• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP AR-RAHMAN PERCUT MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP AR-RAHMAN PERCUT MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA SMP AR-RAHMAN PERCUT

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RISKA RAHAYU NIM : 8126171030

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

RISKA RAHAYU. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

(7)

ii

ABSTRACT

RISKA RAHAYU. Improved the Abilities of Communication and Mathematical

Problem Solving Students' the SMP Ar-Rahman Percut through Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). Postgraduate School of the State University of Medan, 2014.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi

dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai Pembimbing I dan Bapak

Dr. Edy Surya, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai

Narasumber I, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai Sekretaris

Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri

Medan, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai Narasumber II, dan Ibu

Dr. Yulita Moliq Rangkuti, M.Sc sebagai Narasumber III yang telah

memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Bapak Dr. Arif

Rahman, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, sebagai

Direktur, Asisten Direktur I, dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, yang telah membantu administrasi penulis

selama menjalani pendidikan di Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

penulis dan Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si sebagai Staf Prodi

Pendidikan Matematika yang telah membantu administrasi penulis selama

menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika

(9)

iv

5. Bapak Zainuddin Hasibuan, M.Si sebagai kepala sekolah SMP Ar-Rahman

Percut, Ibu Dahlia, S.Pd.I sebegai guru matematika SMP Ar-Rahman

Percut, dan seluruh guru serta staf pegawai SMP Ar-Rahman percut yang

telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.

6. Ayahanda Aiptu Kasman dan Ibunda Minarni, Ayahanda Amiruddin

Hasibuan dan Ibunda Rahimah, Kakanda Mahadi, S.Pd, Adinda Joni

Iskandar, dan Adinda Khairina Puspitasari beserta seluruh keluarga

penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis

dalam menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Teman-teman sekelas dan seluruh pihak yang telah membantu penulis

selama menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Semoga Allah SWT senanatiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.

Medan, Maret 2014 Penulis,

(10)

v

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 25

2.1.4.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 28

2.1.4.3. Variasi Model dalam Pembelajaran Kooperatif ... 29

2.1.4.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 30

2.1.4.4.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 32

2.1.5. Pembelajaran Langsung ... 33

(11)

vi

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.7.1. Kemampuan Awal Matematika ... 55

3.7.2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 57

3.7.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58

3.8. Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 58

3.8.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 59

4.1.1.4. Pengujian Perbedaan Rata-rata... 84

4.1.1.5. Pengelompokan Siswa ... 85

4.1.2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 86

4.1.2.1. Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 87

4.1.2.2. Perhitungan Indeks Gain ... 89

4.1.2.3. Pengujian Normalitas ... 93

4.1.2.4. Pengujian Homogenitas... 94

4.1.3. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Pemecahan Masalah Matematis ... 95

4.1.3.1. Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 95

4.1.3.2. Perhitungan Indeks Gain ... 98

4.1.3.3. Pengujian Normalitas ... 102

4.1.3.4. Pengujian Homogenitas ... 103

4.1.4. Pengujian Hipotesis Statistik ... 104

4.1.4.1. Hipotesis Statistik Pertama ... 105

4.1.4.2. Hipotesis Statistik Kedua ... 106

4.1.4.3. Hipotesis Statistik Ketiga ... 107

4.1.4.4. Hipotesis Statistik Keempat ... 108

4.1.4.5. Rangkuman Pengujian Hipotesis Statistik ... 110

(12)

vii

4.2.1. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 111

4.2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 114

4.2.3. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 118

4.2.4. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 122

4.2.5. Keterbatasan Penelitian ... 126

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 128

5.1. Simpulan ... 128

5.2. Implikasi ... 129

5.3. Saran ... 130

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 28

Tabel 2.2. Variasi Model dalam Pembelajaran Kooperatif ... 29

Tabel 2.3. Kriteria Nilai Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 31

Tabel 2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 32

Tabel 2.5. Langkah-langkah Pembelajaran Langsung ... 34

Tabel 2.6. Perbedaan Kelompok Belajar pada Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Belajar pada Pembelajaran Langsung ... . 36

Tabel 3.1. Model Weiner mengenai Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat ... 53

Tabel 3.2. Rata-rata dan Kategori Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59

Tabel 3.3. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 59

Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan pemecahan Masalah Matematis ... 60

Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes ... 61

Tabel 3.6. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 3.7. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ... 64

