning control applied. The instrument used in this study is the critical thinking skills test instrument in the form of descriptions of 4 questions and insrumen science process skills test in the form of a description as much as 9 questions that have been declared valid and reliable. From the results of this study concluded that there is the effect of guided inquiry learning model and conventional learning on students' critical thinking skills, critical thinking skills students are taught with guided inquiry learning model is better than the conventional learning’. There is the effect of guided inquiry learning model and conventional learning models for process skills science students, science process skills of students who were taught with guided inquiry learning model is better than conventional learning’.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA”.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan tesis ini, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan sekalian narasumber I dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si., selaku narasumber II dan Ibu Dr. Sondang Manurung, M.Pd. Selaku narasumber III yang banyak membantu penulis dalam penyempurnaan penulisan dan memberikan masukan untuk penyempurnaan isi dari tesis ini.
5. Bapak dan ibu dosen pendidikan fisika Pascasarjana yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
6. Bapak Drs. Jonni Siburian, MM., selaku Kepala Sekolah SMA Swasta Kartika Pematangsiantar dan Nicos Sianturi, S.Pd. Beserta seluruh staf yang telah memberikan ijin tempat penelitian.
7. Kedua orang tuaku yang tersayang, Ayahanda Punguan Siagian dan Ibunda Rosita Simbolon, tanteku (Dosma Simbolon dan Esra Simbolon), Udaku (Syafli Chaniago), kakakku (Hotma Siagian) dan semua adek-adekku (Sudung, Ian, Dani, Andi, Ipan, Ade) yang sudah memberikan dukungan baik moril maupun materi dari awal perkuliahan sampai selesainya penyusunan tesis ini.
8. Rekan-rekan fisika selama perkuliahan (Andriono, Hendra, Dahlia, Dodi, Iman, Purnama, Vera, Sri, Hibah) dan seluruh rekan-rekan Pascasarjana Fisika semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Batasan Masalah ... 7
1.4. Rumusan Masalah ... 8
1.5. Tujuan Penelitian... 8
1.6. Manfaat Penelitian... 8
1.7. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1. Kerangka Teoritik ... 10
2.1.1 Hakikat Berpikir Kritis ... 10
2.1.2 Hakikat Kemampuan Keterampilan Proses Sains ... 14
2.1.3 Model Pembelajaran ... 20
2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri ... 22
2.1.5 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 29
2.1.6 Hasil Penelitian yang Relevan... 35
2.2. Kerangka Konseptual ... 37
2.2.1 Perbedaan keterampilan Berpikir Kritis Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Pembelajaran Konvensional ... 37
2.2.2 Perbedaan keterampilan Proses Sains Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Pembelajaran Konvensional ... 38
2.3. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.6.1 Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis ... 44
3.6.2 Tes Keterampilan Proses Sains ... 45
3.7. Analisis Butir Tes ... 46
3.7.2 Validasi Butir Soal ... 46
3.7.3 Reliabilitas Tes ... 48
3.7.4 Tingkat Kesukaran ... 48
3.7.5 Daya Pembeda ... 49
3.8. Teknik Analisis Data ... 50
3.8.1 Analisis Secara Inferensial ... 50
3.8.1.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains ... 50
3.8.1.2 Menghitung Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 51
3.8.1.3 Uji Normalitas ... 52
3.8.1.4 Uji Homogenitas ... 53
3.8.1.5 Pengujian Hipotesis ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55
4.1.1. Pretes Keterampilan Berpikir Kritis ... 55
4.1.2. Pretes Keterampilan Proses Sains ... 59
4.1.3. Postes Keterampilan Berpikir Kritis ... 63
4.1.4. Postes Keterampilan Proses Sains ... 65
4.1.5. Observasi Keterampilan Proses Sains ... 68
4.2. Pengujian Hipotesis ... 69
4.2.1. Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis ... 69
4.2.2. Hipotesis Keterampilan Proses Sains ... 73
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
4.3.1. Ada Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Konvensional Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .. 76
4.3.2. Ada Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa .... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
