PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA SMP AR-RAHMAN PERCUT
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
RISKA RAHAYU NIM : 8126171030
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
RISKA RAHAYU. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
ii
ABSTRACT
RISKA RAHAYU. Improved the Abilities of Communication and Mathematical
Problem Solving Students' the SMP Ar-Rahman Percut through Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). Postgraduate School of the State University of Medan, 2014.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi
dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai Pembimbing I dan Bapak
Dr. Edy Surya, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai
Narasumber I, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai Sekretaris
Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri
Medan, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai Narasumber II, dan Ibu
Dr. Yulita Moliq Rangkuti, M.Sc sebagai Narasumber III yang telah
memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri
Medan, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Bapak Dr. Arif
Rahman, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, sebagai
Direktur, Asisten Direktur I, dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, yang telah membantu administrasi penulis
selama menjalani pendidikan di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
penulis dan Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si sebagai Staf Prodi
Pendidikan Matematika yang telah membantu administrasi penulis selama
menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika
iv
5. Bapak Zainuddin Hasibuan, M.Si sebagai kepala sekolah SMP Ar-Rahman
Percut, Ibu Dahlia, S.Pd.I sebegai guru matematika SMP Ar-Rahman
Percut, dan seluruh guru serta staf pegawai SMP Ar-Rahman percut yang
telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.
6. Ayahanda Aiptu Kasman dan Ibunda Minarni, Ayahanda Amiruddin
Hasibuan dan Ibunda Rahimah, Kakanda Mahadi, S.Pd, Adinda Joni
Iskandar, dan Adinda Khairina Puspitasari beserta seluruh keluarga
penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis
dalam menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
7. Teman-teman sekelas dan seluruh pihak yang telah membantu penulis
selama menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Semoga Allah SWT senanatiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.
Medan, Maret 2014 Penulis,
v
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 25
2.1.4.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 28
2.1.4.3. Variasi Model dalam Pembelajaran Kooperatif ... 29
2.1.4.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 30
2.1.4.4.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 32
2.1.5. Pembelajaran Langsung ... 33
vi
3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.7.1. Kemampuan Awal Matematika ... 55
3.7.2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 57
3.7.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58
3.8. Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 58
3.8.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 59
4.1.1.4. Pengujian Perbedaan Rata-rata... 84
4.1.1.5. Pengelompokan Siswa ... 85
4.1.2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 86
4.1.2.1. Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 87
4.1.2.2. Perhitungan Indeks Gain ... 89
4.1.2.3. Pengujian Normalitas ... 93
4.1.2.4. Pengujian Homogenitas... 94
4.1.3. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Pemecahan Masalah Matematis ... 95
4.1.3.1. Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 95
4.1.3.2. Perhitungan Indeks Gain ... 98
4.1.3.3. Pengujian Normalitas ... 102
4.1.3.4. Pengujian Homogenitas ... 103
4.1.4. Pengujian Hipotesis Statistik ... 104
4.1.4.1. Hipotesis Statistik Pertama ... 105
4.1.4.2. Hipotesis Statistik Kedua ... 106
4.1.4.3. Hipotesis Statistik Ketiga ... 107
4.1.4.4. Hipotesis Statistik Keempat ... 108
4.1.4.5. Rangkuman Pengujian Hipotesis Statistik ... 110
vii
4.2.1. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 111
4.2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 114
4.2.3. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 118
4.2.4. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 122
4.2.5. Keterbatasan Penelitian ... 126
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 128
5.1. Simpulan ... 128
5.2. Implikasi ... 129
5.3. Saran ... 130
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 28
Tabel 2.2. Variasi Model dalam Pembelajaran Kooperatif ... 29
Tabel 2.3. Kriteria Nilai Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 31
Tabel 2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 32
Tabel 2.5. Langkah-langkah Pembelajaran Langsung ... 34
Tabel 2.6. Perbedaan Kelompok Belajar pada Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Belajar pada Pembelajaran Langsung ... . 36
Tabel 3.1. Model Weiner mengenai Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat ... 53
Tabel 3.2. Rata-rata dan Kategori Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59
Tabel 3.3. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 59
Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan pemecahan Masalah Matematis ... 60
Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes ... 61
Tabel 3.6. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63
Tabel 3.7. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ... 64
Tabel 3.8. Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal ... 65
Tabel 3.9. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 66