Tabel 3.8. Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal ... 65

Tabel 3.9. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 66

Tabel 3.10. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67

Tabel 3.11. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Pretes Kemampuan Pemecahan masalah Matematis ... 67

Tabel 3.12. Reliabilitas, Validitas Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 67

Tabel 3.13. Interpretasi Indeks Gain ... 73

Tabel 3.14. Keterkaitan Hipotesis Statistik, Data, Alat Uji, dan Uji Statistik ... 76

Tabel 3.15. Jadwal Kegiatan ... 79

Tabel 4.1. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 82

Tabel 4.2. Pengujian Normalitas Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83

(14)

ix

Tabel 4.4. Pengujian Perbedaan Rata-rata Hasil Tes Kemampuan

Awal Matematika ... 85

Tabel 4.5. Hasil pengelompokan Siswa Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

Tabel 4.6. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Ekperimen ... 87

Tabel 4.7. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Kontrol ... 88

Tabel 4.8. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.9. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.10. Pengujian Normalitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93

Tabel 4.11. Pengujian Homogenitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 94

Tabel 4.12. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Ekperimen ... 96

Tabel 4.13. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Kontrol ... 97

Tabel 4.14. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 98

Tabel 4.15. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 99

Tabel 4.16. Pengujian Normalitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 103

Tabel 4.17. Pengujian Homogenitas Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 104

Tabel 4.18. Pengujian Hipotesis Statistik Pertama ... 105

Tabel 4.19. Pengujian Hipotesis Statistik Kedua ... 106

Tabel 4.20. Pengujian Hipotesis Statistik Ketiga ... 107

Tabel 4.21. Pengujian Hipotesis Statistik Keempat ... 109

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 4 Gambar 1.2. Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis ... 7 Gambar 3.1. Desain Kelompok Kontrol Non-Ekivalen ... 52 Gambar 3.2. Prosedur Penelitian ... 78 Gambar 4.1. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kemampuan

Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 82 Gambar 4.2. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas

Ekperimen ... 88 Gambar 4.3. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas

Kontrol ... 89 Gambar 4.4. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas

Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 90 Gambar 4.5. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa

Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas

Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 92 Gambar 4.6. Selisih Rata-rata Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Ekperimen dan

Kelas Kontrol ... 92 Gambar 4.7. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas

Ekperimen ... 96 Gambar 4.8. Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes and Postes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas

Kontrol ... 97 Gambar 4.9. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Kelas

Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 99 Gambar 4.10. Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa

Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas

Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 101 Gambar 4.11. Selisih Rata-rata Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis pada Siswa

Berkemampuan Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas

(16)

xi

Gambar 4.12. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 108 Gambar 4.13. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa

dan Model Pembelajaran terhadap Peningkatan

(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1)

(Kelas Eksperimen) ... 10 138

Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa 1 (LAS 1) ... .. 144

Lampiran 3. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 1 (LAS 1) ... .. 148

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1) (Kelas Kontrol) ... 150

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2) (Kelas Eksperimen) ... .. 152

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS 2) ... .. 158

Lampiran 7. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS 2) ... .. 162

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2) (Kelas Kontrol) ... 164

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (RPP 3) (Kelas Eksperimen) ... 166

Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa 3 (LAS 3) ... 172

Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 3 (LAS 3) ... 176

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (RPP 3) (Kelas Kontrol) ... 178

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (RPP 4) (Kelas Eksperimen) ... 180

Lampiran 14. Lembar Aktivitas Siswa 4 (LAS 4) ... 186

Lampiran 15. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 4 (LAS 4) ... 190

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (RPP 4) (Kelas Kontrol) ... 192

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 (RPP 5) (Kelas Eksperimen) ... 194

Lampiran 18. Lembar Aktivitas Siswa 5 (LAS 5) ... 201

Lampiran 19. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 5 (LAS 5) ... 205

Lampiran 20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 (RPP 5) (Kelas Kontrol) ... 207

Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 (RPP 6) (Kelas Eksperimen) ... 209

Lampiran 22. Lembar Aktivitas Siswa 6 (LAS 6) ... 215

Lampiran 23. Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 6 (LAS 6) ... 219

Lampiran 24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 (RPP 6) (Kelas Kontrol) ... 221

Lampiran 25. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematika ... 223

Lampiran 26. Tes Kemampuan Awal Matematika ... 225

Lampiran 27. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal Matematika ... 230

Lampiran 28. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 231

Lampiran 29. Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 232

(18)

xiii

Lampiran 31. Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 237

Lampiran 32. Kunci Jawaban Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 239