5.1. Kesimpulan ... 86
5.2. Saran ... 86
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis ... 13
Tabel 2.2. Pengembangan Indikator Keterampilan Proses Sains ... 19
Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 33
Tabel 2.4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35
Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 41
Tabel 3.2. Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Terikat ... 42
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 44
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains ... 45
Tabel 3.5. Kategori Butir Soal ... 47
Tabel 3.6. Reliabilitas Tes ... 48
Tabel 3.7. Tingkat Kesukaran ... 49
Tabel 3.8. Daya Pembeda ... 50
Tabel 4.1. Data Pretes KBK Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 55
Tabel 4.2. Uji Normalitas Pretes Keterampilan Berpikir Kritis ... 56
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Pretes KBK ... 58
Tabel 4.4. Uji Kesamaan Pretes KBK Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58 Tabel 4.5. Data Pretes KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 59
Tabel 4.6. Uji Normalitas Pretes Keterampilan Proses Sains... 60
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Pretes KPS ... 62
Tabel 4.8. Uji Kesamaan Pretes KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62
Tabel 4.9. Data Postes KBK Kelas Konvensional dan Kelas Inkuiri Terbimbing ... 63
Tabel 4.10 Analisis Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 64
Tabel 4.11. Data PostesKPS KBK Kelas Konvensional dan Kelas Inkuiri Terbimbing ... 66
Tabel 4.12. Analisis Indikator KPS ... 67
Tabel 4.13. Data Observasi KPS Kelas Inkuiri Terbimbing ... 69
Tabel 4.14. Uji Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 70
Tabel 4.15. Uji Homogenitas Postes KBK ... 71
Tabel 4.16. Uji Hipotesis Postes KBK Kelas Konvensional dan Kelas Inkuiri Terbimbing ... 72
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan N-gain Keterampilan Berpikir Kritis ... 73
Tabel 4.18. Uji Normalitas Postes Keterampilan Proses Sains ... 73
Tabel 4.19. Uji Homogenitas Postes KPS ... 75
Tabel 4.20. Uji Hipotesis Postes KPS Kelas Konvensional dan Kelas Inkuiri Terbimbing ... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian ...43 Gambar 4.1. Grafik Pretes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan
Eksperimen ...56 Gambar 4.2. Diagram Distribusi Normal KeterampilanBerpikirKritis Kelas
Kontrol ...57 Gambar 4.3. Diagram Distribusi Normal Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen ...57 Gambar 4.4. Grafik Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan
Eksperimen ...60 Gambar 4.5. Diagram Distribusi Normal Keterampilan Proses Sains Kelas
Kontrol ...61 Gambar 4.6. Diagram Distribusi Normal Keterampilan Proses Sains Kelas
Eksperimen ...61 Gambar 4.7. Grafik Postes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas konvensional
dan Inkuiri Terbimbing ...64 Gambar 4.8. Analisis Indikator Keteramprilan Berpikir Kritis ...65 Gambar 4.9. Grafik Postes Keterampilan Proses Sains Kelas konvensional
dan Inkuiri Terbimbing ...67 Gambar 4.10. Analisis Indikator Keterampilan Proses Sains ...68 Gambar 4.11.Diagram Distribusi Normal Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Konvensional ...70 Gambar 4.12.Diagram Distribusi Normal Keterampilan Berpikir Kristis Kelas
InkuiriTerbimbing ...71 Gambar 4.13.Diagram Distribusi Normal Keterampilan Proses Sains Kelas
Konvensional ...74 Gambar 4.14.Diagram Distribusi Normal Keterampilan Proses Sains Kelas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP 1 ...90
Lampiran 2 RPP 2 ...113
Lampiran 3 RPP 3 ...135
Lampiran 4 RPP 4 ...152
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Sains ...167
Lampiran 6 Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ...170
Lampiran 7 Instrumen Keterampilan Proses Sains ...174
Lampiran 8 Tabel Validasi Intrumen Keterampilan Proses Sains ...181
Lampiran 8 Tabel Validasi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ...182
Lampiran 10 Tabel Reabilitas Instrumen Keterampilan Proses Sains ...183
Lampiran 11 Tabel Reabilitas Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis...184
Lampiran 12 Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Keterampilan Proses Sains ...185