Tabel 3.10. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67
Tabel 3.11. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Pretes Kemampuan Pemecahan masalah Matematis ... 67
Tabel 3.12. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 67
Tabel 3.13. Interpretasi Indeks Gain ... 73
Tabel 3.14. Keterkaitan Hipotesis Statistik, Data, Alat Uji, dan Uji Statistik ... 76
Tabel 3.15. Jadwal Kegiatan ... 79
Tabel 4.1. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 82
Tabel 4.2. Pengujian Normalitas Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83
ix
Tabel 4.4. Pengujian Perbedaan Rata-rata Hasil Tes Kemampuan
Awal Matematika ... 85
Tabel 4.5. Hasil pengelompokan Siswa Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86
Tabel 4.6. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Ekperimen ... 87
Tabel 4.7. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Kontrol ... 88
Tabel 4.8. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 89
Tabel 4.9. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 90
Tabel 4.10. Pengujian Normalitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93
Tabel 4.11. Pengujian Homogenitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 94
Tabel 4.12. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Ekperimen ... 96
Tabel 4.13. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Kontrol ... 97
Tabel 4.14. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 98
Tabel 4.15. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 99
Tabel 4.16. Pengujian Normalitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 103
Tabel 4.17. Pengujian Homogenitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 104
Tabel 4.18. Pengujian Hipotesis Statistik Pertama ... 105
Tabel 4.19. Pengujian Hipotesis Statistik Kedua ... 106
Tabel 4.20. Pengujian Hipotesis Statistik Ketiga ... 107
Tabel 4.21. Pengujian Hipotesis Statistik Keempat ... 109
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 4 Gambar 1.2. Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ... 7 Gambar 3.1. Desain Kelompok Kontrol Non-Ekivalen ... 52 Gambar 3.2. Prosedur Penelitian ... 78 Gambar 4.1. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kemampuan
Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ... 82 Gambar 4.2. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas
Ekperimen ... 88 Gambar 4.3. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas
Kontrol ... 89 Gambar 4.4. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas
Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 90 Gambar 4.5. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa
Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas
Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 92 Gambar 4.6. Selisih Rata-rata Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Ekperimen dan
Kelas Kontrol ... 92 Gambar 4.7. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas
Ekperimen ... 96 Gambar 4.8. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas
Kontrol ... 97 Gambar 4.9. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas
Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 99 Gambar 4.10. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa
Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas
Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 101 Gambar 4.11. Selisih Rata-rata Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis pada Siswa
Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas
xi
Gambar 4.12. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 108 Gambar 4.13. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa
dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1)
(Kelas Eksperimen) ... 10 138
Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa 1 (LAS 1) ... .. 144
Lampiran 3. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 1 (LAS 1) ... .. 148
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1) (Kelas Kontrol) ... 150
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2) (Kelas Eksperimen) ... .. 152
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS 2) ... .. 158
Lampiran 7. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS 2) ... .. 162
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2) (Kelas Kontrol) ... 164
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (RPP 3) (Kelas Eksperimen) ... 166
Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa 3 (LAS 3) ... 172
Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 3 (LAS 3) ... 176
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (RPP 3) (Kelas Kontrol) ... 178
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (RPP 4) (Kelas Eksperimen) ... 180
Lampiran 14. Lembar Aktivitas Siswa 4 (LAS 4) ... 186
Lampiran 15. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 4 (LAS 4) ... 190
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (RPP 4) (Kelas Kontrol) ... 192
Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 (RPP 5) (Kelas Eksperimen) ... 194
Lampiran 18. Lembar Aktivitas Siswa 5 (LAS 5) ... 201
Lampiran 19. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 5 (LAS 5) ... 205
Lampiran 20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 (RPP 5) (Kelas Kontrol) ... 207
Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 (RPP 6) (Kelas Eksperimen) ... 209
Lampiran 22. Lembar Aktivitas Siswa 6 (LAS 6) ... 215
Lampiran 23. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 6 (LAS 6) ... 219
Lampiran 24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 (RPP 6) (Kelas Kontrol) ... 221
Lampiran 25. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematika ... 223