Lampiran 33. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 242

Lampiran 34. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 243

Lampiran 35. Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 245

Lampiran 36. Kunci Jawaban Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 247

Lampiran 37. Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 251

Lampiran 38. Kunci Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 253

Lampiran 39. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 257

Lampiran 40. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 258

Lampiran 41. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 263

Lampiran 42. Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika ... 289

Lampiran 43. Pengujian Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika ... 291

Lampiran 44. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika ... 295

Lampiran 45. Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 299

Lampiran 46. Hasil Perhitungan Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 301

Lampiran 47. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 305

Lampiran 48. Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 308

Lampiran 49. Hasil Perhitungan Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 310

Lampiran 50. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 314

Lampiran 51. Pengujian Hipotesis Statistik ... 317

Lampiran 52. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 322

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kemajuan zaman seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan semua pihak dapat memperoleh

informasi yang melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di

dunia. Hal ini mengakibatkan persaingan yang ketat dalam berbagai sumber

kehidupan. Dalam menghadapi kenyataan ini diperlukan kualitas sumber daya

manusia. Syaban (2013:1) mengemukakan bahwa memasuki era globalisasi

diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara

global sehingga diperlukan sumber daya manusia yang kreatif, berpikir sistematis,

logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

Kualitas sumber daya manusia dihasilkan dari pendidikan yang

berkualitas, yaitu pendidikan yang mampu membentuk subyek belajar yang

memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk

bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasif, dan kompetitif.

Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan

kemauan bekerja sama yang efektif.

Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah

melalui kualitas pendidikan matematika. Hal ini disebabkan karena matematika

memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga

memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Sebagaimana yang dinyatakan

(20)

2

logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3)

sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana

untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran

terhadap perkembangan budaya (Abdurrahman, 1999:253). Melalui kualitas

pendidikan matematika dapat dibentuk subyek belajar yang terampil, inovatif, dan

dapat menghadapi perkembangan kemajuan zaman.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari

SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Departemen Pendidikan

Nasional (2007:4) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di sekolah,

yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)

mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

(21)

3

Berdasarkan pada pentingnya dan tujuan pembelajaran matematika,

diharapkan proses pembelajaran matematika mampu mendorong berkembangnya

pemahaman dan penghayatan siswa terhadap prinsip, nilai, dan proses

matematika. Hal ini akan membuka jalan bagi tumbuhnya daya nalar, berpikir

logis, sistematik, kritis, dan kreatif, bahkan siswa senang mempelajari

matematika.

Akan tetapi, pada kenyataannya dari berbagai bidang studi di sekolah,

matematika merupakan bidang studi yang dianggap menakutkan dan sulit oleh

para siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Setyono (2010:6) bahwa

meskipun matematika merupakan ilmu yang sangat mendasar, tetapi bagi

sebagian besar siswa, atau siapa pun yang pernah bersekolah, matematika

merupakan sesuatu yang menakutkan dan sangat sulit. Banyak bagian dalam

matematika yang tidak dipahami oleh siswa, bahkan bagian yang sederhana

sekalipun, sehingga pada akhirnya matematika dianggap sebagai bidang studi

yang sulit dan siswa enggan untuk mempelajarinya.

Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan matematis siswa. Padahal

kemampuan matematis harus dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran matematika. National Council of Teachers of Mathematics (2000:7)

menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus memiliki

kemampuan matematis, yaitu kemampuan komunikasi, pemecahan masalah,

penalaran, koneksi, dan representasi matematika untuk mencapai tujuan

(22)

4

Di antara kemampuan matematis siswa yang rendah adalah kemampuan

komunikasi matematis. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian

Bagus (2006) bahwa kemampuan siswa dalam hal mengemukakan ide keterkaitan

suatu konsep dengan konsep lain dengan bahasa sendiri masih rendah. Selain itu,

hasil penelitian Putri (2006) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal.

Selanjutnya, hasil tes yang diberikan pada siswa kelas VII SMP Ar-Rahman

Percut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih

rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang mengukur

kemampuan komunikasi matematis berikut ini.

Luas lantai ruangan yang berbentuk persegi panjang adalah 180 m2. Perbandingan panjang dan lebar lantai ruangan tersebut adalah 5 : 4. Nyatakan dalam gambar dan model matematika! Hitunglah keliling lantai ruangan tersebut!

Berikut ini merupakan salah satu jawaban siswa dari soal tersebut.