Lampiran 13 Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ...186
Lampiran 14 Nilai Pretes Kelas Kontrol KPS ...187
Lampiran 15 Nilai Pretes Kelas Kontrol KBK ...188
Lampiran 16 Nilai Pretes Kelas Eksperimen KPS ...189
Lampiran 17 Nilai Pretes Kelas Kontrol KBK ...190
Lampiran 18 Nilai Postes Kelas Kontrol KPS ...191
Lampiran 19 Nilai Postes Kelas Kontrol KBK ...192
Lampiran 20 Nilai Postes Kelas Eksperimen KPS ...193
Lampiran 21 Nilai Postes Kelas Eksperimen KPS ...194
Lampiran 22 Nilai Observer I Pada Pertemuan I ...195
Lampiran 23 Nilai Observer II Pada Pertemuan I ...196
Lampiran 24 Nilai Observer I Pada Pertemuan II ...197
Lampiran 25 Nilai Observer II Pada Pertemuan II ...198
Lampiran 26 Nilai Observer I Pada Pertemuan III ...199
Lampiran 27 Nilai Observer II Pada Pertemuan III ...200
Lampiran 28 Nilai Observer I Pada Pertemuan IV ...201
Lampiran 29 Nilai Observer II Pada Pertemuan IV ...202
Lampiran 30 Lambar Validasi Keterampilan Berpikir Kritis ...203
Lampiran 31 Lembar Validasi Keterampilan Proses Sains ...204
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yaitu meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang berkualitas. Orang yang berpendidikan akan lebih berpengetahuan, terampil, inovatif dan produktif dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan.
Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri
individu sehingga menjadikan proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Sesuai dalam Undang-Undang Pendidikan No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Proses pendidikan yang dilaksanakan, khususnya di sekolah harus
mempunyai tujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa menuju pada apa yang ingin dicapai yaitu suasana belajar dan pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan potensi anak didik dan dengan harapan proses
itu adalah berujung kepada peningkatan sikap positif, pengembangan kecerdasan intelektual serta pengembangan ketrampilan anak sesuai dengan kebutuhan,
sehingga diharapkan mampu mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan, khususnya fisika berperan penting dalam kehidupan masyarakat.
Fisika merupakan ilmu universal dan merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan sains dan teknologi. Pembelajaran fisika
diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memahami fisika secara ilmiah. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan hasil pengalaman langsung dari suatu gejala alam,
membahas fenomena yang terjadi pada masalah-masalah nyata yang ada di alam, sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan berupa fakta, konsep dan
prinsip tetapi juga suatu proses penemuan sistematis yang harus ditempuh siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam proses pembelajaran fisika harus menekankan kepada siswa sebagai insan yang memiliki potensi untuk belajar dan
berkembang, dan siswa terlibat secara aktif dalam pencarian dan pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Melalui belajar fisika, siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses sains, berpikir sistematis,
logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau penyelesaian dari suatu permasalahan fisika yang dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas, aspek berpikir kritis dan keterampilan proses sains merupakan dua kompetensi yang harus dimiliki siswa sebagai standar yang harus dikembangkan. Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna,
maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengkontruksi
argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat. Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis dan mengevaluasi argumen, proses mental, strategi dan representasi
seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan mempelajari konsep baru, dan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang akan dikerjakan
dan diyakini. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang akan digunakan untuk mengintegrasikan konsep yang diterima dari proses
pembelajaran di sekolah dengan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sekolah sebaiknya tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep siswa tetapi juga keterampilan berpikirnya.