Lampiran 26. Tes Kemampuan Awal Matematika ... 225
Lampiran 27. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal Matematika ... 230
Lampiran 28. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 231
Lampiran 29. Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 232
xiii
Lampiran 31. Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 237
Lampiran 32. Kunci Jawaban Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 239
Lampiran 33. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 242
Lampiran 34. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 243
Lampiran 35. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 245
Lampiran 36. Kunci Jawaban Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 247
Lampiran 37. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 251
Lampiran 38. Kunci Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 253
Lampiran 39. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 257
Lampiran 40. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 258
Lampiran 41. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 263
Lampiran 42. Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika ... 289
Lampiran 43. Pengujian Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika ... 291
Lampiran 44. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika ... 295
Lampiran 45. Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 299
Lampiran 46. Hasil Perhitungan Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 301
Lampiran 47. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 305
Lampiran 48. Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 308
Lampiran 49. Hasil Perhitungan Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 310
Lampiran 50. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 314
Lampiran 51. Pengujian Hipotesis Statistik ... 317
Lampiran 52. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 322
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kemajuan zaman seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan semua pihak dapat memperoleh
informasi yang melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di
dunia. Hal ini mengakibatkan persaingan yang ketat dalam berbagai sumber
kehidupan. Dalam menghadapi kenyataan ini diperlukan kualitas sumber daya
manusia. Syaban (2013:1) mengemukakan bahwa memasuki era globalisasi
diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara
global sehingga diperlukan sumber daya manusia yang kreatif, berpikir sistematis,
logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.
Kualitas sumber daya manusia dihasilkan dari pendidikan yang
berkualitas, yaitu pendidikan yang mampu membentuk subyek belajar yang
memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk
bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasif, dan kompetitif.
Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan
kemauan bekerja sama yang efektif.
Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah
melalui kualitas pendidikan matematika. Hal ini disebabkan karena matematika
memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga
memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Sebagaimana yang dinyatakan
2
logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3)
sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana
untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya (Abdurrahman, 1999:253). Melalui kualitas
pendidikan matematika dapat dibentuk subyek belajar yang terampil, inovatif, dan
dapat menghadapi perkembangan kemajuan zaman.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari
SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Departemen Pendidikan
Nasional (2007:4) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di sekolah,
yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
3
Berdasarkan pada pentingnya dan tujuan pembelajaran matematika,
diharapkan proses pembelajaran matematika mampu mendorong berkembangnya
pemahaman dan penghayatan siswa terhadap prinsip, nilai, dan proses
matematika. Hal ini akan membuka jalan bagi tumbuhnya daya nalar, berpikir
logis, sistematik, kritis, dan kreatif, bahkan siswa senang mempelajari
matematika.
Akan tetapi, pada kenyataannya dari berbagai bidang studi di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang dianggap menakutkan dan sulit oleh
para siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Setyono (2010:6) bahwa
meskipun matematika merupakan ilmu yang sangat mendasar, tetapi bagi
sebagian besar siswa, atau siapa pun yang pernah bersekolah, matematika
merupakan sesuatu yang menakutkan dan sangat sulit. Banyak bagian dalam
matematika yang tidak dipahami oleh siswa, bahkan bagian yang sederhana
sekalipun, sehingga pada akhirnya matematika dianggap sebagai bidang studi
yang sulit dan siswa enggan untuk mempelajarinya.
Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan matematis siswa. Padahal
kemampuan matematis harus dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran matematika. National Council of Teachers of Mathematics (2000:7)
menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus memiliki
kemampuan matematis, yaitu kemampuan komunikasi, pemecahan masalah,
penalaran, koneksi, dan representasi matematika untuk mencapai tujuan
4
Di antara kemampuan matematis siswa yang rendah adalah kemampuan
komunikasi matematis. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian
Bagus (2006) bahwa kemampuan siswa dalam hal mengemukakan ide keterkaitan
suatu konsep dengan konsep lain dengan bahasa sendiri masih rendah. Selain itu,
hasil penelitian Putri (2006) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal.