(23)

5

Pada soal tersebut siswa diminta untuk menyatakan soal tersebut dalam

gambar dan model matematika serta menghitung keliling lantai ruangan. Siswa

diminta terlebih dahulu menghitung panjang dan lebar lantai ruangan dan

diperoleh panjang 15 m dan lebar 12 m. Kemudian menghitung keliling lantai

ruangan dan diperoleh 54 m. Jawaban siswa tersebut menujukkan bahwa siswa

tidak dapat menggambarkan soal tersebut ke dalam model matematika. Siswa juga

tidak dapat menghitung panjang dan lebar lantai ruangan dengan perbandingan

panjang dan lebar yang telah diketahui sehingga hasil perhitungan keliling yang

diperoleh tidak tepat. Berdasarkan hasil tes diperoleh bahwa dari 32 siswa hanya

12 siswa yang dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedangkan 20 siswa

tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

Komunikasi matematis merupakan kemampuan mengekspresikan ide-ide

matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan

dan tulisan. Sumarmo menyatakan bahwa kemampuan yang tergolong dalam

komunikasi matematis diantaranya adalah (1) kemampuan menyatakan suatu

situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau

model matematika, (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan

atau tulisan, (3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (4)

membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis, (5) membuat

konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi, dan (6) mengungkapkan

kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri (Atun

2009:7). Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis mencakup

(24)

6

Dalam matematika, komunikasi memegang peranan yang sangat penting.

Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan cara untuk berbagi gagasan dan

mengklarifikasi pemahaman. Proses komunikasi juga membantu membangun

makna dan kelanggengan untuk gagasan, serta menjadikan

gagasan-gagasan itu diketahui oleh publik (National Council of Teachers of Mathematics,

2000:60). Melalui komunikasi siswa dapat mengembangkan berbagai ide-ide

matematika atau membangun pengetahuannya.

Di samping kemampuan komunikasi matematis siswa, kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa juga rendah. Sebagaimana yang ditunjukkan

oleh hasil penelitian Suhendri (2006) bahwa secara klasikal kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar.

Selain itu, hasil penelitian Sutrisno (2012) menunjukkan bahwa hasil belajar

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara klasikal belum tuntas.

Selanjutnya, hasil tes yang diberikan pada siswa kelas VII SMP Ar-Rahman

Percut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

masih rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang

mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis berikut ini.

Pak Jufri mempunyai sawah yang berbentuk persegi dengan panjang sisinya adalah 54 m. Di sekeliling sawah tersebut ditanami pohon pisang dengan jarak antar pohon pisang adalah 3 m.

Pertanyaan:

a. Data apa saja diperoleh dari permasalahan tersebut!

b. Bagaimana cara mengetahui banyak pohon pisang yang ditanam di sekeliling sawah tersebut?

c. Hitung banyak pohon pisang yang ditanam di sekeliling sawah tersebut!

(25)

7

Berikut ini merupakan salah satu jawaban siswa dari soal tersebut.

Gambar 1.2. Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pada soal tersebut siswa diminta untuk menuliskan data yang diperoleh

dari permasalahan tersebut dan diperoleh panjang sisi sawah yang berbentuk

persegi 54 m dan di sekeliling sawah ditanami pohon pisang dengan jarak antar

pohon pisang 3 m. Selanjutnya, siswa diminta untuk menentukan cara mengetahui

banyak pohon pisang yang akan ditanam di sekeliling sawah dan diperoleh dengan

cara menentukan keliling sawah dan membagi keliling sawah dengan jarak antar

pohon pisang. Kemudian siswa diminta untuk menentukan banyak pohon pisang

yang akan ditanam di sekeliling sawah dan diperoleh 72 pohon pisang. Setelah itu,

siswa diminta untuk memeriksa kembali hasil yang diperoleh pada pertanyaan c

dan diperoleh banyak pohon pisang yang ditanam di sekeliling sawah tersebut

adalah 72 pohon pisang bukan 88 pohon pisang.

Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak dapat menyatakan

hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut secara lengkap. Siswa

juga tidak dapat menentukan cara mengetahui banyak pohon pisang yang akan

(26)

8

menghitung banyak pohon pisang yang akan ditanam di sekeliling sawah tersebut.

Siswa juga tidak dapat memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil tes diperoleh bahwa dari 32 siswa hanya 10 siswa yang dapat

menjawab soal tersebut dengan benar, sedangkan 22 siswa tidak dapat menjawab

soal tersebut dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa masih rendah.