Fisika juga adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir
konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai
produk. Keterampilan proses sains perlu untuk siswa karena siswa perlu menyelidiki fenomena alam melalui eksperimen, dimana dalam hal ini, siswa akan mengamati, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, memprediksi,
melakukan penyelidikan serta mengukur. Gage (astuti dkk, 2003) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan keterampilan proses sains anak harus dibuat
kreatif, ia akan mampu mempelajari IPA ditingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang singkat.
Kenyataan yang dapat dilihat dalam dunia pendidikan yang sedang
berjalan pada saat ini bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dan keterampilan proses sains siswa masih rendah. Dimana guru hanya menekankan kepada hapalan
terhadap rumus fisika dan siswa tidak pernah dilibatkan dalam melakukan eksperimen. Inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terutama dalam mata pelajaran fisika.
Kenyataan yang mengatakan bahwa “mutu pendidikan Indonesia terutama dalam mata pelajaran fisika masih rendah”. Adapun data yang mendukung hal
tersebut adalah data The Trends in Internasional Mathematics and Science Study
(TIMSS) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar
atau hapalan dan tidak mampu menjawab soal yang memerlukan nalar dan
analisis. Untuk bidang sains Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara dan tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara (Efendi, 2010).
Rendahnya hasil belajar fisika didukung dengan hasil observasi yang dilakukan di SMA Swasta Kartika Pematangsiantar, pembelajaran yang digunakan
oleh guru fisika selama ini cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dengan urutan ceramah, tanya jawab dan penugasan menyebabkan pembelajaran kurang bermakna. Berdasarkan studi dokumentasi di
maupun genap untuk mata pelajaran fisika masih rendah. Berdasarkan Daftar Kumpulan Nilai (DKN) T.P. 2013/2014 siswa kelas X untuk semester I yaitu
60,64 dan untuk semester II yaitu 61,67 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) disekolah tersebut adalah 65.
Rendahnya hasil belajar fisika antara lain diukur dari rendahnya
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains. Padahal keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains sangat penting untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar khususnya berpikir kritis dan keterampilan proses sains, salah satunya adalah dalam proses belajar mengajar, guru mengajarkan konsep melalui kegiatan yang
kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan secara aktif sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses berpikirnya. Selain itu
pembelajaran fisika belum bermakna, bersusun dan tidak menekankan pada berpikir kritis, sehingga keterampilan fisika siswa masih rendah. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi pembelajaran fisika dianggap sebagai
hapalan, sehingga siswa tidak memiliki keterampilan berpikir kritis. Siswa yang belajar dengan hapalan tingkat kebermaknaannya akan rendah.
Hal lain yang merupakan salah satu faktor kekurang-tertarikan peserta
didik adalah suasana kelas yang pasif serta sebagian peserta didik terlanjur menganggap bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit sehingga kecenderungan
disahkannya kurikulum yang berlaku pada saat ini, diperlukan model pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya visi kurikulum.
Salah satu model yang ditenggarai efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Trowbrige & Bybee (1990) “inkuiri terbimbing adalah
proses menemukan dan menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan data
serta menarik kesimpulan tentang hasil masalah. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Tujuan utama model inkuiri
adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan keterampilan proses sains.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian
ini, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa khususnya pada materi Listrik Dinamis. Dengan demikian penelitian ini
dirumuskan dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah yang relevan terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang digunakan oleh guru fisika selama ini cenderung
menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru.
2. Rendahnya hasil belajar fisika antara lain diukur dari rendahnya keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan proses sains.
3. Suasana kelas yang pasif serta sebagian peserta didik terlanjur menganggap
bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit sehingga kecenderungan kelas
menjadi tegang.
1.3 Batasan Masalah
Memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu:
1. Hasil belajar yang diukur adalah keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains.
2. Penelitian dilakukan di SMA Swasta Kartika Pematangsiantar di kelas X
Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Materi pembelajaran adalah listrik dinamis.
4. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan pembelajaran konvensional. 1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
1. Apakah ada perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran
konvensional?
2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran
konvensional?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa
yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa
yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran konvensional.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi guru fisika tentang penerapan model
pembelajaran inkuiri Terbimbing sebagai salah satu alternatif pengajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains.
2. Bagi peneliti bidang pendidikan, hasil penelitian ini bermanfaat menjadi
pembelajaran yang kreatif dan efektif sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
3. Bagi guru, penelitian bermanfaat sebagai referensi dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa.
1.7 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model dimana dalam
pembelajaran proses menemukan dan menyelidiki masalah-masalah,
menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan data serta menarik kesimpulan tentang hasil masalah (Trowbrige & Bybee, 1990).
2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan
dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi (Astika dkk, 1990).
3. Keterampilan proses sians adalah kemampuan untuk mengamati,
menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran konvensional.
2. Ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing tepat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing tepat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Angelo. A. T. (1995). Beginning The Dialogue Thoughts on Promoting Critical
Thingking. Boston College.
Ansberry, R. K. (2005). Picture-Perfect Science Lessons Using Children’s Book
to Quide Inquiry. Virginia: NSTA
Arikunto & Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian; suatu pendekatan praktik. Jakarta: Reineka Cipta.
Astika, U; Suma, K; & Suastra, W. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis.
E-Journal Program Pasca Sarjanan Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. 3: 25-34
Astuti, R. (2012). Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri. 1: 52-73.
Brotosiswoyo, S. (2001). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed).
Developing Minds A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria:
ASCD
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Efendi. (2010). Mengapa Prestasi Indonesia Redup di Olimpiade Fisika. Kompas: Jakarta
Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle River. Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Fisher, A. (2001). Critical Thinking An Introduction. New York: Cambridge University Press
Hamalik. (2004). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Bandung: YP. Permindo
Harlen & Elstgeest, J. (1993). UNESCO Source Book For Science Teaching in
Joice, B. & Weil, M. (1972). Conceptual Complexity Teaching Style and Models
of Teaching. Columbia University
Kazempour, E. (2013). The Effects of Inquiry-Based Teaching on Critical Thinking of Students. Journal of Social Issues & Humanities.1: 45-63 Kristianingsih.D. D. & Kanafiah, S. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri degan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan Alat-alat Optik di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. 6: 63-80
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui
Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI: Bandung.
Mc. G. Debra. (2007). Developing Thinking; Developing Learning. Mc Graw Hill: Open University Press.
Muhfahroyin. (2009). Pengaruh Strategi Pembelajaran Integrasi STAD dengan
TPS dan Kemampuan Akademik Terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Keterampilan Proses Sains SMA di Kota Metro. Disertasi PPS Universitas Negeri Malang.
Opara, A. J. & Oguzor, S. N. (2010). Inquiry Instructional Method and the School Science Curriculum. Currend Research Journal of Social Sciences. 3: 188-198
Rangkuti, M. Aswin & Asmin. (2012). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar Siswa pada Pembelajaran pada Model Pembelajaran Inkuiri. Jurnal Online Pendidikan
Fisika. 1: 93-116.
Redhana, I Wayan. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah.
Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Rustaman, N. Y. (2003). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Sains. Makalah Pasca Seminar Pendidikan Biologi-FKIP UNPAD Bandung. Schneider. R. C. The Practice and Teaching of Critical Thinking in Sport
Management. The Smart Journal. 5
Sochibin, A. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Peningkatan Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 5: 96-101
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito
Sugiyono.(2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman, E. & Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evalusasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suwasono, P. (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Fisika Angkatan tahun 2010/2011 Offering M Kelas G Melalui Penerapan Pembelajaran Fisika Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Foton. Jurnal Fisika dan Pembelajarannya.
Trowbrige & Bybee. (1990). Becoming a secondary school Science Teacher Ohio : Merrill Publishing Company.
Yildirim, B. (2011). Critical Thingking in Nursing Process and Education.