Selanjutnya, hasil tes yang diberikan pada siswa kelas VII SMP Ar-Rahman
Percut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih
rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang mengukur
kemampuan komunikasi matematis berikut ini.
Luas lantai ruangan yang berbentuk persegi panjang adalah 180 m2. Perbandingan panjang dan lebar lantai ruangan tersebut adalah 5 : 4. Nyatakan dalam gambar dan model matematika! Hitunglah keliling lantai ruangan tersebut!
Berikut ini merupakan salah satu jawaban siswa dari soal tersebut.
5
Pada soal tersebut siswa diminta untuk menyatakan soal tersebut dalam
gambar dan model matematika serta menghitung keliling lantai ruangan. Siswa
diminta terlebih dahulu menghitung panjang dan lebar lantai ruangan dan
diperoleh panjang 15 m dan lebar 12 m. Kemudian menghitung keliling lantai
ruangan dan diperoleh 54 m. Jawaban siswa tersebut menujukkan bahwa siswa
tidak dapat menggambarkan soal tersebut ke dalam model matematika. Siswa juga
tidak dapat menghitung panjang dan lebar lantai ruangan dengan perbandingan
panjang dan lebar yang telah diketahui sehingga hasil perhitungan keliling yang
diperoleh tidak tepat. Berdasarkan hasil tes diperoleh bahwa dari 32 siswa hanya
12 siswa yang dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedangkan 20 siswa
tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
Komunikasi matematis merupakan kemampuan mengekspresikan ide-ide
matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan
dan tulisan. Sumarmo menyatakan bahwa kemampuan yang tergolong dalam
komunikasi matematis diantaranya adalah (1) kemampuan menyatakan suatu
situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau
model matematika, (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan
atau tulisan, (3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (4)
membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis, (5) membuat
konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi, dan (6) mengungkapkan
kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri (Atun
2009:7). Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis mencakup
6
Dalam matematika, komunikasi memegang peranan yang sangat penting.
Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan cara untuk berbagi gagasan dan
mengklarifikasi pemahaman. Proses komunikasi juga membantu membangun
makna dan kelanggengan untuk gagasan, serta menjadikan
gagasan-gagasan itu diketahui oleh publik (National Council of Teachers of Mathematics,
2000:60). Melalui komunikasi siswa dapat mengembangkan berbagai ide-ide
matematika atau membangun pengetahuannya.
Di samping kemampuan komunikasi matematis siswa, kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa juga rendah. Sebagaimana yang ditunjukkan
oleh hasil penelitian Suhendri (2006) bahwa secara klasikal kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar.
Selain itu, hasil penelitian Sutrisno (2012) menunjukkan bahwa hasil belajar
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara klasikal belum tuntas.
Selanjutnya, hasil tes yang diberikan pada siswa kelas VII SMP Ar-Rahman
Percut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
masih rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis berikut ini.
Pak Jufri mempunyai sawah yang berbentuk persegi dengan panjang sisinya adalah 54 m. Di sekeliling sawah tersebut ditanami pohon pisang dengan jarak antar pohon pisang adalah 3 m.
Pertanyaan:
a. Data apa saja diperoleh dari permasalahan tersebut!
b. Bagaimana cara mengetahui banyak pohon pisang yang ditanam di sekeliling sawah tersebut?
c. Hitung banyak pohon pisang yang ditanam di sekeliling sawah tersebut!
7
Berikut ini merupakan salah satu jawaban siswa dari soal tersebut.
Gambar 1.2. Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pada soal tersebut siswa diminta untuk menuliskan data yang diperoleh
dari permasalahan tersebut dan diperoleh panjang sisi sawah yang berbentuk
persegi 54 m dan di sekeliling sawah ditanami pohon pisang dengan jarak antar
pohon pisang 3 m. Selanjutnya, siswa diminta untuk menentukan cara mengetahui
banyak pohon pisang yang akan ditanam di sekeliling sawah dan diperoleh dengan
cara menentukan keliling sawah dan membagi keliling sawah dengan jarak antar
pohon pisang. Kemudian siswa diminta untuk menentukan banyak pohon pisang
yang akan ditanam di sekeliling sawah dan diperoleh 72 pohon pisang. Setelah itu,
siswa diminta untuk memeriksa kembali hasil yang diperoleh pada pertanyaan c
dan diperoleh banyak pohon pisang yang ditanam di sekeliling sawah tersebut
adalah 72 pohon pisang bukan 88 pohon pisang.
Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak dapat menyatakan
hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut secara lengkap. Siswa
juga tidak dapat menentukan cara mengetahui banyak pohon pisang yang akan
8
menghitung banyak pohon pisang yang akan ditanam di sekeliling sawah tersebut.
Siswa juga tidak dapat memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil tes diperoleh bahwa dari 32 siswa hanya 10 siswa yang dapat
menjawab soal tersebut dengan benar, sedangkan 22 siswa tidak dapat menjawab
soal tersebut dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa masih rendah.
Pemecahan masalah merupakan proses yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Nakin (2003:89) mengemukakan pemecahan masalah
merupakan proses yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu
(heuristik) yang sering disebut sebagai model atau langkah-langkah pemecahan
masalah untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Polya (1973:5)
mengembangkan model, prosedur, atau heuristik pemecahan masalah yang terdiri
atas tahapan-tahapan untuk memecahkan masalah, yaitu (1) memahami masalah
(understanding the problem), (2) membuat rencana pemecahan masalah (devising
a plan), (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying out the plan),
dan (4) menelaah kembali (looking back). Dengan demikian, kemampuan
pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan memahami masalah,
membuat rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian
masalah, dan menelaah solusi.
Pemecahan masalah juga merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan pemecahan masalah merupakan
sarana untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, analitis, dan kreatif.
Hudojo (1988:120) menyatakan bahwa melalui kemampuan pemecahan masalah
9
terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi, dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah
diperolehnya. Melalui pemecahan masalah matematis, memungkinkan siswa
menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya.
Berdasarkan pada pentingnya kemampuan komunikasi dan pemecahan
masalah matematis, guru diharapkan seoptimal mungkin dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Rendahnya
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang dimiliki oleh
siswa merupakan permasalahan yang dihadapi guru di lapangan.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan komunikasi dan pemecahan
masalah matematis siswa adalah kurang tepatnya orientasi pembelajaran
matematika di sekolah. Nur menyatakan bahwa pembelajaran matematika di
Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika
konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan mekanistik dan
berpusat pada guru (Shadiq, 2008:9). Turmudi menambahkan bahwa proses
pembelajaran yang disampaikan selama ini masih menggunakan sistem
transmission of knowledge (Yuniawatika, 2011:109). Pembelajaran masih bersifat
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Siswa hanya menerima apa
yang diberikan guru tanpa ada motivasi untuk mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Selain itu, guru juga kurang memperhatikan aktivitas dan keterlibatan
siswa selama proses pembelajaran. Hal ini tampak dari aktivitas guru yang lebih
dominan dibandingkan dengan aktivitas siswa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
10
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara
mandiri. Di samping itu, guru juga belum menggunakan pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya terbatas pada apa yang telah
diajarkan oleh guru saja sehingga kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan
ide-ide dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya tidak berkembang
secara optimal.
Selanjutnya, Murni, dkk (2010:2) menyatakan bahwa dalam proses
pembelajaran guru tidak mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok heterogen, sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa dalam
pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Selain itu, kemampuan anggota
kelompok yang tidak heterogen menyebabkan kelompok yang terbentuk kurang
terkontrol, sehingga siswa tidak mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Siswa
juga tidak mengembangkan kegiatan yang dapat meningkatkan komunikasi dan
interaksi melalui kegiatan berdiskusi dan bertanya, sehingga siswa tidak dapat
mengkomunikasikan gagasannya dalam memecahkan masalah matematika yang
dihadapinya.
Di samping itu, dalam proses pembelajaran guru juga masih menggunakan
pembelajaran yang kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki oleh
siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widdiharto (2008:9) bahwa di antara
penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor kurang
tepatnya guru mengelola pembelajaran, misalnya guru masih kurang
memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Hal ini menyebabkan
11
mengkomunikasikan ide-ide dan menyelesaikan permasalahan matematika yang
dihadapinya, sehingga mengakibatkan rendahnya komunikasi dan pemecahan
masalah matematis siswa.