Pemecahan masalah merupakan proses yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Nakin (2003:89) mengemukakan pemecahan masalah

merupakan proses yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu

(heuristik) yang sering disebut sebagai model atau langkah-langkah pemecahan

masalah untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Polya (1973:5)

mengembangkan model, prosedur, atau heuristik pemecahan masalah yang terdiri

atas tahapan-tahapan untuk memecahkan masalah, yaitu (1) memahami masalah

(understanding the problem), (2) membuat rencana pemecahan masalah (devising

a plan), (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying out the plan),

dan (4) menelaah kembali (looking back). Dengan demikian, kemampuan

pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan memahami masalah,

membuat rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian

masalah, dan menelaah solusi.

Pemecahan masalah juga merupakan bagian yang sangat penting dalam

pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan pemecahan masalah merupakan

sarana untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, analitis, dan kreatif.

Hudojo (1988:120) menyatakan bahwa melalui kemampuan pemecahan masalah

(27)

9

terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis

informasi, dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah

diperolehnya. Melalui pemecahan masalah matematis, memungkinkan siswa

menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya.

Berdasarkan pada pentingnya kemampuan komunikasi dan pemecahan

masalah matematis, guru diharapkan seoptimal mungkin dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Rendahnya

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang dimiliki oleh

siswa merupakan permasalahan yang dihadapi guru di lapangan.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan komunikasi dan pemecahan

masalah matematis siswa adalah kurang tepatnya orientasi pembelajaran

matematika di sekolah. Nur menyatakan bahwa pembelajaran matematika di

Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika

konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan mekanistik dan

berpusat pada guru (Shadiq, 2008:9). Turmudi menambahkan bahwa proses

pembelajaran yang disampaikan selama ini masih menggunakan sistem

transmission of knowledge (Yuniawatika, 2011:109). Pembelajaran masih bersifat

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Siswa hanya menerima apa

yang diberikan guru tanpa ada motivasi untuk mengembangkan pengetahuan yang

dimilikinya.

Selain itu, guru juga kurang memperhatikan aktivitas dan keterlibatan

siswa selama proses pembelajaran. Hal ini tampak dari aktivitas guru yang lebih

dominan dibandingkan dengan aktivitas siswa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh

(28)

10

dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara

mandiri. Di samping itu, guru juga belum menggunakan pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan

pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya terbatas pada apa yang telah

diajarkan oleh guru saja sehingga kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan

ide-ide dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya tidak berkembang

secara optimal.

Selanjutnya, Murni, dkk (2010:2) menyatakan bahwa dalam proses

pembelajaran guru tidak mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam

kelompok heterogen, sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa dalam

pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Selain itu, kemampuan anggota

kelompok yang tidak heterogen menyebabkan kelompok yang terbentuk kurang

terkontrol, sehingga siswa tidak mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Siswa

juga tidak mengembangkan kegiatan yang dapat meningkatkan komunikasi dan

interaksi melalui kegiatan berdiskusi dan bertanya, sehingga siswa tidak dapat

mengkomunikasikan gagasannya dalam memecahkan masalah matematika yang

dihadapinya.

Di samping itu, dalam proses pembelajaran guru juga masih menggunakan

pembelajaran yang kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki oleh

siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widdiharto (2008:9) bahwa di antara

penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor kurang

tepatnya guru mengelola pembelajaran, misalnya guru masih kurang

memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Hal ini menyebabkan

(29)

11

mengkomunikasikan ide-ide dan menyelesaikan permasalahan matematika yang

dihadapinya, sehingga mengakibatkan rendahnya komunikasi dan pemecahan

masalah matematis siswa.

Pada proses pembelajaran, keberhasilan pembelajaran sangat besar

dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran. Oleh sebab itu, pemilihan model

pembelajaran yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru untuk

terciptanya pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga keberhasilan

pembelajaran dapat tercapai.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara

aktif dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Muslimin, dkk

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran (Widyantini, 2008:4). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa

terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif

terhadap kualitas interaksi dan komunikasi serta dapat memotivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2009:16). Melalui pembelajaran

kooperatif siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan

keterampilan secara penuh dalam suasana yang terbuka, sehingga siswa dapat

meraih keberhasilan dalam belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran. Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan

(30)

12

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang

maksimal (Isjoni, 2009:74). Hasil penelitian Hidayati (2008) juga menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu mendorong siswa dalam

penguasaan materi pelajaran dan mewujudkan pembelajaran aktif yang

menyenangkan melalui kebersamaan dalam belajar. Selain itu, hasil penelitian

Handayani dan Murwaningtyas (2012) juga menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kerja kelompok

merupakan inti dari pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan dalam

bentuk mengkomunikasikan ide-ide dan memecahkan permasalahan yang

dihadapi siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan awal yang

dimiliki siswa.