Pada proses pembelajaran, keberhasilan pembelajaran sangat besar
dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran. Oleh sebab itu, pemilihan model
pembelajaran yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru untuk
terciptanya pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga keberhasilan
pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara
aktif dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Muslimin, dkk
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Widyantini, 2008:4). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa
terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif
terhadap kualitas interaksi dan komunikasi serta dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2009:16). Melalui pembelajaran
kooperatif siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan secara penuh dalam suasana yang terbuka, sehingga siswa dapat
meraih keberhasilan dalam belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran. Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan
12
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2009:74). Hasil penelitian Hidayati (2008) juga menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu mendorong siswa dalam
penguasaan materi pelajaran dan mewujudkan pembelajaran aktif yang
menyenangkan melalui kebersamaan dalam belajar. Selain itu, hasil penelitian
Handayani dan Murwaningtyas (2012) juga menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kerja kelompok
merupakan inti dari pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan dalam
bentuk mengkomunikasikan ide-ide dan memecahkan permasalahan yang
dihadapi siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan awal yang
dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas dan pertimbangan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD mengutamakan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa
untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pembelajaran,
maka pembelajaran kooperatif tipe STAD dianggap mampu membantu
meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Atun (2009) bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian Indriati, dkk (2009) menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan
penelitian yang berjudul peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan
masalah matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui pembelajaran
13
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.
3. Siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran masih bersifat konvensional yang berpusat kepada guru.
5. Guru belum menggunakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran.
6. Guru belum mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok
yang heterogen.
7. Guru belum menggunakan pembelajaran yang memperhatikan
kemampuan awal matematika yang dimiliki oleh siswa.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis siswa serta interaksi antara kemampuan awal
matematika siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada
14
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang
diajar dengan pembelajaran langsung?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi
daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung?
3. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan
model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan
model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, dan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar
15
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan yang diajar dengan pembelajaran langsung.
3. Untuk mengetahui interaksi antara kemampuan awal matematika siswa
dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
4. Untuk mengetahui interaksi antara kemampuan awal matematika siswa
dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan
masalah matematis untuk meningkatkan prestasi belajar matematikanya
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Bagi Guru
Pembelajaran koperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif model
pembelajaran untuk memberikan variasi dalam pembelajaran matematika.
3. Semua pihak yang berkepentingan dapat menjadikan hasil penelitian ini
16
1.7. Definisi Operasional
Definisi operasional terkait permasalahan yang terdapat dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kecakapan yang dimiliki oleh
siswa untuk menyatakan ide matematika ke dalam bentuk gambar,
menyatakan gambar ke dalam ide matematika, dan menyatakan ide
matematika ke dalam model matematika.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan yang
dimiliki oleh siswa untuk dapat memahami masalah, merencanakan
penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali
hasil penyelesaian masalah.
3. Kemampuan awal matematika adalah kecakapan yang dimiliki oleh siswa
dalam menguasai materi prasyarat dari materi matematika yang akan
diajarkan dan terdiri dari kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
4. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5
orang secara heterogen yang langkah-langkahnya terdiri dari
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.
17
5. Pembelajaran langsung adalah salah satu bentuk dari pembelajaran
konvensional dan berpusat kepada guru yang langkah-langkahnya terdiri
dari menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik, serta memberikan kesempatan
128
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar
dengan pembelajaran langsung.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang
diajar dengan pembelajaran langsung.
3. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan
model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
4. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan
model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
129
5.2. Implikasi
Implikasi dari pelaksanaan penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis pada siswa yang memiliki kemampuan
awal matematika yang rendah, sedang, dan tinggi. Walaupun demikian,
pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan keuntungan yang lebih
besar pada siswa yang memiliki kemampuan awal matematika yang tinggi
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya daripada
siswa yang memiliki kemampuan awal matematika yang sedang dan
rendah.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan matematis pada siswa yang
memiliki kemampuan awal matematika yang rendah, sedang, dan tinggi.
Meskipun demikian, pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
keuntungan yang lebih besar pada siswa yang memiliki kemampuan awal
matematika yang sedang dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematisnya daripada siswa yang memiliki kemampuan awal
130
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, saran-saran yang
dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru, khususnya guru matematika, hendaknya menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan
karena pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada siswa
yang memiliki kemampuan awal matematika yang rendah, sedang, dan
tinggi. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menjadikan penelitian ini sebagai
pertimbangan dalam melakukan penelitian dengan menambahkan aspek
lain yang belum terjangkau dalam penelitian ini.
3. Bagi Lembaga Terkait
Lembaga terkait hendaknya dapat mensosialisasikan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika, untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.
131
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Afifah, D. S. N. 2012. Interaksi Belajar Matematika Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal, Vol. 1, No. 2, Juni 2012, P. 146, (Online), (http://journal.umsida.ac.id/files/DIANV1.2.pdf, diakses 28 Pebruari 2014).
Ansari, B. I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Pena.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmin dan Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Atun, I. 2009. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 12, Oktober 2009, P. 7, 10, (Online),
( http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_12-Oktober_2009/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DENGAN_STRATEGI_K OOPERATIF_TIPE_STUDENT_TEAMS_ACHIEVEMENT_DIVISIONS_UNT UK_MENINGKATKAN_KEMAMPUAN_KOMUNIKASI_MATEMATIK_SIS WA.pdf, diakses 4 Desember 2013).
Bagus, A. 2006. Pembelajaran dalam Kelompok Kecil dengan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Ngamprah). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
132
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi matemtais Siswa Sekolah Dasar. Jurnal, Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X, P. 82, (Online), (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, diakses 28 Pebruari 2013).
Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1, P. 65, (Online),
(http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf, diakses 18 September 2013).
Handayani, R. N. L. W. dan Murwaningtyas, C. E. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012-2013. Prosiding, ISBN: 978-979-16353-8-7, P. 762, 769, (Online), (eprints.uny.ac.id/10093/1/P%20-%2081.pdf, diakses 4 Desember 2013).
Hidayati. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial di Kelas 7C SMPN I Pringsurat Tahun Pelajaran 2008/2009. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, P. 181, 185, (Online), (eprints.uny.ac.id/6924/1/P-15%20Pendidikan(Hidayati).pdf, diakses 22 Pebruari 2013).
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Indriati, Hartono, Y., dan Hiltrimartin, C. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Soal-soal Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, No.1, Juni 2009, P. 51, (Online),
(eprints.unsri.ac.id/463/2/cecil3.pdf, diakses 4 April 2013).
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Mathematics. Indiana University: Plato Learning.
Mahmud, A., Atmojo, T., dan Usodo, B. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Ditinjau dari Perhatian Orang Tua Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011. Prosiding, ISBN:978-979-16353-8-7, P. 22, (Online),
133
Mahmudi, A. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Termuat pada Jurnal MIPA UNHALU (Volume 8, Nomor 1, Pebruari 2009, ISSN 1412-2318), P. 3, (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU%202008 %20_Komunikasi%20dlm%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf, diakses 22 Pebruari 2013).
___________. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 17 April 2010, P. 3, 4. (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2012%20LSM%20April%202010%20_A sosiasi%20KPMM%20dan%20Disposisi%20Matematis_.pdf, diakses 16 Pebruari 2013).
Meltzer, D. E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Am. J. Phys., Vol. 70, No. 12, December 2002, P. 1260, (Online),
(http://people.physics.tamu.edu/toback/TeachingArticle/Meltzer_AJP.pdf, diakses 18 September 2013).
Murni. A., Nurul, Y. T., dan Solfitri, T. 2010. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa X IPS 1 MAN 2 Model Pekanbaru. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 11, No. 2, Oktober 2010, P. 2, (Online),
(jurnal.upi.edu/file/1-Atma_Murni.pdf, diakses 19 Maret 2013).
Nakin, J. B. N. 2003. Creativity and Divergent Thinking in Geometry Education. Dissertation of University of South Africa, (Online),
(http://uir.unisa.ac.za/bitstream/handle/10500/1261/00thesis.pdf?sequence =1, diakses 11 September 2013).
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.
Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Swasta) Al Ulum Medan. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED, Vol. 9 No.1, Juni 2012, P. 93, (Online),
134
Nida, J. 2011. Penerapan Pembelajaran Koopratif Tipe STAD (Student Teams Achievment Divisions) dalam Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),
(http://a-research.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=568, diakses 26 Pebruari 2014).
Nurlela. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Kalkulator dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Polya, G. 1973. How to Solve It, A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.
Pujiati, I. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Khazanah Pendidikan: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008), P. 17, (Online), (http://saidnazulfikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 25 Desember 2013).
Putri, H. E. 2006. Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematik Siswa SMP (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 3 Tanjungpandan Kabupaten Belitung Kepulauan Bangka Belitung). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Qohar, A. 2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://repository.upi.edu/1084/, diakses 27 Pebruari 2014).
Russefendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sabirin, M. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Representasi Matematis Siswa SMP. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=225, diakses 26 Pebruari 2014).
135
Setiawan, W., Fitrajaya, E., dan Mardiyanti, T. 2010. Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) untuk Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Vol. 3, No.1, Juni 2010, ISSN 1979-9462, P. 7, (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_TIK/Jurnal_Pend_TIK_V ol_3_No_1/PENERAPAN_MODEL_PENGAJARAN_LANGSUNG_%28DIRE CT_INSTRUCTION%29_UNTUK_MENINGKATKAN_PEMAHAMAN_BEL AJAR_SISWA_DALAM_PEMBELAJARAN_REKAYASA_PERANGKAT_L UNAK_%28RPL%29.pdf, diakses 25 Desember 2013).
Setyono, A. 2010. Mathemagics. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Shadiq, F. 2008. Logika Matematika dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Sudijono, A. 2005. Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
_______. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Problem-Centered-Learning (PCL) (Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Ukui Kab. Pelalawan). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman. 2012. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions di SMA Negeri 1 Stabat. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 2, Desember 2012, ISSN 2252-732X, P. 14, Online, (http://dikfispasca.org/wp-content/uploads/2013/04/Artikel-Suherman-13-18.pdf, diakses 28 Pebruari 2014).
136
Susiawan, E. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengoperasikan Sistem Operasi Komputer Berdasarkan Masalah di Kelas X TEI SMK Negeri 2 Lamongan. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, P. 549, (Online),
(http://www.scribd.com/document_downloads/direct/142211899?extensio n=pdf&ft=1389967969<=1389971579, diakses 17 Januari 2014).
Sutrisno, J. 2012. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Geometri melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 4 Bandar Lampung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),
(http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=319, diakses 4 Desember 2013).
Syaban, M. 2013. Matematika dalam Era Globalisasi. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya, Pebruari 2013, P. 1, (Online),
(http://educare.efkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1 &id=33, diakses 13 Pebruari 2013).
Szetela, W and Nicol, C. 1992. Evaluating Problem Solving in Mathematics. Educational Journal, May 1992, P. 42, (Online),
(http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_ch icago.pdf, diakses 24 Desember 2013).
Tedi, R. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Disertai Tugas Bentuk Superitem. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),
(http://a-research.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2110, diakses 26 Pebruari 2014).
Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Uno, H. B. 2008. Perencanan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Utomo, D. P. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif: Teori yang Mendasari dan Prakteknya dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. UMM Scientific Journal, Pebruari 2012, P. 2, 4, (Online),
(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/penmath/article/viewFile/583/602_u mm_scientific_journal.pdf, diakses 22 Pebruari 2013).
Uyanto, S. S. 2006. Pedoman Analisis Data dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
137
Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remedinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Widhy, W. 2012. Penerapan Strategi Belajar Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada Pembelajaran Matematika
Kelas II di MAN Magelang: Studi Ekperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah bagi Siswa Berkemampuan Unggul pada Pokok Bahasan Program Linier. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=245, diakses 5 Desember 2013).
Widiyanto, M. A. 2013. Statistika Terapan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Widyantini, T. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Wihatma, U. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Time Student Teams-Achievement Division (STAD): Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Sebuah SLTP Negeri di Kota Bandung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=278, diakses 5 Desember 2013).