Berdasarkan uraian di atas dan pertimbangan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD mengutamakan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa

untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pembelajaran,

maka pembelajaran kooperatif tipe STAD dianggap mampu membantu

meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Atun (2009) bahwa

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian Indriati, dkk (2009) menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan

penelitian yang berjudul peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan

masalah matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui pembelajaran

(31)

13

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.

3. Siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Pembelajaran masih bersifat konvensional yang berpusat kepada guru.

5. Guru belum menggunakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran.

6. Guru belum mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok

yang heterogen.

7. Guru belum menggunakan pembelajaran yang memperhatikan

kemampuan awal matematika yang dimiliki oleh siswa.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi dan

pemecahan masalah matematis siswa serta interaksi antara kemampuan awal

matematika siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi dan

pemecahan masalah matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada

(32)

14

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang

diajar dengan pembelajaran langsung?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi

daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung?

3. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan

model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan

model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, dan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar

(33)

15

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan yang diajar dengan pembelajaran langsung.

3. Untuk mengetahui interaksi antara kemampuan awal matematika siswa

dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

4. Untuk mengetahui interaksi antara kemampuan awal matematika siswa

dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan

masalah matematis untuk meningkatkan prestasi belajar matematikanya

melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Bagi Guru

Pembelajaran koperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif model

pembelajaran untuk memberikan variasi dalam pembelajaran matematika.

3. Semua pihak yang berkepentingan dapat menjadikan hasil penelitian ini

(34)

16

1.7. Definisi Operasional

Definisi operasional terkait permasalahan yang terdapat dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kecakapan yang dimiliki oleh

siswa untuk menyatakan ide matematika ke dalam bentuk gambar,

menyatakan gambar ke dalam ide matematika, dan menyatakan ide

matematika ke dalam model matematika.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan yang

dimiliki oleh siswa untuk dapat memahami masalah, merencanakan

penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali

hasil penyelesaian masalah.

3. Kemampuan awal matematika adalah kecakapan yang dimiliki oleh siswa

dalam menguasai materi prasyarat dari materi matematika yang akan

diajarkan dan terdiri dari kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

4. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5

orang secara heterogen yang langkah-langkahnya terdiri dari

menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,

membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.

(35)

17

5. Pembelajaran langsung adalah salah satu bentuk dari pembelajaran

konvensional dan berpusat kepada guru yang langkah-langkahnya terdiri

dari menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek

pemahaman dan memberikan umpan balik, serta memberikan kesempatan

(36)

128

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh beberapa

simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar

dengan pembelajaran langsung.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang

diajar dengan pembelajaran langsung.

3. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan

model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan

model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

(37)

129

5.2. Implikasi

Implikasi dari pelaksanaan penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis pada siswa yang memiliki kemampuan

awal matematika yang rendah, sedang, dan tinggi. Walaupun demikian,

pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan keuntungan yang lebih

besar pada siswa yang memiliki kemampuan awal matematika yang tinggi

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya daripada

siswa yang memiliki kemampuan awal matematika yang sedang dan

rendah.

2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat diterapkan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan matematis pada siswa yang

memiliki kemampuan awal matematika yang rendah, sedang, dan tinggi.

Meskipun demikian, pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

keuntungan yang lebih besar pada siswa yang memiliki kemampuan awal

matematika yang sedang dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematisnya daripada siswa yang memiliki kemampuan awal

(38)

130

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, saran-saran yang

dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru, khususnya guru matematika, hendaknya menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan

karena pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada siswa

yang memiliki kemampuan awal matematika yang rendah, sedang, dan

tinggi. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat

diterapkan untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menjadikan penelitian ini sebagai

pertimbangan dalam melakukan penelitian dengan menambahkan aspek

lain yang belum terjangkau dalam penelitian ini.

3. Bagi Lembaga Terkait

Lembaga terkait hendaknya dapat mensosialisasikan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran

matematika, untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.

(39)

131

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Afifah, D. S. N. 2012. Interaksi Belajar Matematika Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal, Vol. 1, No. 2, Juni 2012, P. 146, (Online), (http://journal.umsida.ac.id/files/DIANV1.2.pdf, diakses 28 Pebruari 2014).

Ansari, B. I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Pena.

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmin dan Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Atun, I. 2009. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 12, Oktober 2009, P. 7, 10, (Online),

( http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_12-Oktober_2009/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DENGAN_STRATEGI_K OOPERATIF_TIPE_STUDENT_TEAMS_ACHIEVEMENT_DIVISIONS_UNT UK_MENINGKATKAN_KEMAMPUAN_KOMUNIKASI_MATEMATIK_SIS WA.pdf, diakses 4 Desember 2013).

Bagus, A. 2006. Pembelajaran dalam Kelompok Kecil dengan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Ngamprah). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

(40)

132

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi matemtais Siswa Sekolah Dasar. Jurnal, Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X, P. 82, (Online), (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, diakses 28 Pebruari 2013).

Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1, P. 65, (Online),

(http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf, diakses 18 September 2013).

Handayani, R. N. L. W. dan Murwaningtyas, C. E. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012-2013. Prosiding, ISBN: 978-979-16353-8-7, P. 762, 769, (Online), (eprints.uny.ac.id/10093/1/P%20-%2081.pdf, diakses 4 Desember 2013).

Hidayati. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial di Kelas 7C SMPN I Pringsurat Tahun Pelajaran 2008/2009. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, P. 181, 185, (Online), (eprints.uny.ac.id/6924/1/P-15%20Pendidikan(Hidayati).pdf, diakses 22 Pebruari 2013).

Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Indriati, Hartono, Y., dan Hiltrimartin, C. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Soal-soal Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, No.1, Juni 2009, P. 51, (Online),

(eprints.unsri.ac.id/463/2/cecil3.pdf, diakses 4 April 2013).

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Mathematics. Indiana University: Plato Learning.

Mahmud, A., Atmojo, T., dan Usodo, B. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Ditinjau dari Perhatian Orang Tua Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011. Prosiding, ISBN:978-979-16353-8-7, P. 22, (Online),

(41)

133

Mahmudi, A. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Termuat pada Jurnal MIPA UNHALU (Volume 8, Nomor 1, Pebruari 2009, ISSN 1412-2318), P. 3, (Online),

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU%202008 %20_Komunikasi%20dlm%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf, diakses 22 Pebruari 2013).

___________. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 17 April 2010, P. 3, 4. (Online),

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2012%20LSM%20April%202010%20_A sosiasi%20KPMM%20dan%20Disposisi%20Matematis_.pdf, diakses 16 Pebruari 2013).

Meltzer, D. E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Am. J. Phys., Vol. 70, No. 12, December 2002, P. 1260, (Online),

(http://people.physics.tamu.edu/toback/TeachingArticle/Meltzer_AJP.pdf, diakses 18 September 2013).

Murni. A., Nurul, Y. T., dan Solfitri, T. 2010. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa X IPS 1 MAN 2 Model Pekanbaru. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 11, No. 2, Oktober 2010, P. 2, (Online),

(jurnal.upi.edu/file/1-Atma_Murni.pdf, diakses 19 Maret 2013).

Nakin, J. B. N. 2003. Creativity and Divergent Thinking in Geometry Education. Dissertation of University of South Africa, (Online),

(http://uir.unisa.ac.za/bitstream/handle/10500/1261/00thesis.pdf?sequence =1, diakses 11 September 2013).

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.

Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Swasta) Al Ulum Medan. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED, Vol. 9 No.1, Juni 2012, P. 93, (Online),

(42)

134

Nida, J. 2011. Penerapan Pembelajaran Koopratif Tipe STAD (Student Teams Achievment Divisions) dalam Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),

(http://a-research.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=568, diakses 26 Pebruari 2014).

Nurlela. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Kalkulator dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Polya, G. 1973. How to Solve It, A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.

Pujiati, I. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Khazanah Pendidikan: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008), P. 17, (Online), (http://saidnazulfikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 25 Desember 2013).

Putri, H. E. 2006. Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematik Siswa SMP (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 3 Tanjungpandan Kabupaten Belitung Kepulauan Bangka Belitung). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Qohar, A. 2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://repository.upi.edu/1084/, diakses 27 Pebruari 2014).

Russefendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sabirin, M. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Representasi Matematis Siswa SMP. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=225, diakses 26 Pebruari 2014).

(43)

135

Setiawan, W., Fitrajaya, E., dan Mardiyanti, T. 2010. Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) untuk Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Vol. 3, No.1, Juni 2010, ISSN 1979-9462, P. 7, (Online),

(http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_TIK/Jurnal_Pend_TIK_V ol_3_No_1/PENERAPAN_MODEL_PENGAJARAN_LANGSUNG_%28DIRE CT_INSTRUCTION%29_UNTUK_MENINGKATKAN_PEMAHAMAN_BEL AJAR_SISWA_DALAM_PEMBELAJARAN_REKAYASA_PERANGKAT_L UNAK_%28RPL%29.pdf, diakses 25 Desember 2013).

Setyono, A. 2010. Mathemagics. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Shadiq, F. 2008. Logika Matematika dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Sudijono, A. 2005. Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

_______. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Problem-Centered-Learning (PCL) (Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Ukui Kab. Pelalawan). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman. 2012. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions di SMA Negeri 1 Stabat. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 2, Desember 2012, ISSN 2252-732X, P. 14, Online, (http://dikfispasca.org/wp-content/uploads/2013/04/Artikel-Suherman-13-18.pdf, diakses 28 Pebruari 2014).

(44)

136

Susiawan, E. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengoperasikan Sistem Operasi Komputer Berdasarkan Masalah di Kelas X TEI SMK Negeri 2 Lamongan. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, P. 549, (Online),

(http://www.scribd.com/document_downloads/direct/142211899?extensio n=pdf&ft=1389967969&lt=1389971579, diakses 17 Januari 2014).

Sutrisno, J. 2012. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Geometri melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 4 Bandar Lampung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),

(http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=319, diakses 4 Desember 2013).

Syaban, M. 2013. Matematika dalam Era Globalisasi. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya, Pebruari 2013, P. 1, (Online),

(http://educare.efkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1 &id=33, diakses 13 Pebruari 2013).

Szetela, W and Nicol, C. 1992. Evaluating Problem Solving in Mathematics. Educational Journal, May 1992, P. 42, (Online),

(http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_ch icago.pdf, diakses 24 Desember 2013).

Tedi, R. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Disertai Tugas Bentuk Superitem. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online),

(http://a-research.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2110, diakses 26 Pebruari 2014).

Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Uno, H. B. 2008. Perencanan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Utomo, D. P. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif: Teori yang Mendasari dan Prakteknya dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. UMM Scientific Journal, Pebruari 2012, P. 2, 4, (Online),

(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/penmath/article/viewFile/583/602_u mm_scientific_journal.pdf, diakses 22 Pebruari 2013).

Uyanto, S. S. 2006. Pedoman Analisis Data dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(45)

137

Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remedinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Widhy, W. 2012. Penerapan Strategi Belajar Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada Pembelajaran Matematika

Kelas II di MAN Magelang: Studi Ekperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah bagi Siswa Berkemampuan Unggul pada Pokok Bahasan Program Linier. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=245, diakses 5 Desember 2013).

Widiyanto, M. A. 2013. Statistika Terapan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Widyantini, T. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Wihatma, U. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Time Student Teams-Achievement Division (STAD): Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Sebuah SLTP Negeri di Kota Bandung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=278, diakses 5 Desember 2013).

Gambar

Gambar 4.12. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa
Gambar 1.2.  Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan                                      Pemecahan Masalah Matematis

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang diperoleh dari lapangan dengan teori yang ada terdapat kesinambungan bahwa dalam proses pembinaan dan bimbingan akhlak terpuji pada anak asuh di Panti Asuhan

BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap.. ROA pada BUSN devisa go publicpublic mulai triwulan I tahun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minat mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Semester VI dan VIII di Surakarta untuk mengikuti PPA dipengaruhi oleh

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Misalkan, apabila terbukti secara hukum suami menyakiti fisik istri dengan kedzaliman atau terbukti menelantarkan istri secara sengaja, maka istri berhak atas nafkah

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

(1) Rancangan Perda yang telah disempurnakan oleh Gubernur dan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada

Peneliti menyapa siswa dan dilanjutkan dengan memeriksa kelengkapan buku siswa serta mengingatkan siswa akan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya